• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI KEGIATAN BERMAIN MENIUP BALON

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MENINGKATKAN KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI KEGIATAN BERMAIN MENIUP BALON"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI

KEGIATAN BERMAIN MENIUP ‘BALON’

(Penelitian Tindakan Kelas Di Kelompok B1 Raudhatul Athfal Al Madani Desa Nanti Agung Kecamatan Tebat Karai Kabupaten Kepahiang)

KARYA ILMIAH

Oleh :

IDA ERIKA

NIM A1I112036

PROGRAM SARJANA S1

KEPENDIDIKAN BAGI GURU DALAM JABATAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS BENGKULU

TAHUN 2014

(2)

ABSTRAK

IDA ERIKA : Meningkatkan Kemampuan Sosial Emosional Melalui Kegiatan Bermain

Meniup „Balon‟ Di Kelompok B1 Raudhatul Athfal Al Madani . Desa Nanti Agung, Kecamatan Tebat Karai, Kabupaten Kepahiang. Skripsi. Program Sarjana Kependidikan Bagi Guru Dalam Jabatan, Universitas Bengkulu.

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan sosial emosional anak melalui kegiatan bermain meniup „balon‟. Khususnya yang meliputi kemampuan kemandirian, kerjasama, pengendalian emosi dan kedisiplinan anak. Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan dengan dua siklus. Subjek penelitian adalah anak kelompok B1 Raudhatul Athfal (RA) Al Madani yang berjumlah 20 orang yang terdiri dari 10 orang anak laki-laki dan 10 orang anak perempuan. Tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan dokumentasi dan tehnik analisis data menggunakan analisis statistik sederhana. Hasil Penelitian menunjukkan dengan permainan meniup ‟balon‟ dapat meningkatkan kemampuan sosial emosional anak yang terbukti dengan hasil persiklusnya yaitu pada siklus I tingkat keberhasilan mencapai 51,25% pada siklus II menjadi 91,25%. Dari hasil penelitian ini dapat direkomendasikan kepada guru PAUD, bahwa terbukti dengan kegiatan bermain meniup “Balon” dapat meningkatkan kemampuan sosial emosional anak.

(3)

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kebanyakan masalah yang sering muncul di taman kanak-kanak (TK) berawal dari gejala emosi dan perkembangan sosial karena pembinaan kedua dimensi perkembangan tersebut masih minim (Nugraha, 2009:5.13). Contoh perilaku yang sering muncul pada anak di TK, di antaranya menangis (cengeng), pemarah, penakut, suka berkelahi, suka memukul dan sebagainya.

Idealnya apabila anak usia 5 - 6 tahun memiliki kemampuan sosial yang tinggi, maka ia akan mudah bersosialisasi dimanapun ia berada dan mengendalikan emosinya dengan baik. Kenyataan yang ditemui dilapangan, pada masa awal anak- anak masuk kesekolah sering terjadi setiap awal tahun tahunnya muncul perilaku sosial anak yang beda-beda diantaranya, ada yang suka berkelahi, mau menang sendiri, pendiam, tidak mandiri, masih anak yang mau minta ditemani orang tua di dalam kelas, menagis, masih belum berani bergabung bersama teman-temannya dan sebagainya. Hal tesebut apabila berlangsung tidak terlalu lama, bukan menjadi suatu masalah karena seorang anak masih merasa asing di lingkungan yang baru tersebut dan perlu waktu untuk beradaptasi dalam hal ini di sekolah, tetapi apabila hal berlangsung lama dan tidak diperhatikan, maka akan menyebabkan kelancaran proses belajar mengajar di dalam kelas terganggu. Kegiatan yang monoton yang sering diberikan guru terkadang membuat anak bosan dan tidak tertarik mengikuti kegiatan yang ditawarkan oleh guru terkadang ada sebagian anak merasa terbebani dengan lingkungan yang baru, ia merasa takut, bahkan dapat menyebabkan anak tidak mau bersekolah lagi. Melihat permasalahan tersebut diatas perlu dicarikan metode yang tepat untuk mengembangkan kecakapan sosial anak yaitu dengan bermain kooperatif secara berkelompok khususnya bermain balon lingkaran.

B. Pembatasan Masalah

Banyak sekali masalah sosial emosional yang dihadapi oleh anak usia dini, dalam hal ini penulis membatasi pada 4 aspek kemampuan, yaitu :

(4)

2. Kemampuan anak bekerjasama dengan temannya. 3. Kemampuan anak dalam mengontrol emosinya.

4. Kedisiplinan anak dalam mengikuti peraturan permainan yang ada.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang di ajukan dalam penelitian ini adalah “Apakah melalui kegiatan bermain meniup „balon‟ dapat meningkatkan kemampuan sosial emosional anak Kelompok B1 di Raudhatul Athfal Al Madani Desa Nanti Agung Kabupaten Kepahiang ?”.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas,maka tujuan penelitin ini adalah “Untuk mengetahui apakah melalui kegiatan bermain meniup „balon‟ dapat meningkatkan kemampuan sosial emosional anak kelompok B1 di Raudhatul Athfal Al Madani Desa Nanti Agung.

(5)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Perkembangan Sosial Emosional a. Pengertian Perkembangan Sosial

Menurut Nugraha, dkk (2009 : 1.18) sosialisasi merupakan suatu proses dimana individu (terutama) anak melatih kepekaan dirinya terhadap rangsangan-rangsangan sosial terutama tekanan-tekanan dan tuntutan kehidupan (kelompoknya) serta belajar bergaul dengan bertingkah laku, seperti orang lain di dalam lingkungan sosialnya. Perkembangan sosial merupakan proses pembentukan social self (pribadi dalam masyarakat), yakni pribadi dalam keluarga, budaya, bangsa dan seterusnya.

b. Perkembangan Emosional

Menurut Goleman dalam Hutari (2013:30) meyatakan bahwa emosi adalah dorongan untuk bertindak, rencana seketika untuk mengatasi masalah yang telah ditanamkan secara berangsur-angsur oleh evolusi

c. Kecerdasan Sosial Emosional Pada Anak usia Dini

perkembangan sosial emosional meliputi perkembangan dalam hal emosi, kepribadian, dan hubungan interpersonal (Papalia dalam T. Pratisto, 2013:3). Menurut Nugraha (2009:5.22) Kecerdasan emosi adalah sebagai kemampuan untuk menggali perasaan diri sendiri, serta kemampuan mengelolah emosi dan perilaku sosial dengan baik pada diri sendiri dan dalam membina hubungan dengan orang lain.

e. Fungsi dan peran emosional

Menurut Nugraha (2006:17) Fungsi dan peran emosional pada perkembangan anak adalah :

1) Sebagai bentuk komunikasi dengan lingkungannya.

2) Sebagai bentuk kepribadian dan penilaian anak terhadap diri 3) Sebagai bentuk tingkah laku yang dapat diterima lingkungannya 4) Sebagai bentuk kebiasaan dan

(6)

5) Sebagai upaya pengembangan diri.

2. Bermain

a. Pengertian Bermain

Menurut Montolalu (2005:15) bermain merupakan suatu kegiatan yang spontan pada anak yang berhubungan dengan kegiatan orang dewasa dan lingkungan termasuk didalamnya imajinasi, penampilan anak dengan menggunakan seluruh perasaan, tangan atau seluruh badan

Menurut Hurlock (1995: 320) bermain adalah setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya, tanpa mempertimbangakan hasil ahir. Bermain dilakukan secara sukarela dan tidak ada paksaan atau tekanan dari luar atau kewajiban.

b. Manfaat Bermain

Sikap yang dapat dikembangkan melalui kegiatan bermain (Nugraha, 2009:1.21) antara lain :

a) Sikap sosial

b) Belajar berkomunikasi. c) Belajar mengorganisasi

d) Lebih menghargai orang lain dan perbedaan-perbedaan yang ada e) Menghargai harmoni dan kompromi

3. Permainan Meniup Balon

Permainan ini dimainkan sekelompok anak-anak yang berpegangan tangan dan membentuk sebuah lingkaran mengelilingi seorang anak di tengah. Anak ditengah adalah peniup dan anak-anak disekelilingnya pura-pura menjadi „balon‟. Anak yang tengah-tengah pura-pura meniup dan anak-anak yang lain membuat lingkaran semakin besar sampai tangan mereka merenggang paling lebar. Pada saat ini, anak berpura-pura bahwa „balon‟ itu meletus dan mereka jatuh ke tanah.

(7)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas adalah proses investigasi terkendali untuk merumuskan dan memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Proses pemecahan masalah tersebut dilakukan secara bersiklus, dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil pembelajaran di kelas tertentu (Arikunto dalam Kusdianti, 2012:22)

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Tempat Penelitian Tindakan Kelas ini di laksanakan di kelompok B1 Raudhatul Athfal (RA) Al Madani Desa Nanti Agung Kecamatan Tebat Karai Kabupaten Kepahiang Propinsi Bengkulu dan waktu pelaksanaan pada Semester Ganjil dari bulan Agustus sampai bulan November tahun 2014

C. Subjek dan Obyek Penelitian

Subjek penelitian ini yaitu Kelompok B1 pada Raudhatul Athfal (RA) Al Madani Desa Nanti Agung Kecamatan Kepahiang yang berjumlah 20 orang Anak yang terdiri dari 10 orang laki-laki dan 10 orang perempuan yang rata-rata berumur 5-6 tahun

D. Jenis Tindakan

Model siklus yang digunakan dalam penelitian ini adalah model yang dikembangkan Arikunto (dalam kusdianti, 2012:22), yang terdiri dari: 1) Perencanaan (planning), 2) Tindakan (acting), 3) Pengamatan (observing), 4) Refleksi (reflecting).

Berikut ini penjelasan dari setiap siklus yang akan dilakukan :

1. Perencanaan

Adapun langkah-langkah sebagai berikut :

1. Menyusun rencana kegiatan harian (RKH)

2. Mempersiapkan materi pengembangan kemampuan sosial emosional anak

(8)

3. Menyusun skenario pembelajaran.

4. Menyediakan alat dan media pembelajaran yaitu tempat yang aman dan nyaman untuk bermain anak dan menyusun alat pengumpul data dan evaluasi pembelajaran

2. Aksi dan tindakan a. Kegiatan awal

Kegiatan awal diawali dengan doa belajar dan bernyanyi diteruskan absensi anak yang hadir dan tidak pada hari itu.

 Guru menyiapkan tempat bermain di halaman sekolah

 Guru melakukan kegiatan bercakap-cakap tentang tema lingkunganku

 Bernyanyi lagu “Balonku ada lima” dan “Aku banyak teman”

 Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan yaitu bermain meniup „Balon‟.

b. Guru bercakap-cakap sesuai tema yaitu tentang senangnya mempunyai

banyak teman di lingkungan kita dan guru menghubungkan dengan kegiatan permainan yang akan dilakukan serta menjelaskan bagaimana permainan meniup „balon‟ tersebut.

c. Kegiatan Inti

 Anak-anak diajak berpegangan tangan dan membentuk sebuah lingkaran mengelilingi seorang anak ditengah.

 Anak ditengah adalah pemberi aba-aba apabila balon akan siap ditiup atau ditiup angin.

 Ketika anak yang berada ditengah tadi memberi aba-aba meniup „balon‟ maka anak yang lain mulai pura-pura seperti „balon‟ yang membesar dengan merenggangkan pegangannnya sampai balon lingkaran membesar.

 Kemudian anak yang ditengah, memberi aba-aba balon ditiup angin maka anak yang lain pura-pura bergoyang-goyang seperti balon sedang diterpa angin, sepoi-sepoi atau angin kencang, dan lingkaran pun bergerak berputar sampai angin berhenti.

(9)

 Kemudian anak yang tengah pura-pura mengempeskan balon tersebut maka anak-anak yang lain mendekat dan mulai merapat kearah tengah lingkaran.

 Dan terahir anak yang ditengah berpura-pura meniup balon yang membuat lingkaran semakin membesar sampai tangan mereka merenggang paling lebar dan anak-anak berpura-pura bahwa “balon” itu meletus dan mereka jatuh ke tanah.

d. Istirahat

Anak bermain diluar kelas Makan bekal bersama yang dilakukan lebih kurang 30 menit. kemudian anak diajak masuk kedalam kelas makan bekal bersama sebelum itu anak di ajak mencuci tangan dan berdoa.

e. Kegiatan Ahir

Pada kegiatan ini guru melakukan tanya jawab tentang kegiatan yang telah dilakukan

3. Observasi

Kegiatan observasi ini dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan kelas. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melakukan pengamatan pada saat pelaksanaan tindakan. Pada saat observasi peneliti melakukan pencatatan terhadap data-data yang diperlukan, dalam melakukan observasi dan evaluasi. Dalam pengolahan data ini peneliti dibantu oleh teman sejawat.

4. Refleksi

Tahap terahir dalam penelitian tindakan kelas ini adalah refleksi. Refleksi merupakan tahap untuk memproses data yang di dapat saat dilakukan pengamatan (observasi) dan evaluasi. Data yang telah di dapat ditafsir dan dianalisis secara bersama oleh peneliti dengan teman sejawat, kemudian mengadakan refleksi terhadap kemajuan dan kekurangan dari kegiatan bermain meniup „balon‟. yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan sosial emosional anak, dan dapat memberi arahan bagi perbaikan pada siklus selanjutnya jika pengamatan belum berhasil. Kegiatan penelitian ini dilakukan sampai maksimal atau terjadi perubahan yang signifikan.

(10)

E. Tehnik Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Observasi 2. Dokumentasi F. Instrument Penelitian

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah Lembar observasi terdiri atas Lembar observasi guru dan lembar observasi siswa

G. Teknik Analisis Data

Menganalisis data observasi dilakukan dengan analisis statistik sederhana dengan rumus :

P = F

N x 100%

Keterangan : P = Angka persentase F = Skor yang dicapai anak N = Jumlah seluruh anak 100% = Nilai konstan

(11)

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Hasil penelitian Deskripsi Siklus I 1. Perencanaan 2. Pelaksanaan 3. Observasi

Tabel 4.1 Daftar hasil observasi terhadap anak siklus I

B C K 1 Kerjasama 4 6 10 20% 2 Kemandirian 5 6 9 25% 3 Pengendalian emosi 3 4 13 15% 4 Kedisiplinan 5 6 9 25% 17 22 41 21,25% 27,5% 51,25% Kategori penilaian Aspek yang diamati

No Indikator

keberhasila

jumlah 4. Refleksi

Dari hasil Observasi yang dilakukan terhadap aktifitas anak dalam mengikuti kegiatan belajar diperoleh 21,25% anak yang mendapat Kriteria baik dalam kemampuan sosial emosional anak, dari target 80% yang diharapkan dan harus diperbaiki

Deskripsi siklus Ke 2 1. Perencanaan

Perencanaan pada siklus ke dua ini sama dengan siklus pertama dan Pelaksanaan tindakan pada siklus ke II ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 24 September 2014 pertemuan tersebut dialokasikan waktu dari jam 07.30 sampai dengan 10.30 WIB dan dilaksanakan sesuai dengan Rencana persiapan pembelajaran yang telah di persiapkan.

(12)

2. Observasi

Table 4.2. Daftar hasil observasi terhadap anak siklus II

B C K 1 Kerjasama 18 2 90% 2 Kemandirian 19 1 95% 3 Pengendalian emosi 17 3 85% 4 Kedisiplinan 19 1 95% 73 7 91,25% 8,75% Kategori penilaian Aspek yang diamati

No indikator

keberhasila

jumlah

3. Refleksi

Dari hasil yang didapat pada siklus ke II ini, meskipun anak yang sudah yang mencapai nilai kriteria baik lebih dari 80% anak,jadi sudah mencapai target.

B. Pembahasan 1. Kerjasama

Aspek kerjasama pada anak di usia dini sangat diperlukan, agar ia dapat hidup berdampingan dengan lingkungan sekitarnya seperti yang di ungkapkan oleh Lwin (2008:216) yang memandang bahwa belajar untuk bekerja dengan teman-teman akan memberikan sumbangan pada aset perkembangan anak seperti serangkaian nilai positif dan keterampilan sosial akan membantunya tumbuh sehat, mudah menyesuaikan diri dan kuat. Jika anak tidak memiliki kecerdasan hubungan sosial baik maka anak akan mudah stress, dan ahirnya mempengaruhi tingkat pencapaian prestasi dari kemampuan belajar anak.

Dalam permainan meniup ‟balon‟ ini anak sambil berpegangan tangan antara satu dengan yang lain membentuk suatu lingkaran, pada saat anak berpegangan tangan maka akan timbul rasa kebersamaan dan dapat menciptakan suasana keakraban diantara sesama teman, hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Parten dalam (Desmareza, 2012:25) yang memandang kegiatan bermain sebagai sarana sosialisasi. Melalui bermain dapat memberikan kesempatan kepada seorang anak, siswa dan peserta didik dalam bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasi, dan belajar secara menyenangkan. Hal ini

(13)

dapat terlihat dari hasil pelaksanaan persiklusnya yang meningkat secara signifikan dari 25% pada siklus ke I menjadi 95% pada siklus II hal ini terlihat pada awalnya anak tidak mau bermain bersama temannya kemudian pada siklus ke II sudah mau bekerjasama bersama temannya.

2. Kemandirian

Kemandirian anak berkaitan erat dengan emosi anak, kurangannnya kecerdasan anak dalam mengendalikan emosi menyebabkan anak kurang mandiri bersifat ketergantungan kepada pihak lain tidak dapat berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain,apabila ia tidak nyaman maka akan timbulnya gejolak dalam batinya seperti perasaan takut ditinggalkan dan cemas hal tersebut seperti yang di ungkapkan Sukmadinata dalam Nizar (2013:3) yang mengungkapkan emosi sebagai perpaduan dari beberapa perasaan yang mempunyai intensitas yang relatif tinggi dan menimbulkan suatu gejolak suasana batin. Seperti halnya perasaan, emosi juga membentuk suatu kontinum, bergerak dari emosi positif hingga yang bersifat negatif.

Melalui kegiatan bermain, anak dapat belajar tentang banyak hal, disaat bermain anak akan merasa senang ,seperti yang di ungkapkan oleh Hurlock (1995: 320) bermain adalah setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya, tanpa mempertimbangakan hasil ahir. Bermain dilakukan secara sukarela dan tidak ada paksaan atau tekanan dari luar atau kewajiban.

Apabila anak merasakan senang maka ia akan dapat dengan mudah mengatasi perasaan takut dan kecemasan pada dirinya. Pengalaman main ini didapat anak melalui permainan meniup „balon‟ Pada saat balon lingkaran tertiup angin anak diajak berimajinasi berpura-pura berputar seperti balon yang sedang tertiup angin, maka posisi anak pun akan berubah seandainya dari posisi kiri maka akan berubah ke posisi lain, hal tersebut akan mengurangi ketegangan otot akibat ketakutan ataupun kecemasan yang dimiliki oleh anak. Hal ini dapat dilihat pada peningkatan aspek kemandirian anak pada siklus ke I sebesar 20% dan pada siklus ke II sebesar 90%.

(14)

3. Pengendalian Emosi

Emosi pada masa awal anak sangatlah kuat, pada fase ini merupakan saat ketidak seimbangan, dimana anak mudah terbawa ledakan-ledakan emosional sehingga sulit dibimbing dan diarahkan (Nugraha, 2009:2.3). Dalam hal ini permainan meniup „balon‟ merupakan permainan kooperatif yaitu permainan berkelompok masing-masing anak memiliki peran untuk mencapai tujuan permainan, yang dapat mengontrol emosi anak, seperti yang di ungkapkan oleh Nugraha (2009:1.22) permainan yang melibatkan beberapa anak akan mempertajam kemampuan anak, juga bisa menguji daya tahan emosi anak selama proses permainan. Anak belajar memusatkan perhatian lebih pada proses yang baik, bukan pada hasil ahir. Kalau keadaan menerima kemenangan dan kekalahan sering berlangsung dan dirasakan, dan anak tidak akan terkaget-kaget lagi dengan kondisi apapun, emosi akan tetap terkontrol. Saat anak kalah ia tidak akan frustasi, ketika menang pun tidak gembira berlebihan. Hal ini terbukti pada hasil kegitan persiklusnya terjadi peningkatan yang signifikan yaitu dari 15% pada siklus ke I dan 85% pada siklus ke II.

4. Kedisiplinan

Pada aspek kedisiplinan, pada siklus ke I keberhasilan anak baru mencapai 25% dan pada siklus ke II menjadi 95%. Hal ini membuktikan bahwa permainan meniup „Balon‟ dapat meningkatkan kedisiplinan anak. karena pada permainan ini terdapat peraturan yang disepakati bersama adan tidak terlalu rumit serta tidak menekan anak yaitu anak hanya mendengarkan aba-aba yang disampaikan oleh temannya, sehingga anak tidak merasa terbebani dengan peraturan permainan yang ada seperti yang dikatakan oleh Bettlehelm dalam Tedjasaputra (2001) bahwa permainan adalah kegiatan yang ditandai oleh aturan serta persyaratan yang disetujui bersama.

(15)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa melalui kegiatan permainan meniup „balon‟, dapat meningkatkan kemampuan sosial emosional anak yang meliputi 4 aspek yaitu kerjasama, kemandirian, pengendalian emosi dan kedisiplinan. Hal ini dapat dari hasil penelitian, diketahui bahwa hasil belajar anak dalam hal kemampuan sosial emosional anak meningkat signifikan dari 51,25% pada siklus pertama menjadi 91,25% pada siklus ke II yang melebihi kriteria penilaian yang ditetapkan yaitu 80% yang menandakan indikator keberhasilan telah dicapai dan sehingga pelaksanaan penelitian dianggap cukup .

B. SARAN

1. Berikanlah motivasi kepada anak agar anak lebih semangat lagi

2. Belajar sambil bermain lebih menarik anak untuk mengikuti kegiatan yang guru sampaikan, jadi guru harus lebih teliti dan kreatif dalam menggali potensi-potensi yang ada pada diri anak.

3. Tidak setiap anak berhasil melewati tugas perkembangan sosial emosional pada usia dini, sehingga berbagai kendala dapat saja terjadi. Sebagai pendidik harus memahami perkembangan sosial emosional anak sebagai bekal dalam memberikan bimbingan terhadap anak agar mereka dapat mengembangkan kemampuan sosial dan emosinya dengan baik.

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Desmareza, Rini. 2012. Meningkatkan perkembangan Sosial Emosional Melalui

permainan Montase Di Ra Darul Ulum Padang : UNPAD di unduh dari http://ejurnal.unp.ac.id/index.php/paud/article/viewfile/1593/1374 Pada Tanggal 9 Agustus 2014

Hurlock, Elizabeth G. Perkembangan Anak Jilid 2 (edisi Keenam). Jakarta : Erlangga Kusdianti, Mimi. 2012. Penelitian Tindakan Kelas mengembangkan Kecerdasan Visual

spsial Melalui Kegiatan Menggambar Bebas. Bengkulu : FKIP UNIB

Lwin, May Dkk .2008. Cara Mengembangkan Berbagai Komponen Kecerdasan. Jakarta

: PT INDEKS

Meylia Herli Susanti. 2013. Upaya Meningkatkan Kecerdasan Sosial Emosional Anak

Melalui Bermain Peran Pada TK A PAUD Taman Balia Candi Semarang Tahun

ajaran 2012/2013. Diunduh dari

http://www.go.yhanapratiwi.Files.wordpress.com/2014/03/sosem-main-peran-pdf

pada tanggal 1 Oktober 2014

Montolalu, B.E.F, dkk. 2005. Bermain dan permainan Anak. Jakarta : Universitas Terbuka

Nizar, Yudharta. 2013. Perilaku Sosial dan Emosional Anak Usia Dini. Diunduh dari

http://nizaryudharta.blogspot.com/2013/12/perilaku-sosial-dan-emosional-anak-usia.html pada tanggal 1 Oktober 2014

Nugraha, Ali dan Yeni Rachmawati. 2009. Metode Pengembangan Sosial Emosional. Jakarta : Universitas Terbuka

Nuryanti, Lusi. 2008. Psikologi Anak. Jakarta : PT INDEKS

Pradewi, Restina innez. 2012. Meningkatkan Kemampuan sosial emosional Melalui

Bermain Kucing dan Tikus pada anak kelompok B-Tk Widia Kusuma. PTK.

Surabaya. UNI, diunduh dari ttp://ejurnal.unesa.ac.id/2012/9/Meningkatkan. Pada tanggal 9 agustus 2014

T. Pratisto. 2013. Perkembangan sosio emosional anak usia dini. Makalah. Jakarta : Universitas terbuka

Gambar

Tabel 4.1 Daftar hasil observasi terhadap anak siklus I
Table 4.2. Daftar hasil observasi terhadap anak siklus II

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas rumusan masalah yang diajukan adalah: “Apakah melalui permainan memancing huruf dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan

Sesuai dengan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang dikemukakan diatas, penulis mengemukakan rumusan masalah sebagai berikut : “Apakah metode bermain peran dapat

Skripsi yang berjudul Meningkatkan Keterampilan Sosial Anak Usia Dini Melalui Kegiatan Bermain Angklung (Penelitian Tindakan Kelas di TK Laboratorium Percontohan

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah peneliti sampaikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah dengan melalui bermain kooperatif

Tujuan dilakukannya penelitian tindakan kelas ini (PTK) adalah untuk meningkatkan kemampuan sosial anak melalui kegiatan bermain tanpa menggunkan alat permainan

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah: Bagaimanakah upaya meningkatkan kemampuan berkomunikasi

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas maka penulis menentukan satu target pencapaian dalam penelitian ini yaitu dengan penggunaan metode role

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah; (1)Bagaimanakah penerapan strategi bernyanyi dapat meningkatkan kemampuan berbicara