• Tidak ada hasil yang ditemukan

Materi Sosialisasi Pencegahan Kebakaran Hutan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Materi Sosialisasi Pencegahan Kebakaran Hutan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

MATERI SOSIALISASI PENCEGAHAN

KEBAKARAN HUTAN DI DESA SEKITAR

KAWASAN TNKS

BALAI BESAR TAMAN NASIONAL KERINCI SEBLAT

BIDANG PENGELOLAAN TN WILAYAH III BENGKULU-SUMSEL

SEKSI PENGELOLAAN TN WILAYAH V LUBUKINGGAU

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan hidayah-Nya, materi kegiatan Sosialisasi Pencegahan Kebakaran Hutan di Sekitar Kawasan TNKS di Ke. Ulak Surung, Seksi Pengelolaan TN Wilayah V Lubuklinggau, Bidang Pengelolaan TN Wilayah III Bengkulu-Sumsel dapat diselesaikan dengan baik.

Materi Pencegahan Kebakaran Hutan di Sekitar Kawasan TNKS ini disusun sebagai bahan yang akan disampaikan dalam kegiatan ini dengan ruang lingkup latar belakang, maksud dan tujuan, batasan pengertian dan peraturan terkait Pencegahan Kebakaran Hutan.

Semoga materi yang kami susun ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Lubuklinggau, November 2015 Tim Pelaksana

(3)

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Kebakaran yang terjadi setiap tahun di wilayah Sumatera dan Kalimantan mengakibatkan kerugian yang tidak sedikit. Kebakaran menjadi isu lingkungan penting yang mendapat banyak perhatian dari berbagai pihak, kebakaran hutan dan lahan menimbulkan dampak negatif baik secara lokal, regional maupun global. Kerugian yang ditimbulkan sangat besar dengan hilangnya nilai lingkungan penting seperti kayu, sumber plasma nutfah, penyerapan atau penampungan zat karbon, sumber air dan pengatur tata air, pengendali erosi dan konservasi tanah, siklus hara dan perlakuan secara alami, serta aspek ekowisata termasuk nilai estetikanya.

Taman Nasional Kerinci Seblat sebagai salah satu kawasan hutan yang berada di Sumatera dengan kawasan hutan seluas 1.389.509,867 Ha menjadikan TNKS sebagai kawasan Taman Nasional terluas Ke-4 setelah TN. Laurentz, TN. Teluk Cendrawasih dan TN. Wakatobi. Dengan keanekaragaman hayati serta ekosistem yang berada di dalamnya, posisinya yang berada pada 4 wilayah propinsi serta adanyaenclave yang sangat luas yaitu Kabupaten Kerinci juga kekayaan alam yang ada didalamnya, lebih dari 4000 jenis tumbuh-tumbuhan, 360 jenis satwa termasuk didalamnya beberapa satwa endemik menjadikan TNKS sebagai kawasan yang penting untuk dihindarkan dari bahaya kebakaran hutan. Dari pengalaman yang pernah terjadi, banyak pihak mulai menyadari pentingnya upaya pencegahan dan pemadaman dini. Tindakan penanggulangan setelah kebakaran menjadi besar akan sangat sulit dilakukan dan memerlukan biaya yang sangat tinggi. Berbagai pihak harus menyadari pentingnya upaya pencegahan dan pemadaman dini.

Pengembangan dan pemantapan komponen pemadaman kebakaran diharapkan dapat meminimalisir dampak dan kerugian. Beberapa tindakan nyata yang dapat dilakukan dalam mencegah terjadinya kebakaran hutan adalah mengidentifikasi lokasi bahaya kebakaran hutan, melakukan penyuluhan / siosialisasi pencegahan kebakaran hutan, sehingga didapatkan data titik-titik kerawanan kebakaran hutan.

B. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud kegiatan Penyuluhan/sosialisasi pencegahan kebakaran hutan adalah sebagai upaya penyadartahuan kepad masyarakat sekitar kawassn hutan untuk mencegah dan atau tidak melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat menimbulkan terjadinya kebakaran hutan di kawasann TNKS dan sekitarnya.

Sedangkan tujuan kegiatan ini adalah agar masyarakat sekitar hutan mengetahui, menyadari, peduli dan berpartisipasi dalam kegiatan pencegahan kebakaran hutan di kawasan TNKS dan sekitarnya, ntuk meningkatkan kesadaran masyarakat sekitar kawasan untuk tidak melakukan pembukaan lahan dengan cara pembakaran dan bahaya terjadinya kebakaran hutan sehingga masyarakat dapat memberikan informasi sedini mungkin mengenai terjadinya kebakaran hutan, mendapatkan data titik-titik rawan Kebakaran hutan dan mengetahui karakteristik dari kawasan tersebut sehingga dapat dilakukan upaya pencegahan dan meningkatkan kewaspadaan.

(4)

II. TAMAN NASIONAL KERINCI SEBLAT

A. Pengertian Taman Nasional :

Taman Nasional adalah Kawasan Pelestarian Alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi. Zona dalam taman nasional : Zona inti, zona rimba, zona pemanfaatan dan zona lain sesuai kebutuhan.

Kawasan Pelestarian Alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

B. Letak dan Luas TNKS :

Berdasarkan SK Mentri Kehutanan No. 901/Kpts-II/1999, tanggal 14 Oktober 1999 tentang Penetapan Wilayah Taman Nasional Kerinci Seblat di Empat Provinsi dan SK Mentri Kehutanan No. 420/Menhut-II/2004, tanggal 19 Oktober 2004 tentang Perubahan Fungsi Sebagian Kawasan Hutan Produksi Tetap menjadi kawasan TNKS pada Kelompok Hutan Sipurak Hook seluas ± 14.160 Ha, kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) memiliki luas ± 1.389.509,867 Ha. Lokasi kawasan TNKS berada di 4 wilayah Provinsi mencakup 11 kabupaten dan 2 Pemerintah Kota yaitu :

a) Provinsi Jambi (33,86 %) seluas ± 464.317 ha, meliputi Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh (± 229.160 ha), Kabupaten Merangin (± 148.833 ha) dan Kabupaten Bungo (± 86.364 ha).

b) Propinsi Sumatera Barat (22,86 %) seluas ± 348.125,100 ha, meliputi Kabupaten Solok dan Solok Selatan (± 81.164,100 ha), Kabupaten Dharmasraya (± 5.993 ha) dan Kabupaten Pesisir Selatan (± 260.968).

c) Provinsi Bengkulu (22,73 %) seluas ± 340.575 ha, meliputi Kabupaten Bengkulu Utara dan Kabupaten Muko Muko (± 188.474 ha), Kabupaten Rejang Lebong dan Lebong (± 152.101 ha).

d) Provinsi Sumatera Selatan (20,55 %) seluas ± 250.613 ha, meliputi Kabupaten Musi Rawas (± 243.997 ha) dan Kota Lubuklinggau (± 6.616 ha).

C. Status TNKS Di Tingkat Nasional dan Global Taman Nasional:

- Kawasan Pelestarian Alam (UU No. 5/1990),

- Kawasan Strategis Nasional sbg kawasan lingk. hidup (UU 26 Tahun 2007 ttg Penataan Ruang),

- PP. 26 tahun 2008 tttg RTRWN)

Secara global, atas usulan Pem. RI, TNKS ditetapkan sbg: - ASEAN Heritage Park sejak 18 Des 2003.

- World Heritage Site (WHS) - Cluster Tropical Rain Forest (TNGL, TNKS, dan TNBBS) sejak 2004.

Kawasan Strategis Nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi,

(5)

Risalah Kawasan TNKS :

 Dari CA dan SM yang ditetapkan 1978-1981

 Dari 17 kelompok hutan; hutan register 1921-1926  Dari beberapa kawasan HP dan HL

Risalah Status TNKS :

 Pernyataan Mentan No. 736/Mentan/X/1982 (± 1.424.650 ha) ttg Calon TN  SK Menhut No. 192/Kpts-II/1996 (±1.368.000 ha) ttg Penunjukan dan Perubahan

Fungsi

 SK Menhut No. 380/Kpts-II/1998 tgl 27 Feb 1998 ttg Penetapan TNKS (parsial) di Prov. Sumbar

 SK Menhutbun No. 901/Kpts-II/1999 (±1.375.389,867 ha) ttg Penetapan Kawasan TNKS di 4 Prov.

 Kepmenhut No.420/Menhut-II/2004 ttg Repatriasi Hutan Sipurak Hook (± 14.160 ha) shg luas total TNKS mjd 1.389.509, 867 ha

D. Potensi Flora & Fauna TNKS :

TNKS memiliki paling sedikit 85 dari total 199 spesies mamalia sumatera diantaranya endemik sumatera yaitu Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae), Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrae), Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus), Tapir (Tapirus indicus), Beruang Madu (Helarctos malayanus), Macan Tutul (Neofelis nebulosa) dan Anjing Liar Asia (Cuon alpinus), ± 371 jenis burung, termasuk 17 dari 22 jenis endemik sumatera, lebih dari 4000 jenis tumbuhan telah tercatat di TNKS, termasuk 300 jenis Anggrek, Flora khas TNKS misalnya : Bunga Raflesia (Raflesia arnoldi dan Raflesia haselti), Bunga Bangkai (Amorphophalus gigas), Pinus Kerinci (Pinus merkusii strain Kerinci), Kayu Pacat (Harpulia arborea).

E. Fungsi TNKS :

1. Menjaga stabilitas iklim mikro (Hutan TNKS sebagai penghasil Oksigen utama bagi mahluk hidup).

2. Daerah tangkapan air untuk melindungi daerah aliran sungai yang penting bagi kesejahteraan masyarakat.

3. Pengawetan keanekaragaman hayati dan sumber plasma nutfah.

4. Habitat Hewan dan Tumbuhan langka/endemik untuk melindungi species dari kepunahan.

5. Lokasi wisata alam dan rekreasi.

(6)

III. KEBAKARAN HUTAN Pengertian.

Kebakaran hutan adalah suatu keadaan dimana hutan dilanda api sehingga

mengakibatkan kerusakan hutan dan atau hasil hutan yang menimbulkan kerugian

ekonomis dan atau nilai lingkungan.

Pengendalian

kebakaran

hutan adalah

semua

usaha,

pencegahan,

pemadaman, pengananan pasca kebakaran hutan dan penyelamatan.

Pencegahan kebakaran hutan adalah semua usaha, tindakan atau kegiatan

yangdilakukan untuk mencegah atau mengurangi kemungkinan terjadinya

kebakaran

hutan.

Pemadaman kebakaran hutan adalah semua usaha, tindakan atau kegiatan

yang dilakukan untuk menghilangkan atau mematikan api yang membakar hutan.

Penanganan pasca kebakaran adalah semua usaha, tindakan atau kegiatan

yang meliputi inventarisasi, monitoring dan evaluasi serta koordinasi dalam rangka

menangani suatu areal setelah terbakar.

Faktor pendukung terjadinya kebakaran hutan adalah :

a. Adanya bahan bakar (tumbuhan/pohon, hutan bergambut, adanya api, tanah mengandung Batu Bara dll)

b. Cuaca (temperatur tinggi yang extrem) c. Waktu

d. Topografi

e. Udara (kecepatan angin dan kelembaban)

Mengapa masyarakat melakukan pembukaan hutan/lahan dengan membakar : Alasan ekonomis : hemat biaya, Hemat waktu, Hemat tenaga

Akibat / bahaya kebakaran hutan :

1. Punahnya beberapa jenis tumbuhan endemik

2. Punahnya beberapa jenis satwa dan mikro organisme lainnya 3. Berkurangnya sumber makanan satwa yang hidup di dalam hutan

4. Terjadi kerusakan lingkungan yang mengakibatkan ekosistem mikro terganggu 5. Penurunan kwalitas udara

6. Penurunan kwalitas kesuburan tanah 7. Peningkatan suhu bumi

8. Perubahan iklim mikro

9. Menurunnya fungsi dan manfaat hutan

(7)

Sebab-sebab terjadinya kebakaran hutan : 1. Faktor Kesengajaan :

Masyarakat/perusaahan melakukan pembakaran dengan alasan pembukaan lebih cepat, hemat biaya, hemat waktu dan hemat tenaga.

2. Faktor tidak disengaja : Bencana alam (gunung meletus), terjadinya ekstraksi sumberdaya alam.

Cara mencegah kebakaran hutan :

1. Kepala Desa dan jajarannya melarang warganya membuka kebun dengan cara membakar.

2. Penggunaan api secara terbatas

3. Memasang papan larangan membakar hutan 4. Memasang rambu-rambu kebakaran hutan

5. Penyuluhan / sosialisasi pencegahan kebakaran hutan 6. Jangan meninggalkan api yang sedang menyala

7. Pastikan bahwa dalam menggunakan api di dalam hutan benar-benar aman dan matikan sebelumditinggalkan, siram dengan air.

8. Jangan sekali-saki membuang puntung rokok sembarangan Kegiatan Teknis Pencegahan Kebakaran Hutan :

1. Pemantauan kondisi rawan kebakaran.

2. Melakukan penjagaan, patroli dan pengawasan di hutan yang rawan kebakaran. 3. Mempersiapkan tenaga dan peralatan pemadaman kebakaran hutan.

4. Mendeteksi secara dini kebakaran hutan 5. Membuat tempat-tempat penampungan air

6. Memasang rambu-rambu peringatan bahaya kebakaran 7. Menerapkan teknologi penyiapan lahan tanpa bakar. 8. Penyuluhan/Sosialisasi pencegahan kebakaran hutan

Dasar Hukum kegiatan Pencegahan/ Penanggulangan Kebakaran Hutan :

1. Undang-undang Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya;

2. Undang-undang Nomor 5 tahun 1994 tentang Pengesahan konvensi PBB mengenai Keanekaragaman Hayati;

3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup; 4. Undang-undang Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan;

5. Peraturan Pemerintah Nomor 4 tahun 2001 tentang Pengendalian Kerusakan dan atau Pencemaran Lingkungan Hidup yang berkaitan dengan Kebakaran hutan dan atau lahan;

6. Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 2004 tentang perlindungan hutan; Apa yang harus dilakukan bila terjadi kebakaran hutan :

1. Segera melaporkan kepada Kepala Desa setempat

2. Segera melaporkan kepada petugas Polisi Kehutanan setempat

3. Kepala Desa setempat melaporkan kepada Dinas / instansi terkait (Camat, TNKS dan BKSDA Bengkulu).

4. Segera membentuk tim penanggulangan kebakaran hutan tingkat desa 5. Melakukan pemadaman api

Bagaimana cara melakukan pemadaman api kebakaran hutan : 1. Membentuk tim penanggulangan Kebakaran Hutan.

(8)

3. Mempersiapkan alat dan bahan pemadaman, yaitu :

Pelepah/ daun pisang hutan, Tepus (sejenis tumbuhan berdaun lebar yang mengandung kadar air tinggi), Puar, Air, Ember / penampung air, Garuk, Koret, Kampak/Parang.

4. Membuat sekat bakar/ ilaran api.

- Sekat Bakar / Ilaran Api dibuat radius ± 50 meter dari pusat api sesuai kondisi lapangan, dengan lebar ilaran 3-4 meter sesuai kondisi lokasi yang terbakar.

- Ilaran api dibuat sesuai arah angin bisa berbentuk horizontal/setengah lingkaran sesuai dengan topograpi lokasi.

- Ilaran api dibuat diprioritaskan untuk lokasi yang tidak ada sungai.

- Jarak, lebar dan panjangnya ilaran api tergantung besar kecilnya api dan arah penyebaran api.

5. Melakukan pemadaman api secara bersamaan dan terkendali.

6. Melakukan patroli pengecekan terhadap tunggul bekas api sampai api dinyatakan benar-benar padam.

7. Jika api berhasil dipadamkan, Petugas Polisi Kehutanan, Kepala Desa dan warga melakukan pemantauan secara bergantian sampai situasi benar-benar kondusif. Ketentuan Pidana

A. Undang-undang Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan : - Pasal 50 ayat 3 poin d “Setiap orang dilarang membakar hutan”;

- Pasal 78 ayat 3 “ Barang Siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 50 ayat 3 diancam dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas tahun) tahun dan denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah)”.

B. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pasal 41 :

1. Barang siapa yang secara hukum dengan sengaja melakukan perbuatan yang melakukan pencemaran dan/atau perusakan LH, diancam dengan pidana penjara paling lama 10 tahun dan denda Rp. 500.000.000,00.

2. Jika tindak pidana diatas mengakibatkan orang mati atau luka berat, pelaku tindak pidana diancam dengan pidana penjara paling lama 15 tahun dan denda Rp. 750.000.000,00.

3. Barang siapa yang karena kealpaannya melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan/atau perusakan LH, diancam dengan pidana penjara paling lama 3 tahun denda paling banyak RP. 100.000.000,00.

4. Barang siapa yang dengan melanggar ketentuan perundang-undangan yang berlaku, sengaja melepaskan atau membuang zat, energi, dan/atau komponen lain yang berbahaya atau beracun masuk diatas atau kedalam tanah, kedalam udara atau kedalam air permukaan, melakukan impor, ekspor, memperdagangkan, mengangkut, menyimpan bahan tersebut, menjalankan instalasi yang berbahaya, padahal mengetahui atau sangat beralasan untuk menduga bahwa perbuatan tersebut dapat menimbulkan pencemaran dan/atau perusakan LH atau membahayakan kesehatan umum atau nyawa orang lain, diancam dengan pidana penjara paling lama 6 tahun dan denda paling banyak Rp. 300.000.000,00.

5. Jika tindak pidana diatas mengakibatkan orang mati atau luka berat, pelaku tindak pidana diancam dengan pidana penjara paling lama 9 tahun dan denda paling banyak Rp. 450.000.000,00.

(9)

dengan pidana penjara paling lama 3 tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,00.

7. Jika tindak pidana diatas mengakibatkan orang mati atau luka berat, pelaku tindak pidana diancam dengan pidana penjara paling lama 5 tahun dan denda paling banyak Rp. 150.000.000,00.

8. Jika tindak pidana diatas dilakukan oleh atau atas nama suatu badan hukum, perseroan, perserikatan, yayasan atau organisasi lain, ancaman pidana denda diperberat dengan sepertiganya.

9. Selain ketentuan pidana diatas, terhadap pelaku tindak pidana LH dapat pula dikenakan tindakan tata tertib berupa :

a. perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana; dan/atau b. penutupan seluruhnya atau sebagian perusahaan; dan/atau

c. perbaikan akibat tindak pidana; dan/atau

d. mewajibkan mengerjakan apa yang dilalaikan tanpa hak; dan/atau e. meniadakan apa yang dilalaikan tanpa hak; dan/atau

f. menempatkan perusahaan di bawah pengampunan paling lama 3 tahun. “ Bilamana pohon-pohon terakhir telah ditebangi,Bilamana hutan-hutan

telah habis terbakar…… Sehingga burung-burung terakhir berhenti bersarang dan berterbangan, Dan ikan-ikan kecil terakhir telah habis ditangkapi, Serta binatang-binatang terakhir telah habis diburu, Barulah

kita sadar bahwa kita tidak dapat mendapatkan uang………”

Demikian materi penyuluhan / sosialisasi pencegahan kebakaran hutan ini kami susun, semoga bermanfaat dan dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk kegiatan yang sama lingkup Balai Besar Taman Nasional Kerinci Seblat.

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan pembentukan Masyarakat Peduli Api merupakan upaya pencegahan kebakaran hutan bersama masyarakat di tingkat nasional yang perlu dilakukan dengan adanya

Peningkatan peran masyarakat dalam kegiatan pencegahan kebakaran hutan dengan metode pendekatan secara teknis yang dilakukan oleh RPH Oro Oro Ombo yaitu melalui kegiatan

Menurut Suratmo (1985) untuk menentukan nilai bahaya kebakaran hutan, diperlukan sejumlah elemen bahaya kebakaran hutan yang terdiri atas elemen tetap (iklim, radiasi

Menurut Ginting (2009) upayaupaya peningkatan pencegahan kebakaran hutan dan lahan dikaitkan dengan partisipasi masyarakat meliputi: 1) Penyuluhan. Melalui penyuluhan ke

Bentuk kegiatan evaluasi pencegahan bencana kebakaran lahan dan hutan serta kebundi Kabupaten katingan tahun 2016 diantaranya seperti penyediaan sarana dan

Menurut Ginting (2009) upayaupaya peningkatan pencegahan kebakaran hutan dan lahan dikaitkan dengan partisipasi masyarakat meliputi: 1) Penyuluhan. Melalui penyuluhan ke

Berdasarkan hasil analisis data tingkat keaktifan masyarakat dalam pertemuan untuk pencegahan dan pengendalian kebakaran lahan gambut di Hutan Lindung Gambut (HLG) Londerang di

LAPORAN PELAKSANAAN PATROLI TERPADU PENCEGAHAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN Tanggal 13 Juli 2016 LOKASI SASARAN NO PROVINSI DAOPS/ KABUPATEN/ KOTA KECAMATAN DESA/