• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL HORMON TESTOSTERON DAN KUALITAS SEMEN SAPI PEJANTAN PERANAKAN ONGOLE DAN SILANGAN SIMMENTAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROFIL HORMON TESTOSTERON DAN KUALITAS SEMEN SAPI PEJANTAN PERANAKAN ONGOLE DAN SILANGAN SIMMENTAL"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

_____________________________________________________________________________________________

PROFIL HORMON TESTOSTERON DAN KUALITAS SEMEN SAPI

PEJANTAN PERANAKAN ONGOLE DAN SILANGAN SIMMENTAL

AINUR RASYID, L. AFFANDHY dan D. B. WIJONO

Loka Penelitian Sapi Potong, Grati - Pasuruan

ABSTRACT

The Profile of Hormone Testosterone and Semen Quality on PO Bull and Cross Breed Simmental

One of the efforts to get the best quality of semen to used in making frozen or chilled semen is through the correct handling in holding fresh semen beside the processing and preserving. A survey was conducted with the purpose to know the profile of hormone testosterone and the quality of fresh semen of the beef cattle on some ejaculations in a holding. The survey was conducted at a trial stall and laboratory of Beef Cattle Research Station, Grati - Pasuruan for three months (September – November, 2002). The survey used three head Simmental crossbred bulls and three head Peranakan Ongole bull (PO). The observation on the semen quality and libido was conducted every ejaculation during one hour the holding; and the observation on hormone was conducted for 12 hours with interval every 3 hours (09.00 am – 12.00 at noon – 03.00 pm). The data collected was analyzed and interpreted descriptively with average calculation and standard deviation. The result of the observation on the ejaculation ability for an hour showed that PO bulls as much 17 times and for Simmental 13 times. The average semen volume on the Simmental bull was highest namely 6.5 ± 0.0 ml/ejaculation and PO bull namely 4.0 ± 0.0 ml/ejaculation. The fresh semen quality of both bulls fulfilled the requirement according to the standard of male bulls to be held as frozen or chilled semen, namely the concentration of spermatozoa was over 1000 million /ml with mass movement was more than ++ up to +++ and live sperm was more than 70%. The concentration of hormone content testosterone was the highest in the morning, namely for PO and Simmental respectively 6.1

±

0.4 and 7.0

±

0.8 ng/ml and in the afternoon 0.0

±

0.0 and 4.4

±

2.2 ng/ml. It was concluded that the semen quality for PO bulls was better than the semen quality for crossbred Simmental. The hormone testosterone concentration was the highest in the morning. The semen quality that could be processed for frozen or chilled semen on PO bull up to the tenth ejaculation with motility 62-85% and Simmental up to the sixth with motility between 63-70%, respectively.

Keys word: Bull, semen quality, hormone testosterone and libido

PENDAHULUAN

Sapi potong merupakan salah satu komoditas terbesar sebagai pamasok produksi daging nasional; untuk memenuhi permintaan daging yang meningkat selama beberapa tahun terakhir terpaksa dilakukan impor baik dalam bentuk daging beku ataupun sapi bakalan. Salah satu usaha untuk meningkatkan produksi sapi potong bakalan yang cepat dan efisien adalah melalui program pemuliaan (cross breeding dan pure

breed) dengan teknologi Insiminasi Buatan (IB).

Teknologi pengolahan dan pengawetan semen yang efisien serta handling penampungan semen yang tepat akan menghasilkan produksi dan kualitas semen yang baik. Oleh karena itu, untuk memperoleh produksi dan kualitas semen yang baik antara lain perlu memperhatikan waktu penampungan semen yang tepat.

SITUMORANG (1993) melaporkan bahwa dalam

pembuatan semen beku untuk tujuan IB, perlu melakukan seleksi ejakulasi terhadap kualitas semen yang akan digunakan. Balai Inseminasi Buatan (BIB) Singosari menggunakan standar pejantan yang digunakan memiliki volume semen 2 cc, warna krem

putih susu, pH 6,4 -7,0, konsistensi sedang-kental, gerakan massa minimal 2+, gerakan individu 70% dan konsentrasi 500-1025 juta/ml; dengan bahan pengencer trisaminomethane dan angka PTM 40% (HEDAH, 1992; HEDAH et al., 1993).

Banyaknya volume semen setiap ejakulasi pada sapi potong tergantung pada umur, besarnya tubuh, kesehatan reproduksi, kadar hormon, daya kekuatan tubuh dan frekuensi penampungan (HUNTER, 1982; DJANUAR, 1985; WIJAYA; 1992; Rasyid et al., 1996). Hasil evaluasi terhadap volume semen segar sapi potong pada kondisi peternak menunjukkan bahwa pejantan Simmental dapat mencapai 4 -5 ml/ejakulasi dan pejantan PO mencapai 3,6 ml/ejakulasi (AFFANDHY

et al.,2002). Sementara itu, HUNTER (1982) melaporkan bahwa, volume pejantan sapi potong dilapang dapat mencapai 4-8 ml/ejakulasi. Hasil penelitian terhadap sapi Madura jantan yang diamati semennya dalam periode umur 24 sampai dengan 36 bulan, menunjukkan bahwa faktor umur hanya berpengaruh nyata terhadap terjadinya peningkatan volume semen, yaitu rata - rata dari 3,3 ml menjadi 5,9 ml per dua kali ejakulasi dalam sehari.(RASYD et al., 1996).

(2)

_____________________________________________________________________________________________ Waktu penampungan semen yang tepat sangat

ditentukan oleh libido dan performan pejantan yang akan diambil semennya. Spermatogenesis dan libido pada hewan mamalia tergantung konsentrasi hormon testosteron dengan fungsi menunjukkan aktivitas reproduksi hewan (CHENG et al., LIU et al., 1992). Sementara itu, konsentarsi hormon testosteron paling tinggi pada pagi hari (CHENG et al., 1994).

Oleh karena itu untuk mengetahui waktu pengambilan semen yang tepat, dilakukan pemeriksaan terhadap kualitas semen dan libido sapi potong PO dan persilangan Simmental selama satu jam penampungan.

MATERI DAN METODE

Penelitian dilakukan di kandang percobaan dan laboratorium Loka Penelitian Sapi Potong, di Grati-Pasuruan selama tiga bulan (September–Nopember 2002). Penelitian menggunakan tiga ekor sapi jantan hasil persilangan (pejantan Simmental dan betina Peranakan Ongole/PO) dan tiga ekor sapi jantan lokal (PO). Pejantan yang digunakan penelitian berumur I1-I2; dengan pakan yang diberikan adalah rumput gajah sebanyak 25 kg dan konsentrat komersial sebanyak 6 kg/ekor.hari.

Penampungan dan pemeriksaan semen

Penampungan semen dilakukan setiap minggu sebanyak tiga kali ejakulasi dan diamati pula libidonya setiap ejakulasi. Kualitas semen segar dan libido dari setiap ejakulasi dalam satu penampungan, dilakukan pemeriksaan semen segar selama satu jam penampungan mulai jam 09.00 sampai 10.00; meliputi volume, warna, konsistensi, konsentrasi sperma, pH, motilitas (massa dan individu) dan morfologi spermatozoa (normal dan keabnormalan). Pengamatan hormon testosteron dilakukan dengan mengambil darah selama 12 jam dengan interval setiap tiga jam sekali (jam 09.00, jam 12.00 dan jam 15.00). Alat yang digunakan untuk mengevaluasi kualitas semen segar meliputi: mikroskop, haemositometer, pH meter dan seperangkat alat pemeriksaan semen.

Cara pengukuran kualitas semen segar sebagai berikut:

1. Libido dihitung sejak pejantan mendekati pemancing hingga naik (detik)

2. Volume semen diukur dengan tabung khusus yang berskala (ml), pada setiap ejakulasi dalam satu penampungan selama satu jam pengamatan.

3. Konsistensi semen, dengan melihat secara makroskopis derajat kekentalan semen (kental dan encer).

4. PH semen dengan menggunakan kertas pH.

5. Warna semen, secara makroskopis (cream, putih susu atau kuning muda).

6. Konsentrasi spermatozoa, menggunakan alat

Haemocytophotometer (juta/sel/ml).

7. Gerakan massa, dengan meletakkan semen pada gelas obyek yang ditutupi cover glass dan selanjutnya diamatai dengan hitungan +++ (gerakan cepat sekali seperti awan berputar), ++ (gerakan cepat tidak berawan), + (gerakan lambat) dan – (tidak ada gerakan) secara mikroskopis.

8. Persentase motilitas, dengan mikroskop sederhana (ada cahaya) pada pembesaran 40 X mengukur % spermatozoa yang berenang kedepan (progresif) 9. Persentase hidup sperma dan persentase

abnormalitas, dengan membuat slide pewarnaan spermatozoa pada gelas obyek, diwarnai eosin-negosin, dihitung pada mikroskop pembesaran 1000X (menggunakan minyak emersi). Sperma yang hidup warnanya transparan dan sperma yang mati warna ungu kebiruan/berwarna.

10. Hormon reproduksi (testosteron) dengan cara pengambilan serum darah pada ternak yang selanjutnya dianalisa dengan metode

Radioimmunoassay (RIA) dengan Kit testosteron di

Fakultas Kedokteraan Hewan Universitas Airlangga Surabaya.

Analisa data

Data yang diperoleh dianalisis dan diinterprestasi-kan secara deskriptif dengan perhitungan nilai rata - rata dan standar deviasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas semen segar

Hasil pengamatan terhadap kemampuan ejakulasi selama satu jam pengamatan menunjukkan bahwa sapi Simmental mampu ejakulasi lebih tinggi, yaitu sebanyak 17 kali dan pada sapi PO sebanyak 13 kali penampungan (Tabel 1 dan 2). Rata-rata volume semen pada sapi Simmental paling tinggi pada ejakulasi ke-2, yaitu 6,0 ± 0,0 ml/ejakulasi dan pejantan sapi PO pada ejakulasi ke-5, yaitu sebesar 4,0 ± 0.0 ml/ejakulasi). Rendahnya volume semen pada pejantan sapi PO dikarenakan berat badan sapi PO lebih rendah (343,0 ± 64,9 kg) dibandingkan dengan berat badan silangan Simmental, yaitu 387,3 ± 3,2 kg (Tabel 3).

Banyaknya volume semen setiap ejakulasi pada sapi potong tergantung pada umur, besarnya tubuh, kesehatan reproduksi, kadar hormon, daya kekuatan tubuh dan frekuensi penampungan (HUNTER, 1982; DJANUAR, 1985; WIJAYA; 1992). Hasil ini sama dengan hasil evaluasi volume semen segar sapi potong di

(3)

_____________________________________________________________________________________________ peternak yang menunjukkan bahwa pejantan Simmental

volume semen segar dapat mencapi 3-6 ml/ejakulasi dan pejantan PO mencapai 3,0 ml/ejakulasi (AFFANDHY

et al.,2002). HUNTER (1982) melaporkan bahwa volume semen pejantan sapi potong di lapang dapat mencapai 4-8 ml/ejakulasi. Namun demikian volume semen pejantan Simmental dan PO ini masih lebih baik dibandingkan dengan volume semen sapi Madura, yaitu sebesar 2,3 cc/ejakulasi dengan konsentrasi sekitar 300 juta/cc sperma, tetapi libido pada sapi madura tergolong baik, yaitu 3-5 detik (ARYOGI dan YUSRAN, 1994).

Kualitas semen segar yang memenuhi syarat untuk diproses untuk menjadi semen beku atau semen cair pada pejantan sapi PO, yaitu pada ejakulasi ke-10 dengan motilitas berkisar antara 62–85%, kecuali pada ejakulasi ke-7 dan ke-8 masing-masing adalah 41 dan 57%; sedangkan pada sapi Simmental sampai ejakulasi ke-3 dengan motilitas antara 63–70%. Konsentrasi spermatozoa untuk sapi PO berkisar antara 820–3000 juta/ml dan pada sapi Simmental berkisar antara 940– 1520 juta/ml. Untuk pembuatan semen beku BIB Singosari menetapkan kualitas semen segar dengan konsentrasi spermatozoa lebih dari 500 juta/ml (HEDAH, 1992).

Konsistensi dan warna semen segar pejantan PO sampai ejakulasi ke-10 masih dalam batas normal, yaitu konsistensi sedang sampai dengan kental dengan warna semen putih susu, sedangkan pada sapi Simmental sampai ejakulasi ke-3, yaitu konsistensi sedang sampai kental dengan warna putih susu (Tabel 1 dan 2). DJANUAR (1985) yang menyatakan bahwa air mani yang keruh dan kental dalam keadaan yang wajar akan memiliki konsentrasi yang tinggi, demikian pula warna putih kekuningan pada semen berasal dari lipochrom sel epitel kelenjar ampula dan masih normal.

Gerakan massa pada sapi PO sampai ejakulasi ke-10 berada pada batas yang normal 2+ sampai 3+, kecuali pada ejakulasi ke-7 gerakan massanya pada kondisi 1+, sedangkan pada sapi Simmental pada ejakulasi ke-1 sampai ke-3 pada kondisi 2+. Gerakan massa pada semen pejantan sapi potong yang baik adalah 2 + dengan ciri-ciri terlihat gelombang kecil, tipis, dan banyak agak lamban; sedangkan gerakan massa 3+ menandakan ciri - ciri gerakan cepat sekali seperti awan berputar (PARTODIHARJO, 1992). Dengan demikian kualitas semen kedua pejantan tersebut memenuhi persyaratan sesuai yang distandarkan pejantan sapi potong untuk diproses sebagai semen cair atau beku, yaitu konsentrasi spermatozoa diatas 1000 juta/ml dengan gerakan massa lebih dari ++ hingga +++ dan persen hidup lebih besar 70%.

Profil dan libido

Kemampuan libido selama penampungan semen pada kedua pejantan tersebut diukur dari beberapa ejakulasi

dalam satu jam. Libido untuk menaiki betina pemancing tampak terjadi penurunan kurun waktu tersebut dengan paling lama terdapat pada sapi PO pada ejakulasi ke-11 mencapai sebesar 343 detik dan pada sapi Simmental pada ejakulasi ke-17 mencapai 300 detik (Gambar 1). Sementara itu, libido tercepat pada sapi PO dan Simmental pada ejakulasi ke-3 (43 detik) dan ke-2 (13 detik). Sementara itu, hasil pengamatan libido selama 3 bulan penelitian, terlihat bahwa libido yang cepat diperlihatkan pada kedua pejantan tersebut pada penampungan kedua, yaitu sebesar 12-50 detik (Tabel 4).

Kualitas semen pejantan umumnya sangat berhubungan dengan performans dan libido pejantan. Kedua pejantan (PO dan Simmental) pada penelitian ini, telah sesuai dengan yang disyaratkan untuk pembuatan semen beku atau cair, yaitu umur I1 – I2, berat badanya > 350 kg, lingkar scrotum lebih kurang 30 cm, dan ejakulasi hingga 5-6 kali/jam pada pejantan PO dan 7 – 14 kali pejantan Simmental (Tabel 3 dan 4).

Profil kedua pejantan tersebut hampir sama dengan yang dilaporkan oleh JOSEY et al.(1996), yang menyatakan bahwa hasil persilangan antara bangsa Bos

indicus dapat mencapai berat badan 400 kg dan lingkar scrotum 30 cm; dan masih mendekati dibawah profil

pejantan Simmental yang berada di BIB Lembang, yaitu minimal berat badan pejantan Simmental adalah sebesar 630 kg dan lingkar scrotum 33 cm (ANONIMUS, 2001). Rendahnya profil berat badan dan ukuran tubuh yang lain karena pejantan yang digunakan umurnya berkisar antara I1 hingga I2; (Tabel 3). Hal ini menunjukkan bahwa umur sapi potong yang dewasa akan menghasilkan volume semen yang lebih banyak dari pada yang le bih muda (RASYID et al., 1996).

Konsentrasi hormon testosteron yang paling baik adalah ketika waktu pagi hari hingga mencapai 7 – 8 ng/ml, sedangkan siang dan sore hari konsentrasinya rendah (Tabel 4). Hal ini berarti bahwa penampungan semen pejantan sebaiknya dilakukan pada pagi hari. Namun demekian untuk sapi PO dalam kondisi yang memaksa masih memungkinkan untuk ditampung pada sore hari dengan konsentrasi testosteron yang mencapai 4,4 ng/ml.

Konsentrasi hormon testosteron pada kedua pejantan PO dan Simmental lebih baik dari pada pejantan sapi Madura yang memiliki kandungan testosteron sebesar 3,78 ± 2,15 ng/ml (WIJONO et al. 1993). Hasil penelitian yang sama dilaporkan oleh VERKERK dan MACMILLAN (1997) menyatakan bahwa pubertas pada sapi ditandai dengan konsentrasi hormon testosteron pada umur enam bulan sebesar 1,2 ± 1,0 ng/ml hingga pada umur 15 bulan didapatkan konsentrasinya mencapai 8,5 ± 2,1 ng/ml.

(4)

_____________________________________________________________________________________________ Tabel 1. Kualitas semen selama satu jam pengamatan pada sapi silangan Simmental

Ejakulasi ke Uraian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Volume (ml) 1.8 ± 1.0 6.5 ± 0.0 1.5 ± 0.0 3.1 ± 2.8 1.4 ± 0.9 1.1 ± 0.1 0.6 ± 0.0 1.0 ± 0.0 2.5 ± 3.4 0.5 ± 0.1 0.8 ± 0.3 0.4 ± 0.0 0.6 ± 0.3 1.1 ± 0.6 0.4 ± 0.0 KS 2.0 ± 0.0 Warna PS PS PS PS PS PS PS P P P P P P P P KS p Konsistensi KT SD SD EN EN EN EN EN EN EN EN EN EN EN EN KS EN Gerakan Massa 2+ 2+ 2+ 1+ 1+ 1+ 1+ 1+ 1+ - 1+ 1+ - - - KS - Motilitas (%) 70 ± 10 67±5.8 63 ± 3.5 50 ± 0.0 50 ± 0.0 60 ± 14 45 ± 7.1 50 ± 0.0 50 ± 0.0 27 ± 23 40 ± 0.0 40 ± 0.0 0 0 0 KS 0 Konsentrasi (juta/ml) 940 ± 511 1520 ± 453 1030 ± 608 380 ± 0.0 300 ± 0.0 800 ± 0.0 250 ± 14 800 ± 0.0 490 ± 522 303 ± 225 430 ± 269 450 ± 14 60 ± 0.0 290 ± 410 440 ± 622 KS 220 ± 0.0 PH semen 7.0 ± 0.2 7.3 ± 0.5 7.3 ± 0.3 7.8 ± 0.0 7.0 ± 0.7 7.4 ± 0.5 7.1 ± 0.1 7.1 ± 0.0 7.2 ± 0.3 7.5 ± 0.4 7.6 ± 0.3 7.6 ± 0.1 7.8 ± 0.0 7.8 ± 0.1 7.3 ± 0.2 KS 7.5 ± 0.0 Sperma hidup (%) 70 ± 10 67 ± 5.8 63 ± 3.5 50 ± 0.0 50 ± 0.0 60 ± 14 45 ± 7.1 50 ± 0.0 50 ± 0.0 27 ± 23 40 ± 0.0 40 ± 0.0 0 0 0 KS 0 Abnormalitas 7.0 ± 0.2 7.3 ± 0.5 7.3 ± 0.3 7.8 ± 0.0 7.0 ± 0.7 7.4 ± 0.5 7.1 ± 0.1 7.1 ± 0.0 7.2 ± 0.3 7.5 ± 0.4 7.6 ± 0.3 7.6 ± 0.1 7.8 ± 0.0 7.8 ± 0.1 7.3 ± 0.2 KS 7.5 ± 0.0 Libido (detik) 112 ± 163 13 ± 15 135 ± 118 149 ± 128 47 ± 30 85 ± 52 114 ± 135 58 ± 54 105 ± 45 61 ± 45 205 ± 85 245 ± 85 113 ± 124 99 ± 30 136 ± 76 210 ± 0 300 ± 0

PS = Putih Susu; P = Putih; KT = Kental; SD = Sedang; EN = Encer; KS = Kosong, 2 + : gerakan cepat tidak berawan; 3 + : gerakan cepat sekali seperti awan berputar.

Tabel 2. Kualitas semen selama satu jam pengamatan pada sapi PO

Ejakulasi ke Uraian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Volume (ml) 2,3 ± 0,9 KS 0,2 ± 0.0 3.0 ± 0,0 4 ± 0.0 1.7 ± 2,0 2 ± 0.0 0,9 ± 0.5 1,7 ± 0,0 3,5 ± 0.0 KS 0.3 ± 0.0 0.5 ± 0.0 Warna P S KS P S P S P S P S P P S P S P S KS P P S Konsistensi KT KS KT KT KT SD SD KT KT KT KS EN KT Gerakan massa 2+ KS 2+ 3+ 3+ 2+ 1+ 2+ 3+ 2 + KS - 1 + Motilitas (%) 78 ± 16 KS 70 ± 0,0 85 ± 0.0 85 ± 0.0 62 ± 22 41 ± 0,0 57 ± 27 80 ± 0.0 75 ± 0,0 KS 15 ± 0.0 50 ± 0,0 Konsentrasi (juta/ml) 1627 ± 1101 KS 1420 ± 0,0 3000 ± 0,0 1440 ± 0.0 1247 ± 920 820 ± 0,0 840 ± 642 * 1220 ± 310 KS 300 ± 0,0 820 ± 0.0 PH semen 7.0 ± 0.2 KS 7.0 ± 0.0 7.0 ± 0.0 7.0 ± 0.0 7.0 ± 0.1 7.2 ± 0.0 7.1 ± 0.1 7.0 ± 0.0 7.0 ± 0.0 KS 7.3 ± 0.0 7.0 ± 0.0 Sperma hidup (%) 91,5 ± 3,5 KS * * 83 ± 0.0 75 ± 0,0 83 ± 0,0 67 ± 0.0 * * KS 50 ± 0.0 * Abnormalitas 4,5 ± 0.7 KS * * 8,0 ± 0.0 9,0 ± 0.0 6,0 ± 0.0 5,0 ± 0.0 * * KS 8,0 ± 0.0 * Libido (detik) 72 ± 71 54 ± 59 43 ± 39 125 ± 83 77 ± 65 43 ± 44 121 ± 71 83 ± 34 243 ± 324 186 ± 101 343 ± 336 139 ± 135 43 ± 0

PS : Putih Susu; P : Putih; KT : Kental ; SD : Sedang; EN : Encer; KS : Kosong, 2 + : gerakan cepat tidak berawan; 3 + : gerakan cepat sekali seperti awan berputar. * : Tidak terhitung

(5)

_____________________________________________________________________________________________ Tabel 3. Profil ukuran tubuh dan lingkar scrotum pejantan sapi potong

Genotipe sapi potong Parameter

Simmental PO

Umur (gigi tetap) I1 I1-I2

Bobot hidup pejantan (kg) 387,3 ± 32,0 343,0 ± 64,9

Tinggi gumba (cm) 133,7 ± 3,2 152,0 ± 33,0

Lingkar dada (cm) 169,0 ± 6,2 165,0 ± 10,1

Panjang badan (cm) 139,3 ± 1,2 133,0 ± 10,6

Lingkar scrotum (cm) 29,5 ± 5,8 30,2 ± 3,7

I=incisor/gigi tetap

Tabel 4. Libido dan konsentrasi hormon testosteron pejantan sapi potong PO dan silangan Simmental selama penelitian Genotipe sapi potong

Parameter Simmental PO Libido (detik) Naik ke-1 Naik ke-2 Naik ke-3 112,0 ± 163,3 12,3 ± 15,3 116,9 ± 93,0 72,3 ± 71,3 53,7 ± 54,2 43,2 ± 39,4 Ejakulasi/jam (kali) 7 – 14 5 – 6 Hormon testosteron (ng/ml) Pagi (jam: 09.00) Siang(jam: 12.00) Sore (jam: 15.00) 6,1 ± 0,4 1,9 ± 3,3 0,0 ± 0,0 7,0 ± 0,8 0,0 ± 0,0 4,4 ± 2,2 0 70 140 210 280 350 420 1 3 5 7 9 11 13 15 17 Ejakulasi ke Waktu (detik) PO Simmental

(6)

_____________________________________________________________________________________________ Oleh karena itu kedua pejantan Simmental dan PO

sudah memenuhi persyaratan untuk ditampung semennya dan dianjurkan untuk penampungan semen pejantan pada pagi hari dan ejakulasinya lebih dari satu kali, dikarenakan konsentrasi hormon testosteron paling tinggi adalah pada waktu pagi hari (WIJONO et al., 1993; CHENG et al., 1994).

KESIMPULAN DAN SARAN

Konsentrasi hormon testosteron paling tinggi adalah pada waktu pagi hari dengan konsentrasi pada sapi PO sebesar 7,0 ± 0,8 ng/ml dan Simmental sebesar 6,1 ± 0,4 ng/ml. Profil dan libido kedua pejantan (PO dan Simmental) dapat digunakan dalam pembuatan semen beku maupun semen cair; dan sesuai dengan yang disyaratkan yaitu umur I1 – I2, bobot hidup > 350 kg, lingkar scrotum lebih kurang 30 cm, dan ejakulasi hingga 5-6 kali/jam pada pejantan PO dan 7–14 kali pejantan Simmental. Kualitas semen segar yang dapat diproses menjadi semen beku atau cair pada sapi PO pada ejakulasi pertama sampai ejakulasi ke-10 dengan motilitas antara 62-85% dan sapi Simmental sampai ejakulasi ke-3 dengan motilitas sebesar 63-70%.

DAFTAR PUSTAKA

AFFANDHY, L., P. SITUMORANG, D.B. WIJONO, ARYOGI, dan P.W. PRIHANDINI. 2002. Evaluasi dan alternatif pengelolaan reproduksi usaha ternak sapi potong pada konsisi lapang. Laporan. Loka Penelitian Sapi Potong. (Inpress)

Anonimus. 2001. Katalog Pejantan sapi Potong Balai Inseminasi Buatan Lembang tahun 2001. BIB Lembang. hlm .79

ARYOGI dan M. A. YUSRAN. 1994. Libido dan Semen Quality of Madura Bulls on Smallholder Farmer on Dry Season in East Java, Indonesia. Proc of 7th AAAP Anim. Sci. Conggress Vol. III, Bali: 97-98.

CHENG, Y. C., K .S. KRU., C. K. KUM, J.H. LEE, CJ. KWON, K.Y. HAN and J.T. JOON. 1994. Effect of Season on Serum Testostrone in male Korean Native Goat. Proc of 7th AAAP Anim. Sci. Conggress Vol. III, Bali: 199-200. DJANUAR, R. 1985. Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi

Buatan Pada Sapi. Gadjah Madah Univ. Press. hlm 59 (Terjemahan).

HEDAH, D. 1992. Peranan Balai Inseminasi Buatan Singosari Dalam Meningkatkan Mutu Sapi Madura Melalui Inseminasi Buatan. Proc. Pertemuan Ilmiah Hasil Penelitian dan Pengembangan Sapi Madura. Sub Balitnak Grati: 92-100.

HEDAH, D dan HERLIANTIN. 1993. Handling Semen Beku. Pros. Pertemuan Pembahasan Hasil Penelitian Seksi Bibit Sapi Madura. Sub Balitnak Grati: 65-69.

HEDAH, D., E. HERMIWIYANTI dan SARASTINA. 1993. Perkembangan Teknologi Proses Pembuatan Semen Beku Pros. Pertemuan Pembahasan Hasil Penelitian Seksi Bibit Sapi Madura. Sub Balitnak Grati: 59-64. HUNTER, R. H. F. 1982. Reproduction of Farm Animal.

School of Agriculture Univ. of Edinburgh. Longman, London and New York. 139 pp.

JOSEY, M. J., K.J. ROWAN, S.J. MILARD and S.R, PEATLING. 1996. Scrotal Circumference of Cross Breed Bulls in The northern teriitory. Proc. Aust. Soc. Anim. Prod. No 21:418.

LIU, S. H., Y. H. KUO and K. H. LEE. 1992. Comparison of Semen Testostrone, estradiol-17B, luteinizing hormonne, and Prolactin Concentration Among Yaoung Boars with Different Semen and Libido During Summer. Proc. of the sixth AAAP Anim.Sci. Congress Vol. III AHAT, Bangkok, 1992:

PARTODIHARDJO, S. 1992. Ilmu Reproduksi Hewan. Cetakan ketiga. Fak. Kedokteran dan Veteriner. Institut Pertanian Bogor. Penerbit Mutiara Sumber Wijaya, Jakarta Pusat.

RASYID, A., M. A. YUSRAN dan KOMARUDIN-MA’SUM. 1996. Pengaruh Umur Terhadap Produksi Semen Pada Sapi Madura.Dalam: Temu Ilmiah Hasil-Hasil Penelitian Peternakan. Balai Penelitian Ternak: 229-233.

SITUMORANG, P. 1993. Daya Hidup Spermatozoa Kerbau Sungai , Kerbau Lumpur dan Persilangannya Setelah Dibekukan dalam Nitrogen Cair. Ilmu dan Peternakan Vol 6(1): 6 – 10.

VERKERK, G. A. and K. L. MACMILLAN. 1997. Adrenocortical responses to an Adrenocortico tropic Hormone in Bulls and Strees. J. Anim. Sci.1997,75:2520-2525.

WIJONO, D. B., KOMARUDIN-MA’SUM and U. UMIYASIH. 1993. Profil testosteron dalam Plasma Darah Sapi Madura. Pros. Pertemuan Pembahasan Hasil Penelitian Seksi Bibit Sapi Madura. Sub Balitnak Grati: 17-22. WIJAYA, I. N. S. 1992. Pengaruh Musim dan Umur Terhadap

Kualitas dan Kuantitas Air Mani sapi Friesian holstein di Balai Inseminasi Buatan Singosari. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Airlangga Surabaya. hlm.51 (Skripsi).

Gambar

Tabel 4. Libido dan konsentrasi hormon testosteron pejantan sapi potong PO dan silangan Simmental selama penelitian  Genotipe sapi potong

Referensi

Dokumen terkait

diketengahkan oleh cendekiawan Islam di Malaysia yang mengenal pasti bahawa kelemahan umat Islam dewasa kini adalah disebabkan kelemahan dalam sistem pendidikan

Pada tabel diskripsi dari variabel Y dapat disimpulkan bahwa nasabah Bank Muamalat Kediri setuju dengan loyalitas nasabah sebanyak 195 suara atau 59% responden. Setelah

persetujuan atas pemanfaatan ruang jalan tol di ruang milik jalan tol dan ruang milik jalan arteri yang dimanfaatkan dalam rangka pembangunan prasarana Kereta Api Ringan/Light

Tulisan ini mengangkat proposisi historik dan futuristik bimbingan dan konseling, terutama dalam seting pendidikan sekolah, yang mencakup: (1) bimbingan dan

Rumah susun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam

Dalam rangka peningkatan pelayanan kepada masyarakat dan efektifitas penyelengaraan pemerintahan, serta pembangunan maka kecamatan Teluk Keramat dikembangkan dengan

Untuk setiap rancakan dibutuhkan dua pasang, pengeret besar yang nantinya merupakan panjang dari rancakan tersebut dan dua pasang pengeret kecil yang

Allah, yang memanggil kamu kepada persekutuan dengan Anak-Nya Yesus Kristus, Tuhan kita, adalah setia.. Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara- saudara, demi nama