JURNAL PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA HARI RAWAT
PASIEN DEMAM TIFOID DI RUANG
RAWAT INAP RSUD PANGKEP
Hasnawati
1, Faisal Asdar
2, Mahyudin
31
Mahasiswa S1 Ilmu Keperawatan STIKES Nani Hasanuddin
Makassar
2
Dosen tetap Program Studi S1 Keperawatan STIKES Nani
Hasanuddin Makassar
3
Dosen tetap Program Studi S1 Keperawatan STIKES Nani
Hasanuddin Makassar
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MAKASSAR
2013
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA HARI RAWAT PASIEN DEMAM TIFOID DI RUANG
RAWAT INAP RSUD PANGKEP Hasnawati1, Faisal Asdar2, Mahyudin3
ABSTRAK
Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut pada saluran pencernaan yang disebabkan oleh Salmonella Typhi. Lama hari rawat adalah waktu yang dibutuhkan oleh responden atau penderita di rumah sakit untuk istirahat sebelum dinyatakan sehat dan dapat kembali ke rumahnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan lama hari rawat pasien demam tifoid di ruang rawat inap RSUD Pangkep. Jenis penelitian ini adalah Analitik Asosiatif degan rancangan Cross Sectional Study menggunakan desain uji Chi Square dengan interval kemaknaan α 0.05. sampel penelitian ini berjumlah 33 orang responden yang didapatkan dengan menggunakan teknik Purposive Sampling yang sesuai dengan kriteria sampel. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan kepatuhan pasien (p value=0.022, OR=0.8), status gizi (p value=0.015, OR=0.12) dukungan keluarga (p value=0.032, OR=0.16) dengan lama hari rawat. Kesimpulan penelitian menunjukkan hubungan yang signifikan antara kepatuhan pasien, status gizi dan dukungan keluarga dengan lama hari rawat pasien demam tifoid di ruang rawat inap RSUD Pangkep.
PENDAHULUAN
Visi pembangunan kesehatan di Indonesia dikenal dengan motto indonesia sehat 2010. Apa yang ingin dicapai dengan indonesia sehat 2010 adalah dengan terwujudya penduduk indonesia yang hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mempunyai akses untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, dan senantiasa berada dalam derajat kesehatan yang optimal.
Tentu saja untuk meraih prestasi tersebut bukan melulu menjadi tanggung jawab pemerintah. Keluarga adalah unit terkecil yang dapat berperan penting dalam mewujudkan Indonesia sehat 2010. Kesehatan adalah investasi. Oleh karena itu, mereka yang selalu memelihara kesehatanya akan memetik hasil berupa produktivitas kerja yang semakin meningkat, peluang hidup lebih panjang, dan hidup sejahtera tanpa didorong penyakit. Hari-hari sakit dalam setahun merupakan indikasi apakah kita berinvestasi dengan baik atau tidak. Semakin banyak hari sakit yang kita alami, semakin banyak potensi yang akan kita terima.
Ketika orang ingin menjadi sehat, dia berusaha untuk berperilaku hidup sehat. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dia bukan sekedar konsumen pelayanan kesehatan (puskesmas, rumah sakit, dokter, dan sebagainya), tetapi dia adalah produsen kesehatan. Pada saat orang menyadari pentingnya kesehatan maka mulailah dia menerapkan gaya hidup sehat seperti mengkomsumsi makanan bergizi, berolahraga, menghentikan merokok, atau minum minuman yang keras, bersikap anti terhadap narkoba dll (Khomsan, 2006).
Perkembangan kabupaten/kota Sehat dilakukan dengan menggunakan pendekatan kota sehat (healthy city) yang pertama kali diperkenalkan di Eropa oleh WHO pada tahun 1980-an sebagai menyongkong Fiagam Ottawa (Ottawa Chater). Dalam pendekatan ini ditekankan bahwa kesehatan untuk aspek-sosial, ekonomi, lingkungan, dan budaya dipertahankan. Oleh karena itu, konsep kota sehat tidak hanya memusatkan perhatian kepada pelayanan kesehatan saja, melainkan seluruh aspek yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, secara jasmaniah maupun rohaniah. Gerakan kota sehat di suatu negara berbeda dengan negara lain, tergantung permasalahan yang dihadapi. Dengan demikian antara satu negara dengan negara lain tidak dapat diperbandingkan. Kesamaanya hanyalah bahwa gerakan kota sehat berasal dari kebutuhan dan keinginan masyarakat, dikelola oleh masyarakat, sementara pemerintah berperan sebagai fasilitator.
Pada tahun 1996 WHO menetapkan “Healty Cities for Better Life” sebagai tema peringatan Hari Kesehatan Sedunia. Di indonesia, selain diselenggarakan berbagai seminar berkaitan dengan tema, perayaan Hari Kesehatan Sedunia juga ditandai dengan pelucuran proyek panduan (pilot project) Kota Sehat di enam kota, yaitu Cianjur, Balikpapan, Bandar Lambung, Pekalongan, Malang, dan Jakarta Timur. Pelucuran dilakukan oleh Menteri Dalam Negeri pada tanggal 26 Oktober 1998 di Jakarta. Sebagai tindak lanjunya disepakati untuk mengembangkan Kabupaten/Kota Sehat, khususnya di bidang pariwisata, di delapan lokasi, yaitu Anyer, Baturaden, Kotagede, Brastag Pantai Senggigi, Bunaken, Tana Toraja, dan Batam.
bertahap, dimulai dari kegiatan yang dianggap prioritas oleh masyarakat. Pelaksanaan pengembangan kabupaten/kota sehat adalah dengan menjadikan masyarakat sebagai pelaku pembangunan, yaitu melalui pembentukan atau pemamfaatan Forum Kabupaten/Kota Sehat (atau sebutan lain yang disepakatan masyarakat), yang mendapat dukungan Pemerintah Daerah dan difasilitasi sektor-sektor terkait (Hartono, 2011).
Di Indonesia, penyakit infeksi masih merupakan masalah utama bidang kesehatan dimana penyakit pada gangguan saluran cerna merupakan sebagian besar penyakit yang menyebabkan penderita mencari pertolongan medik. Walaupun gangguan saluran pencernaan bukan merupakan penyebab langsung kematian seperti gangguan kardiovaskuler, tetapi merupakan salah satu penyebab kematian tersering yang mana penyakit yang banyak ditemukan berkaitan dengan saluran pencernaan adalah demam tifoid (Dewianti, 2007).
Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu, gangguan pada pencernaan, dan gangguan kesadaran (Ngastiyah, 2012).
Demam tifoid banyak dijumpai terutama di negara sedang berkembang dengan kepadatan penduduk tinggi serta kesehatan lingkungan yang tidak memenuhi syarat yang mula-mula banyak didapatkan di kota-kota besar yang padat penduduknya (urban) ke pedesaan (rural) dan saat ini merupakan penyakit endemis di beberapa kota besar di indonesia, oleh karena itu perlu penanganan yang cepat dan tepat.
Insiden deman tifoid di Indonesia berkisar antara 350 - 810 kasus/100.000 penduduk pertahun dengan angka kematian 2%. Di puskesmas dan beberapa rumah sakit masing-masing 4000 dan 1000 kasus perbulan dengan angka kematian 0,8% (Dewianti, 2007).
Berdasarkan data yang didapat dari bagian Ruang Rawat Inap di RSUD Pangkep jumlah penderita demam tifoid tahun 2010 sebanyak 169 orang dan pada tahun 2011 meningkat menjadi 176 orang dan pada tahun 2012 mengalami peningkatan menjadi 190 orang dan untuk tahun 2013 dari bulan Januari sampai Februari sebanyak 43 orang (Rekam medik, 2011).
Dari data tersebut menunjukkan bahwa penderita demam tifoid di Ruang Rawat Inap di RSUD Pangkep dari tahun ke tahun mengalami Peningkatan. Hal itulah yang membuat penulis tertarik untuk meneliti tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan lama hari rawat pasien demam tifoid di ruang rawat inap di RSUD Pangkep.
BAHAN DAN METODE
Jenis Penelitian, Waktu Penelitian, Populasi dan Sampel
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analitik Correlative dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2013, bertempat di RSUD Pangkep. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien demam tifoid di ruang rawat inap di RSUD Pangkep yang berdasarkan rata-rata perbulan pada tahun 2013 dari Januari sampai Februari sebanyak 43 orang. Pada penelitian ini jumlah sampel sebanyak 30 sampel yang didapatkan dengan menggunakan teknik Purposive Sampling.
Untuk mendapatkan jawaban yang sesuai, maka peneliti menetapkan beberapa kriteria pada sampel antara lain :
1. Kriteria inklusi:
a. Klien yang menderita penyakit tifoid
b. Klien yang di rawat di ruang rawat inap di RSUD Pangkep c. Klien yang mendapatkan pengobatan yang sama
a. Klien yang tidak menderita penyakit tifoid
b. Klien yang tidak di rawat di ruang rawat inap di RSUD Pangkep c. Klien yang tidak bersedia untuk diteliti
d. Klien yang mendapatkan pengobatan yang berbeda
Pengumpulan Data
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data skunder, dimana:
1. Data Primer
Data yang didapat peneliti dari hasil penyebaran kuesioner dan observasi langsung pada pasien dengan lama hari rawat demam tifoid di ruang rawat inap di RSUD Pangkep.
2. Data Sekunder
Data yang di gunakan sebagai data pelengkap dan penunjang data primer yang ada relevasinya untuk keperluan penelitian. Data di peroleh dari Ruang Rawat Inap di RSUD Pangkep.
3. Instrument penelitian
Pengumpulan data primer dalam penelitian ini dengan menggunakan kuesioner dengan berpedoman pada literature yang termuat dalam tinjauan kepustakaan.
Pengolahan Data
1. Editing
Editing dilakukan untuk memeriksa ulang jumlah responden dan meneliti kelengkapan jawaban.
2. Koding
Untuk memudahkan pengelolaan data, semua jawaban perlu di sederhanakan dengan cara memberikan simbol tertentu pada setiap jawaban.
3. Tabulasi
Setelah data terkumpul dan tersusun, selanjutnya data dikelompokkan dalam satu tabel menurut sifat-sifat pengelompokkannya/sesuai penelitian.
4. Analisa Data
Setelah data terkumpul maka data tersebut dianalisa dengan menggunakan jasa komputer program SPSS 16,0 yang meliputi:
5. Analisa Univariat
Dilakukan terhadap tiap-tiap variabel-variabel penelitian untuk melihat tampilan distribusi frekwensi dan presentase dari tiap-tiap variabel independen.
6. Analisa Bivariat
Untuk melihat hubungan tiap-tiap variabel independen dengan kejadian tifoid sebagai variabel dependen maka digunakan uji statistik chi-square dengan nilai kemaknaan α = 0,05.
HASIL PENELITIAN
1. Analisa Univariat
Tabel 5.1
Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur di Ruang Rawat Inap RSUD Pangkep Tahun 2013
10 s/d 19 Tahun 11 33.3
20 s/d 29 Tahun 20 60.6
≥ 30 Tahun 2 6.1
Total 33 100
Sumber : Data Primer 2013
Berdasarkan tabel 5.1, maka diketahui bahwa kelompok umur responden yang paling banyak adalah 20 s/d 29 tahun dengan jumlah responden sebanyak 20 orang (60,6%), sedangkan kelompok umur responden yang paling sedikit adalah ≥ 30 tahun dengan jumlah responden sebanyak 2 orang (6,1%).
Tabel 5.2
Distrribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Ruang Rawat Inap RSUD Pangkep Tahun 2013
Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase (%)
Laki-Laki 13 39.4
Perempuan 20 60.6
Total 33 100
Sumber : Data Primer 2013
Berdasarkan tabel 5.2, maka diketahui bahwa jenis kelamin responden yang paling banyak adalah perempuan dengan jumlah responden sebanyak 20 orang (60,6%), sedangkan jenis kelamin paling sedikit adalah laki-laki dengan jumlah responden sebanyak 13 orang (39,4%).
Tabel 5.3
Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Ruang Rawat Inap RSUD Pangkep Tahun 2013
Pekerjaan Frekuensi (n) Persentase (%)
PNS 3 9.1
Swasta 7 21.2
Pelajar 12 36.4
Lainnya 11 33.3
Total 33 100
Sumber : Data Primer 2013
Berdasarkan tabel 5.3, maka diketahui bahwa pekerjaan responden paling banyak adalah pelajar dengan jumlah responden sebanyak 12 orang (36,4%), sedangkan pekerjaan responden yang paling sedikit adalah PNS dengan jumlah responden sebanyak 3 orang (9,1%).
Tabel 5.4
Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di Ruang Rawat Inap RSUD Pangkep Tahun 2013
Pendidikan Frekuensi (n) Persentase (%)
SMP 4 12.1
SMA 16 48.5
D3/ S1 9 27.3
Total 33 100
Sumber : Data Primer 2013
Berdasarkan tabel 5.4, maka diketahui bahwa pendidikan responden paling banyak adalah SMA dengan jumlah responden sebanyak 16 orang (27,3%), sedangkan pendidikan responden yang paling sedikit adalah SD dan SMP dengan jumlah responden masing-masing sebanyak 4 orang (12,1%).
Tabel 5.5
Distribusi Responden Berdasarkan Kepatuhan di Ruang Rawat Inap RSUD Pangkep Tahun 2013
Kepatuhan Pasien Frekuensi (n) Persentase (%)
Patuh 22 66.7
Tidak Patuh 11 33.3
Total 33 100
Sumber : Data Primer 2013
Berdasarkan tabel 5.5, maka diketahui bahwa kepatuhan pasien kategori patuh sebanyak 22 orang responden (66,7%), sedangkan kategori tidak patuh sebanyak 11 orang responden (33,3%).
Tabel 5.6
Distribusi Responden Berdasarkan Status Gizi di Ruang Rawat Inap RSUD Pangkep Tahun 2013
Status Gizi Frekuensi (n) Persentase (%)
Baik 19 57.6
Tidak Baik 14 42.4
Total 33 100
Sumber : Data Primer 2013
Berdasarkan tabel 5.6, maka diketahui bahwa status gizi responden yang dalam kategori baik sebanyak 19 orang (57,6%), sedangkan status gizi responden kategori tidak baik sebanyak 14 orang (42,4%).
Tabel 5.7
Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Keluarga di Ruang Rawat Inap RSUD Pangkep Tahun 2013
Dukungan Keluarga Frekuensi (n) Persentase (%)
Mendukung 17 51.5
Tidak Mendukung 16 48.5
Total 33 100
Sumber : Data Primer 2013
Tabel 5.8
Distribusi Responden Berdasarkan Lama Hari Rawat di Ruang Inap RSUD Pangkep Tahun 2013
Lama Hari Rawat Frekuensi (n) Persentase (%)
Lama 20 60.6
Singkat 13 39.4
Total 33 100
Sumber : Data Primer 2013
Berdasarkan tabel 5.8, maka diktahui bahwa lama hari rawat responden dalam kategori lama sebanyak 20 orang responden (60,6%), sedangkan kategori singkat sebanyak 13 orang responden (39,4%).
2. Analisa Bivariat
Tabel 5.9
Hubungan Kepatuhan Pasien Dengan Lama Hari Rawat Pasien Demam Tifoid Di Ruang Rawat Inap RSUD Pangkep Tahun 2013
Kepatuhan Pasien
Lama Hari Rawat
Total
Lama Singkat
n % n % n %
Patuh 10 30.3 12 36.4 22 66.7
Tidak Patuh 10 30.3 1 3 11 33.3
Total 20 60.6 13 39.4 33 100
p Value = 0.022, OR = 0.8, α 0.05
Sumber : Data Primer 2013
Berdasarkan tabel 5.9, maka diketahui bahwa dari total 22 orang responden (66,7%) pada kepatuhan pasien dalam kategori patuh, 10 orang (30,3%) responden mempunyai lama hari rawat dalam kategori yang lama dan 12 orang lainnya (36,4%) dalam kategori yang singkat. Sedangkan dari total 11 orang responden (33,3%) pada kepatuhan pasien dalam kategori tidak patuh, 10 orang responden (30,3%) mempunyai lama hari rawat dalam kategori yang lama dan 1 orang lainnya (3%) dalam kategori yang singkat.
Setelah dilakukan analisis uji Chi Square, maka berdasarkan nilai Fisher’s Exact Test didaptkan nilai p value = 0.022 dimana p < α 0.05, maka dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kepatuhan pasien dengan lama hari rawat pasien demam tifoid di ruang rawat inap RSUD Pangkep.
Tabel 5.10
Hubungan Status Gizi Dengan Lama Hari Rawat Pasien Demam Tifoid Di Ruang Rawat Inap RSUD Pangkep Tahun 2013
Status Gizi
Lama Hari Rawat
Total
Lama Singkat
n % n % n %
Baik 8 24.2 11 33.3 19 57.6
Tidak baik 12 36.4 2 6.1 14 42.4
Total 20 60.6 13 39.4 33 100
p Value = 0.015, OR = 0.12, α 0.05
Sumber : Data Primer 2013
Berdasarkan tabel 5.10, maka diketahui bahwa dari total 19 orang responden (57,6%) pada status gizi yang baik, 8 orang responden (24,2%) responden mempunyai lama hari rawat dalam kategori yang lama dan 11 orang lainnya (33,3%) dalam kategori yang singkat. Sedangkan dari total 14 orang responden (42,4%) pada status gizi yang tidak baik, 12 orang responden (36,4%) mempunyai lama hari rawat dalam kategori yang lama, dan 2 orang lainnya (6,1%) dalam kategori yang singkat.
Setelah dilakukan analisis uji Chi Square, maka berdasarkan nilai Fisher’s Exact Test didaptkan nilai p value = 0.015 dimana p < α 0.05, maka dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara status gizi dengan lama hari rawat pasien demam tifoid di ruang rawat inap RSUD Pangkep.
Dari nilai odds ratio 0.12, menunukkan bahwa responden yang dalam kategori yang status gizi yang baik mempunyai peluang 0.12 kali dirawat dalam jangka waktu yang singkat bila dibandingkan dengan responden yang dalam kategori status gizi yang tidak baik.
Tabel 5.11
Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Lama Hari Rawat Pasien Demam Tifoid Di Ruang Rawat Inap RSUD Pangkep Tahun 2013
Dukungan Keluarga
Lama Hari Rawat
Total
Lama Singkat
n % n % n %
Mendukung 7 21.2 10 30.3 17 51.5
Tdk. Mendukung 13 39.4 3 9.1 16 48.5
Total 20 60.6 13 39.4 33 100
p Value = 0.032, OR = 0.16, α 0.05
Sumber : Data Primer 2013
yang singkat. Sedangkan dari total 16 orang responden (48,5%) pada kategori dukungan keluarga yang tidak mendukung, 13 orang responden (39,4%) mempunyai lama hari rawat yang lama dan 3 orang lainnya (9,1%) dalam kategori yang singkat.
Setelah dilakukan analisis uji Chi Square, maka berdasarkan nilai Fisher’s Exact Test didaptkan nilai p value = 0.032 dimana p < α 0.05, maka dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan lama hari rawat pasien demam tifoid di ruang rawat inap RSUD Pangkep.
Dari nilai odds ratio 0.16, menunukkan bahwa responden yang dalam kategori yang dukungan keluarga yang baik mempunyai peluang 0.16 kali dirawat dalam jangka waktu yang singkat bila dibandingkan dengan responden yang dalam kategori dukungan keluarga yang tidak baik atau tidak mendukung.
PEMBAHASAN
1. Hubungan kepatuhan pasien dengan lama hari rawat pasien demam tifoid di ruang rawat inap RSUD Pangkep
Berdasarkan hasil analisis bivariat, maka berdasarkan nilai Fisher’s Exatc Test
didapatkan nilai p value = 0.022 dimana α 0.05. Maka dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kepatuhan pasien dengan lama hari rawat pasein demam tifoid di ruang rawat inap RSUD Pangkep. Dengan demikian hipotesa alternatif yang disajikan oleh peneliti dinyatakan diterima karena p < α 0.05.
Menurut Armelia Hayati (2011) Kepatuhan terhadap pengobatan membutuhkan partisipasi aktif pasien dalam manajemen perawatan diri dan kerja sama antara pasien dan petugas kesehatan. Untuk mencapai keberhasilan pengobatan bukan semata-mata menjadi tanggung jawab pasien. Namun patuhnya pasien terhadap pengobatan dan aturan petugas kesehatan akan memberikan dampak yang positif terhadap kesembuhan pasien.
Berhasilnya suatu terapi tidak hanya ditentukan oleh diagnosis atau pemilihan obat yang tepat tetapi juga oleh kepatuhan pasien untuk mengikuti terapi yang telah ditentukan. Kepatuhan pasien ditentukan oleh bebrapa hal antara lain persepsi tentang kesehatan, pengalaman mengobati sendiri, pengalaman dari terapi sebelumnya, lingkungan (teman atau keluarga), adanya efek samping obat, keadaan ekonomi, interaksi dengan petugas kesehatan, dan banyak lagi. Akibat dari ketidakpatuhan pasien terhadap terapi obat yang diberikan adalah kegagalan terapi dan juga lamanya jangka waktu perawatan (Verawati, D. 2009).
Kepatuhan pasien berpengaruh terhadap keberhasilan suatu pengobatan. Hasil terapi tidak akan mencapai tingkat optimal tanpa adanya kesadaran dari pasien itu sendiri, bahkan dapat menyebabkan kegagalan terapi, serta dapat pula menimbulkan komplikasi yang sangat merugikan dan pada akhirnya akan berakibat fatal. Terapi obat yang aman dan efektif akan terjadi apabila pasien diberi informasi yang cukup tentang obat-obat dan penggunannya (Hussar, DA. 2008).
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Denia Pratiwi (2011) yang dalam penelitiannya berjudul “Pengaruh Konseling Obat Terhadap Kepatuhan Pasien Demam Tifoid di Poliklinik Khusus RSUP Dr. M. Djamil Padang” yang dalam penelitiannya menyatakan bahwa didapatkan kesimpulan konseling dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap pasien dan akan berpengaruh terhadap kepatuhan terhadap pengobatan.
yang paling berpengaruh terhadap kepatuhan berobat pasien. Faktor lain yang berpengaruh adalah umur, tingkat pendidikan, pendapatan keluarga dan ketersediaan asuransi kesehatan. Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan pada tenaga medis sehingga dapat meningkatkan kepatuhan berobat pasien.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka peneliti berasumsi bahwa lama rawat seorang penderita demam tifoid sangatlah dipengaruhi oleh faktor patuh atau tidaknya pasien tersebut tentang pengobatan dan aturan dari tenaga kesehatan.
2. Hubungan status gizi dengan lama hari rawat pasien demam tifoid di ruang rawat inap RSUD Pangkep.
Berdasarkan hasil analisis bivariat, maka berdasarkan nilai Fisher’s Exact Test
didapatkan nilai p value = 0.015 dimana α 0.05. Maka dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara status gizi dengan lama hari rawat pasien demam tifoid di ruang rawat inap RSUD Pangkep. Dengan demikian hipotesa alternative yang disajikan oleh peneliti dinyatakan diterima karena p < α 0.05.
Di Indonesia penyakit infeksi seperti demam tifoid sering ditemukan pada anak-anak. Penyakit infeksi dapat menyebabkan hilangnya nafsu makan sehingga asupan makanan tidak adekuat, meskipun kebutuhan gizi pada penderita penyakit infeksi meningkat. Perubahan status gizi sering terjadi pada pasien anak dengan penyakit infeksi yang dirawat inap di rumah sakit. Asupan makanan dari rumah sakit merupakan salah satu faktor perubahan status gizi yang terjadi pada pasien rawat inap di rumah sakit (Anandi, IR, dkk. 2008).
Menurut Rochman S (2012) menyatakan bahwa di masa lampau, pasien demam tifoid diberi bubur saring untuk menjaga gizinya, kemudian bubur kasar dan akhirnya diberi nasi. Beberapa peneliti menganjurkan makanan padat dini yang wajar sesuai dengan keadaan penderita dengan memperhatikan segi kualitas maupun kuantitas ternyata dapat diberikan dengan aman. Ternyata pemberian makanan padat dini banyak memberikan keuntungan seperti dapat menekan turunnya berat badan selama perawatan, masa di rumah sakit diperpendek, dapat menekan penurunan kadar albumin dalam serum, dapat mengurangi kemungkinan kejadian infeksi lain selama perawatan dan juga status gizi pasien tetap terjaga.
Hasil penelitian ini juga relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Anandi Iedha Retnani, dkk (2008) yang dalam penelitiannya berjudul “Hubungan Asupan Makanan di Rumah Sakit dengan Perubahan Status Gizi Pasien Anak Penderita Demam Tifoid di Rumah Sakit” menyatakan bahwa Ada hubungan antara asupan energi dari makanan rumah sakit dengan perubahan status gizi (r = 0,77; p = 0,000) dan juga ada hubungan antara asupan protein dari makanan rumah sakit dengan perubahan status gizi (r = 0,53; p = 0,005). Analisis multivariat menunjukkan bahwa asupan energi dari makanan rumah sakit dan lama rawat inap merupakan variabel yang berhubungan dengan perubahan status gizi (r = 0,93; R2 = 87,2 % dan p = 0,000). Semakin baik asupan energi dari makanan rumah sakit maka semakin baik perubahan status gizinya.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka peneliti berasumsi bahwa semakin baik status gizi penderita demam tifoid, maka lama perawatan di rumah sakit akan semakin cepat. Untuk menjaga status gizi gizi pasien demam tifoid, pola makan juga harus tetap terjaga.
3. Hubungan dukungan keluarga dengan lama hari rawat pasien demam tifoid di ruang rawat inap RSUD Pangkep
Berdasarkan hasil analisis bivariat, maka berdasarkan nilai Fisher’s Exact Test
demikian hipotesa alternative yang disajikan oleh peneliti dinyatakan diterima karena p < α 0.05.
Menurut Syamsiah (2012) menyatakan bahwa dukungan emosional keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Aspek-aspek dari dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan didengarkan. Dukungan keluarga yang optimal dipercaya dapat membantu seseorang melewati situasi yang sulit.
Menurut Soetjiningsih (2011) keluarga adalah bagian dari masyarakat yang peranannya sangat penting untuk membangun kebudayaan yang sehat. Sehingga keluarga dijadikan sebagai unit pelayanan karena masalah kesehatan keluarga saling berkaitan dan saling mempengaruhi antara sesama anggota keluarga dan akan mempengaruhi pula keluarga-keluarga lain atau bahkan masyarakat yang ada di sekitarnya. Fungsi keluarga adalah memenuhi kebutuhan-kebutuhan setiap individu yang ada dalam keluarga. Sikap keluarga yang tidak peduli terhadap kesehatan anak-anak dapat menyebabkan gangguan pada perkembangan dan kesehatan anak. Masalah-masalah kesehatan pada anak dapat diatasi jika keluarga dapat menjalankan tugasnya dalam bidang kesehatan.
Dukungan merupakan pemberian dorongan atau pengorbanan, semangat dan nasihat kepada orang lain dalam satu situasi tertentu. Dukungan keluarga diartikan sebagai bantuan dan dukungan yang diterima individu dari hasil interaksinya dengan keluarga sehingga individu menerima dan menerima kenyamanan, perhatian dan juga bantuan yang diberikan oleh keluarga yang dapat meningkatkan perilaku hidup sehat. Dukungan keluarga bisa diperoleh dari keluarga internal seperti suami, saudara kandung, anak atau bisa juga diperoleh dari luar keluarga inti. Dukungan yang diberikan oleh keluarga dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk. Jenis dukungan keluarga diantaranya adalah dukungan informasi, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dukungan emosional (Setiadi, 2008).
Hasil penelitian ini relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Atyanty Isworo (2010) yang dalam penelitiannya berjudul “Hubungan Dukungan Keluarga terhadap Kestabilan Gizi Pasien Demam Tifoid di RSUD Sragen” yang menyatakan bahwa berdasarkan hasil uji statistic Spearman Rho maka didapatkan nilai signifikan p value 0.000 dimana p < α 0.05, yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan kestabilan gizi pasien demam tifoid.
Juga penelitian yang dilakukan oleh Amir Rusdy Kohirin (2012) yang dalam penelitian berjudul “Hubungan Dukungan Sosial Keluarga terhadap Percepatan Penyembuhan Pasien Dengan Demam Tifoid di RSUD Penembahan Senopati Bantul Yogyakarta” yang menyatakan bahwa hasil análisis diketahui dukungan sosial keluarga pasien demam tifoid di RSUD Panembahan Senopati, Bantul sebagian besar dalam kategori baik sebesar 57,4%. Hasil ini dapat diartikan bahwa keluarga pasien telah memberikan dukungan penuh terhadap pasien dalam menjalani proses perawatan yang diderita oleh pasien. Didukung hasil analisis Spearman Rank diperoleh nilai koefisien korelasi () sebesar 0,439 dengan p value sebesar 0,000 (p<0,05). Hasil ini dapat diartikan bahwa dukungan sosial keluarga berhubungan signfikan dengan percepatan penyembuhan pasien.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka peneliti berasumsi bahwa semakin baik dukungan yang diberikan oleh keluarga, maka semakin memperbaiki kondisi psikologis seorang pasien. Kondisi psikologis pasien yang baik akan memberikan respon yang positif terhadap proses penyembuhan.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan tujuan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan lama hari rawat pasien demam tifoid di ruang rawat inap RSUD Pangkep, maka dapat ditarik kesimpulan penelitian antara lain sebagai berikut :
1. Ada hubungan yang signifikan antara kepatuhan pasien dengan lama hari rawat pasien demam tifoid di ruang rawat inap RSUD Pangkep.
2. Ada hubungan yang signifikan antara status gizi dengan lama hari rawat pasien demam tifoid di ruang rawat inap RSUD Pangkep.
3. Ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan lama hari rawat pasien demam tifoid di ruang rawat inap RSUD Pangkep.
Saran
Berdasarkan hasil dan kesimpulan penelitian, maka peneliti memberikan beberapa saran antara lain sebagai berikut :
1. Untuk pasien demam tifoid untuk senantiasa patuh terhadap aturan dari perawat atau dokter, baik itu aturan dalam mengkonsumsi obat maupun aturan lainnya agar dapat dengan cepat sembuh dari penyakit demam tifoid.
2. Kepada keluarga pasien agar senantiasa memberikan dukungan kepada keluarga yang menderita demam tifoid karena salah satu substansi seseorang mendapatkan ketenangan batin ketika ada masalah adalah dukungan dari orang-orang terdekat, yaitu keluarga.
3. Kepada pihak rumah sakit baik itu perawat, dokter, bidan, dan tenaga kesehatan lainnya, khususnya yang berada di RSUD Pangkep agar senantiasa meningkatkan pemberian informasi kepada pasien dan keluarga pasien tentang demam tifoid agar sedini mungkin kejadian demam tifoid dapat dihindari.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul H, Azis. 2012. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Edisi 2. Salemba Medika : Jakarta.
Alimul H, Azis. 2009. Metode Penelitian Keperawatan Teknik Analisis Data. Salemba Medika : Jakarta.
Alimul H, Azis. 2005. Kebutuhan Dasar manusia. EGC : Jakarta.
Alimul H, Azis. 2008. Dokumentasi Kebidanan. Salemba Medika : Jakarta.
Amir Rusdy Khoirin, 2012. Hubungan Dukungan Sosial Keluarga terhadap Percepatan Penyembuhan Pasien Dengan Demam Tifoid di RSUD Penembahan Senopati Bantul Yogyakarta. Universitas Restipati Yogyakarta
Anandi IR, dkk. 2008. Hubungan Asupan Makanan di Rumah Sakit dengan Perubahan Status Gizi Pasien Anak Penderita Demam Tifoid di Rumah Sakit. Artikel Penelitian. Universitas Diponegoro Semarang.
Ardiansyah Muhammad. 2012. Medikal Bedah. DIVA press : Jogjakarta.
Arif Budiman, dkk. 2012. Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Pasien Berobat Pada Penderita Demam Typhoid. (Online) (http://jurnal.fk.unand.ac.id, di akses pada 11 Juli 2013).
Armelia, H. 2011. Evaluasi Kepatuhan Berobat Pasien. (Online) (lontar.ui.ac.id/file?
=digital/20205393-S121-, di akses pada 11 Juli 2013).
Atyanty Isworo, 2010. Hubungan Dukungan Keluarga terhadap Kestabilan Gizi Pasien Demam Tifoid di RSUD Sragen.
Barbara J.Ggruendemann. 2006. “Keperawatan Perioperatif”. EGC. Jakarta Behrman. 2000. “Ilmu Kesehatan Anak" EGC. Jakarta.
Bidanlia. 2009. Kepatuhan (online), (http://bidanlia.blogspot.com/2009/06/ 25/teori kepatuhan html.
Denia P, 2011. Pengaruh Konseling Obat Terhadap Kepatuhan Pasien Demam Thypoid di Poliklinik Khusus RSUP Dr. M. Djamil Padang. Artikel Program Pasca Sarjana Universitas Andalas Padang.
Dewianti, 2007. Fakto-faktor yang berhubungan dengan lama hari rawat pasien demam tifoid di ruang rawat BPRSUD Labuang Baji. Skripsi tidak diterbitkan. Makassar: GEA. Daldiyono dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1. Interna Publishing : Jakarta. Harjodisastro Daldiyono. 2006. Dukungan Nutrisi Pada Kasus Penyakit Dalam. WC. Jakarta. Hatorono Bambang. 2011. Promosi Kesehatan Sejarah Dan Perkembangannya di Indonesia.
Rineka Cipta : Jakarta.
Hussar, DA. 2008. Patient Compliance, in Remington: The Science and Practice of Pharmacy (1796-1807), Volume II, USA: The Philadelphia Collage of Pharmacy and Science.
Khomsan Ali. 2006. Solusi Makanan Sehat. RajaGrahafindo : Jakarta. Ngastiyah. 2012. Perawatan Anak Sakit,edisi 2. EGC : Jakarta.
Nursalam. 2003. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta. Notoatmodjo Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka cipta : Jakarta. Nyoman Supariasa I Dewa. 2001. Penilaian Status Gizi. EGC : Jakarta.
Priyanto Budi (2005) ”Studi diskriptif lama rawat inap dan sistem kategori Pasien jiwa pada pasien yang dirawat Di ruang sakura rsud banyumas” Gajah Mada
Psychologmania. 2012. Pengertian Dukungan Keluarga, (online),
http://www.psychologmania.com/2012/08/pengertian dukungan keluarga
Rochman, R. 2012. Demam Typhoid. (Online) ( http://rochman-sains.blogspot.com/2012/11/demam-tifoid.html, di akses pada 11 Juli 2013). R Leny & R Jhonshon. 2010. Keperawatan Keluarga. Nuha Medika : Yogyakatra. Rekam Medik. 2013. Data Rumah Sakit Umum Daerah Pangkep.
Setiadi. 2008. Konsep & Proses Keperawatan Keluarga. Graha Ilmu : Jakarta. Soetjiningsih. 2011. Tumbuh Kembang Anak. EGC : Jakarta
Setiadi. (2008). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga: Yogyakarta. Graha ilmu Syamsiah, 2012. Petunjuk Modern Kesehatan Keluarga. Panji Pustaka : Yogyakarta.
Verawaty, D. Pelayanan Konseling Akan Meningkatkan Kepatuhan Pasien Pada Terapi Obat. (Online) (http://jakarta-bahagia.blogspot.com/2009/11/.html, di akses pada 11 Juli 2013).
Widoyono. 2011. Penyakit Tropis Epidemiologi Penulara Pencegahan & Pemberantasanya. Edisi kedua. Erlangga : Jakarta.