• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL PENELITIAN

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI

CAMPAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

MACCINI SAWAH KOTA

MAKASSAR

Oleh :

KARTINA

1

, MARLINAH

2

, M. ASKAR

3

1

Mahasiswa S1 Ilmu Keperawatan STIKES Nani Hasanuddin Makassar

2

Dosen tetap Program Studi S1 Keperawatan STIKES Nani Hasanuddin

Makassar

3

Dosen tetap Program Studi S1 Keperawatan STIKES Nani Hasanuddin

Makassar

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

(2)

2013

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI CAMPAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

MACCINI SAWAH KOTA MAKASSAR

Kartina1, Marlinah2, M. Askar3

ABSTRAK

Imunisasi campak merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit campak pada anak karena penyakit ini sangat menular. Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya), dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga menghasilkan pengetahuan. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan sarana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual. Keteraturan antenatal adalah kedisplinan/kepatuhan ibu hamil untuk melakukan pengawasan sebelum anak lahir terutama ditujukan pada anak. Usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda atau mahluk. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan pemberian imunisasi campak di wilayah kerja puskesmas Maccini Sawah Kota Makassar. Jenis penelitian ini adalah Analitik Asosiaitf dengan rancangan Cross Sectional Study menggunakan desain uji Chi Square korelasi dengan interval kemaknaan α 0.10. Sampel terdiri atas 76 orang yang diambil menggunakan teknik Purposive Sampling yang sesuai dengan kriteria sampel. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan (p=0.048, OR : 4.3), tingkat pendidikan (p=0.021, OR : 6.8), jumlah kunjungan antenatal (p=0.011, OR : 6.9) dan usia (p=0.003, OR : 0.1) dengan pemberian imunisasi campak. Kesimpulan penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan, pendidikan, jumlah kunjungan antenatal dan usia dengan pemberian imunisasi camapak di wilayah kerja Puskesmas Maccini Sawah Kota Makassar.

(3)

PENDAHULUAN

Imunisasi bukanlah hal baru dalam dunia kesehatan di Indonesia, namun tetap saja sampai kini banyak orangtua masih ragu–ragu dalam memutuskan apakah anaknya akan diimunisasi atau tidak. Kebingungan tersebut cukup beralasan, banyak kabar dan mitos yang kontroversial beredar, mulai dari alergi, autis, hingga kejang–kejang akibat imunisasi, (Proverawati dan Andhini, 2010).

Program imunisasi nasional dikenal sebagai Pengembangan Program Imunisasi (PPI) dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 1977. Program PPI merupakam program pemerintah dalam bidang imunisasi guna mencapai komitmen internasional yaitu Universal Child Immunization (UCI) pada akhir 1982. UCI secara nasional dicapai pada tahun 1990, yaitu cakupan DTP3 Polio 3 dan campak minimal 80%, Sebelum umur 1 tahun. Sedangkan cakupan untuk DTP3 Polio 1 dan BCG minimal 90% (I.G.N. Gde Ranuh, dkk, 2011).

Imunisasi merupakan suatu upaya untuk menimbulkan atau meningkatkan kekebalan seseoarang secara aktif terhadap suatu penyakit. Imunisasi sendiri sebetulnya sudah berlangsung cukup lama, menurut Hikayat Raja Pontus, sang Raja melindungi dirinya dari keracunan makanan dengan minum darah itik, sedangkan penggunaan hati anjing gila untuk pengobatan rabies menjadi basis pendekatan pembuatan vaksin rabies. Vaksin pertama kali dikenalkan oleh Edward Jenner, seorang dokter dari Inggris (Proverawati dan Andini, 2010).

Penyakit campak disebabkan oleh karena virus campak. Virus campak termasuk didalam family paramyxoviridae. Virus campak sangat sensitif terhadap panas, sangat mudah rusak pada suhu lingkungan 37

.

World Health Organization (WHO) dengan programnya expanded programe on immunization telah mencanangkan target global untuk mereduksi insidens campak sampai 90,5% dan mortalitas sampai 95,5% dari pada tingkat pre-EPI (Expanded Programon Immunization) pada tahun 1995. Beberapa negara berhasil hampir mendekati fase eliminasi. Beberapa macam jadwal imunisasi dan strategi telah digunakan, tetapi ada beberapa negara yang tidak berhasil. Kegagalan ini biasanya disebabkan oleh kegagalan dalam mengimplementasikan rencana strategi secara adekuat. Prioritas utama untuk penanggulangan penyakit campak adalah melaksanakan program imunisasi lebih efekif. Eradikasi campak, didefenisikan sebagai pemutusan rantai penularan secara global sehingga imunisasi dapat dihentikan, secara teori adalah mungkin oleh karena tidak adanya binatang reservoir dan pemberian imunisasi sangat efektif (I.G.N. Gde Ranuh, dkk, 2011).

Strategi untuk reduksi kematian akibat penyakit campak adalah (1) pencapaian dan mempertahankan angka cakupan, (2) mengusahakan agar semua anak mendapat kesempatan imunisasi campak yang kedua, (3) mengimplementasikan surveilens yang didukung fasilitas laboratorium dan (4) melaksanakan program penatalaksana kasus secara adekuat di klinik (I.G.N. Gde Ranuh, dkk, 2011).

Berdasarkan laporan dirjen PP da PL. Depkes RI tahun 2009, pada tahun 2008 masih terdapat banyakkasus campak di seluruh provinsi di Indonesia (Dirjen PP dan PL Depkes RI). Demikian juga, kejadian luar biasa campak masih sering terjadi di Indonesia. Pada tahun 2008, beberapa KLB terjadi terutama pada daerah dengan cakupan imunisasi campak yang rendah, misalnya Bangka Balitung terjadinya enam kali (KLB) kejadian luar biasa (Rezeki, 2011).

Menurut Depkes RI, Pada tahun 2010 Indonesia telah mencapai cakupan imunisasi campak sebesar 93,61%. Dengan demikian Indonesia telah mampu mencapai target imunisasi campak yang telah ditentukan oleh WHO. Dari 33 provinsi di Indonesia, 20 provinsi telah mencapai cakupan imunisasi campak ≥ 90%, 10 provinsi mencapai cakupan 80-90%, dan 4 provinsi lainnya masih di bawah 80%, bahkan ada yang baru mencapai cakupan 68,34%. Cakupan tertinggi dicapai kepulauan Bangka Balitung,Jambi, NTB, dan di Yogyakarta yaitu masing–masing sebesar 100%. Sedangkan cakupan rendah adalah di Papua Barat (68,34%) (Profil Kesehatan Indonesia, 2010).

(4)

Cakupan imunisasi campak di Sulawesi Selatan pada tahun 2010 telah memenuhi target provinsi yaitu 93,08% (melebihi 3,08% dari target provinsi). Namun masih terdapat 11 kabupaten/kota yang belum memenuhi target provinsi (dibawah 90%), antara lain Kabupaten Selayar, Bulukumba, Jeneponto, Bone, Sidrap, Enrekang, Luwu, Luwu Utara, Tator, Palopo dan Toraja Utara. Tetapi dua kabupaten/kota yang telah memenuhi target nasional (100%) yaitu Bantaeng, Maros, Pare-pare, Enrekang (Reski, 2011).

Menurut data laporan bulanan tahun terakhir Puskesmas Maccini Sawah Makassar pada tahun 2011 dengan sasaran bayi 366 dengan jumlah bayi imunisasi campak 365 dengan cakupan 99%. Sedangkan yang didapatkan data bulanan tahun terakhir berdasarkan laporan puskesmas tahun 2012 dengan sasaran bayi 325 orang jumlah yang imunisasi campak sebanyak 313 orang atau hannya 64%. Berdasarkan data yang berikut dari tahun 2011 sampai 2012, masih banyak ibu yang tidak membawa bayinya imunisasi sesuai umur dan jadwal pemberiannya. Berdasarkan fenomena yang terjadi, maka penulis ingin meneliti lebih lanjut mengenai faktor yang berhubungan dengan pemberian imunisasi campak di Puskesmas Maccini Sawah Kota Makssar.

BAHAN DAN METODE

Jenis Penelitian, Lokasi Penelitian, Populasi dan Sampel

Jenis penelitian ini adalah Analitik Asosiatif dangan rancangan cross sectional. Lokasi penelitian di wilayah kerja Puskesmas Maccini Sawah Kota Makassar. Penelitian dilakukan pada tanggal 26 Juni s.d 26 Juli 2013. Populasi dalam penelitian ini adalah semua orang tua yang mempunyai bayi umur 9–11bulan sebanyak 325 orang di wilayah kerja Puskesmas Maccini Sawah Kota Makassar. Sampel sebanyak 76 orang responden yang didapatkan dengan menggunakan teknik Purposive Sampling.

Untuk mendapatkan jawaban yang sesuai, maka peneliti memberikan beberapa kriteria sampel antara lain :

1. Kriteria Inklusi

a. Ibu yang mempunyai anak umur 9 bulan sampai 11 bulan b. Bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Maccini Sawah. c. Ibu yang bersedia mejadi responden.

2. Kriteria Eksklusi

a. Bayi itu menderita sakit pada saat penelitian berlangsung b. Ibu tidak ada di tempat penelitian saat penelitian dilaksanakan.

c. Ibu yang tidak bisa membaca

Pengumpulan Data

1. Instrumen Penelitian

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan kuesioner dengan berpedoman pada literatur yang ada pada Puskesmas Maccini Sawah Kota Makassar.

2. Prosedur Penarikan Sampel a. Data Primer

Data diperoleh dengan menggunakan kuesioner yang dibuat oleh peneliti. b. Data Sekunder

Untuk data sekunder diperoleh dari literatur yang terkait di wilayah kerja Puskesmas Maccini Sawah Kota Makassar.

Untuk memudahkan pengolahan data, maka semua jawaban akan diberikan simbol-simbol tertentu untuk setiap jawaban dengan pengkodean.

(5)

Menyusun data-data kedalam tabel yang sesuai sebelum dilakukan analisis. 2. Analisis Data

a. Analisis Univariat

Dilakukan terhadap tiap-tiap variabel penelitian terutama untuk melihat tampilan distribusi frekuensi dari tiap-tiap variabel.

Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Wilayah Kerja Puskesmas Maccini Sawah Kota Makassar Tahun 2013 banyak adalah Ibu Rumah Tangga dengan jumlah responden sebanyak 45 orang (59,2%), sedangkan kelompok pekerjaan responden yang paling sedikit adalah Pegawai Negeri Sipil dan pekerjaan lainnya yang masing-masing berjumlah 9 orang responden (11,8%).

Tabel 5.2

Distribusi Responden Berdasarkan Agama di Wilayah Kerja Puskesmas Maccini Sawah Kota Makassar Tahun 2013 banyak adalah Islam dengan jumlah responden sebanyak 67 orang (88,2%), sedangkan Agama responden yang paling sedikit adalah Non Islam dengan jumlah responden sebanyak 9 orang (11,8%).

Tabel 5.3

Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan di Wilayah Kerja Puskesmas Maccini Sawah Kota Makassar Tahun 2013

(6)

Tabel 5.4

Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Maccini Sawah Kota Makassar Tahun 2013

Pendidikan Frekuensi (f) Persentase (%)

Tinggi 65 85,5

Rendah 11 14,5

Total 76 100,0

Sumber : Data Primer 2013

Berdasarkan Tabel 5.4, maka diketahui bahwa dari total 76 orang responden, 64 orang (84,2%) dengan kategori pendidikan yang tinggi, dan 11 orang (14,5%) dengan kategori pendidikan yang rendah.

Tabel 5.5

Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Kunjungan Antenatal di Wilayah Kerja Puskesmas Maccini Sawah Kota Makassar Tahun 2013

Jumlah Kunjungan Antenatal Frekuensi (f) Persentase (%)

Cukup 55 72,4

Kurang 21 27,6

Total 76 100,0

Sumber : Data Primer 2013

Berdasarkan Tabel 5.5, maka diketahui bahwa dari total 76 orang responden, 55 orang (72,4%) dengan jumlah kunjungan antenatal kategori cukup, dan 21 orang lainnya (27,6%) dengan jumlah kunjungan antenatal kategori kurang.

Tabel 5.6

Distribusi Responden Berdasarkan Umur ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Maccini Sawah Kota Makassar Tahun 2013

Umur ibu Frekuensi (f) Persentase (%)

Tua 31 40,8

Muda 45 59,2

Total 76 100,0

Sumber : Data Primer 2013

Berdasarkan Tabel 5.6, maka diketahui bahwa dari total 76 orang responden, 31 orang (40,8%) dengan kategori umur ibu yang tua, dan 45 orang (59,2%) lainnya dengan kategori umur ibu yang muda.

Tabel 5.7

Distribusi Responden Berdasarkan Pemberian Imunisasi Campak di Wilayah Kerja Puskesmas Maccini Sawah Kota Makassar Tahun 2013

Pemberian Imunisasi Campak Frekuensi (f) Persentase (%)

Imunisasi 67 88,2

Tidak Imunisasi 9 11,8

Total 76 100,0

(7)

Berdasarkan Tabel 5.7, maka diketahui bahwa dari total 76 orang responden, 67 orang (88,2%) dalam kategori di imunisasi, dan 9 orang (11,8%) lainnya dalam kategori tidak di imunisasi.

2. Analisa Bivariat

Tabel 5.8

Hubungan Pengetahuan dengan Pemberian Imunisasi Campak di Wilayah Kerja Puskesmas Maccini Sawah Kota Makassar Tahun 2013

Pengetahuan

Berdasarkan Tabel 5.8, maka diketahui bahwa dari total 56 orang (73,7%) yang dalam kategori pengetahuan yang cukup, 52 orang responden (68,4%) dalam kategori di imunisasi dan 4 orang lainnya (5.2%) dalam kategori tidak di imunisasi. Sedangkan dari total 20 orang (26,3%) yang dalam kategori pengetahuan yang kurang, 15 orang (19,7%) dalam kategori di imunisasi dan 5 orang lainnya (6,6%) dalam kategori tidak di imunisasi.

Setelah dilakukan analisis uji statistik menggunakan uji Chi Square korelasi Fisher’s Exact Test didapatkan nilai p = 0,048 dimana p < α 0,10, maka dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan pemberian imunisasi campak di wilayah kerja Puskesmas Maccini Sawah Kota Makassar.

Dari nilai Odd Ratio 4.3, menunjukkan bahwa responden yang dalam kategori pengetahuan yang cukup berpeluang 4.3 kali di imunisasi campak jika dibandingkan dengan responden dengan kategori pengetahuan yang kurang.

Tabel 5.9

Hubungan Pendidikan dengan Pemberian Imunisasi Campak di Wilayah Kerja Puskesmas Maccini Sawah Kota Makassar Tahun 2013

Pendidikan

(8)

Setelah dilakukan analisis uji statistik menggunakan uji Chi Square korelasi Fisher’s Exact Test didapatkan nilai p = 0,021 dimana p < α 0,10, maka dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan pemberian imunisasi campak di wilayah kerja Puskesmas Maccini Sawah Kota Makassar.

Dari nilai Odds ratio 6,8, menunjukkan bahwa responden yang dalam kategori pendidikan yang tinggi berpeluang 6,8 kali di imunisasi jika dibandingkan dengan responden yang dalam kategori pendidikan yang rendah.

Tabel 5.10

Hubungan Jumlah Kunjungan Antenatal dengan Pemberian Imunisasi Campak di Wilayah Kerja Puskesmas Maccini Sawah Kota Makassar Tahun 2013

Jumlah

Berdasarkan Tabel 5.10, maka diketahui bahwa dari total 55 orang (72,4%) yang dalam kategori kunjungan antenatal yang cukup, 52 orang (68,4%) dalam kategori di imunisasi dan 3 orang lainnya (3,9%) dalam kategori tidak di imunisasi. Sedangkan dari total 21 orang (27,6%) yang dalam kategori kunjungan antenatal yang kurang, 15 orang (19,7%) dalam kategori di imunisasi dan 6 orang lainnya (7,9%) dalam kategori tidak di imunisasi.

Setelah dilakukan analisis uji statistik menggunakan uji Chi Square korelasi Fisher’s Exact Test didapatkan nilai p = 0,011 dimana p < α 0,10, maka dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara jumlah kunjungan antenatal dengan pemberian imunisasi campak di wilayah kerja Puskesmas Maccini Sawah Kota Makassar.

Berdasarkan nilai Odds ratio 6,9, menunjukkan bahwa responden yang dalam kategori jumlah kunjungan antenatal yang cukup berpeluang 6,9 kali di imunisasi jika dibandingkan dengan responden yang dalam kategori jumlah kunjungan antenatal yang kurang.

Tabel 5.11

Hubungan Usia dengan Pemberian Imunisasi Campak di Wilayah Kerja Puskesmas Maccini Sawah Kota Makassar Tahun 2013

Berdasarkan Tabel 5.11, maka diketahui bahwa dari total 31 orang (40,8%) yang dalam kategori usia yang tua, 23 orang (30,3%) dalam kategori di imunisasi dan 8 orang lainnya (10,5%) dalam kategori tidak di imunisasi. Sedangkan 55 orang (59,2%) yang dalam kategori usia yang muda, 44 orang (57,9%) dalam kategori di imunisasi dan 1 orang (1,3%) lainnya dalam kategori tidak di imunisasi.

(9)

Berdasarkan nilai Odds ratio 3,06, menunjukkan bahwa responden yang dalam kategori usia yang muda berpeluang 3,06 kali di imunisasi jika dibandingkan dengan responden yang dalam kategori usia yang tua.

PEMBAHASAN

1. Hubungan pengetahuan dengan pemberian imunisasi campak di wilayah kerja Puskesmas Maccini Sawah Kota Makassar.

Berdasarkan hasil analisis bivariat, maka berdasarkan nilai Fisher’s Exact Test didapatkan nilai p = 0,048 dimana p < α 0,10, maka dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan pemberian imunisasi campak di wilayah kerja Puskesmas Maccini Sawah Kota Makassar. Dengan demikian hipotesa alternatif yang disajikan oleh peneliti dinyatakan diterima karena p < α 0,10.

Hasil penelitian ini didukung oleh pendapat yang dikemukakan oleh Kristiyanasari, W (2010) yang menyatakan bahwa pengetahuan yang dimiliki seorang ibu akan mempengaruhi dalam pengambilan keputusan dan juga akan berpengaruh pada perilakunya. Ibu dengan pengetahuan imunisasi yang baik kemungkinan akan melengkapi status imunisasi anaknya.

Menurut Rostini C (2011) menyatakan bahwa minimnya pengetahuan tentang pentingnya imunisasi akan berdampak pada ketidaklengkapan status imunisasi pada anak. Pemahaman tentang pentingnya imunisasi perlu diberikan kepada setiap orang tua agar penyakit-penyakit tertentu akibat tidak mendapatkan imunisasi dapat dihindari sedini mungkin. Hal ini karena pangetahuan yang dimiliki oleh orang tua akan berpengaruh pada perilakunya.

Hasil penelitian ini juga relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Arvitarius (2012) yang dalam penelitiannya berjudul “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Pemberian Imunisasi pada bayi (0-11 Bulan) di Desa Karanganyar Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang” yang menyatakan bahwa dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan ibu tentang pemberian imunisasi pada anak usia 0 – 11 bulan didapatkan sebagian besar berpengetahuan cukup. Dimana pengetahuan ibu tentang pengertian reaksi samping imunisasi adalah lebih dari setengahnya berpengetahuan baik, dan sebagian kecil berpengetahuan cukup, hal ini dimungkinkan didukung oleh pendidikan yang diterima responden. Sedangkan dengan adanya informasi baru itu mengenai suatu hal akan memberi landasan pengetahuan baru. Kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang pemberian imunisasi pada bayi.

Juga penelitian yang dilakukan oleh Yusnidar (2012) yang dalam penelitiannya berjudul “Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar Dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada Bayi Usia 0-12 Bulan Di Lingkungan IX Kelurahan Sidorame Barat II Medan Perjuangan Tahun 2012” yang menyatakan bahwa masih kurangnya cakupan imunisasi di Indonesia menjadi masalah penting dalam menurunkan angka kematian bayi. Tingkat pengetahuan ibu yang masih kurang tentang imunisasi berpengaruh pada perilaku dan tindakan ibu untuk membawa bayinya ke fasilitas kesehatan guna mendapatkan imunisasi. Kelengkapan imunisasi dasar pada bayi sebagian besar adalah lengkap yaitu 30 orang (76,9%). Terdapat hubungan antara pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi usia 0-12 bulan di Lingkungan IX Kelurahan Sidorame Barat II Medan Perjuangan tahun 2012 (p<0,05).

Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti berpendapat bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang akan berpengaruh terhadap perilakunya. Semakin baik pengetahuan seseorang maka semakin berpotensi untuk meningkatkan kualitas kesehatannya, demikian pula status imunisasi. Semakin baik pengetahuan seseorang tentang imunisasi maka status imunisasinya akan berpotensi lebih lengkap.

2. Hubungan pendidikan dengan pemberian imunisasi campak di wilayah kerja Puskesmas Maccini Sawah Kota Makassar.

(10)

Menurut Reza (2009) pendidikan tinggi berkaitan erat dengan pemberian imunisasi pada anak. Tingkat pendidikan seorang ibu yang dalam kategori tinggi akan berpeluang besar untuk mengimunisasi anaknya. Ibu yang berpendidikan mempunyai pengetahuan yang baik tentang pencegahan penyakit dan kesadaran lebih tinggi terhadap masalah-masalah kesehatan yang sedikit banyak telah di ajarkan di sekolah.

Menurut Ardaniah (2013) menyatakan bahwa pendidikan kesehatan merupakan usaha atau kegiatan untuk membantu individu, kelompok dan masyarakat dalam meningkatkan kemampuan untuk mencapai kesehatan secara optimal, oleh sebab itu diharapkan dengan diberikannya pendidikan kesehatan diharapkan sikap ibu dapat diubah sehingga mau mengimunisasikan anaknya dengan 5 imunisasi dasar lengkap. Pendidikan kesehatan merupakan media yang baik untuk mengubah sikap ibu tentang pemberian imunisasi dasar lengkap untuk mengubah sikap ibu guna meningkatkan atau mencapai kesehatan yang optimal.

Hasil penelitian ini juga didukung oleh pendapat yang dikemukakan oleh Hidayat, RD (2009) yang menyatakan bahwa Pendidikan menjadi salah satu hal yang sangat penting, karena dalam pendidikan terkandung pembinaan, pengembangan dan peningkatan. Aktivitas pendidikan dapat berlangsung di dalam keluarga (informal), dalam sekolah (formal), dan dalam masyarakat (non formal), dari ketiganya memberikan sumbangan tertentu terhadap perkembangan anak. Untuk mendukung perkembangan anak maka perlu bimbingan dari masing-masing orang tua.

Hasil penelitian ini juga relevan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Febi Angzila Fatmayati (2008) yang dalam penelitiannya yang berjudul “Hubungan Tingkat Pendidikan Formal Ibu Dengan Status Imunisasi Dasar Bayi Di Kecamatan Kwadungan Ngawi” yang menyatakan bahwa Beberapa penyakit menular yang dapat menyebabkan kematian seperti tuberkolosis, hepatitis B, dipteri, tetanus, pertusis, polio, dan campak dapat dicegah dengan pemberian imunisasi. Faktor yang perlu diperhatikan dalam pemberian imunisasi dasar adalah kelengkapan imunisasi. Salah satu faktor yang mempengaruhi kelengkapan imunisasi adalah tingkat pendidikan formal ibu. Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar ibu di Kecamatan Kwadungan Ngawi mempunyai tingkat pendidikan formal menengah dan status imunisasi dasar bayi cukup baik. Dari hasil uji statistik menghasilkan nilai X2 hitung = 12,071 dengan df = 3 dan nilai p value = 0,007. Nilai X² tabel = 7,815 maka nilai X2 hitung > X² tabel dan nilai p < 0,05. Kesimpulan ada hubungan positif antara tingkat pendidikan formal ibu dengan status imunisasi dasar bayi di Kecamatan Kwadungan Ngawi.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka peneliti berpendapat bahwa pendidikan seseorang akan sejalan dengan pengetahuan yang dia miliki, dan pengetahuan akan sejalan dengan perilaku seseorang. Apabila pendidikannya baik, maka mainstream yang akan terbentuk dipemahaman juga akan baik. Apabila pemahaman seseorang tentang imunisasi baik, maka seseorang akan cenderung untuk melengkapi status imunisasinya. 3. Hubungan jumlah kunjungan antenatal dengan pemberian imunisasi campak di Puskesmas

Maccini Sawah Kota Makassar.

Berdasarkan analisis bivariat, maka berdasarkan nilai Fisher’s Exact Test didapatkan nilai p = 0,011 dimana p < α 0,10, maka dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara jumlah kunjungan antenatal dengan pemberian imunisasi campak di wilayah kerja Puskesmas Maccini Sawah Kota Makassar. Dengan demikian, hipotesis alternative dalam penelitian ini di terima karena p < α 0,10.

Menurut Prawirohardjo (2006) menyatakan bahwa salah satu manfaat pelayanan antenatal adalah untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan fisik, mental dan sosial ibu serta bayi dengan memberikan pendidikan, supleman dan imunisasi. Keuntungan antenatal adalah untuk dapat mengetahui berbagai resiko dan komplikasi hamil sehingga ibu hamil dapat diarahkan untuk melakukan rujukan ke rumah sakit.

(11)

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka peneliti berpendapat bahwa semakin baik status kunjungan antenatal seorang ibu, maka kecenderungan kelengkapan status imunisasi anaknya juga baik.

4. Hubungan usia ibu dengan pemberian imunisasi campak di Puskesmas Maccini Sawah Kota Makassar.

Berdasarkan analisis bivariat, maka berdasarkan nilai Fisher’s Exact Test didapatkan nilai p = 0,003 dimana p < α 0,10, maka dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara usia dengan pemberian imunisasi campak di wilayah kerja Puskesmas Maccini Sawah Kota Makassar. Dengan demikian hipotesa alternatif yang disajikan oleh peneliti dinyatakan diterima karena p < α ,10.

Usia adalah lamanya seseorang hidup dihitung dari tahun lahirnya sampai dengan ulang tahun yang terakhir. Usia merupakan konsep yang masih abstrak bahkan cenderung menimbulkan variasi dalam pengukurannya (Zaluchu, 2008).

Hasil penelitian ini didukung oleh pendapat yang dikemukakan oleh Reza (2009) yang menyatakan bahwa status imunisasi akan semakin baik seiring dengan peningkatan usia ibu. Semakin tua usia seorang ibu maka pengetahuan dan pengalaman terhadap status kesehatan akan semakin baik.

Menurut Lienda (2009) menyatakan bahwa ibu yang berusia lebih tua cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih akan kesehatan anaknya, termasuk pemberian imunisasi.

Hasil penelitian ini juga relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Danuri (2009) yang dalam penelitiannya berjudul “Hubungan Antara Usia, Pengetahuan dan Sikap Ibu Batita dengan Kelengkapan Status Imunisasi di Desa Ambowetan Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang” yang menyatakan bahwa Angka kematian bayi di Indonesia menurut hasil sensus penduduk tahun 2000 masih cukup tinggi, yaitu 41 per 1000 kelahiran hidup. Menurunkan angka kematian bayi merupakan prioritas yang tinggi dalam pembangunan di Indonesia, karena dianggap sebagai salah satu indikator keberhasilan pembangunan, salah satu program yang mempunyai daya ungkit besar trehadap penurunan angka kematian bayi adalah imunisasi. Faktor perilaku terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan praktik serta kedewasaan. Melalui uji hubungan Chi-Square korelasi hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan antara usia ibu dengan kelengkapan status imunisasi (p=0,008). Semakin matang usia seorang ibu, maka semakin baik status imunisasi anaknya.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka peneliti berpendpat bahwa semakin matang usia seorang ibu, maka kecenderungan untuk memberikan perhatian yang lebih terhadap anak-anaknya semakin tinggi, termasuk dalam hal imunisasi.

KESIMPULAN PENELITIAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan tujuan penelitian tentang faktor yang berhubungan dengan pemberian imunisasi campak di wilayah kerja Puskesmas Maccini Sawah Kota Makassar, maka dapat ditarik kesimpulan antara lain sebagai berikut :

1. Ada hubungan antara pengetahuan dengan pemberian imunisasi camapak di wilayah kerja Puskesmas Maccini Sawah Kota Makassar.

2. Ada hubungan antara pendidikan dengan pemberian imunisasi campak di wilayah kerja Puskesmas Maccini Sawah Kota Makassar

3. Ada hubungan antara jumlah kunjungan antenatal dengan pemberian imunisasi campak di wilayah kerja puskesmas Maccini Sawah Kota Makassar

4. Ada hubungan antara usia dengan pemberian imunisasi campak di wilayah kerja puskesmas Maccini Sawah Kota Makassar

Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan penelitian, maka peneliti memberikan saran antara lain sebagai berikut :

(12)

2. Kepada masyarakat agar lebih mengupayakan ke arah yang lebih baik untuk meningkatkan perilaku kesehatan khususnya di wilayah kerja puskesmas Maccini Sawah agar lebih memperhatikan lagi tentang imunisasi, karena dengan imunisasi banyak kemudian penyakit yang dapat dicegah.

3. Kepada masyarakat khususnya ibu hamil agar lebih mengupayakan pengawan sebelum anak lahir dengan melakukan pemeriksaan antenatal secara rutin untuk kesejahteraan ibu dan anak.

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Ardaniah, 2013. Pendidikan Kesehatan. Bahan Ajar Keperawatan Anak. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jember.

Arif B, 2009. Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Ibu. (Online) (http://blospot.com/06.) Arvitarius, 2012. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Pemberian Imunisasi pada

bayi (0-11 Bulan) di Desa Karanganyar Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang.

Citra D, 2010. Sikap dan Perilaku Ibu terhadap Imunisasi : Bandung.

Comelia A, 2013. Gambaran Karakteristik Ibu Mengenai Pengetahuan Imunisasi.

http://jurnalpendidikanbidan.com/35/januari.

Danuri, 2009. Hubungan Antara Usia, Pengetahuan dan Sikap Ibu Batita dengan Kelengkapan Status Imunisasi di Desa Ambowetan Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang. Skripsi tidak diterbitkan. (Online) (http://eprints.undip.ac.id/20654/, di akses pada 10 Juli 2013).

Depkes RI, 2011. Profil Kesehatan Indonesia 2010.

Dian A, 2009. Kontribusi Pengetahuan Ibu terhadap Imunisasi Anak.

http://Jurnalpembangunanmanusia.com/1/april.

Dahlan, 2006. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Edisi 2. PT. Arkans: Jakarta

Febi Angzila Fatmayati, 2008. Hubungan Tingkat Pendidikan Formal Ibu Dengan Status Imunisasi Dasar Bayi Di Kecamatan Kwadungan Ngawi. Skripsi tidak diterbitkan. Digital Library. Universitas Sebelas Maret.

Fida, Maya, 2012. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. D-Medika.

Firzanah, F. 2013. Jurnal Kebidanan Universitas Mayjen Sungkono Mojokerto. (Online) (

http://unimasd3bidan.blogspot.com/2013/06/hubungan-antara-tingkat-pengetahuan-ibu.html, di akses pada 07 Juli 2013).

Gde Ranuh, I.G.N, dkk. Pedoman Imunisasi Di Indonesia. Edisi 4. Ikatan Dokter Anak Indonesia: Jakarta.

Hardiwinoto, 2011. Ilmu Kesehatan Masyarakat. http://blogspot.com.05.

Hidayat A. A. A. 2007. Riset keperawat dan Teknik Penulisan Ilmiah. Salemba Medika : Jakarta. Hidayat, R.D, 2009. Ilmu Perilaku Manusia : Pengantar Psikologi untuk Tenaga Kesehatan.

Trans Info Medika : Jakarta

Kristiyanasari, W. 2010. Gizi Ibu dan Balita. Nuha Medika : Yogyakarta

Lienda, 2009. Faktor yang Berhubungan dengan Kelengkapan Imunisasi pada Anak Usia 12 – 23 Bulan. Skripsi FKM UI (Online) (http://www.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/, di akses pada 07 Juli 2013).

Maryanti Dwi, dkk, 2011. Buku Ajar Neonatus Bayi dan Balita. Trans Info Medika : Cilacap. Mira, 2010. Hubungan Keteraturan Pemeriksaan Antenatal Pada Ibu Hamil.

http://library.esaunggul.ac.id/13/2013

Notoatmodjo S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta : Jakarta

Notoatmodjo S, 2012. Metode Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Rineka Cipta : Jakarta. Nursalam, 2011. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Edisi 2.

Salemba Medika : Jakarta.

Proverawati A, dkk, 2010. Imunisasi dan Vaksinasi. Nuha Medika : Yogyakar.

Reski, 2011. Kejadian Imunisasi Dasar Pada Balita.

http://www.idai.or.id/imunisasi/artikel/18/agustus/2011

Reza (2009). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Status Imunisasi Dasar pada Anak di Puskesmas Pauh Kota Padang. Tesis FKM UI (Online) (http://www.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/, di akses pada 07 Juli 2013).

Rostini, C. 19 Juli 2011. Pengetahuan Imunisasi dan Vaksinasi Minim. (Online) ( http://www.bumn.go.id/biofarma/kontribusi/indonesia-pengetahuan-imunisasi-dan-vaksinasi-minim/, di akses pada 07 Juli 2013).

(14)

Setiadi, 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Edisi 1. Graha Ilmu: Yogyakarta. Yusnidar, 2012. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar Dengan Kelengkapan

Imunisasi Dasar Pada Bayi Usia 0-12 Bulan Di Lingkungan IX Kelurahan Sidorame Barat II Medan Perjuangan Tahun 2012. Skripsi tidak diterbitkan. Universitas Sumatra Utara

Gambar

Tabel 5.4Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Maccini
Tabel 5.8
Tabel 5.10Hubungan Jumlah Kunjungan Antenatal dengan Pemberian Imunisasi Campak di

Referensi

Dokumen terkait

Fegga Cyntia (1505460) “Efek Mediasi Motivasi Belajar terhadap pengaruh antara Metakognisi dengan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Ekonomi (Survey pada Siswa Kelas

Sehingga mereka biasa menjadi pimpinan jawara (bapak buah) clengan memiliki sejumlah pengikut (anak buah). Bahkan clengan posisi clan status sosial ini mereka pula

Hal ini juga berlaku untuk keadaan sebaliknya, dimana pembayaran dividen dengan nilai yang rendah akan membuat harga saham perusahaan menurun, karena hal ini

Menyatakan bahwa Karya Seni Tugas Akhir saya tidak terdapat bagian yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi mana pun dan juga

serta Tidak Memasukan Dokumen Penawaran PENINGKATAN JALAN RUAS JALAN KOSAMBI - CURUG (BTS.PURWAKARTA)..

Fakultas Keperawatan, yang berdiri pada tahun 2008 sebagai pengembangan Program Studi Ilmu Keperawatan yang.. berdiri

Mengadakan dialog untuk mengatasi masalah yang berhubungan dengan kesalah fahaman antara sekolah, orang tua, alumni dan masyarakat dalam pendidikan dan pelaksanaan

“Aku dari golongan Paulus”. Apa Paulus atau Apolos boleh menyelamatkan ? Kok sampai iri, cemburu bahkan berselisih ? Inilah manusia duniawi tadi. Belum berobah