FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI (IMD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LUBUK MUDA KECAMATAN SIAK KECIL KABUPATEN BENGKALIS TAHUN 2015
Nislawaty
Dosen STIKes Tuanku Tambusai Riau, Indonesia
ABSTRACT
Early Initiation of Breastfeeding (IMD), which provides an opportunity newborn to suckle themselves in the mother within the first hour of life. In Indonesia, only 4% of mothers who carry IMD, while in Riau approximately 51.2% and in Bengkalis in Puskesmas Lubuk Muda only about 47.2% Young mothers who carry IMD. IMD is defined as the process of letting the baby suckle their own after birth. Put her baby and the baby's chest with all his efforts searching for the nipple to suckle immediately. The time period immediately after delivery. This research method is quantitative analytic with cross sectional design. Research conducted at the sub-district Puskesmas Young Siak Kecil Lubuk Bengkalis. Population and research subjects are all mothers with babies 0-12 months from June 2014 - May 2015 as many as 311 people. Data is collected using primary data, then processed using the chi-square statistic test with significance level α = 5% (0.05). The results showed that there is a relationship between knowledge value 0.001 <0.05), attitude value 0.015 <0.05), the role of health workers value 0.004 <0.05), and there is no connection between the support husband (p-value 0.345> 0.05) with the implementation of the IMD. Recommended to the Health Center Lubuk Young that the role and function of Health Education Society (PKM) is further enhanced especially by providing health education related about the IMD, for health personnel, especially midwives in the delivery room to support IMD on each mother with spontaneous labor in a healthy state. Bibliography : 29 (2002-2014)
Keywords : Early Initiation of Breastfeeding, knowledge, attitudes, husband support, the role of health workers
PENDAHULUAN
Setiap manusia pada umumnya memiliki payudara, tetapi laki-laki dan perempuan berbeda fungsinya, payudara yang matang adalah salah satu tanda pertumbuhan sekunder dari seorang perempuan dan merupakan salah satu organ yang indah dan menarik. Lebih dari itu,
untuk mempertahankan
kelangsungan hidup keturunannya, maka organ ini menjadi sumber
utama kehidupan, karena air susu ibu adalah makanan bayi yang paling penting terutama pada kelahiran pertama kehidupan bayi (Saleha dalam Kusuma, 2012).
Inisiasi menyusu dini (early
initiation) atau permulaan menyusu
kulit bayi dengan kulit ibunya, setidaknya selama satu jam segera setelah lahir. Cara bayi melakukan inisiasi menyusu dini ini dinamakan
the breast crawl atau merangkak
mencari payudara (Februhartanty, 2009).
Menurut penelitian Bergman pada tahun 2001, kulit ibu berfungsi sebagai incubator, karena kulit ibu merupakan thermoregulator bagi bayi. Suhu kulit ibu bersalin 1 celcius lebih tinggi dari ibu tidak bersalin. Apabila pada saat lahir bayi mengalami hipothermi, dengan terjadi skin to skin contact secara otomatis suhu kulit ibu akan meningkat 2 celcius. Sebaliknya apabila bayi mengalami hiperthermi, suhu kulit ibu akan turun 1 celcius. Ini berarti, dengan inisiasi menyusu dini resiko hipothermi pada bayi baru lahir yang dapat menimbulkan kematian dapat dikurangi (DEPKES, 2008).
Menurut World Health
Organization (WHO) telah
merekomendasikan kepada semua bayi untuk mendapatkan kolostrum yaitu ASI pada hari pertama dan kedua untuk melawan berbagai infeksi dan mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan dan hanya 4% bayi disusui ibunya dalam waktu satu jam pertama setelah kelahiran (Kemenkes, 2012). Kebijakan pelaksanaan inisiasi menyusu dini tersebut juga diharapkan dapat menurunkan kematian bayi (AKB) sesuai dengan pencapaian Millineum
Development Goals (MDGs)
sebanyak 23 per 1000 kelahiran hidup di tahun 2015 (Depkes, 2013).
Di Indonesia pelaksanaan IMD masih sangat rendah. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), hanya 1 bayi dari 3 bayi yang disusui secara eksklusif sampai usia 6 bulan (30,2%). Proporsi praktek IMD 30 menit
setelah persalinan 34,5%, sedangkan untuk pemberian ASI 1-6 jam kelahirannya sebesar 35,2% (Riskesdas, 2013).
Berdasarkan data (Riskesdas) 2013, Propinsi Riau hanya 22,1% bayi mulai menyusu kurang dari 1 jam (IMD), sebanyak 43,9% 1-6 jam dan sebanyak 28,9% bayi memulai menyusu setelah 24 jam. Artinya sebagian besar bayi baru lahir mulai menyusu setelah satu jam kelahirannya, yang menunjukkan kemungkinan tidak dilakukannya IMD pada sebagian besar bayi tersebut.
Menurut data survei pendahuluan yang dilakukan peneliti di Dinas Kesehatan Riau bahwa Kabupaten Bengkalis terdapat urutan kedua terendah dari cakupan persentase IMD tahun 2014 dari 7.525 bayi baru lahir, sedangkan cakupan IMD 2.504 atau 34,4% yang melakukan penatalaksanaan IMD. Sedangkan target cakupan penatalaksanaan IMD yang ditetapkan Dinkes Propinsi Riau sebesar 51,2% (Profil Dinkes Riau, 2014)
Selanjutnya data dari puskesmas yang ada di Kabupaten Bengkalis Kecamatan Siak Kecil terdapat cakupan IMD terendah di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Muda dari 679 bayi yang di data, hanya 321 atau 47,2% saja yang melakukan IMD, sedangkan target cakupan IMD yang ditetapkan Dinas Kesehatan 51,2% (Profil Dinkes Bengkalis, 2014).
dengan gencarnya promosi susu formula. Kurangnya pengetahuan ibu tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) juga menjadi salah satu faktor rendahnya pemberian ASI eksklusif (Depkes RI, 2011).
Menurut Notoatmodjo (2007), perilaku yang didasari oleh pengetahuan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari pengetahuan. Tingkat pengetahuan ibu tentang IMD dapat mempengaruhi cara berfikir ibu untuk memberikan ASI kepada bayinya dan pada akhirnya akan mempengaruhi pemberian ASI eksklusif. Ibu dengan pengetahuan IMD yang baik dapat memilih untuk memberikan ASI saja kepada bayi sampai usia 6 bulan. Hal ini dikarenakan IMD dapat meningkatkan keberhasilan ASI eksklusif dan lama menyusu, selain itu IMD dapat mencegah 22% kematian neonatal .
Ada beberapa faktor yang berhubungan pelaksanaaan inisiasi menyusu dini di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Muda di Kecamatan Siak Kecil Kabupaten Bengkalis yaitu kurangnya pengetahuan ibu tentang manfaat ASI dan menyusui, terutama tentang kolostrum. Dengan melakukan inisiasi menyusu dini, bayi belajar beradapsi dengan kelahirannya di dunia dan akan terbentuk kekebalan tubuh untuk seumur hidupnya. Sikap merupakan tanggapan ibu tentang hal-hal yang berhubungan dengan pembentukan atau perubahan sikap baik yang terdapat dari luar diri ibu maupun dari dalam diri ibu menentukan sikap seseorang ibu untuk melakukan inisiasi menyusu dini. Dukungan keluarga/suami merupakan upaya yang diberikan oleh keluarga kepada ibu bersalin, baik moril maupun materil untuk memotivasi melakukan IMD, faktor
dukungan suami juga berpengaruh dalam pelaksanaan inisiasi menyusu dini, karena adanya tradisi keluarga yang kadang kurang menguntungkan bagi ibu bersalin untuk melaksanakan inisiasi dini. Peran petugas kesehatan dalam mendukung pelaksanaan IMD seperti menjelaskan manfaat pemberian ASI dan membantu ibu dalam pelaksanaan IMD tidak kalah pentingnya dalam pelaksanaan inisiasi menyusi dini, karena dari petugas kesehatanlah biasanya ibu bersalin mengetahui tentang inisiasi menyusu dini.
Berdasarkan masalah diatas dapat dilihat bahwa inisiasi menyusu dini sangat penting sebagai salah satu upaya untuk menekan angka kematian bayi, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan
Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Di Wilayah Kerja
Puskesmas Lubuk Muda
Kecamatan Siak Kecil Kabupaten
Bengkalis Tahun 2015”
Rumusan Masalah
METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian
Desain penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross
sectional yaitu untuk mengetahui
peran petugas kesehatan terhadap pelaksanaan IMD
Lokasi dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Muda Kecamatan Siak Kecil Kabupaten Bengkalis. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 18-20 Agustus 2015
Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2005). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki bayi umur 0-12 bulan yang berada di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Muda Kecamatan Siak Kecil Kabupaten Bengkalis pada bulan Juni 2014 - Agustus 2015 sebanyak 311 orang.
ANALISIS DATA
Analisis univariat dilakukan pada masing-masing variabel dari hasil penelitian. Analisis ini digunakan untuk menghasilkan deskripsi distribusi frekuensi dari tiap hasil variabel yang akan disajikan dalam bentuk tabel.
Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui signifikan hubungan antara masing-masing variabel independen dengan variabel dependen sekaligus menghitung Odss Ratio (OR) dengan Inisiasi Menyusu Dini
Tabel 1: Distribusi Responden Berdasarkan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Wilayah Kerja
Puskesmas Lubuk Muda
Kecamatan Siak Kecil Kabupaten Bengkalis Pekanbaru Tahun 2015
No IMD Frekuensi (%) besar responden tidak melaksanakan IMD sebanyak 48 orang (63,2%).
Pengetahuan
Tabel 2 : Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Muda Kecamatan Siak Kecil Kabupaten Bengkalis Tahun 2015
No Pengetahuan Frekuensi (%) responden pengetahuan kurang sebanyak 52 orang (68,4%).
Sikap
Tabel 3: Distribusi Responden Berdasarkan Sikap di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Muda Kecamatan Siak Kecil Kabupaten Bengkalis Tahun 2015
No Sikap Frekuensi (%)
besar responden bersikap positif sebanyak 39 responden (51,3%).
Dukungan Suami
Tabel 4 : Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Suami di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Muda Kecamatan Siak Kecil Kabupaten Bengkalis Tahun 2015
No Dukungan besar responden tidak mendukung suami sebanyak 42 responden (55,3%).
Peran Tenaga Kesehatan
Tabel 5: Distribusi Responden Berdasarkan Peran Tenaga Kesehatan di Wilayah Kerja
Puskesmas Lubuk Muda
Kecamatan Siak Kecil Kabupaten Bengkalis Tahun 2015
No Peran besar responden mendukung peran tenaga kesehatan sebanyak 45 responden (59,2%).
Analisis Bivariat Pengetahuan
Tabel 6 Hubungan Faktor Pengetahuan dengan Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Muda Kecamatan Siak Kecil Kabupaten Bengkalis Tahun 2015
Berdasarkan tabel 6 diatas, dari 76 responden didapat 24 responden yang berpengetahuan baik, sebanyak
16 orang (66,7%) yang melaksanakan IMD, sedangkan dari 52 responden yang berpengetahuan kurang, sebanyak 12 orang (23,1%) yang melaksanakan IMD. Hasil uji statistik didapatkan nilai P value = 0,001 lebih kecil dari α = 0,05 yang berarti Ho ditolak. Hal ini berarti terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan pelaksanaan IMD. Analisis keeratan hubungan dua variabel didapatkan nilai Odss Ratio (OR) = 6,667 (95% CI: 2,296-19,359) artinya responden yang mempunyai pengetahuan kurang berpeluang 6,667 kali tidak melaksanakan IMD dibandingkan dengan responden dengan pengetahuan baik.
Sikap
Tabel 7 Hubungan Faktor Sikap dengan Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Muda Kecamatan Siak Kecil Kabupaten Bengkalis Tahun 2015
nilai Odss Ratio (OR) = 3,816 (95% CI: 1,399-10,408) artinya responden yang mempunyai sikap positif berpeluang 3,816 kali tidak melaksanakan IMD dibandingkan dengan responden dengan sikap negatif.
Dukungan Suami
Tabel 8: Hubungan Faktor
Dukungan Suami dengan
Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Wilayah Kerja
Puskesmas Lubuk Muda
Kecamatan Siak Kecil Kabupaten Bengkalis Tahun 2015
Berdasarkan tabel 8 diatas, dari 76 responden didapat 34 responden yang mendukung dukungan suami, sebanyak 15 orang (44,1%) yang melaksanakan IMD, sedangkan dari 42 responden yang tidak mendukung dukungan suami, sebanyak 13 orang (31,0%) yang melaksanakan IMD. Hasil uji statistik didapatkan nilai P
value = 0,345 lebih besar dari α =
0,05 yang berarti Ho diterima. Hal ini berarti tidak terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan suami dengan pelaksanaan IMD.
Peran Petugas Kesehatan
Tabel 9: Hubungan Faktor Peran Petugas Kesehatan dengan Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Wilayah Kerja
Puskesmas Lubuk Muda
Kecamatan Siak Kecil Kabupaten Bengkalis Tahun 2015
Berdasarkan tabel 9 diatas, dari 76 responden didapat 45 responden yang mendukung peran petugas kesehatan, sebanyak 23 orang (51,1%) yang melaksanakan IMD, sedangkan dari 31 responden yang tidak mendukung peran petugas kesehatan, sebanyak 5 orang (16,1%) yang melaksanakan IMD. Hasil uji statistik didapatkan nilai P value = 0,004 lebih kecil dari α = 0,05 yang berarti Ho ditolak. Hal ini berarti terdapat hubungan yang bermakna antara peran petugas kesehatan dengan pelaksanaan IMD. Analisis keeratan hubungan dua variabel didapatkan nilai odss ratio (OR) = 5,436 (95% CI: 1,771-16,686) artinya responden yang mendukung peran petugas kesehatan berpeluang 5,436 kali tidak melaksanakan IMD dibandingkan dengan responden yang tidak mendukung peran petugas kesehatan.
PEMBAHASAN
1. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Muda Kecamatan Siak Kecil Kabupaten Bengkalis Tahun 2015
Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Muda Kecamatan Siak Kecil Kabupaten Bengkalis Tahun 2015.
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek. Pengetahuan merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan dalam rangka perubahan pola pikir dan perilaku individu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang dimana pengetahuan ini diperoleh melalui suatu proses belajar/pendidikan, melihat atau menyaksikan dan informasi yang didapat (Notoatmodjo, 2003).
Menurut pendapat Notoatmodjo (2007), yang menyebutkan bahwa
pengetahuan seseorang
mempengaruhi tingkah laku seseorang, apabila tingkah laku pengetahuan meningkat, mmeningkat pulak kesadaran untuk melakukan sesuatu sesuai dengan kebutuhannya. Hasil penelitian ini sama dengan Astika (2012) yang berjudul faktor-faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan IMD pada ibu bersalin di RSUD Puri Husada Tembilahan. Pada penelitian tersebut menunjukan adanya hubungan yang bermakna dari variabel pengetahuan terhadap pelaksanaan IMD dengan P value = 0,025
Pengetahuan mempunyai pengaruh sebagai dorongan amal bagi seseorang untuk berperilaku. Pengetahuan dapat diperoleh melalui pengalaman belajar baik yang bersifat formal maupun informal. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Ibu yang memiliki pengetahuan yang tinggi tentang inisiasi menyusu dini, akan menyusui anaknya segera setelah melahirkan dibandingkan dengan ibu yang memiliki pengetahuan yang rendah.
Hal ini disebabkan ibu yang memiliki pengetahuan yang tinggi tentang ASI, pada umumnya mengetahui berbagai manfaat dari pelaksanaan inisiasi menyusu dini (Nastiti, 2013).
Menurut Utami R (2007), bahwa faktor utama yang menyebabkan kurang tercapainya pelaksanaan inisiasi menyusu dini yang benar adalah kurang sampainya pengetahuan yang benar tentang inisiasi menyusu dini pada para ibu. Seorang ibu harus mempunyai pengetahuan baik dalam menyusui. Kehilangan pengetahuan tentang menyusui berarti kehilangan sumber makanan yang paling penting dan cara perawatan yang optimal. Pengetahuan yang kurang mengenai inisiasi menyusu dini dan pemberian ASI terlihat dari pemanfaatan susu formula secara dini di perkotaan dan pemberian nasi sebagai makanan tambahan di pedesaan.
Kurangnya pengetahuan ibu tentang IMD dan manfaat menyusui menyebabkan mereka mudah terpengaruh oleh promosi susu formula yang sering dinyatakan sebagai Pengganti Air Susu Ibu (PASI) (DEPKES, 2005).
Menurut asumsi peneliti, bahwa pengetahuan merupakan sesuatu yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang dimana pengetahuan ini diperoleh
melalui suatu proses
disampaikan orang lain. Dalam hal ini, bidan berperan dalam menyampaikan informasi melalui penyuluhan-peyuluhan tentang IMD baik itu di lingkungan kerja maupun dari rumah ke rumah. Responden yang telah memahami IMD tetapi belum melaksanakan IMD maka dapat melaksanakannya pada paritas berikutnya dengan didukung oleh tenaga kesehatan yang menolong persalinan.
2. Hubungan Sikap Ibu Tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Muda Kecamatan Siak Kecil Kabupaten Bengkalis Tahun 2015
Berdasarkan Hasil uji statistik didapatkan nilai P value untuk hubungan sikap dengan pelaksanaan IMD adalah 0,015 dengan P Value < α (0.05) hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara sikap dengan pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Muda Kecamatan Siak Kecil Kabupaten Bengkalis Tahun 2015.
Sikap adalah kecendrungan betindak dari individu, berupa respon tertutup stimulus ataupun objek tertentu. Dan sikap adalah kesiapan seseorang untuk bertindak, semakin tinggi pendidikan seorang ibu, maka semakin tinggi pula ibu itu tersebut untuk menerima informasi (Nursalam, 2002).
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek, Newcomb salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Lebih dapat dijelaskan lagi bahwa sikap merupakan reaksi terhadap objek lingkungan tertentu sebagai
suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2003).
Hasil penelitian ini sama dengan Budi (2013) yang berjudul faktor-faktor yang berhubungan praktek inisiasi menyusu dini di Wilayah Kerja Puskesmas Pangkah Kabupaten Tegal. Pada penelitian tersebut menunjukan adanya hubungan yang bermakna dari variabel pengetahuan terhadap pelaksanaan IMD dengan P value = 0,001.
Menurut Notoatmodjo (2010), sikap secara umum dapat diartikan sebagai sebuah kecendrungan untuk melakukan tindakan. Tindakan ini dapat berupa tindakan yang positif maupun negatif. Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu.
Pengetahuan yang baik akan mempengaruhi sikap yang baik pula, akan tetapi selain itu sikap juga dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pengalaman pribadi, kebudayan, orang lain yang dianggap penting, agama serta faktor emosi dalam diri individuitu sendiri (Astika, 2012).
cepat keluar dari pada ibu melahirkan yang tidak dilakukan IMD.
3. Hubungan Dukungan Suami Ibu Tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Muda Kecamatan Siak Kecil Kabupaten Bengkalis Tahun 2015
Berdasarkan Hasil uji statistik didapatkan nilai P value untuk hubungan dukungan keluarga/suami dengan pelaksanaan IMD adalah 0,345 dengan P Value > α (0.05) hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga/suami dengan pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Muda Kecamatan Siak Kecil Kabupaten Bengkalis Tahun 2015.
Menurut Sarwono (2003), dukungan adalah suatu upaya yang diberikan kepada orang lain, baik moriil maupun materiil untuk memotivasi orang tersebut dalam melaksanakan kegiatan. Sudiharto (2007), menyatakan bahwa keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Dukungan keluarga merupakan suatu proses yang terjadi sepanjang masa kehidupan, sifat dan jenis dukungan berbeda-beda pada setiap tahap siklus kehidupan.
Hasil penelitian ini sama dengan Nastiti (2013) yang berjudul faktor-faktor yang berhubungan praktek inisiasi menyusu dini di Wilayah Kerja Puskesmas Pangkah Kabupaten Tegal. Pada penelitian tersebut menunjukan adanya tidak ada hubungan yang bermakna dari variabel dukungan keluarga/suami terhadap pelaksanaan IMD dengan P
value = 0,391.
Berdasarkan hasil penelitian, peran orang terdekat tidak berhubungan dengan praktik inisiasi menyusu dini, hal ini disebabkan orang terdekat (suami, ibu, saudara perempuan, teman perempuan) tidak memiliki pengetahuan tentang inisiasi menyusu dini. Mereka sepenuhnya menyerahkan proses persalinan pada bidan. Pemberian pengetahuan tentang inisiasi menyusu dini baru diberikan pada bumil dan pendidikan bumil baru berlangsung 3 bulan sebelum penelitian dilakukan, sehingga inisiasi menyusu dini masih tergolong pengetahuan baru bagi ibu-ibu dan keluarga responden.
Menurut Sudiharto (2007), menyatakan bahwa keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Dukungan keluarga merupakan suatu proses yang terjadi sepanjang masa kehidupan, sifat dan jenis dukungan berbeda-beda pada setiap tahap siklus kehidupan.
persalinan dan mengambil peran saat inisiasi menyusu dini.
4. Hubungan Peran Petugas Kesehatan Ibu Tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Muda Kecamatan Siak Kecil Kabupaten Bengkalis Tahun 2015
Berdasarkan Hasil uji statistik didapatkan nilai P value untuk hubungan peran petugas kesehatan dengan pelaksanaan IMD adalah 0,004 dengan P Value < α (0.05) hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara peran petugas kesehatan dengan pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Muda Kecamatan Siak Kecil Kabupaten Bengkalis Tahun 2015.
Peran adalah serangkaian perilaku yang diartikan sesuai dengan posisi sosial yang diharapkan. Peran tenaga kesehatan dalam pelaksanaan inisiasi menyusu dini yang termuat dalam buku JNPK-KR (2007) adalah melatih ketrampilan, mendukung, membantu, dan menerapkan IMD-ASI eksklusif, member informasi manfaat IMD dan ASI eksklusif pada ibu hamil, embiarkan kontak kulit ibu-bayi setidaknya 1 jam sampai menyusu awal selesai, menghindarkan memburu-buru bayi atau memaksa memasukkan putting susu ibu ke mulut bayi, membanyu ayah menunjukkan perilaku bayi yang positif saat bayi mencari payudara, membantu meningkatkan rasa percaya diri ibu, menyediakan waktu dan suasana tenang diperlukan kesabaran.
Hasil penelitian ini sama dengan Astika (2012) yang berjudul faktor-faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan IMD pada ibu bersalin di RSUD Puri Husada Tembilahan. Pada penelitian tersebut menunjukan
adanya hubungan yang bermakna dari variabel pengetahuan terhadap pelaksanaan IMD dengan P value = 0,005.
Peran petugas kesehatan adalah seseorang yang telah mengikuti program pendidikan bidan yang diakui di negaranya, telah lulus dari pendidikan tersebut, serta memenuhi kualifikasi untuk di daftar (register) atau memiliki izin yang sah (lisensi) untuk melakukan praktik kebidanan. Bidan diakui sebagai tenaga profesional yang bertanggung jawab, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberi dukungan, asuhan dan nasehat selama masa hamil, masa persalinan dan masa nifas, memimpin persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi baru lahir dan bayi. Asuhan mencakup upaya pencegahan, promosi persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak dan akses bantuan medis atau bantuan lain yang sesuai serta melaksanakan tindakan kegawat dauratan. Bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan, tidak hanya kepada perempuan, tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat. Kegiatan ini harus mencakup pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orangtua serta dapat meluas pada kesehatan perempuan, kesehatan seksual atau kesehatan reproduksi dan asuhan anak (Depkes RI, 2004).
menyusui berarti kehilangan sumber makanan yang paling penting dan cara perawatan yang optimal. Pengetahuan yang kurang mengenai inisiasi menyusu dini dan pemberian ASI terlihat dari pemanfaatan susu formula secara dini di perkotaan dan pemberian nasi sebagai makanan tambahan di pedesaan.
Petugas kesehatan atau bidan di kamar bersalin harus memahami tatalaksana inisiasi menyusu dini dan laktasi yang baik dan benar, bidan tersebut diharapkan selalu mempunyai sikap yang positif terhadap inisiasi menyusu dini dan ASI eksklusif. Para bidan diharapkan dapat memahami, menghayati dan mau melaksanakannya. Betapa pun sempitnya waktu yang dipunyai oleh petugas kesehatan tersebut, diharapkan masih dapat meluangkan waktu untuk memotivasi dan membantu ibu untuk melaksanakan inisiasi menyusu dini (Utami R, 2008).
Menurut asumsi peneliti, berdasarkan hasil penelitian peran petugas kesehatan bahwa berhasil atau tidaknya praktek inisiasi menyusu dini di tergantung pada petugas kesehatan baik perawat, bidan atau dokter karena mereka yang pertama akan membanti ibu bersalin melakukan IMD. Berdasarkan hasil penelitian setelah di sebarkan kuesioner IMD semakin besar dorongan motivasi yang diberikan oleh petugas kesehatan, maka semakin besar ibu mau melaksanakan IMD. Hal ini motivasi peran tenaga kesehatan dalam pelaksanaan IMD dan konseling ASI eksklusif sangat diperlukan, motivasi yang mendukung peran tenaga kesehatan untuk bersikap positif terhadap IMD adalah harapan terhadap pelaksanaan keberhasilan program ASI eksklusif, karena IMD
adalah awal keberhasilan dari ASI eksklusif.
KESIMPULAN
1. Adanya hubungan antara pengetahuan ibu terhadap pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
2. Adanya hubungan antara sikap ibu terhadap pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
3. Tidak Adanya hubungan antara dukungan keluarga/suami ibu terhadap pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
4. Adanya hubungan antara peran petugas kesehatan ibu terhadap terhadap pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD.
DAFTAR PUSTAKA
A.Aziz, A, H. (2012). Riset
Keperawatan dan
Teknik Penulisan
Ilmiah. Salemba
Medika: Edisi 2.
Anwar, D. (2002). Kamus Lengkap
Bahasa Indonesia.
Surabaya: Pustaka Amelia
Astika,K,D. (2012).Faktor-faktor
yang berhubungan
dengan pelaksanaan
IMD pada ibu bersalin di RSUD Puri Husada
Tembilahan. Program
studi IKM Stikes Hang Tuah Pekanbaru. Budi, P, N. (2013). Faktor-faktor
yang berhubungan
dengan praktek IMD di
Wilayah Kerja
Puskesmas Pangkah
Kabupaten Tegal.
Depkes RI. (2005). Manajemen laktasi (buku panduan bagi bidan dan tenaga
kesehatan di
___________(2007). Pedoman penyelenggaraan
pelatihan konseling
menyusui dan
pelatihan fasilitator
konseling menyusui.
Jakarta.
___________(2008). Pakert Modul
Kegiatan Inisiasi
Menyusu Dini dan ASI
Eksklusif 6 bulan.
Jakarta.
___________(2011). Profil
Kesehatan Indonesia
2010. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Dinkes RI, (2014). Data Cakupan
BBL dan Cakupan
Persentase IMD. Riau
Judhiastuty, F.(2009). ASI dari ayah
untuk ibu dan bayi.
Jakarta: semesta media Manuaba, I. (2005). Ilmu Kebidanan,
Penyakit Kandungan
dan keluarga
berencana untuk pendidikan bidan. Jakarta: EGC
Mitayani. (2010). Mengenal bayi
baru lahir dan
penatalaksanaannya.
Baduose Media
Musrifah, A. (2011). Gambaran
pemberian inisiasi
menyusu dini pada
bayi baru lahir di ruang bersalin RSUD
Ratu Zalecha
Martapura. Program
studi bidan pendidik Stikes Husada Borneo Banjar baru. Diakses tanggal 23 Mei 2015 Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan
dan Perilaku
Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta ___________(2005).
Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta
___________(2007). Promosi
Kesehatan & Ilmu
Perilaku. Jakarta : PT. Rineka Cipta
___________(2010). Ilmu Perilaku
Kesehatan. Jkartan :
PT. Rineka Cipta. Nurheti, Y. (2010). Keajaiban ASI.
Yogyakarta: Andi Profil Dinkes Pekanbaru. (2014).
Cakupan Inisiasi
Menyusu Dini. Riau
Proverawati, A. dkk (2009). Buku
ajar gizi untuk
kebidanan. Yogyakarta:
Numed
___________(2010). Kapita selekta
asi dan menyusui.
Yogyakarta: Numed Purwanto. (2007). Metodologi
Penelitian Kuantitatif.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Riskesdes, (2013). Cakupan IMD berdasarkan Propinsi
Saleha, S. (2009). Asuhan kebidanan
pada masa nifas.
Jakarta: Salemba Medika
Sarwono, W.S. (2003). Psikologi
Remaja. Jakarta:
Grafindo Persada. Soetjiningsih. (2002).ASI petunjuk
untuk tenaga kesehatan.
Jakarta:EGC
Sudiharto. (2007). Asuhan
Keperawatan Keluarga.
Jakarta: EGC
Sumarah, dkk. (2008). Perawatan ibu bersalin (asuhan
kebidanan pada ibu
bersalin). Fitramaya
Utami, R. (2007). Inisiasi Menyusui Dini Plus ASI Eklusif