• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. PENDAHULUAN. dikembangkan untuk menyokong persediaan protein hewani. masyarakat. Kambing juga termasuk salah satu jenis ternak yang akrab dengan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "I. PENDAHULUAN. dikembangkan untuk menyokong persediaan protein hewani. masyarakat. Kambing juga termasuk salah satu jenis ternak yang akrab dengan"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kambing adalah salah satu komunitas ternak yang berpotensi dikembangkan untuk menyokong persediaan protein hewani. Peluang pasar ternak kambing selalu tersedia setiap saat dan selalu meningkat setiap tahun seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan meningkatnya kebutuhan gizi masyarakat. Kambing juga termasuk salah satu jenis ternak yang akrab dengan sistem tani di pedesaan dan juga sangat digemari oleh masyarakat untuk diternakkan karena ukuran tubuhnya tidak terlalu besar, perawatannya mudah, cepat berkembang biak dan pertumbuhan anaknya juga cepat

Dalam usaha peternakan, ada tiga faktor yang menentukan berhasil tidaknya usaha peternakan yaitu bibit, pakan, dan tata laksana (manajemen). Ketiga faktor tersebut merupakan segitiga sama sisi yang harus diperhatikan keseimbangannya. Pemeliharaan kambing dengan baik dapat menghasilkan produksi yang tinggi, sesuai target yang diinginkan peternak. Ternak memerlukan nutrisi untuk kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan, reproduksi, laktasi, gerak dan kerja. Kebutuhan ternak hendaknya perlu dilakukan perhitungan atau dengan kata lain, pemberian pakan disesuaikan dengan kebutuhan ternak tersebut.

Ternak kambing khususnya kambing potong diberikan makanan dari hijauan apa saja yang tersedia terutama hijauan pada lahan-lahan marjinal. Hijaun pada lahan marjinal bercirikam tinggi serat kasar dan rendah protein. Hal ini menyebabkan lambatnya pertumbuhan ternak, maka perlu upaya untuk meningkatkan nilai gizi hijauan. Selain itu permasalahan dalam penyediaan

(2)

hijauan adalah sulitnya mendapatkan hijauan dimusim kemarau sehingga perlu juga upaya mempertahankan ketersediaan hijauan dimusim kemarau..

Indigofera Sp dan pelepah sawit merupakan hijauan yang dapat digunakan untuk pakan ternak kambing. Penggunaan pelepah sawit sebagai pakan ternak menghadapi kendala rendahnya daya cerna dan kandungan nutrisi. Kandungan zat-zat nutrisi pelepah daun sawit adalah BK 48,78%, PK 5,3%, hemiselulosa 21,1%, selulosa 27,9%, SK 31,09%, abu 4,48%, BETDN 51,87%, lignin 16,9% dan silica 0,6%. Tanaman indigofera sp. adalah tanaman legum yang sangat baik untuk dimanfaatkan sebagai pakan ternak kambing sepanjang tahun karena memiliki protein kasar yang tinggi berkisar antara 22-29%, sedangkan serat (NDF) tergolong rendah yaitu antara 22-46% (Sinartani, 2011).

Indigofera Sp yang dicampur dengan pelepah kelapa sawit dan diolah menjadi silase, merupakan salah satu upaya mengatasi permasalahan hijauan yang diuraikan di atas. Kekurangan protein dari hijauan diatasi dengan menambahkan konsentrat berupa bungkil kedele dan bungkil inti sawit dalam ransum.

Pada Loka Penelitian (Lolit) Kambing Potong Sei Putih telah dilakukan pemberian pakan komplit Indigofera Sp dan pelepah kelapa sawit yang ditambah dengan konsentrat berupa bungkil inti sawit, bungkil kedele dan molasses pada ternak kambing Boerka. Hasil pengamatan selama Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM) di Loka Penelitian Ka,bing Potong Sei Putih dibuat dalam laporan Tugas Akhir dengan judul :

“ Pemberian Pakan Komplit Indigofera Sp dan Pelepah Kelapa Sawit Terhadap Pertambahan bobot Badan Kambing Boerka di Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih.

(3)

I.2. Tujuan dan Manfaat I.2.1 Tujuan

Tujuan dari penulisan Laporan Tugas Akhir ini adalah untuk mengetahui dampak pemberian pakan komplit indigofera sp dan pelepah kelapa sawit terhadap pertambahan bobot badan kambing potong.

1.2.2. Manfaat

Diketahui dampak pemberian Pakan Komplit Indigofera sp dan Pelepah Kelapa Sawit terhadap pertambahan bobot badan kambing Boerka sehingga peternak dapat mengadopsi teknologi Pakan Komplit Indigofera sp dan Pelepah Kelapa Sawit.

(4)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kambing Boerka

Kambing Boerka merupakan kambing hasil perkawinan silang antara Kambing Boer tipe pedaging dan Kambing Kacang. Ciri-ciri Kambing Boerka yaitu: memiliki tanduk, bulu berwarna putih dibagian badan, berwarna coklat di bagian leher dan kepala.

Kambing Boerka ini lebih unggul dibandingkan dengan kambing lokal. Kambing Boerka memiliki bobot lahir 42% lebinh tinggi dibandingkan dengan Kambing Kacang dan bobot lahir jenis kelamin jantan cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan bobot badan betina. Bobot lahir terkait erat dengan daya hidup dan bobot hidup pada saat disapih, sehingga bobot lahir menjadi karakter yang menentukan dalam pencapaian tingkat efisiensi produksi.

Menurut Ginting dan Mahmilia (2008) bobot hidup Kambing Boerka secara konsisten lebih tinggi dibandingkan dengan Kambing Kacang pada berbagai umur. Pada saat umur 3 bulan sampai dewasa (lebih dari 18 bulan) bobot hidup Kambing Boerka jantan rata-rata lebih tinggi 36 – 45% dari kambing kacang sementara dibanding pada Kambing Boerka betina rata-rata lebih tinggi 26 – 40% dari Kambing Kacang. Pada umur 12 atau 18 bulan Kambing Boerka jantan telah mampu mencapai bobot hidup antara 26 – 36 kg. Bobot hidup tersebut sesuai persyaratan pasar ekspor. Dengan demikian, Kambing Boerka merupakan ras kambing yang memiliki potensi untuk dikembangkan komersial dalam mendukung pemasaran ternak. Bobot hidup Kambing Boerka pada berbagai jenis umur dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

(5)

Tabel 1. Bobot hidup Kambing Boerka pada berbagai umur

Bobot Hidup (Kg)

Umur Jantan Betina

Lahir 2.2 - 2.8 2.0 - 2.6 3 Bulan 9 – 15 8 – 12 6 Bulan 16 – 22 14 – 18 9 Bulan 21 – 24 15 – 19 12 Bulan 26 – 32 18 – 26 18 Bulan 28 – 36 20 – 28 > 18 Bulan 38 – 50 28 – 38

Sumber: Ginting dan Mahmilia (2008)

2.2. Pakan Ternak Kambing Boerka

Kebutuhan ternak akan pakan dicerminkan oleh kebutuhannya terhadap nutrisi. Jumlah nutrisi setiap harinya sangat bergantung pada jenis ternak, umur, fase pertumbuhan, kondisi tubuh dan lingkungan tempat hidupnya serta bobot badannya. Pemberian pakan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi ternak dapat menyebabkan defisiensi zat makanan sehingga ternak mudah terserang penyakit. Penyediaan pakan harus diupayakan secara terus-menerus dan sesuai dengan standar gizi menurut status ternak yang dipelihara (Cahyono, 1998). Zat-zat makanan yang terkandung dalam pakan sangat perlu diperhatikan untuk memperoleh pertumbuhan ternak kambing yang baik. Bahan pakan harus mengandung zat-zat makanan seperti protein, lemak, karbohidrat, mineral, da vitamin-vitamin, serta air yang dibutuhkan ternak. Zat-zat makanan perlu diperhatikan untuk memperoleh pertumbuhan optimum oleh seekor ternak (Anggorodi, 1990), yang disesuaikan dengan tujuan produksi dari ternak tersebut. Kekurangan zat makanan yang diperoleh kambing dari hijauan, maka dapat diberikan makanan penguat (konsentrat) dengan kandungan protein sebanyak 200-300 g perhari sehingga dapat meningkatkan pertambahan bobot badan kambing.

(6)

2.3 Konsumsi dan Konversi Pakan Kambing Boerka

Tingkat konsumsi (voluntary feed intake) adalah jumlah makanan yang terkonsumsi oleh hewan bila bahan makanan tersebut diberikan secara adlibitum. Konsumsi adalah faktor essensial yang merupakan dasar untuk hidup dan menentukan produksi. Tingkat konsumsi bahan kering dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain : 1. faktor hewan yaitu: bobot badan dan umur. 2. Kondisi : stress yang diakibatkan oleh lingkungan: makanan yaitu sifat fisik dan komposisi kimia makanan yang dapat mempengaruhi kecernaan yang selanjutnya mempengaruhi konsumsi (Parakkasi,1999).

Anggorodi (1990), menyatakan jumlah konsumsi bahan kering pakan dipengaruhi beberapa variabel meliputi, jumlah pakan yang tersedia dan komposisi kimia serta kualitas bahan pakan. Salah satu yang menjadi penentu tingkat konsumsi adalah keseimbangan zat makanan dan palatabilitas. Tingkat perbedaan konsumsi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor ternak (bobot badan, umur, tingkat kecernaan pakan, kualitas pakan dan palatabilitas). Menurut Departemen Pertanian (2002) yang menumbuhkan daya tarik dan merangsang ternak untuk mengkonsumsi pakan adalah palatabilitas. Makanan yang berkualitas baik, tingkat konsumsinya lebih tinggi dibandingkan dengan makanan berkualitas rendah, sehingga kualitas pakan yang relatif sama maka tingkat konsumsinya juga relatif sama (Parakkasi, 1999)

Konversi pakan adalah perbandingan antara jumlah pakan yang dikonsumsi pada waktu tertentu dengan yang dihasilkan (pertambahan bobot badan atau produksi yang dihasilkan) dalam kurun waktu yang sama. Konversi pakan merupakan indikator teknis yang dapat menggambarkan tingkat efisiensi

(7)

penggunaan pakan, semakin rendah angka konversi pakan berarti semakin baik karena pakan yang digunakan akan semakin sedikit dan nantinya akan menghemat biaya (Anggorodi, 1990).

Faktor yang mempengaruhi konversi ransum yaitu lingkungan (suhu, penyakit, makanan dan minuman), kemampuan genetik, nilai gizi ransum dan tingkat energi ransum. Konversi ransum diukur dari jumlah bahan kering yang dikonsumsi dibagi dengan unit pertambahan bobot badan persatuan waktunya. Konversi ransum khususnya pada ternak ruminansia dipengaruhi oleh kualitas pakan, pertambahan bobot badan dan nilai kecernaan. Dengan memberikan kualitas pakan yang baik, ternak akan tumbuh lebih cepat dan lebih baik konversi ransumnya (Martawidjaya et al., 1999).

Pada penelitian yang dilakukan Ginting (2007) yang menggunakan pakan komplit berbahan dasar kulit nenas pada Kambing Boerka sedang tumbuh diperoleh rataan konversi pakan sebesar 10-14.

2.4. Pakan Hijauan Olahan (Silase)

Pakan hijauan olahan (silase) adalah pakan ternak berupa hijauan (rumput-rumputan atau leguminosa) yang disimpan dalam bentuk segar setelah mengalami proses ensilase (http://warintek.bantulkab.go.id, 2015). Pengolahan pakan hijauan bertujuan untuk mengatasi kekurangan pakan dimusim kemarau atau ketika pengembalaan ternak tidak mungkin dilakukan. Menurut Kartasudjana (2001), pakan hijauan olahan merupakan hijauan yang difermentasi sehingga hijauan tersebut tetap awet karena terbentuk asam laktat.

Menurut Wahyono dan Hardiyanto (2004), silase adalah pakan hijauan olahan yang berasal dari hijauan makan ternak ataupun limbah pertanian yang

(8)

diawetkan dalam keadaan segar (kandungan air 60-70%) melalui proses fermentasi dalam silo (tempat pembuatan silase), sedangkan ensilase adalah proses pembuatan silase. Silo dapat dibuat di atas tanah yang bahannya berasal dari tanah, beton, baja, anyaman bambu, tong plastik, drum bekas, dan lain sebagainya.

Prinsip pengolahan pakan hijauan (silase) yaitu :

a. Menghentikan pernafasan dan penguapan sel-sel tananman

b. Mengubah karbohidrat menjadi asam laktat melalui proses fermentasi kedap udara

c. Menahan aktivitas enzim dan bakteri pembusuk.

d. Mencapai dan mempercepat keadaan hampa udara (anaerob)

2.5. Pakan Konsentrat

Ternak memerlukan nutrisi untuk kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan, reproduksi, laktasi, gerak dan kerja. Pemberian pakan/ransum hendaknya memperhitungkan semua kebutuhan tersebut, atau dengan kata lain, pemnberian pakan disesuaikan dengan kebutuhan ternak.

Penambahan konsentrat pada kambing bertujuan untuk meningkatkan nilai pakan dan menambah energi. Tingginya pemberian pakan berenergi menyebabkan peningkatan konsumsi dan daya cerna dari rumput atau hijauan kualitas rendah. Selain itu penemberian konsentrat tertentu dapat menghasilkan asam amino essensial yang dibutuhkan oleh tubuh (http://cijayantifarm.wordpress.com, 2011). Penambahan konsentrat tertentu dapat juga bertujuan agar zat makanan dapat langsung diserap di usus tanpa terfermentasi di rumen, mengingat fermentasi rumen membutuhkan energi lebih banyak.

(9)

Berdasarkan kandungan gizinya, konsentrat dibagi dua golongan yaitu konsentrat sebagai sumber energi dan sebagai sumber protein. Konsentrat sebagai sumber protein apabila kandungan protein lebih dari 18%, dan Total Digestible Nutrision (TDN) 60%. Ada konsentrat yang berasal dari hewan maupun tumbuhan. Konsentrat berasal dari hewan mengandung protein lebih dari 47%, mineral Ca lebih dari 1%, dan P lebih dari 1,5% serta kandungan serat kasar di bawah 2,5%. Contoh konsentrat asal hewan antara lain : tepung ikan, tepung susu, tepung daging, tepung darah, tepung bulu dan tepung cacing. Konsentrat yang berasal dari tumbuhan, kandungan proteinnya di bawah 47%, mineral Ca di bawah 1% dan P di bawah 1,5%, serat kasar lebih dari 2,5%. Contoh konsentrat yang berasal dari tumbuhan antara lain : tepung kedelai, tepung biji kapuk, tepung bunga matahari, bungkil wijen, bungkil kedelai, bungkil kelapa, bungkil kelapa sawit dan lain sebagainya. Konsentrat sebagai sumber energi apabila memiliki kandungan protein di bawah 18%, TDN 60% dan serat kasarnya lebih dari 10%. Contoh konsentrat sebagai sumber energi antara lain : dedak, jagung, empok, polar dan lain sebagainya (Soedomo, 1987)

a. Molases

Molasses adalah tetes yang merupakan hasil sampingan dari pembuatan gula tebu. Tanaman tebu sendiri terdiri dari bagian batang (60%) yang merupakan bahan utama untuk pembuatan gula, pusuk tebu (30%) dan daun (10%) yang dapat digunakan sebagai bahan pakan (forase). Batang tebu yang digunakan pada pembuatan gula akan terdapat beberapa bagian yaitu: 1.ampas sebanyak 15% yang terdiri dari amapas kasar 70% dan ampas halus 30%. 2.Cairan sebanyak 85% yang terdiri dari air 70%, gula 10%, tetes 3% dan bahan sisa 2%.

(10)

Ampas halus tersebut juga dapat dipakai sebagai bahan pakan khususnya bagi ternak ruminansia. Tetes mengandung gula cukup tinggi, yaitu di atas 48%, terdiri dari sukrosa 25-40% dan gula yang lain 12-25%. Testes merupakan bahan pakan sumber energi yang cukup baik (55%-75% TDN). Walaupun testes berupa cairan, tapi kenyataannya cukup tinggi kandungan bahan keringnya, yaitu 70% -80% dan abunya 8% - 10% dengan mineral utama K, Ca, Cl dan garam sulfat.(http://elisa.ugm.ac.id, 2007).

b. Bungkil kedelai

Bungkil kedelai adalah biji-bijian yang tertinggi kandungan proteinnya (42%). Sewaktu panen biji kedelai masih cukup tinggi kandungan airnya, oleh karena itu perlu diturunkan kandungan airnya (< 15%) agar dapat tahan lama disimpan. Bila digunakan sebagai bahan pakan , maka perlu dilakukan penggilingan dulu agar mudah dicampur dengan bahan pakan butiran-butiran. Bungkil kedelai adalah salah satu bahan pakan konsentrat protein nabati yang sangat baik. Kandungan asam amino esensialnya mendekati asam amino esensial dari protein susu kecuali metionin dan lisin (rendah), sumber vitamin B kecuali B12 yang sangat rendah yaitu tidak seperti yang terkandung di dalam konsentrat protein hewani.

c. Bungkil Inti Sawit

Bungkil kelapa sawit dan buah kelapa sawit dihasilkan dua macam minyak, yaitu, minyak dan sabut buah kemudian minyak dan inti atau minyak daging buah.

Bungkil inti sawit yang dimaksud di sini adalah bungkil dan pembuatan minyak inti atau daging buah kelapa sawit, oleh karena itu sering disebut sebagai

(11)

bungkil inti sawit. Bungkil inti sawit banyak digunakan sebagai bahan pakan sapi dan kambing, bahkan untuk sap dan kambing perah (1,5 kg/ekor/hari) dapat menghasilkan susu yang bila dibuat mentega akan menghasilkan mentega yang keras.

(12)

III. METODE PELAKSANAAN

3.1 Waktu dan Tempat

Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM) dilaksanakan selama 2,5 bulan dimulai dari tanggal 17 Maret - 30 Mei 2015. PKPM ini dilakukan di Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih, Kecamatan Galang, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.

3.2. Alat dan Bahan 3.2.1. Alat

Alat yang digunakan terdiri atas: 1.tali, 2.timbangan, 3.alat tulis, 4. parang, 5. mesin chooper, 6.mesin mixer, dan 7. sekop.

3.2.2. Bahan

Bahan yang digunakan berupa: 1.Indigofera sp 2.pelepah kelapa sawit, 3.molasses, 4.bungkil inti sawit, 5.bungkil kedelai, 6.ternak kambing Boerka umur 5-6 bulan 21 Kg.

3.3. Pelaksanaan

3.3.1. Penyediaan Ransum (Pembuatan Silase)

Semua bahan yang akan dijadikan ransum disediakan. Komposisi bahan-bahan yang digunakan untuk ransum dapat dilihat pada Tabel 1. Semua bahan-bahan dicampur dan dimasukkan ke dalam Silo berkapasitas 90-100 kg. Pencampuran bahan menggunakan mesin.

(13)

Tabel 2. Komposisi bahan-bahan yang digunakan untuk ransum Kambing Potong

No Nama Bahan Persentase Penggunaan

1 Indigofera sp. 25%

2 Pelepah Kelapa Sawit 30%

3 Molases 5%

4 Bungkil Inti Sawit 25%

5 Bungkil Kedelai 15%

Jumlah 100%

Pengadukan ransum dilakukan satu kali dalam satu minggu dengan menggunakan mesin. Sebelum dilakukan pengadukan, indigofera sp dan pelepah kelapa sawit dicincang/digiling sampai halus menggunakan mesin chooper, kemudian dilakukan penimbangan sesuai kebutuhan yang telah ditentukan. Volume bahan pakan yang paling banyak terlebih dahulu dimasukkan ke dalam mesin pengaduk (mixer). Pakan hijauan yang telah tercampur dengan bahan butiran kemudian dimasukkan ke Silo. Silo yang digunakan berupa drum plastik. Setelah itu pakan siap diberikan pada ternak kambing.

3.3.2. Tata Laksana Pemeliharaan

Tata laksanan pemeliharaan yang dilakukan di Lolit Kambing Potong dimulai pada pukul 07.00 pagi. Kegiatan pertama yang dilakukan adalah membersihkan kandang. Sisa rumput dikeluarkan dari tempat pakan dan disapu sampai bersih menggunakan sapu lidi. Setelah semuanya selesai baru dilanjutkan dengan kegiatan kedua yaitu membersihkan lantai kandang dari sisa kotoran dan sisa rumput. Setelah kandang dan tempat pakan bersih lalu dilanjutkan dengan membersihkan tempat minum dan langsung diganti air minum baru. Setelah semuanya selesai baru dilakukan kegiatan ketiga yaitu pemberian pakan olahan

(14)

sebanyak 1.200 g/ekor/hari. Pemberian dilakukan tiga kali dalam satu hari (pagi, siang dan sore).

3.4. Parameter yang Diamati

3.4.1. Pertambahan Bobot badan (PBB) Kambing

Kambing ditimbang satu kali dalam setiap minggu pada hari yang sama. Pertambahan bobot badan dihitung dengan cara mengurangi berat badan saat ditimbang dengan berat badan sebelumya.

3.4.2. Konsumsi Pakan

Konsumsi pakan dihitung dengan cara mengurangi jumlah pakan yang diberikan dengan jumlah sisa pakan. Penimbangan sisa pakan dilakukan setiap hari yaitu pada pagi hari sebelum pemberian pakan baru.

3.4.3 Konsumsi Bahan Kering

Konsumsi bahan kering (BK) ditentukan berdasarkan kandungan BK ransum yang dikonsumsi.

Konsumsi BK = Jumlah ransum yang dikonsumsi x % BK ransum 3.4.4. Konversi Pakan

Konversi pakan adalah perbandingan antara jumlah pakan yang dikonsumsi dengan pertambahan bobot badan harian kambing. Konversi pakan dapat diketahui dari konsumsi pakan berdasarkan kebutuhan bakan kering.

(15)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pertambahan Bobot Badan dan Konsumsi Pakan

Pertambahan bobot badan (PBB) merupakan hal yang sangat penting diperhatikan dalam usaha ternak kambing potong ini karena produk utama dari ternak potong adalah daging. Pertambahan bobot badan ternak merupakan cerminan kualitas dan nilai biologis pakan yang diberikan kepada ternak (Simanihuruk, 2006). Pertambahan bobot badan ternak dapat diketahui dengan cara menimbang ternak tersebut. Berikut ini data pertambahan bobot badan harian ternak kambing Boerka yang diberi pakan komplit Indigofera sp dan Pelepah kelapa sawit selama 8 minggu pengamatan.

Tabel 3. Rataan bobot badan dan PBBH kambing Boerka selama pengamatan No Data Bobot Badan Kambing Boerka /Minggu(kg) PBBH

Ternak awal 1 2 3 4 5 6 7 (g/e/hr)

60903 14.5 15.4 16.4 17.2 18.1 18.9 19.8 20.8 112.5 60912 14.5 15.3 16.2 17 17.9 18.7 19.6 20.4 105.4 60906 14.8 15.7 16.5 17.5 18.4 19.2 20.2 21.2 114.3 60917 14.9 15.8 16.7 17.7 18.6 19.6 20.5 21.3 114.3 60856 14.6 15.5 16.3 17.2 18.2 19 19.9 20.8 110.7 Rata-rata 14.7 15.5 16.4 17.3 18.2 19.1 20.0 20.9 111.4

Keterangan : PBBH = Pertambahan bobot badan harian

Rataan pertambahan bobot badan harian kambing Boerka yang didapatkan dari pengamatan selama 8 minggu adalah 111.4 g/ekor/hari. Hal ini menunjukkan pertambahan bobot badan harian kambing Boerka dengan pakan komplit Indigofera sp dan pelepah kelapa sawit lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian Ginting (2007) yaitu 71-89 g/ekor/hari. Adanya perbedaan pertambahan bobot badan antara hasil pengamatan selama PKPM dengan hasil penelitian Ginting (2007) disebabkan jenis pakan komplit yang diberikan berbeda sehingga

(16)

konsumsi bahan kering dan protein berbeda. Pada penelitian Ginting (2007) pakan komplit yang digunakan berbahan dasar kulit nenas sedangkan pada pengamatan selama PKPM menggunakan pakan komplit berbahan dasar Indigofera sp dan pelepah sawit.

Hasil pengamatan ini juga masih lebih tinggi bila dibandingkan dengan Performans Kambing Boerka secara umum, yang mana pertambahan bobot badan harian (PBBH) hanya 64-86 g/ekor/hari. (Ginting dan Mahmilia 2008). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian pakan komplit indigofera sp dan pelepah kelapa sawit sangat baik untuk pertumbuhan Kambing Boerka.

Pertambahan bobot badan juga dipengaruhi oleh jumlah konsumsi pakan. Rataan konsumsi pakan komplit Indigofera sp dan pelepah kelapa sawit selama 8 minggu pengamatan di Lolit Kambing Potong Sei Putih adalah 7.4 kg/ekor/minggu atau sekitar 1.100 gr/ekor/hari (Tabel 3). Konsumsi pakan kambing potong dengan pakan komplit Indigofera sp dan pelepah kelapa sawit berbeda dengan hasil penelitian Ginting (2007) yang hanya mengonsumsi pakan komplit sekitar 780 – 980 gr/ekor/hari. Adanya perpedaan konsumsi disebabkan kecernaan ransum dan kandungan nutrisi yang berbeda. Menurut Ginting (2007) konsumsi pakan komplit berbentuk tepung kasar hanya 3,9-4,9 % dari bobot badan dan daya cerna hanya mencapai 62 - 81 % sedangkan pada pengamatan selama PKPM konsumsi pakan komplit mencapai 4,98 - 5,12% dari bobot badan.

Kandungan protein kasar pakan komplit indigofera sp dan pelepah kelapa sawit 17,18% dan bahan kering (BK) 88%, sedangkan pakan komplit kulit nenas memiliki protein kasar lebih rendah yaitu 14% dan bahan kering 84% (Ginting, 2007). Menurut Arora (1983), bahwa kecernaan ransum akan semakin tinggi

(17)

seiring dengan peningkatan kandungan nutrisi ransum yang dikonsumsi. Pakan berkualitas baik akan menghasilkan tingkat konsumsi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pakan berkualitas rendah.

Tabel 4. Konsumsi pakan segar Kambing Boerka selama pengamatan

No Data Konsumsi Pakan segar Kambing Potong/Minggu (kg) rata-rata

Ternak 2 3 4 5 6 7 8 Konsumsi 60903 7.6 7.4 7.6 7.4 7.4 7.4 7.2 7.4 60912 7.5 7.5 7.5 7.4 7.5 7.4 7.4 7.5 60906 7.6 7.4 7.5 7.3 7.5 7.3 7.2 7.4 60917 7.4 7.3 7.6 7.4 7.6 7.4 7.4 7.4 60856 7.5 7.6 7.4 7.5 7.4 7.2 7.4 7.4 rata-rata 7.5 7.4 7.5 7.4 7.5 7.3 7.3 7.4

4 .2 Konsumsi Bahan Kering

Kadar air dari suatu zat makanan akan jauh lebih baik bila dihitung berdasarkan Bahan Kering (BK). Kadar air atau BK turut mengatur konsumsi, sehingga penyusunan ransum berdasarkan BK akan lebih baik dibanding dengan as fed (Parakkasi, 1999). Berikut ini data konsumsi bahan kering (BK) pakan kambing potong yang diberi pakan Silase komplit Indigofera sp dan pelepah kelapa sawit selama 8 minggu pengamatan.

Tabel 5. Konsumsi bahan kering (BK) Kambing Boerka selama pengamatan No Data Konsumsi Pakan segar Kambing

Potong/Minggu (kg) rata-rata konsumsi

Ternak 2 3 4 5 6 7 8 konsumsi BK 60903 7.6 7.4 7.6 7.4 7.4 7.4 7.2 7.4 6.5 60912 7.5 7.5 7.5 7.4 7.5 7.4 7.4 7.5 6.6 60906 7.6 7.4 7.5 7.3 7.5 7.3 7.2 7.4 6.5 60917 7.4 7.3 7.6 7.4 7.6 7.4 7.4 7.4 6.5 60856 7.5 7.6 7.4 7.5 7.4 7.2 7.4 7.4 6.5 rata-rata 7.5 7.4 7.5 7.4 7.5 7.3 7.3 7.4 6.5 Keterangan: kandungan bahan kering (BK) 88%

(18)

Konsumsi bahan kering pada pengamatan ini bergantung pada jumlah pakan yang dikonsumsi kambing potong. Rataan konsumsi bahan kering selama 8 minggu pengamatan didapatkan hasil yaitu 6.5 kg/ekor/minggu atau sekitar 929 gr/ekor/hari.

4.3. Konversi Ransum

Konversi ransum diukur dari jumlah bahan kering yang dikonsumsi dibagi dengan unit pertambahan bobot badan persatuan waktunya. Konversi ransum khususnya pada ternak ruminansia dipengaruhi oleh kualitas pakan, pertambahan bobot badan dan nilai kecernaan (Anggorodi, 1990). Berikut ini adalah tingkat konversi pakan pada kambing potong selama 8 minggu pengamatan.

Tabel 6. Konversi pakan pada Kambing Boerka selama 8 minggu pengamatan.

No PBBH konsumsi konversi

Ternak (g/e/hr) BK(g/e/hr) pakan

60903 112.5 928.6 8.3 60912 105.4 942.9 8.9 60906 114.3 928.6 8.1 60917 114.3 928.6 8.1 60856 110.7 928.6 8.4 rata-rata 111.4 928.6 8.3

Keterangan : PBBH (pertambahan bobot badan harian) BK (bahan kering)

Konversi pakan merupakan indikator teknis yang dapat menggambarkan tingkat efisiensi penggunaan pakan, semakin rendah angka konversi pakan berarti semakin baik karena pakan yang digunakan akan semakin sedikit dan nantinya akan menghemat biaya. Dilihat dari rataan 8 minggu hasil pengamatan kambing potong nilai konversinya adalah 8,3, di mana untuk menghasilkan 1 kg daging menghabiskan pakan sebanyak 8,3 kg. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian Ginting (2007) yang menggunakan pakan komplit berbahan dasar kulit nenas pada

(19)

kambing boerka sedang tumbuh diperoleh rataan konversi pakan sebesar 10-14. Perbedaan ini disebabkan karena jenis pakan dan jumlah konsumsi bahan kering yang dihabiskan berbeda. Menurut Anggorodi (1990), semakin rendah angka konversi pakan berarti semakin baik, karena pakan yang digunakan akan semakin sedikit dan nantinya akan menghemat biaya.

(20)

V. SIMPULAN

5.1 Simpulan

Pemberian pakan komplit Indigofera sp dan pelepah kelapa sawit sebagai pakan kambing Boerka dapat menghasilkan :

1 Rataan Pertambahan bobot badan harian Kambing Boerka adalah 111.4 g/ekor/hari.

2 Rataan konsumsi pakan kambing Boerka adalah 7,4 Kg/ekor/minggu

3 Rataan konversi pakan pada kambing Boerka adalah 8,3. di mana untuk menghasilkan 1 kg daging menghabiskan pakan sebanyak 8,3 kg bahan kering.

5.2 Saran

Para peternak ruminansia khususnya kambing potong disarankan untuk : 1. Memanfaatkan Indigofera sp dan Pelepah kelapa Sawit bila di tempatnya

banyak terdapat bahan tersebut sebagai pakan komplit untuk ternak kambing potong .

2. Membudidayakan tanaman Indigofera dan dijadikan pakan ternak kambing bila di tempatnya peternak susah ditemukan indigofera sp.

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Anggorodi, R. 1990. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT. Gramedia, Jakarta. Arora, S. P. ; Jaikishan; Chopra, R. C., 1983. Nutritive value of mesta cake for

ruminants. Indian J. Dairy Sci., 36 (4): 430-431

Cahyono, B. 1998. Beternak Domba dan Kambing. Kanisius, Yogyakarta. Cijayantifarm, 2011.

http://cijayantifarm.wordpress.com.Pakan-tambahan-konsentrat-untuk-kambing-dan-domba. Download tanggal 26 Juli 2015. Depertemen Pertanian. 2002. Teknologi Tepat Guna ; Budi Daya Peternakan.

Jakarta (http://www.orst.edu/dept).

Elisa,2007.http://elisa.ugm.ac.id/user/archive/download/30407/11d7c5854507384 aeb048acbf499ef95. Download tanggal 26 Juli 2015.

Ginting, S.P. 2007. Silase Kulit Nenas sebagai Pakan Dasar pada Kambing Persilangan Boer X Kacang Sedang Tumbuh.

Ginting, S.P. dan F. Mahmilia. 2008. Kambing Boerka kambing tipe pedaging hasil persilangan Boer x Kacang. Wartazoa 18(3) hlm. 115 – 126. Kartasudjana, R. 2001. Mengawetkan Hijauan Makanan Ternak. Proyek

Pengembangan Sistem dan Standar Pengelolaan SMK Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. Depdiknas. Jakarta

Martawidjaya, M., B. Setiabudi dan S. Sitorus. 1999. Karakteristik pertumbuhan anak kambing Kacang prasapih dengan tatalaksana pemeliharaan creep feeding. Pros. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner, Bogor, 1 – 2 Desember 1998. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 485 – 490.

Parakkasi, A., 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Simanihuruk, K. 2006. Pengaruh Taraf Kulit Buah Markisa (Passiflora edulis Sims f. edulis Deg) sebagai Campuran Pakan Kambing Kacang: I. Konsumsi, Kecernaan dan Retensi Nitrogen. Wartazoa 16(2) hlm 98 . Sinartani, 2011. Tanaman Indigofera sp untuk ternak kambing. Puslitbang

peternakan. Bogor. Hlm.12

(22)

Wahyono dan Hardianto. 2004. Pemanfaatan sumber daya pakan lokal untuk pengembangan usaha sapi potong. Pros. Lokakarya Nasional Sapi Potong. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 66 – 76.

Warintek,2015.http://warintek.bantulkab.go.id/web.php?mod=basisdata&kat=1&s ub=4&file=180. Dowload tanggal 26 Juli 2015.

(23)

Lampiran 1. Profil Perusahaan

Sejarah berdirinya Loka Penelitian Kambing Potong

Balai Penelitian Sungai Putih berdiri dengan surat keputusan Menteri Pertanian Nomor 913/01/0120/8/1984. Tepat pada tanggal 6 Agustus 1984 menegaskan bahwa Sub Balai Penelitian Ternak Sungai Putih melakukan penelitian-penelitian meliputi: sapi perah, kerbau, Domba ekor tipis, kambing, teknologi pakan dan usaha lainnya.

Setelah disetujui oleh pemerintah maka dibangunkanlah kantor beserta kandang secara bertahap yaitu:

1. Pembangunan gedung kantor, perumahan dan kandang dimulai tahun 1982-1984.

2. Pertengahan 1984 pegawai, staf ditambah karyawan dari bogor dan dialokasikan ke Sub Balai Penelitian Ternak Sungai Putih.

3. Pada pertengahan 1984 Balai Penelitian ternak dapat berdiri sendiri.

Adapun tujuan didirikan Sub Balai Penelitian Ternak Sungai Putih adalah: 1. Untuk mengetahui langkah-langkah berternak yang baik.

2. Mengetahui penyakit yang sering menyerang ternak.

3. Merealilisasikan program pemerintah yang mengembangkan ternak yang unggul misalnya kambing.

4. Mengali potensi lahan pemerintah pada peternakan daerah perkebunan. 5. Menggali dan mengembngkan potensi peternakan deseluruh indonesia

(24)

Tugas dan fungsi pokok

Loka Penelitian Kambing Potong merupakan unit pelaksanaan teknis dibidang penelitian dan pengembangan kambing potong. Berdasarkan SK Menteri Pertanian No.73/Ktps/OT.210/1/2002 tentang organisasi dan tata kerja. Loka Penelitian Kambing Potong, maka loka berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada kepala pusat Penelitian dan pengembangan Peternakan.

Tugas pokok Loka Penelitian Kambing Potong adalah melaksanakan tugas pokok tersebut. Fungsi yang di emban oleh instutusi ini adalah:

1. Pelaksanaan penelitian eksplorasi, evaluasi, pelestarian serta pemanfaatan plasma nutfah kambing potong dan hijauan pakan ternak tahan naungan. 2. Pelaksanan penelitian pemulian, reproduksi dan nutrisi kambing potong. 3. Pelaksanaan penelitian komponen teknologi system dan usaha agribisnis

kambing potong dan ruminansia kecil.

4. Pemberian pelayanan teknik kegiatan penelitian kambing potong.

5. Penyiapan kerja sama, informasi dan dokumentasi serta penyebar luasan dan pendayagunaan hasil penelitian kambing potong.

6. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.

Visi

Sebagai unit pelaksana teknis berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan (Puslitbangnak). Berdasarkan acuan tersebut maka visi loka mengacu kepada renstra Puslitbangnak. Berdasarkan acuan tersebut maka visi Loka Penelitian Kambing Potong adalah ‘’Menjadi Institusi Penelitian Termuka Untuk Pengembangan Pertanian‘’ yang memiliki kompentensi dan akuntabilitas yang tinggi.

(25)

Misi

Dalam upaya mewujudkan misi Loka Penelitian Kambing Potong maka perlu ditetapkan misi yang berfungsi sebagai arah dan pedoman untuk menyusun berbagai program penelitian dan kegiatan pendukung lainya. Misi Loka adalah “menghasilkan inovasi teknologi atau teknologi yang baru yang mampu meningkatkan kesejahteraan dari usaha produksi kambing”

Lokasi / Identitas Instansi Perusahaan

Lokasi ini terletak di Desa Sei Putih, Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara.

Struktur Organisasi Loka Penelitian Kambing Potong

Petugas Tata Usaha (Ir. Jungjungan Sianipar, MP

Jabatan Fungsional

(Rijanto Hutasoit, Spt, M,Si (Amir Hondo, S.Pt. M.Si) Petugas Jasa Penelitian

Fungsional penelitian Fungsional Litkayasa Fungsional kehumasan

Dan lain-lain Kepala

(26)

Lampiran 2. Dokumentasi

(a) (b)

(c)

Keterangan : (a) pengambilan rumput di lapangan (b) pembersihan kandang (c) lahan pembudidayaan hijauan dan leguminosa

(27)

(d) penimbangan ternak

(e) alat uji proksimat

Gambar

Tabel 1. Bobot hidup Kambing Boerka pada berbagai umur
Tabel 2.  Komposisi bahan-bahan yang digunakan untuk ransum Kambing Potong
Tabel 3. Rataan bobot badan dan PBBH kambing Boerka selama pengamatan  No  Data Bobot Badan Kambing Boerka /Minggu(kg)  PBBH
Tabel 5. Konsumsi bahan kering (BK)  Kambing Boerka selama pengamatan  No  Data Konsumsi Pakan segar Kambing
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dikhawatirkan band dari genom DNA daun maja (Aegle marmelos) tidak muncul-muncul dengan berbagai optimasi yang dilakukan adalah penyebab dari sampel yang diisolasi dalam

Kabupaten Tanggamus yang memiliki topografi dari dataran rendah sampai dengan tinggi, sehingga tanaman pisang dapat tumbuh dengan optimal dan jenis tanaman pisang

Yang bertandatangan di bawah ini, saya Karina Dwi Oktaviani, menyatakan bahwa skripsi dengan judul: ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INOVASI TERHADAP KEUNGGULAN

Karena nilai (Prob &gt; F) &lt; 0.05, maka EPS, DER, ROA, PER, Inflasi,, Kurs dan Harga Minyak Dunia secara bersamaan memiliki pengaruh terhadap return saham

Dari Tabel 6 dan 7 dapat diketahui bahwa waktu yang diperlukan untuk seluruh sistem rotary pendulum (untuk.. menstabilkan sudut

positif seperti efisiensi, sistem konvensional juga menetapkan tujuan normatif yang berakar dari perpektif relijius yang menekankan pada peranan dari kepercayaan terhadap Tuhan

Nusantara Surya Sakti cabang Manado, sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa diduga variabel Kualitas Produk, Strategi Harga, dan Promosi secara bersama-sama

On kuitenkin huomattava, että niiden innovaatiot tulivat pian myös Britannian ja Saksan merivoimien käyttöön, joten niiden rajaamisella tutkimuksen ulkopuolelle ei menetetä