• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS BAHASA JERMAN BIOGRAFI PRESIDEN SO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TUGAS BAHASA JERMAN BIOGRAFI PRESIDEN SO"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS BAHASA JERMAN

BIOGRAFI

PRESIDEN SOEHARTO

OLEH :

RAHMAWATI

XI IPA 1

SMA SEMEN TONASA

KAB. PANGKEP

(2)

Biografi Presiden Soeharto

Soeharto dikenal sebaga satu-satunya Presiden di Indonesia yang memiliki masa jabatan terlama yaitu sekitar 32 Tahun. Dikenal dengan sebutan "Bapak Pembangunan".

Ia merupakan Presiden Kedua Indonesia setelah Soekarno, Soeharto di bawah pemerintahannya sukses mengantarkan Indonesia menjadi negara Swasembada dimana sektor dibidang pertanian amat berkembang dengan pesatnya melalui Program Rapelitanya.

Tulisan kali ini akan mengulas tentang Biografi dan Profil Soeharto. Mantan Presiden Kedua Indonesia serta bapak pembangunan ini dilahirkan di Kemusuk, Yogyakarta pada tanggal 8 Juni 1921.

Ibunya bernama Sukirah dan ayah beliau yang merupakan seorang pembantu lurah dalam bidang pengairan sawah dan juga sekaligus seorang petani yang bernama Kertosudiro.

Ketika berumur delapan tahun Soeharto mulai bersekolah tetapi ia sering berpindah-pindah sekolah. Awalnya ia sekolah di Sekolah Desa (SD) Puluhan, Godean kemudian ia pindah ke SD Pedes dikarenakan keluarganya pindah ke Kemusuk, Kidul.

Setelah itu kemudian ayahnya Kertosudiro memindahkan Soeharto ke Wuryantoro. Beliau kemudian dititipkan dan tinggal bersama Prawirohardjo seorang mantri Tani yang menikah dengan adik perempuan Soeharto.

Ditahun 1941 tepatnya di Sekolah Bintara, Gombong di Jawa Tengah, Soeharto terpilih sebagai Prajurit Telatan, sejak kecil ia memang bercita-cita menjadi seorang tentara atau militer. kemudian pada tanggal 5 Oktober 1945 setelah Indonesia merdeka, Soeharto kemudian resmi menjadi anggota TNI.

Setelah itu kemudian Soeharto menikahi Siti Hartinah atau Ibu Tien yang merupakan anak seorang Mangkunegaran pada tanggal 27 Desember 1947 dimana usia Soeharto etika itu 26 tahun dan Siti Hartinah atau Ibu Tien berusia 24 tahun.

Dari pernikahannya kemudian ia dikarunia enam orang anak yaitu Siti Hardiyanti Hastuti, Sigit Harjojudanto, Bambang Trihatmodjo, Siti Hediati Herijadi, Hutomo Mandala Putra dan Siti Hutami Endang Adiningsih.

(3)

sebagai komandan resimen berpangkat mayor kemudian menjabat komandan batalyon dengan pangkat Letnan Kolonel.

Sejarah bangsa Indonesia tidak bisa dilepaskan dari peristiwa yang dikenal sebagai Serangan Umum 1 Maret 1949, itu merupakan peristiwa yang menjadi catatan penting dalam sejarah bangsa ketika resmi merdeka dari penjajahan bangsa Belanda selama tiga setengah abad.

Banyak versi mengatakan bahwa Peranan Soeharto ketika merebut Yogyakarta yang waktu itu sebagai Ibukota Republik Indonesia dalam Serangan Umum 1 Maret tidak bisa dipisahkan.

Tujuan dari serangan umum 1 Maret adalah menunjukan pada dunia internasional tentang eksistensi dari TNI (Tentara Nasional Indonesia) ketika itu dalam membela Bangsa Indonesia. Dalam kepemimpinannya, Soeharto berhasil merebut kota Yogyakarta dari cengkraman penjajah Belanda pada waktu itu.

Pada waktu itu beliau juga menjadi pengawal dari Panglima Besar Jenderal Sudirman. Dalam operasi pembebasan Irian Barat dari tangan Belanda ketika itu beliau yang menjadi panglima Mandala yang dipusatkan di Makassar.

Ketika peristiwa G-30-S/PKI meletus pada tanggal 1 Oktober 1965, Soeharto kemudian bergerak cepat mengambil alih kendali pimpinan Angkatan Darat ketika itu.

Kemudian mengeluarkan perintah yang cepat untuk mengatur dan mengendalikan keadaan negara yang kacau akibat dari kudeta oelh PKI.

Setelah peristiwa G-30-S/PKI, Soeharto kemudian menjabat sebagai Panglima Angkatan Darat menggantikan Jendral Ahmad Yani yang gugur di tangan PKI. Selain sebagai Panglima Angkatan Darat, Soeharto juga menjabat sebagai Pangkopkamtib yang ditunjuk oleh Presiden Soekarno pada waktu itu.

Puncak karier Soeharto ketika ia menerima Surat Perintah Sebelas Maret atau yang dikenal sebagai "Supersemar" oleh Presiden Soekarno pada bulan maret 1966 dimana tugasnya adalah mengendalikan keamanan dan juga ketertiban negara yang kacau setelah kudeta yang dilakukan oleh PKI dan mengamalkan ajaran Besar Revolusi Bung Karno.

Setelah peristiwa G-30-S/PKI keadaan politik dan juga pemerintahan Indonesia makin memburuk, kemudian pada bulan maret 1967 dalam sidang istimewa MPRS yang kemudian menunjuk Soeharto sebagai Presiden Kedua Republik Indonesia yang menggantikan Presiden Soekarno, dimana pengukuhan dilakukan pada Maret 1968.

(4)

Soeharto. Salah satunya adalah kembalinya Indonesia sebagai anggota PBB (Perserikatan Bangsa Bansa) pada tanggal 28 September 1966 setelah sebelumnya pada masa Soekarno, Indonesia keluar sebagai anggota PBB.

Soeharto Menjadi Presiden Indonesia Kedua

Pada tahap awal, Soeharto menarik garis yang sangat tegas. Pengucilan politik dilakukan terhadap orang-orang yang terkait dengan Partai Komunis Indonesia.

Sanksi kriminal dilakukan dengan menggelar Mahkamah Militer Luar Biasa untuk mengadili pihak yang dikonstruksikan Soeharto sebagai pemberontak.

Pengadilan digelar dan sebagian dari mereka yang terlibat "dibuang" ke Pulau Buru bahkan sebagian yang terkait atau masih pendukung dari Partai PKI dihabisi dengan cara dieksekusi massal di hutan oleh militer pada waktu itu. Program pemerintah Soeharto diarahkan pada upaya penyelamatan ekonomi nasional, terutama stabilisasi dan rehabilitasi ekonomi.

Yang dimaksud dengan stabilisasi ekonomi berarti mengendalikan inflasi agar harga barang-barang tidak melonjak terus. Dan rehabilitasi ekonomi adalah perbaikan secara fisik sarana dan prasarana ekonomi.

Hakikat dari kebijakan ini adalah pembinaan sistem ekonomi berencana yang menjamin berlangsungnya demokrasi ekonomi ke arah terwujudnya masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila.

Program stabilsasi ini dilakukan dengan cara membendung laju inflasi. Dan pemerintahan Soeharto berhasil membendung laju inflasi pada akhir tahun 1967-1968, tetapi harga bahan kebutuhan pokok naik melonjak.

Sesudah dibentuk Kabinet Pembangunan pada bulan Juli 1968, pemerintah mengalihkan kebijakan ekonominya pada pengendalian yang ketat terhadap gerak harga barang khususnya sandang, pangan, dan kurs valuta asing. Sejak saat itu ekonomi nasional relatif stabil.

Setelah berhasil memulihkan kondisi politik bangsa Indonesia, maka langkah selanjutnya yang ditempuh pemerintah Orde Baru adalah melaksanakan pembangunan nasional. Pembangunan nasional yang diupayakan pemerintah waktu itu direalisasikan melalui Pembangunan Jangka pendek dan Pembangunan Jangka Panjang.

(5)

mencapai tingkat kesejahteraan masyarakat Indonesia. Sedangkan Pembangunan Jangka Panjang mencakup periode 25-30 tahun.

Pembangunan nasional adalah rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa, dan Negara. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam upaya mewujudkan tujuan nasional yang tertulis dalam pembukaan UUD 1945.

Pada masa orde baru, pemerintah menjalankan kebijakan yang tidak mengalami perubahan terlalu signifikan selama 32 tahun. Dikarenakan pada masa itu pemerintah sukses menghadirkan suatu stablilitas politik sehingga mendukung terjadinya stabilitas ekonomi.

Karena hal itulah maka pemerintah jarang sekali melakukan perubahan-perubahan kebijakan terutama dalam hal anggaran negara. Pada masa pemerintahan orde baru, kebijakan ekonominya berorientasi kepada pertumbuhan ekonomi. Kebijakan ekonomi tersebut didukung oleh kestabilan politik yang dijalankan oleh pemerintah.

Soeharto sebagai Bapak Pembangunan Indonesia

Hal tersebut dituangkan ke dalam jargon kebijakan ekonomi yang disebut dengan Trilogi Pembangungan, yaitu stabilitas politik, pertumbuhan ekonomi yang stabil, dan pemerataan pembangunan. Dari keberhasilannya inilah sehingga Presiden Soeharto kemudian disebut sebagai "Bapak Pembangunan".

Titik kejatuhan Soeharto, ketika pada tahun 1998 dimana masa tersebut merupakan masa kelam bagi Presiden Soeharto dan masuknya masa reformasi bagi Indonesia, Dengan besarnya demonstrasi yang dilakukan oleh Mahasiswa serta rakyat yang tidak puas akan kepemimpinan Soeharto.

Selain itu makin tidak terkendalinya ekonomi serta stabilitas politik Indonesia maka pada tanggal 21 Mei 1998 pukul 09.05 WIB Pak Harto membacakan pidato "pernyataan berhenti sebagai presiden RI” setelah runtuhnya dukungan untuk dirinya.

(6)

Wafatnya Presiden Soeharto

Presiden RI Kedua HM Soeharto wafat pada pukul 13.10 WIB Minggu, 27 Januari 2008. Jenderal Besar yang oleh MPR dianugerahi penghormatan sebagai Bapak Pembangunan Nasional, itu meninggal dalam usia 87 tahun setelah dirawat selama 24 hari (sejak 4 sampai 27 Januari 2008) di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), Jakarta.

Berita wafatnya Pak Harto pertama kali diinformasikan Kapolsek Kebayoran Baru, Kompol. Dicky Sonandi, di Jakarta, Minggu (27/1). Kemudian secara resmi Tim Dokter Kepresidenan menyampaikan siaran pers tentang wafatnya Pak Harto tepat pukul 13.10 WIB Minggu, 27 Januari 2008 di RSPP Jakarta akibat kegagalan multi organ.

Kemudian sekira pukul 14.40, jenazah mantan Presiden Soeharto diberangkatkan dari RSPP menuju kediaman di Jalan Cendana nomor 8, Menteng, Jakarta. Ambulan yang mengusung jenazah Pak Harto diiringi sejumlah kendaraan keluarga dan kerabat serta pengawal.

Sejumlah wartawan merangsek mendekat ketika iring-iringan kendaraan itu bergerak menuju Jalan Cendana, mengakibatkan seorang wartawati televisi tertabrak.

Di sepanjang jalan Tanjung dan Jalan Cendana ribuan masyarakat menyambut kedatangan iringan kendaraan yang membawa jenazah Pak Harto. Isak tangis warga pecah begitu rangkaian kendaraan yang membawa jenazah mantan Presiden Soeharto memasuki Jalan Cendana, sekira pukul 14.55, Minggu (27/1).

Sementara itu, Presiden RI kala itu yakni Susilo Bambang Yudhoyono didampingi Wakil Presiden Jusuf Kalla dan sejumlah menteri yang tengah mengikuti rapat kabinet terbatas tentang ketahanan pangan, menyempatkan mengadakan jumpa pers selama 3 menit dan 28 detik di Kantor Presiden, Jakarta, Minggu (27/1). Presiden menyampaikan belasungkawa yang mendalam atas wafatnya mantan Presiden RI Kedua Haji Muhammad Soeharto.

Jasa-Jasa Soeharto Sebagai Presiden dan Kontroversinya

(7)

Karena harga-harga kebutuhan pokok yang murah dimasa itu yang berbanding terbalik dengan zaman sekarang ini, pertumbuhan ekonomi yang stabil, Presiden Soeharto berhasil merubah wajah Indonesia yang awalnya menjadi negara pengimpor beras menjadi negara swasembada beras dan turut mensejahterahkan petani. Sektor pembangunan dimasa Presiden Soeharto dianggap paling maju melalui Repelita I sampai Repelita VI.

Keamanan dan kestabilan negara yang terjamin serta menciptakan kesadaran nasionalisme yang tinggi pada masanya. Di bidang kesehatan, upaya meningkatkan kualitas bayi dan masa depan generasi ini dilakukan melalui program kesehatan di posyandu dan KB, sebuah upaya yang mengintegrasikan antara program pemerintah dengan kemandirian masyarakat.

Di jamannya, program ini memang sangat populer dan berhasil. Banyak ibu berhasil dan peduli atas kebutuhan balita mereka di saat paling penting dalam periode pertumbuhannya. Itulah sekelumit jasa-jasa atau prestasi dari presiden Soeharto meskipun disamping jasa-jasanya tersebut banyak juga kegagalan di pemerintahannya seperti Korupsi, Kolusi dan Nepotisme di masanya, pembangunan yang tidak merata antara pusat dan daerah sehingga memunculkan kecemburuan dari daerah seperti Papua.

Dari banyaknya jasa presiden Soeharto tersebut sehingga banyak yang mengusulkan Soeharto sebagai pahlawan nasional Indonesia. Terlepas dari sejumlah pihak yang masih mempermasalahkan sejumlah kasus hukum Soeharto, fakta di dalam sejarah Indonesia menunjukkan bahwa Soeharto memiliki jasa besar kepada Indonesia.

Perjuangan Soeharto untuk Indonesia yang tercatat dalam buku sejarah bangsa ini, antara lain, pada masa revolusi fisik antara 1945 hingga 1949, pascarevolusi fisik antara 1962 hingga 1967 dan masa kepemimpinannya sebagai presiden

Sosok Soeharto masih menjadi kontroversi hingga saat ini. Rakyat kecil mengingatnya sebagai pahlawan yang menyediakan bensin murah dan beras yang bisa dijangkau. Mereka yang ketika itu tak bersentuhan dengan politik dan pergerakan, akan langsung mengangguk setuju jika ditanya zaman Soeharto lebih enak.

(8)

Biographie von Präsident Soeharto

Soeharto ist bekannt als der einzige Präsident in Indonesien mit der längsten Amtszeit von 32 Jahren. Bekannt als "Vater der Entwicklung".

Er ist der zweite Präsident von Indonesien nach Soekarno, Soeharto unter seiner Regierung, Indonesien erfolgreich in ein autarkes Land zu bringen, in dem der Agrarsektor durch das Rapelitanya Programm sehr schnell wächst.

Dieser Artikel behandelt die Biografie und das Profil von Soeharto. Der ehemalige indonesische Präsident und Vater der Entwicklung wurde am 8. Juni 1921 in Kemusuk, Yogyakarta, geboren.

Seine Mutter hieß Sukirah und sein Vater, der auf dem Gebiet der Bewässerung ein lurah lurah ist, und auch ein Bauer namens Kertosudiro.

Als er acht Jahre alt war, begann Suharto mit der Schule, aber er wechselte oft die Schule. Zuerst ging er zur Schule in Puluhan Village (SD), Godean zog dann nach SD Pedes, weil seine Familie nach Kemusuk, Kidul zog.

Danach brachte sein Vater Kertosudiro Suharto nach Wuryantoro. Er wurde dann anvertraut und lebte mit Prawirohardjo einer Mantri Tani, die Suhartos Schwester heiratete.

Im Jahr 1941, genau in Sekolah Bintara, Gombong in Zentral-Java, wurde Soeharto zum Krieger von Telatan gewählt, von Kindheit an strebte er danach, Soldat oder Militär zu sein. Am 5. Oktober 1945, nach der Unabhängigkeit Indonesiens, wurde Soeharto offiziell Mitglied der TNI.

Danach dann Siti Hartinah Suharto Soeharto oder Ibu Tien verheiratet, der Sohn eines Mangkunegaran ist am 27. Dezember 1947, wo das Alter der 26 Jahre Soeharto Ethik und Ibu Tien Siti Hartinah Suharto oder 24 Jahre alt.

Ehe später war sie mit sechs Kindern nämlich Siti Hardiyanti Hastuti, Sigit Harjojudanto, Bambang Trihatmodjo, Siti Hediati Herijadi, Tommy Suharto und SITI HUTAMI ENDANG ADININGSIH gesegnet.

Lange und kurvenreiche Straßen führten durch Soeharto, als er seine militärische Karriere und seine politische Karriere bereitete. Im militärischen Bereich begann Soeharto mit KNIL Feldwebeln, von wo er Kommandant der Karte in der japanischen Kolonialzeit wurde später, nach dem er als Regimentskommandeur Major gedient und dann als Bataillonskommandeur mit dem Rang eines Lieutenant Colonel serviert.

(9)

formale Unabhängigkeit von den Holländern während der dreieinhalb Jahrhunderte wurde.

Viele Versionen sagen, dass die Rolle des Soeharto wenn Yogyakarta zu dieser Zeit als Hauptstadt der Republik Indonesien in dem allgemeinen Offensive 1. März kann nicht getrennt werden ergriffen.

Das Ziel des Generalstreiks 1. März ist die internationale Welt über die Existenz der TNI (indonesische Armee) zu zeigen, wenn es in der Verteidigung der indonesischen Nation war. Unter seiner Führung gelang es Suharto damals, die Stadt Yogyakarta aus der holländischen Kolonialenklave zu erobern.

Zu dieser Zeit war er auch Leibwächter des Großen Kommandanten General Sudirman. In der Operation der West-Irian Befreiung aus den Händen der Holländer wurde er dann Kommandeur von Mandala in Makassar zentriert.

Als die Bewegung am 1. Oktober 1965 ausbrach, übernahm Suharto schnell die Kontrolle über die Armeeführung.

Dann gab er einen schnellen Befehl, um den Zustand des Chaos, der durch den Staatsstreich der PKI verursacht wurde, zu regulieren und zu kontrollieren.

Nach den Ereignissen des G-30-S / PKI, Suharto diente später als Kommandant der Armee ersetzt Allgemeine Ahmad Yani, der in den Händen des PKI gestorben. Abgesehen davon, dass er Befehlshaber der Armee war, diente Soeharto auch als Pangkopkamtib, der zu dieser Zeit von Präsident Soekarno ernannt wurde.

Soeharto Höhepunkt seiner Karriere, als er erhielt supersemar oder was als „supersemar“ von Präsident Sukarno März 1966 bekannt ist, wo seine Aufgabe ist die Sicherheit und Ordnung im Land des Chaos nach dem Putsch durch die PKI, um sicherzustellen, und übt die Lehren der Revolution Bung Karno durchgeführt.

Nach den Ereignissen der G-30-S / PKI politischen Situation und der indonesischen Regierung weiterhin auch in einer Sondersitzung der Vollversammlung im März 1967 dann verschlechtern, die dann Soeharto als Präsident der Republik Indonesien ernannt Präsident Sukarno zu ersetzen, wo Bestätigung März 1968 erfolgt.

(10)

Suharto wird der zweite Präsident von Indonesien

In den frühen Phasen zog Suharto eine sehr feste Linie. Politische Isolation wurde gegen Personen, die mit der indonesischen Kommunistischen Partei verbunden waren, gemacht.

Strafrechtliche Sanktionen werden verhängt, indem ein Außerordentlicher Militärgerichtshof eingesetzt wird, um die von Suharto als Rebellen errichteten Parteien zu ermitteln.

Der Prozess wurde abgehalten und einige der Beteiligten wurden auf die Insel Buru "entlassen", sogar einige der verwandten oder noch immer Unterstützer der PKI-Partei wurden von den Militärs zu dieser Zeit durch Massenhinrichtungen im Wald getötet. Das Programm der Soeharto-Regierung zielt auf die Rettung der nationalen Wirtschaft ab, insbesondere auf wirtschaftliche Stabilisierung und Rehabilitation.

Mit wirtschaftlicher Stabilisierung ist gemeint, die Inflation so zu kontrollieren, dass der Warenpreis nicht weiter steigt. Und wirtschaftliche Rehabilitation ist die physische Verbesserung der wirtschaftlichen Einrichtungen und Infrastruktur.

Das Wesen dieser Politik ist die Anleitung des Wirtschaftssystems von Plänen, die die fortwährende Wirtschaftsdemokratie in Richtung auf die Verwirklichung einer gerechten und wohlhabenden Gesellschaft sichern, die auf Pancasila basiert.

Dieses Stabilisierungsprogramm wird durchgeführt, indem die Inflationsrate eingedämmt wird. Und die Soeharto-Regierung konnte Ende 1967/68 die Inflationsrate eindämmen, aber der Preis für Grundstoffe stieg.

Nach der Bildung des Entwicklungskabinetts im Juli 1968 verlagerte die Regierung ihre Wirtschaftspolitik auf eine strenge Kontrolle der Preisbewegungen von Waren, insbesondere von Kleidung, Nahrungsmitteln und Wechselkursen. Seitdem war die Volkswirtschaft relativ stabil.

Nach der erfolgreichen Wiederherstellung der politischen Lage Indonesiens besteht der nächste Schritt der Regierung der Neuen Ordnung in der Umsetzung der nationalen Entwicklung. Die nationale Entwicklung, die die Regierung damals versuchte, wurde durch kurzfristige Entwicklung und langfristige Entwicklung realisiert.

Kurzfristige Entwicklung wird durch Fünf-Jahres-Entwicklung (Pelita) entwickelt. Jeder Pelita hat eine Entwicklungsmission, um das Wohl der indonesischen Gesellschaft zu erreichen. Während langfristige Entwicklung umfasst den Zeitraum von 25-30 Jahren.

Nationale Entwicklung ist eine Reihe nachhaltiger Entwicklungsbemühungen, die alle Aspekte des Gemeinschaftslebens, der Nation und des Staates abdecken. Die nationale Entwicklung wird durchgeführt, um die in der Präambel der Verfassung von 1945 niedergelegten nationalen Ziele zu verwirklichen.

(11)

dieser Zeit gelang es der Regierung, eine politische Stabilitaet vorzulegen, um das Auftreten von wirtschaftlicher Stabilität zu unterstützen.

Aus diesem Grund macht die Regierung selten Änderungen der Politik, vor allem in Bezug auf den Staatshaushalt. Während der Zeit der Neuen Ordnung war ihre Wirtschaftspolitik auf wirtschaftliches Wachstum ausgerichtet. Die Wirtschaftspolitik wird durch die politische Stabilität der Regierung unterstützt.

Soeharto als Vater der indonesischen Entwicklung

Es wird in den Jargon der Wirtschaftspolitik, die Entwicklungstrilogie, gegossen: politische Stabilität, stabiles Wirtschaftswachstum und gerechte Entwicklung. Aus diesem Erfolg wurde Präsident Soeharto zum "Vater der Entwicklung" ernannt.

Punkt Suhartos Herbst, als im Jahr 1998, wo die Zukunft eine dunkele Zeit für den Eintritt von Präsident Suharto ist und die indonesische Reformationszeit, die Größe der Demonstration von Studenten und Menschen, die nicht zufrieden mit der Führung von Suharto sind.

Zusätzlich zu der ungezügelten Wirtschaft und politischen Stabilität Indonesiens las Pak Harto am 21. Mai 1998 um 09.05 Uhr WIB die Rede von "Stop als Präsident RI erklären" nach dem Zusammenbruch der Unterstützung für ihn.

Suharto ist seit 32 Jahren Präsident von Indonesien. Bevor er zurücktrat, erlebte Indonesien in den letzten 6 bis 12 Monaten eine politische und wirtschaftliche Krise. BJ Habibie mindestens ein Jahr vom Rest seiner Präsidentschaft fortsetzen, bevor sie von Abdurrahman Wahid im Jahr 1999. Der Sturz Suhartos ersetzt markiert auch das Ende des New Order-Regimes, ein Regime an der Macht seit 1968 oder seit 32 Jahren.

Der Tod von Präsident Soeharto

Zweiter Präsident HM Soeharto starb am 13.10. WIB Sonntag, 27. Januar 2008. Generalmajor, der von der MPR als Vater der nationalen Entwicklung geehrt wurde, starb im Alter von 87 Jahren, nachdem er 24 Tage (vom 4. bis 27. Januar 2008) im Krankenhaus behandelt worden war Pertamina Zentrum (RSPP), Jakarta.

Die Nachricht von seinem Tod wurde zuerst vom Polizeichef von Kebayoran Baru, Kompol, mitgeteilt. Dicky Sonandi, in Jakarta, Sonntag (1/27). Dann gab das Presidential Doctor Team offiziell eine Presseerklärung über den Tod von Pak Harto um genau 13:10 WIB am Sonntag, 27. Januar 2008 im RSPP Jakarta wegen eines Multiorganversagens.

(12)

Ambulanzen, die den Körper von Pak Harto tragen, werden von einer Reihe von Familienfahrzeugen, Verwandten und Bodyguards begleitet.

Eine Reihe von Journalisten rückte näher, als die Autokolonne in Richtung Jalan Cendana zog, was zu einem Fernsehjournalist führte.

Entlang Jalan Tanjung und Jalan Cendana begrüßen Tausende Menschen die Begleitung von Fahrzeugen, die Pak Hartos Körper tragen. Isak Tränen der Bürger brach aus, als eine Reihe von Fahrzeugen, die den Körper des ehemaligen Präsidenten Soeharto trugen, in Jalan Cendana, ungefähr um 14:55, Sonntag (27/1) eintraten.

Unterdessen wurde Präsident Susilo Bambang Yudhoyono von Vizepräsident Jusuf Kalla und einer Reihe von Ministern begleitet, die an einer begrenzten Kabinettssitzung zur Ernährungssicherheit teilnahmen, und am Sonntag (27/1) eine Pressekonferenz für 3 Minuten und 28 Sekunden im Präsidialbüro in Jakarta abhielten. ). Der Präsident drückte sein tiefes Mitgefühl für den Tod des ehemaligen indonesischen Präsidenten Haji Muhammad Soeharto aus.

Soehartos Dienstleistungen als Präsident und Kontroverse

Wenn direnungkah viele großen Dienste, die Suharto für den Bau und die Entwicklung von Indonesien in den Augen der internationalen Gemeinschaft tun, sebagan Menschen, die in den Tagen von Präsident Suharto Soeharto betrachten ein goldenes Zeitalter ndonesia gelebt haben.

Da die Preise für Grundbedürfnisse, die die Zukunft kosten, die auf die aktuelle Zeit umgekehrt proportional ist, ein stabiles Wirtschaftswachstum, Präsident Suharto hat das Gesicht von Indonesien verändert, die ursprünglich ausreichend Nettoimporteur von Reis in das Land selbst war in Reis und halfen Bauern gedeihen. Der Entwicklungssektor während Präsident Suhartos galt als am weitesten fortgeschritten durch Repelita I bis Repelita VI.

Sicherheit und Stabilität des Staates sind garantiert und schaffen ein hohes Bewusstsein für Nationalismus in seiner Zeit. Auf dem Gebiet der Gesundheit werden die Bemühungen zur Verbesserung der Qualität von Säuglingen und der Zukunft dieser Generation durch Gesundheitsprogramme in Posyandu und KB durchgeführt, eine Bemühung, die das Regierungsprogramm mit der Unabhängigkeit der Gemeinschaft verbindet.

(13)

Von den vielen Diensten von Soehartos Präsident so viele, die Suharto als Nationalhelden Indonesiens vorschlagen. Abgesehen von einer Reihe von Parteien, die immer noch Suhartos Rechtsfälle in Frage stellen, zeigen die Fakten in der indonesischen Geschichte, dass Soeharto für Indonesien von großem Wert ist.

Suhartos Kampf für Indonesien nahm in der Geschichte dieser Nation Bücher auf, unter anderem während der physischen Revolution zwischen 1945 und 1949, pascarevolusi physical zwischen 1962 und 1967 und seiner Präsidentschaft

Suhartos Figur ist bis heute umstritten. Kleine Leute erinnern sich an ihn als einen Helden, der billiges Benzin und erschwinglichen Reis anbietet. Diejenigen, die nicht mit Politik und Bewegung in Berührung kamen, nickten sofort zustimmend, wenn sie die Soharto-Ära besser fragten.

Referensi

Dokumen terkait

Mengenai hubungan antara konsentrasi ekstrak batang serai dengan jumlah larva yang mati dihubungkan dengan kisaran waktu, dapat dilihat pada gambar 1 bahwa mortalitas

1. angkah$langkah yang tepat untuk menyisipkan tulisan seni dalam dokumen adalah…. a. Klik menu insert – picture – clip Art

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar korelasi antara besar arus listrik melalui medium air dengan kerusakan histopatologi otot gastroknemius tikus Wistar

mahasis%a maupun dosen dengan dosen' (ehingga di%u*udkan dalam se$uah mahasis%a maupun dosen dengan dosen' (ehingga di%u*udkan dalam se$uah desain yang memiliki konsep adanya ruang

Keunggulannya adalah sebagai berikut: (1) melalui implementasi metode peta pikiran, siswa termotivasi untuk belajar, siswa merasakan terlibat penuh dalam kegiatan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa anak yang diasuh dengan pola asuh authoritative dan permisive akan menciptakan lebih banyak anak yang memiliki harga diri

Tanah tanpa kangkung menerima lebih banyak - siflutrin pada saat aplikasi, walaupun pada tanah yang ditanami kangkung masih mendapat tambahan dari tanaman di

Selain itu berdasarkan hasil diskusi peneliti dengan supervisor terungkap beberapa masalah yang terjadi dalam pembelajaran yaitu: (1) rendahnya penguasaan siswa