• Tidak ada hasil yang ditemukan

CHANGES IN AGRONOMIC TRAITS OF SOME VARIETIES OF SOYBEAN (Glycine max L. Merril) IN SHADED ENVIRONMENTS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "CHANGES IN AGRONOMIC TRAITS OF SOME VARIETIES OF SOYBEAN (Glycine max L. Merril) IN SHADED ENVIRONMENTS"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

CHANGES IN AGRONOMIC TRAITS OF SOME VARIETIES OF SOYBEAN

(Glycine max L. Merril) IN SHADED ENVIRONMENTS

PERUBAHAN KARAKTER AGRONOMI BEBERAPA VARIETAS KEDELAI

(Glycine max L. Merril) PADA LINGKUNGAN TERNAUNGI

Erlan Osrika(1), Diswandi Nurba S.TP., M.Si(2), Chairudin, SP(2)

ABSTRACT

Research has been conducted to determine the change in some agronomic traits of soybean varieties in shaded environments. This study was conducted at the Experimental Faculty of Agriculture, University of Teuku Umar (UTU) Meureubo District of West Aceh began in August 2013 until November 2013. The design used in this research is the design of plots Separated (Split Plot). The first factor is the Shade (N) which consists of three (3) levels ie: Without shade (control), Shade 25%, and 50% shade. The second factor is the variety (V) consisting of three (3) levels ie: Burangrang, Sinabung, and Kaba. Variables growth and production of soybean plants was observed plant height, number of trifoliate leaves, number of books, flowering, stover dry weight, number of pods containing the number of empty pods, dry seed weight plant-1 (g), and a weight of 100 grains of plants -1 (g).The results of this study indicate that shade very significant effect on the number of trifoliate leaf age 5 MST, days to flowering, stover dry weight, number of pods containing seeds and dry weight of plant-1 (g). Significant effect on the number of trifoliate leaf ages 3 and 4 MST. As well as the effect does not significantly affect the number of trifoliate leaves aged 2 and 6 MST, and the number of books ages 3 to 6 MST. Growth and production of soybean plants best observed in 0% shade (N0).The results of this study indicate that the varieties of very significant effect on the number of trifoliate leaves aged 5 and 6 MST, MST age 5 the number of books, number of pods containing, dry seed weight plant-1 (g), and a weight of 100 grains plant-1 (g). Significant effect on the age of 4 trifoliate leaf MST, the number of books ages 6 MST, days to flowering, and stover dry weight. As well as no real effect on trifoliate leaf ages 2 and 3 MST, and the number of books ages 3 and 4 MST. Growth and production of the best found in varieties Sinabung. There is a very real interaction on plant height ages 2 to 5 MST, as well as interact significantly affect plant height age 6 MST and the number of empty pods. Soybean plant height ages 2, 3, 4, 5, and 6 MST observed in 50% (N2) and Burangrang varieties as well as the highest empty pods found in 0% (N0) and Kaba varieties.

ABSTRAK

Penelitian telah dilakukan untuk mengetahui perubahan karakter agronomi beberapa varietas kedelai pada lingkungan ternaungi. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar (UTU) Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat dimulai bulan Agustus 2013 sampai dengan November 2013. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Petak Terpisah (Split Plot). Faktor pertama adalah Naungan (N) yang terdiri dari 3 (tiga) taraf yaitu: Tanpa naungan (kontrol), Naungan 25%, dan Naungan 50%. Faktor yang kedua adalah Varietas (V) yang terdiri dari 3 (tiga) taraf yaitu: Burangrang, Sinabung, dan Kaba. Peubah pertumbuhan dan produksi tanaman kacang kedelai yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun trifoliate, jumlah buku, umur berbunga, bobot berangkasan kering, jumlah polong berisi, jumlah polong hampa, bobot biji kering tanaman-1 (gram), dan bobot 100 butir tanaman-1 (gram).Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa naungan berpengaruh sangat nyata terhadap, jumlah daun trifoliate umur 5 MST, umur berbunga, bobot berangkasan kering, jumlah polong berisi dan bobot biji kering tanaman-1 (gram). Berpengaruh nyata terhadap jumlah daun trifoliate umur 3 dan 4 MST. Serta berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun trifoliate umur 2 dan 6 MST, dan jumlah buku umur 3 sampai dengan 6 MST. Pertumbuhan dan produksi tanaman kacang kedelai terbaik dijumpai pada naungan 0% (N0).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa varietas berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah daun trifoliate umur 5 dan 6 MST, jumlah buku umur 5 MST, jumlah polong berisi, bobot biji kering tanaman-1 (gram), dan bobot 100 butir tanaman-1 (gram). Berpengaruh nyata terhadap daun trifoliate umur 4 MST, jumlah buku umur 6 MST, umur berbunga, dan bobot berangkasan kering. Serta berpengaruh tidak nyata terhadap daun trifoliate umur 2 dan 3 MST, dan jumlah buku umur 3 dan 4 MST. Pertumbuhan dan produksi terbaik dijumpai pada varietas Sinabung. Terdapat interaksi yang sangat nyata terhadap tinggi tanaman umur 2 sampai dengan 5 MST, serta berinteraksi nyata terhadap tinggi tanaman umur 6 MST dan jumlah polong hampa. Tinggi tanaman kacang kedelai umur 2, 3, 4, 5,

(2)

dan 6 MST dijumpai pada 50% (N2) dan varietas Burangrang serta polong hampa tertinggi dijumpai

pada 0% (N0) dan varietas Kaba.

PENDAHULUAN

Kedelai merupakan salah satu komoditas pangan yang penting dalam rangka ketahanan pangan nasional. Permintaan kedelai meningkat pesat seiring dengan laju pertambahan penduduk (Pijoto, 2007).

Produksi kedelai pada tahun 2012 (ATAP) sebesar 843,15 ribu ton bijikering atau mengalami penurunan sebesar 8,13 ribu ton (0,96 persen) dibandingkan tahun 2011.Produksi kedelai pada tahun 2013 (ARAM I)diperkirakan 847,16 ribu ton biji kering atau mengalami peningkatan sebesar 4,00ribu ton (0,47 persen) dibandingkan tahun 2012. Peningkatan produksi inidiperkirakan terjadi karena kenaikan luas panen seluas 3,94 ribu hektar (0,69persen) meskipun produktivitas diperkirakan mengalami penurunan sebesar 0,03 kg/hektar (0,20 persen) (Anonymous, 2013).

Upaya penigkatan produksi kedelai dibatasi oleh semakin berkurangnya lahanproduktif akibat berubah fungsi menjadi lahan non pertanian (Adisarwanto dan Wudianto, 1999 dalam Silaen, 2004). Dengan terbatasnya lahan strategi alternatif yang dapat dilakukan dalam pengembangan kedelai adalah pemanfaatan lahan dibawah tegakan tanaman sebagai tanaman sela atau tumpang sari dengan tanaman semusim lainnya(Sufariandini, 1999). Permasalahan yang dihadapi dalam pembudidayaan kedelai sebagaitanaman sela adalah penaungan yang diakibatkan tanaman pokok. Intensitaspenyinaran dibawah tajuk tanaman karet berkisar 60 – 80% pada umur 3 tahun, 25 – 40% pada umur 4 tahun dan makin sedikit bila tanaman semakin tua. Tanaman kedelai termasuk tanaman yang membutuhkan sinar matahari penuh. Intensitas cahaya dan lama penaungan mempengaruhi petumbuhan dan hasil kedelai. Penurunan intensitas cahaya menjadi40%sejak perkecambahanmengakibatkan penurunan jumlah buku, cabang,diameter batang, jumlah polong dan hasil biji serta kadar protein (Baharsyah , et all., 1985 dalam Silaen, 2004). Asadi (1991), dalam Silaen (2004), menambahkan bahwa tanaman kedelai yang dinaungi atau ditumpangsarikan akan mengalami penurunan hasil 6-52% pada tumpangsari/ kedelai-jagung dan 2-56% pada tingkat naungan 33%.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar Meulaboh mulai bulan Agustus 2013 sampai November 2013.

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan. Kedelai ditanam di polibag dilapangan dan diberi tiga perlakuan naungan dengan menggunakan paranet, yaitu tanpa naungan sebagai kontrol, naungan paranet 25% dan 50%. Perlakuan naungan diberikan sejak tanam sampai panen.

Pada percobaan lapangan ini rancangan lingkungan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok dan rancangan perlakuan petak terpisah (split plot). Percobaan ini menggunakan tiga ulangan dimana anak petak tersarang dalam petak utama.

Dengan demikian terdapat 9 kombinasi perlakuan dengan 27 satuan percobaan. Tiap satuan percobaan terdiri atas 6 polibag yang masing masing berisi satu tanaman sehingga terdapat 162 unit percobaan. Dari masing-masing satuan percobaan diambil tiga tanaman sampel destruktif dan tiga tanaman sampel produksi. Peubah yang diamati pada penelitian ini meliputi: 1. Pertumbuhan tanaman

Tinggitanaman, Jumlahdauntrifoliate, Jumlah Buku, Umur Berbunga, dan Bobot Berangkasan kering pertanaman.

2. KarakterProduksi

Jumlah polongberisi, J u mlahpolonghampa, Bobot biji kering (gram), dan Bobot 100 butir (gram).

Analisa data

Data hasil pengamatan dianalisis dengan Uji F dan apabila berbeda nyata dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT).

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Naungan

Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran bernomor genap 2 sampai 40) menunjukkan bahwa naungan berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah daun trifoliate umur 5 MST, Umur berbunga, Bobot brangkasan kering, Jumlah polong berisi, dan bobot biji kering, kemudian berpengaruh nyata terhadap jumlah daun trifoliate umur 3 dan 4 MST, serta berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun trifoliate umur 2 dan 6 MST, Jumlah buku umur 3 sampai 6 MST, dan Bobot 100 butir (gram).

Tabel 1. Rata-rata Jumlah daun trifolite umur 2, 3, 4, 5, dan 6 MST, jumlah buku umur 3, 4, 5, dan 6 MST, umur berbunga (HST), bobot brangkasan kering pertanaman, jumlah polong berisi, jumlah polong hampa, bobot biji kering (gram), dan bobot 100 butir (gram) pada berbagai tingkat naungan.

(3)

Paubah Naungan Umur Tanaman Simbol % 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST Jumlah daun trifoliate N0 0 1.89 4.41 b 14.04 b 34.89 c 54.59 N1 25 1.96 4.15 b 11.89 b 31.04 b 48.11 N2 50 1.78 3.78 a 8.81 a 23.81 a 44.19 BNT ─ 0.33 2.89 3.79 ─ Jumlah Buku N0 0 ─ 5.41 8.96 11.96 14.00 N1 25 ─ 5.78 8.96 12.44 13.96 N2 50 ─ 5.44 9.11 12.07 14.70 Umur berbunga N0 0 36.89 b N1 25 33.67 a N2 50 33.56 a BNT 0.59 Bobot brangkasan kering N0 0 138.70 c N1 25 116.77 b N2 50 90.87 a BNT 17.29 Jumlah polong berisi N0 0 86.24 c N1 25 79.95 b N2 50 74.33 a BNT 3.30 Bobot biji kering (gram) N0 0 38.52c N1 25 36.75 b N2 50 34.26 a BNT 1.26 Bobot 100 butir (gram) N0 0 11.84 N1 25 11.78 N2 50 11.85

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf peluang 5% ( BNT0,05).

Hasil penelitian Menunjukan bahwa jumlah daun trifoliate terbanyak umur 2 MST dijumpai pada naungan 25% (N1) meskipun secara statistik

menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya. Umur 3 dan 4 MST jumlah daun trifoliate terbanyak dijumpai pada naungan 0% (N0)

yang tidak beda nyata dengan 25% (N1), namun

berbeda nyata dengan 50% (N2). Umur 5 MST jumlah

daun trifoliate terbanyak dijumpai pada naungan 0% (N0) yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.

Sedangkan umur 6 MST jumlah daun trifoliate terbanyak dijumpai pada naungan 0% (N0) meskipun

secara statistik menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya.

Adapaun hubungan naungan terhadap jumlah daun trifoliate tanaman kedelai dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Pengaruh berbagai tingkat naungan terhadap jumlah daun trifoliate tanaman kedelai umur 2, 3, 4, 5, dan 6 MST.

Penelitian ini menunjukkan bahwa semakin rendahnya tingkat naungan maka jumlah daun trifoliate semakin banyak. Hal ini disebabkan intensitas cahaya rendah pada perlakuan naungan akan mengurangi sumber energi sehingga laju fotosintesis pada tanaman akan menurun yang mengakibatkan menurunnya jumlah daun trifoliate yang terbentuk. Hal ini sependapat dengan Gardner et all., (1991) bahwa bila intensitas cahaya yang diterima rendah, maka jumlah cahaya yang diterima oleh satuan luas permukaan daun dalam jangka waktu tertentu rendah. Kondisi kekurangan cahaya berakibat terganggunya metabolisme, sehingga menyebabkan menurunnya proses pertumbuhan yaitu menurunnya jumlah daun trifoliate dan sintesis karbohidrat (Chowdury et all., 1994 ; Sopandie et all., 2003).

Jumlah buku tidak dipengaruhi oleh tingkat naungan yang diberikan. Hal ini disebabkan pada tingkat naungan yang diberikan pertumbuhan buku masih berlangsung secara normal, tetapi dengan panjang antar buku ruas

0 20 40 60 N0 N1 N2 Jum lah D aun Tri fo liat e Naungan 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST

(4)

yang berbeda pada berbagai tingkat naungan. Dengan kata lain naungan tidak mempengaruhi jumlah buku yang terbentuk tetapi berpengaruh terhadap panjang ruas antar buku yang mengakibatkan tanaman pada kondisi ternaungi menjadi lebih panjang.

Umur berbunga tercepat dijumpai pada naungan 50% (N2) yakni 33.56 HST yang tidak

beda nyata dengan perlakuan 25% (N1), namun

berbeda nyata dengan perlakuan 0% (N0).

Adapun hubungan naungan terhadap umur berbunga tanaman kedelai dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Pengaruh berbagai tingkat naungan terhadap umur berbunga tanaman kedelai.

Penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat naungan maka umur berbunga semakin cepat. Hal ini disebabkan ada faktor protein pada tanaman kedelai yang mengubah pigmen pada lingkungan yang ternaungi sehingga menjadi lebih cepat berbunga. Hal ini sependapat dengan Zaman (2003) bahwa pada fase reproduktif beberapa varietas kedelai, cekaman naungan menyebabkan umur berbunga dan umur panen yang lebih cepat dibandingkan pada lingkungan tidak ternaungi. Widiastuti et all., (2004) juga menambahkan bahwa naungan dapat mempercepat umur berbunga maupun umur panen, karena kisaran suhu pada kondisi ternaungi sesuai untuk perkembangan fase generatif kedelai.

Bobot berangkasan kering tertinggi dijumpai pada naungan 0% (N0) yakni 138.70

gram yang berbeda sangat nyata dengan perlakuan lainnya.

Adapun hubungan naungan terhadap bobot berangkasan kering tanaman kedelai dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3. Pengaruh berbagai tingkat naungan terhadap bobot berangkasan kering tanaman kedelai.

Penelitian ini menunjukkan bahwa di lingkungan yang semakin terbukanya instensitas cahaya matahari bobot berangkasan kering semakin tinggi. Hal ini disebabkan perlakuan naungan akan mengurangi sumber energi sehingga laju fotosintesis menurun. Hal ini sesuai dengan pendapat Jumin (1992) menyatakan bahwa berat kering tanaman merupakan resultan dari ketiga proses yaitu penumpukan asimilat melalui fotosintesis, penurunan asimilat akibat meningkatnya respirasi dan akumulasi ke bagian penumpukan. Hal ini Lakitan (1996) juga menyatakan bahwa pada intensitas cahaya yang sangat rendah, hasil CO2 pada proses respirasi

dapat melampaui jumlah CO2 yang difiksasi

melalui fotosintesis.

Jumlah polong berisi dijumpai pada naungan 0% (N0) yakni 86.24 buah yang berbeda

sangat nyata dengan perlakuan lainnya.

Adapun hubungan naungan terhadap jumlah polong berisi tanaman kedelai dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4. Pengaruh berbagai tingkat naungan terhadap jumlah polong berisi tanaman kedelai.

Penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat naungan maka jumlah polong berisi semakin rendah. Hal ini disebabkan bahwa perlakuan naungan akan berkurangnya cahaya yang mengakibatkan menurunnya jumlah polong berisi. Hal ini sependapat denganBaharsjah (1980) kedelai yang diberi perlakuan intensitas cahaya 40% sejak awal pengisian polong, maka jumlah polong, hasil biji dan kadar protein biji akan lebih rendah dibandingkan dengan kedelai tanpa naungan.

Bobot biji kering tanaman-1 (gram) dijumpai pada naungan 0% (N0) yakni 38.52

gram yang berbeda nyata dengan naungan 25% (N1) dan 50% (N2).

Adapun hubungan naungan terhadap bobot biji kering tanaman-1 (gram) kedelai dapat dilihat pada gambar 5.

Gambar 5. Pengaruh berbagai tingkat naungan terhadap bobot biji kering tanaman-1 (gram) kedelai. 36,89 33,67 33,56 30 32 34 36 38 N0 N1 N2 U m ur B e rbung a (HST) Naungan 138,7 116,77 90,87 0 50 100 150 N0 N1 N2 B obot B e rangkasan K e ri ng (g ram ) Naungan 86,24 79,95 74,33 65 75 85 N0 N1 N2 Jum lah P ol ong B e ri si (buah) Naungan 38,52 36,75 34,26 32 33 34 35 36 37 38 39 N0 N1 N2 B obot bi ji ker ing (g ram ) Naungan

(5)

Penelitian ini menunjukkan bahwa lingkungan yang mendapatkan cekaman cahaya bobot biji keringsemakin rendah. Hal ini disebabkan pada kondisi ternaungi ketersediaan cahaya berkurang, sehingga aktifitas fotosintesis menurun yang mengakibatkan menurunnya hasil fotosintesis yang ditunjukkan dengan rendahnya bobot biji kering. Hal ini sependapat dengan PenelitianAdisarwanto et all., (2000) menunjukkan penurunan hasil biji kedelai akibat cekaman naungan 50% menyebabkanpenurunan hasil biji sekitar 50%.

Bobot 100 butir tanaman-1 tidak dipengaruhi oleh tingkat naungan. Hal ini disebabkan pada kondisi naungan yang diberikan tanaman masih mampu tumbuh dan

melangsungkan proses fotosintesis. Halini terlihat dari kemampuan tanaman menghasilkan biji sesuai dengan ukuran karakter genetiknya.

Pengaruh Varietas

Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran bernomor genap 2 sampai 40) menunjukkan bahwa varietas berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah daun trifoliate umur 5 dan 6 MST, Jumlah buku umur 5 MST, Jumlah polong berisi, bobot biji kering, dan Bobot 100 butir (gram), kemudian berpengaruh nyata terhadap jumlah daun trifoliate umur 4 MST, Jumlah buku 6 MST, Umur berbunga, dan Bobot brangkasan kering, serta berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun trifoliate umur 2 dan 3 MST, dan Jumlah buku umur 3 dan 4 MST.

Tabel 2. Rata-rata Jumlah daun trifolite umur 2, 3, 4, 5, dan 6 MST, jumlah buku umur 3, 4, 5, dan 6 MST, umur berbunga (HST), bobot brangkasan kering pertanaman, jumlah polong berisi, jumlah polong hampa, bobot biji kering (gram), dan bobot 100 butir (gram) pada berbagai varietas.

Peubah Perlakuan Umur Tanaman

Simbol Varietas 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST Jumlah daun trifoliate V1 Burangrang 1.89 4.22 10.67 a 26.22 a 40.41 a V2 Sinabung 1.81 4.04 12.19 b 32.00 b 53.89 b V3 Kaba 1.93 4.07 11.89 b 31.52 b 52.59 b BNT ─ ─ 1.06 1.63 4.33 Jumlah Buku V1 Burangrang ─ 5.7 8.85 11.81 a 13.85 a V2 Sinabung ─ 5.59 9.19 12.52 b 14.74 b V3 Kaba ─ 5.33 9 12.15 a 14.07 a BNT ─ ─ ─ 0.35 0.57 Umur berbunga V1 Burangrang 35.22 b V2 Sinabung 34.67 ab V3 Kaba 34.22 a BNT 0.7 Bobot berangkasan kering V1 Burangrang 102.6 a V2 Sinabung 133.02 b V3 Kaba 110.73 a BNT 18.45 Jumlah polong berisi V1 Burangrang 78.47 a V2 Sinabung 82.67 b V3 Kaba 79.38 a BNT 2.57 Bobot biji kering (gram) V1 Burangrang 39.01 b V2 Sinabung 35.34 a V3 Kaba 35.17 a BNT 0.87 Bobot 100 butir (gram) V1 Burangrang 15.87 b V2 Sinabung 10.00 a V3 Kaba 9.61 a BNT 0.60

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf peluang 5% ( BNJ 0,05).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah daun trifoliate terbanyak Umur 4, 5, dan 6 MST dijumpai

pada varietas Sinabung (V2) yang tidak jauh berbeda

nyata dengan varietas Kaba (V3), namun berbeda

(6)

Adapaun hubungan naungan terhadap jumlah daun trifoliate tanaman kedelai dapat dilihat pada gambar 6.

Gambar 6. Pengaruh berbagai varietas kedelai terhadap jumlah daun trifoliate umur 2, 3, 4, 5, dan 6 MST.

Penelitian ini menunjukkan bahwa ketiga varietas tersebut varietas Sinabung yang terbanyak memiliki jumlah daun trifoliate. Hal ini disebabkan karena keragaman genetik varietas yang diuji. Hal ini sependapat dengan Lukitasari (2010) bahwa setiap tumbuhan mempunyai kebutuhan intensitas radiasi matahari yang berbeda-beda sesuai dengan karakter genetiknya.

Jumlah buku umur 3 MST dijumpai pada varietas Burangrang (V1) meskipun secara

statistik menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya. Umur 4 MST dijumpai pada varietas Sinabung (V2) meskipun secara

statistik menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya. Sedangkan umur 5 dan 6 MST djumpai pada varietas Sinabung(V2) yang

berbeda nyata dengan varietas lainnya.

Adapaun hubungan varietas terhadap jumlah buku tanaman kedelai dapat dilihat pada gambar 7.

Gambar 7. Pengaruh berbagai varietas kedelai terhadap jumlah buku umur 3, 4, 5, dan 6 MST.

Penelitian ini menunjukkan bahwa varietas menghasilkan jumlah buku yang berbeda. Hal ini disebabkan jumlah buku dipengaruhi oleh keragaman faktor genetik. Hal ini sependapat dengan Astanto (1995) yang menyatakan bahwa varietas yang mempunyai karakter yang sama serta mengandung perbedaan yang jelas dari varietas yang lain, masing-masing varietas mempunyai sifat yang berbeda.

Umur berbunga tercepat dijumpai pada varietas Kaba (V3) yakni 34.22 HST yang tidak

berbeda nyata dengan varietas Sinabung (V2),

namun berbeda nyata dengan varietas Burangrang (V1).

Adapun hubungan varietas terhadap umur berbunga tanaman kedelai dapat dilihat pada gambar 8.

Gambar 8. Pengaruh berbagai varietas kedelai terhadap Umur berbunga.

Penelitian ini menunjukkan bahwa varietas Kaba dan Sinabung yang paling cepat terhadap umur berbunga tercepat. Hal ini disebabkan ada perbedaan genotipe antara varietas tersebut terhadap umur berbunga. Hal ini sependapat dengan Soverda et all., (2009) bahwa karakter umur berbunga pada beberapa genotipe kedelai berbeda antar genotipe, namun tidak dipengaruhi oleh taraf naungan. Sufianto (2005) juga menambahkan bahwa munculnya bunga kacang kedelai lebih cepat sangat tergantung pada varietas yang ditanam.

Bobot berangkasan kering dijumpai pada varietas Sinabung (V2) yakni 133.02 gram yang

berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.

Adapun hubungan varietas terhadap bobot berangkasan kering tanaman kedelai dapat dilihat pada gambar 9.

Gambar 9. Pengaruh berbagai varietas kedelai terhadap bobot berangkasan kering. Penelitian ini menunjukkan bahwa varietas Sinabung yang paling tertinggi bobot berangkasan keringnya.Hal ini disebabkan varietas tersebut mempunyai kemampuan yang cukup baik dalam memacu pertumbuhan jaringan baik organ vegetatif maupun organ generatif. Hal ini sependapat dengan Gardner dan Mitchell (1991) bahwa tanaman yang bisa beradaptasi dengan lingkungan dapat mencegah kehilangan air pada waktu persediaan air terbatas, juga membatasi pengambilan CO2 untuk fotosintesis

tetapi apabila fotosintesis meningkat mengakibatkan tingginya berat kering tanaman.

jumlah polong berisi terbanyak dijumpai pada varietas Sinabung (V2) yakni 82.67 polong 0 20 40 60 V1 V2 V3 Jum lah D aun Tri fo liat e Varietas 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 0 5 10 15 20 V1 V2 V3 Jum lah B uku (buah) Varietas 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 35,22 34,67 34,22 33,5 34 34,5 35 35,5 V1 V2 V3 U m ur B e rbung a (HST) Varietas 102,6 133,02 110,73 0 50 100 150 V1 V2 V3 B obot B rangkasa n K e ri ng Varietas

(7)

yang berbeda sangat nyata dengan perlakuan lainnya.

Adapun hubungan varietas terhadap jumlah polong berisi tanaman kedelai dapat dilihat pada gambar 10.

Gambar 10. Pengaruh berbagai varietas kedelai terhadap jumlah polong berisi. Penelitian ini menunjukkan bahwa varietas menghasilkan jumlah polong berisi yang berbeda. Hal ini disebabkan varietas sinabung mempunyai sifat genetik yang lebih baik dalam menghasilkan polong berisi. Hal ini sependapat dengan Sitompul dan Guritno (1995) menyatakan penampilan tanaman langsung oleh sifat genetik dalam merespon faktor lingkungan.

bobot biji kering tanaman-1 (gram) dijumpai pada varietas Burangrang (V1) yakni

39.01 gram yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.

Adapun hubungan varietas terhadap bobot biji kering tanaman-1 (gram) kedelai dapat dilihat pada gambar 11.

Gambar 11. Pengaruh berbagai varietas kedelai terhadap bobot biji kering tanaman-1 (gram).

Penelitian ini menunjukkan bahwa varietas menghasilkan bobot biji kering yang berbeda. Hal ini disebabkan varietas Sinabung mempunyai perbedaan dengan varietas lain baik disegi pertumbuhan, produksi, dan tahan terhadap hama penyakit. Hal ini sependapat dengan

Lakitan (2008) bahwa berat biji hasil panen tergantung dari besar kecilnya biji, hal ini diperoleh dari daya simpan hasil fotosintesis dari masing-masing varietas kacang kedelai. Sarah (2011) juga menambahkan bahwa akibat banyak faktor yang mempengaruhi varietas baik faktor biotik maupun faktor lingkungan akan mengakibatkan tinggi atau rendahnya berat biji per tanaman.

Bobot 100 butir dijumpai pada varietas Burangrang (V1) yakni 15.87 gram yang berbeda

nyata dengan perlakuan lainnya.

Adapun hubungan varietas terhadap bobot 100 butir tanaman-1 (gram) kedelai dapat dilihat pada gambar 12.

Gambar 12. Pengaruh berbagai varietas kedelai terhadap bobot 100 butir.

Penelitian ini menunjukkan bahwa ketiga varietas tersebut menghasilkan bobot 100 butir yang berbeda. Hal ini disebabkan varietas tersebut mempunyai tingkat adaptasi yang baik terhadap lingkungan yang cukup baik. Hal ini sependapat dengan Mustamu (2009) yang menyatakan bobot biji yang tinggi menunjukkan daya adaptasi tanaman yang tinggi terhadap cuaca yang ekstrim dan kesuburan tanah, sedangkan bobot biji yang rendah menunjukkan bahwa daya adaptasi tanaman semakin rendah terhadap cuaca ekstrim dan kesuburan tanah.

Interaksi

Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran bernomor genap 2 sampai 40)menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara naungan dan varietas yang berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman umur 2, 3, 4, dan 5 MST, serta berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 6 MST dan polong hampa.

1. Tinggi tanaman

Tabel 3. Rata-rata interaksi tinggi tanaman kedelai pada Berbagai tingkat naungan dan varietas. Tinggi Tanaman Naungan Varietas BNT V1 V2 V3 2 MST

N0 6.14 ab (A) 6.06 a (A) 6.66 b (A)

0.55 N1 8.54 b (B) 7.39 a (B) 8.41 b (B)

N2 10.62 c (C) 8.33 a (C) 8.93 b (C)

3 MST N0 12.19 a (A) 11.36 a (A) 11.50 a (A) 2.00

N1 19.34 b (B) 15.00 a (B) 14.86 a (B) 78,47 82,67 79,38 76 78 80 82 84 V1 V2 V3 Ju m lah P olon g (g ram ) Varietas 39,01 35,34 35,17 32 34 36 38 40 V1 V2 V3 B ob ot B iji K e ri n g (g ram ) Varietas 15,87 10.00 9,61 0 5 10 15 20 V1 V2 V3 B obo 100 B ut ir (g ram ) Varietas

(8)

N2 26.69 b (C) 17.87 a (C) 17.34 a (C)

4 MST

N0 24.13 a (A) 21.72 a (A) 20.60 a (A)

5.39 N1 38.84 b (B) 33.80 ab (B) 29.02 a (B)

N2 58.33 b (C) 40.31 a (C) 39.03 a (C)

5 MST

N0 41.89 b (A) 37.06 ab (A) 35.14 a (A)

6.33 N1 63.94 b (B) 55.56 a (B) 50.91 a (B)

N2 101.77 b (C) 78.81 a (C) 72.91 a (C)

6 MST

N0 56.94 a (A) 52.28 a (A) 51.12 a (A)

10.12 N1 85.48 b (B) 76.24 ab (B) 72.54 a (B)

N2 135.26 c (C) 123.86 b (C) 101.77 a (C)

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama (huruf kecil) pada baris yang sama dan huruf yang sama (huruf besar) pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf 5% (Uji BNT).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman tertinggi akibat interaksi naungan dan varietas dijumpai pada kombinasi perlakuan naungan 50%(N2) varietas Burangrang(V1) yang

beda nyata dengan perlakuan lainnya.

Adapun hubungan naungan dan varietas terhadap tinggi tanaman kedelai dapat dilihat pada gambar 13.

Gambar 13. Pengaruh berbagai tingkat naungan dan varietas kedelai terhadap tinggi tanaman umur 2, 3, 4, 5, dan 6 MST.

Berdasarkan gambar di atas menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat naungan maka tanaman semakin tinggi. Sesuai dengan pendapat Justika (1980) menyatakan bahwa pengaruh penaungan dengan mudah dapat dilihat dengan adanya batang yang tumbuh memanjang terus atau etiolasi. Hal ini Zhamal (2008) juga mengatakan bahwa pertumbuhan tinggi tanaman yang merupakan gejala etiolasi yaitu batang kecambah akan tumbuh lebih cepat tetapi lemah dan berwarna kuning akibat kekurangan cahaya.Uchimiya (2001) juga menambahkan salah satu pengaruhnaungan terhadap morfologi tanaman adalah batang tanaman menjadi lebih tinggi karenabatang tanaman mengalami etiolasi.

2. Jumlah polong hampa

Tabel 4. Rata-rata interaksi polong hampa pada berbagai tingkat naungan dan varietas.

Naungan Varietas BNT

V1 V2 V3

N0 2.02 a (C) 3.02 b (C) 3.34b (C)

0.65

N1 1.81 a (B) 2.24 a (B) 1.63 a (B)

N2 0.83 a (A) 1.17 a (A) 1.05 a (A)

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama (huruf kecil) pada baris yang sama dan huruf yang sama (huruf besar) pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf 5% (Uji BNT).

Hasil penelitan menunjukkan bahwa jumlah polong hampa terbanyak dijumpai pada varietas Kaba (V3) pada tingkat naungan 0% (N0)

yang tidak beda nyata dengan varietas Sinabung (V2) pada tingkat naungan 25% (N1) dan 50%

(N2).

Adapun hubungan naungan dan varietas terhadap jumlah polong hampa kedelai dapat dilihat pada gambar 14.

0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 90,00 100,00 110,00 120,00 130,00 140,00 150,00 0 25 50 Ti ng gi t anam an (cm ) Naungan (%) V1 V2 V3 2,02 1,81 0,83 3,02 2,24 1,17 3,34 1,63 1,05 0 1 2 3 4 0 25 50 Jum lah pol ong ha m pa (buah) Naungan (0%) V1 V2 V3

(9)

Gambar 14. Pengaruh jumlah polong hampa tanaman kedelai pada berbagai tingkat naungan dan varietas. Penelitian ini menunjukkan bahwa lingkungan yang mendapatkan intensitas matahari penuh memiliki jumlah polong hampa paling banyak. Hal ini disebabkan bahwa meningkatnya jumlah polong hampa disebabkan oleh faktor lingkungan dan faktor genetik varietas itu sendiri. Jumlah polong pada tanaman di lingkunganyang ternaungi menjadi lebih sedikit, yaitu berkurangsekitar 17 polong dan keadaan tersebut terjadi karena fasegeneratif merupakan fase peka terhadap naungan (Mathewet all., 2000), polong hampa karena kurangnya asimilat yang disimpan dalam bentuk biji.

KESIMPULAN

1. Naungan berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah daun trifoliate umur 5 MST, umur berbunga, bobot berangkasan kering, jumlah polong berisi dan bobot biji Kering tanama-1 (gram. Berpengaruh nyata terhadap jumlah daun trifoliate umur 3 dan 4 MST. Serta berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun trifoliate umur 2 dan 6 MST, dan jumlah buku umur 3 sampai dengan 6 MST. Pertumbuhan dan produksi tanaman kacang kedelai terbaik dijumpai pada naungan 0% (N0).

2. Varietas berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah daun trifoliate umur 5 dan 6 MST, jumlah buku umur 5 MST, jumlah polong berisi, bobot biji kering tanaman-1 (gram),dan bobot 100 butir tanaman-1 (gram). Berpengaruh nyata terhadap daun trifoliate umur 4 MST, jumlah buku umur 6 MST, umur berbunga, dan bobot berangkasan kering. Serta berpengaruh tidak nyata terhadap daun trifoliate umur 2 dan 3 MST, dan jumlah buku umur 3 dan 4 MST. Pertumbuhan dan produksi terbaik dijumpai pada varietas Sinabung.

3. Terdapat interaksi yang sangat nyata terhadap tinggi tanaman umur 2 sampai dengan 5 MST, serta berinteraksi nyata terhadap tinggi tanaman umur 6 MST dan jumlah polong hampa. Tinggi tanaman kacang kedelai umur 2, 3, 4, 5, dan 6 MST dijumpai pada 50% (N2) dan varietas

Burangrang serta polong hampa tertinggi dijumpai pada 0% (N0) dan varietas Kaba.

DAFTAR PUSTAKA

Adisarwanto, T., Suhartina, Soegiyatni. 2000. Respon kedelai terhadap beberapa tingkat naungan. EdisiKhusus Balitkabi 16:12-21.

Anonymous, 2013. Produksi Padi, jagung, dan Kedelai.BPS. Jakarta

Astanto, K. 1995. Perkembangan Varietas Kacang Tanah Monograt Balittan Malang No. 12. 1991. Malang

Baharsjah, J.S. 1980. Pengaruh naungan pada berbagai tahap perkembangan dan populasi tanaman terhadap pertumbuhan, hasil dan komponen kedelai (Glycine max L. Merril). Disertasi Doktor Fakultas Pasca Sarjana IPB Bogor.

Baharsyah, J. S, Suwardi,D dan Irsal Las. 1985. Hubungan Iklim dengan Pertumbuhan Kedelai. Badan penelitian dan pengembangan tanaman pangan. Pusat penelitian dan pengembangan tanaman pangan. Bogor.

Chowdury PK, Thangaraj M, and Jayapragasam. 1994. Biochemical Changes in Low Irradiance Tolerant and Succeptible Rice Cultivars. Biol. Plantarum. 36(2): 237-242.

Gardner FP, Pearce RB, and Mitchell RL. 1991. Physiology of Crop Plants. Diterjemahkan oleh H.Susilo. Jakarta. Universitas Indonesia Press.

Jumin, H. B. 1992. Ekologi Tanaman, Suatu Pendekatan Fisiologis. Rajawali Press. Jakarta.

Justika, S. Baharsyah, 1980. Pengaruh Naungan pada Berbagai Tahap Perkembangan dan Populasi Tanaman Terhadap Pertumbuhan, Hasil dan Komponen Hasil Kedelai. Disertasi Doktor. Fakultas Pascasasarjana IPB. Bogor.

Lakitan, B. 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan. Raja Grafindo Persada.Jakarta.

---. 2008. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Lukitasari, M. 2010. Ekologi Tumbuhan. Diktat Kuliah. IKIP PGRI Press. Madiun

(10)

Mathew, J.P., S.J. Herbert, S. Zhang, A.A.F. Rautenkranz, G.V. Litchfield. 2000. Differential response of soybeanyield components to the timing of light enrichment. Agron. J. 92:1156-1161. Mustamu Y A. 2009. Seleksi Kedelai Generasi

F4 Terhadap Intensitas Cahaya Rendah Di Dua Lingkungan. Tesis Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Pijoto, S. 2007. Benih Kedelai. Kanisius.

Yogyakarta.

Sarah S. 2011. Pendugaan Parameter Genetik dan Metode Seleksi Kedelai (Glycine max L. Merril) Berdaya Hasil Tinggi di Manokwari.

Silaen, S. 2004. Pengaruh Pemberian Naungan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max L. Merril) Dipolibeg. Tesis Program Studi Agronomi Program Pasca Sarjana Universitas Sumatra Utara. 103 hal. Sitompul, S. M. dan Guritno. 1995. Analisis

Pertumbuhan Tanaman Gajah Mada Universitas Sity Press. Yogyakarta. 417 hal.

Soverda, N., Evita, Gusniwati. 2009. Evaluasi dan seleksi varietas tanaman kedelai terhadap naungan danintensitas cahaya rendah. Zuriat 19:86-97.

Sufariandin, W. S. 1999. Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max (L) Merril) yang Ditanamn di Gawangan Karet TBM-3 pada Dua System Pengolahan Tanah. Skripsi Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor. 33 hal. Sufianto. 2005. Kajian cekaman air dan jumlah

ginophore kacangtanah (Arachis hypogaea L.) DPP. UMM

Uchimiya, H. 2001. Genetic engineering for abiotic stress tolerance in plants. SCOPAS.

http://www.sciencecouncil.cgiar.org. [11 Februari 2010].

Widiastuti, L. Tohari, Sulistyaningsi, E. 2004. Pengaruh Intensitas Cahaya dan Kadar Daminosida terhadap Iklim Mikro dan Pertumbuhan Tanaman Krisan dalam Pot. Jurnal Ilmu Pertanian (11)2:35-42.

Zaman, M.Z. 2003. Respon pertumbuhan dan hasil beberapavarietas kedelai (Glycine max (L) Merrill) terhadap intensitas penaungan. Skripsi. Fakultas Pertanian.Universitas Brawijaya. Malang.

Zhamal (2008) Pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan biji kacang hijau. http:// catatanzhamal.blogspot.com/. Diakses pada April 2010

(11)
(12)

Gambar

Gambar  1.  Pengaruh  berbagai  tingkat  naungan    terhadap  jumlah  daun  trifoliate  tanaman kedelai umur 2, 3, 4, 5, dan  6 MST
Gambar  2.  Pengaruh  berbagai  tingkat  naungan  terhadap  umur  berbunga  tanaman  kedelai
Tabel 2. Rata-rata Jumlah daun trifolite umur 2, 3, 4, 5, dan 6 MST, jumlah buku umur 3, 4, 5, dan 6  MST,  umur  berbunga  (HST),  bobot  brangkasan  kering  pertanaman,  jumlah  polong  berisi,  jumlah  polong  hampa,  bobot  biji  kering  (gram),  dan
Gambar  6.  Pengaruh  berbagai  varietas  kedelai  terhadap jumlah daun trifoliate umur 2,  3, 4, 5, dan 6 MST
+3

Referensi

Dokumen terkait

melaksanakan pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan langkah – langkah pembelajaran yang terdapat dalam RPP. Kegiatan pembelajaran ini menggunakan model pembelajaran

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan Model pembelajaran CTL Berbantuan Media LKS dalam proses pembelajaran matematika dapat meningkatkan

Pada tahap ini peneliti mengumpulkan dan membaca data secara umum tentang Prophetic Intelligence (kecerdasan kenabian) dalam buku Hamdani Bakran Adz-Dzakiey yang

dari sebelumnya, pembelajaranpun berjalan semakin baik tampak lebih hidup dan menyenangkan. Interaksi antara guru dan siswa, antara siswa dan siswa tetap nampaak

SKRIPSI SKRINING ANEMIA PADA SISWA SEKOLAH DASAR .... WEDHA

[r]

Jika penentuan gen ini sudah dapat dilakukan maka pada program pemuliaan kambing yang ditujukan untuk menghasilkan produksi daging berkualitas tinggi, ekspresi gen

Semakin tinggi dan kuat kepemimpinan membentuk karakter pimpinan (atasan) maka semakin tinggi keinginan guru untuk melakukan pengembangan keprofesionalan. Guru yang telah menerima