• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan

2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan

Media yang dapat dipakai untuk meneliti kondisi kesehatan perusahaan adalah laporan keuangan yang terdiri dari neraca, perhitungan laba rugi, ikhtisar laba yang ditahan dan laporan posisi keuangan. Setiap transaksi yang dapat diukur dengan nilai uang, dicatat dan diolah sedemikian rupa. Laporan akhir pun disajikan dalam nilai uang.

Pengertian laporan keuangan menurut Sofyan Syafri Harahap (2008:105) adalah :

“Laporan Keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu.”

Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2004:2) laporan keuangan adalah : “Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.”

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan adalah hasil akhir dari proses akuntansi atau proses pengumpulan dan pengolahan data keuangan yang dilaksanankan oleh suatu perusahaan. Dalam proses

(2)

ini diidentifikasi berbagai transaksi atau peristiwa yang merupakan aktivitas ekonomi perusahaan yang dilakukan melalui pengukuran, pencatatan, penggolongan dan pengikhtisaran sedemikian rupa sehingga hanya informasi yang relevan dan saling berhubungan satu dengan yang lainnya mampu memberikan gambaran secara layak tentang keadaan keuangan perusahaan.

2.1.2 Tujuan dan Manfaat Laporan Keuangan

Tujuan dari laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.

Menurut Mamduh M Hanafi (2004:79) , tujuan laporan keuangan adalah sebagai berikut:

1. Menyajikan informasi sebagai dasar untuk pengambilan keputusan. 2. Memberikan informasi yang bermanfaat untuk pemakai eksternal

untuk memperkirakan jumlah, waktu, dan ketidakpastian (yang berarti resiko) penerimaan kas yang berkaitan.

3. Memberikan informasi mengenai sumber daya ekonomi perusahaan dan klaim-klaim atas sumber daya tersebut yang meliputi hutang dan modal saham.

4. Memberikan informasi mengenai prestasi perusahaan selama periode tertentu untuk membantu pihak eksternal menentukan harganya (expectation) mengenai prestasi perusahaan pada masa-masa mendatang. Atau dengan kata lain memberikan informasi mengenai pendapatan dan komponen-komponennya.

(3)

5. Memberikan informasi mengenai aliran kas perusahaan, bagaimana perusahaan menerima kas dan mengeluarkan kas, mengenai pinjaman dan pelunasan pinjaman, mengenai transaksi permodalan termasuk deviden yang dibayarkan, dan mengenai faktor-faktor lain yang bisa mempengaruhi likuiditas perusahaan.

Manfaat dari laporan keuangan bagi pihak intern dapat berupa tingkat kesehatan keuangan perusahaan untuk pemilik perusahaan, kondisi kesehatan keuangan perusahaan dibandingkan dengan perusahaan saingan, efektifitas manajemen dalam pengoperasian dan sebagainya. Tingkat kesehatan keuangan perusahaan dapat diketahui melalui analisis atau interprestasi terhadap laporan keuangan. Dari hasil analisis tersebut dapat diketahui potensi-potensi dan kelemahan-kelemahan yang dimiliki perusahaan sehingga pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan dapat mempergunakannya sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

Sedangkan manfaat ekstern dari laporan keuangan misalnya bagi investor, yaitu untuk pengambilan keputusan untuk menanamkan atau menarik modalnya pada perusahaan sedangkan bagi kreditur untuk membantu dalam pengambilan keputusan dalam hal pemberian pengamanan kepada perusahaan dan sebagainya.

2.1.3 Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan

Walaupun laporan keuangan ini merupakan informasi yang sangat berharga untuk berbagai pihak dalam pengambilan keputusan namun laporan keuangan masih mempunyai sifat dan keterbatasan.

(4)

Menurut Munawir (2010:9), keterbatasan laporan keuangan antara lain: 1. Laporan keuangan yang dibuat secara periodik pada dasarnya merupakan

interim report (laporan yang dibuat antara waktu tertentu yang sifatnya sementara) dan bukan merupakan laporan yang final.

2. Laporan keuangan menunjukkan angka dalam rupiah yang kelihatannya bersifat pasti dan tepat, tetapi sebenarnya dengan standar nilai yang mungkin berbeda atau berubah-ubah.

3. Laporan keuangan disusun berdasarkan hasil pencatatan transaksi keuangan atau nilai rupiah dari berbagai waktu atau tanggal yang lalu dimana daya beli (purchasing power) uang tersebut menurun, dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya, sehingga kenaikan volume penjualan yang dinyatakan dalam rupiah belum tentu menunjukkan atau mencerminkan unit yang dijual semakin besar, mungkin kenaikan tersebut disebabkan naiknya harga jual barang tersebut yang mungkin juga diikuti kenaikan harga-harga.

4. Laporan keuangan tidak dapat mencerminkan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi posisi atau keadaan keuangan perusahaan karena faktor-faktor tersebut tidak dapat dinyatakan dengan satuan uang.

2.2 Kinerja

2.2.1 Pengertian Kinerja

Dari uraian sebelumnya penilaian efisiensi dan produktivitas perusahaan dilakukan melalui kinerja perusahaan atas laporan manajemen dan laporan

(5)

keuangan. Pengertian kinerja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:503) adalah :

“Kinerja adalah sesuatu yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan atau kemampuan kerja.”

Sedangkan pengertian kinerja menurut Bastian (2001:329) dalam bukunya “Akuntansi Sektor Publik” adalah :

“Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan skema strategis (strategic planning) suatu organisasi. Secara umum dapat juga dikatakan bahwa kinerja merupakan prestasi yang dapat dicapai oleh organisasi dalam periode tertentu.”

Dari kedua definisi tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa kinerja adalah kemampuan atau prestasi yang dicapai dalam melaksanakan suatu tindakan tertentu selama kurun waktu tertentu.

2.2.2 Pengertian Kinerja Keuangan

Pengertian kinerja keuangan menurut Stoner, Freeman dan Gilbert (2005:9) yaitu :

“Management performance is the measure of how efficient and effective a manager is how well he or she determines and achieves appropriate objectiveness.”

Sedangkan pengertian kinerja keuangan menurut Mulyadi (2001:415), yaitu:

“Kinerja keuangan perusahaan adalah sejauh mana prestasi peningkatan posisi kesehatan atau performance dari nilai perusahaan yang diukur

(6)

melalui laporan keuangan baik melalui neraca, maupun laporan laba rugi yang dibutuhkan oleh pihak-pihak tertentu.”

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, kinerja keuangan dapat diartikan sebagai ukuran tingkat keberhasilan manajemen perusahaan pada saat tertentu dalam mengelola sumber daya keuangannya. Penilaian kinerja perusahaan dapat menggunakan tolak ukur analisis rasio yang didasarkan prinsip akuntansi yang lazim digunakan.

2.2.3 Tujuan dan Manfaat Penilaian Kinerja

Tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran perusahaan dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya. Penilaian kinerja pada suatu organisasi sebaiknya menjadi syarat mutlak bagi penempatan sumber daya ketika akan melaksanakan kegiatan baru, memperhitungkan pendapatan dan biaya serta investasi suatu proyek. Menurut Mulyadi (2001:416), penilaian kinerja dimanfaatkan manajemen untuk :

1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian karyawan secara maksimum.

2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan. 3. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan

mereka dalam menilai kinerja bawahannya.

4. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.

5. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan serta untuk menyediakan kinerja seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan.

(7)

2.2.4 Alat Ukur Penilaian Kinerja Perusahaan

Perkembangan alat ukur penilaian kinerja merupakan hal utama dalam organisasi atau perusahaan, karena alat ukur dan penilaian kerja dapat mempengaruhi perilaku para manajer. Penilaian kinerja dapat mendukung tingkat keserasian tujuan. Dengan kata lain, penilaian kinerja mempunyai pengaruh dalam terwujudnya tujuan perusahaan. Menurut Hansen dan Mowen (2001:822) ada beberapa alat ukur kinerja perusahaan, yaitu :

1. Laba Atas Investasi (ROI)

Yaitu alat ukur kinerja yang mengaitkan laba operasi dengan aktiva dan yang akan dipakai adalah menghitung laba yang dihasilkan per-rupiah investasi.

2. Laba Residual (Residual Income)

Merupakan perbedaan antara laba operasi dan minimum pengembalian rupiah yang diperlukan aktiva operasi perusahaan.

3. Nilai Tambah Ekonomis (Economic Value Added)

Adalah laba operasi setelah pajak dikurangi total biaya modal tahunan. Jika Economic Value Added positif berarti perusahaan menghasilkan laba dan jika negatif maka perusahaan tidak menghasilkan laba.

2.3 Analisis Laporan Keuangan

2.3.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan

Menurut Munawir (2010:35), analisis laporan keuangan yaitu:

“Analisis laporan keuangan yang terdiri dari penelaahan atau mempelajari daripada hubungan dan tendensi atau kecenderungan (trend) untuk

(8)

menentukan posisi keuangan dan hasil operasi serta perkembangan perusahaan yang bersangkutan.”

Menurut M Faisal Abdullah (2004:36), analisis laporan keuangan dapat didefinisikan sebagai berikut:

“Analisis laporan keuangan merupakan kajian secara kritis, sistematis dan metodologis terhadap laporan keuangan untuk mengetahui kondisi keuangan baik pada waktu yang telah berlalu, kondisi tahun berjalan maupun prediksi waktu yang akan datang.”

Kesimpulannya adalah analisis laporan keuangan merupakan hubungan yang timbul antara berbagai komponen dalam laporan keuangan agar diperoleh informasi mengenai posisi keuangan, hasil operasi, dan perkembangan perusahaan.

2.4 Analisis Rasio Keuangan 2.4.1 Rasio Sebagai Analisis

Untuk menilai kondisi keuangan dan prestasi perusahaan, analisis keuangan memerlukan beberapa tolak ukur. Tolak ukur yang sering dipakai adalah analisis rasio, yang menghubungkan dua data keuangan yang satu dengan yang lainnya. Pengertian analisis rasio menurut Harahap (2004:297) dalam bukunya “Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan” adalah :

“Angka yang diperoleh dari hasil perbandingan suatu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti)”.

(9)

“Cara penting untuk menyatakan hubungan-hubungan yang bermakna diantara komponen-komponen dari laporan-laporan keuangan.”

Berdasarkan pendapat-pendapat diatas maka dapat disimpukan bahwa analisis rasio adalah hubungan dari angka-angka atau komponen yang terdapat di dalam laporan keuangan.

2.4.2 Manfaat Rasio Analisis

Menurut Agus Sartono (2001:113) analisis rasio pada dasarnya tidak hanya berguna bagi kepentingan intern perusahaan melainkan juga dari pihak luar. Dalam hal ini adalah calon investor atau kreditur yang akan menanamkan modal mereka dalam perusahaan melalui pasar modal dengan cara membeli saham perusahaan yang go public. Terdapat beberapa manfaat dalam melakukan analisis rasio, yaitu :

1. Mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan perusahaan di bidang keuangan. 2. Mengetahui Kinerja Perusahaan.

3. Membantu dalam pengawasan perusahaan.

4. Membantu pimpinan perusahaan dalam pengambilan keputusan. 5. Melihat perkembangan usaha perusahaan selama beberapa waktu.

2.4.3 Jenis-Jenis Rasio Keuangan

Dalam menganalisis laporan keuangan perusahaan terdapat beberapa rasio yang dapat digunakan oleh pihak eksternal maupun pihak internal. Menurut Harahap (2009:301), rasio dikelompokkan dalam 4 (empat) tipe dasar, yaitu :

(10)

1. Rasio Likuiditas, yaitu rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya.

2. Rasio Leverage, yaitu rasio yang mengukur seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh kewajiban atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh ekuitas.

3. Rasio Aktivitas, yaitu rasio yang menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian, dan kegiatan lainnya.

4. Rasio Profitabilitas, yaitu rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuannya, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, ekuitas, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya.

2.5 Rasio Profitabilitas

2.5.1 Pengertian Rasio Profitabilitas

Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk mendapatkan laba (keuntungan) dalam suatu periode tertentu. Pengertian yang sama disampaikan oleh Rasio profitabilitas menurut Sofyan Syafri Harahap (2008:304) adalah :

“Rasio profitabilitasmerupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya.”

Sedangkan rasio profitabilitas menurut Martono (2003:59) yaitu terdiri dari dua jenis rasio yang menunjukan laba dalam hubungannya dengan penjualan dan rasio yang menunjukan laba dalam hubungannya dengan investasi.

(11)

Profitabilitas suatu perusahaan akan mempengaruhi kebijakan para investor atas investasi yang dilakukan. Kemampuan peurusahaan untuk menghasilkan laba akan dapat menarik para investor untuk menanamkan dananya guna memperluas usahanya, sebaliknya tingkat profitabilitas yang rendah akan menyebabkan para investor menarik dananya. Sedangkan bagi perusahaan itu sendiri profitabilitas dapat digunakan sebagai evaluasi atas efektivitas pengelolaan badan usaha tersebut.

Profitabilitas perusahaan merupakan salah satu dasar penilaian kondisi suatu perusahaan, untuk itu dibutuhkan suatu alat analisis untuk bisa menilainya. Alat analisis yang dimaksud adalah rasio-rasio keuangan. Rasio profitabilitas mengukur efektifitas manajemen berdasarkan hasil pengembalian yang diperoleh dari penjualan dan investasi.

2.5.2 Ukuran Rasio Profitabilitas

Profitabilitas merupakan tolak ukur untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Menurut Warsono (2003:37) terdapat beberapa rasio keuangan utama yang dipergunakan, yaitu :

1. Rasio Margin Laba Bersih (Net Profit Margin)

2. Rasio Margin Laba Operasi Bersih (Net Operating Profit Margin) 3. Tingkat Pengembalian Ekuitas (Return On Equity)

4. Rasio Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin)

5. Rasio Pengembalian Atas Investasi (Return On Investment) 6. Operating Ratio (OR)

(12)

8. Earning Per Share (EPS) 2.6 Return On Investment (ROI)

2.6.1 Pengertian Return On Investment (ROI)

Pada umumnya masalah tingkat Return On Investment (ROI) bagi perusahaan adalah lebih penting daripada tingkat laba yang dicapai perusahaan, karena laba yang besar belum merupakan ukuran yang tepat bahwa perusahaan dapat bekerja secara efisien.

Dari tingkat Return On Investment (ROI) yang dicapai perusahaan lah yang dapat dipakai sebagai ukuran penilaian efisien tidaknya operasi suatu perusahaan. Tingkat Return On Investment (ROI) yang dicapai perusahaan adalah penting karena efisien tidaknya penggunaan modal kerja dalam perusahaan dapat diukur dari besarnya tingkat Return On Investment (ROI).

Menurut Warsono (2003:37) pengertian Return On Investment (ROI) adalah sebagai berikut :

“Rasio ini menunjukkan seberapa besar kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tersedia bagi para pemegang saham biasa dengan seluruh aktiva yang dimilikinya.”

Sedangkan menurut Bambang Riyanto (2001:336) pengertian ROI adalah :

“Kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan netto.”

Menurut Martono (2002:60) ROI dapat diperoleh dengan rumus :

(13)

2.6.2 Kegunaan Return On Investment (ROI)

Ada beberapa kegunaan ROI menurut Munawir (2001:91-92) sebagai berikut:

1. Analisis ROI bersifat menyeluruh, artinya apabila perusahaan telah menjalankan praktek akuntansi dengan baik, maka manajemen dapat menggunakan teknik analisis ROI untuk mengukur efektivitas dan efisiensi penggunaan aset-aset operasi, produksi dan penjualan.

2. Apabila data industri yang sejenis tersedia, maka perusahaan dapat membedakan perbandingan tingkat ROI dengan perusahaan-perusahaan lain yang sejenis. Hal ini dapat memperlihatkan tingkat efisiensi dan efektivitas penggunaan modal perusahaan dengan menganalisis kekuatan atau kelemahan dibandingkan dengan perusahaan lain yang sejenis.

Analisis ROI selain berguna untuk keperluan pengendalian juga berguna untuk keperluan perencanaan. Menurut Gibson (2001:29) adalah :

“This ratio measures the ability of the firm to reward those who provide long term funds and to attract provide of future funds”.

Artinya bahwa kemampuan ukuran rasio-rasio pada perusahaan untuk memberikan pernghargaan pada siapa saja yang memberikan modal jangka panjang dan untuk menyediakan modal untuk masa mendatang.

(14)

2.7 Net Profit Margin (NPM)

2.7.1 Pengertian Net Profit Margin (NPM)

Menurut Alexandri (2008: 200) Net Profit Margin (NPM) adalah :

“Rasio yang digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih setelah dipotong pajak dari penjualan.“

Menurut Bastian dan Suhardjono (2006: 299) Net Profit Margin adalah : “Perbandingan antara laba bersih dengan penjualan.”

Semakin besar NPM, maka kinerja perusahaan akan semakin produktif, sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut.

Rasio ini menunjukkan berapa besar persentase laba bersih yang diperoleh dari setiap tingkat penjualan tertentu. Semakin besar rasio ini, maka dianggap semakin baik kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba yang tinggi. Hubungan antara laba bersih sesudah pajak dan penjualan bersih menunjukkan kemampuan manajemen dalam mengemudikan perusahaan secara cukup berhasil untuk menyisakan margin tertentu sebagai kompensasi yang wajar bagi pemilik yang telah menyediakan modalnya untuk suatu resiko.

Hasil dari perhitungan mencerminkan keuntungan netto per rupiah penjualan. Para investor pasar modal perlu mengetahui kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Dengan mengetahui hal tersebut investor dapat menilai apakah perusahaan itu profitable atau tidak. Menurut Martono (2002:60) rasio ini dapat ditulis dalam bentuk rumus sebagai berikut :

(15)

NPM = x 100%

2.7.2 Kegunaan Net Profit Margin (NPM)

Rasio ini dapat digunakan untuk mengukur seberapa besar laba bersih setelah pajak yang diperoleh dari setiap rupiah penjualan. Disamping itu rasio ini juga bermanfaat untuk mengukur tingkat efisiensi total pengeluaran biaya-biaya dalam perusahaan. Semakin efisien suatu perusahaan dalam mengeluarkan biaya-biayanya maka semakin besar pula keuntungan yang didapatkan perusahaan. 2.8 Dividen

2.8.1 Pengertian Dividen

Menurut Baridwan (2000: 434), dividen adalah pembagian kepada pemegang saham yang sebanding dengan jumlah lembar yang dimiliki.

Sedangkan pengertian dividen menurut Brealy, Myres dan Marcus (2003:143) adalah :

“Periodic cash distribution from the firm to it’s stakeholders”.

Artinya bahwa pembagian uang tunai secara berkala dari perusahaan kepada pemegang saham.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa dividen merupakan bagian laba yang dihasilkan oleh perusahaan, baik berasal dari laba periode saat ini ataupun laba periode sebelumnya yang dibagikan kepada pemegang saham sebagai hasil atas investasi.

2.8.2 Kebijakan Dividen Perusahaan

Kebijakan dividen merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan keputusan pendanaan perusahaan. Menurut Martono dan Harjito (2005:253)

(16)

kebijakan dividen (dividend policy) merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang.

Kebijakan dividen harus dianggap sebagai bagian terpadu dari keputusan pendanaan perusahaan. Rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) atau rasio antara dividen yang dibayarkan dibanding laba yang diperoleh, menentukan jumlah laba yang dapat ditahan (retained earning). Semakin besar laba ditahan berarti semakin kecil dana yang tersedia untuk pembayaran dividen. Sebaliknya, semakin kecil laba yang ditahan maka semakin besar laba yang dibagi untuk pembayaran dividen.

Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa kebijakan dividen merupakan keputusan perusahaan untuk menentukan besarnya laba yang akan dibagikan oleh perusahaan dalam bentuk dividen.

2.8.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Dalam Perusahaan

Dalam menentukan kebijakan dividen tentunya perusahaan ingin mencapai hasil yang terbaik dimana pada akhirnya akan meningkatkan nilai perusahaan. Kebijakan dividen yang baik adalah kebijakan dividen yang optimal. Agar perusahaan dapat menciptakan keseimbangan dividen saat ini dan pertumbuhan di masa yang akan datang, maka perusahaan harus mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

(17)

Menurut Lawrence (2003: 566) faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen adalah:

1. Profitabilitas kesempatan investasi perusahaan

Jika perusahaan tidak dapat berinvestasi pada hal yang menguntungkan maka pendapatan akan dibayarkan dalam dividen. Namun disisi lain ketika ada kesempatan investasi yang menguntungkan, pendapatan akan digunakan untuk investasi. Pembiayaan investasi dari laba yang diperoleh lebih diutamakan daripada membayar dividen dan membiayai investasi dengan mengeluarkan saham atau obligasi karena pemegang saham lebih menginginkan capital gain daripada pendapatan dividen. Selain itu, peningkatan modal eksternal melibatkan biaya transaksi yang berupaya dihindari dengan menggunakan dana internal dari operasi.

2. Peraturan perpajakan

Peraturan perpajakan telah menetapkan pajak baik untuk dividen maupun capital gain. Pajak atas dividen lebih besar daripada pajak atas capital gain dengan beberapa alasan. Pertama, pajak dividen dikenakan pada seluruh dividen yang diterima. Kedua, pajak ini dibebankan pada tahun pembayaran dividen. Sedangkan pajak atas capital gain dibayarkan pada saat saham terjual dan pajak hanya dikenakan atas gain yang diperoleh investor.

3. Pertimbangan legal

Kontrak antara perusahaan dengan kreditur atau antara perusahaan dengan pemegang saham preferen merupakan hambatan bagi aktivitas perusahaan

(18)

dengan tujuan untuk melindungi kreditur dan pemegang saham preferen. Karena adanya perjanjian ini maka dividen hanya dibayarkan dari laba yang dihasilkan pada periode setelah kontrak hutang efektif. Disisi lain, kontrak preferen yang menyediakan cumulative dividend menyiratkan bahwa tidak akan ada dividen untuk pemegang saham biasa sampai semua dividen saham preferen baik current dividend atau unpaid past dividend dibayarkan.

4. Kebutuhan likuiditas

Perusahaan biasanya memegang sejumlah tertentu aset yang lancar untuk mencukupi kebutuhan kas yang direncanakan ataupun tidak. Jika perusahaan memiliki cash on hand yang besar, maka untuk menghilangkan aset liquid dan kas yang menganggur perusahaan dapat membayarkan dividen atau menggunakan dana itu untuk melunasi hutang. Di lain pihak jika perusahaan kekurangan aset yang liquid, maka perusahaan dapat menutupinya dengan membatasi atau mengurangi dividen.

5. Pertimbangan biaya perusahaan dan pemegang saham

Perusahaan dapat mempertahankan dividend payout yang rendah untuk menghindari pembiayaan eksternal. Pembiayaan eksternal memerlukan biaya yang besar dan perusahaan akan menghindari dengan melakukan internal financing. Biaya transaksi internal financing yang menempati porsi besar adalah pembayaran dividen dan dapat dihindari atau dicegah dengan tidak membayar dividen.

(19)

2.8.4 Dividend Payout Ratio (DPR)

2.8.4.1 Pengertian Dividend Payout Ratio (DPR)

DPR merupakan rasio hasil perbandingan antara dividen dengan laba yang tersedia bagi para pemegang saham biasa. DPR banyak digunakan dalam penilaian sebagai cara pengestimasian dividen untuk periode yang akan datang, sedangkan kebanyakan analis mengestimasikan pertumbuhan dengan menggunakan laba ditahan lebih baik daripada dividen.

Pengertian Dividend Payout Ratio (DPR) menurut Prastowo dan Juliarty (2002:97) :

“Dividend Payout Ratio mengukur proporsi laba bersih per satu lembar saham biasa yang dibayarkan dalam bentuk dividen”.

Sedangkan menurut Gibson (2001:321) adalah :

“The Dividend Payout Ratio measures the portion of current earning per common share being paid out in dividends.”

Artinya bahwa Dividend Payout Ratio (DPR) mengukur dari bagian Earning Per Share (EPS) yang dibayarkan sebagai dividen. Dari pengertian diatas maka rumus untuk menghitung Dividend Payout Ratio (DPR) sebagai berikut :

Dividend Payout Ratio =

x100%

2.8.4.2 Faktor Yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio (DPR)

Ada beberapa faktor yang sesungguhnya terjadi dan harus dianalisis dalam kaitannya dengan kebijakan dividen. Menurut Agus Sartono (2001: 292) ada empat faktor yang mempengaruhi DPR, yaitu:

(20)

Kebutuhan dana dalam perusahaan merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam menentukan kebijakan dividen, seperti aliran kas perusahaan yang diharapkan, pengeluaran modal di masa datang yang diharapkan, kebutuhan tambahan piutang dan persediaan, pola pengurangan utang dan masih banyak faktor lain yang mempengaruhi posisi kas perusahaan yang harus menjadi pertimbangan dalam analisa kebijakan dividen.

2. Tingkat laba dan stabilitas laba

Tingkat laba merupakan tingkat hasil pengembalian atas aktiva yang diharapkan akan menentukan pilihan relatif untuk membayar laba tersebut dalam bentuk dividen. Perusahaan yang mempunyai laba stabil seringkali dapat memperkirakan berapa besar laba di masa yang akan datang. Perusahaan seperti ini biasanya cenderung membayarkan laba dengan persentase yang lebih tinggi daripada perusahaan yang labanya berfluktuasi. Perusahaan yang tidak stabil, tidak yakin apakah laba yang diharapkan pada tahun-tahun yang akan datang dapat tercapai, sehingga perusahaan cenderung untuk menahan sebagian besar laba saat ini.

3. Likuiditas

Likuiditas perusahaan merupakan hal penting dalam kebijakan dividen, karena dividen bagi perusahaan merupakan kas keluar, maka semakin besar posisi kas dan likuiditas perusahaan secara keseluruhan akan semakin besar juga kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. 4. Tingkat Ekspansi Aktiva

(21)

Semakin cepat suatu perusahaan berkembang, semakin besar kebutuhannya untuk membiayai ekspansi aktivanya. Kalau kebutuhan dana di masa depan semakin besar, perusahaan akan cenderung untuk menahan laba daripada membayarkannya. Apabila perusahaan mencari dana dari luar, maka sumber-sumbernya, biasanya adalah dari pemegang saham saat itu, yang telah mengetahui keadaaan keadaan perusahaan. 5. Peluang ke pasar modal

Suatu perusahaan yang besar dan telah berjalan baik, dan mempunyai catatan profitabilitas dan stabilitas laba, akan mempunyai peluang besar untuk masuk ke pasar modal dan bentuk-bentuk pembiayaan eksternal lainnya. Tetapi, perusahaan kecil yang baru atau bersifat coba-coba akan lebih banyak mengandung resiko bagi penanam modal potensial. Kemampuan perusahaan untuk menaikkan modalnya atau dana pinjaman dari pasar modal akan terbatas, dan perusahaan seperti ini harus menahan lebih banyak laba untuk membiayai operasinya. Jadi perusahaan yang sudah mapan cenderung untuk memberi tingkat pembayaran dividen yang lebih tinggi daripada perusahaan kecil atau baru.

2.9 Pengaruh Kinerja Keuangan Yang Diukur Dengan Rasio Profitabilitas (ROI dan NPM) Terhadap Dividend Payout Ratio

Kinerja keuangan perusahaan sangatlah berpengaruh terhadap pembagian dividen. Ini dilihat dari kebijakan dividen yang sangat bergantung terhadap kinerja keuangan khususnya dilihat dari rasio profitabilitas.

(22)

Menurut pernyataan Ridwan S. Sundjaja dan Inge Berlian (2002:340) yang mengemukakan :

“Tingkat pengembalian atas asset menentukan besarnya pembagian laba dalam bentuk dividen yang dapat digunakan oleh para pemegang saham baik ditanamkan kembali ke dalam perusahaan maupun di tempat lain.” Jadi sebenarnya kebijakan dividen merupakan informasi bagi pemegang saham untuk menilai kinerja keuangan. Dari pernyataan di atas dapat dilihat bahwa adanya pengaruh antara kinerja keuangan yang diukur dengan rasio profitabilitas (ROI dan NPM) terhadap Dividend Payout Ratio.

2.9.1 Pengaruh Return On Investment Terhadap Dividend Payout Ratio Definisi ROI Menurut Warsono (2003:37) adalah sebagai berikut :

“Rasio ini menunjukkan seberapa besar kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tersedia bagi para pemegang saham biasa dengan seluruh aktiva yang dimilikinya.”

ROI merupakan rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur tingkat dimana aktiva telah digunakan untuk menghasilkan laba. Semakin besar ROI menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik, karena tingkat pengembalian investasi semakin besar.

Sehingga meningkatnya ROI juga akan meningkatkan pendapatan dividen. Kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba merupakan indikator utama dalam kemampuan perusahaan untuk membayar dividen, sehingga profitabilitas sebagai faktor penentu terpenting terhadap dividen.

(23)

Teori ini juga di dukung oleh penelitian Dwi Purwanti (2010) dan Dian Septi Widyanti (2011) yang menemukan bahwa variabel ROI berpengaruh secara signifikan terhadap DPR.

2.9.2 Pengaruh Net Profit Margin Terhadap Dividend Payout Ratio

Indikator yang dapat dijadikan ukuran kinerja perusahaan untuk mengukur kemampuan perusahaan mendapatkan keuntungan bagi para pemegang saham adalah Net Profit Margin. Menurut Alexandri (2008: 200) Net Profit Margin (NPM) adalah rasio yang digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih setelah dipotong pajak, disamping itu rasio ini juga bermanfaat untuk mengukur tingkat efisiensi total penjualan biaya-biaya dalam perusahaan. Semakin efisiensi suatu perusahaan maka semakin tinggi pula keuntungan yang dapat diperoleh perusahaan tersebut.

Semakin tinggi perusahaan menghasilkan Net Profit Margin maka akan semakin banyak investor yang ingin menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut karena dengan laba tinggi tersebut secara teoritis akan mampu membagikan dividen yang semakin besar pula.

Net Profit Margin (NPM) memiliki pengaruh yang positif namun tidak signifikan terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) merupakan penelitian yang dilakukan oleh Drs. Yandi Sukri, M. Si., Akt (2002), Dian Septi Widyanti (2011) dan Rini Dwiyani Hadiwidjaja dan Leli Fera Triani (2007) yang menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang tidak signifikan NPM terhadap DPR.

Referensi

Dokumen terkait

sebagai acuan kiai untuk menerima berupa kehendak untuk mengubah dirinya agar lebih baik lagi. Berbagai macam santri yang mondok ada yang bekas preman, akan tetapi pengasuh

Para Ulama secara keseluruhan telah bersepakat bahwa arah kiblat bagi penduduk Makkah atau orang-orang yang dapat langsung melihat Ka’bah, maka dalam hal ini

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa corporate strategy, cash holding, leverage, dan profitabilitas memiliki pengaruh terhadap manajemen laba, sedangkan variabel

 Ang Kodigo Penal ng Espanya, na ipinapatupad sa Pilipinas, Ang Kodigo Penal ng Espanya, na ipinapatupad sa Pilipinas, ay nagpapataw ng mas mabigat na kaparusahan sa mga ay

Sesuai dengan rumus yang digunakan, maka tabel kerja yang dibutuhkan adalah tabel kerja untuk menentukan komponen-komponen dalam rumus korelasi r product moment ,

Dengan hasil analisis dan pengujian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa sistem informasi yang telah dibuat sangat membantu dalam pengolahan data dan

Perbedaan (selisih) land rent ( sewa lahan dan pendapatan) antara lahan HKR dan berbagai pola konversi penggunaan lahan menunjukkan besarnya nilai kesempatan atau

6 Dengan mempertimbangkan kelebihan dan kelemahan proses- proses tersebut, dipilih proses yang ketiga, yaitu oksidasi propionaldehid karena memerlukan kondisi operasi