• Tidak ada hasil yang ditemukan

Vol. 5 No. 2 Desember 2017 P-ISSN: E-ISSN: DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i DAFTAR ISI... iii KATA PENGANTAR...

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Vol. 5 No. 2 Desember 2017 P-ISSN: E-ISSN: DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i DAFTAR ISI... iii KATA PENGANTAR..."

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

HALAMAN

HALAMAN JUDUL ... i DAFTAR ISI ... iii KATA PENGANTAR ... v

Rasio Net Working Capital Turnover Terhadap Rasio Net Profit Margin

Ida Zuniarti, Dwiyatmoko Puji Widodo, Amin Setio Lestiningsih ... 123 – 132

Pengelolaan Sistem Informasi Dalam Mencapai Competitive Advantage Pada Supply Chain Management

Slamet Heri Winarno, Novita Indriyani, Rachmat Suryadithia ... 133 – 148

Kemahiran Sekretaris Dalam Menyusun Surat

Margaretha Sri Udari ... 149-156

Kepemimpinan Pelayan Era Modern

Yun Iswanto ... 157-172

Prosedur Pelayanan Penerbitan Sertifikat Keahlian Pada Lembaga Sertifikasi Ahli Teknik Indonesia

Suparman Hi Lawu,Purnama Fitriyana ... 173-184

Pengendalian Persediaan Solar Pada Perusahaan Penyewaan Alat Berat Di PT Nipindo Primatama

Nella Octavia, Didi Hasan Putra ... 185-198

Strategi Penetapan Harga Dies Dengan Metode Menekan Biaya Dan Memaksimumkan Keuntungan

Sri Rahayu, Apriani Simatupang ... 199-208

Faktor yang Berpengaruh pada Motivasi Kerja Karyawan Bagian Produksi PT Tokai Rika Indonesia

Fajar Yuniati, Nining Purwatmini ... 209-218

Brand Positioning Sepeda Motor Merek Honda Berpengaruh Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen

Hanif Aulawi, Andrie Kurniawan ... 219-230

Earnings Volatility, Kebijakan Dividen, Dan Pertumbuhan Asset Berpengaruh

Terhadap Volatilitas Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di BEI Periode 2013 - 2015

(3)

INDEKS PENULIS

(4)

TIM REDAKSI

Ketua LPPM Bina Insani

Indra Muis, SS, MM. Journal Manager

Herlawati, S.Si, MM, M.Kom

Editor

Hanif Aulawi, SE, MM Section Editor Selfiana, SE, M.M

Apriani Simatupang, SE, MM Copy Editor

Titi Ratih, S.Pd, M. Th Dra. Asmara Soedomo Ofah Munadzdzofah, M. Pd

Kristiana Widiawati,S.Pd., MM

Layout Editor

Endang Retnoningsih, M.Kom Proofreader:

Sudrajat Nasution, Drs., M.Ikom Nining Purwatmini, Ir, MM.

Alamat Penyunting dan Tata Usaha Sekretariat Jurnal Administrasi Kantor

Jl. Siliwangi No 6 Rawa Panjang Bekasi Timur 17114 Indonesia. Telp. (021) 824 36 886 / (021) 824 36 996. Fax. (021) 824 009 24

http://ejournal-binainsani.ac.id email:p2m_asm_bi@binainsani.ac.id PENGANTAR REDAKSI

JURNAL ADMINISTRASI KANTOR merupakan jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Akademi Sekretari dan Manajemen BINA INSANI. Jurnal ini berisi tentang karya ilmiah hasil penelitian yang bertemakan: Manajemen Pemasaran, Manajemen SDM, Manajemen Operasional, Manajemen Keuangan, Ekonomi Makro dan Mikro, Kesekretarisan, Komunikasi, Humas, Bahasa Indonesia, Bahasa Asing, dan Administrasi Kantor. JURNAL ADMINISTRASI KANTOR berisi pokok-pokok permasalahan baik dalam pengembangan kerangka teoritis, implementasi maupun kemungkinan pengembangan sistem secara keseluruhan.

Diharapkan setiap naskah yang diterbitkan di dalam jurnal ini memberikan kontribusi yang nyata bagi peningkatan sumber daya penelitian di dalam bidang Administrasi Kantor. Tim redaksi membuka komunikasi lebih lanjut baik kritik, saran dan pembahasan.

Semoga JURNAL ADMINISTRASI KANTOR dapat bermanfaat bagi kita semua.

Pertama Terbit: Februari 2013 Frekuensi Terbit: 2 kali setahun

Penerbit

Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Akademi Sekretari dan Manajemen Bina Insani

(5)

Rasio Net Working Capital Turnover Terhadap Rasio Net

Profit Margin

Ida Zuniarti 1,*, Dwiyatmoko Puji Widodo 2, Amin Setio Lestiningsih 1 1 Akuntansi; Akademi Manajemen Keuangan BSI Jakarta; Jl. Dewi Sartika Raya No. 289,

Jakarta Timur. 13630. Telp : 021-8010827/021-8010827; e-mail: ida.idz@bsi.ac.id, amin.asl@bsi.ac.id

2 Manajemen Perpajakan; Akademi Manajemen Keuangan BSI Jakarta; Jl. Dewi Sartika Raya

No. 289, Jakarta Timur. 13630. Telp : 021-8010827/021-8010827; e-mail: dwiyatmoko.dpw@bsi.ac.id

* Korespondensi: e-mail: ida.idz@bsi.ac.id

Diterima: 12 Oktober 2017 ; Review: 10 November 2017; Disetujui: 20 November 2017

Cara sitasi: Zuniarti I, Puji Widodo D, Setio Lestiningsih A. 2017. Analisis Rasio Net Working Capital Turnover Terhadap Rasio Net Profit Margin Pada Industri Farmasi. Jurnal Administrasi Kantor. 5 (2): 123-132.

Abstrak: Industri farmasi merupakan industri padat modal, bertekhnologi tinggi, Industri yang

regulasinya sangat ketat (highly regulated) baik peraturan tentang Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB), etika, perlindungan konsumen dan Industri yang membutuhkan pekerja dengan spesifikasi dan keahlian tertentu. Penelitian yang digunakan berupa penelitian yang bersifat kausalitas dimana penelitian ini menunjukkan adakah pengaruh antara Rasio Net Working Capital Turnover Terhadap Rasio Net Profit Margin Pada Industri Farmasi. Sampel Data yang digunakan rasio net working capital turnover dan rasio net profit margin tujuh perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012 sampai dengan 2015. Pada penelitian ini variabel rasio perputaran modal bersih berpengaruh secara signifikan terhadap Net Profit Margin industri farmasi pada periode 2012-2015 serta nilai koefisien korelasi rasio perputaran modal bersih terhadap Net Profit Margin Industri Farmasi pada periode 2012 s.d 2015 adalah 0.822 yang mempunyai hubungan erat antara rasio net working capital turnover sebesar 82,2% terhadap rasio net profit margin.

Kata kunci: Rasio, Perputaran Modal Kerja Bersih, Marjin Laba Bersih

Abstract: The pharmaceutical industry is a capital-intensive, high-tech industry, highly regulations

regulated by Good Manufacturing Regulations (CPOB), ethics, consumer protection and Industries that require workers with specific specifications and expertise. The research used in the form of a causal research where this research indicates whether there is any influence between Net Working Capital Turnover Ratios on Net Profit Margin Ratio in Pharmaceutical Industry. Sample Data used net working capital turnover ratio and net profit margin ratio of seven pharmaceutical companies listed in Indonesia Stock Exchange period 2012 to 2015. In this study variable net capital turnover ratio significantly influence the Net Profit Margin pharmaceutical industry in the period 2012- 2015 and the value of correlation coefficient of net capital turnover ratio to Net Profit Margin Pharmaceutical Industry in the period 2012 to 2015 is 0.822 which has a close relationship between net working capital turnover ratio of 82.2% to net profit margin ratio.

Keywords: Ratio, Net Working Capital Turnover, Net Profit Margin

1. Pendahuluan

Industri yang memerlukan dana yang cukup besar salah satunya industri obat-obatan dimana pada saat awal pembangunan pabrik biaya yang dikeluarkan sepuluh juta

(6)

dollar Amerika, keunikan yang kedua adalah industri ini juga memerlukan cost yang besar pada saat riset, uji coba klinis, pada saat peracikan di pabrik serta saat pengemasan obat.

Saat ini, negara kita masih dikatakan sebagai negara yang hanya meracik bahan baku obat, sementara itu negara eropa atau Amerika dikatakan sebagai negara penemu obat dimana pada saat peracikan obat memerlukan penguasaan teknologi tinggi, Peraturan yang ketat tentang Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB), kode etik, konsumen yang harus dilindungi serta memerlukan tenaga khusus dalam industri tersevut.

Badan Pusat Statistik mengeluarkan data perkembangan kinerja eskpor obat-obatan yang berbanding terbalik dengan kinerja impor pembelian bahan baku obat yang mengalami kenaikan pada periode 2010-2014, terjadi defisit antara ekspor-impor Indonesia sebesar US$ 160,6 juta. Industri farmasi selain industri padat modal, industri ini sebagian besar pembelian bahan baku dengan cara berhutang menggunakan mata uang asing. Hal ini tentu akan membawa dampak yang tidak baik dalam mengelola sumber dana, jika pihak manajemen tidak melakukan proses hedging terlebih dahulu. Aspek rasio keuangan yang perlu diperhatikan oleh pihak manajemen adalah rasio perputaran modal kerja bersih dan net profit margin. Permasalahan pokok dan penting yang sering kali pihak manajemen hadapi adalah pengelolaan modal kerja yang merupakan bagian yang cukup besar dari aktiva. Efisiensi dalam mengelola modal kerja sangat diperhatikan oleh pihak manajemen agar tujuan perusahaan dalam mencapai laba yang optimal dapat terlaksana. Modal kerja konsep kualitatif adalah modal kerja yang digunakan dalam penelitian ini, di mana kelebihan aktiva lancar diatas utang lancar yang harus dibayar. Pengelolaan modal kerja yang baik harus diperhatikan pihak manajemen karena meliputi pengambilan keputusan mengenai jumlah dan komposisi aktiva lancar dan bagaimana membiayai aktiva ini.

Suatu usaha mengalami kesulitan dalam melunasi hutangnya pada saat jatuh tempo maka perusahaan tersebut digolongkan inlikuid (tak mampu memenuhi kewajiban jatuh tempo) dan bahkan mungkin terpaksa harus dilikuidasi. Rekening yang menjadi titik perhatian adalah rekening aktiva lancar harus cukup besar untuk dapat menutup hutang lancar sedemikian rupa, sehingga menggambarkan adanya tingkat keamanan (margin safety) yang memuaskan. Perusahaan yang menetapkan modal kerja

(7)

yang berlebih juga tidak bagus akan menyebabkan overlikuid pada rekening aktiva sehingga menimbulkan idle cash yang akan mengakibatkan inefisiensi perusahaan, serta perusahaan membuang peluang untuk memperoleh laba [Difky Mashadi, Darminto, 2014]

[Difky Mashadi, Darminto, 2014] telah melakukan penelitian mengenai perputaran modal kerja bersih terhadap ROI pada industri Farmasi periode 2009-2012 dan hasil penelitiannya menyatakan Variabel WCT memiliki pengaruh paling dominan terhadap ROI perusahaan farmasi periode tahun 2009-2012. Hasil Penelitian yang telah dilakukan oleh [Santoso, 2013] dengan mengambil objek penelitian Laporan Keuangan PT. Pegadaian Tahun 2000-2011 menyatakan Perputaran Modal Kerja pada PT. Pegadaian (Persero) tidak berpengaruh signifikan terhadap Profitabilitas Perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Dikti Kusmeidi Ruwindas (2012) dalam [Novi Sagita Ambarwati, Gede Adi Yuniarta, 2015] menemukan bahwa modal kerja berpengaruh signifikan terhadap Profitabilitas Perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh [Sutopo, Bramastyo Kusumo Negoro, 2015] mengenai Pengaruh Modal Kerja, Likuiditas dan Solvabilitas Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan AGRO Di BEI menemukan bahwa bahwa tidak ada pengaruh positif dan signifikan modal kerja terhadap rasio profitabilitas.

Berdasarkan pendahuluan yang telah diuraikan, maka rumusan masalah yang dibuat adalah: 1). Apakah terdapat pengaruh antara rasio perputaran modal kerja bersih terhadap net profit margin industri farmasi pada periode 2012-2015? 2).Seberapa besar pengaruh antara rasio perputaran modal kerja bersih terhadap net profit margin industri farmasi pada periode 2012-2015?

Hipotesa yang dipakai sebagai berikut: 1). H0 : Tidak ada pengaruh antara rasio perputaran modal kerja bersih terhadap net profit margin industri farmasi pada periode 2012-2015? 2). Ha : Ada pengaruh antara rasio perputaran modal kerja bersih terhadap net profit margin industri farmasi pada periode 2012-2015?

Gambar 1. Kerangka Konseptual

Net Working Capital

(8)

Modal Kerja

“Modal Kerja adalah investasi perusahaan didalam aktiva jangka pendek seperti kas, sekuritas (surat-surat berharga), piutang dagang dan persediaan” J. Fred Weston dan Eugene F Brigham yang dialih bahasakan oleh [Sawir, 2003]. “Modal kerja bersih adalah aktiva lancar dikurangi kewajiban jangka pendek, dan modal kerja kotor adalah investasi perusahaan dalam aktiva lancar seperti kas, piutang dan persediaan”[James C Van Horne dan John M, Machowicz, 2012]. Modal kerja bersih adalah “selisih antara asset lancar dan kewajiban lancar” [Brealey, 2008].

Perputaran Modal Kerja Bersih

Working Capital Turn Over merupakan “salah satu rasio untuk mengukur atau

menilai keefektifan modal kerja selama periode tertentu” [Kasmir, 2012]. Pengukuran keberhasilan pengelolaan modal kerja dapat menggunakan rasio perputaran modal kerja. Dengan menggunakan rasio ini dapat diketahui “efektifitas penggunaan modal kerja perusahaan pada satu periode tertentu” [Kasmir, 2010]. Sedangkan [Munawir, 2010] berpendapat “rasio perputaran modal kerja bersih adalah rasio yang menunjukkan hubungan antara modal kerja dengan penjualan dan menunjukkan banyaknya penjualan yang dapat diperoleh perusahaan (jumlah rupiah) untuk tiap rupiah modal kerja”.

Net Profit Margin

NPM yang tinggi dapat menunjukkan kinerja perusahaan yang bagus karena dapat menghasilkan laba bersih yang besar melalui aktivitas penjualannya sehingga saham perusahaan tersebut banyak diminati investor dan akan menaikkan harga saham perusahaan tersebut Sianipar dalam [Hutami, 2012]. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Santy Sitohang dalam [Hutami, 2012] juga menunjukkan bahwa Net Profit Margin berpengaruh terhadap harga saham. Net Profit Margin adalah “net profit margin merupakan ukuran keuntungan dengan membandingkan antara laba setelah bunga dan pajak dibandingkan dengan penjualan” [Kasmir, 2009].

2. Metode Penelitian

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan industri farmasi yang go public dan aktif di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2012-2015 sejumlah 7 perusahaan. Sedangkan teknik penarikan sampel yang digunakan adalah purposive sampling.Perusahaan yang memenuhi kriteria sampel adalah 7 perusahaan.

(9)

Penelitian ini menggunakan studi empiris yang dilakukan pada perusahaan-perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2015.

Variabel dependen (Y), yaitu variabel yang menjadi akibat adanya variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Rasio Net Profit Margin Periode 2012-2015.

Variabel Independen (X), yaitu variabel yang mempengaruhi variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian adalah rasio net working capital turnover periode 2012-2015.

Metode pengumpulan data yang dilakukan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi. Metode ini dilakukan dengan mengumpulkan data dari Bursa Efek Indonesia, jurnal-jurnal ilmiah dan buku. Data yang dikumpulkan adalah data laporan keuangan 7 perusahaan farmasi periode 2012-2015 yang kemudian dihitung rasio Net Profit Margin dan Rasio Net Working Capital Turnover.

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi linier sederhana dengan rumus Y= a + bX

3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Data Penelitian

Data penelitian yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari web www.idx.co.id dan annual report periode 2012-2015. Data penelitian yang digunakan merupakan data laporan keuangan berupa Laporan laba rugi dan neraca periode 2012-2015. Berdasarkan data pada laporan keuangan tersebut maka diperoleh data nilai Net Profit Margin dan Net Working Capital Turnover 7 Perusahaan farmasi sebagai berikut:

Tabel 1. Perkembangan Net Working Capital Turnover Periode 2012-2015 (dalam %)

N

o Nama Perusahaan

Tahun

2012 2013 2014 2015

1 PT Darya Varia Laboratoria Tbk 1.7134213 1.577190222 1.49773027 1.74721388

2 PT Kalbe Farma Tbk 2.9969511 3.294836843 3.02857546 2.8025308

3 PT Kimia Farma Tbk 3.8552411 4.084648987 3.813218 4.80041219

4 PT Merck Indonesia Tbk 2.702697 2.266951493 1.48512481 1.93131456

5 PT Pyridam Farma Tbk 4.3997966 7.352856116 7.38968532 6.01580399

6 PT Taisho Pharmaceutical IndonesiaTbk 1.5877123 1.62259833 1.76185575 1.95560402 7 PT Tempo Scan Pasific Tbk 2.8871737 2.592964087 3.03229583 3.13654752 Sumber : Hasil Penelitian (2016)

(10)

Tabel 2. Perkembangan Net Profit Margin 2012-2015 (dalam %)

N

o Nama Perusahaan 2012 2013Tahun 2014 2015

1 PT Darya Varia Laboratoria Tbk 7.3023069 8.75767137 13.608971 12.53725

2 PT Kalbe Farma Tbk 7.695337 7.98412443 8.2849007 8.585696

3 PT Kimia Farma Tbk 12.71166 15.2480079 17.534495 19.21304

4 PT Merck Indonesia Tbk 8.625292 6.80528915 4.8057273 6.339558

5 PT Pyridam Farma Tbk 33.29382 31.0784274 53.885642 72.99333

6 PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk 2.865357 2.85201457 3.0186735 3.462303

7 PT Tempo Scan Pasific Tbk 10.3032 10.1682453 12.823887 15.45955

Sumber : Hasil Penelitian (2016)

Berdasarkan tabel 1 dan 2, maka rasio Net Profit Margin dan rasio Net Working Capital Turnover kemudian di lon untuk mempermudah pengolahan data menggunakan SPSS dan hasilnya sebagai berikut:

Tabel 3. Hasil Lon Net Profit Margin dan Net Working Capital Turnover Periode 2012-2015 NWCT NPM lnnwct lnnpm 1.71342 7.30231 0.5385 1.9881903 1.5772 8.7577 0.4556 2.16993 1.4977 13.609 0.404 2.6107292 1.7472 12.537 0.558 2.5287044 2.997 7.6953 1.0976 2.0406146 3.2948 7.9841 1.1924 2.0774551 3.0286 8.2849 1.1081 2.1144347 2.8025 8.5857 1.0305 2.1500976 1.5877 2.8654 0.4623 1.0526928 1.6226 2.852 0.484 1.0480256 1.7619 3.0187 0.5664 1.1048175 1.9556 3.4623 0.6707 1.2419339 2.8872 10.303 1.0603 2.3324544 2.593 10.168 0.9528 2.3192697 3.0323 12.824 1.1093 2.5513096 3.1365 15.46 1.1431 2.7382269 3.8552 12.712 1.3494 2.5425195 4.0846 15.248 1.4072 2.7244489 3.8132 17.5345 1.3385 2.8641701 4.8004 19.213 1.5687 2.9555893 2.7027 8.6253 0.9943 2.1546988 2.267 6.8053 0.8184 1.9177001 1.4851 4.8057 0.3955 1.5698084 1.9313 6.3396 0.6582 1.8468091 4.3998 33.294 1.4816 3.5053719 7.3529 31.078 1.9951 3.4365139 7.3897 53.886 2.0001 3.9868641 6.0158 72.993 1.7944 4.2903681 Sumber : Hasil Pengolahan Data (2017)

(11)

3.2 Pengaruh Rasio Perputaran Modal Kerja Bersih Terhadap Net Profit Margin Industri Farmasi Pada Periode 2012-2015

Pengaruh antara rasio perputaran modal bersih terhadap Net Profit Margin Industri Farmasi pada periode 2012 s.d 2015 diukur dengan menggunakan analisis regresi linier sederhana. Persamaan regresi linier sederhana digunakan untuk menganalisis ada atau tidaknya pengaruh rasio perpuataran modal bersih terhadap Net Profit Margin Industri Farmasi pada periode 2012 s.d 2015.

Berdasarkan hasil perhitungan regresi linier antara rasio perputaran modal bersih terhadap Net Profit Margin Industri Farmasi pada periode 2012 s.d 2015, diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4. Koefisien Regresi Rasio Perputaran Modal Kerja Bersih Terhadap Net Profit Margin Industri Farmasi Pada Periode 2012-2015

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) .917 .214 4.285 .000 lnnwct 1.403 .190 .822 7.368 .000 a. Dependent Variable: lnnpm Sumber : Hasil Pengolahan Data (2017)

Hasil persamaan regresi antara rasio perputaran modal bersih terhadap Net Profit Margin Industri Farmasi pada periode 2012 s.d 2015 adalah Y= 0.917 + 1.403X, artinya 1). Nilai konstanta sebesar 0.917, artinya jika tidak ada rasio perputaran modal bersih maka nilai Net Profit Margin sebesar 0.917. 2). Koefisien regresi (b) = 1.403, artinya jika rasio perputaran modal bersih naik satu satuan maka nilai Net Profit Margin akan naik sebesar 1.403 dan sebaliknya jika rasio perputaran modal bersih turun satu satuan maka nilai Net Profir Margin akan turun sebesar 1.403

3.3 Hubungan antara Rasio Perputaran Modal Kerja Bersih Terhadap Net Profit Margin Industri Farmasi Pada Periode 2012-2015

Keeratan hubungan antara rasio perputaran modal bersih terhadap Net Profit Margin Industri Farmasi pada periode 2012 s.d 2015 dapat diukur dengan menggunakan koefisien korelasi. Nilai koefisien korelasi rasio perputaran modal bersih terhadap Net Profit Margin Industri Farmasi pada periode 2012 s.d 2015, sebagai berikut

(12)

Tabel 5. Koefisien Regresi Rasio Perputaran Modal Kerja Bersih Terhadap Net Profit Margin Industri Farmasi Pada Periode 2012-2015 Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .822a .676 .664 .46998

a. Predictors: (Constant), lnnwct Sumber: Hasil Pengolahan Data (2017)

Berdasarkan tabel 5, diperoleh nilai koefisien korelasi rasio perputaran modal bersih terhadap Net Profit Margin Industri Farmasi pada periode 2012 s.d 2015 adalah 0.822 , artinya keeratan hubungan antara rasio perputaran modal bersih terhadap Net Profit Margin Industri Farmasi pada periode 2012 s.d 2015 adalah sebesar 82.2%. Hubungan ini menunjukkan adanya pengaruh yang sangat kuat karena berada diantara 0,800 s.d 1,0000, yang berarti apabila nilai korelasi rasio perputaran modal bersih meningkat maka nilai Net Profit Margin Industri Farmasi pada periode 2012 s.d 2015 akan mengalami peningkatan dan sebaliknya, sedangkan nilai koefisien determinasinya (r2) 67.6% yang berarti nilai Net Profit Margin Industri Farmasi pada periode 2012 s.d 2015 sebesar 67.7 % ditentukan oleh nilai NPM dan sisanya 32.3% dipengaruhi oleh faktor lain.

3.4 Uji Hipotesis

Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan ada tidaknya pengaruh variabel rasio perputaran modal bersih terhadap Net Profit Margin Industri Farmasi pada periode 2012 s.d 2015, untuk pengujian dilakukan dengan pengujian hipotesis nol sebagai berikut : 1). H0 : Tidak ada pengaruh antara rasio perputaran modal kerja bersih terhadap net profit margin industri farmasi pada periode 2012-2015. 2). Ha : Ada pengaruh antara rasio perputaran modal kerja bersih terhadap net profit margin industri farmasi pada periode 2012-2015.

Pengujian dilakukan secara parsial untuk melihat siginfikansi dari pengaruh variabel rasio perputaran modal bersih dengan mengasumsikan variabel lain adalah konstan. Dasar dalam pengambilan keputusan adalah 1). Jika thitung > ttabel maka variabel rasio perputaran modal kerja bersih berpengaruh signifikan terhadap Net Profit Margin industri farmasi pada periode 2012-2015. 2). Jika thitung < ttabel maka variabel rasio perputaran modal kerja bersih tidak berpengaruh signifikan terhadap Net Profit Margin industri farmasi pada periode 2012-2015

(13)

Hasil uji hipotesis variabel rasio perputaran modal bersih terhadap Net Profit Margin Industri Farmasi pada periode 2012 s.d 2015, sebagai berikut

Tabel 6. Hasil Uji T Pengaruh Variabel Rasio Perputaran Modal Bersih Terhadap Net Profit Margin Industri Farmasi Pada Periode 2012 s/d 2015 Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients StandardizedCoefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) .917 .214 4.285 .000

lnnwct 1.403 .190 .822 7.368 .000

a. Dependent Variable: lnnpm Sumber: Hasil Pengolahan Data (2017)

Berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa rasio perputaran modal bersih menghasilkan nilai thitung sebesar 7.368 d dengan nilai signifikansi sebesar 0.000 lebih kecil dari 0.05 artinya variabel rasio perputaran modal bersih berpengaruh secara signifikan terhadap Net Profit Margin industri farmasi pada periode 2012-2015.

4. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa rasio perputaran modal bersih menghasilkan nilai thitung sebesar 7.368 d dengan nilai signifikansi sebesar 0.000 lebih kecil dari 0.05 artinya variabel rasio perputaran modal bersih berpengaruh secara signifikan terhadap Net Profit Margin industri farmasi pada periode 2012-2015 serta nilai koefisien korelasi rasio perputaran modal bersih terhadap Net Profit Margin Industri Farmasi pada periode 2012 s.d 2015 adalah 0.822 , artinya keeratan hubungan antara rasio perputaran modal bersih terhadap Net Profit Margin Industri Farmasi pada periode 2012 s.d 2015 adalah sebesar 82.2%. Hubungan ini menunjukkan adanya pengaruh yang sangat kuat karena berada diantara 0,800 s.d 1,0000, yang berarti apabila nilai korelasi rasio perputaran modal bersih meningkat maka nilai Net Profit Margin Industri Farmasi pada periode 2012 s.d 2015 akan mengalami peningkatan dan sebaliknya Penulis menyarankan untuk penelitian lebih lanjut objek penelitian dan periode penelitian dapat diperluas serta rasio keuangan yang akan diteliti dapat ditambah.

(14)

Referensi

Brealey RA. 2008. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta: Erlangga. 139 p.

Difky Mashadi, Darminto AH. 2014. Pengaruh WorkingCapital Turnover (WCT), Current Ratio (CR), Dan Debt To Total Assets (DTA) Terhadap Return On Investmen (ROI) (Studi Pada PerusahaanFarmasi Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2012). J. Adm. Bisnis 7: 2.

Hutami RP. 2012. Pengaruh Dividend PerShare, Return On Equity dan Net Profit Margin Terhadap Harga Saham Perusahaan Industri Manufaktur Yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia Periode 2006-2010. Nominal 1: 110.

James C Van Horne dan John M, Machowicz J. 2012. Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan. Jakarta: Salemba Empat. 308 p.

Kasmir. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 182 p. Kasmir. 2010. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT Rajawali Press. 224 p.

Kasmir. 2009. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT Bumi Aksara. 200 p.

Munawir. 2010. Analisa Laporan Keuangan. In: Cetakan ke. Yogyakarta: Liberty, p 80. Novi Sagita Ambarwati, Gede Adi Yuniarta NKS. 2015. Pengaruh Modal Kerja,

Likuiditas, Aktivitas dan Ukuran Perusahaan Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa efek Indonesia. E-journal S1 Ak Univ. Pendidik. Ganesha Jur. Akunt. Progr. S1 3: 2.

Santoso CE. 2013. Perputaran Modal Kerja dan Perputaran Piutang Pengaruhnya Terhadap Profitabilitas Pada PT. Pegadaian (Persero. J. EMBA 1: 1589.

Sawir A. 2003. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaam Keuangan Perusahaan, Cetakan ke. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 58 p.

Sutopo, Bramastyo Kusumo Negoro NLF. 2015. Pengaruh Modal Kerja, Likuiditas dan Solvabilitas Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Agro di BEI. E-jurnal Manaj. BranchMarck 1: 12.

(15)

Pengelolaan Sistem Informasi Dalam Mencapai Competitive

Advantage Pada Supply Chain Management

Slamet Heri Winarno1*, Novita Indriyani2, Rachmat Suryadithia3 1Sekretari; ASM BSI Jakarta; Jln Jatiwaringin Raya No. 18 Jakarta Timur, telp/fax:

021-8462039; 021-8462056; e-mail: slamet.smh@bsi.ac.id

2Komputer Akuntansi; AMIK BSI Bogor; Jln Cilebut Raya Pesona Intiland Bogor, telp/fax

0251-759341; e-mail: novita.nvd@bsi.ac.id

3Manajemen Informatika; AMIK BSI Bogor; Jln Cilebut Raya Pesona Intiland Bogor, telp/fax

0251-759341; e-mail: rachmat.rcs@bsi.ac.id * Korespondensi: e-mail: slamet.smh@bsi.ac.id

Diterima: 15 September 2017 ; Review: 10 November 2017; Disetujui: 20 November 2017 Cara sitasi: Slamet Heri Winarno, Novita Indriyani, Rachmat Suryadithia 2017. Pengelolaan Sistem Informasi Dalam Mencapai Competitive Advantage Pada Supply Chain Management. Jurnal Administrasi Kantor. 5 (2):133-148

Abstrak: Penerapan sistem informasi (SI) dan teknologi informasi (TI) dalam supply chain management

(SCM) telah menciptakan sebuah sistem yang efektif mulai dari supplier hingga customer. Meskipun tidak seluruhnya supply chain mampu memenuhi setiap permintaan yang ada, informasi antara pihak-pihak sebagai mitra dalam supply chain hanya dapat dimanfaatkan sepenuhnya dalam proses integrasi diantara mereka. Proses integrasi dapat diartikan sebagai hubungan kolaboratif antara supplier dan

customer, dengan pengembangan produk, sistem umum dan sharing informasi. Penelitian ini berupaya

menganalisis sejauhmana supply chain management mampu menghasilkan keunggulan kompetitif yang lebih efektif dalam memberikan keuntungan dari sisi margin perusahaan. Pelaksanaan dari SCM juga harus memperhatikan kualitas dari segi layanan kepada pelanggan. Dalam aplikasi business to business perkembangan para pelanggan dikembangkan dengan melakukan otomatisasi atau memperbaiki sistem atau cara mereka melakukan bisnis dengan para pemasok. Keunggulan kompetitif dapat terwujud dengan memberi perhatian pada aktifitas utama dan pendukung supply chain management yang menambahkan nilai bagi produk dan jasa perusahaan di mana sistem informasi paling baik diterapkan.

Kata kunci: Competitive Advantage, Efektivitas, Supply Chain Management

Abstract: The application of information systems and information technology in supply chain management (SCM) has created an effective system ranging from suppliers to customers. While not all supply chains are capable of meeting every demand, information between the parties as partners in the supply chain can only be fully utilized in the integration process between them. The integration process can be interpreted as a collaborative relationship between suppliers and customers, with product development, general systems and information sharing. Efforts to make supply chain management more effective will be able to benefit from the margin side of the company. The implementation of SCM should also pay attention to quality in terms of service to customers. In business to business applications the development of customers is developed by automating or improving systems or the way they do business with suppliers. Competitive advantage can be realized by paying attention to the main activities and supply chain management support that add value to the company's products and services where the information system is best applied

(16)

1. Pendahuluan

Pada era industri dewasa ini berbagai sumber daya dalam bisnis menjadi sebuah komoditi umum, sehingga yang akan menjadi pembeda antara perusahaan satu dengan lainnya terletak pada manajemen pengelolaan sistem informasi [Chou, David C., Xin Tan, 2004]. Dapat dikatakan keberhasilan bisnis di zaman modern ini lebih didominasi oleh kepiawaian perusahaan dalam meng-update setiap informasi yang merupakan kunci sukses gagalnya sebuah bisnis [Gunasekaran, A., 2004].

Pemikiran yang mendasari fenomena itu antara lain pertama, setiap usaha berorientasi pada pelanggan yang berarti the customers akan menjadi faktor penentu kesuksesan bisnis dengan lebih mengedepankan pencarian produk dan jasa memiliki kinerja harga yang semakin murah, semakin baik, dan semakin cepat (cheaper, better,

and faster) [Davis, 1993].

Kedua, perusahaan akan mampu mencapai kinerja yang handal dari sisi produk (cheaper-better-faster) dengan adanya efesiensi proses produksi [Mentzer, John T. DeWitt, William, Keeble, 2001]. Ketiga, pendayagunaan setiap sumber daya dalam tiap proses produksi perusahaan telah memenuhi kriteria cheaper-better-faster [Barney, 2012].

Keempat, pada pengadaan sumber daya dan bahan baku diperlukan informasi yang tepat, detail, dan akurat agar terciptalah suatu rangkaian proses penciptaan barang dan jasa yang optimal guna memenuhi syarat cheaper-better-faster [Sarkis, Joseph, Qinghua Zhu, 2010]; dan kelima, ketersediaan data dan informasi akan dibutuhkan perusahaan guna mendukung proses produksi yang murah lebih baik dan cepat.sehingga dapat dikatakan bahwa sistem informasi merupakan kunci kemenangan perusahaan dalam berkompetisi [Hult, G. Tomas M., David J. Ketchen Jr., 2007].

[Minner, 2003] mengemukakan bahwa pelaku bisnis menyadari perlu adanya perbaikan secara internal guna mencapai penyediaan produk yang murah, berkualitas dan cepat. [Lambert, Douglas M., Cooper, 1998] juga mengungkapkan bahwa peran serta pemasok, perusahaan transportasi dan jaringan distributor adalah dibutuhkan. [Barratt, 2004] berpendapat munculnya kesadaran tentang adanya produk yang terjangkau harganya, cepat penyajian dan bermutu yang akan melahirkan konsep Manajemen Rantai Pemasok (Supply Chain Manajement/SCM)

(17)

[Mentzer, John T. DeWitt, William, Keeble, 2001] menerangkan bahwa supply

chain merupakan sebuah networking antara perusahaan yang bekerjasama dalam

menciptakan dan menjadikan produk sampai pada end user. [S.C. Lenny Koh and Mehmet Demirbag, 2007] menyampaikan para pelaksana di supply chain antara lain pemasok, pabrik, penyalur, toko atau ritel, serta jasa logistic. [Sarkis, Joseph, Qinghua Zhu, 2010] menjelaskan manajemen rantai pemasok (SCM) merupakan proses pengelolaan connecting network antara bisnis penyediaan produk dan jasa yang dibutuhkan oleh konsumen akhir. Di sisi lain pendapat dari [Lambert, Douglas M., Cooper, 1998] bahwa supply chain management adalah bentuk koordinasi yang sistemik dan strategis dari seluruh perangkat supply chain dalam mencapai tujuan meningkatkan kinerja jangka panjang perusahaan individu dan pasokan rantai secara keseluruhan.

Hal yang sama disampaikan oleh [Mentzer, John T. DeWitt, William, Keeble, 2001] bahwa supply chain management (SCM) sebagai metode dalam menciptakan sistem integrasi pemasok, produsen, gudang dan toko sehingga barang atau jasa didistribusikan tepat jumlah, tepat lokasi, tepat waktu, dengan biaya yang minimal dan dapat memberikan kepuasan pada sistem pelayanan secara keseluruhan.

[Barratt, 2004] menjelaskan bentuk kegiatan SCM pada perusahaan manufaktur dapat meliputi pengembangan produk, seperti pada industri inovatif (industri garmen, komputer, elektronik, packaging, dan sebagainya), yang product life cycle-nya pendek,.dan dituntut untuk bisa menghasilkan rancangan dalam waktu cepat dan biaya yang murah [Ketchen Jr., David J., Giunipero, 2004]. Selanjutnya, pembelian (procurement), lebih menekankan pada kehandalan karyawan dalam negosiasi, dan menterjemahkan strategis perusahaan pada pemilihan dan evaluasi supplier [Kleijnen, J.P.C.; Smits, 2003].

Perancangan dan pengendalian,bagian yang mampu menghasilkan kondisi yang efektif dan efisien dalam kegiatan produksi, pengadaan material, maupun pengiriman produk melalui koordinasi taktis maupun operasional [Davis, 1993]. Kemudian produksi, yang bertanggungjawab pada transformasi dari bahan baku, bahan setengan jadi atau komponen menjadi finish goods [Hult, G. Tomas M., David J. Ketchen Jr., 2007].

Selanjutnya, distribusi/pengiriman, bertugas dalam mengirim produk dari perusahaan hingga sampai di tangan customer secara tepat dalam waktu dan tempat

(18)

[Davis, 1993]. [Ketchen Jr., David J., Giunipero, 2004] mengatakan proses pengiriman dapat dilakukan oleh perusahaan secara mandiri atau oleh perusahaan jasa transportasi, dengan mempertimbangkan aspek biaya, aspek fleksibilitas dan aspek kecepatan respon terhadap pelanggan.

[Mentzer, John T. DeWitt, William, Keeble, 2001] mengatakan keuntungan penerapan supply chain management antara lain mengurangi inventori sebesar 30%-40% dan biaya penyimpanan 20%-30%-40% [Suhong Li, Bhanu Nathan, T.S. Ragu-Nathan, 2006]. Selain itu, adanya jaminan pada kelancaran arus barang mulai dari raw

material hingga finish good dan diterima oleh customer dalam sistem pengelolaan yang

baik [Lambert, Douglas M., Cooper, 1998]. Keuntungan lainnya, terjaminnya kualitas barang, yang ditentukan mutu bahan mentahnya dan mutu keamanan dalam pengirimannya [Barney, 2012].

(Harland, 2011).mengungkapkan bahwa SCM terbentuk dari keterkaitan beberapa pelaku utama yaitu: supplier (chain 1), yang merupakan sumber penyediaan bahan awal, dimana mata rantai penyaluran barang akan mulai. Dilanjukan dengan

supplier-manufacturer (chain 1-2), mengkonversi ataupun menyelesaikan barang

(finishing). Selanjutnya supplier-manufacturer-distribution (chain 1-2-3), terdapat penggunaan jasa distributor atau pedagang besar dalam jumlah yang banyak

(supplier-manufacturer-distribution-retail). Selanjutnya, outlets (chain 1-2-3-4), dari pedagang

besar barang disalurkan ke toko pengecer (retail outlets). Dan terakhir,

supplier-manufacturer-distribution-retail-outlets-customer (chain 1-2-3-4-5), dimana customer

merupakan rantai terakhir yang dilalui dalam supply chain dalam konteks ini sebagai

(19)

Sumber: [McLeod, 2007]

Gambar 1. Model rantai nilai (value chain) perusahaan

Supply Chain Management (SCM) merupakan sesuatu yang sangat kompleks

sekali, dan memerlukan tahapan mulai tahap perancangan sampai tahap evaluasi dan

continuous improvement [McLeod, 2007]. [Barratt, 2004] menyampaikan

hambatan-hambatan dalam pelaksanaan SCM yaitu: incerasing variety of products, banyaknya ketidakpastian dari barang dan jumlahnya sehingga produsen akan kesulitan dalam memuaskan pelanggan. Selanjutnya decreasing product life cycles, yang akan menghambat dalam menyusun strategi pasokan barang, karena membutuhkan waktu yang tertentu [Hult, G. Tomas M., David J. Ketchen Jr., 2007]. Hambatan lain,

increasingly demand customer, peningkatan permintaan secara cepat dari pelanggan

sehingga diperlukan pengaturan (manage) secara cepat pula di tengah permintaan yang kadang mendadak dan tidak standart (customize) [Kleijnen, J.P.C.; Smits, 2003]. Kemudian, fragmentation of supply chain ownership, rumitnya supply chain karena melibatkan banyak pihak yang mempunyai masing-masing kepentingan, [Suhong Li, Bhanu Ragu-Nathan, T.S. Ragu-Nathan, 2006]. Dan terakhir, Globalization, kondisi yang supply chain melibatkan pihak-pihak di berbagai negara yang mungkin mempunyai lokasi diberbagai pelosok dunia [Lambert, Douglas M., Cooper, 1998]

Sistem informasi dan teknologi informasi menurut [Gunasekaran, A., 2004] telah menciptakan sebuah sistem yang efektif antara pelanggan (customer) dan pemasok (supplier). Hal akan berpengaruh pada pembentukan pool bisnis yang diharapkan mampu menghasilkan keunggulan konpetitif (competitive advantage) khususnya dalam

(20)

kegiatan interaksi antara supplier dan customer [Suhong Li, Bhanu Ragu-Nathan, T.S. Ragu-Nathan, 2006]

2. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif melalui pendekatan rasionalistik. Metode yang berdasarkan pada pendekatan holistik meneliti konsep umum (grand concepts) yang diteliti pada objek tertentu (spesific object), dan kemudiah hasil dari penelitian dijadikan pondasi yang diperoleh untuk kembali pada konsep umumnya [Moleong, 2007]

Analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan menelaah seluruh data yang tersedia yang berasal dari berbagai literature dan referensi baik pengamatan maupun sumber referensi berupa jurnal ilmiah, literatur berbasis keilmuan, media daring, dan sumber lainnya [Riduwan, 2013].

[Nazir, 2006] mengungkapkan setelah melakukan penelaahan, langkah selanjutnya mereduksi data, penyusunan kategori dan selanjutnya penafsiran data. Reduksi data berarti proses merangkum, dilanjutkan dengan memilih hal-hal yang pokok, menitikberatkan pada hal yang penting, menentukan tema dan pola serta hal yang tidak diperlukan dihilangkan.

3. Hasil dan Pembahasan

3.1. Supply Chain Management dan Teknologi Informasi

[Chou, David C., Xin Tan, 2004] berpendapat bahwa perkembangan teknologi informasi (TI) sejalan dengan berkembangnya konsep supply chain management . Dapat dikatakan kemajuan TI yang nantinya akan memunculkan prinsip-prinsip fundamental

supply chain. [Gunasekaran, A., 2004] mengungkapkan kondisi saling membutuhkan

antara TI dan supply chain didasarkan pada penggunaan secara kolektif informasi yang dimiliki oleh berbagai pihak.

Secara umum, TI berperan manajemen supply chain diasosiasikan dari dua perspektif [Chou, David C., Xin Tan, 2004]. Pertama, perspektif teknis. Pada perspektif ini teknologi informasi berfungsi sebagai: perantara atau sarana untuk mengganti fakta-fakta dalam bisnis. Dalam format data kuantitatif; teknologi harus mampu mengubah raw data menjadi informasi yang relevan bagi pengguna, dan memberikan dampak langsung atau tidak langsung terhadap kinerja bisnis. TI mengubah informasi menjadi

(21)

knowledge yang dapat diakses; sekumpulan knowledge menjadi sarana suatu kebijakan

yang tidak ternilai harganya [Gunasekaran, A., 2004]. Pada fungsi penyebaran data, informasi, dan knowledge akan berhubungan dengan aspek penyebaran antara lain: gathering, organising, selecting, synthesizing, dan distributing [Chou, David C., Xin Tan, 2004].

Kedua, perspektif manajerial. Terdapat tiga peranan yang diharapkan oleh perusahaan dari implementasi efektif sebuah TI, yaitu : mengurangi resiko (minimize

risks), kehadiran TI selain harus mampu membantu perusahaan mengurangi resiko

bisnis yang ada, perlu pula menjadi sarana untuk membantu manajemen dalam mengelola resiko (managing risks) yang dihadapi sehari-hari, mengurangi biaya (minimize costs), membuat proses menjadi satu sehingga terasa lebih cepat dan praktis (yang menciptakan kepuasan pelanggan), proses perubahan pekerjaan manual menjadi otomatis [McLeod, 2007].

3.2. Penerapan Sistem Informasi Terpadu pada SCM

Konsep supply chain management (SCM) memperlihatkan adanya proses ketergantungan antara berbagai perusahaan yang terkait di dalam sebuah sistem bisnis [Suhong Li, Bhanu Ragu-Nathan, T.S. Ragu-Nathan, 2006]. Banyaknya perusahaan yang ada dalam rantai tersebut menyebabkan strategi pengelolaan yang kompleks pula. [Minner, 2003] mengatakan dalam sebuah perusahaan terdapat tiga aliran entitas yang seharusnya dikelola dengan baik: 1) Aliran Produk dan Jasa (the flow of products and

services); 2) Aliran Uang (the flow of money); 3) Aliran Dokumen (the flow of documents).

[Minner, 2003] juga menyatakan hal menarik untuk dicermati di sini adalah bahwa esensi dari pengelolaan terhadap ketiga entitas fisik tersebut pada dasarnya adalah melakukan pengelolaan pada data dan informasi yang ada pada masing-masing entitas akan berubah seiring dengan mengalirnya ketiga entitas yang ada. Ketiga aliran entitas biasanya berasal dari hulu menuju hilir pada supply chain tersebut, yang mungkin keduanya berada di luar dari perusahaan terkait, maka pengelolaan setiap data dan informasi harus saling berhubungan dan terintegrasi dengan baik.

[Gunasekaran, A., 2004] menyampaikan dengan kata lain bahwa berbagai perusahaan yang berada dalam rangkaian proses tersebut harus saling berkolaborasi

(22)

dalam menghubungkan sistem informasi yang dimiliki masing-masing perusahaan sehingga terciptalah sistem informasi terpadu dan terintegrasi dengan baik.

Penerapan sistem terpadu dapat diartikan sebagai sebuah sistem yang terdiri dari berbagai komponen data, aplikasi, dan teknologi yang saling tergantung satu dengan yang lain untuk mendukung kebutuhan informasi dari perusahaan. [Gunasekaran, A., 2004]

Dari berbagai komponen yang terdapat di dalam sebuah sistem informasi, yang paling memegang peranan adalah perangkat lunak (software) aplikasi. Saat ini upaya untuk mendongkrak kinerja perusahaan secara signifikan dapat dilakukan dengan bantuan berbagai aplikasi yang menampilkan fungsi dan fitur yang beragam [Chou, David C., Xin Tan, 2004]. Aplikasi besar tersebut diantaranya SAP, Baan, Oracle, PeopleSoft, dan lain-lain yang telah terbukti menjadikan perusahaan multi-nasional berada dalam deretan perusahaan terkemuka dunia yang biasa terpampang dalam publikasi Fortune 500 [Ketchen Jr., David J., Giunipero, 2004].

[Davis, 1993] mengungkapkan tantangan yang akan dihadapi di masa yang akan datang dari perkembangan setiap aplikasi yang dijalankan pada tiap perusahaan adalah kemampuan pada penciptaan customer value yang menjadi ciri khas perusahaan dengan para competitor. [Chou, David C., Xin Tan, 2004] mengatakan dasar pokok dalam setiap pelaksanaan dari aplikasi perusahaan antara lain: adanya fenomena dalam bisnis ke arah bisnis virtual (e-business). Hal ini tentunya berhubungan dengan kombinasi antara

physical value chain dan virtual value chain, di sisi lain perkembangan teknologi

informasi juga berpengaruh dalam decision making pada penentuan upaya peningkatan kinerja supply chain management yang dimilikinya, dengan mensinkronkan berbagai sistem aplikasi yang dimiliki oleh perusahaan (internal) dan antar rekanan yang ada (eksternal)

Pihak-pihak yang membutuhkan seluruh sistem informasi dapat diklasifikasikan menjadi empat pihak. Pertama konsumen atau pelanggan (end-consumers), informasi yang dibutuhkan seperti produk atau jasa yang mereka beli dan konsumsikan; kedua manajemen, untuk membuat kebijakan-kebijakan dan mengambil keputusan strategis yang berkualitas [Hult, G. Tomas M., David J. Ketchen Jr., 2007].

Ketiga staf, pihak yang berhubungan dengan aktivitas penciptaan produk maupun jasa yang pastinya membutuhkan banyak informasi sebagai sumber daya

(23)

utama; dan rekanan bisnis (business partners), dibutuhkan dalam kegiatan pemasok bahan ke perusahaan untuk kegiatan produksi [Ketchen Jr., David J., Giunipero, 2004]

Pada supply chain management (SCM), pengintegrasian setiap sistem informasi merupaka sebuah keharusan, hal ini mengingat rangkaian mata rantai yang amat panjang dalam proses SCM yang memerlukan big data. Perlu diciptakan suatu arsitektur sistem informasi perusahaan yang kompleks dari beberapa aspek [Gunasekaran, A., 2004]. Pertama, selling chain management information system, merupakan bagian dari sistem yang berinteraksi langsung dengan customer yang memudahkan dalam akses terhadap produk dan jasa yang ditawarkan dan aktivitas transaksi bisnis [S.C. Lenny Koh and Mehmet Demirbag, 2007]. Kedua, customer relationship management

information system, yaitu bagian dari sistem sebagai sarana komunikasi efektif antara

pelanggan dengan perusahaan, terkait pelayanan produk atau jasa [Gunasekaran, A., 2004].

Ketiga, enterprise resource planning information system, yaitu bagian dari sistem dalam mengintegrasikan proses-proses penciptaan produk atau jasa hingga terciptanya produk jadi yang ditawarkan kepada pelanggan [Barratt, 2004]. Keempat,

management control information system, yaitu bagian dari sistem dalam memberikan

data dan informasi bagi keperluan pengambilan keputusan manajemen perusahaan dan

stakeholder lainnya, [Chou, David C., Xin Tan, 2004].

Kelima, administrative control information system, yaitu bagian dari sistem yang sebagai penunjang kegiatan administasi perusahaan (back office) [Gunasekaran, A., 2004]. Keenam, supply chain management information system, yaitu bagian dari sistem yang menghubungkan internal perusahaan dengan para rekanan bisnis, terutama para pemasok (suppliers) bahan-bahan yang dibutuhkan untuk proses produksi [Lambert, Douglas M., Cooper, 1998].

Ketujuh, enterprise applications integration information system, yaitu bagian dari sistem yang mengintegrasikan berbagai sub-sistem yang tersebar di bagian-bagian yang ada di perusahaan. Kedelapan, knowledge-tone applications information system, yaitu bagian dari sistem yang memberikan penyediaan fungsi intelligence hasil pengolahan berbagai data dan informasi di berbagai sistem basis data (database) perusahaan [Gunasekaran, A., 2004].

(24)

3.3. Strategi Membangun Sistem Informasi Terpadu

Proses membangun sebuah sistem informasi yang terpadu haruslah berdasarkan proses urutannya, dimana sistem informasi ini pada akhirnya bertujuan membantu perusahaan dalam membangun infrastruktur teknologi di dalam perusahaannya [McLeod, 2007].

Perubahan yang terjadi pada perkembangan sistem dewasa ini lebih mengarah pada ketersediaan data/informasi dalam jumlah yang besar (big data). Setiap perusahaan baik yang baru berhubungan dengan teknologi informasi maupun yang telah lama terhubung dengan teknologi informasi harus selalu siap dengan kondisi ini [Chou, David C., Xin Tan, 2004].

Evolusi terhadap sistem informasi terjadi seiring perkembangan dan kebutuhan data secara kompleks. Evolusi tersebut berjalan sesuai dengan tahapan-tahapannya, yaitu: the cross-functional business unit merupakan pengembangan aplikasi sistem dan teknologi informasi hanya untuk fungsi bisnis tertentu saja, seperti transaksi pembelian, penyusunan laporan keuangan, pencetakan slip gaji pegawai, dan lain sebagainya[McLeod, 2007]. The strategic business unit merupakan penyatuan dari beberapa fungsi manajemen dari business unit tertentu guna mencapsi tujuan [Ketchen Jr., David J., Giunipero, 2004]. The integrated enterprise yang mengintegrasikan berbagai aplikasi sistem dan teknologi informasi baik dari seluruh divisi atau business unit dalam perusahaan [Gunasekaran, A., 2004]. The extended enterprise merupakan proses gabungan antara sistem dan teknologi informasi terpadu yang telah dimiliki perusahaan dengan sistem informasi yang dimiliki mitra bisnisnya. The inter-enterprise

community yaitu pengintegrasian sistem informasi antar perusahaan pada sebuah

komunitas bisnis yang akan membentuk jejaring sistem informasi luas cakupannya (internetworking)[Chou, David C., Xin Tan, 2004].

[Sarkis, Joseph, Qinghua Zhu, 2010] dalam tulisannya mengatakan pada pelaksanaan supply chain management dibutuhkan pihak yang mampu menciptakan sebuah sistem informasi yang berbasiskan teknologi sebagai seorang CIO atau chief

information officer. Jabatan ini amatlah vital dalam perusahaan dikarenakan

bertanggungjawab pada implementasi sebuah sistem informasi yang memiliki fungsi strategis bagi perusahaan.

(25)

3.4. Pengukuran Efektivitas Supply Chain Management

Suatu supply chain management (SCM) dapat diukur tingkat kinerja dan keefektifannya menggunakan satuan indikator, yaitu key performance indicator (KPI) . Indikator dalam KPI diperoleh berdasarkan benchmarking terhadap literatur, artikel, jurnal, annual report suatu perusahaan publik dan sebagainya. Digunakannya KPI pada pengukuran supply chain management dirasakan efektif karena berisi kriteria-kriteria dari output pada supply chain yang ada [Keah-Choon Tan, Vijay R. Kannan, Robert B. Handfield, 1999]

Pengukuran SCM menggunakan KPI dapat dilakukan dilakukan pada berbagai faktor yang ada pada perusahaan. Pertama, faktor perencanaan (planning), supply chain dikatakan efektif yaitu yang mempunyai perencanaan dimulai dengan supply chain

design, tahap implementasi dan evaluasi dan continous improvement [Lambert, Douglas

M., Cooper, 1998]. Bentuk perencanaan meliputi pelaksanaan dari perencanaan yang ada dengan membandingkan perencanaan yang ada dengan implementasinya, dan

detailed supply chain planning, perencanaan yang terperinci dari sisi batas waktu

pelaksanaan, pelaksana yang bertanggung jawab dan diadakan evaluasi [Lambert, Douglas M., Cooper, 1998].

Kedua, aspek sistem informasi, guna mengimplementasikan supply chain

diperlukan data dan informasi yang update dan terukur dalam rangka menjalankan

strategi bersaing perusahaan [Gunasekaran, A., 2004]. Hal ini tercermin dari kriteria sebuah sistem informasi sehingga dapat dikatakan handal meliputi: sistem komunikasi yang terkini dan terintegrasi, sistem pakar, sistem pendukung keputusan, manajemen konsumen, manajemen katalog, manajemen pesanan, biaya konsumen yang akurat, dan analisa nilai tambah [Keah-Choon Tan, Vijay R. Kannan, Robert B. Handfield, 1999].

Ketiga, faktor goods, produk atau jasa merupakan hal terpenting bagi perusahaan dalam menunjang kegiatan bisnisnya terutama dalam produksi. Ketersediaan produk mulai dari raw materials perlu diatur tingkat efektivitasnya baik dari sisi pengadaan, penyimpanan hingga produksi [S.C. Lenny Koh and Mehmet Demirbag, 2007]. Peran dari sistem informasi adalah mengoptimalkan setiap data-data yang diperlukan terkait kebutuhan raw materials tadi [McLeod, 2007]. [Minner, 2003] mengatakan terkait hal tersebut yang menjadi dasar utama dari penerapan sistem informasi ini adalah periodic

(26)

kebijakan persediaan, pembelian yang disesuaikan dengan tingkat kebutuhan pelanggan. Selanjutnya sentralisasi inventory, bentuk overall integrated plannings mata rantai mengenai persediaan raw materials. Berikutnya melakukan reorder point dengan maksud guna mengoptimalkan pembelian agar mendapatkan harga dan kualitas yang baik.

Keempat, faktor organization. Guna mendukung supply chain yang efektif perlu diciptakan sistem organisasi yang baik pula [Barratt, 2004]. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menghilangkan kegiatan yang bersifat non-value activity. Salah satu upaya yang dapat dilakukan dengan menerapkan prinsip management by process, dengan menitikberatkan pada perubahan organisasi. Perubahan ini tentunya akan berdampak pada pembentukan perspektif integrasi pada setiap karyawan karyawan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada implementasi strategi usaha [Hult, G. Tomas M., David J. Ketchen Jr., 2007]. Pada faktor organisasi ini hal-hal yang dapat dikembangkan meliputi: open communication antar rantai, harus rutin, transparan dan terbuka [Barratt, 2004]. Selanjutnya shared culture, membangun budaya perusahaan, baik srcara formal atau informal yang bertujuan untuk menciptakan perubahan paradigma karyawan, agar tercipta pemikiran yang terintegrasi pada supply chain Berikutnya managing people, sumber daya manusia diyakini merupakan bagian terpenting dalam keberhasilan dari implementasi supply chain management. Upaya yang dapat dilakukan dalam managing people yaitu dengan penerapan sistem informasi yang baru atau melakukan up-grade pada implementasi supply chain [Minner, 2003].

Kelima, faktor strategic partnering, dilaksanakan guna menghadapi persaingan yang ketat dan merupakan cara yang handal untuk mengintegrasikan supply chain dari hulu sampai mata hingga hilir. Prinsip strategi kemitraan ini meliputi partner as

operational part of supply planning, fokus pada perencanaan pebeliaan raw materials,

kemudian menjalankan sistem informasi terpadu semisal vendor managed inventory (VMI). Selanjutnya menciptakan inter partner trust melalui pertukaran informasi dengan

electronic data interchange (EDI). Dan yang terakhir melaksanakan proyek bersama,

seperti: iklan bersama, design produk [Hult, G. Tomas M., David J. Ketchen Jr., 2007]. Keenam, faktor supply chain process audit & continuous improvement dilakukan untuk menginventarisir perbaikan-perbaikan yang dibutuhkan. Tujuan dari kegiatan ini tidak lain adalah guna mencari solusi dari berbagai hambatan yang akan atau muncul

(27)

pada implementasi supply chain yang ada. Selain itu juga dimaksudkan untuk evaluasi dari kriteria supply chain yang ideal pada perusahaan jika dilaksanakan [S.C. Lenny Koh and Mehmet Demirbag, 2007].

3.5. Pencapaian Competitive Advantage

Tujuan utama digunakannya sistem informasi dan teknologi informasi dalam

supply chain management bagi suatu perusahaan yaitu mencapai keunggulan kompetitif

(competitive advantage) dalam mendapatkan leverage dalam pasar [Barney, 2012]. Upaya mendapatkan keunggulan kompetitif pada SCM yaitu dengan menciptaan rantai nilai (value chain), yang mampu memberikan kontribusi kepada margin profit perusahaan [Suhong Li, Bhanu Ragu-Nathan, T.S. Ragu-Nathan, 2006]. Margin merupakan pengurangan harga pokok dari nilai produk dan jasa perusahaan, melalui aktivitas nilai (value activities). Aktifitas nilai dapat dilakukan pada berbagai hal yaitu aktivitas yang langsung berhubungan dengan produksi dan distribusi produk seperti sistem penyimpanan, kegiatan operasional, pemasaran dan penjualan, pelayanan, dan sistem pengiriman [Hult, G. Tomas M., David J. Ketchen Jr., 2007]. Selain itu terdapat pula aktivitas pendukung yang memungkinkan pelaksanaan aktivitas utama seperti infrastruktur organisasi, sumber daya manusia, sistem informasi dan teknologi yang digunakan, serta pengadaan [Barratt, 2004].

Secara keseluruhan pencapaian competitive advantage pada SCM tercermin dari penerapan atau implementasi dari strategi bisnis [Suhong Li, Bhanu Ragu-Nathan, T.S. Ragu-Nathan, 2006] yang dapat dilakukan oleh perusahaan. strategi bisnis tersebut hendaknya harus menyentuh seluru aspek, yaitu: pertama pemanfaatan teknologi rantai nilai, dengan mengsinergikan kegiatan unit bisnis yang multi komplek sehingga dapat bertindak secara overall [Ketchen Jr., David J., Giunipero, 2004].

Kedua, sistem informasi pada produk dan jasa, dengan penerapan IT untuk pengembangan various product, tidak memungkinkan terjadinya duplikasi produk oleh pesaing [Gunasekaran, A., 2004]. Ketiga, sistem yang concern pada pasar ceruk (niche), dengan menggunakan data pelanggan yang belum tersentuh pada pasar yang telah ada [Ketchen Jr., David J., Giunipero, 2004].

Keempat, efisiensi pada supply chain management dan sistem keluhan pelanggan, yang mampu menghubungkan rantai nilai perusahaan ke rantai nilai pemasok dan konsumen juga menghubungkan perilaku konsumen ke distributor,

(28)

produksi, dan supply chain[S.C. Lenny Koh and Mehmet Demirbag, 2007]. Peran dari IT yaitu untuk menghindari beralihnya konsumen ke pemasok lain dan mengikat mereka pada perusahaan [McLeod, 2007]. Kelima, meningkatkan kompetensi inti, dengan menjadi perusahaan unggul sebagai market leader. Kompetensi inti dapat ditingkatkan melalui implementasi sistem informasi yang terintegrasi pada seluruh lini dari unit bisnis yang ada [Kleijnen, J.P.C.; Smits, 2003].

4. Kesimpulan

Supply chain management (SCM) merupakan suatu tindakan manajerial dalam

melakukan integrasi dan pengelolaan kegiatan organisasi dan rantai suplai melalui hubungan organisasi untuk proses bisnis yang efektif dan tingkat tinggi berbagi informasi untuk menciptakan sistem nilai yang memberikan kinerja tinggi organisasi serta keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Perlu adanya pola yang terintegrasi dari para pelaku dalam SCM guna menunjang terlaksananya SCM secara efektif mulai dari supplier hingga customer melalui pendekatan key performance indikator

Penerapan sistem informasi dalam SCM harus sejalan dengan organisasi dan saling mempengaruhi satu sama lain untuk memberikan informasi yang penting kelompok dalam kebutuhan organisasi. Penerapan SI dan TI dapat dilakukan dengan cara menciptakan sistem informasi terpadu baik antar bagian maupun secara korporat.

Sistem informasi strategis digunakan untuk menghadapi tekanan kompetitif yang membentuk struktur persaingan dalam perusahaan agar meraih keunggulan kompetitif dengan menciptaan rantai nilai (value chain). Strategi bisnis untuk memenangkan keunggulan kompetitif diantaranya dengan memanfaatkan teknologi rantai nilai, efektivitas sistem informasi produk dan jasa, sistem yang fokus pada pasar ceruk (niche), supply chain management dan sistem pelanggan efisien respon, meningkatkan kompetensi inti.

Referensi

Barney JB. 2012. Purchasing, Supply Chain Management and Sustained Competitive Advantage: The Relevance of Resource-Based Theory. J. Supply Chain Manag. 48: 3–6.

(29)

Supply Chain Manag. An Int. J. 9: 30–42.

Chou, David C., Xin Tan DCY. 2004. Web Technology and Supply Chain Management. Inf. Manag. Comput. Secur. 12: 338–349.

Davis T. 1993. Effective Supply Chain Management. Sloan Manage. Rev.: 35–46. Gunasekaran, A. EWTN. 2004. Information Systems in Supply Chain Integration and

Management. J. Oper. Res. 159: 269–295.

Hult, G. Tomas M., David J. Ketchen Jr. MA. 2007. Strategic Supply CHain Management: Improving PerformanceThrough a Culture of Competitiveness and Knowledge Development. Strateg. Manag. J.: 1035–1052.

Keah-Choon Tan, Vijay R. Kannan, Robert B. Handfield SG. 1999. Supply Chain Management: An Empirical Study of Its Impact on Performance. Int. J. Oper. Prod. Manag. 19: 1034–1052.

Ketchen Jr., David J., Giunipero LC. 2004. The Intersection of Strategic Management and Supply Chain Management. Ind. Mark. Manag.: 51 – 56.

Kleijnen, J.P.C.; Smits M. 2003. Performance Metrics in Supply Chain Management. J. Oper. Res. Soc. 54: 507–514.

Lambert, Douglas M., Cooper MC. 1998. Supply Chain Management: Implementation Issue and Research Opportunities. 9: 1–19.

McLeod R. 2007. Management Information System, 10th Editi. New Jersey: Prentice Hall. 234-240 p.

Mentzer, John T. DeWitt, William, Keeble JS. 2001. Defining Supply Chain Management. J. Bus. Logist. 22: 1–24.

Minner S. 2003. Multiple-Supplier Inventory Models in Supply Chain Management: A Review. Int. J. Prod. Econ.: 265–279.

Moleong R. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda. 167-169 p. Nazir M. 2006. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia. 44-47 p.

Riduwan. 2013. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Jakarta: Alfabeta. 24 p. S.C. Lenny Koh and Mehmet Demirbag. 2007. The Impact of Supply Chain

Management Practices on Performance of SMEs. Ind. Manag. Data Syst. 107: 103–124.

(30)

Green Supply Chain Management Literature. 1-30 p.

Suhong Li, Bhanu Ragu-Nathan, T.S. Ragu-Nathan SSR. 2006. The Impact of Supply Chain Management Practices on Competitive Advantage and Organizational Performance. Int. J. Manag. Sci.: 107–124.

(31)

Kemahiran Sekretaris Dalam Menyusun Surat

Margaretha Sri Udari 1,*

1Sekretari, Akademi Sekretari Budi Luhur, Jalan Ciledug Raya, Petukangan Utara, Jakarta

12260, telpon: 021-5853753: Fax: 021-7371165; e-mail: margaretha.sriudari@budiluhur.ac.id

* Korespondensi: e-mail: margaretha.sriudari@budiluhur.ac.id

Diterima: 25 Oktober 2017 ; Review: 15 November 2017; Disetujui: 25 November 2017

Cara sitasi: Udari MS. 2017. Kemahiran Sekretaris Dalam Menyusun Surat. Jurnal Administrasi Kantor. 5 (2): 149-156.

Abstrak: Walaupun saat sini kehadiran alat komunikasi sudah banyak dan memberi harapan yang sangat

tinggi terhadap kemudahan, ketelitian, dan ketepatan untuk mengakses informasi, namun surat masih dipakai alat komunikasi yang mempunyai daya guna tinggi. Surat masih dipergunakan sebagai perangkat untuk menggantikan suatu badan korporasi, perangkat pengingat, bukti tertulis, bukti sejarah, dan sebagai alat pembuktian. Di lain pihak, kemajuan alat komunikasi memunculkan pandangan yang buruk terhadap keberadaan sekretaris apabila untuk mendapatkan informasi dan menyampaikan informasi dapat dilakukan dengan alat komunikasi tanpa melalui surat dan bahkan tanpa melalui adanya seorang sekretaris. Pada kenyataannya, hingga saat ini surat masih mempunyai peran yang cukup penting dalam kegiatan bisnis maupun dalam masalah-masalah kedinasan. Berbagai informasi dan transaksi disampaikan oleh badan korporasi atau oleh perorangan dengan menggunakan surat sebagai alat komunikasi tertulis yang menghubungkan antara dua pihak atau lebih. Surat juga merupakan duta badan korporasi yang mencerminkan keberadaan dari pihak pengirim baik badan korporasi maupun perorangan. Berdasarkan informasi dari berbagai sumber yang penulis peroleh, surat yang disajikan secara baik dan selaras dengan isi yang mudah untuk dipahami selain bentuk yang menarik. Seorang sekretaris professional ditutut untuk mahir dalam menyusun surat bisnis dan surat dinas yang disesuaikan dengan kemajuan teknologi di era digital. Kemahiran dalam membuat surat dapat dibagi dalam tata persuratan dan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Kata kunci: surat, sekretaris, korespondesi, komunikatif

Abstract: Although the presence of communication devices is very high and gives very high expectations

for ease, accuracy, and accuracy to access information, but the letter is still used communication devices that have high efficiency. The letter is still used as a tool to replace a corporate body, reminder device, written proof, historical evidence, and as a means of verification. On the other hand, the advancement of a communication tool raises a bad view of the existence of a secretary if to obtain information and convey information can be done by means of communication without going through a letter and even without going through a secretary. In fact, until now the letter still has an important role in business activities as well as in official matters. Various information and transactions are submitted by corporate bodies or by individuals using letters as a written communication tool connecting between two or more parties. Letters are also ambassadors of corporate bodies reflecting the presence of the senders of both corporate bodies and individuals. Based on information from various sources that the author obtained, the letters are presented well and in harmony with the contents that are easy to understand in addition to an interesting form. A professional secretary is encouraged to be proficient in preparing business letters and business letters tailored to technological advancements in the digital age.. Proficiency in making letters can be divided into good and correct Indonesian language and correct usage.

(32)

1. Pendahuluan

Seperti dikemukan oleh Keraf [Yanti, Zabadi, dan Rahman, 2016:8] menerangkan bahwa bila kita meninjau kembali sejarah pertumbuhan bahasa sejak awal hingga sekarang, maka fungsi bahasa dapat diturunkan dari dasar dan motif pertumbuhan bahasa itu sendiri. Dasar dan motif pertumbuhan bahasa itu dalam garis besarnya dapat berupa: (1) untuk menyatakan ekspresi diri, (2) sebagai alat komunikasi, (3) sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial, dan (4) sebagai alat untuk mengadakan kontrol sosial.

Dari kutipan dapat disimpulkan bahwa fungsi utama bahasa adalah untuk berkomunikasi. Seorang sekretaris dalam peranannya sebagai pembantu atau tangan kanan atau asisten pribadi pimpinan, pengelola informasi, penghubung atau humas (hubungan masyarakat), pengatur tamu pimpinan, dan pemelihara kondisi dan lingkungan kerja. Namun disadari atau tidak , kehadiran peralatan komunikasi telah menyebabkan optimisme yang sangat tinggi terhadap kemudahan dalam menyediakan informasi dan kecepatan akses terhadap informasi. Namun, dengan hadirnya alat komunikasi yang mutahir, juga memunculkan pesimisme yang cukup tinggi terhadap keberadaan surat bahkan keberadaan seorang sekretaris. Namun demikian, pada kenyataannya seperti yang kita lihat sehari-hari di banyak badan korporasi, surat masih berperan sebagai pengganti pertemuan langsung atau sebagai wakil atau duta badan korporasi.

Berbagai informasi dan transaksi disampaikan dengan menggunakan media media surat. Dengan demikian surat masih mempunyai peran yang cukup penting di dalam kegiatan bisnis. Karena surat adalah wakil badan korporasi yang merupakan citra yang baik atau mencerminkan keberadaan pihak yang diwakili, maka selayaknya surat disajikan secara baik/apik dan runtut disertasi dengan isi surat yang mudah dipahami. Selain itu, bentuk surat yang menarik juga akan memberikan kesan yang baik tentang pengirimnya. Bila surat yang disampaikan tidak apik, bentuk surat yang kurang baik, bahasanya sulit dipahami, tentu akan memberikan kesan atau citra yang kurang baik bagi badan korporasi yang mengirimkan surat tersebut. Hal ini bisa saja memunculkan pertanyaan apakah badan korporasi dari pihak pengirim surat telah dikelola dengan baik dan professional?

(33)

2. Metode Penelitian

Penelitian ini berciri seperti konsep, yaitu artikel yang memaparkan secara ilmiah konsep tertentu tentang sesuatu hal, yang secara nyata tidak mutlak (relatif) mendalam. Di dalam uraian-uraian yang penulis sampaikan di dalam artikel ini, penulis hanya mendiskripsikan dan menggarap secara cermat beberapa konsep pemikiran dari beberapa referensi.

3. Hasil dan Pembahasan

[Sulistyo-Basuki, 2003] menulis bahwa pada banyak badan korporasi, tidak ada bagian khusus yang mengurus pembakuan formulir dan laporan sehingga dalam sebuah badan korporasi mungkin saja terdapat berbagai format formulir dan laporan yang berlainan. Bagi bagian-bagian yang melaksanakan pengisian dan pembuatan laporan, adanya ketidakseragaman ini mungkin tidak terlalu terasa bermasalah, namun sangat bermasalah bagi manajemen arsip dinamis. Hal itu terjadi karena adanya berbagai format yang berlainan yang akan menyulitkan pemberkasan. Keanekaragaman format laporan berarti pemborosan yang karena biaya pembuatan format yang sama akan lebih hemat hemat daripada pembuatan berbagai format. Namun, hal ini tidak perlu menjadi kendala bagi sekretaris agar mahir dalam menyusun surat dinas. Bila di kantor tempat sekretaris bekerja belum ada keseragaman atau pedoman tentang tata naskah dinasnya, sekretaris dapat saja mengaju pada beberapa badan korporasi, penulis menganjurkan untuk mengaju pada tata naskah dinas yang telah diterbitkan oleh instansi pemerintah.

Tata naskah dinas yang antara lain berupa tata persuratan, distribusi, formulir, dan media) merupakan salah satu unsur administrasi umum. Saat ini sudah banyak instansi atau lembaga pemerintah maupun swasta yang telah menerbitkan peraturan tentang tata naskah dinas di lingkungan masing-masing. Salah satu contohnya adalah Peraturan terbaru dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 15 tahun 2016 tentang Tata Naskah Dinas di Lingkungan Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Peraturan yang diterbitkan oleh salah satu kementerian RI ini yang mudah diperoleh melalui internet ini, bisa membantu sekretaris dalam membuat tata naskah dinas di tempat sekretaris bekerja.

Sasaran dalam penetapan suatu tata naskah dinas adalah untuk mewujudkan adanya pedoman yang dipakai dalam pengelolaan tata naskah dinas pada suatu badan

(34)

korporasi, agar tercapai adanya kesamaan pengertian dan penafsiran dalam penyelenggaraan tata naskah dinas, dan guna kelancaran komunikasi tulis kedinasan dan kemudahan dalam pengendalian serta tercapainya penyelenggaraan tata naskah dinas yang efektif dan efisien.

Berikut adalah halaman muka dari Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2016 tentang Tata Naskah Dinas di Lingkungan Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia

Sumber: https://www.kemenkumham.go.id/publikasi/info-internal/permenkumham-nomor-15-tahun-2016

Gambar 1: Halaman depan dari Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2016 tentang Tata Naskah Dinas di Lingkungan

Gambar

Tabel 1. Perkembangan Net Working Capital Turnover Periode 2012-2015 (dalam %)
Tabel 3. Hasil Lon Net Profit Margin dan Net Working Capital Turnover Periode 2012-2015 NWCT NPM lnnwct lnnpm 1.71342 7.30231 0.5385 1.9881903 1.5772 8.7577 0.4556 2.16993 1.4977 13.609 0.404 2.6107292 1.7472 12.537 0.558 2.5287044 2.997 7.6953 1.0976 2.04
Tabel 5. Koefisien Regresi Rasio Perputaran Modal Kerja Bersih Terhadap Net Profit Margin Industri Farmasi Pada Periode 2012-2015 Model Summary
Tabel 6. Hasil Uji T Pengaruh Variabel Rasio Perputaran Modal Bersih Terhadap Net Profit Margin Industri Farmasi Pada Periode 2012 s/d 2015 Coefficientsa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dilihat dari analisis data yang telah dilakukan, diperoleh kemampuan menulis resensi siswa kelas IX SMP Negeri 3 Linggo Sari Baganti untuk indikator 5 berada pada

Pengujian ketiga menggunakan tanah sawah yang meletakan sensor soil moisture probe pada tanah sawah yang telah di tempatkan pada wadah gelas plastik, pengujian

Orientasi politik berkaitan dengan upaya menafsirkan tindakan politik atau peristiwa politik melalui suatu pencarian kebijakan yang tepat dalam mengatasi persoalan politik

Matematika apakah yang membuat Google bisa menghubungkan kita dengan website tertentu?... Matematika apakah yang membuat Google bisa menganjurkan jalan yang harus

Pada penelitian ini melihat beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku ibu dalam penggunaan garam beriodium di tingkat rumah tangga di Desa Juma Teguh Kecamatan Siempat

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disampaikan bahwa pelaksanaan asuransi kesehatan pada BPJS Kesehatan Cabang Kota Metro, BPJS Kesehatan merupakan asuransi

Hasil evaluasi terhadap narasumber pelatihan menunjukkan bahwa lebih dari separuh peserta menyatakan narasumber pelatihan sangat baik, hal itu menggambarkan bahwa narasumber

4 Sama seperti kanal ion natrium dan kanal ion kalsium, subunit α kanal ion kalium terdiri dari empat domain, dan memiliki lengkung P untuk sifat selektivitasnya, yang