9 2.1 Laporan Keuangan
2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan
Akuntansi berfungsi memberikan informasi yang menyangkut aktivitas ekonomi perusahaan, maka hasil dari akuntansi adalah laporan keuangan. Laporan keuangan dibuat secara periodik untuk mengetahui posisi aktiva, kewajiban dan kepemilikan modal pada saat tertentu, keuntungan atau kerugian yang dicapai serta arus dana pada suatu perusahaan. Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang disusun menurut prinsip-prinsip yang berlaku umum.
Menurut Arrens (2000:12) definisi akuntansi adalah :
“Accounting is the process of recording, classifying and summarizing of economical event in logical manner for the purpose of providing financial information for decision making.”
Jika diterjemahkan akuntansi merupakan proses pencatatan, pengelompokkan, dan pengikhtisaran kejadian-kejadian ekonomi dalam bentuk yang teratur dan logis dengan tujuan menyajikan informasi keuangan yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan.
Terdapat beberapa pengertian mengenai laporan keuangan, yaitu : Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2009:5) :
“Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan.
Pelaporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan yang disajikan dalam berbagai cara seperti, misalnya sebagai laporan arus kas, catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian intregral dari laporan keuangan.”
Menurut Harahap (2004:133) :
“Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu jangka waktu tertentu.”
Sedangkan menurut Sugiono dan Edy Untung (2008:3) :
“Laporan keuangan pada perusahaan merupakan hasil akhir dari kegiatan akuntansi (siklus akuntansi) yang mencerminkan kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan.”
Dari definisi di atas penulis mengambil kesimpulan bahwa laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi yang dirancang untuk para pembuat keputusan baik di dalam maupun di luar perusahaan, mengenai posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan tersebut.
2.1.2 Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan laporan keuangan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK 1) Tahun 2009, yaitu :
“Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan.”
Laporan keuangan digunakan untuk mengevaluasi kondisi perusahaan saat ini dan untuk memperkirakan hasil operasi serta arus kas masa depan. Dari pengertian di atas tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai sumber-sumber ekonomi dan kewajiban serta modal suatu perusahaan.
Ikatan Akuntansi Indonesia (2004:3) mengemukakan bahwa tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, serta kinerja suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Menurut Warren, Reeve dan Fess (2005:21)
“Financial statements are used to evaluate the current financial condition of a business and to predict its future operating, results, and cash flows.”
Tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi tentang posisi, kinerja perusahaan dan alat evaluasi keadaan keuangan perusahaan saat ini
sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan perusahaan di masa mendatang.
2.1.3 Komponen Laporan Keuangan
Pada waktu tertentu manajemen suatu perusahaan harus menyusun dan menyajikan laporan keuangan guna memenuhi kebutuhan para pihak yang berkepentingan atas suatu perusahaan. Mengenai laporan keuangan yang disajikan dan disusun oleh manajemen sesuai Ikatan Akuntan Indonesia (2007:2) menyatakan bahwa laporan keuangan yang lengkap terdiri atas komponen- komponen berikut ini: neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan.
A. Neraca (Balance Sheet)
Pendapat Skousen (2001:42) yang dimaksud dengan neraca adalah laporan sumber-sumber dari suatu perusahaan (harta), kewajiban perusahaan (hutang), dan perbedaan antara yang dimiliki (harta) dan apa yang dipinjam (hutang) yang disebut ekuitas.
Menurut Lyn M. Fraser dan Aileen Ormiston (2008:27) :
“Neraca menunjukkan posisi keuangan aktiva, utang, dan ekuitas pemegang saham suatu perusahaan pada tanggal tertentu.”
Menurut Munawir (2004:18) :
“Hutang adalah kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi, di mana hutang ini merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang berasal dari kreditur.”
Modal menggambarkan bagian pemilik perusahaan atau kekayaan perusahaan yang diukur dengan menghitung selisih antara aktiva dikurangi hutang. Menurut Munawir (2004:19) “Modal merupakan hak atau bagian yang dimiliki oleh perusahaan yang ditunjukkan dalam pos modal (modal saham), surplus dan laba yang ditahan.”
B. Laporan Laba Rugi (Income Statement)
Laporan laba rugi yaitu sebagai alat untuk mengetahui kemajuan yang dicapai perusahaan dan juga mengetahui berapakah hasil bersih atau yang didapat dalam suatu periode.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007) :
“Laporan laba rugi minimal mencakup pos-pos berikut yaitu pendapatan, laba rugi usaha, beban pinjaman, bagian dari laba atau rugi perusahaan afiliasi dan asosiasi yang diperlakukan menggunakan metode ekuitas, beban pajak, laba atau rugi dari aktivitas normal perusahaan, pos luar biasa, hak minoritas, dan laba atau rugi bersih untuk periode berjalan.”
C. Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan perubahan modal adalah ringkasan tentang perubahan modal yang terjadi dalam suatu periode tertentu. Maka dapat diketahui bahwa laporan perubahan ekuitas memberikan informasi mengenai tambahan atau pengurangan ekuitas selama periode tertentu. Penambahan ekuitas berasal dari investasi dan laba sedangkan pengurangan ekuitas biasanya karena kerugian atau pengambilan pribadi.
D. Laporan Arus Kas
Laporan yang dicantumkan meliputi semua transaksi dan keterjadian perusahaan yang mempunyai konsekuensi kas. Laporan arus kas mrmberikan informasi tentang arus kas masuk dan keluar dari kegiatan operasi, pendanaan, dan investasi selama suatu periode akuntansi.
E. Catatan atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian jumlah yang tertera dalam neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas serta informasi tambahan seperti kewajiban kontinjensi dan komitmen.
2.1.4 Karakteristik Laporan Keuangan
Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai. Terdapat empat karakteristik kualitatif pokok Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2004), yaitu :
a. Dapat Dipahami b. Relevan
c. Keandalan
d. Dapat diperbandingkan
Adapun penjelasan dari empat karakteristik kualitatif pokok di atas adalah sebagai berikut :
a. Dapat dipahami
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dipahami oleh pemakai, maksudnya pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketentuan yang wajar.
b. Relevan
Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi mempunyai kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini/
masa depan, mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu.
c. Keandalan
Agar bermanfaat, informasi juga harus handal (reliable). Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian menyesatkan, kesalahan material dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus atau jujur.
d. Dapat dibandingkan
Pemakai juga harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif.
2.1.5 Keterbatasan Laporan Keuangan
Setiap laporan keuangan yang disusun pasti memiliki keterbatasan tertentu. Menurut Kasmir (2010) tentang keterbatasan yang dimiliki laporan keuangan diantaranya :
1. Pembuatan laporan keuangan disusun berdasarkan sejarah (historis), di mana data-data yang diambil dari data masa lalu.
2. Laporan keuangan dibuat umum, artinya untuk semua orang, bukan hanya untuk pihak tertentu saja.
3. Proses penyusunan tidak terlepas dari taksiran-taksiran dan pertimbangan-pertimbangan tertentu.
4. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi situasi ketidakpastian. Misalnya dalam suatu peristiwa yang tidak menguntungkan selalu dihitung kerugiannya. Sebagai contoh harta dan pendapatan, nilainya dihitung dari yang paling rendah.
5. Laporan keuangan selalu berpegang teguh kepada sudut pandang ekonomi dalam memandang peristiwa-peristiwa yang terjadi bukan kepada sifat formalnya.
Keterbatasan laporan keuangan tidak akan mengurangi arti nilai keuangan secara langsung karena hal ini memang harus dilakukan agar dapat menunjukkan kejadian yang mendekati sebenarnya, meskipun perubahan berbagai kondisi dari berbagai sektor terus terjadi. Artinya selama laporan keuangan disusun sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan, maka inilah yang dianggap telah memenuhi syarat sebagai suatu laporan keuangan.
2.2 Manajemen Keuangan
2.2.1 Pengertian Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan merupakan salah satu fungsi perusahaan yang sangat penting. Manajemen keuangan membicarakan pengelolaan keuangan yang pada dasarnya dapat dilakukan baik oleh individu, perusahaan maupun pemerintah.
Keuangan diperlukan oleh setiap perusahaan untuk memperlancar kegiatan operasinya. Menurut Sundjaja dan Barlian (2002: 34) pengertian keuangan yaitu:
“Keuangan merupakan ilmu dan seni dalam mengelola uang yang mempengaruhi kehidupan setiap orang dan setiap organisasi. Keuangan berhubungan dengan proses, lembaga, pasar, dan instrumen yang terlibat
dalam transfer uang dimana diantara individu maupun antar bisnis dn pemerintah”.
Menurut Martono dan Harjito (2002:4) pengertian manajemen keuangan adalah sebagai berikut:
“Manajemen keuangan atau dalam literature lain disebut pembelanjaan adalah sebagai aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan bagaimana memperoleh dana, menggunakan dana dan mengelola assets sesuai tujuan perusahaan secara menyeluruh”.
Sedangkan Gitman (2006:4) menyatakan:
”Management finance is concerned with the duties of the financial manager in the business firm. Financial managers actively manage the financial affairs of any type of business-financial and non financial, private and public, large and small, profit-seeking and not-for-profit. They perform such varied financial tasks as planning, extending credit to costumers, evaluating proposed large expenditures, and raising money to fund the firm’s operation.”
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa manajemen keuangan merupakan suatu kegiatan pengelolaan sumber daya keuangan perusahaan, mulai dari bagaimana perusahaan didanai, bagaimana dana tersebut diolah, serta bagaimana keuntungan yang diperoleh akan dibagikan.
2.2.2 Tujuan Manajemen Keuangan
Tujuan perusahaan adalah memaksimumkan nilai perusahaannya yang tercermin dalam harga saham, yang merupakan indikator kesejahteraan pemegang saham atau dengan kata lain pemilik perusahaan. Kemakmuran para pemegang saham diperlihatkan dalam wujud semakin tingginya harga saham yang merupakan pencerminan dari keputusan-keputusan investasi, pendanaan, dan kebijakan deviden. Maka, tujuan dari manajemen keuangan adalah bagaimana perusahaan mengelola baik itu mendapatkan dana maupun mengalokasikan dana guna mencapai nilai perusahaan yaitu kemakmuran para pemegang saham (Sutrisno,2003:5).
Untuk dapat mengambil keputusan-keputusan keuangan yang benar, manajer keuangan perlu menentukan tujuan yang harus dicapai. Keputusan yang benar adalah keputusan yang akan membantu mencapai tujuan tersebut. Secara normatif tujuan keputusan keuangan adalah untuk memaksimumkan nilai perusahaan menurut Brealy, Myers dan Marcus (2007: 4).
2.2.3 Fungsi Manajemen Keuangan
Prinsip manajemen keuangan perusahaan menuntut agar baik dalam memperoleh maupun dalam menggunakan dana harus didasarkan pada perkembangan efisiensi dan efektivitas. Dengan demikian manajemen keuangan tidak lain adalah menyangkut kegiatan perencanaan, analisis dan pengendalian yang baik dalam menggunakan maupun dalam pemenuhan kebutuhan dana.Fungsi manajemen keuangan menurut Sutrisno (2003:5) adalah :
a. Keputusan investasi, yaitu masalah bagaimana manajer keuangan harus mengalokasikan dana kedalam bentuk-bentuk investasi yang akan dapat mendatangkan keuntungan di masa yang akan datang.
b. Keputusan pendanaan, pada keputusan ini manajer keuangan dituntut untuk mempertimbangkan dan menganalisis kombinasi dari sumber- sumber dana yang ekonomis bagi perusahaan guna membelanjai kebutuhan-kebutuhan investasi serta kegiatan usahanya.
c. Keputusan deviden, deviden merupakan bagian keuntungan yang dibayarkan oleh perusahaan kepada pemegang saham. Oleh karena itu deviden ini merupakan penghasilan yang diharapkan oleh para pemegang saham.
Fungsi manajemen keuangan menurut Irma Nilasari & Sri Wilujeng (2005: 146) terdiri dari tiga keputusan utama yang harus dilakukan oleh suatu perusahaan, yaitu:
1. Keputusan Investasi
Keputusan investasi adalah masalah bagaimana manajer keuangan harus mengalokasikan dana ke dalam bentuk-bentuk investasi yang akan dapat
mendatangkan keuntungan di masa yang akan datang. Keuntungan di masa depan yang diharapkan dari investasi tersebut tidak dapat diperkirakan secara pasti. Oleh karena itu investasi akan mengandung risiko atau ketidakpastian.
Risiko dan hasil yang diharapkan dari investasi itu akan sangat mempengaruhi pencapaian tujuan, kebijakan maupun nilai perusahaan.
2. Keputusan Pendanaan
Keputusan pendanaan ini sering disebut sebagai kebijakan struktur modal.
Pada keputusan ini manajer keuangan dituntut untuk mempertimbangkan dan menganalisis kombinasi dari sumber-sumber dana yang ekonomis bagi perusahaan guna membelanjai kebutuhan-kebutuhan investasi serta kegiatan usahanya.
3. Keputusan Dividen
Dividen merupakan bagian keuntungan yang dibayarkan oleh perusahaan kepada pemegang saham. Keputusan dividen merupakan keputusan manajemen keuangan untuk menentukan:
a. Besarnya presentase laba yang dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk cash dividend.
b. Stabilitas dividen yang dibagikan c. Dividen saham (stock dividen) d. Pemecah saham (stock split), serta
e. Penarikan kembali saham yang beredar yang semuanya ditujukan untuk meningkatkan kemakmuran para pemegang saham.
Dari hasil keuntungan tersebut manajer keuangan akan memberikan kompensasi kepada pemilik dana di pasar keuangan. Sumber dana hutang akan dibayarkan berupa bunga, sedangkan sumber dana modal sendiri akan dibayarkan dengan dividen. Namun dari keuntungan tersebut tidak semuanya dibagikan, tetapi ada sebagian yang diinvestasikan kembali ke perusahaan sebagai laba ditahan untuk mengembangkan perusahaan.
2.3 Analisis Laporan Keuangan
Secara teoritis, analisis laporan keuangan terdiri dari dua kata, yaitu analisis dan laporan keuangan. Ini berarti bahwa analisis laporan keuangan merupakan suatu proses yang penuh pertimbangan dalam rangka membantu mengevaluasi posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu, dengan tujuan utama menentukan estimasi dan prediksi yang paling mungkin mengenai kondisi kinerja (performance) perusahaan pada masa mendatang. Analisis laporan keuangan dikatakan mempunyai kegunaan apabila dapat dipakai untuk memprediksi fenomena ekonomi.
Salah satu kewajiban perusahaan yang harus dilakukan setelah akhir periode adalah menganalisis laporan keuangan perusahaan. Analisis berarti menginterpretasikan dan mengartikan hasil kegiatan perusahaan selama periode tertentu berdasarkan laporan keuangan yang telah dibuat sehingga data laporan keuangan tersebut lebih dimengerti. Seperti diungkapkan Riyanto (1995) “Dengan menghubungkan elemen-elemen dari berbagai aktiva satu dengan lainnya, elemen-elemen dari berbagai passiva satu dengan lainnya serta menghubungkan elemen-elemen dari aktiva dan passiva dalam neraca pada suatu saat tertentu akan dapat diperoleh banyak gambaran mengenai posisi atau keadaan financial perusahaan”.
Untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan keuangan suatu perusahaan perlu diadakannya interpretasi atau analisis terhadap data keuangan yang dibuat oleh perusahaan yang bersangkutan dan data tersebut akan tercermin dalam suatu laporan keuangan.
Analisis laporan keuangan terhadap suatu perusahaan akan sangat bermanfaat bagi penganalisis untuk dapat mengetahui keadaan ataupun perkembangan keuangan dari perusahaan yang bersangkutan. Pimpinan perusahaan atau pihak manajemen perusahaan sangat berkepentingan terhadap analisis laporan keuangan yang akan dilaksanakan. Dengan melaksanakan analisis laporan keuangan tersebut maka pihak manajemen perusahaan akan dapat mengetahui keadaan keuangan yang terjadi dalam perusahaan dan juga akan diketahui hasil-hasil keuangan yang telah dicapai diwaktu yang lalu dan waktu
yang sedang berjalan. Selain pihak pimpinan perusahaan dan pihak manajemen perusahaan, pihak kreditor dan para investor juga perlu mengetahui hasil data keuangan dari hasil analisis laporan keuangan. Karena mereka juga berhak untuk mengetahui perkembangan dan kemajuan perusahaan tersebut, serta proses dalam pengambilan keputusan.
Dengan mengadakan analisis laporan keuangan tersebut dari tahun yang lalu, maka dapat diketahui kelemahan-kelemahan dari perusahaan serta hasil-hasil yang cukup dianggap baik. Dengan mengetahui kelemahan-kelemahan yang dimiliki melalui analisis laporan keuangan, maka dari itu diusahakan dalam penyusunan neraca yang akan datang kelemahan-kelemahan tersebut bisa dapat diperbaiki, dan hasil-hasil yang sudah dianggap cukup baik harus dapat dipertahankan untuk waktu-waktu yang akan datang.
2.4 Analisis Rasio Keuangan
Seperti disebutkan sebelumnya bahwa analisis rasio keuangan merupakan penginterpretasian dari hubungan antara pos-pos yang terdapat dalam neraca, maupun rugi laba. Hasil dari analisis rasio akan memperlihatkan bagaimana kondisi keuangan perusahaan. Kondisi baik atau buruknya suatu perusahaan akan tercermin dari analisis yang dilakukan. Rasio keuangan merupakan salah satu bentuk informasi akuntansi yang penting dalam proses penilaian kinerja perusahaan, sehingga dengan rasio keuangan tersebut dapat mengungkapkan kondisi keuangan suatu perusahaan maupun kinerja yang telah dicapai perusahaan untuk suatu periode tertentu. Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perbandingan (mathematical relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio ini akan dapat menjelaskan atau memberikan gambaran kepada penganalisis tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standar (Munawir, 2002). Rasio keuangan dapat membantu dalam mengindikasikan beberapa kekuatan dan kelemahan keuangan perusahaan. Analisis rasio merupakan bentuk atau cara yang umum digunakan dalam analisis laporan keuangan. Analisis rasio digunakan
sebagai dasar pembanding yang menunjukkan kondisi atau kecenderungan yang tidak terdeteksi bila hanya melihat komponen-komponen rasio itu sendiri.
2.4.1 Pengertian Analisis Rasio
Analisis rasio bertujuan untuk menilai efektifitas keputusan yang telah diambil oleh perusahaan dalam rangka menjalankan aktivitas usahanya. Analisis rasio keuangan dimaksudkan untuk menilai resiko dan peluang di masa yang akan datang. Berikut ini adalah pengertian analisis rasio keuangan menurut para ahli :
Menurut Harahap (2007:190)
“Analisis rasio adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari suatu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan”.
Sedangkan menurut Munawir (2007:28)
“Analisis rasio keuangan adalah suatu metode analisis untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut.”
Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa analisis rasio keuangan adalah perbandingan antara dua/ kelompok data laporan keuangan dalam satu periode tertentu, data tersebut bisa antar data dari neraca dan data laporan laba rugi. Tujuannya adalah memberi gambaran kelemahan dan kemampuan keuangan perusahaan dari tahun ketahun. Analisis rasio keuangan terhadap suatu perusahaan digunakan untuk mengetahui keadaan perkembangan keuangan perusahaan terutama bagi pihak manajemen. Analisis rasio keuangan memiliki arti penting baik bagi manajemen maupun bagi investor, karena manajemen dapat mengetahui hasil kerja yang telah dicapai berdasarkan analisis yang menunjukan likuiditas, hutang dan profitabilitas perusahaan dan membantu perusahaan untuk mengetahui masalah yang timbul, selanjutnya dapat dipakai untuk perencanaan yang akan mempengaruhi arah perusahaan dan mengantisipasi keadaan dimasa yang akan datang. Bagi investor analisis ini digunakan sebagai informasi untuk memprediksi
dan mengamati keadaan perusahaan, sehingga investor dapat mengetahui kekuatan dan kelemahan perusahaan.
2.4.2 Keunggulan Analisis Rasio Keuangan
Menurut Harahap (2008:298) analisis rasio memiliki keunggulan dibanding teknik analisis lainnya. Adapun keunggulan tersebut adalah:
1. Rasio merupakan angka-angka yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan.
2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dan informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.
3. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain.
4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan.
5. Menstandarisir ukuran perusahaan.
6. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain.
7. Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang.
Syamsuddin (2007:63) mengatakan bahwa rasio keuangan sangat berguna bagi pihak dalam dan luar perusahaan untuk mengetahui dan menilai keadaan keuangan perusahaan di masa lalu, saat ini dan kemungkinannya di masa yang akan datang. Para pemegang saham dan calon pemegang saham menaruh perhatian utama pada tingkat keuntungan, baik yang sekarang maupun kemungkinan di masa yang akan datang.
Dengan menggunakan analisis rasio keuangan, ada dua kelompok yang menganggap rasio keuangan berguna, yaitu:
1. Manajer, mengukur dan melacak keuangan perusahaan sepanjang waktu, fokus utama dari analisis mereka sering berkaitan dengan berbagai ukuran profitabilitas yang digunakan untuk mengevaluasi keuangan perusahaan dari sudut pandang pemilik.
2. Para analis yang merupakan analis eksternal bagi perusahaan. Contoh kelompok ini adalah petugas pemberi pinjaman dari bank komersial yang
menentukan kelayakan kredit pemohon pinjaman. Disini analisis lebih ditekankan pada sejarah penggunaan hutang oleh perusahaan serta kemampuannya untuk membayar bunga dan pokok pinjaman tersebut.
2.4.3 Jenis Analisis Rasio Keuangan 1. Rasio Likuiditas/ Liquidity Ratios
Rasio likuiditas adalah rasio yang digunakan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini membandingkan kewajiban jangka pendek dengan sumber daya jangka pendek (atau lancar) yang tersedia untuk memenuhi kewajibannya. Apabila perusahaan mampu memenuhi kewajibannya tepat waktu maka perusahaan tersebut dalam keadaan likuid sedangkan bila tidak mampu memenuhinya, berarti dalam keadaan likuid.
(Horne & Wachowicz, 2005:206) Rasio Lancar/ Current ratio
Rasio lancar dapat digunakan untuk menunjukkan nilai aktiva lancar terhadap hutang lancar. Rasio ini memperlihatkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi tagihan jangka pendeknya. Semakin besar rasio ini berarti semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Rumusnya sebagai berikut:
2. Rasio Solvabilitas/solvability ratios
Rasio leverage atau rasio utang terhadap ekuitas, agar dapat menilai sejauh mana perusahaan menggunakan uang yang dipinjam, kita dapat menggunakan beberapa utang (debt ratio) yang berbeda. (Horne & Wachowicz, 2005:209).
Rumus ratio utang terhadap ekuitas (debt to equity ratio) adalah sebagai berikut :
Aktiva lancar
Kewajiban jangka pendek
Total utang Modal sendiri
3. Rasio profitabilitas
Rasio profitabilitas didesain untuk menghubungkan berbagai beban keuangan perusahaan dengan kemampuannya untuk melayani atau membayar. (Horne &
Wachowicz, 2005:211). Rumus ratio cakupan adalah sebagau berikut :
2.5 Keputusan Investasi
Keputusan investasi merupakan keputusan yang menyangkut pengalokasian dana yang berasal dari dalam maupun dana yang berasal dari luar perusahaan pada berbagai bentuk investasi (Purnamasari dkk, 2009). Keputusan investasi dapat dikelompokkan kedalam investasi jangka pendek seperti investasi kedalam kas, surat-surat berharga jangka pendek, piutang, dan persediaan maupun investasi jangka panjang dalam bentuk tanah, gedung, kendaraan, mesin, peralatan produksi, dan aktiva tetap lainnya. Investasi merupakan komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan dimasa yang akan datang (Tandelilin, 2001).
Kegiatan investasi yang dilakukan perusahaan akan menentukan keuntungan yang akan diperoleh perusahaan dimasa yang akan datang.
Menurut Wahyudi dan Pawestri (2006), nilai perusahaan yang dibentuk melalui indikator nilai pasar saham sangat dipengaruhi oleh peluang peluang investasi. Fama (1978) mengatakan bahwa nilai perusahaan semata-mata ditentukan oleh suatu keputusan investasi. Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa keputusan investasi itu penting, karena untuk mencapai tujuan perusahaan hanya akan dihasilkan melalui kegiatan investasi perusahaan (Hasnawati, 2005).
Jenis pengeluaran modal tampaknya besar pengaruhnya terhadap nilai perusahaan, karena jenis informasi tersebut akan membawa informasi tentang pertumbuhan pendapatan yang diharapkan dimasa yang akan datang (Hasnawati, 2005).
Keputusan investasi tidak dapat diamati secara langsung oleh pihak Laba setelah pajak
pajak Total Aktiva
luar. Beberapa studi yang dilakukan dalam hubungannya dengan keputusan investsasi anatara lain Myers (1977) yang memperkenalkan Investment Opportunities Set (IOS). IOS memberi petunjuk yang lebih luas dimana nilai perusahaan tergantung pada pengeluaran perusahaan dimasa yang akan datang.
Myers (1977) memper kenalkan Investment Opportunity Set (IOS) pada studi yang dilakukan dalam hubungannya dengan keputusan investasi.
IOS memberikan petunjuk yang lebih luas dengan nilai perusahaan tergantung pada pengeluaran perusahaan dimasa yang akan datang, sehingga prospek perusahaan dapat ditaksir dari Investment Opportunity Set ( IOS).
Menurut Gaver dan Gaver (1993) dalam Hasnawati (2005), IOS merupakan nilai investasi perusahaan yang besarnya tergantung pada pengeluaran-pengeluaran yang ditetapkan oleh manajemen dimasa mendatang.
Nilai kesempatan investasi merupakan nilai sekarang dari pilihan-pilihan perusahaan untuk membuat investasi di masa mendatang menurut Kole (1991), dalam Gaver dan Gaver (1993), nilai IOS bergantung pada future discretionary expenditure yang pada saat ini merupakan pilihan-pilihan investasi yang diharapkan akan menghasilkan return yang lebih besar dari biaya modal dan dapat menghasilkan keuntungan.
IOS tidak dapat diobservasi secara langsung (laten), sehingga dalam perhitungannya menggunakan proksi (Kallapur dan Trombley, 1999). Proksi IOS yang digunakan dalam penelitian ini adalah Total Asset Growth (TAG), dimana ratio ini menunjukkan perbandingan antara total asset dikurangi total asset sebelumnnya dan di bagi total asset sebelumnya.
2.6 Keputusan Pendanaan
Keputusan pendanaan dapat diartikan sebagai keputusan yang menyangkut struktur keuangan (financial structure). Struktur keuangan perusahaan merupakan komposisi dari keputusan pendanaan yang meliputi hutang jangka pendek, hutang jangka panjang dan modal sendiri. Struktur keuangan perusahaan sering kali berubah akibat investasi yang akan dilakukan perusahaan. Oleh karena itu besar kecilnya investasi yang akan dilakukan perusahaan akan
berpengaruh pada komposisi (struktur) pendanaan perusahaan. Setiap perusahaan akan mengharapkan adanya struktur modal yang dapat memaksimalkan nilai perusahaan dan meminimalkan biaya modal (Purnamasari, 2009).
Mulyadi (2006:236) yang dikutip Pudjiati dan Widanar (2009), berpendapat bahwa keputusan pendanaan akan menyangkut penentuan kombinasi berbagai sumber dana yang pada dasarnya akan dibagi menjadi dua:
a. Pendanaan ekstern yang akan mengarah pada pengambilan keputusan mengenai struktur modal, yakni menentukan proporsi antara hutang jangka panjang dan modal sendiri. Hal ini akan nampak pada debt to equity ratio perusahaan tersebut.
b. Pendanaan intern yang diaplikasikan menurut penentuan kebijakan deviden yang digambarkan melalui dividend payout ratio.
Menurut Modigliani dan Miller (1963) dalam Haruman (2007) menyatakan bahwa pendanaan dapat meningkatkan nilai perusahaan.
Apabila pendanaan didanai melalui hutang, peningkatan tersebut terjadi akibat dari efek tax deductible. Artinya, perusahaan yang memiliki hutang akan membayar bunga pinjaman yang dapat mengurangi penghasilan kena pajak, yang dapat memberi manfaat bagi pemegang saham. Selain itu, penggunaan dana eksternal akan menambah pendapatan perusahaan yang nantinya akan digunakan untuk kegiatan investasi yang menguntungkan bagi perusahaan.
Keputusan pendanaan dalam penelitian ini dikonfirmasikan melalui Debt to Equity Ratio (DER), dimana rasio ini menunjukkan perbandingan antara pembiayaan dan pendanaan melalui hutang dengan pendanaan melalui ekuitas. Keputusan pendanaan yang menggunakan pendanaan melalui ekuitas lebih banyak daripada pendanaan melalui hutang karena dengan menggunakan pendanaan melalui ekuitas lebih banyak dapat meningkatkan nilai perusahaan (Wijaya dan Wibawa, 2010)
2.7 Kebijakan Dividen
Dividen merupakan nilai pendapatan bersih perusahaan setelah pajak dikurangi dengan laba ditahan (retained earning) yang ditahan sebagai cadangan bagi perusahaan. Dividen ini untuk dibagikan kepada para pemegang saham sebagai keuntungan dari laba perusahaan. Apabila perusahaan penerbit saham mampu menghasilkan laba yang besar maka ada kemungkinan pemegang sahamnya akan menikmati keuntungan dalam bentuk dividen yang besar pula. Dividen diartikan sebagai pembagian laba kepada para pemegang saham perusahaan sebanding dengan jumlah saham yang dipegang oleh masing-masing pemilik.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2004) dalam PSAK No. 23 merumuskan dividen sebagai distribusi laba kepada para pemegang saham sesuai dengan proporsi mereka dari jenis modal tertentu. Laba bersih perusahaan akan berdampak berupa peningkatan saldo laba ( retained earnings) perusahaan.
apabila laba saldo laba didistribusikan kepada pemegang saham maka saldo laba akan berkurang sebesar nilai yang didistribusikan tersebut.
Martono dan Harjito (2005:253) menyatakan bahwa kebijakan dividen merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan keputusan pendanaan perusahaan. Kebijakan dividen (dividend policy) merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegan saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang.
Rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) menentukan jumlah laba dibagi dalam bentuk dividen kas dan laba yang ditahan sebagai sumber pendanaan. Rasio ini menunjukkan persentase laba perusahaan yang dibayarkan kepada pemegang saham biasa perusahaan berupa dividen kas.
Apabila laha perusahaaan yang ditahan dalam jumlah besar, berari laba yang akan dibayarkan sebagai dividen menjadi lebih kecil. Dengan demikian aspek penting dari kebijakan dividen adalah menentukan alokasi laba yang sesuai di antara pembayaran laba sebagai dividen dengan laba yang ditahan di perusahaan.
Alokasi penentuan laba ditahan dan pembayaran dividen merupakan aspek utama dalam kebijakan dividen. Aspek-aspek tambahan yang lain adalah aspek hukum, likuiditas dan pengawasan saham yang diterbitkan, stabilitas dividen, dividen saham, pembelian kembali saham dan pertimbangan- pertimbangan adminitrasi.
Peningkatan dividen memberikan sinyal perubahan yang menguntungkan pada harapan manajer dan penurunan dividen menunjukkan pandangan pesimis prospek perusahaan dimasa yang akan datang (Aharony dan Swary, 1980 dalam Sartono dan Prasetyanta, 2005).
Gitman (2003) memberikan definisi kebijakan dividen sebagai suatu perencanaan tindakan perusahaan yang wajib ditaati ketika keputusan dividen dibuat. Lee dan Finerty (1990) dalam Adriani (2011) mengartikan kebijakan dividen sebagai suatu keputusan perusahaan dalam menentukan apakah akan membagikan earnings yang dihasilkan kepada pemegang saham atau untuk kegiatan reinvestasi perusahaan. Keputusan dividen menyangkut keputusan tentang penggunaan laba yang menjadi hak para pemegang saham.
Dividen yang dibagikan dapat berupa dividen tunai ( cash dividend) atau dividen dalam bentuk saham (stock dividen). Dividen tunai umumnya dibagikan secara reguler, baik triwulanan, semesteran atau tahunan. Disisi lain, stock dividend dapat mengakibatkan jumlah lembar saham bertambah dan umumnya akan menurunkan harga per lembar saham (Purnamasari dkk, 2009).
2.7.1 Deviden Payout Ratio
Menurut Hin (2001) dalam Deitiana (2011) dividend payout ratio adalah perbandingan dividen yang diberikan ke pemegang saham dan laba bersih per saham. Menurut Arifin dan Fakhrudin (2001), yang dimaksud dividend payout ratio adalah persentase laba yang dibayarkan secara tunai kepada para pemegang saham.
Dari definisi-definisi mengenai dividend payout ratio dapat disimpulkan bahwa :
1. Rasio pembayaran dividen ini menunjukkan persentase laba yang
dibagikan kepada pemegang saham.
2. Laba bersih perusahaan.
2. Perbandingan antara dividen per lembar saham dengan laba per lembar saham.
3. Besaran angka dividen diumumkan dan ditetapkan pada saat Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
2.7.2 Nilai Perusahaan
Meningkatkan nilai perusahaan adalah tujuan dari setiap perusahaan, karena semakin tinggi nilai perusahaan maka akan diikuti pula oleh tingginya kemakmuran pemegang saham. Nilai perusahaan yang tinggi dapat meningkatkan kemakmuran bagi para pemegang saham, sehingga para pemegang saham akan menginvestasikan modalnya kepada perusahaan tersebut (Tendi Haruman, 2007).
Nilai perusahaan memberikan gambaran kepada manajemen mengenai persepsi investor mengenai kinerja masa lalu dan prospek perusahaan dimasa yang akan datang (Brigham dan Houston, 2003). Sujoko dan Soebiantoro (2007) menjelaskan bahwa nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan yang sering dikaitkan dengan harga saham.
Nilai perusahaan berperan penting dalam memproyeksikan kinerja perusahaan sehingga dapat mempengaruhi investor dan calon investor terhadap suatu perusahaan (Mulianti, 2010 dalam Setiaji, 2011).
Nilai perusahaan pada dasarnya diukur dari beberapa aspek, salah satunya adalah harga pasar saham perusahaan, karena harga pasar saham perusahaan mencerminkan penilaian investor atas keseluruhan ekuitas yang dimiliki (Wahyudi dan Pawestri, 2006). Semakin tinggi harga saham, maka nilai perusahaan dan kemakmuran pemegang saham juga akan meningkat.
Menurut Van Horne (dikutip Diyah dan Erman, 2009). “Value is represented by the maket price of the company’s common stock which in turn, is a function of firm’s investment, financing and dividend decision”. Nilai perusahaan dapat direfleksikan melalui harga pasar dimana harga pasar merupakan barometer
dari kinerja perusahaan. Rika dan Ishlahudin (2008), mendefinisikan nilai perusahaan sebagai nilai pasar. Alasannya karena nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran atau keuntungan bagi pemegang saham jika harga perusahaan meningkat.
Nilai perusahaan atau juga disebut dengan nilai pasar perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual. Fakta menunjukkan bahwa nilai kekayaan yang ditunjukkan pada neaca tidak mmiliki hubungan dengan nilai pasar dari perusahaan.
Hal ini disebabkan karena perusahaan memiliki kekayaan yang tidak bisa dilaporkan dalam neraca seperti manajemen yang baik, reputasi yang baik dan prospek yang cerah (Erlangga dan Suryandari, 2009).
Berdasarkan pendekatan konsep nilai pasar atau Price Book Value, harga saham dapat diketahui berada diatas atau dibawah nilai bukunya. Pada dasarnya, membeli saham berarti membeli prospek perusahaan (Samsul, 2006). PBV yang tinggi akan membuat investor yakin atas prospek perusahaan dimasa mendatang. Oleh karena itu keberadaan rasio PBV sangat penting bagi para investor maupun calon investor untuk menetapkan keputusan investasi.
Nilai perusahaan menunjukkan nilai dari berbagai aktiva yang dimiliki oleh perusahaan, termasuk surat berharga yang dikeluarkannya. Nilai perusahaan tercermin pada data akuntansi yang terdapat dalam laporan keuangan (Ohlson, 1995 dalam Darminto, 2010). Nilai perusahaan go public selain menunjukkan nilai seluruh aktiva, juga tercermin dari nilai pasar atau harga sahamnya, sehingga semakin tinggi harga saham mencerminkan tingginya nilai perusahaan.
2.8 Kerangka Pemikiran
Laporan keuangan merupakan suatu media yang dapat menggambarkan kondisi keuangan perusahaan. Namun dalam menginterpresentasikan laporan keuangan dibutuhkan suatu tindak lanjut analisa agar laporan keuangan dibutuhkan suatu tindak lanjut analisa agar laporan keuangan tersebut dapat menjadi informasi yang lebih tepat dan akurat. Dengan adanya analisis laporan keuangan, pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan dapat menjadikan laporan keungan tersebut sebagai dasar pengambilan keputusan.
Analisis laporan keuangan sering kali memasuki aktivitas untuk membuat berbagai transformasi atas laporan keuangan. Teknik analisis tersebut memungkinkan untuk dilakukan indentifikasi, pengkajian dan perangkuman hubungan-hubungan yang signifikan dari data keuangan perusahaan. Teknik yang biasa digunakan dalam hal seperti ini adalah analisis rasio keuangan.
Menurut S. Munawir (2007:65) analisis resiko keuangan adalah :
“Suatu metode analisis untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut”
Manajemen keuangan memiliki ruang lingkup yang luas dan dinamis.
Keuangan dapat berpengaruh secara langsung dalam kehidupan manusia dan organisasi. Untuk memperoleh laba dalam melakukan suatu usaha diperlukan keuangan yang optimal untuk dapat berjalan dengan baik sehingga untuk dapat mengoptimalkan keuangan perusahaan maka diperlukan manajemen yang baik.
Oleh karna itu, keuangan mempunyai hubungan yang erat hubungannya terhadap ilmu manajerial.
Seiring dengan perkembangan zaman, manajemen keuangan tidak hanya mencatat, membuat laporan, mengendalikan posisi kas, membayar tagihan- tagihan, dan mencari dana. Akan tetapi, manajeman keuangan juga mengatur dalam penginvestasian dana, mengatur kombinasi dana yang optimal, serta mengatur pendistribusian keuntungan (pembagian deviden.)
Menurut Sutrisno (2003:3) bahwa manajemen keuangan adalah :
“Sebagai semua aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha-usaha mendapatkan dana perusahaan dengan biaya yang murah serta usaha untuk menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara efisien.”
Fungsi manajemen keuangan dapat dibagi menjadi tiga tugas penting, yaitu (1) memutuskan alternative pembiayaan. Fungsi ini berkaitan dengan pengambilan keputusan dalam memilih alternative pembiayaan terbaik dari berbagai alternative sumber dana yang ada, sehingga diperoleh satu kombinasi pembiayaan. (2) menetapkan pengalokasian dana. Fungsi ini mencakup keputusan yang harus dilakukan oleh menejer keuangan dalam menetapkan kombinasi dari pengalokasian dana yang paling baik bagi perusahaan. (3) kebijakan pembagian deviden. Kewajiban manajer keuangan didalam menetapkan kebijakan bembagian deviden, karna fungsi ini akan mempengaruhi nilai dari perusahaan tersebut, yang akan memberikan gambaran atas keuntungan para pemilik deviden.
Ketiga fungsi pokok manajer keuangan tersebut pada akhirnya hanya mengarah pada satu tujuan yaitu untuk memaksimalkan nilai perusahaan bagi pemiliknya. Dapat dikatakan bahwa nilai perusahaan ditentukan oleh kebijakan keuangan yang menggambarkan komposisi pembiayaan dalam struktur keuangan perusahan dan juga besarnya deviden yang dibagikan sebagai gambaran keuntungan kepemilikan. Ketiga variabel manajemen keuangan tersebut saling terkait dan bersifat saling mempengaruhi.
Optimalisasi nilai perusahaan yang merupakan tujuan perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan fungsi manajemen keuangan, dimana salah satu keputusan keuangan yang diambil akan mempengaruhi keputusan keuangan lainnya dan berdampak pada nilai perusahaan. Nilai perusahaan dapat diukur dari harga pasar. Harga pasar (Market Value) menunjukan harga yang bersedia dibayar oleh investor. Harga pasar dapat lebih tinggi maupun lebih rendah dibandingkan nilai bukunya. Perbandingan nilai pasar terhadap nilai buku saham yang semakin tinggi menunjukan penilaian investor terhadap perusahaan semakin baik.
Struktur modal suatu perusahaan pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua bagian pokok yaitu modal dari para pemilik atau pengambil saham (modal sendiri) dan modal yang berasal dari kereditur (modal asing).
Menurut Harjito (2007:240) :
“Struktur modal (capital structure) adalah perbandingan pendanaan jangka panjang perusahaan yang ditunjukan oleh perbandingan hutang jangka panjang terhadap modal sendiri.”
Menurut Darsono (2006:153) :
“Struktur modal adalah jumlah permanen perusahaan yang tersumber dari utang jangka panjang dan modal sendiri.”
Berdasarkan kedua pengertian diatas dilihat dari keuangan neraca perusahan maka yang dimaksud dengan struktur permodalan disini adalah pada bagian kredit yang tercermin pada perkiraan hutang jangka panjang dengan unsur modal sendiri, dimana kedua golongan tersebut merupakan dana permanen atau dana jangka panjang.
Debt Equity Ratio (DER) menunjukan hubungan antara hutang jangka panjang yang diberikan kreditur dengan jumlah modal sendiri yang diberikan oleh pemilik perusahaan dalam rangka mengukur resiko, fokus perhatian kreditur jangka panjang ditunjukan pada prospek laba dan perkiraan arus kas perusahaan.
Meskipun demikian, mereka tidak dapat mengabaikan pentingnya tetap dalam mempertahankan keseimbangan antara proporsi aktiva yang didanai oleh kreditor dengan yang didanai oleh pemilik perusahaan. Pengukuran tersebut dilakukan dengan rasio debt to equity. Dimana rasio ini merupakan perbandingan antara hutang-hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukan kemampuan modal sendiri perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya.
Rasio debt to equity dapat memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki perusahaan sehingga dapat dilihat resiko tak tertagihnya hutang. Semakin besar proporsi hutang relative terhadap ekuitas maka semakin besar pula resiko perusahaan.
Mengalokasikan dana secara efisien merupakan tugas perusahaan didalam menginvestasikan dananya pada aktiva yang dapat memberikan keuntungan yang maksimal. Menurut Tendi Heruman (2008:8) bahwa :
“Investasi adalah pertumbuhan total asset perusahaan dari tahun ke tahun yang menunjukan perkembangan investasi perusahaan.”
Kegiatan investasi yang dilakukan perusahaan akan menentukan keuntungan yang akan diperoleh perusahaan dan kinerja perusahaan dimasa yang akan datang. Apabila tingkat investasi disuatu perusahaan tinggi, maka akan meningkatkan kepercayaan investor terhadap perusahaan tersebut karena pertumbuhan investasi dapat dipresepsikan sebagai good news bagi investor.
Selain itu, peningkatan investasi ini akan dianggap sebagai pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan datang dan penentu nilai perusahaan itu sendiri.
Rasio dividend payout merupakan perbandingan jumlah deviden yang dibayarkan perlembar saham terhadap EPS perusahaan. Semakin tinggi rasio ini akan menguntungkan para investor tetapi akan memperlemah internal financing perusahaan karena memperkecil laba ditahan. Sebaliknya rasio yang semmakin kecil akan merugikan para pemegang saham (investor) tetapi internal financial perusahaan akan semakin kuat.
Kebijakan deviden ini merupakan corporate action yang penting harus dilakukan perusahaan. Semakin besar deviden yang dibagikan kepada investor, maka perusahaan akan dianggap semakin baik. Perusahaan yang baik di anggap menguntungkan dan tentunya penilaian terhadap perusahaan akan semakin baik pula, biasanya tercermin melalui peningkatan harga saham perusahaan. Apabila perusahaan meningkatkan pembayaran deviden, mungkin diartikan sebagai sinyal positif membaiknya kinerja perusahaan dimasa yang akan datang. Sehingga kebijakan deviden memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan.
Dari penjelasan tersebut, maka dapat dibuat kaitan antara keputusan investasi, keputusan pendanaan, kebijakan dividen dan struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan dengan kerangka pemikiran sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Keputusan Investasi
Kebijakan Deviden
Nilai Perusahaan Keputusan Pendanaan
Gambar 2.2
Kerangka pikir konseptual
Kinerja perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI dalam menghasilkan laba
Hasil pengujian statistik secara simultan maupun parsial Kebijakan Laba
Perumusan Hipotesis
Non keuangan Keputusan investasi
Faktor keuangan 1. TAG (X1) 2. DER (X2) 3. DPR (X3)
Kebijakan Dividen
Faktor yang mempengaruhi Nilai perusahaan
(Y)
Pengujian Statistik Kajian Teoritis :
1. Manajemen keuangan 2. Analisis laporan keuangan
Kajian Empiris :
1. Arie Afzal dan Abdul Rohman (2012) 2. Titin Herawati (2012)
Keputusan pendanaan
2.9 Hipotesis Penelitian
2.9.1 Pengaruh Keputusan Investasi Terhadap Nilai Perusahaan
Kesempatan investasi merupakan nilai perusahaan yang besarnya tergantung pada pengeluaran-pengeluaran yang ditetapkan manajemen di masa yang akan datang, dalam hal ini pada saat ini merupakan pilihan-pilihan investasi yang diharapkan akan menghasilka keuntungan yang lebih besar.
(Gaver dan Gaver dalam Hidayat (2010).
Pendapat ini sejalan dengan Smith dan Watts (1992) dalam Hidayat (2010) yang menyatakan bahwa set kesempatan investasi merupakan komponen nilai perusahaan yang merupakan hasil dari pilihan-pilihan untuk membuat investasi di masa yang datang.
Menurut Wahyudi dan Pawestri (2006), nilai perusahaan yang dibentuk melalui indikator nilai pasar saham sangat dipengaruhi oleh peluang-peluang investasi. Nilai perusahaan semata-mata ditentukan oleh keputusan investasi (Fama 1978). Myers (1977) memperkenalkan IOS pada studi yang dilakukan dalam hubungannya dengan keputusan investasi. IOS memberikan petunjuk yang lebih luas dengan nilai perusahaan tergantung pada pengeluaran perusahaan di masa yang akan datang sehingga prospek perusahaan dapat ditaksir dari Investment Opportunity Set (IOS). IOS didefinisikan sebagai kombinasi antara aktiva yang dimiliki (assets in place) dan pilihan investasi di masa yang akan datang dengan net present value positif.
Keputusan investasi melalui divestment berpengaruh terhadap nilai perusahaan di Afrika Selatan ( Wright dan Ferris, 1997). Hasnawati (2005b) menemukan bahwa keputusan investasi berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan sebesar 12,25%, sedangkan sisanya sebesar 87,75% dipengar uhi oleh faktor lain seperti keputusan pendanaan, kebijakan deviden, faktor eksternal perusahaan seperti tingkat inflasi, kurs mata uang, pertumbuhan ekonomi, politik, dan psychology pasar. Wahyudi dan Pawestri (2006) menemukan bahwa keputusan investasi tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
2.9.2 Pengaruh Keputusan Pendanaan Terhadap Nilai Perusahaan
Menurut Brigham dan Houston (2001), peningkatan hutang diartikan oleh pihak luar tentang kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban dimasa yang akan datang atau adanya risiko bisnis yang rendah, hal tersebut akan direspon positif oleh pasar. Terdapat dua teori mengenai keputusan pendanaan.
Pandangan tersebut diwakili oleh Pecking Order Theory dan Trade off Theory.
Pecking Order Theory menetapkan suatu urutan keputusan pendanaan dimana manajer pertama kali akan memilih untuk menggunakan laba ditahan, hutang dan penerbitan saham sebagai pilihan terakhir (Mamduh, 2004).
Trade off Theory menyatakan bahwa struktur modal yang optimum dapat dicapai apabila terdapat manfaat atas penggunaan leverage atau utang.
Berdasarkan Tradeoff Theory, tingkat leverage dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan perusahaan. Sesuai dengan Tradeoff Theory, perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan tinggi cenderung untuk membiayai investasinya dengan mengeluarkan saham, karena harga sahamnya relatif tinggi.
Penelitian Wijaya dan Wibawa (2010), Wahyudi dan Pawestri (2006) dan Hasnawati (2005) sama-sama menemukan bukti bahwa keputusan pendanaan mempengaruhi nilai perusahaan secara positif.
2.9.3 Pengaruh Kebijakan Deviden Terhadap Nilai Perusahaan
Kebijakan dividen ( dividend policy) merupakan keputusan seberapa besar laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham sebagai dividen kas atau disimpan dalam bentuk laba ditahan sebagai sumber pendanaan perusahaan (Brigham dan Houston, 2003).
Menurut Hatta (2002), terdapat sejumlah perdebatan mengenai bagaimana kebijakan deviden mempengaruhi nilai perusahaan. Pendapat pertama menyatakan bahwa kebijakan dividen tidak mempengaruhi nilai perusahaan, yang disebut dengan teori irrelevansi dividen. Pendapat kedua menyatakan bahwa dividen yang tinggi akan meningkatkan nilai perusahaan, yang disebut dengan Bird in The Hand Theory. Pendapat ketiga menyatakan bahwa semakin tinggi dividend payout ratio suatu perusahaan, maka nilai perusahaan tersebut
akan semakin rendah. Dividend signaling theory pertama kali dicetuskan oleh Bhattacharya (1979). Teori ini menjelaskan bahwa informasi tentang cash dividend yang dibayarkan dianggap investor sebagai sinyal prospek perusahaan di masa mendatang.
Penelitian Wijaya dan Wibawa (2010), dapat membuktikan bahwa kebijakan dividen mempengaruhi nilai perusahaan secara positif. Wahyudi dan Pawestri (2006) menemukan bahwa kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka pemikiran maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:
Ho1 : Tidak terdapat pengaruh positif yang signifikan antara keputusan investasi terhadap nilai perusahaan.
Ha1 : Terdapat pengaruh positif yang signifikan antara keputusan investasi terhadap nilai perusahaan.
Ho2: Tidak terdapat pengaruh positif yang signifikan antara keputusan pendanaan terhadap nilai perusahaan
Ha2: Terdapat pengaruh positif yang signifikan antara Keputusan pendanaan terhadap nilai perusahaan
Ho3 : Tidak terdapat pengaruh positif yang signifikan antara kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan.
Ha3 : Terdapat pengaruh positif yang signifikan antara kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan.