• Tidak ada hasil yang ditemukan

makalah toxo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "makalah toxo"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

PENDAHULUAN

A.

A. Latar Latar BelakangBelakang

Di negara beriklim lembab, penyakit parasit masih merupakan Di negara beriklim lembab, penyakit parasit masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup serius. Salah satu di antaranya masalah kesehatan masyarakat yang cukup serius. Salah satu di antaranya adalah infeksi protozoa yang ditularkan melalui tubuh kucing. Infeksi adalah infeksi protozoa yang ditularkan melalui tubuh kucing. Infeksi penyakit yang ditularkan oleh kucing ini mempunyai prevalensi yang cukup penyakit yang ditularkan oleh kucing ini mempunyai prevalensi yang cukup tinggi, terutama pada masyarakat yang mempunyai kebiasaan makan daging tinggi, terutama pada masyarakat yang mempunyai kebiasaan makan daging mentah atau kurang matang. Di Indonesia faktor-faktor tersebut disertai mentah atau kurang matang. Di Indonesia faktor-faktor tersebut disertai dengan keadaan sanitasi lingkungan dan banyaknya sumber penularan dengan keadaan sanitasi lingkungan dan banyaknya sumber penularan (Sasmita dkk, 1988).

(Sasmita dkk, 1988).

Toksoplasmosis, suatu penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma Toksoplasmosis, suatu penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii, merupakanm penyakit parasit pada manusia dan juga pada hewan gondii, merupakanm penyakit parasit pada manusia dan juga pada hewan yang menghasilkan daging bagi konsumsi manusia (Konishi dkk, 1987). yang menghasilkan daging bagi konsumsi manusia (Konishi dkk, 1987).

Infeksi yang disebabkan oleh

Infeksi yang disebabkan oleh Toxoplasma gondiiToxoplasma gondii tersebar di seluruhtersebar di seluruh dunia, pada hewan berdarah panas dan mamalia lainnya termasuk manusia dunia, pada hewan berdarah panas dan mamalia lainnya termasuk manusia sebagai hospes perantara, kucing dan berbagai jenis Felidae lainnya sebagai hospes perantara, kucing dan berbagai jenis Felidae lainnya sebagai hospes definitif (WHO, 1979).

sebagai hospes definitif (WHO, 1979).

Infeksi Toxoplasma tersebar luas dan sebagian besar berlangsung Infeksi Toxoplasma tersebar luas dan sebagian besar berlangsung asimtomatis, meskipun penyakit ini belum digolongkan sebagai penyakit asimtomatis, meskipun penyakit ini belum digolongkan sebagai penyakit parasiter yang diutamakan pemberantasannya oleh pemerintah, tetapi parasiter yang diutamakan pemberantasannya oleh pemerintah, tetapi beberapa penelitian telah dilakukan di beberapa tempat untuk mengetahui beberapa penelitian telah dilakukan di beberapa tempat untuk mengetahui derajat distribusi dan prevalensinya. Indonesia sebagai negara tropik derajat distribusi dan prevalensinya. Indonesia sebagai negara tropik merupakan tempat yang sesuai untuk perkembangan parasit tersebut. merupakan tempat yang sesuai untuk perkembangan parasit tersebut.

(2)

Keadaan ini ditunjang oleh beberapa factor seperti sanitasi lingkungan dan banyak sumber penularan terutama kucing dan sebangsanya (Felidae) (Adyatma, 1980 ; Levine, 1990).

Manusia dapat terkena infeksi parasit ini dengan cara didapat (Aquired toxoplasmosis) maupun diperoleh semenjak dalam kandungan (Congenital toxoplasmosis). Diperkirakan sepertiga penduduk dunia mengalami infeksi penyakit ini.

Protozoa ini hidup dalam sel epitel usus muda hospes definitif, sedangkan ookistanya dikeluarkan bersama tinjanya. Penularan parasit ini terjadi dengan tertelannya ookista dan kista jaringan dalam daging mentah atau kurang matang serta transplasental pada waktu janin dalam kandungan. Diagnosis infeksi protozoa ini dilakukan dengan mendapatkan antibodi IgM dan IgG anti T. gondii dalam tes serologi (WHO, 1979 ; Zaman dan Keong, 1988). Sebagai parasit, T. gondii ditemukan dalam segala macam sel jaringan tubuh kecuali sel darah merah. Tetapi pada umumnya parasit ini ditemukan dalam sel retikulo endotelial dan sistem syaraf pusat (Remington dan Desmonts, 1983).

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari malaria ?

2. Bagaimana epidemiologi penyakit malaria ?

3. Apa vektor dan parasit penyebab penyakit malaria ?

4. Bagaimana siklus hidup plasmodium pada penyakit malaria ? 5. Bagaimana gejala penderita penyakit malaria ?

(3)

7. Bagaimana diagnosis dan pemeriksaan laboratorium penyakit malaria ? 8. Bagaimana pengobatan penyakit malaria ?

9. Bagaimana pencegahan penyakit malaria ?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan dibuatnya makalah ini adalah penulis ingin memberikan atau memperluas pengetahuan masyarakat tentang parasit Toxoplasma gondii , sehingga masyarakat mengenal vektor dan parasit penyebab penyakit toksoplasmosis, mengetahui gejala klinis penyakit toksoplasmosis, dan penanggulangan dari penyakit toksoplasmosis.

(4)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Sejarah T o x o p l a s m a g o n d i i  

Toxoplasma gondii pertama kali ditemukan oleh Nicole dan Manceaux tahun 1908 pada limfa dan hati hewan pengerat Ctenodactylus gundi di Tunisia Afrika dan pada seekor kelinci di Brazil. Lebih lanjut Mello pada tahun 1908 melaporkan protozoa yang sama pada anjing di Italia, sedangkan Janku pada tahun 1923 menemukan protozoa tersebut pada penderita korioretinitis dan oleh Wolf pada tahun 1937 telah di isolasinya dari neonatus dengan ensefalitis dan dinyatakan sebagai penyebab infeksi kongenital pada anak. Walaupun perpindahan intra-uterin secara transplasental sudah diketahui, tetapi baru pada tahun 1970 daur hidup parasit ini menjadi jelas ketika ditemukan daur seksualnya pacta kucing (Hutchison,1970).

Menurut Brotowidjoyo (1987), pada tahun 1969 posisi T. gondii dalam klasifikasi masih belum pasti, namun pada tahun 1970 dapat ditetapkan bahwa T.gondii  termasuk kelas Sporozoa yang mirip dengan Isospora. Pada tahun 1970, ditemukan secara serentak di beberapa negara bahwa T. gondii ternyata memproduksi ookista di dalam tubuh kucing yang tidak dapat dibedakan dengan suatu ookista yang kemudian disebut Isospora bigemina. Dengan kata lain, ookista ini berisi dua sporokista yang masing- masing berisi empat sporozoit (Levine, 1990).

(5)

B. Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Sub Kingdom : Protozoa

Filum : Apicomplexa

Kelas : Conoidasida

Sub Kelas : Coccidiasina

Ordo : Eucoccidiorida

Sub Ordo : Eimerioorina

Famili : Sarcocystidae

Genus : Toxoplasma

Spesies : Toxoplasma gondii 

C. Morfologi T o x o p l as m a g o n d i i  

Toxoplasma gondii merupakan protozoa obligat intraseluler, terdapat dalam tiga bentuk yaitu takizoit (bentuk proliferatif), kista (berisi bradizoit) dan ookista (berisi sporozoit) (Hiswani, 2005). Bentuk takizoit menyerupai bulan sabit dengan ujung yang runcing dan ujung lain agak membulat. Ukuran panjang 4-8 mikron, lebar 2-4 mikron dan mempunyai selaput sel, satu inti yang terletak di tengah bulan sabit dan beberapa organel lain seperti mitokondria dan badan golgi (Sasmita, 2006). Bentuk ini terdapat di dalam tubuh hospes perantara seperti burung dan mamalia termasuk manusia dan kucing sebagai hospes definitif. Takizoit ditemukan pada infeksi akut dalam berbagai jaringan tubuh. Takizoit juga dapat memasuki tiap sel yang berinti.

Kista dibentuk di dalam sel hospes bila takizoit yang membelah telah membentuk dinding. Ukuran kista berbeda-beda, ada yang berukuran kecil

(6)

hanya berisi beberapa bradizoit dan ada yang berukuran 200 mikron berisi kira-kira 3000 bradizoit. Kista dalam tubuh hospes dapat ditemukan seumur hidup terutama di otak, otot jantung, dan otot bergaris. Di otak bentuk kista lonjong atau bulat, tetapi di dalam otot bentuk kista mengikuti bentuk sel otot (Gandahusada, 2003).

Ookista berbentuk lonjong, berukuran 11-14 x 9-11 mikron. Ookista mempunyai dinding, berisi satu sporoblas yang membelah menjadi dua sporoblas. Pada perkembangan selanjutnya ke dua sporoblas membentuk dinding dan menjadi sporokista. Masing-masing sporokista tersebut berisi 4 sporozoit yang berukuran 8 x 2 mikron dan sebuah benda residu. Toxoplasma gondii dalam klasifikasi termasuk kelas Sporozoasida, berkembang biak secara seksual dan aseksual yang terjadi secara bergantian.

D. Toksoplasmosis

Toksoplasmosis, suatu penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii, merupakan penyakit parasit pada hewan yang dapat ditularkan ke manusia (Hiswani, 2005). Parasit ini merupakan golongan Protozoa yang bersifat parasit obligat intraseseluler. Menurut Wiknjosastro (2007), toksoplasmosis menjadi sangat penting karena infeksi yang terjadi pada saat kehamilan dapat menyebabkan abortus spontan atau kelahiran anak yang dalam kondisi abnormal atau disebut sebagai kelainan kongenital seperti hidrosefalus, mikrosefalus, iridosiklisis dan retardasi mental.

(7)

E. Siklus Hidup

Daur hidup T. gondii melalui dua siklus yaitu siklus enteroepitel dan siklus ekstraintestinal. Siklus enteroepitelial di dalam tubuh hospes definitif seperti kucing. Siklus ekstraintestinal pula di dalam tubuh hospes perantara seperti manusia, kambing dan domba. Pada siklus ekstraintestinal, ookista yang keluar bersama tinja kucing belum bersifat infektif. Setelah mengalami sporulasi, ookista akan berisi sporozoit dan menjadi bentuk yang infektif. Manusia dan hospes perantara lainnya akan terinfeksi jika tertelan bentuk ookista tersebut.

Di dalam ileum, dinding ookista akan hancur sehingga sporozoit bebas. Sporozoit-sporozoit ini menembus mukosa ileum dan mengikuti aliran darah dan limfa menuju berbagai organ tubuh seperti otak, mata, hati dan  jantung.

Sporozoit bebas akan membentuk pseudokista setelah berada dalam sel organ-organ tersebut. Pseudokista tersebut berisi endozoit atau yang lebih dikenal sebagai takizoit. Takizoit akan membelah, kecepatan membelah takizoit ini berkurang secara berangsur kemudian terbentuk kista yang mengandung bradizoit. Bradizoit dalam kista biasanya ditemukan pada infeksi menahun (infeksi laten).

F. Cara Infeksi

Cara infeksi parasit ini terjadi melalui :

1. Pada Toksoplasmosis congenial transmisi Toxoplasma kepada janin terjadiin utero melalui plasenta, bila ibunya mendapat infeksi primer waktu hamil

(8)

2. Pada Toksoplasmosis akuisita infeksi dapat terjadi bila memakan daging mentah atau kurang matang (misalnya sate), kalau daging tersebut mengandung kista jaringan atau takizoit Toxoplasma. Pada orang yang tidak makan daging dapat terinfeksi bila ookista yang dikeluarkan dengan tinja kucing tertelan.

3. Terinfeksi melalui transplantasi organ tubuh dari donor penderita toksoplasmosis laten kepada resipien yang belum pernah terinfeksi Toxoplasma gondii.

4. Kecelakaan laboratorium dapat terjadi melalui jarum suntik dan alat laboratoriurn lain yang terkontaminasi oleh Toxoplasma gondii.

5. Transfusi darah lengkap dapat menyebabkan infeksi.

G. Gejala Klinis

Gejala klinis dari pasien yang terinfeksi parasit ini antara lain :

1. Infeksi Toxoplasma gondii   ditandai dengan gejala seperti demam,

malaise, nyeri sendi, pembengkakan kelenjar getah bening

(toxoplasmosis limfonodosa acuta). Gejala mirip dengan mononukleosis infeksiosa.

2. Hidrosefalus, Kondisi abnormal dimana cairan serebrospinal terkumpul di ventrikel otak, pada janin dapat menyebabkan cepatnya pertumbuhan kepala dan penonjolan fontanela (sehingga kepala tampak membesar karena berisi cairan) dan wajah yang kecil.

3. Korioretinitis, radang atau inflamasi lapisan koroid di belakang retina mata.

(9)

4. Pengapuran (calcification) otak dan intraseluler.

5. Kondisi ini paling berat saat infeksi maternal (yang berasal dari ibu) terjadi sejak dini saat masa kehamilan.

6. Sekitar 15-55% anak yang menderita infeksi bawaan atau sejak lahir (congenitally infected children) tidak memiliki antibodi IgM spesifik-T.gondii yang dapat dideteksi saat lahir atau masa tumbuh-kembang awal (early infancy).

7. Sekitar 67% penderita tidak disertai tanda atau gejala infeksi. Juga dilaporkan: radang mata (chorioretinitis)  terjadi pada sekitar 15% penderita, penulangan intrakranial (10%), kepala kecil (microcephaly). 8. Disertai ketidaknormalan jumlah sel darah putih (leukosit) di cairan otak

dan sumsum tulang (cerebrospinal fluid), yang dalam istilah medis disebut dengan pleocytosis. Sedangkan nilai protein meningkat pada 20% penderita.

9. Janin baru lahir yang terinfeksi T.gondii dapat mengalami anemia, penurunan trombosit, dan penyakit kuning ( jaundice) saat lahir.

10. Janin yang terinfeksi dapat tanpa gejala sama sekali, atau hanya didapatkan pertumbuhan janin terhambat, atau gambaran hyperechoic bowel.

11. Bayi yang bertahan hidup ( affected survivors) dapat menderita retardasi

mental, kejang (seizures), kerusakan penglihatan (visual

defects), spasticity, atau gejala sisa neurologis (berhubungan dengan saraf) yang berat lainnya.

(10)

H. Manifestasi Klinis

Pada garis besarnya sesuai dengan cara penularan dan gejala klinisnya, toksoplasmosis dapat dikelompokkan atas: toksoplasmosis akuisita (dapatan) dan toksoplasmosis kongenital. Baik toksoplasmosis dapatan maupun kongenital, sebagian besar asimtomatis atau tanpa gejala. Keduanya dapat bersifat akut dan kemudian menjadi kronik atau laten. Gejalanya nampak sering tidak spesifik dan sulit dibedakan dengan penyakit lain. Toksoplasmosis dapatan biasanya tidak diketahui karena jarang menimbulkan gejala. Tetapi bila seorang ibu yang sedang hamil mendapat infeksi primer, ada kemungkinan bahwa 50% akan melahirkan anak dengan toksoplasmosis kongenital. Gejala yang dijumpai pada orang dewasa maupun anak-anak umumnya ringan. Gejala klinis yang paling sering dijumpai pada toksoplasmosis dapatan adalah limfadenopati dan rasa lelah, disertai demam dan sakit kepala (Gandahusada, 2003).

Pada infeksi akut, limfadenopati sering dijumpai pada kelenjar getah bening daerah leher bagian belakang. Gejala tersebut di atas dapat disertai demam, mialgia dan malaise. Bentuk kelainan pada kulit akibat toksoplasmosis berupa ruam makulopapuler yang mirip kelainan kulit pada demam titus, sedangkan pada jaringan paru dapat terjadi pneumonia interstisial.

Gambaran klinis toksoplasmosis kongenital dapat bermacam-macam.  Ada yang tampak normal pada waktu lahir dan gejala klinisnya baru timbul setelah beberapa minggu sampai beberapa tahun. Ada gambaran eritroblastosis, hidrops fetalis dan triad klasik yang terdiri dari hidrosefalus, korioretinitis dan perkapuran intrakranial atau tetrad sabin yang disertai

(11)

kelainan psikomotorik (Gandahusada, 2003). Toksoplasmosis kongenital dapat menunjukkan gejala yang sangat berat dan menimbulkan kematian penderitanya karena parasit telah tersebar luas di berbagai organ penting dan juga pada sistem saraf penderita.

Gejala susunan syaraf pusat sering meninggalkan gejala sisa, misalnya retardasi mental dan motorik. Kadang-kadang hanya ditemukan sikatriks pada retina yang dapat kambuh pada masa anak-anak, remaja atau dewasa. Korioretinitis karena toksoplasmosis pada remaja dan dewasa biasanya akibat infeksi kongenital. Akibat kerusakan pada berbagai organ, maka kelainan yang sering terjadi bermacam-macam jenisnya.

Kelainan pada bayi dan anak-anak akibat infeksi pada ibu selama kehamilan trimester pertama, dapat berupa kerusakan yang sangat berat sehingga terjadi abortus atau lahir mati, atau bayi dilahirkan dengan kelainan seperti ensefalomielitis, hidrosefalus, kalsifikasi serebral dan korioretinitis. Pada anak yang lahir prematur, gejala klinis lebih berat dari anak yang lahir cukup bulan, dapat disertai hepatosplenomegali, ikterus, limfadenopati, kelainan susunan syaraf pusat dan lesi mata.

I. Diagnosis dan Pemeriksaan Laboratorium

Diagnosis toksoplasmosis dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu : 1. Pemeriksaan sediaan mikroskopis, untuk menemukan ookista yang di

dalam tinja kucing , atau takizoit didalam eksudat peritoneal atau biakan  jaringan, Toxoplasma dapat ditemukan didalam usapan dari irisan  jaringan atau eksudat yang diwarnai. Uji warna masih paling memuaskan

(12)

2. Pemeriksaan darah atau jaringan tubuh penderita (histopatologi), Diagnosis dapat ditegakkan jika ditemukan parasit di dalam jaringan atau cairan tubuh penderita. Hal ini dilakukan dengan cara menemukan secara langsung parasit yang diambil dari cairan serebrospinal, atau hasil biopsi jaringan tubuh yang lainya. Namun diagnosis berdasarkan penemuan parasit secara langsung jarang dilakukan karena kesulitan dalam hal pengambilan spesimen yang akan diteliti.

3. Pemeriksaan serologis, Pemeriksaan serologis dilakukan dengan dasar bahwa antigen toksoplasma akan membentuk antibodi yang spesifik pada serum darah penderita. Beberapa pemeriksaan serologi yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis toksoplasmosis antara lain:

a. Complement Fixation Test b. Dye Test Sabin Fieldman

c. Immunoflourescense Assay (IFA)

d. Enzyme Linked Immuno Sorbent Assay (ELISA)

4. PCR (Polymerase Chain Reaction), Metode lain yang relatif singkat dengan sensitivitas yang tinggi adalah metode PCR. Teknik PCR ini dapat mendeteksi toksoplasma yang berasal dari darah, cairan serebrospinal, dan cairan amnion.

J. Pencegahan

Peranan kucing sebagai hospes definitif merupakan salah satu faktor

yang mempengaruhi timbulnya toksoplasmosis, karena kucing

mengeluarkan berjuta juta ookista dalam tinjanya, yang dapat bertahan sampai satu tahun di dalam tanah yang teduh dan lembab. Untuk mencegah

(13)

hal ini, maka dapat di jaga terjadinya infeksi pada kucing, yaitu dengan memberi makanan yang matang sehingga kucing tidak berburu tikus atau burung.

Lalat dan lipas dapat menjadi vektor mekanik yang dapat memindahkan ookista dari tanah atau lantai ke makanan (Gandahusada, 2003). Untuk mencegah terjadinya infeksi dengan ookista yang berada di dalam tanah, dapat diusahakan mematikan ookista dengan bahan kimia seperti formalin,

amonia dan iodin dalam bentuk larutan serta air panas 70oC yang

disiramkan pada tinja kucing (Gandahusada, 2003). Anak balita yang bermain di tanah atau ibu-ibu yang gemar berkebun, juga petani sebaiknya mencuci tangan yang bersih dengan sabun sebelum makan. Di Indonesia, tanah yang mengandung ookista T. gondii belum diselidiki (Chahaya, 2003). Sayur-mayur yang dimakan sebagai lalapan harus dicuci bersih, karena ada kemungkinan ookista melekat pada sayuran, makanan yang matang harus di tutup rapat supaya tidak dihinggapi lalat atau kecoa yang dapat memindahkan ookista dari tinja kucing ke makanan tersebut.

Kista jaringan dalam hospes perantara (kambing, sapi, babi dan ayam) sebagai sumber infeksi dapat dimusnahkan dengan memasaknya sampai 66 0C. Daging dapat menjadi hangat pada semua bagian dengan suhu 650C selama empat sampai lima menit atau lebih, maka secara keseluruhan daging tidak mengandung kista aktif, demikian juga hasil daging siap konsumsi yang diolah dengan garam dan nitrat (Chahaya, 2003). Setelah memegang daging mentah (tukang potong, penjual daging, tukang masak) sebaiknya cuci tangan dengan sabun sampai bersih.

(14)

Yang paling penting dicegah adalah terjadinya toksoplasmosis kongenital, yaitu anak yang lahir cacat dengan retardasi mental dan gangguan motorik, merupakan beban masyarakat. Pencegahan dengan tindakan abortus artefisial yang dilakukan selambatnya sampai kehamilan 21-24 minggu, mengurangi kejadian toksoplasmosis kongenital kurang dari 50 %, karena lebih dari 50 % toksoplasmosis kongenital diakibatkan infeksi primer pada trimester terakhir kehamilan (Chahaya, 2003).

Pencegahan dengan obat-obatan, terutama pada ibu hamil yang diduga menderita infeksi primer dengan Toxoplasma gondii, dapat dilakukan dengan spiramisin. Vaksin untuk mencegah infeksi toksoplasmosis pada manusia belum tersedia sampai saat ini.

(15)

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Toksoplasmosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa obligat intraseluler yaitu Toksoplasma gondii . Kucing bukan satu-satunya pembawa Toxoplasma. Karena parasit ini dapat hidup dan dibawa oleh semua satwa berdarah panas. Jangan biarkan kucing atau bintang peliharaan mengkosumsi satwa liar, buah dan sayur mentah yang belum dicuci bersih.

B. Saran

Hindari segala hal-hal yang dapat menyebabkan terinfeksi parasit ini. Pencegahan penularan infeksi parasit ini dapat dilakukan dengan mudah antara lain dengan Jangan biarkan kucing atau bintang peliharaan mengkosumsi satwa liar, buah dan sayur mentah yang belum dicuci bersih. Memuat jadwal rutin untuk memeriksa kesehatan satwa peliharaan ke dokter hewan. Hidup bersih dan sehat. Budayakan selalu mencuci tangan usai bermain dengan satwa peliharaan, membersihkan kotoran satwa, hendak makan dan memegang daging mentah atau kurang matang. Hindari mengkosumsi air dan daging mentah atau kurang matang. Menempatkan makanan di tempat yang aman agar tidak dihinggapi lalat atau kecoa.

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Cornain, S ; Suryana E.J ; dkk., 1990. : Aspek Imunologi dan Pendekatan Imunoterapi pada Infeksi Toxoplasma. Kumpulan Makalah Simposium Toxoplasmosis. Fakultas Kedokteran UI, Jakarta.

Gandahusada. S. 1978. Serological study for Antibodies to Toxoplasma gondii in Jakarta. Indonesia. Southeast Asian J. Trop. Med. Hlth. 9(3): 308 -311

Kasper Lloyd ( 1999 ). Infeksi Toxoplasma dan Toxoplasmosis. Dalam: Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 13. Editor: Ahmad H. Penerbit Buku Kedokteran EGC, hlm 1021-1027.

Soedarto, 2011. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran, Aagung Seto, Jakarta Volk dan Wheeler. 1988. Mikrobiologi Dasar. Jilid 1. Erlangga Jakarta. Zulkoni A, 2010. Parasitologi. Muha Mediak. Yogyakarta

(17)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Siklus Hidup Toxoplasma gondii

Gambar 1. Siklus Hidup Toxoplasma gondii Sumber : www.dpd.cdc.gov/dpdx

(18)

Lampiran 2. Morfologi Toxoplasma gondii

Gambar 2. Morfologi Toxoplasma gondii Sumber : www.cdc.gov

(19)

Lampiran 3. Penampang mikroskopik Toxoplasma gondii

Gambar 3. Penampang mikroskopik Toxoplasma gondii Sumber : www.cmr.asm.org

Gambar

Gambar 1. Siklus Hidup Toxoplasma gondii Sumber : www.dpd.cdc.gov/dpdx
Gambar 2. Morfologi Toxoplasma gondii Sumber : www.cdc.gov
Gambar 3. Penampang mikroskopik Toxoplasma gondii Sumber : www.cmr.asm.org

Referensi

Dokumen terkait

BMT Dana Mulya Syariah juga menggunakan sistem jemput bola yaitu petugas atau karyawan langsung mendatangi nasabah di rumah- rumah atau di tempat mereka melakukan

Seperti diketahui, bahan kontras yang dipergunakan pada MRI adalah senyawa kompleks gadolinium dengan asam dietilen triamin penta asetik (DTPA) dan 1,4,7,10 tetraazasiklododekan

Dosen : Menguraikan perkembangan mutakhir di kawasan Timur Tengah dengan fokus masalah Palestina dan Krisis Teluk Mahasiswa : Menyimak dan mencatat hasil perkuliahan

muhadditsûn (para ahli hadis). Sufi berbeda dengan para ahli hadis saat.. Pada kasus-kasus tertentu, sepintas sufi seolah memang tidak menganggap penting suatu

Bronkiolitis biasanya terjadi setelah kontak dengan orang dewasa atau anak besar yang menderita infeksi saluran nafas atas yang ringan.Bayi mengalami demam ringan

Adanya desentralisasi fiskal yang berdampak pada perubahan pengelolaan keuangan daerah diharapkan dapat meningkatkan kemandirian daerah serta peran anggaran pemerintah

Lepas dari khilaf dan segala kekurangan, penulis merasa sangat bersyukur telah menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efektivitas Kebijakan Bank Indonesia Kpw Kalsel

Adapun sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh populasi, yaitu:tokoh-tokoh adat Karo yang ada di Desa Seberaya Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo,seniman-seniman