• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Hutan Tropis Volume 2 No. 2 Juli 2014 ISSN E-ISSN Berkala Ilmiah Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kehutanan DAFTAR ISI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Hutan Tropis Volume 2 No. 2 Juli 2014 ISSN E-ISSN Berkala Ilmiah Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kehutanan DAFTAR ISI"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Berkala Ilmiah Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kehutanan

PEMECAHAN DORMANSI DAN PERKECAMBAHAN ASAM KURANJI (Dialium indum L.) SECARA MEKANIS DAN KIMIAWI

Bakti Nur Ismuhajaroh

PENGGUNAAN KAYU BAKAR SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DI MAMBERAMO HULU, PAPUA Agustina Y.S. Arobaya, Maria J. Sadsoeitoeboen & Freddy Pattiselanno

KERAGAMAN JENIS SATWA BURUNG BERDASARKAN KETINGGIAN TEMPAT

PADA HUTAN DESA RAMBATU KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT PROVINSI MALUKU Anthonia Tuhumury, dan L. Latupapua

KONDISI DAN POTENSI WISATA ALAM DI WILAYAH GUNUNG SAWAL KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT Dian Diniyati

PERSEPSI WISATAWAN DAN MASYARAKAT TERHADAP WISATA ALAM DI AREAL HUTAN PENDIDIKAN UNLAM MANDIANGIN, KALIMANTAN SELATAN

Khairun Nisa, Hamdani Fauzi, dan Abrani

REKONSTRUKSI MODEL PENYULUHAN PERTANIAN DAN KEHUTANAN BERBASIS PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI TERPADU [STUDI KASUS DI TIGA DESA DI WILAYAH KABUPATEN MALANG] Sugiyanto

STRATEGI PENGEMBANGAN GETAH JELUTUNG SEBAGAI HHBK UNGGULAN Marinus Kristiadi Harun

ESTIMASI JUMLAH KARBON VEGETASI YANG HILANG AKIBAT KEGIATAN PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM TROPIS

Ajun Junaedi

SIFAT FISIKA MEKANIKA PAPAN PARTIKEL DARI PELEPAH NIPAH (Nyfa fruticans Wurmb) DAN SERBUK GERGAJI DENGAN PEREKAT UREA FORMALDEHYDE

Noor Mirad Sari, Violet Burhanuddin, Diana Ulfah, Lusyiani, & Rosidah

EVALUASI PERTUMBUHAN TANAMAN UJI KLON JATI PADA UMUR 10 TAHUN DI WONOGIRI, JAWA TENGAH Hamdan Adma Adinugraha dan S. Pudjiono

MODEL ARSITEKTUR POHON JENIS BINTANGUR (Calophyllum inophyllum L.) DI TAMAN HUTAN RAKYAT (TAHURA) SULTAN ADAM

Dina Naemah, Payung D., Zairin Noor, M, Yuniarti

USAHA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA DAN NILAI TAMBAH KERAJINAN PURUN

82-87 88-93 94-106 107-118 119-126 127-137 138-145 146-151 152-162 163-169 170-175 176-188

Jurnal Hutan Tropis Volume 2 No. 2 Juli 2014 ISSN 2337-7771

E-ISSN 2337-7992

(3)

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih dan penghargaan diberikan kepada para penelaah yang telah berkenan menjadi Mitra Bestari pada Jurnal Hutan Tropis Volume 2 No. 2 yaitu:

Prof. Dr. Drs. Adi Santoso,M.Si

(Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan, Kemenhut) Prof.Dr.Ir. Wahyu Andayani,M.Sc

(Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada) Prof.Dr.Hj.Nina Mindawati,M.S

(Puslitbang Produktivitas Hutan, Kementerian Kehutanan RI) Prof. Dr. Ir. Syukur Umar, DESS

(Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako) Prof. Dr. Ir. Baharuddin Mappangaja, M.Sc. (Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin)

Prof.Dr.Ir.H.M.Ruslan,M.S

(Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat) Dr.Ir. Satria Astana, M.Sc

(Puslitbang Perubaha nIklim dan Kebijakan, Kementerian Kehutanan RI) Dr. Ir. Kusumo Nugroho, MS

(Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian) Prof. Dr.Ir.Totok Mardikanto

(Universitas Sebelas Maret Surakarta) Prof.Dr.Ir.Sipon Muladi

(Fakultas Kehutanan, Universitas Mulawarman) Prof. Dr. Ir, Djamal Sanusi

(Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin) Dr. Sc. Agr. Yusran, S.P., M.P

(4)

Salam Rimbawan,

Jurnal Hutan Tropis Volume 2 Nomor 2 Edisi Juli 2014 kali ini menyajikan 12 buah artikel ilmiah hasil penelitian kehutanan.

Bakti Nur Ismuhajaroh meneliti pemecahan dormansi dan pertumbuhan kecambah Asam kuranji secara mekanis dengan pengapelasan dan kimiawi dengan perendaman asam sulfat (H2SO4).

Agustina Y.S. Arobaya, Maria J. Sadsoeitoeboen & Freddy Pattiselanno meneliti penggunaan kayu bakar sebagai sumber energi alternatif di Mamberamo Hulu, Papua.

Keragaman jenis satwa burung berdasarkan ketinggian tempat pada hutan desa Rambatu Kabupaten Seram bagian barat Provinsi Maluku diteliti oleh Anthonia Tuhumury, dan L. Latupapua.

Dian Diniyati meneliti Kondisi Dan Potensi Wisata Alam Di Wilayah Gunung Sawal Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Sementara itu Khairun Nisa dkk meneliti persepsi wisatawan dan masyarakat terhadap wisata alam di areal hutan pendidikan Unlam Mandiangin, Kalimantan Selatan.

Model penyuluhan berbasis pengelolaan DAS terpadu dengan pendekatan embedded case study

research seperti yang dilaksanakan oleh program

FEATI. Program FEATI (Farmer Empowerment

Throught Agricultural Technology and Information)

diteliti oleh Sugiyanto.

Marinus Kristiadi Harun menganalisis aspek sosial-ekonomi pengembangan getah jelutung sebagai Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) unggulan Provinsi Kalimantan Tengah.

Ajun Junaedi membuat estimasi jumlah karbon vegetasi yang hilang akibat kegiatan pemanenan kayu di Hutan Alam Tropis. Jumlah karbon yang hilang pada vegetasi tingkat pohon lebih tinggi (78,38%) dibandingkan tingkat tiang, pancang dan

Sifat fisika mekanika papan partikel dari pelepah nipah (nyfa fruticans wurmb) dan serbuk gergaji dengan perekat urea formaldehyde diteliti oleh Noor Mirad Sari dkk.

Hamdan Adma Adinugraha dan S. Pudjiono melakukan Evaluasi Pertumbuhan Tanaman Uji Klon Jati Pada Umur 10 Tahun Di Wonogiri, Jawa Tengah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase hidup tanaman bervariasi 20-84%, rata-rata tinggi pohon 12,38 m, dbh 18,54 cm, tinggi batang bebas cabang 4,22 m, skor bentuk batang 2,38 dan taksiran volume pohon 0,258 m3.

Dina Naemah dkk meneliti model arsitektur pohon jenis Bintangur (calophyllum inophyllum l.) yang diketahui deskripsi mengenai unit arsitektur tampak batang pokok tumbuh monopodial dan orthotropik. Percabangan tumbuh orthotropik. Buah terletak di samping batang atau di ketiak daun yang di sebut bunga axial (flos axillaris atau flos lateralis). Bentuk daun pada pohon Bintangur berbentuk jorong (ovalis atau elipticus). Pohon dengan sifat-sifat tumbuh seperti ini sama dengan kriteria dari model arsitektur Rauh.

Magdalena Yoesran dkk meneliti usaha peningkatan produktivitas tenaga kerja dan nilai tambah kerajinan purun

Semoga hasil penelitian tersebut dapat menjadi pengetahuan yang bermanfaat bagi pembaca untuk dikembangkan di kemudian hari. Selamat Membaca.

Banjarbaru, Juli 2014 Redaksi,

KATA PENGANTAR

(5)

152

Jurnal Hutan Tropis Volume 2 No. 2 ISSN 2337-7771

E-ISSN 2337-7992 Juli 2014

SIFAT FISIKA MEKANIKA PAPAN PARTIKEL

DARI PELEPAH NIPAH (Nyfa fruticans Wurmb) DAN SERBUK

GERGAJI DENGAN PEREKAT UREA FORMALDEHYDE

Physical-mechanical Properties of Particle Boards Made From Nipah

(Nyfa fruticans wurmb) and Sawdust with Urea Formaldehyde Adhesive

Noor Mirad Sari, Violet Burhanuddin, Diana Ulfah, Lusyiani, & Rosidah

Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat

Jl. A. Yani KM 36 Kotak Pos 19, Banjarbaru, Kalimantan Selatan

ABSTRACT. This study aims to determine the physical and mechanical properties of boards made from palm

midrib and sawdust that include density, water content, water absorption, thickness development, modulus of elasticity and modulus of rupture. The activities of researching and testing were carried out at the Laboratory of Forest Products Technology in terms of the manufacture of particles while the testing of the mechanical and physical properties was conducted at the Center for Research and Industrial Standardization in Banjarbaru. The testing of these particles’ physical properties included the testing water content, density, water absorption and thickness development while for the the mechanical properties, the testing included the testing of MOE and MOR. The findings suggest that water content of almost all the particle boards complies with the standards of SNI (Indonesian National Standards) except for treatment A, which amounts to 16.74%, all treatments in terms of the density have met the standards of SNI, i.e. ranging from 0.40 kg/ cm2 - 0.90 kg/cm2, water absorption that

complies with the standards of SNI is that in treatment D by 28.88% and 23.42%, the range of values for thickness development, i.e. between 3.82% to 12.29%, has met the standards of SNI, neither of the MOE mechanical properties meets the standards of SNI except for MOR in treatment D which equals to 85.43 kg/ cm2.

Keywords: Physical and Mechanical Properties, Nipah Midrib and Sawdust, Urea Formaldehyde

ABSTRAK. Penelitian bertujuan untuk mengetahui sifat fisika dan mekanika papan buatan dari pelepah nipah dan serbuk gergaji yang meliputi kerapatan, kadar air, penyerapan air, pengembangan tebal, keteguhan lengkung dan keteguhan patah. Penelitian dan pengujian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Hutan untuk pembuatan partikel, dan pengujian sifat fisik mekanik dilakukan di Balai Riset dan Standarisasi Industri Banjarbaru. Pengujian sifat fisik yang meliputi pengujian kadar air, kerapatan, penyerapan air dan pengembangan tebal, pengujian sifat mekanik meliputi pengujian MOE dan MOR. Hasil penelitian menunjukkan Kadar air dari papan partikel hampir semuanya masuk standar SNI kecuali pada perlakuan A yaitu sebesar 16,74 %, semua perlakuan untuk kerapatan telah memenuhi standar SNI yaitu 0,40 kg/cm2 – 0,90 kg/cm2, penyerapan air yang masuk standar SNI adalah perlakuan D yaitu 28,88 % dan 23,42 %, kisaran nilai perlakuan pengembangan tebal 3,82 % - 12,29 % telah memenuhi standar SNI, semua sifat mekanika MOE tidak ada yang memenuhi standar SNI kecuali pada MOR untuk perlakuan D yaitu sebesar 85,43 kg/cm2.

Kata kunci: Sifat Fisik Mekanik, Pelepah Nipah dan Serbuk Gergaji, Urea Formaldehide Penulis untuk korespondensi, surel:noor_miradsari@yahoo.co.id

(6)

153

Noor Mirad Sari, dkk: Sifat Fisika Mekanika Papan Partikel dari Pelepah ...: 152-162

PENDAHULUAN

Papan partikel adalah produk panel yang dihasilkan dengan memanfaatkan partikel-partikel kayu dan sekaligus mengikatnya dengan satu perekat (Haygreen, 1986 dalam Wulandari T. F, 2009). Papan partikel merupakan salah satu produk papan komposit yang ramah lingkungan, karena bahan bakunya berasal dari berbagai limbah. Limbah-limbah yang biasa digunakan sebagai bahan baku papan partikel adalah limbah kehutanan, pertanian, perkebunan dan limbah rumah tangga.

Saat ini masalah limbah kayu mulai mendapat perhatian yang lebih besar dari para pengusaha kayu. Hal ini terjadi akibat munculnya kecenderungan bahwa bahan baku industri perkayuan semakin berkurang. Oleh karena itu, volume limbah kayu perlu ditekan seminimal mungkin yaitu dengan melakukan kegiatan pemanenan yang tepat maupun melalui pemanfaatan limbah.

Salah satu upaya pemanfaatan limbah kayu adalah dengan menjadikannya sebagai bahan baku papa partikel (Walker 1993). Papan partikel adalah produk panel yang terbuat dari bahan berlignoselulosa temasuk kayu utamanya dalam bentuk partikel yang direkatkan dengan resin sintetis di bawah pengempaan panas (Maloney 1993). Resin sintesis yang selama ini sering digunakan pada umumnya urea formaldehide (UF) dan phenol formaldehide (PF).

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memafaatkan limbah tersebut adalah mengolahnya menjadi papan partikel. Papan partikel dari pelepah nipah dan serbuk gergajian merupakan alternative pemanfaat limbah menjadi produk panel kayu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sifat fisika dan mekanika papan partikel dari pelepah nipah dan serbuk gergajian yang meliputi pengujian kadar air, kerapatan, penyerapan air, pengembangan tebal, MOE dan MOR.

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Balai Riset dan Standardisasi, Banjarbaru. Waktu yang diperoleh

selama ± 3 bulan mulai dari persiapan bahan baku, pelaksanaan penelitian sampai penyusunan laporan.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pelepah Nipah, Limbah serbuk gergajian, Perekat UF (Urea Formaldehida), Air untuk merendam contoh uji.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : Cetakan, Saringan, Universal Testing Machine, Bak, Oven, Hot press, Pisau, Timbangan, Kaliper, Jerigen, Waterbath, Gergaji, Alat tulis menulis, Kamera.

Prosedur Penelitian

Persiapan Bahan Baku

Pembuatan partikel pelepah nipah (Nyfa fruticans wurmb)

Pelepah nipah yang akan dipakai untuk pembuatan papan sebelumnya dikuliti kemudian diiris tipis-tipis dengan menggunakan pisau. Selanjutnya partikel nipah dijemur sampai kering di bawah sinar matahari,. Partikel nipah yang sudah kering kemudian dipisah-pisahkan dengan menggunakan tangan.

Serbuk kayu gergajian diayak dengan menggunakan ayakan 20 mesh dan tertahan pada ayakan 40 mesh dan kemudian direndam di air selama 24 jam, dengan tujuan untuk mengurangi kadar zat ektraktif yang dapat mempengaruhi keteguhan rekat, kemudian serbuk dijemur sampai kering.

Penentuan Komposisi

Penentuan komposisi partikel dan perekat dihitungh berdasarkan berat kering tanur. Hasil papan yang diinginkan berukuran 25 cm x 25 cm x 1 cm, kerapatan yang diinginkan 0,6 gr/cm3. Menurut Sastradimadja (1990), jumlah tersebut dihitung menurut persamaan :

Volume papan x kerapatan papan = jumlah keseluruhan bahan (gram)

(7)

154

Jurnal Hutan Tropis Volume 2 No. 2, Edisi Juli 2014

Dimana :

Volume papan = 25 x 25 x 1 cm = 625 cm3 Kerapatan papan = 0,6 gr/cm3

Berdasarkan rumusan di atas maka untuk papan partikel 25 x 25 x 1 cm3 diperlukan bahan seberat : 625 cm3 x 0,6 cm3 = 375 gram/papan.

Kemudian pada masing-masing perlakuan ditambahkan perekat sebanyak 10% dari berat kering partikel.

Pembuatan Lembaran Papan

Serat dan partikel diletakkan di dalam bak kemudian dicampur dengan perekat hingga merata, setelah itu hasil campuran dimasukkan ke dalam cetakan atau matter dan diberi penutup kayu serta tekanan awal atau press dingin hingga permukaan menjadi rata. Selanjutnya dimasukkan ke dalam tahap presser panas dengan suhu ±800C selama 7 menit, kemudian mat papan dikeluarkan dari presser dan kemudian memasuki tahap pengkodisian. Pengkondisian

Papan yang telah dikeluarkan dari presser diletakkan di dalam ruangan dengan suhu kamar selama 7 hari.

Pembuatan Contoh Uji

Papan yang telah mengalami pengkodisian, dipotong-potong untuk dibuat sampel uji sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI – 2006). A. Sampel sifat fisik yang diuji adalah kerapatan,

kadar air, penyerapan air dan pengembangan tebal.

B. Sampel sifat mekanik yang diuji adalah keteguhan patah (MoR) dan keteguhan lentur (MOE).

Pengujian Sifat Fisika dan Mekanika

1. Sifat Fisika a. Kadar Air

Menimbang berat awal contoh uji, kemudian mengeringkan ke dalam oven dengan suhu

103 ± 20C selama 24 jam dan ditimbang untuk mendapatkan berat kering tanur, kemudian dihitung dengan persamaan berikut (Haygreen & Bowyer, 1989) :

x 100% Dimana : KA = Kadar Air (%)

Ba = Berat awal contoh uji (gr) Bb = Berat kering tanur (gr) b. Kerapatan

Menimbang berat masing-masing contoh uji dan mengukur dimensinya yaitu panjang, lebar, dan tebal, kemudian dihitung dengan persamaan berikut (Haygreen & Bowyer, 1989) :

(gr/cm3)

Dimana : = Kerapatan papan serat (gr/cm) M = Berat contoh uji (gr)

V = Volume contoh uji (cm3) c. Penyerapan Air

Menimbang berat awal contoh uji, kemudian direndam selama 24 jam dan melakukan kembali penimbangan berat setelah dihitung dengan persamaan berikut (Haygreen & Bowyer, 1989) :

x 100% Dimana :

= Penyerapan air (%)

M1 = Berat contoh uji sebelum perendaman (gr)

M2 = Berat contoh uji setelah perendaman (gr) d. Pengembangan Tebal

Mengukur tebal contoh uji, kemudian direndam dalam air selama 24 jam dalam waterbath, setelah itu diukur kembali tebalnya dan menghitung pengembangan tebal dengan persamaan sebagai berikut (Haygreen & Bowyer, 1989) :

(8)

155

Noor Mirad Sari, dkk: Sifat Fisika Mekanika Papan Partikel dari Pelepah ...: 152-162

x 100% Dimana :

= Pengembangan Tebal (%)

T1 = Tebal contoh uji sebelum direndam (gr) T2 = Berat contoh uji setelah direndam (gr) 2. Pengujian Sifat Mekanik

a. Keteguhan Lentur

Contoh uji diletakkan sangga pada UTM dan diberi beban penyangga, jarak sangga dan dimensi contoh uji kemudian dihitung dengan persamaan sebagai berikut (Haygreen & Bowyer, 1989) :

Dimana :

= Keteguhan elastisitas (kg/cm2) ΔF = Beban pada batas proporsi (kg) Δf = Defleksi batas proporsi (cm) S = Jarak sangga (cm)

L = Lebar contoh uji (cm) t = Tebal contoh uji (cm) b. Keteguhan Patah

Contoh uji diletakkan di atas sangga pada UTM dan diberi beban maksimum hingga patah, kemudian diukur beban maksimum jarak sangga dan dimensi contoh uji dan dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

Dimana :

= Keteguhan patah (kg/cm2) Fmaks = Beban maksimum (kg) S = Jarak sangga (cm) l = Lebar contoh uji (cm) t = Tebal contoh uji (cm)

Analisis Data

Penelitian ini menggunakan model rancangan acak lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 3

ulangan, perlakuan tersebut adalah: A = 100% pelepah nipah

B = 75% pelepah nipah + 25 % serbuk gergaji C = 50% pelepah nipah + 50% serbuk gergaji D = 25% pelepah nipah + 75% serbuk gergaji E = 100 % serbuk gergaji

Model umum rancangan percobaan yang digunakan menurut Hanafiah KA (1991) adalah :

Yij = µ + ơi + Eij Dimana :

Yij = Nilai pengamatan pada perlakuan ke i ulangan ke j

µ = Nilai rata-rata ơi =Pengaruhfaktor ke i Eij = Kesalahan percobaan

Sebelum data dianalisis, dilakukan uji pendahuluan yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Untuk mengetahui pengaruh campuran antara serat dan serbuk kayu gergajian dilakukan uji F dengan analisis keragaman seperti pada Tabel 1.

Tabel 1. Analisis Sidik Ragam

Table 1. The Analysis of Variance

Sumber Keragaman Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F hitung F tabel 5 % 1% Perlakuan t-1 JKP KTP KTP/KTS Sisa t(r-1) JKS KTS Total t.r-1 JKY

HASIL DAN PEMBAHASAN

SIFAT FISIKA PAPAN PARTIKEL

Kadar Air

Pada umumnya kadar air papan partikel lebih rendah daripada kadar air bahan baku/kayunya. Hal ini terjadi sebagai akibat dari perlakuan panas yang diterima papan pada saat pengempaan panas (Massijaya et al. 1999). Namun demikian pada penelitian ini kadar air papan partikel yang dihasilkan lebih tinggi jika dibandingkan kadar air bahan baku partikel kayu penyusunnya (7% menjadi 11,99%

(9)

156

Jurnal Hutan Tropis Volume 2 No. 2, Edisi Juli 2014

bahkan ada yang 16,74) (Gambar 1).

Nilai rerata kadar air papan partikel untuk perlakuan B,C,D dan E memenuhi standar SNI 2006 yaitu tidak lebih dari 14 % kecuali perlakuan A yaitu sebesar 16,74 %. Kadar air yang tinggi akan menghambat proses perekatan antara partikel dan perekat, hal ini di sebabkan karena pori-pori partikel masih banyak terisi air, sehingga perekat akan mengalami kesulitan untuk masuk kedalam pori pori ( Wulandari, F.T 2009). Ukuran partikel yang tidak seragam juga mempengaruhi kadar air. Demikian pula pada saat pengkodisian papan partikel masih memiliki sifat higroskopis artinya dapat menyerap atau melepaskan air dari lingkungannya. Penggunaan perekat cair juga dapat meningkatkan kadar air 4 %- 6 % (Haygreen dan Bowyer 2003).

Faktor pengepresan yang menggunakan hot press juga mempengaruhi nilai kadar air, baik dari segi lamanya waktu pengepresan serta suhu panas terhadap lembaran mat. Menurut Maloney (1993) kadar air papan partikel di tentukan oleh lamanya waktu pengempaan dan tingginnya suhu plat kempa panas yang mendorong keluarnya uap air dari system atau metric partikel dalam papan partikel.

Berdasarkan hasil analisa keragaman terlihat bahwa factor bahan baku, dan perekat tidak menunjukkan pengaruh yang nyata

Kerapatan

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa nilai kerapatan papan partikel yang dihasilkan cukup bervariasi antara 0,53 – 0,70 g/cm3. Kerapatan yang dihasilkan ada yang berada di bawah sasaran dan ada yang berada di atas sasaran (0,6 g/cm3).

Pada gambar 2 memperlihatkan nilai rerata kerapatan papan partikel yang dihasilkan memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI 2006) yaitu 0,4 - 0,9 g/cm3.

Gambar 1. Rata - rata hasil pengujian kadar air dari campuran pelepah nipah dan serbuk gergaji dengan perekat urea formaldehida (%)

Figure 1. The Mean of the Test Results for the Water Content of Palm Midrib and Sawdust Mixture with

(10)

157

Noor Mirad Sari, dkk: Sifat Fisika Mekanika Papan Partikel dari Pelepah ...: 152-162

Gambar 2. Rata- rata hasil pengujian kerapatan dari campuran pelepah nipah dan serbuk gergaji dengan perekat urea formaldehida (gr/cm3)

Figure 2. The Mean of the Test Results for the Density of Palm Midrib and Sawdust Mixture with Urea Formaldehyde Adhesive (g/ cm3)

pernyataan Sutigno (1994) dalam Putra E (2011) yang menyatakan bahwa jumlah dan keadaan bahan pada hamparan bersama sama dengan teknik pengempaan mempengaruhi kerapatan papan partikel. Selain itu penyesuaian kadar air papan terjadi pada saat pengkondisian sehingga terjadi kenaikan tebal papan yang pada akhirnya menyebabkan menurunnya kerapatan papan partikel. Kerapatan akhir papan partikel di pengaruhi oleh beberapa factor seperti jenis kayu kerapatan,, besarnya tekanan kempa, jumlah partikel, kadar perekat serta bahan tambahan lainnya (Kelly 1997 dalam Sidabutar 2000).

Berdasarkan hasil analisa keragaman menunjukkan bahwa factor bahan baku dan perekat tidak memberikan pengaruh yang nyata.

Penyerapan Air

Nilai rerata penyerapan air papan partikel setelah direndam 24 jam disajikan pada gambar 3.

Nilai kerapatan Tertinggi terdapat pada perlakuan B yaitu sebesar 0,7 g/cm3. Tingginya nilai kerapatan papan partikel pada perlakuan B karena pelepah nipah memiliki kemampuan penyerapan perekat yang lebih tinggi . Hal ini di sebabkan karena pelepah nipah memiliki pori-pori yang lebih besar daripada serbuk gergaji sehingga memudahkan perekat masuk kedalam pori-pori kayu, di samping itu juga tebal dind ing sel berpengaruh terhadap nilai kerapatan papan partikel. Hal ini sesuai dengan pernyataan wulandri TW (2009) yang mengatakan bahwa semakin tinggi tebal dinding sel semakin tidak mudah di masuki perekat.

Nilai kerapatan yang berada dibawah dan diatas sasaran (0,6 g/cm3) di duga karena adanya spring back atau usaha pembebasan dari tekanan yang di alami pada waktu pengempaan. Kerataan penyebaran partikel juga sangat berpengaruh terhadap kerapatan yang di hasilkan . Semakin rata maka kerapatan yang di hasilkan akan semakin baik ( Putra Erwinsyah, 2011). Hal ini di dukung

(11)

158

Jurnal Hutan Tropis Volume 2 No. 2, Edisi Juli 2014

Gambar 3. Rata - rata hasil pengujian penyerapan air dari campuran pelepah nipah dan serbuk gergaji dengan perekat urea formaldehida

Figure 3. The Mean of the Test Results for the Water Absorption of Palm Midrib and Sawdust Mixture with Urea Formaldehyde Adhesive

maka akan mengakibatkan ikatan antar partikel semakin padat dan kompak dan sedikit celah yang terjadi antar partikel sehingga peluang masuknya air relatif kecil. Perlakuan perendaman menyebabkan penurunan nilai penyerapan air, hal ini di duga karena perekat yang masuk ke dalam rongga partikel nipah semakin banyak sehingga ikatan rekat antar partikel semakin kuat yang menyebabkan tidak adanya lagi ruang kosong yang dapat di masuki air. Muharram (1995) mengemukakan bahwa kontak antar partikel semakin rapat, uap air akan sulit masuk kedalam partikel.

Hasil analisa sidik ragam menunjukkan bahwa factor jenis bahan baku dan perekat mempengaruhi penyerapan air papan partikel yang dihasilkan.

Pengembangan Tebal

Nilai rerata pengembangan tebal papan partikel setelah direndam selama 24 jam disajikan pada gambar 4.

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa nilai penyerapan air papan partikel yang dihasilkan cukup bervariasi antara 44,33 % - 23,42 %. Nilai yang tertinggi terdapat pada perlakuan A yaitu sebesar 44,33% dan nilai yang terendah terdapat pada perlakuan E yaitu sebesar 23,42 %.

Pelepah nipah mempunyai penyerapan paling besar yaitu sebesar 44,33 % terdapat pada perlakuan A. Hal ini di duga karena karena pori-pori pelepah nipah yang besar sehingga bahan perekat tidak sepenuhnya memenuhi dapat menutupi pori pori pelepah nipah sehingga berpengaruh terhadap penyerapan air. Jufriah (2005) mengemukakan kayu yang mempunyai kerapatan rendah cenderung mempunyai sifat menyerap dan melepaskan air yang lebih tinggi dibandingkan dengan kayu yang mempunyai kerapatan tinggi.

Penyerapan air yang masuk Standar Nasional Indonesia (SNI) yaitu 10 – 30 % terdapat pada perlakuan D dan E. Penyerapan air banyak di pengaruhi berbagai factor antara lain kerapatan papan, dimana semakin tinggi kerapatan papan

(12)

159

Noor Mirad Sari, dkk: Sifat Fisika Mekanika Papan Partikel dari Pelepah ...: 152-162

Gambar 4. Rata - rata hasil pengujian pengembangan tebal dari campuran pelepah nipah dan serbuk gergaji dengan perekat urea formaldehida

Figure 4. The Mean of the Test Results for the Thickness Development of Palm Midrib and Sawdust Mixture with Urea Formaldehyde Adhesive

kerusakan pada ikatan yang di sebabkan oleh air dan kelembaban. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) semua nilai pengembangan tebal masuk dalam standar SNI. Karna menurut SNI 2006 untuk papan partikel tipe 8 dengan perekat Urea formaldehyde tidak dipersyaratkan.

Hasil analisa sidik ragam menunjukkan bahwa factor bahan baku tidak memberikan pengaruh yang nyata pada pengembangan tebal.

Sifat Mekanika Kayu

Modulus of Elasticity (MOE)

Pengujian Modulus Of Elasticity (MOE) merupakan ukuran ketahanan papan dalam menhan beban sebelum patah sampai batas proporsi. Semakin tinggi nilai MOE maka akan semakin elastis.

Pada gambar 5 menunjukkan bahwa semua nilai MOR tidak memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI 2006) minimal 20.000 kg/cm2.

Pengembangan tebal di lakukan untuk mengetahui perubahan dimensi papan dengan bertambahnya ketebalan dari papn tersebut. Pengembangan tebal ini menentukan suatu papan dapat di gunakan untuk keperluan eksterior atau interior. Pengembangan tebal yang tinggi pada papan partikel tidak dapat di gunakan untuk keperluan eksterior karena memiliki stabilitas dimensi produk yang rendah dan sifat mekanisnya Nilai pengembangan tebal tertinggi terdapat pada perlakuan A yaitu sebesar 12,29%. Menurut Setiawan (2008) bahwa pengembangan tebal di duga karena ada hubungan dengan adsorbsi air, karena semakin banyak air yang di adsorbs dan memasuki struktur partikel maka kan semakin banyak pula perubhan dimensi yang di hasilkan, hal tersebut di buktikan dengan besarnya nilai daya serap air yang tinggi.

Berdsarkan sifat perekat urea formaldehyde yang di gunakan menurut Maloney (1993) menyatakan bahwa terdapat ke lemahan utama perekat urea formaldehyde yaitu terjadinya

(13)

160

Jurnal Hutan Tropis Volume 2 No. 2, Edisi Juli 2014

Gambar 5. Rata - rata pengujian Modulus of Elasticity dari campuran pelepah nipah dan serbuk gergaji dengan perekat urea formaldehida (kg/cm2 )

Figure 5. The Mean of the Test Results for the Modulus of Elasticity of Palm Midrib and Sawdust Mixture with Urea Formaldehyde Adhesive (kg/ cm2)

yang berupa spon yang bersifat tidak memberikan kekiuatan sehingga akan menghasilkan menghasil-kan kekuatan yang rendah dan banyak memerlumenghasil-kan perekat.

Berdasarkan hasil analisa sidik ragam bahwa perlakuan bahan baku dan perekat memberikan peengaruh yang nyata terhadap Modulus of

elasticity (Keteguhan Lentur).

Modulus of Rupture (MOR)

Modulus of Rupture (Keteguhan Patah) merupakan kemampuan papan untuk menahan beban hingga batas maksimum yang dapat ditahan persatuan luas sampai patah.

Nilai rata-rata MOR berkisar antara 28,79- 85,43 kg/cm2, dimana nilai MOE tertinggi terdapat pada perlakuan D yaitu sebesar 85,43 kg/cm2 dan nilai yang terendah terdapat pada perlakuan A yaitu sebesar 28,79 kg/cm2, dapat dilihat pada Gambar 6. Nilai MOE tertinggi terdapat pada perlakuan

E yaitu sebesar 8.066,79 kg/cm2 dan yang terendah pada perlakuan A yaitu 1004,46 kg/cm2. Bervariasinya nilai MOE di duga di sebabkan oleh ukuran partikel yang di gunakan dalam pembuatan papan partikel tidak seragam., sehingga dib duga kandungan debu cukup tinggi akibatnya distribusi perekat tidak merata dan lebih banyak menutupi permukaan debu, akibatnya ikatan antar partikelnya kurang kompak. Haygreen dan Bowyer (1996) menyatakan bahwa selain kerapatan, kadar perekat, geometri partikel merupakan cirri utama yang menentukan sifat MOE yang di hasilkan., selain itu tekanan dan lamanya waktu kempa yang kurang optimal juga merupakan penyebab rendahnya nilai MOE. Maloney (1993) menyatakan nilai MOE dipengaruhi oleh kandungan dan jenis perekat yang di gunakan, daya ikat perekat, dan panjang serat.

Faktor lain yang mempengaruhi rendahnya nilai MOE di sebabkan oleh masih banyaknya pith yang tidak terbuang. Hesh (1973) dalam Muharam (1995) menyatakan bahwa pith merupakan bahan

(14)

161

Noor Mirad Sari, dkk: Sifat Fisika Mekanika Papan Partikel dari Pelepah ...: 152-162

Gambar 6. Rata - rata pengujian Modulus of Rupture dari campuran pelepah nipah dan serbuk gergaji dengan perekat urea formaldehida (kg/cm2 )

Figure 6. The Mean of the Test Results for the Modulus of Rupture of Palm Midrib and Sawdust Mixture with Urea Formaldehyde Adhesive (kg/ cm2)

Hasil analisa sidik ragam menunjukkan bahwa factor kombinasi bahan baku dan perekat memberikan pengaruh yang nyata terhadap MOR.

SIMPULAN

Kadar air dari papan partikel hampir semuanya masuk standar SNI kecuali pada perlakuan A yaitu sebesar 16,74 %. Semua perlakuan untuk kerapatan telah memenuhi standar SNI yaitu 0,40 kg/cm2 – 0,90 kg/cm2. Penyerapan air yang masuk standar SNI adlah perlakuan D yaitu 28,88 % dan 23,42 %. Kisaran nilai perlakuan pengembangan tebal 3,82 % - 12,29 % telah memenuhi standar SNI. Semua sifat mekanika MOE tidak ada yang memenuhi standar SNI sedangkan MOR untuk perlakuan D yaitu sebesar 85,43 kg/cm2, yang masuk Standar SNI yaitu sebesar 82 kg/cm2.

Nilai rata-rata tertinggi MOR terdapat pada perlakuan D yaitu sebesar 85,43 kg/cm2 yaitu campuran serbuk gergaji dan pelepah nipah. Nilai MOR meningkat dengan perlakuan perendaman di duga karena zat ekstraktif yang terkandung di dalam partikel serbuk gergaji telah larut dalam air sehinbgga daya rekat perekat semakin baik. Muharam (1995) mengemukakan bahwa semakin rapat dan semakin luasnya daerah kontak antar partikel akan menghasilkan kekuatan lembaran yang tinggi. Semakin tinggi kerapatan papan partikel yang dihasilkan maka sifat keteguhan patah papan partikel juga akan semakin tinggi (Haygreen dan Bowyer 1996). Faktor yang mempengaruhi keteguhan patah papan partikel adalah berat jenis, geometri partikel, kadar perekat, kadar air, prosedur kempa (Koch 1972 dalam Nurywan 2007).

Hanya perlakuan D yaitu 85,43 kg/cm2 yang masuk dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) yaitu Minimal 82 kg/cm2.

(15)

162

Jurnal Hutan Tropis Volume 2 No. 2, Edisi Juli 2014

DAFTAR PUSTAKA

Bowyer Jl, Shmulsky, Haygreen JG. 2003. Forest

Product and Wood Science – An Introduction, Fourth edition. Iowa State University Press.

Erwinsyah Putra, 2011. Kualitas Papan Partikel

Batang Bawah Batang Atas dan Cabang Kayu Jabon (Anthocephalus cadamba miq.)

Hadi, Y.S. 1987. Pengenalan Beberapa Perekat

Kayu. Jurusan Teknologi Hasil Hutan

fakultas Kehutanan IPB, Bogor.

Haygreen, J.G dan J.L bowyer. 1993. Hasil Hutan

dan Ilmu Kayu. Suatu Pengantar. Universitas

Gadjah Mada, Yogyakarta.

Haygreen JG dan Bowyer JL. 1996. Hasil Hutan

dan Ilmu Kayu : Suatu Pengantar. Sujipto,

A.H, penerjemah; Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Terjemahan dari : Forest Product and Wood Science: An Introduction. Kollman, F.F.P. 1975. Principle of Wood. Technology

II Springer Verlog Berlin. Hendely. New York.

Maloney TM. 1993. Modem Particleboard and

Dry-Process Fiberboard Manufacturing. Miller

Freeman Inc. California.

Muharram A. 1995. Pengaruh Ukuran Partikel dan

Kerapatan Lembaran terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Papan Partikel Ampas Tebu (Skripsi).

Nuryawan A. 2007. Sifat Fisis dan Mekanis OSB

dari Kayu Akasia, Ekaliptus, dan Gmelina Berdiameter Kecil (tesis). Bogor: Program

Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Paribroto, S. 1988. Perekat dan Perekatan.

Departemen Kehutanan Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan, Bogor. Setiawan B. 2008. Kualitas Papan Partikel Sekam

Padi (Skripsi). Bogor: Departemen Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut

Pertanian Bogor.

SNI. 2006. Standar Nasional Indonesia. Papan Partikel (SNI 03-2105-2006). Dinas Pertanian, Bogor.

Wulandari F.T, 2009. Pemanfaatan Batang Bengle

(Zingiber Cassumunar Roxb).

Walker JFC. 1993. Wood Panels : Particle Boards and Fiberboard dalam Primary Wood Procesing Principle and Practices. Chapman and Hall. London. Hal 419 – 478.

Gambar

Gambar 1.   Rata - rata hasil pengujian kadar air dari campuran pelepah nipah dan serbuk gergaji dengan  perekat urea formaldehida (%)
Gambar 2.   Rata- rata hasil pengujian kerapatan dari campuran pelepah nipah dan serbuk gergaji dengan  perekat urea formaldehida (gr/cm 3 )
Gambar 3.   Rata - rata hasil pengujian penyerapan air dari campuran pelepah nipah dan serbuk gergaji  dengan perekat urea formaldehida
Gambar 4.   Rata - rata hasil pengujian pengembangan tebal dari campuran pelepah nipah dan serbuk  gergaji dengan perekat urea formaldehida
+3

Referensi

Dokumen terkait

Permasalahan yang dihadapi Pabrik serat Mojogedang pada awal-awal berdirinya adalah kurangnya bahan baku yang masuk dalam pabrik karena bagi masyarakat Mojogedang

Hasil dari proses freeze drying tersebut adalah ekstrak xilan kering dari tongkol jagung yang telah bebas dari sisa-sisa pelarut asam sebelumnya, sehingga ekstrak xilan tersebut

Hasil penelitian menunjukkan bahwa akurasi dari pengenalan motif Songket Palembang tergantung pada jenis motif Songket yang digunakan dalam pelatihan dan pengujian, serta nilai

Said dan segenap pembantunya yang tetap monoyal dalam kondisi pahit getir yang bagaimana pedihnya, berdasarkan falsafah Tri Dharma sebagai landasan perjuangan dan

Ilmu pengetahuan Arab Islam yang muncul di dunia Arab yang semula diajarkan dengan nalar universal kemudian dibakukan melalui penafsiran tertentu yang diresmikan oleh

Pola pengelolaan yang dapat menampung berbagai masalah yang dihadapi oleh eko sis tem mangrove pulau - pulau kecil adalah colaborative manajemen dengan pemerintah

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk membuktikan adanya perbedaan affinitas penempelan rekruit (juvenil karang) pada tiga jenis substrat keras berbeda, yaitu semen, gen-