• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PARTISIPASI KADER DALAM KEGIATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PARTISIPASI KADER DALAM KEGIATAN"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

60 Hermiyanty & Nurdiana, Faktor-faktor yang Berhubungan dengan ... FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PARTISIPASI KADER

DALAM KEGIATANPOSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

DONGGALAKECAMATAN BANAWA KABUPATEN DONGGALA

(The Factors Related to the Participation of Cadres in Posyandu Activities in the Working Area Health Center Donggala, Sub-district Banawa, District Donggala)

Hermiyanty*, Nurdiana**

* Bagian Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

** Bagian Promosi Kesehatan, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Tadulako, Jl. Soekarno Hatta KM 9, Palu 94116,

Indonesia. E-mail: nurdyanna77@gmail.com

ABSTRACT

Cadres is a volunteers recruited from , by and for the community , which is assigned to assist the smooth running of health services. Cadres are active in several posyandu there is only one person cadre course , there is even one that does not have a posyandu cadre's . Basically within one (1) posyandu shall have five (5 ) cadres that Posyandu activities run smoothly . This study aimed to identify factors associated with the participation on cadres in Posyandu activities in Clinic Donggala the sub district of Banawa, Donggala. This type of research is survey cross sectional analytic approach. The population in this study were all cadres Posyandu in Clinic Donggala, account of to 161 people with a total sample of 115 people who are determined by random sampling. Data were analyzed using Chi Square test, with a confidence level of 95% (ρ < 0.05). Results showed that was a significant relationship between knowledge, needs cadres, respect, the role of community leaders, and the role of health workers where ρ-value of the these five variable are 0.000 cadres participation Clinic Donggala the subdistrict of Banawa, Donggala. The clinic and the health centers Donggala can develop policies that can increase the participation od cadres in Posyandu activities such as maximizing refreshing cadres, providing the latest infoemation on heath and nutrition additional health workers ini Posyandu activities. Keywords: Award, Cadres Needs, Knowledge Cadres, The Role of Community

(2)

61 Hermiyanty & Nurdiana, Faktor-faktor yang Berhubungan dengan ... ABSTRAK

Kader adalah seorang tenaga sukarela yang direkrut dari, oleh dan untuk masyarakat, yang bertugas membantu kelancaran pelayanan kesehatan. Kader yang aktif di beberapa posyandu ada hanya memiliki satu orang kader saja, bahkan ada salah satu posyandu yang tidak memiliki kader posyandu. Pada dasarnya dalam 1 (satu) posyandu harus mempunyai 5 (lima) orang kader agar kegiatan posyandu berjalan dengan lancar. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi kader dalam kegiatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Donggala Kecamatan Banawa Kabupaten Donggala. Jenis penelitian ini adalah Survey Analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua kader posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Donggala Kecamatan Banawa Kabupaten Donggala yang berjumlah 161 orang dengan jumlah sampel sebanyak 115 orang yang ditentukan dengan random sampling. Data dianalisis dengan menggunakan uji Chi Square, dengan derajat kepercayaan 95% (ρ < 0,05). Hasil menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan, kebutuhan kader, penghargaan, peran tokoh masyarakat, dan peran petugas kesehatan dimana ρ-value dari kelima variabel tersebut adalah 0,000 dengan partisipasi kader posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Donggala Kecamatan Banawa Kabupaten Donggala. Pihak puskesmas maupun Dinas Kesehatan Kabupaten Donggala dapat menyusun kebijakan yang dapat meningkatkan partisipasi kader dalam kegiatan posyandu seperti memaksimalkan refreshing kader, memberikan informasi-informasi terkini mengenai kesehatan dan penambahan tenaga kesehatan gizi dalam kegiatan posyandu.

Kata Kunci: Kebutuhan Kader, Pengetahuan Kader, Penghargaan, Peran Tokoh

Masyarakat, Peran Petugas Kesehatan

PENDAHULUAN

Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan

kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi[1].

Tahun 2013 terdapat 280.225 Posyandu di Indoensia. Jumlah tersebut terdiri dari posyandu pratama sebanyak 32,7% posyandu madya sebanyak 29,1%

(3)

62 Hermiyanty & Nurdiana, Faktor-faktor yang Berhubungan dengan ... posyandu purnama sebanyak 29,9% dan

posyandu mandiri sebanyak 8,3%[2]. Posyandu sangat tergantung pada peran kader, mereka inilah yang memiliki andil besar dalam memperlancar proses pelayanan kesehatan primer. Namun keberadaan kader relatif labil karena partisipasinya bersifat sukarela sehingga tidak ada jaminan bahwa para kader akan tetap menjalankan fungsinya dengan baik seperti yang diharapkan. Jika ada kepentingan keluarga atau kepentingan lainnya maka Posyandu akan ditinggalkan[3].

Terdapat lima kegiatan posyandu yaitu Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Keluarga Berencana (KB), imunisasi, peningkatan gizi, dan penanggulangan diare Ambarwati dan Rismintari[4]. Peran kader sangat dibutuhkan dalam kegaitan ini, seperti mengundang dan menggerakkan masyarakat yaitu dengan memberitahu ibu-ibu untuk datang ke posyandu serta melakukan pendekatan dengan tokoh-tokoh masyarakat yang dapat memotivasi masyarakat untuk datang ke posyandu, menilai hasil kegiatan dan merencanakan kegiatan hari posyandu bulan berikutnya, melakukan

kegiatan kunjungan rumah dan tindak lanjut terhadap sasaran yang tidak datang dalam kegiatan posyandu [5].

Kader adalah seorang tenaga sukarela yang direkrut dari, oleh dan untuk masyarakat, yang bertugas membantu kelancaran pelayanan kesehatan. Keberadaan kader sering dikaitkan dengan pelayanan rutin di posyandu. Sehingga seorang kader posyandu harus mau bekerja secara sukarela dan ikhlas, mau dan sanggup melaksanakan kegiatan posyandu, serta mau dan sanggup menggerakkan masyarakat untuk melaksanakan dan mengikuti kegiatan posyandu[6]. Kader di Indonesia merupakan sosok insan yang menarik perhatian khalayak Kesederhanaannya dan asalnya yang dari masyarakat setempat, telah membuat kader begitu dekat dengan masyarakat. Keberadaannya yang selalu dekat dengan masyarakat membuat ahli pengetahuan dan keterampilan dari kader kepada tetangganya demikian mudah. Kedekatannya dengan petugas puskesmas telah membuat mereka menjadi penghubung yang handal antara petugas kesehatandengan masyarakat.Melejitnya

(4)

63 Hermiyanty & Nurdiana, Faktor-faktor yang Berhubungan dengan ... jumlah dan peran posyandu dalam

keberhasilan program keluarga berencana dan kesehatan, telah turut mengangkat kepopuleran kader posyandu di Indonesia[7].

Salah satu permasalahan yang berkaitan dengan kader ini adalah tingginya drop out kader. Persentase kader aktif secara nasional adalah 69,2%, sehingga angka drop out kader sekitar 30,8%. Kader drop out adalah mekanisme yang alamiah, karena pekerjaan yang didasari sukarela tentu saja secara kesisteman tidak mempunyai ikatan yang kuat[7]. Dinas Kesehatan Sulawesi Tengah menemukan bahwa jumlah kader yang aktif di posyandu antara 2-3 orang atau sebanyak 77.3%, sebaliknya pengguna mencapai 97.9%[8]. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di posyandu yang berada di wilayah kerja puskesmas donggala peneliti menemukan bahwa kader posyandu dibekali dengan pelatihan dan buku pedoman dari puskesmas sebagai dasar penuntun mereka bekerja. Berbasis pendidikan SD dan SMP kader memberikan pelayanan secara sukarela dan hanya mendapat insentif sebesar Rp.

20.000,- tiap bulan. Selain itu, ada beberapa posyandu hanya memiliki 1 kader yang aktif yaitu Posyandu Kampung Baru, Posyandu Gunung Bale, dan Posyandu Lumbu Ganti. Bahkan ada salah satu posyandu yang tidak memiliki kader yaitu Posyandu Lanta. Pada dasarnya dalam 1 posyandu harus mempunyai 5 orang kader agar kegiatan posyandu berjalan dengan lancar.

Berdasarkan permasalahan diatas maka peneliti ingin meneliti tentang apa saja faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi kader dalam kegiatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Donggala Kacamatan Banawa Kabupaten Donggala.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survei analitik. Mengenai cara pendekatan terhadap subjek penelitian ini menggunakan pendekatan Cross Sectional. Dalam penelitian ini survei analitik digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi kader dalam kegiatan posyandu.yang dilaksanakan pada bulan Mei sampai

(5)

64 Hermiyanty & Nurdiana, Faktor-faktor yang Berhubungan dengan ... bulan Juli 2015. Populasi dalam

penelitian ini adalah semua kader Posyandu di wilayah Puskesmas Donggala Kecamatan Banawa Kabupaten Donggala yang berjumlah 161 kader. Sampel ditentukan dengan teknik random sampling yang berjumlah 115 kader.

1. Hubungan Pengetahuan dengan

Partisipasi Kader

Hubungan antara tingkat pengetahuan dan partisipasi kader menunjukkan bahwa jumlah responden yang aktif berpartisipasi dan berpengetahuan baik yaitu sebanyak 53 orang atau 70,7%, sedangkan responden yang tidak aktif berpartisipasi dan berpengetahuan kurang baik yaitu sebanyak 40 orang atau 100%. Berdasarkan hasil uji statistic Chi-Square diperoleh nilai p = 0,000 < 0,05 sehingga Ho pada penelitian ini ditolak. Dengan demikian menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan partisipasi kaderposyandu di wilayahkerja Puskesmas Donggala Kecamatan Banawa Kabupaten Donggala.

2. Hubungan Kebutuhan Kader

dengan Partisipasi Kader

Hubungan antara kebutuhan kader dan partisipasi kader menunjukkan bahwa responden yang aktif berpartisipasi dan merasa buruh yaitu sebanyak 53 orang atau 94,6%, sedangkan responden yang tidak aktif berpartisipasi dan merasa tidak butuh yaitu sebanyak 59 orang atau 100%. Berdasarkan hasil uji statistic Chi-Square diperoleh nilai p = 0,000 < 0,05 sehingga Ho pada penelitian ini ditolak. Dengan demikian menunjukkan bahwa ada hubungan antara kebutuhan kader dengan partisipasi kader posyandu di wilayak kerja Puskesmas Donggala Kecamatan Banawa Kabupaten Donggala

3. Hubungan Penghargaan dengan

Partisipasi Kader

Hubungan antara penghargaan dan partisipasi kader menunjukkan bahwa responden yang aktif dalam berpartisipasi dan yang merasa diberi penghargaan yaitu sebanyak 49 orang atau 94,2%, sedangkan responden yang tidak aktif berpartisipasi dan tidak merasa diberi penghargaan yaitu sebanyak 59 orang atau 53,9%. Berdasarkan hasil uji statistic

(6)

65 Hermiyanty & Nurdiana, Faktor-faktor yang Berhubungan dengan ... Chi-Square diperoleh nilai p = 0,000 <

0,05 sehingga Ho pada penelitian ini ditolak. Dengan demikian menunjukkan bahwa ada hubungan antara penghargaan dengan partisipasi kader posyandu di wilayak kerja Puskesmas Donggala Kecamatan Banawa Kabupaten Donggala.

4. Hubungan Peran Tokoh

Masyarakat dengan Partisipasi

Kader

Hubungan antara peran tokoh masyarakat dan partisipasi kader menunjukkan bahwa responden yang aktif berpartisipasi dan merasa adanya peran dari tokoh masyarakat yaitu sebanyak 36 orang atau 75,0%, sedangkan kader yang tidak aktif berpartisipasi dan merasa tidak adanya peran dari tokoh masyarakat yaitu sebanyak 50 orang atau 74,6%. Berdasarkan hasil uji statistic Chi-Square diperoleh nilai p = 0,000 < 0,05 sehingga Ho pada penelitian ini ditolak. Dengan demikian menunjukkan bahwa ada hubungan antara peran tokoh masyarakat dengan partisipasi kader posyandu di wilayak kerja Puskesmas Donggala

Kecamatan Banawa Kabupaten Donggala.

5. Hubungan Peran Petugas

Kesehatan dengan Partisipasi

Kader

Hubungan antara peran petugas kesehtaan dan partisipasi kader menunjukkan bahwa kader yang aktif berpartisipasi dan merasakan adanya peran dari petugas kesehatan yaitu sebanyak 53 orang atau 75,7%, sedangkan kader yang tidak aktif berpartisipasi dan merasa tidak adanya peran dari petugas kesehatan yaitu sebanyak 45 orang atau 100%. Berdasarkan hasil uji statistic Chi-Square diperoleh nilai p = 0,000 < 0,05 sehingga Ho pada penelitian ini ditolak. Dengan demikian menunjukkan bahwa ada hubungan antara peran tenaga kesehatan dengan partisipasi kader posyandu di wilayak kerja Puskesmas Donggala Kecamatan Banawa Kabupaten Donggala.

(7)

66 Hermiyanty & Nurdiana, Faktor-faktor yang Berhubungan dengan ... PEMBAHASAN

1. Hubungan Pengetahuan dengan Partisipasi Kader

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior) [9].

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa, terdapat hubungan antara pengetahuan dengan partisipasi kader dengan nilai ρ 0,000 atau nilai ρ < 0,05. Ini berarti semakin baik pengetahuan kader tentang posyandu maka semakin tinggi tingkat partisipasi kader dalam kegiatan posyandu, sebaliknya apabila pengetahuan kader kurang baik maka partisipasinya akan kurang dalam kegiatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Donggala Kecamatan Banawa Kabupaten Donggala.

Perilaku dimulai dengan adanya pengetahuan dan pengamatan belajar yang di dapat, kemudian akan timbul persepsi yang selanjutnya akan terbentuk

sikap yang merupakan dorongan terhadap terjadinya perilaku. Kader posyandu yang

memiliki pengetahuan rendah akan

memiliki rasa tidak percaya diri yang berdampak menjadi tidak aktif dalam meja penyuluhan[10].

Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Suhat dan Hasanah, dimana menunjukkan bahwa terdapat hubungan pengetahuan kader dengan keaktifan kader dalam kegiatan posyandu. Kader yang berpengetahuan kurang akan beresiko untuk pasif dibandingkan dengan kader yang berpengetahuan baik[11].

Salah satu faktor yang mempengaruhi partisipasi kader adalah pengetahuan. Hasil analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini dari 115 kader posyandu terdapat 53 kader yang berpartisipasi dalam kegiatan posyandu dan berpengetahuan baik. Dari 53 kader ini didominasi oleh kader yang mempunyai pendidikan terakhir cukup baik yakni SMA sebanyak 28 orang (52,8%) dan Perguruan Tinggi 1 orang (1,9%). Hal ini akan lebih memudahkan kader memahami dan mengetahui tugas-tugasnya sebagai kader untuk masyarakat

(8)

67 Hermiyanty & Nurdiana, Faktor-faktor yang Berhubungan dengan ...

dan akan lebih mudah memahami suatu informasi yang diberikan.

Berdasarkan kuesioner yang diberikan kepada kader posyandu di wilayah kerja Puskesmas Donggala Kecamatan Banawa Kabupaten Donggala, rata-rata dari mereka sudah mengetahui tugas kader dalam kegiatan posyandu. Hal ini dikarenakan pengetahuan kader sering diperbaharui melalui kegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintah setempat yang mengikutsertakan kader. Kegiatan tersebut seperti refreshing kader yang dilaksanakan di awal tahun, lomba-lomba posyandu antar desa atau kelurahan dimana kegiatan tersebut dapat meningkatkan pengetahuan kader posyandu, sehingga kader lebih termotivasi untuk belajar lebih banyak mengenai posyandu.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Prang dkk yang diperoleh ρ 0,000 itu artinya terdapat hubungan antara pengetahuan dengan keaktifan kader posyandu[12]. Demikian penelitian yang dilakukan oleh Harisman dan Nuryani yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan

pengetahuan terhadap keaktifan kader posyandu dimana ρ 0,017[13]. Namun berbeda yang diungkapkan oleh Suryati B yang mengatakan bahwa tidak ada hubungan pengetahuan dengan keaktifan kader posyandu. Hal ini memperlihatkan bahwa walaupun kader mempunyai pengetahuan rendah tetapi di dalam kegiatan-kegiatan posyandu bekerja aktif dan menunjukkan kader mau memberikan pelayanan kesehatan yang tinggi[14]. Walaupun demikian, seorang kader harus mempunyai pengetahuan mengenai kegiatan-kegiatan di posyandu, seperti mengetahui tugas-tugas kader dalam kegiatan posyandu sehingga bisa memberikan layanan optimal kepada masyarakat di wilayah kerjanya.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan atau perilaku seseorang. Dari pengalaman terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Kurangnya pengetahuan akan posyandu akan berakibat baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap perilaku kepatuhan untuk kader

(9)

68 Hermiyanty & Nurdiana, Faktor-faktor yang Berhubungan dengan ... berpartisipasi dalam kegiatan

posyandu[15].

2. Hubungan Kebutuhan Kader dengan Partisipasi Kader

Kebutuhan kader adalah kebutuhan yang bermanfaat untuk pemenuhan kebutuhan umum atau orang banyak. Kebutuhan kader merupakan kebutuhan yang erat hubungannya dengan kesejahteraan, ketertiban, keamanan, keindahan dan kemakmuran masyarakat[16]. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa kader yang aktif berpartisipasi lebih banyak merasa membutuhkan posyandu yaitu sebanyak 53 orang, sedangkan kader yang tidak aktif berpartisipasi lebih banyak merasa tidak membutuhkan posyandu yaitu sebanyak 59 orang. Dari hasil analisis bivariat penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kebutuhan kader dengan partisipasi kader dengan nilai ρ 0,000 atau nilai ρ < 0,05. Ini berarti semakin kader merasa butuh posyandu maka semakin tinggi partisipasi kader dalam kegiatan posyandu, sedangkan kader yang tidak merasa butuh partisipasinya akan kurang dalam kegiatan posyandu di wilayah

kerja Puskesmas Donggala Kecamatan Banawa Kabupaten Donggala. Hasil kuisioner menunjukkan bahwa dengan mengikuti kegiatan posyandu, kader merasa mendapat manfaat yakni dengan adanya informasi yang diterima pada saat kegiatan berlangsung. Seiring dengan berjalannya waktu kader semakin merasa bahwa mengikuti kegiatan posyandu menjadi sebuah kebutuhan untuk dirinya. Selain itu, menjadi seorang kader dapat meningkatkan citra diri kader di mata masyarakat.

Berdasarkan hasil analisis data pada penelitian ini, menunjukkan bahwa kader yang aktif dalam kegiatan posyandu dan merasa butuh dengan posyandu, sebagian besar dari mereka mengurus rumah tangga yakni 47 orang (88,7%).

Salah satu faktor yang

mempengaruhi partisipasi kader adalah

pekerjaan. Pekerjaan mempengaruhi

seseorang terhadap peran serta masyarakat meliputi keadaan waktu yang tersedia untuk kegiatan sosial. Semakin sedikit waktu seseorang untuk bersosialisasi karena banyaknya pekerjaan menyebabkan menurunnya tingkat kesadaran dan tanggung jawab

(10)

69 Hermiyanty & Nurdiana, Faktor-faktor yang Berhubungan dengan ... mereka terhadap kegiatan sosial, salah

satunya adalah berperan aktif menjadi kader kesehatan di lingkungannya [11].

Kader posyandu di wilayah kerja PuskesmasDonggala Kecamatan Banawa Kabupaten Donggala yang aktif sebagian besar mengurus rumah tangga dimana mereka mempunyai waktu yang fleksibel untuk melaksanakan kegiatan posyandu. Mereka dapat mengatur waktu dengan

baik, sehingga mereka dapat

melaksanakan kegiatan posyandu tanpa mengorbankan urusan rumah tangga

masing-masing. Selain itu, mereka

beranggapan kalau kegiatan posyandu hanya dilakukan 1 kali dalam 1 bulan, jadi tidak masalah meluangkan waktu untuk mendapat manfaat dari kegiatan posyandu.

Kegiatan posyandu juga dilakukan di waktu yang telah disepakati antara

kader dengan petugas kesehatan,

sehingga waktu mengurus rumah tangga

mereka tetap berjalan. Hal ini

dikarenakan kader lebih memahami masyarakatnya atau lebih mengetahui

waktu luang dari masyarakatnya.

Berdasarkan fakta dilapangan butuhnya

kader terhadap kegiatan posyandu,

dikarenakan kader juga sering dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Badan Kependudukan Keluarga

Berencana Nasional (BKKBN) dan

Badan Pusat Statistik (BPS) seperti mendata jumlah kepala keluarga (KK) yang ada di wilayahnya. Kader yang

mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut

maka akan sering mendapatkan insentif dari BKKBN dan BPS. Maka kader tidak hanya mendapatkan informasi mengenai kesehatan dari tenaga kesehatan tetapi

mendapatkan informasi juga dari

BKKBN.

Penelitian ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Alfiah A yang menyatakan bahwa ada pengaruh pekerjaan terhadap menurunnya jumlah kader dalam kegiatan posyandu. Kader yang tidak bekerja lebih aktif dalam

pemanfaatan posyandu dibandingkan

dengan kader yang bekerja[17]. Namun berbeda dengan yang diungkapkan oleh Mursalin yang mengatakan bahwa tidak ada pengaruh antara pekerjaan kader dengan kinerja kader (0,32 > 0,05). Hal ini memberikan suatu fenomena dimana

kader yang tidak bekerja justru

(11)

70 Hermiyanty & Nurdiana, Faktor-faktor yang Berhubungan dengan ...

pekerjaan bukan menentukan hasil kerja sebagai kader posyandu[18].

3. Hubungan Penghargaan dengan Partisipasi kader

Penghargaan adalah semua pendapatan yang berbentuk uang, barang langsung atau tidak langsung yang diterima karyawan sebagai imbalan atau jasa yang diberikan kepada perusahaan

[19]

.

Berdasarkan hasil analisis bivariat pada penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara penghargaan dengan partisipasi kader dengan nilai ρ 0,000 atau nilai ρ < 0,05. Ini berarti semakin kader diberi penghargaan maka akan tinggi partisipasinya dalam kegiatan posyandu, sebaliknya apabila kader merasa kurang diberi penghargaan maka tingkat partisipasinya akan kurang dalam kegiatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Donggala Kecamatan Banawa Kabupaten Donggala.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Djuhaeni

dkk yang mengatakan bahwa

penghargaan mempunyai kontribusi

positif dan bermakna dalam membentuk motivasi internal[20].

Penghargaan yang diberikan kepada

kader posyandu di wilayah kerja

Puskesmas Donggala Kecamatan Banawa Kabupaten Donggala berupa pemberian

insentif atau uang untuk biaya

transportasi kader sebesar Rp. 25.000 untuk kegiatan posyandu yang diberikan

kepada kader setelah posyandu

dilakukan. Selain itu setiap masukan yang diberikan kader kepada petugas kesehatan selalu di dengar, baik setelah kegiatan posyandu berlangsung maupun saat

pertemuan yang dilaksanakan oleh

puskesmas terkait posyandu diadakan.

Pemberian pengobatan gratis

untuk kader posyandu di wilayah kerja Puskesmas Donggala Kecamatan Banawa Kabupaten Donggala di bidan desa berlaku hanya untuk kader menjadi wujud dari rasa terima kasih bidan desa atas partisipasi kader dalam kegiatan posyandu. Hal ini yang mendorong kader untuk aktif dalam kegiatan posyandu. Jaminan Kesehatan untuk kader tidak ada

dalam aturan pemerintah. Jaminan

Kesehatan hanya boleh dilakukan pada peserta penerima bantuan iuran dan peserta bukan penerima bantuan iuran sebagaimana tercantum dalam Perpres RI

(12)

71 Hermiyanty & Nurdiana, Faktor-faktor yang Berhubungan dengan ...

No 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan. Oleh karena itu pengobatan gratis yang didapatkan kader posyandu di wilayah kerja Puskesmas Donggala Kecamatan Banawa Kabupaten Donggala hanya sampai di bidan desa tidak sampai di Puskesmas Donggala.

Kader yang aktif dan diberi penghargaan dominan berusia 38-46 tahun sebanyak 25 orang (51,0%) penghargaan seperti pengobatan gratis yang di inginkan, karena diusia mereka yang sudah tidak produktif lagi mereka bisa mendapatkan pengobatan gratis hanya dengan ikut berpartisipasi aktif dalam kegiatan posyandu.

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Harisman dan Nuryani, dimana ditemukan sebanyak 90% kader diberi penghargaan namun tidak aktif dalam kegiatan posyandu dan sebanyak 67,5% kader posyandu yang tidak diberikan penghargaan tetap aktif dalam kegiatan posyandu. Hal ini berkaitan dengan dukungan keluarga serta petugas dalam memberikan arahan pada kegiatan kader posyandu[13].

Semua orang pasti ingin dihormati dan ingin merasa berguna bagi orang lain.

Kebutuhan semacam ini tertuang pada hirarki pada tahap keempat dalam piramida Maslow (1943) yakni kebutuhan percaya diri (Esteem).

Maslow menemukan bahwa setiap orang memiliki dua kategori kebutuhan akan penghargaan yaitu harga diri dan penghargaan dari orang lain[21].

Penghargaan yang diberikan kepada

keder posyandu di wilayah kerja

Puskesmas Donggala Kecamatan Banawa Kabupaten Donggala telah sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Abraham Maslow yaitu dihargai orang lain, dikenal dan diakui, rasa percaya diri dan berprestasi. Dapat dilihat dengan setiap masukan-masukan yang diberikan oleh kader selalu didengar oleh petugas kesehatan dan dipercaya untuk mengikuti

lomba-lomba posyandu antar

desa/kelurahan.

4. Hubungan Peran Tokoh Masyarakat dengan Partisipasi Kader

Menurut UU Nomor 2 Tahun 2002 pasal 39 ayat 2 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia menerangkan bahwa tokoh masyarakat ialah pimpinan informal masyarakat yang telah terbukti

(13)

72 Hermiyanty & Nurdiana, Faktor-faktor yang Berhubungan dengan ... menaruh perhatian terhadap

kepolisian[22].

Pada peneltian ini ditemukan bahwa kader yang aktif dan merasakan adanya peran dari tokoh masyarakat sebanyak 36 orang (75,0%), dan kader yang tidak aktif dan merasa tidak adanya peran dari tokoh masyarakat sebanyak 50 orang (74,6%).

Mengembangkan peran serta masyarakatapada program tertentu, para tokoh masyrakat baik formal maupun non formal sangat penting peranannya, tertutama dalam mempengaruhi, memberi contoh dan menggerakkan ketertiban seluruh warga masyarakat lingkungannya guna mendukung keberhasilan program. Lebih-lebih dalam masyarakat pedesaan, peran tersebut menjadi sangat menentukan karena kedudukan para tokoh masyarakat masih sangat kuat pengaruhnya dan bahkan sering menjadi tokoh panutan dalam segala kegiatan hidup sehari-hari warga masyarakat[23].

Berdasarkan hasil analisis data pada penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara peran tokoh masyarakat dengan partisipasi kader dengan nilai ρ 0,000 atau nilai ρ < 0,05. Ini berarti semakin baik peran tokoh

masyarakat dalam kegiatan posyandu maka semakin tinggi tingkat partisipasi kader dalam kegiatan posyandu, sedangkan kurangnya peran tokoh masyarakat dalam kegiatan posyandu maka tingkat partisipasi kader pun akan kurang dalam kegiatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Donggala Kecamatan Banawa Kabupaten Donggala.

Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Widagdo, dimana menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara kepemimpinan tokoh masyarakat dan kehadiran kader posyandu dengan derajat kemaknaan 0,001. Tokoh masyarakat selalu mengadakan peninjauan terhadap pelaksanaan kegiatan posyandu dan mengikuti kagiatan lain, sehingga kader akan malu jika tidak turut serta[24].

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada kader posyandu di wilayah kerja Puskesmas Donggala Kecamatan Banawa Kabupaten Donggala tokoh masyarakat sering mengadakan pertemuan dengan kader di Balai Desa, untuk membicarakan mengenai kegiatan posyandu dan memberikan bantuan dana

(14)

73 Hermiyanty & Nurdiana, Faktor-faktor yang Berhubungan dengan ... untuk dipergunakan dalam kegiatan

posyandu seperti pembelian bahan makanan tambahan bagi balita yang kekurangan gizi.

PKK beserta kader-kader posyandu berargumentasi berdasarkan peraturan pemerintah mengenail program posyandu. Dalam hal ini PKK dan kader-kader posyandu memprioritaskan peraturan pemerintah yang berkaitan dengan layanan kesehatan khususnya posyandu sebagai instrument atau pandangan dalam bertindak dan melaksanakan program posyandu[25].

5. Peran Tenaga Kesehatan dengan Partisipasi Kader

Menurut UU Nomor 36 Tahun 2014 tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan[26].

Hasil analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini, kader yang aktif berpartisipasi dan merasakan adanya

peran dari petugas kesehatan yaitu sebanyak 53 orang, sedangkan kader yang tidak aktif berpartisipasi dan merasakan tidak adanya peran dari petugas kesehatan yaitu sebanyak 45 orang. Dari hasil analisis bivariat penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara peran tenaga kesehatan dengan partisipasi kader dengan nilai ρ 0,000 atau nilai ρ < 0,05. Ini berarti semakin baik peran tenaga kesehatan kepada kader posyandu maka semakin tinggi tingkat partisipasi kader dalam kegiatan posyandu, sebaliknya apabila peran tenaga kesehatan kurang baik kepada kader maka tingkat partisipasi kader akan kurang dalam kegiatan posyandu. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Prang dkk tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan keaktifan kader posyandu yang menunjukkan bahwa 76,5% kader posyandu yang aktif dengan kategori pernah menerima pendampingan dan pelatihan oleh tenaga profesional dan 61,9% kader posyandu yang kurang aktif dengan kategori tidak pernah menerima pendampingan dan pembinaan oleh tenaga profesional. Dari hasil

(15)

74 Hermiyanty & Nurdiana, Faktor-faktor yang Berhubungan dengan ... penelitiannya diketahui memang terdapat

hubungan antara pendampingan dan pembinaan oleh tenaga profesional dengan keaktifan kader posyandu[12].

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada kader posyandu peran tenaga kesehatan dalam kegiatan posyandu seperti datang tepat waktu pada saat kegiatan posyandu, memberikan kesempatan kepada kader untuk melakukan kegiatan posyandu sesuai dengan tugasnya, memberikan pembinaan kepada kader setiap akhir kegiatan posyandu bagi kader yang belum memahami cara melihat kartu menuju sehat (KMS) bayi atau balita yang di bawah garis merah (BGM) sehingga diperlukan pemberian makanan tambahan, mengikutsertakan kader untuk mendatangi rumah bayi atau balita yang tidak datang saat kegiatan posyandu untuk mencatat berat badan, tinggi badan, nama, nama orang tua, tanggal kelahiran, alamat dan jenis kelamin bayi atau balita, selain itu mereka melihat bahwa tenaga kesehatan memberikan perhatian, bersikap baik dan ramah terhadap mereka. Sehingga kader mau aktif berpartisipasi dalam kegiatan posyandu di

wilayah kerja Puskesmas Donggala Kecamatan Banawa Kabupaten Donggala.

Peran tenaga kesehatan dalam kegiatan posyandu adalah sebagai fasilitator dan lebih memberdayakan masyarakat dalam kegiatan posyandu. Kegiatan posyandu dikatakan meningkat jika peran serta masyarakat semakin tinggi yang terwujud dalam cakupan program kesehatan seperti penimbangan, pemantauan tumbuh kembang balita, imunisasi, pemeriksaan ibu hamil dan KB yang meningkat[27].

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian

tentang “Faktor - Faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi Kader

Dalam Kegiatan Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Donggala Kecamatan Banawa Kabupaten Donggala”, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Ada hubungan antara tingkat

pengetahuan dengan partisipasi kader posyandu di wilayah kerja Puskesmas Donggala Kecamatan Banawa Kabupaten Donggala.

(16)

75 Hermiyanty & Nurdiana, Faktor-faktor yang Berhubungan dengan ...

2. Ada hubungan antara tingkat kebutuhan kader dengan partisipasi kader posyandu di wilayah kerja Puskesmas Donggala Kecamatan Banawa Kabupaten Donggala.

3. Ada hubungan antara penghargaan yang diterima dengan partisipasi kader posyandu di wilayah kerja Puskesmas Donggala Kecamatan Banawa Kabupaten Donggala.

4. Ada hubungan antara peran tokoh masyrakat dengan partisipasi kader posyandu di wilayah kerja Puskesmas Donggala Kecamatan Banawa Kabupaten Donggala.

5. Ada hubungan antara peran tenaga kesehatan dengan partisipasi kader posyandu di wilayah kerja Puskesmas Donggala Kecamatan Banawa Kabupaten Donggala.

SARAN

Bagi Puskesmas/Dinas Kesehatan Kabupaten Donggala Pihak puskesmas maupun Dinas Kesehatan Kabupaten Donggala dapat menyusun kebijakan yang dapat meningkatkan partisipasi kader dalam kegiatan posyandu. Misalnya meningkatkan pengetahuan

kader dengan cara memaksimalkan refreshing kader 2-3 kali dalam satu tahun, meningkatkan rasa kebutuhan kader dengan cara memberikan informasi-informasi terkini mengenai kesehatan, memberikan penghargaan seperti mengikutsertakan kader dalam perlombaan dan memberikan pengobatan gratis kepada kader dan keluarga inti sampai di fasilitas kesehatan tingkat pertama, memaksimalkan pengawasan dan menjalin kemitraan yang baik dengan tokoh masyarakat dan ibu-ibu PKK setempat agar lebih memotivasi kader untuk aktif dalam kegiatan posyandu dan setiap kegiatan posyandu berlangsung tenaga kesehatan yang hadir tidak hanya bidan tetapi ada tenaga kesehatan lain seperti tenaga kesehatan bagian gizi. 2. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi tambahan bagi peneliti lain tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi kader.

DAFTAR PUSTAKA

1. Prasetyawati A. E. 2012, Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Dalam

(17)

76 Hermiyanty & Nurdiana, Faktor-faktor yang Berhubungan dengan ... Millenium Development Goals

(MDGS),Yogjakarta, Nuha Medika.

2. Kementerian Kesehatan RI, 2014,

Profil Kesehatan Indinesia Tahun

2013, Jakarta, Kementerian

KesehatanRI.

3. Aprillia, 2009, Posyandu

dimasyarakat, Jakarta, Madika Citra.

4. Ambarwati E. R dan Rismintari Y. S,

2011, AsuhanKebidanan Komunitas,

Yogjakarta, Nuha Medika.

5. Yulifah R dan Johan T. A. Y, 2009,

Asuhan Kebidanan Komunitas, Jakarta, Salemba Medika.

6. Ismawati C. S., Proverawati A., dan Pebriyanti S, 2010, Posyandu dan Desa Siaga. Yogyakarta, Nuha Medika.

7. Adisasmito W, 2014, Sistem

Kesehatan Edisi Kedua, Jakarta, Rajawali Pers.

8. Dinas Kesehatan Provinsi Sulteng,

2006, Profil Kesehatan Provinsi

Sulawesi Tengah Tahun 2006, Palu.

9. Notoatmodjo S, 2003, Pendidikan

dan Perilaku Kesehatan, Jakarta, Rineka Cipta.

10. Sandiyani R A, 2011, Lama Menjadi

Kader, Frekuensi Pelatihan, Pengetahuan Gizi, dan Sikap Kader Posyandu Dengan Perilaku Penyampaian Informasi Tentang Pesan Gizi Seimbang, Artikel Penelitian, Semarang, Universitas Diponegoro.

11. Suhat dan Hasanah R, 2014,

Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Keaktifan Kader Dalam Kegiatan Posyandu Studi di Puskesmas Palasari Kabupaten Subang, Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol. 10 No. 1.

12.Prang R, Pangemanan J. M, dan

Tilaar C, 2013, Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Keaktifan Kader Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Tareran Kecamatan Tareran Kabupaten Minahasa Selatan, Jurnal, Manado, FKM Universitas Samratulangi.

13.Harisman dan Nuryani D. D, 2012,

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keaktifan Kader Posyandu Di Desa Mulang maya Kecamatan Kotabumi Selatan Kabupaten Lampung Utara Tahun 2012, Jurnal.

14.Suryati B, 2010, Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Keaktifan

Kader Posyandu Dalam

Penanggulangan Diare Balita, Jurnal. 15.Notoatmodjo, 2005, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta, Rineka Cipta.

16.Widayati Sri, 2010, Kebutuhan

Manusia Berdasarkan Subjek yang Membutuhkan, Jakarta.

17.Alfiah A, 2013, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Menurunnya Jumlah Kader Dalam Kegiatan Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Gattareng Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba, Jurnal ISSN, Vol 3 No. 4.

18.Mursalin, 2009, Determinan Kinerja Kader Posyandu Dalam Menuju Revitalisasi Posyandu di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang tahun 2009, Tesis, Medan, Sekolah Pasca Sarnaja, Universitas Sumatera Utara.

19.Hasibuan Malayu S.P, 2007,

Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta, Bumi Aksara.

20.Djuhaeni H., Gondodiputro S.,

(18)

77 Hermiyanty & Nurdiana, Faktor-faktor yang Berhubungan dengan ... Meningkatkan Keberhasilan

Kegiatan Posyandu, Jurnal MKB, Vol 42 No. 4.

21.Maslow Abraham, 1943, A Theory of

Human Motivation, Psychological

Review, Vol. 50 No. 4.

22.Undang-Undang RI, 2002, No 2

Tahun 2002 Tentang Kepolisian NKRI, Jakarta.

23.Wiratmoko Dheny, 2006, Persepsi

dan Paertisipasi Masyarakat Terhadap Program Posyandu, Jurnal Pelita,Vol 1 No.2.

24.Widagdo L, 2006, Kepala Desa dan Kepemimpinan Persedaan: Persepsi Kader Posyandu di Kecamatan Mlonggo Kabupaten Jepara, Jawa Tengah 2000, Jurnal Makara Kesehatan, Vol. 10 No. 2.

25.Kurniasari Dhita dan Imron Ali,

2015, Kontruksi Masyarakat Desa

Sekar Terhadap Posyandu Sebagai Unit Pelayanan Kesehatan, Jurnal Paradigma, Vol 03 No.01.

26.Undang-Undang RI, 2014, No 36

Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan, Jakarta.

27.Sucipto Edy, 2009, Berbagai faktor yang Berhubungan dengan Praktik Kader Posyandu dalam Penimbangan Balita dan cakupan D/S di Posyandu di Wilayah Puskesmas Geyer II Kabupaten Grobogan, Tesis, Semarang, Program Studi Magister

Promosi Kesehatan, Universitas

Referensi

Dokumen terkait

Asmadinata hakim ad hoc Tipikor Palu Uang suap tersebut diduga untuk memengaruhi putusan terkait penanganan perkara korupsi pemeliharaan mobil dinas di DPRD Kabupaten

Mulai dari pemilihan bahan yang tidak boleh cacat (warna belang, harus utuh), peralatan yang digunakan, perlengkapan asesoris sebagai ciri-ciri tokoh tertentu,

The hidden curriculum, atau kurikulum tersembunyi atau kurikulum terselubung, secara umum dapat dideskripsikan sebagai “hasil (sampingan) dari pendidikan dalam

Setelah pengguna ponsel memasuki halaman cover judul, pengguna ponsel akan dibawa ke halaman menu utama, Pada halaman ini terdiri dari tombol menu dan tombol

Hasil penelitian Silvia (2011) menunjukkan bahwa hasil yang dilakukan pada varietas Grobogan dan varietas Detam 2, diperoleh bahwa varietas Grobogan dapat tumbuh

Dari keempat jenis nozzle di dapatkan hasil volume semprot 5 liter dan jenis noozle volume semprot 5 liter dan jenis noozle yang membutuhkan waktu yang paling cepat secara

Berdasarkan data yang ada, mereka yang bekerja sebagai kusir andong yang berada di Kelurahan Kutowinangun Lor, kebanyakan mereka berasal dari luar kecamatan tempat