• Tidak ada hasil yang ditemukan

Seminar tentang Modal dan Model Ideal Integrasi Ilmu Agama, Sains dan Teknologi, serta Seni dan Budaya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Seminar tentang Modal dan Model Ideal Integrasi Ilmu Agama, Sains dan Teknologi, serta Seni dan Budaya"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Seminar tentang “Modal dan Model Ideal Integrasi Ilmu Agama, Sains dan Teknologi, serta Seni dan Budaya”

(Diselenggarakan oleh Fakultas Syari’ah, di Gedung Theatre Fakultas Syariah & Hukum, Lt.2, Jum’at 25 Oktober 2013, Jam 15.30)

Oleh Budi Sulistiono

Penulisan sejarah ilmiah dituntut untuk menghasilkan eksplanasi mengenai permasalahan yang dibahas.

Eksplanasi itu diperoleh melalui analisis. Untuk mempertajam analisis, dalam proses penulisan sejarah, aplikasi metode dan teori sejarah perlu ditunjang oleh teori dan/atau konsep ilmu-ilmu sosial yang relevan (sosiologi, antropologi, ekonomi, politik, dll.).

Dengan kata lain, penulisan sejarah yang dituntut memberikan eksplanasi mengenai masalah yang dibahas, perlu dilakukan secara interdisipliner dengan menggunakan pendekatan multidimensional (multidimensional approach). Hal itu sesuai dengan ciri-ciri dan karakteristik sejarah sebagai ilmu.

(2)

Oleh karena itu, penelitian sejarah dan hasilnya dapat membantu penelitian dan pengembangan kebudayaan. Sejarah mengkaji aspek-aspek kehidupan manusia di masa lampau, termasuk kebudayaan.

Definisi Sejarah

Menurut ilmu asalkata, lafal sejarah dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Bahasa Melayu mengambil alih dari bahasa Arab "syajarah". Kata itu masuk ke dalam bahasa Melayu setelah berakulturasi dengan kebudayaan Indonesia dengan kebudayaan Islam semenjak abad ke-13 M.

Lafal sejarah berasal dari "syajarah", yakni kata benda tunggal (ism mufrad) yang menunjukkan kesatuan dan kemungkinan menunjukkan arti yang beraneka ragama, yaitu : (1) pohon; kenapa bermakna pohon ? sebagian sejarawan berpendapat karena sejarah mengandung konotasi genealogi, yaitu pohon keluarga yang menunjukkan kepada asal-usul sesuatu keluarga; (2) "Silsilah", seperti dalam ungkapan "huwa

min syajarah tayyibah" (dia dari silsilah atau asal yang baik). Di

(3)

syajarah tayyibah (pohon yang baik) dan syajarah khoobitoh (pohon yang buruk) (QS, 14:24, 27); (3) "Sjajaral amru

bainahum (QS, 4:65) - terutama mengenai ungkapan "… hattaa yuhakkimuukan fiima syajara bainahum …" (urusan itu menjadi

sulit dan kacau balau sehingga merupakan pertikaian dan beda faham di antara mereka.

Bangsa Indonesia beruntung sekali mengambil alih arti 'syajarah' menjadi 'sejarah', sebagaimana tersebut di atas beroleh luasan makna : (a) apa yang telah terjadi; (b) kisah dari apa yang telah terjadi itu, dan ; (c) uraian ilmiah tentang yang telah terjadi itu. Manfaat selanjutnya yang kita peroleh dari bahasa Arab adalah ungkapan "syajaral amru bainahum", sebagaimana yang telah diartikan di atas, ‘urusan itu menjadi sulit dan kacau balau sehingga merupakan pertikaian dan beda faham di antara mereka’.

Dalam bahasa Arab untuk pengertian 'sejarah' digunakan 'tarikh' yang mengandung arti 'penanggalan', waktu, zaman, kurun zaman, perhitungan tahun (tahun sebelum Masehi atau tahun sesudah Masehi - dipakai sebutan sebelum atau sesudah tarikh Masehi).

(4)

Tengah kebudayaan Indonesia berakulturasi dengan kebudayaan Islam, masuk pula kebudayaan Barat di Indonesia. Terjadilah pula akulturasi yang kedua (sejak abad ke-15 M). Kebudayaan baru ini membawa kata (bahasa Belanda) "geschiedenis", "historie', histoire (Perancis), yang memiliki pengertian yang sama. Konon pengertian tersebut berasal dari bahasa Yunani, istoria yang berarti ilmu. Istoria oleh Aristoteles diartikan sebgai kajian sistematik mengenai seperangkat gejala alam, yang dituturkan secara kronologis maupun tidak kronologis.

Menurut Gazalba, istilah sejarah disamakan dengan history. Namun, menurutnya isi pengertian sejarah berbeda dari isi pengertian 'history'. Artinya, penyamaan istilah itu tidak diserempakkan dengan penyamaan isi pengertian. Di sinilah agaknya mulai terjadi kekeliruan dan salah tanggapan antara lain pengertian sejarah dalam kebudayaan pra-kebudayaan Barat disamakan dengan pengertian dalam kebudayaan Barat. Padahal, dalam kebudayaan Barat, sejarah diidentikkan dengan silsilah, babad, mythe, legende, dan tarikh. Kata "Silsilah" berarti urutan, seri, hubungan, daftar keturunan. Kata "Babad" berasal dari bahasa Jawa, berarti

(5)

riwayat kerajaan, riwayat bangsa, buku tahunan1, kronik. Kata

"kronik" berarti cerita peristiwa-peristiwa yang disusun menurut urutan waktu, tanpa menjelaskan hubungan antara peristiwa-peristiwa tersebut. Kata "tarikh" (yang berasal dari bahasa Arab), berarti buku tahunan, kronik, perhitungan tahun, buku riwayat, tanggal, pencatatan tanggal.

Sedangkan sejarah menurut pengertian dalam

kebudayaan Barat, kata "History" yang diekwivalenkan dengan sejarah dalam bahasa Indonesia terhimpun dalam empat pengertian secara harfiyah, yakni : (1) sesuatu yang telah berlalu, suatu peristiwa, suatu kejadian; (2) riwayat dari yang tersebut di nomor 1; (3) semua pengetahuan tentang masa lalu; (4) ilmu yang berusaha menentukan dan mewariskan pengetahuan. Berdasarkan pengertian tersebut, ternyata luas sekali bidang yang dicakup oleh sejarah. Kalau memang demikian, kita dapat berbicara tentang sejarah agama, sejarah undang-undang dasar, sejarah perubahan jenis hewan, sejarah bumi, pegunungan, tanaman, rumah, dan sebagainya.

Memang demikianlah pengertian "history" pada

mulanya, suatu lukisan tanpa menghubungkan khusus

1

(6)

dengan manusia, atau urutan kejadian yang kronologis. Dalam hal ini, kata "history" berasal dari kata "istoria" (bahasa Yunani), yang berarti ilmu untuk semuamacam ilmu pengetahuan tentang gejala alam, baik yang disusun secara kronologis maupun yang tidak. Kemudian melalui proses pengembangan ilmu pengetahuan, kata "istoria" hanya khusus digunakan untuk ilmu pengetahuan yang disusun secara kronologis, terutama menyangkut hal ikhwal manusia; sedang untuk pengetahuan yang disusun secara tidak kronologis digunakan kata "scientia" (berasal dari bahasa Latin).

Kini kata "history" (Inggris) geschiedenis (Belanda), sejarah (Indonesia), mengandung arti khusus yaitu "masa lampau ummat manusia". Dalam bahasa Jerman disebut "geschichte" berasal dari "geschehen" yang berarti "terjadi". Sedangkan dalam Arab disebut "tarikh" berasal dari akar kata "ta'rikh" dan 'taurikh' yang berarti pemberitahuan tentang waktu dan kadangkala kata "tarikhusy-syai' menunjukkan arti pada tujuan dan masa berakhirnya sesuatu peristiwa (Ustman, 1986),

Panitia Historiografi dari Dewan Riset Ilmu-Ilmu Sosial (Social Sciences Research Council), New York, sebagaimana

(7)

dikutip oleh Teuku Ibrahim Alfian, menyimpulkan bahwa kata "sejarah" itu dipergunakan sekurang-kurangnya dalam lima pengertian, yaitu : (1) penyelidikan yang sistematik tentang gejala-gejala alam; (2) masa lampau ummat manusia atau sebagian dari padanya; (3) benda peninggalan masa lalu dan pertulisan-pertulisan baik yang sekundair maupun yang primair atau sebagian dari padanya yang ditinggalkan ummat manusia; (4) penyelidikan, penyajian, dan penjelasan tentang masa lampau umat manusia dari benda-benda peninggalan dan pertulisan, dan; (5) cabang pengetahuan yang mencatat, menyelidiki, menyajikan, dan menjelaskan tentang masa lalu ummat manusia (Alfian, 1983).

Dengan lahirnya definisi tersebut, lahir pulalah rumusan-rumusan tengan definisi sejarah, antara lain dari Ibnu Khaldun (wafat 808 H/1406M) dalam sebuah karyanya "Muqaddimah" : "… maksud sesungguhnya dari sejarah ialah untuk membuat kita berkenalan dengan masyarakat manusia, yakni dengan kebudayaan dunia dan dengan fenomena (gejala_) alamiyah seperti kehidupan liar, kelembutan tingkahlaku, keterikatan dengan keluarga dan suku, berbagai ragam superioritas yang seseorang memperolehnya di atas

(8)

yang lain; kerajaan-kerajaan dan berbagai dinasti yang bangkit dengan cara ini; berbagai macam perdagangan dan usaha yang manusia kerjakan untuk menopang hidup mereka; ilmu pengetahuan alam dan sosial; dalam seni, seluruh syarat yang berganda yang muncul secara wajar dalam perkembangan/

perubahan kebudayaan2 - sebagai usaha untuk

menyempurnakan kehidupannya…". Pernyataan Ibn Khaldun

tersebut memberikan batasan bahwa "sejarah ialah

menunjukkan kepada peristiwa-peristiwa istimewa atau penting pada waktu atau ras tertentu". Selanjutnya ia melihat sejarah sebagai sebuah siklus yang tak berujung dari kemajuan dan kemunduran sama seperti fenomena kehidupan manusia. Dia mengatakan bahwa sejarah dalam realitasnya adalah informasi tentang masyarakat manusia, yakni kebudayaan dunia. Dengan demikian, arti sejarah sebagai catatan yang berhubungan dengan kejadian-kejadian masa silam yang diabadikan dalam laporan-laporan tertulis dalam ruang lingkup yang luas. Pengertian sejarah sedemikian ini, tidak jauh berbeda dengan pengertian "tarikh", yakni keterangan yang menerangkan hal ikhwal ummat dan segala

2

Dalam perubahan-perubahan tersebut termasuk perubahan pada lingkungan alam sekitarnya. Semua perubahan ini merupakan hukum yang ditetapkan oleh al-Khalik (selama dikehendaki-Nya) untuk manusia ciptaan-Nya.

(9)

sesuatu yang telah terjadi di kalangannya pada masa yang telah lampauatau pada masa maupun yang sedang terjadi di kalangan ummat.

Pengertian "Sejarah " menurut Murtadha Muttahari, sejarah adalah: (1) sebagai pengetahuan tentang kejadian-kejadian, dan keadaan-keadaan kemanusiaan di masa lampau dalam kaitannya dengan keadaan-keadaan masa kini; (2) pengetahuan tentang hukum-hukum yang tampak menguasai kehidupan masa lampau yang diperoleh melalui penyelidikan dan analitis atas peritiwa-peristiwa masa lampau baik peristiwa sosial, politik, ekonomi, maupun agama dan budaya dari suatu bangsa, negara, atau dunia". Menuruti dua konsep dari Muttahari tersebut, pokok persoalan sejarah senantiasa

akan sarat dengan pengalaman-pengalaman penting

menyangkut perkembangan keseluruhan keadaan

masyarakat. Dan Sayyid Qutub menegaskan, pengertian sejarah bukanlah peristiwa-peristiwa, melainkan tafsiran peristiwa-peristiwa itu, dan pengertian mengenai hubungan-hubungan nyata dan tidak nyata yang menjalin seluruh bagian serta memberinya dinamisme dalam waktu dan tempat.

(10)

Dari rangkaian pengertian di atas, semakin jelas bahwa sejarah tidak hanya melaporkan kejadian-kejadian yang telah merupakan fakta, tapi menafsirkan, menjelaskan, mengulas kejadian-kejadian itu, sehingga si pembaca dan/ atau si pendengar memahami apa yang telah berlalu itu. Fakta-fakta sejarah yang berkeping-keping, yang berdiri sendiri-sendiri itu disaling hubungkan dan diterangkan oleh sejarawan menjadi gambaran yang dapat diartikan. Karena itu, dapatlah dirumuskan bahwa pengertian sejarah adalah gambaran masa lalu tentang manusia dan sekitarnya sebagai makhluk sosial, yang disusun secara ilmiyah dan lengkap, meliputi urutan fakta masa tersebut dengan tafsiran dan penjelasan, yang memberi pengertian dan kefahaman tentang apa yang telah berlalu itu.

Kasus di wilayah Nusantara, terkait erat dengan suasana Estafeta Dakwah Islamiyah, menurut catatan sementara dapat diungkapkan, antara lain :

• Dari Malaka, antara lain meluas ke Kampar, Indragiri, dan Riau

• Dari Aceh, antara lain meluas ke Minangkabau, Bengkulu, dan Jambi

(11)

• Dari Minangkabau antara lain meluas ke Sulawesi, Bima • Dari Sulawesi Tengah ke Gorontalo

• Dari Demak antara lain meluas ke Cirebon, Banten, Banjarmasin

• Dari Banjarmasin antara lain meluas ke Sambas, Batanglawai, Sukadana (Kalbar), Kotawaringin, Sampit (Kalteng), Kutai (Kaltim)

• Dari Banten antara lain meluas ke Sumatra Selatan, Bangka Belitung

• Dari Giri (Gresik, Jawa Timur) antara lain meluas ke Ternate,Lombok

• Dari Ternate, antara lain meluas ke pulau-pulau di seluruh Maluku, daerah pantai timur Sulawesi, Hitu, Buton, Selayar, Papua, Bima, serta Lombok.

Realitas di atas adakah Strategi Dakwah yang bisa difahami ?

• a) proses pengislaman seluruh kawasan tidaklah seragam

• b) Islam masuk ke Nusantara dengan cara yang benar-benar menunjukkan suasana rahmatan lil'alamin.

(12)

Pernyataan di atas diperkuat oleh catatan Thomas Arnold dalam karyanya The Preaching of Islam mengatakan bahwa :

– kedatangan Islam bukanlah sebagai penakluk seperti halnya bangsa Portugis dan Spanyol.

– Islam datang ke Asia Tenggara dengan jalan damai, tidak dengan cara pedang, tidak dengan merebut kekuasaan politik.

Daya Dukung , antara lain :

– Iklim Perdagangan, pelayaran, ekonomi

– Merosotnya pengaruh Kekuatan Politik kerajaan-kerajaan Nusantara sebelum Islam

– kekosongan budaya pasca runtuhnya kerajaan Buddhis Sriwijaya di kepulauan Melayu

Kesultanan Islam Nusantara, antara lain : 1. Kesultanan Jeumpa, Aceh Timur, (777 M) 2. Kesultanan Peureulak, Aceh Timur ((840 M) ) 3. Kesultanan Lamuri, Aceh (960 M)

4. Kesultanan Samudera Pasai (1270 M) 5. Kesultanan Demak(1478 M)

6. Kesultanan Ternate (1495 M) 7. Kesultanan Tidore (1495 M)

(13)

8. Kesultanan Selaparang, Lombok (1500 M) 9. Kesultanan Jambi (berdiri 1500)

10. Kesultanan Aceh Darussalam (1514 M)

11. Kesultanan Asahan (berdiri 1537 M)

12. Kesultanan Muna (1538 M)

13. Kesultanan Buton (berdiri 1542)

14. Kesultanan Dompu (1545 M)

15. Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura

(1545 M)

16. Kesultanan Palasa di Teluk Tomini,Sulteng (1550M)

17. Kesultanan Banten (1552 M)

18. Kesultanan Pajang, Jawa Tengah (1558 M)

19. Kesultanan Cirebon ( 1560 M)

20. Kesultanan Pagaruyung ( 1560 M)

21. Kesultanan Gorontalo (1566 M)

22. Kesultanan Mataram (Yogya-1580 M)

23. Kesultanan Gowa, Sulawesi (1605 M)

24. Kesultanan Bima, NTB (1620 M)

25. Kesultanan Jailolo, Maluku (1625 M)

26. Kesultanan Tanjung Pura – Pontianak (1638 M)

(14)

28. Kesultanan Deli (1669 M)

29. Kesultanan Sambas (1678 M)

30. Kesultanan Kotawaringin (1679 M)

Masjid Kuno Nusantara

• mengadopsi konsep-konsep :

– arsitektur Candi (Hindu/Budha) – arsitektur lokal

– arsitektur Cina

• Kekhasan gaya arsitektur mesjid-mesjid kuno ini dinyatakan oleh :

– bentuk atap tumpang atau bertingkat 2,3,5 – puncaknya dihiasi mustaka atau memolo – denahnya persegiempat atau bujursangkar – serambi di depan atau di samping

– fondasinya pejal dan tinggi

– pada bagian depan atau samping terdapat parit berair (kulah)

– gerbang.

Arsitektur Mesjid awal abad ke-19 mendapat pengaruh arsitektur :

(15)

– India

– Timur Tengah – Kolonial Belanda

Kenyataan ini dapat dilacak melalui keberadaan, antara lain :

– Masjid Raya Baiturrahman di Aceh

– Masjid Raya Al Osmani di Labuhan, Deli – Masjid Azizi Tanjung Pura, Langkat – Masjid Raya Al Mahsun di Deli, Medan – Masjid Agung di Palembang

– Masjid Al Azhar di Jakarta – Masjid Agung Yogyakarta – Masjid Syuhada Yogyakarta – Masjid Agung di Banyuwangi

Keberadaan masjid-masjid Nusantara baik sebelum mau pun sesudah abad ke-19 M, seakan mengikuti selera zamannya, nyatanya Elemen Masjid tidak mengganggu dari aspek syar’i. Pada umumnya arsitektur mesjid Indonesia mempunyai konsep dan elemen sebagai berikut:

– Ruang Utama, ruang utama tempat sholat, terdapat didalamnya mihrab dan mimbar

(16)

– Mihrab, ruang tempat berdiri imam (pemimpin sholat berjamaah ) yang berbentuk ceruk atau relung di dinding sisi Kiblat.

– Mimbar, kursi atau singgasana atau tahta tempat para pemimpin memberikan atau menyampaikan masalah-masalah kepada umat atau rakyat.

– Maksurah, bilik berbentuk kotak, berdindingkan pagar atau terali sehingga tembus pandang yang diperuntukan khusus untuk pemimpin pada waktu sholat

– Halaman Terbuka, bagian dari masjid yang berupa lapangan terbuku biasanya dibangun taman dan sebuah kolam atau pancuran air sebagai tempat bersuci.

– Serambi, selasar atau koridor yang mengelilingi ruang utama, biasanya tidak berdinding penuh atau hanya dibatasi tiang saja.

– Menara (minaret), bangunan tinggi tempat muazin mengumandangkan azan.

(17)

– Tempat bersuci, tempat mengambil wudhu sebelum masuk ke dalam Masjid berupa kolam, pancuran dan kamar mandi

Selain membangun masjid dan/ atau tempat ibadah, Kesultanan juga memperhatikan Pembangunan Fisik lainnya, antara lain :

 Istana  Benteng  Pelabuhan  Kota

 Transportasi

 Pemberdayaan sektor riel  Dan lain-lain

Keseluruhan bangunan dan penyelenggaraan

pemerintahan sebagai wujud kekuatan politik Islam, tidak akan pernah ada jika tidak ditunjang oleh kekuatan riel, antara lain aspek Ekonomi :

 sektor perdagangan lokal  sektor perdagangan regional

(18)

Referensi

Dokumen terkait

Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam kegiatan operasinya merupakan fokus utama dalam penilaian prestasi perusahaan karena laba perusahaan merupakan

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dijabarkan, permasalahan yang ada masih sangat kompleks sehingga perlu diadakan pembatasan masalah yang terjadi, penelitian

Metode pengumpulan data yang dilakukan yaitu wawancara (terstruktur), observasi dan dokumentasi.Sedangkan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah reduksi,

Setelah penggaris plastik digosok dengan kain wol, maka aliran elektron dan muatan yang terjadi pada penggaris plastik

Penilaian responden tentang kompetensi guru PKn SMP/SMA/SMK Negeri di Kota Semarang yang dinilai paling tingi adalah: 1) kompetensi pedagogik, meliputi menguasai teori belajar

PENGGUNAAN METODE PEER TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA TUNARUNGU DI SLB-B X.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam penerapannya, teknik observasi ini digunakan untuk menggali dan mengumpulkan data-data yang diperlukan dengan menggunakan model observasi tidak berperan serta

Pemindahan adalah memindahkan arsip yang sudah dinyatakan inaktif (sudah melewati batas retensi) retensi untuk disimpan di gudang penyimpanan arsip rekam medis