• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Hutan Tropis Volume 2 No. 2 Juli 2014 ISSN E-ISSN Berkala Ilmiah Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kehutanan DAFTAR ISI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Hutan Tropis Volume 2 No. 2 Juli 2014 ISSN E-ISSN Berkala Ilmiah Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kehutanan DAFTAR ISI"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Berkala Ilmiah Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kehutanan

PEMECAHAN DORMANSI DAN PERKECAMBAHAN ASAM KURANJI (Dialium indum L.) SECARA MEKANIS DAN KIMIAWI

Bakti Nur Ismuhajaroh

PENGGUNAAN KAYU BAKAR SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DI MAMBERAMO HULU, PAPUA Agustina Y.S. Arobaya, Maria J. Sadsoeitoeboen & Freddy Pattiselanno

KERAGAMAN JENIS SATWA BURUNG BERDASARKAN KETINGGIAN TEMPAT

PADA HUTAN DESA RAMBATU KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT PROVINSI MALUKU Anthonia Tuhumury, dan L. Latupapua

KONDISI DAN POTENSI WISATA ALAM DI WILAYAH GUNUNG SAWAL KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT Dian Diniyati

PERSEPSI WISATAWAN DAN MASYARAKAT TERHADAP WISATA ALAM DI AREAL HUTAN PENDIDIKAN UNLAM MANDIANGIN, KALIMANTAN SELATAN

Khairun Nisa, Hamdani Fauzi, dan Abrani

REKONSTRUKSI MODEL PENYULUHAN PERTANIAN DAN KEHUTANAN BERBASIS PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI TERPADU [STUDI KASUS DI TIGA DESA DI WILAYAH KABUPATEN MALANG] Sugiyanto

STRATEGI PENGEMBANGAN GETAH JELUTUNG SEBAGAI HHBK UNGGULAN Marinus Kristiadi Harun

ESTIMASI JUMLAH KARBON VEGETASI YANG HILANG AKIBAT KEGIATAN PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM TROPIS

Ajun Junaedi

SIFAT FISIKA MEKANIKA PAPAN PARTIKEL DARI PELEPAH NIPAH (Nyfa fruticans Wurmb) DAN SERBUK GERGAJI DENGAN PEREKAT UREA FORMALDEHYDE

Noor Mirad Sari, Violet Burhanuddin, Diana Ulfah, Lusyiani, & Rosidah

EVALUASI PERTUMBUHAN TANAMAN UJI KLON JATI PADA UMUR 10 TAHUN DI WONOGIRI, JAWA TENGAH Hamdan Adma Adinugraha dan S. Pudjiono

MODEL ARSITEKTUR POHON JENIS BINTANGUR (Calophyllum inophyllum L.) DI TAMAN HUTAN RAKYAT (TAHURA) SULTAN ADAM

Dina Naemah, Payung D., Zairin Noor, M, Yuniarti

USAHA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA DAN NILAI TAMBAH KERAJINAN PURUN Magdalena Yoesran, Gunawansyah, Arfa Agustina R

82-87 88-93 94-106 107-118 119-126 127-137 138-145 146-151 152-162 163-169 170-175 176-188

Jurnal Hutan Tropis Volume 2 No. 2 Juli 2014 ISSN 2337-7771

E-ISSN 2337-7992

(3)

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih dan penghargaan diberikan kepada para penelaah yang telah berkenan menjadi Mitra Bestari pada Jurnal Hutan Tropis Volume 2 No. 2 yaitu:

Prof. Dr. Drs. Adi Santoso,M.Si

(Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan, Kemenhut) Prof.Dr.Ir. Wahyu Andayani,M.Sc

(Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada) Prof.Dr.Hj.Nina Mindawati,M.S

(Puslitbang Produktivitas Hutan, Kementerian Kehutanan RI) Prof. Dr. Ir. Syukur Umar, DESS

(Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako) Prof. Dr. Ir. Baharuddin Mappangaja, M.Sc. (Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin)

Prof.Dr.Ir.H.M.Ruslan,M.S

(Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat) Dr.Ir. Satria Astana, M.Sc

(Puslitbang Perubaha nIklim dan Kebijakan, Kementerian Kehutanan RI) Dr. Ir. Kusumo Nugroho, MS

(Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian) Prof. Dr.Ir.Totok Mardikanto

(Universitas Sebelas Maret Surakarta) Prof.Dr.Ir.Sipon Muladi

(Fakultas Kehutanan, Universitas Mulawarman) Prof. Dr. Ir, Djamal Sanusi

(Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin) Dr. Sc. Agr. Yusran, S.P., M.P

(4)

Salam Rimbawan,

Jurnal Hutan Tropis Volume 2 Nomor 2 Edisi Juli 2014 kali ini menyajikan 12 buah artikel ilmiah hasil penelitian kehutanan.

Bakti Nur Ismuhajaroh meneliti pemecahan dormansi dan pertumbuhan kecambah Asam kuranji secara mekanis dengan pengapelasan dan kimiawi dengan perendaman asam sulfat (H2SO4).

Agustina Y.S. Arobaya, Maria J. Sadsoeitoeboen & Freddy Pattiselanno meneliti penggunaan kayu bakar sebagai sumber energi alternatif di Mamberamo Hulu, Papua.

Keragaman jenis satwa burung berdasarkan ketinggian tempat pada hutan desa Rambatu Kabupaten Seram bagian barat Provinsi Maluku diteliti oleh Anthonia Tuhumury, dan L. Latupapua.

Dian Diniyati meneliti Kondisi Dan Potensi Wisata Alam Di Wilayah Gunung Sawal Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Sementara itu Khairun Nisa dkk meneliti persepsi wisatawan dan masyarakat terhadap wisata alam di areal hutan pendidikan Unlam Mandiangin, Kalimantan Selatan.

Model penyuluhan berbasis pengelolaan DAS terpadu dengan pendekatan embedded case study

research seperti yang dilaksanakan oleh program

FEATI. Program FEATI (Farmer Empowerment

Throught Agricultural Technology and Information)

diteliti oleh Sugiyanto.

Marinus Kristiadi Harun menganalisis aspek sosial-ekonomi pengembangan getah jelutung sebagai Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) unggulan Provinsi Kalimantan Tengah.

Ajun Junaedi membuat estimasi jumlah karbon vegetasi yang hilang akibat kegiatan pemanenan kayu di Hutan Alam Tropis. Jumlah karbon yang hilang pada vegetasi tingkat pohon lebih tinggi (78,38%) dibandingkan tingkat tiang, pancang dan semai.

Sifat fisika mekanika papan partikel dari pelepah nipah (nyfa fruticans wurmb) dan serbuk gergaji dengan perekat urea formaldehyde diteliti oleh Noor Mirad Sari dkk.

Hamdan Adma Adinugraha dan S. Pudjiono melakukan Evaluasi Pertumbuhan Tanaman Uji Klon Jati Pada Umur 10 Tahun Di Wonogiri, Jawa Tengah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase hidup tanaman bervariasi 20-84%, rata-rata tinggi pohon 12,38 m, dbh 18,54 cm, tinggi batang bebas cabang 4,22 m, skor bentuk batang 2,38 dan taksiran volume pohon 0,258 m3.

Dina Naemah dkk meneliti model arsitektur pohon jenis Bintangur (calophyllum inophyllum l.) yang diketahui deskripsi mengenai unit arsitektur tampak batang pokok tumbuh monopodial dan orthotropik. Percabangan tumbuh orthotropik. Buah terletak di samping batang atau di ketiak daun yang di sebut bunga axial (flos axillaris atau flos lateralis). Bentuk daun pada pohon Bintangur berbentuk jorong (ovalis atau elipticus). Pohon dengan sifat-sifat tumbuh seperti ini sama dengan kriteria dari model arsitektur Rauh.

Magdalena Yoesran dkk meneliti usaha peningkatan produktivitas tenaga kerja dan nilai tambah kerajinan purun

Semoga hasil penelitian tersebut dapat menjadi pengetahuan yang bermanfaat bagi pembaca untuk dikembangkan di kemudian hari. Selamat Membaca.

Banjarbaru, Juli 2014 Redaksi,

KATA PENGANTAR

(5)

170

Jurnal Hutan Tropis Volume 2 No. 2 ISSN 2337-7771

E-ISSN 2337-7992 Juli 2014

MODEL ARSITEKTUR POHON JENIS BINTANGUR (Calophyllum

inophyllum L.) DI TAMAN HUTAN RAKYAT (TAHURA)

SULTAN ADAM

Arhitectural Model Trees type Bintangur (Calophyllum inophyllum l.)

In Grand Forest Park Sultan Adam

Dina Naemah

1)

, Payung D.

1)

, Zairin Noor, M

1)

, Yuniarti

2)

1)

Bagian Silvikultur Fakultas Kehutanan Unlam

2)

Bagian Teknologi Hasil Hutan Fakultas

Kehutanan Unlam

ABSTRACT. Found 23 architectural models that include various types of trees and other forest plants that are tropical

areas. Based on this knowledge and the introduction of tree species that were found in the forests of Indonesia, it can be stated that at least terapat 9 di Indonesia tree architecture model is a model Attims, Aubreville, Koriba, Massart, Prevost, Rauh, Roux, Scarrone and Troll. The objectives of this study might be expected to obtain a specific information provider to silvikulturis a diagnostic tool that can be trusted at the species level and later to determine the ecological profile of the species tree. Research has been done on Bintangur tree species can we see a pattern model of the architecture of the branches. Description of the architectural unit in the image above the main stem seems to grow Monopodial and orthotropik. Growing branching orthotropik. Fruit is located next to the trunk or in the armpit leaves a flower called axial (Floss Floss-axillary or lateral). Shape of the leaves on the trees Bintangur elliptic (elipticus or ovalis). Trees grow with properties such as the criteria of architectural models Rauh. Found in 2 (two) places on the distribution of tree species Bintangur is the area slopes gently sloping or flat, and on steep slopes.

Keywords : Architectural model, Bintangur, Forest Park, Calophyllum inophyllum

ABSTRAK. Dijumpai 23 model arsitektur yang meliputi berbagai jenis pohon dan tumbuhan hutan lainnya yang terdapat didaerah tropika. Berdasarkan pengetahuan ini dan pengenalan jenis-jenis pohon yang dijumpai di hutan Indonesia, maka dapat dinyatakan bahwa sekurang-kurangnya terapat 9 model arsitektur pohon di Indonesia yaitu model Attims, Aubreville, Koriba, Massart, Prevost, Rauh, Roux, Scarrone dan Troll. Tujuan dari penelitian ini diharapan akan diperoleh suatu informasi khusus kepada silvikulturis berupa alat pemberi diagnostik yang dapat dipercaya pada tingkat spesies dan nantinya untuk mengetahui profil ekologi dari jenis pohon tersebut. Penelitian yang telah di lakukan pada jenis pohon Bintangur dapat kita liat model arsitekturnya dari pola percabangannya. Diskripsi mengenai unit arsitektur pada gambar diatas yaitu tampak batang pokok tumbuh monopodial dan orthotropik. Percabangan tumbuh orthotropik. Buah terletak di samping batang atau di ketiak daun yang di sebut bunga axial (flos axillaris atau

flos lateralis). Bentuk daun pada pohon Bintangur berbentuk jorong (ovalis atau elipticus). Pohon dengan sifat-sifat

tumbuh seperti ini sama dengan kriteria dari model arsitektur Rauh. Terdapat di 2 (dua) tempat sebaran pada pohon jenis Bintangur yaitu pada daerah kelerengan yang datar dan pada kelerengan yang curam.

Kata Kunci : Model arsitektur, Bintangur, Taman Hutan, Calophyllum inophyllum Penulis untuk korespondensi, surel: dina_naemah@yahoo.com

(6)

171

Dina Naemah, dkk: Model Arsitektur Pohon Jenis Bintangur ...: 170-175

PENDAHULUAN

Indonesia terkenal sangat kaya akan jenis tumbuhan. Diperkirakan 25.000 jenis (spesies) tumbuhan berbunga atau berbiji menghuni hutan alam yang tersebar di sekitar 17.000 pulau. Dari jumlah tersebut, sekitar 4.000 jenis berupa pohon, yakni tumbuhan berkayu yang memiliki batang utama yang jelas terpisah dari tajuknya (Sutisna, et

al 1998).

Banyaknya jenis tumbuhan tersebut, masing-masing memiliki ciri khas tersendiri yang membedakannya dengan jenis lain. Perbedaan tersebut dapat saja terlihat secara kasat mata, yang merupakan perbedaan dari sifat morfologi atau kenampakan luar, maupun dengan bantuan alat untuk melihat struktur atau bagian kayu, yang merupakan perbedaan dari sifat anatomi kayu. Dari genus yang sama sekalipun, spesies yang ada di dalamnya memiliki karateristik sendiri. Hal inilah yang terkadang menyulitkan kita untuk membedakan jenis-jenis pohon di hutan.

Upaya untuk mampu mengenal ribuan jenis pohon tidak mudah dan tidak mungkin seseorang mampu mengenal sekaligus dari beribu-ribu jenis pohon di hutan karena kemampuan manusia sangatlah terbatas. Sutisna, et al (1998), menyatakan bahwa ada beberapa upaya untuk mempermudah pekerjaan mengenal jenis pohon diantaranya ialah pengenalan keanekaragaman sifat morfologis pohon dan klasifikasi pohon. Tidak kurang pula pentingnya, pengenalan pola pertumbuhan pohon dan kebiasaan tempat tumbuhnya.

Pengenalan vegetasi untuk identifikasi tumbuhan yaitu mengenal jenis tumbuhan secara praktis melalui ciri-ciri morfologi pohon atau kenampakan dari luar yang umum, khas dan mudah untuk diingat. Pengetahuan ini merupakan kunci dalam upaya memahami dan mengambil langkah dalam kegiatan-kegiatan seperti perkebunan, industri dan kehutanan. Kemampuan untuk mengenal secara cepat dan tepat merupakan suatu proses yang memerlukan waktu yang tidak singkat serta pengalaman tersendiri.

Dalam hidupnya tumbuhan akan menunjukan bentuk keseluruhan yang disebut model arsitektur. Kita dapat memastikan model arsitektur suatu pohon setelah masa pembungaan pertama (Oldeman, 1979). Hatta (1999) menyatakan bahwa dari model arsitektur pohon dapat diketahui kegunaan pohon secara ekonomis dan kebutuhan ekologi spesies. Model arsitektur pohon tersebut berhubungan dengan genetika dan lingkungan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan model arsitektur pohon dari jenis Bintangur (Calophyllum inophyllum L.). Dari penelitian ini nantinya diharapkan akan diperoleh suatu informasi khusus kepada silvikulturis berupa alat pemberi diagnostik yang dapat dipercaya pada tingkat spesies dan nantinya untuk mengetahui profil ekologi dari jenis pohon tersebut.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan Di Taman Hutan Raya (TAHURA) Sultan Adam, selama lebih kurang 2 bulan, dengan objek pengamatan adalah pohon Bintangur (Calophyllum inophyllum L.). Alat dan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah meteran untuk mengukur tinggi bebas cabang dan diameter tajuk, kamera untuk mengambil gambar objek, GPS untuk memasukkan titik koordinat, klinometer untuk menghitung kelerengan, peta dan alat tulis menulis.

Langkah-langkah kegiatan yang dilakukan adalah menentukan sampel, berupa jenis Bintangur (Calophyllum inophyllum L.) berupa pohon, tumbuh normal dan sehat secara alami pada 2(dua) kelerengan. Tinggi bebas cabang dan tinggi pohon keseluruhan dari tiap sampel diukur untuk mengetahui besarnya tinggi pohon sampai pada percabangan pertama pembentuk tajuk dan tinggi pohon dari pangkal sampai puncak tajuk, sedangkan pengukuran diameter tajuk ditukukan untuk melihat bentuk dari tajuk. Apabila bentuk tajuk simetris, diameter tajuk diukur pada 2 tepi tajuk berseberangan dengan posisi tegak lurus. Bila bentuk tajuk asimetris, diameter tajuk diukur dengan merata-ratakan besarnya diameter tajuk terpanjang

(7)

172

Jurnal Hutan Tropis Volume 2 No. 2, Edisi Juli 2014

dan terpendek.

Setelah pohon sampel diukur, dilakukan penggambaran sketsa keseluruhan pohon dari pangkal sampai tajuk teratas dan percabangan dengan batasan sampai anak cabang keempat dari batang pokok, dengan memperhatikan perkembangan batang pokok, percabangan ( letak cabang pada batang pokok, arah pertumbuhan cabang dan pembagian meristem cabang atau ranting) dan letak bunga. Penggambaran emmakai skala 1 : 200. Selanjutnya gambar sampel dibandingkan dengan model arsitektur yang sudah ada guna menentukan model.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian yang telah di lakukan pada jenis pohon Bintangur (Calophyllum inophyllum L.) dapat kita liat model arsitekturnya dari pola percabangannya. Gambar berikut menunjukkan pola percabangan untuk jenis pohon Bintangur (Calophyllum

inophyllum L.) dengan perbandingan skala 1 :

200. Pohon Bintangur (Calophyllum inophyllum L.) setelah di ukur diameter terpanjang dan terpendek, diperoleh diameter rata-rata tajuk sebesar 8,03 m. Sedangkan tinggi pohon kesuluruhan sebesar 13 m dan tinggi bebas cabang sebesar 4,92 m.

Gambar 1. Arsitektur Pohon Bintangur (Calophyllum inophyllum L.)

Figure 1. Tree architecture of Bintangur (Calophyllum inophyllum L.)

Pohon dengan sifat-sifat tumbuh seperti ini sama dengan kriteria dari model arsitektur Rauh, seperti tampak pada gambar berikut ini :

Gambar 2. Model Arsitektur Rauh

Figure 2. Rauh architecture model

Bintangur (Calophyllum inophyllum L.) mempunyai daun tunggal. Masih terdapat daun walaupun musim berbunga sudah berakhir namun masih terdapat buah yang dapat digunakan sebagai penentu letak bunga. Hal ini dapat dilihat pada Gambar berikut ini:

Gambar 3. Unit arsitektur pembentuk dari Pohon Bintangur (Calophyllum inophyllum L.).

Figure 3. Units forming the architecture of Bintangur (Calophyllum inophyllum L.) tree

Keterangan : a1 = batang pokok

a2 = cabang, a3 = buah

(8)

173

Dina Naemah, dkk: Model Arsitektur Pohon Jenis Bintangur ...: 170-175

gambar diatas yaitu tampak batang pokok tumbuh monopodial dan orthotropik. Percabangan tumbuh orthotropik. Buah terletak di samping batang atau di ketiak daun yang di sebut bunga axial (flos

axillaris atau flos lateralis). Bentuk daun pada pohon

Bintangur (Calophyllum inophyllum L) berbentuk jorong (ovalis atau elipticus).

Penelitian ini dilakukan di 2 (dua) tempat sebaran pada pohon jenis Bintangur (Calophyllum

inophyllum L.) yaitu pada daerah kelerengan yang

datar dan pada kelerengan yang curam. Kelerengan yang datar yaitu pada kelerengan 2 - 4% dan kelerengan yang curam pada kelerengan 34 - 35%. Penelitian untuk tempat sebaran yaitu mencari suatu sebaran individual yang ada di 2 (dua) tempat tersebut. Arsitektur pada daerah yang datar dan curam tidak terlihat adanya perbedaan untuk arsitektur pohonnya. Pertumbuhan di daerah yang landai sangatlah rapat dibandingkan pertumbuhan di daerah kelerengan yang curam.

Kelas kemiringan lereng diklasifikasikan menjadi kelas datar, landai, agak curam, curam dan sangat curam. Adapun klasifikasinya tersebut yaitu : · 0 – 8% = Datar

· 8 - 15% = Landai · 15 – 25% = Agak Curam · 25 – 40% = Curam

· > 40% = Sangat Curam

Pengamatan Pola Arsitektur Pohon pada jenis Bintangur (Calophyllum inophyllum L.) ini dapat dilihat pada gambar 1 yang dengan tinggi bebas cabang 4,92 m dan diameter tajuk rata-rata 8,03 m, tampak pertumbuhan batang yang orthotropik dan juga cabang – cabangnya tumbuh secara orthotropik. Unit-unit pembentuk model arsitektur dapat di lihat pada Gambar 3 dimana tampak pertumbuhan batang pokok yang bersifat monopodial dan orthotropik. Pada gambar tersebut juga dapat dilihat letak buah yang berada di ketiak daun dengan jumlah buah lebih dari satu.

Halle, et al (1975) menyatakan bahwa pada lingkungan normal bentuk pohon dapat dianggap sebagai indikator dari fungsi gen, kemudian

perubahan morfologis dapat dinyatakan sebagai indikator dari variasi - variasi fungsi tersebut dan Vester (1997) menyatakan bahwa pola percabangan dan diferensiasi cabang merupakan kriteria utama dalam analisa mengenai reaksi pohon terhadap pohon lain dan lingkungannya. Satu sisi reaksinya terhadap bentuk tajuk dan penyebaran daun – daun dalam menyerap sinar dan faktor pertumbuhan lainnya dan kemudian diteruskan pada tumbuhan – tumbuhan dibawahnya. Disisi lain, pertumbuhan bentuk dan pola penyebaran cabang – cabang merupakan salah satu alat di mana pohon dapat mengatur akibat pengaruh lingkungan. Simulasi dari pertumbuhan tanaman dan hubungannya dengan cahaya menunjukkan pentingnya pola percabangan.

Melihat dari sifat dan bagian pohon yang ada pada pohon Bintangur (Calophyllum inophyllum L.) maka dapat dinyatakan bahwa pohon Bintangur (Calophyllum inophyllum L.) termasuk ke dalam model arsitektur Rauh. Menurut Sutisna, et al (1998) arsitektur Rauh mempunyai ciri-ciri yaitu batang monopodial, percabangan ritmik. Cabang monopodial dan orthotropik. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 2.

Pohon Bintangur (Calophyllum inophyllum L.) mempunyai ciri-ciri lainnya yaitu daun tunggal dengan bunga atau buah terletak pada ketiak daun yang dikenal dengan bungan axial (flos axillaris atau

flos lateralis) dapat dilihat pada Gambar 3. Bentuk

daun pada pohon Bintangur (Calophyllum inophyllum L.) berbentuk jorong (ovalis atau elipticus).

Memperhatikan pola percabangan dan sifat genetis yang dimiliki pohon Bintangur (Calophyllum

inophyllum L.) maka tajuknya bersifat simetris

dengan tajuk membulat. Menurut Briscoe (1990), pengukuran diameter tajuk harus memperhatikan bentuk penampang melintang tajuk. Berdasarkan metode tersebut, pengukuran dengan posisi tegak lurus dan diperoleh rata-rata diameter tajuk sebesar 8,03 m.

Untuk memperhatikan perkembangan pola percabangan alangkah baiknya apabila kita juga memperhatikan perubahan yang terjadi selama pertumbuhan mulai dari semai sampai menjadi

(9)

174

Jurnal Hutan Tropis Volume 2 No. 2, Edisi Juli 2014

tingkat pohon untuk sebuah sampel pohon. Namun untuk melakukan itu di perlukan waktu yang lama sehingga terbentuknya model arsitektur yang tetap.

Penelitian ini dilakukan di 2 (dua) tempat sebaran pada pohon jenis Bintangur (Calophyllum

inophyllum L.) yaitu pada daerah kelerengan

yang datar dan pada kelerengan yang curam. Kelerengan yang datar yaitu pada kelerengan 2-4% dan kelerengan yang curam pada kelerengan 34-35%. Penelitian untuk tempat sebaran yaitu mencari suatu sebaran individual yang ada di 2 (dua) tempat tersebut. Arsitektur pada daerah yang datar dan curam tidak terlihat adanya perbedaan untuk arsitektur pohonnya. Pertumbuhan di daerah yang landai sangatlah rapat dibandingkan pertumbuhan di daerah kelerengan yang curam.

Kelerengan yang berbeda dilihat dari keberadaan individu pohon akan tetapi dapat kita lihat kelas klasifikasi kelerengan untuk kelerengan yang Datar yaitu terdapat pada kelerengan 0 – 8% dan untuk kelerengan yang Curam terdapat pada 25 – 40%. Penelitian yang didapat yaitu pada kelerengan 34 – 35% ini terdapat beberapa pohon Bintangur di kategorikan pada kelerengan yang Curam karena termasuk antara 25 – 40% dan terdapat beberapa pohon Bintangur di kelerengan 2 – 4% ini dikategorikan kelerengan Datar karena termasuk diantara 0 – 8%.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Pohon Bintangur (Calophyllum inophyllum L.) dapat di golongkan kedalam model arsitektur Rauh dengan ciri-ciri batang pokok tumbuh secara monopodial dan orthotropik. Percabangan ritmik, monopodial orthotropik serta buah yang terletak di ketiak daun (bunga axial).Sebaran Bintangur (Calophyllum inophyllum L.) ditemukan di 2 (dua) tempat yaitu pada daerah dengan kelerengan datar (2 – 4%) pada daerah kelerengan curam (34 – 35%).

Saran

Penelitian Arsitektur Pohon sebenarnya bukan hal baru, namun sangat jarang para peneliti khususnya di Indonesia untuk mengembangkannya. Sedangkan untuk keanekaragaman hayati di Indonesia sangatlah tinggi. Sebaiknya ada penelitian khusus untuk penelitian Arsitektur Pohon yang mengelompokkan seluruh pohon yang ada di Indonesia ke dalam Arsitektur Pohonnya masing-masing.

DAFTAR PUSTAKA

Halle dan F. Oldeman, R.A.A. 1975. An Essay on

The Arhitecture and Dinamycs of Growth of Tropical Trees. Penerbit Universiti Malaya,

Kuala Lumpur, Malaysia.

Hatta, G.M 1999. Sungkai (Peronema canescen) a

Promising Pioneer Tree : an experimental provenance study in Indonesia. PUDOC.

Wageningen, Belanda.

Http://fredstar81.wordpress.com/2012/02/28/leaflet-nyamplugbintangur/.

Jumin, H. B 1989. Ekologi Tanaman Suatu

Pendekatan Fisiologi. Rajawali Pers,

Jakarta.

Nurhidayah. 2009. Peran model arsitektur rauh dan nozeran terhadap parameter konservasi tanah dan air di hutan : Pagerwojo, Tulungagung.[disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. hlm 14-27.

Oldeman, R. A. A. 1979. Scale-drawing And

Architectural Analysis of Vegetations. Istitute

of Ecology Padjajaran University Bandung-Indonesia anda Departemen of Silviculture Agricultural University Wageningen-Belanda, Bandung.

Oldeman, R. A. A. 1986. Forest Ecology for

Silvicultural Design-Volume 1. Aagricultural

(10)

175

Dina Naemah, dkk: Model Arsitektur Pohon Jenis Bintangur ...: 170-175

Prof. Ir. Gembong Tjitroseoepomo. 1985. Morfologi

Tumbuhan. Fakultas Biologi Universtas

Gadjah Mada. Yogyakarta.

Rudjiman. 1993. Pengenalan jenis-jenis Pohon. Buku II. Departemen Kehutanan , Jakarta. Samingan, Tj. 1980. Dendrologi. Departemen

Botani Fakultas Pertanian. Istitut Pertanian Bogor. Bogor.

Steenis, C. G. G. J. 1981. Flora. PT pradnya Paramita, Jakarta

Sutisna, U. Kalima dan T. Purnadjaja. 1998. Seri

Manual Pedoman Pengenalan Pohon Hutan di Indonesia Yayasan PROSEA. Pusat

Diklat Pegawai dan SDM Kehutanan, Bogor. Vester, H. 1997. The Trees and The Forest –

The Role of Tree Architecture in Canopy Development; A Case Study in Secondary Forest (Araracuara, Colombia). Ponsen dan

Looijen B.V., Wageningen, Belanda. Ucapan Terimakasih

Terimakasih kepada UPT Taman Hutan Rakyat (Tahura) Sultan Adam atas ijin yang diberikan dalam melakukan penelitian ini.

Gambar

Gambar berikut menunjukkan pola percabangan  untuk jenis pohon Bintangur (Calophyllum  inophyllum  L.) dengan perbandingan skala 1 :  200

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengeksplorasi lebih mendalam tentang biaya dan pendapatan usaha hutan rakyat di Kabupaten Tanah Laut, maka penelitian ini dilaksanakandengan perumusan masalah

Turpepel menyukai tempat yang lembab gelap dan tempat yang kering gelap. Tempat yang gelap dapat membantu Turpepel untuk melindungi diri mereka dari pemangsa. Turpepel

Tingkat pertumbuhan klon-klon jati di plot uji klon Wonogiri sampai dengan umur 10 tahun secara umum adalah sebagai berikut: tinggi pohon total rata-rata 12,38 m,

Hasil penelitian menunjukkan Kadar air dari papan partikel hampir semuanya masuk standar SNI kecuali pada perlakuan A yaitu sebesar 16,74 %, semua perlakuan untuk kerapatan

Mengacu hal tersebut maka kawasan Hutan Pendidikan Mandiangin berpotensi dikembangkan sebagai daerah tujuan wisata karena memiliki keindahan pemandangan alam, sesuai

Namun, keberhasilan pengelolaannya tidak terlepas dari berbagai dinamika dan persoalan, seperti masih tingginya konflik antara masyarakat dan pemerintah, belum

Penelitian ini penting untuk mengetahui pola tanam yang dapat menghasilkan volume dan riap volume tegakan kayu bawang yang tinggi dan rekomendasi pemilihan jenis

Hasil yang diperoleh dari penelitian tentang identifikasi kesehatan bibit sengon yang telah dilaksanakan yaitu penyebab kerusakan yang paling dominan adalah penyakit pada