Seri
Lawasan
Buku ini merangkum ingatan tentang masa jaya sepeda onthel, mulai dari sejarah, merek-merek terkenal, iklan, hingga onderdil dan aksesorinya. Dikembangkan dari katalog yang pernah diterbitkan Bentara Budaya Yogyakarta (BBY), Pit Onthel tidak sekadar mengunjukkan informasi, namun juga kemasan yang apik dengan beragam gambar menarik. Paduan semua itu dengan puisi, cerita pengguna, dan cerita pendek memberi ruang bagi pembaca untuk menilik kembali keeksotisan sepeda onthel yang mulai terlupakan, sembari merasainya.
Seri
Lawasan
9 789799 103420 SEJARAH ISBN: 978-979-91-0342-0 KPG: 901 11 0436KPG (KEPUSTAKAAN POPULER GRAMEDIA)
Gedung Kompas Gramedia, Blok 1 Lt. 3 Jl. Palmerah Barat 29-37, Jakarta 10270 Telp. 021-53650110, 53650111 ext. 3362-3364 Fax. 53698044, www.penerbitkpg.com Seri Lawasan Seri Lawasan Pit Onthel Pranata Mangsa Uang Kuno Potret Seri Lawasan mengoerei prihal fatsal-fatsal jang koeno-koeno dimana toean dan
njonja bisa dapat mengenang pelbagai benda koeno melaloei padoean sedjarah, loekisan, tjeritera, dan potret jang menarik hati.
Empat joedoel seri ini: Pit Onthel, Uang Kuno, Potret, Pranata Mangsa.
Toean dan njonja bisa dapat lihat dan tjoba batja doeloe boekoe Pit Onthel ini sebelon
beli boekoe Seri Lawasan jang lainnja.
PIT ONTHEL
Terbit! Terbit! Terbit! Terbit! Terbit!
BOEKOEDidjamin enak dibatjanja sebab djelas dan terang
bahasanja. Moeat banjak gambar-gambar loear biasa! Seri Lawasan
Seri
Lawasan
Jakarta:
KPG (Kepustakaan Populer Gramedia) bekerja sama dengan Bentara Budaya
Seri Lawasan | Pit Onthel
ii
Dicetak oleh PT Gramedia, Jakarta. Isi di luar tanggung jawab percetakan. © Kepustakaan Populer Gramedia KPG: 901 11 0436
Cetakan Pertama, Juni 2011 Penyunting
Yemima Lintang Khastiti Perancang Sampul Gianni Messah Tjahjadi Penataletak Wendie Artswenda Fernandus Antonius Pit Onthel Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia), 2011 vi + 90 hlm.; 14,5 x 19 cm ISBN-13: 978-979-91-0342-0
Sekapur Sirih
v
Sejarah Sepeda
1
Merek
8
Daftar Isi
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta
Lingkup Hak Cipta
Pasal 2:
1. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengumum kan atau memperbanyak Ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Ketentuan Pidana
Pasal 72:
1. Barangsiapa dengan sengaja atau tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara ma sing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp1.000.000,00 (sa tu juta rupiah), atau pi dana penjara paling lama 7 (tu juh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). 2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan,
me-mamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pe-langgaran Hak Cipta atau Hak Terkait se-bagaimana di mak sud pa da ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 tahun dan/ atau denda pa ling ba nyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Seri Lawasan | Pit Onthel iii
Onderdil
47
Aksesori
50
Cerita
Pendek
64
70
Anak
yang
Berani
Sepeda
Baru
Cerita Pengguna
42
45
Hima, Kendaraan
Setia Sang
Perwira...
Mbah Tris dan
Sepeda-sepeda
Tua
Koleksi
Onthel
Podjok
Iklan
82
74
Seri LawasanSeri Lawasan | Pit Onthel
iv
Membuka album lama kerap mengungkap segudang rasa. Sebab, dalam jejak-jejak kita, senantiasa ada butir-butir yang jatuh tercecer lalu diam-diam mengendap, menetap, dalam ingatan. Ada rasa menyakitkan, tapi ada yang sekadar memboyakkan. Sebagian menyenangkan, tapi ada pula yang menghibur sekaligus memberikan kejutan: menjadi yang klasik,
lawasan.
Yang terakhir inilah yang kami rasa ketika membaca katalog pameran seri lawasan yang disusun oleh Bentara Budaya Yogyakarta (BBY). Secara rutin, BBY menggelar pameran karya tradisional dan lawasan, lalu menyusun dokumentasinya dalam bentuk katalog. Beberapa judul pameran tersebut adalah Pit Onthel, Komidi Putar, Gendhakan, Potret, Ana Dina Ana Upa, Gambar Oemboel, serta Duit, Munten.
Semua yang dibicarakan bukan hal baru. Tapi, memang begitulah lawasan. Ia tidak menyodorkan sesuatu yang belum kita tahu. Tapi ia segar. Ia mengejutkan. Eh, ternyata, yang kita tahu masih belum berujung.
Ada tikungan di situ, ada belokan, yang baru kita sadari. Lawasan sepertinya tak ada matinya: ia terus hidup, mengalir, karena kalau bukan yang pertama, setidaknya ia pernah yang terbaik di masanya.
Seri Lawasan ini merupakan pengembangan katalog-katalog tersebut.
Dikembangkan berarti tampilan diolah kembali, cerita dibuat lebih mengalir, penataan diubah agar lebih nikmat, serta sebagian data dilengkapi agar lebih mencakup dan akurat daripada buku katalog aslinya. Tiras pun ditambah. Pada tahap awal, empat judul akan muncul dalam Seri ini: Pit Onthel, Uang Kuno, Potret dan Pranata Mangsa.
Mudah-mudahan penerbitan Seri Lawasan ini mampu merekam dan
mengantar kita pada yang lampau yang telah kita kenal, dan terhibur karenanya. Dan bukankah makin lawas makin unik?
Penerbit
Sekapur Sirih
Sepeda onthel dari Belanda rodanya meninggalkan bekas-bekas cinta
di sudut-sudut Kota Yogyakarta. Sudah lapuk besi-besinya
sudah patah ruji-rujinya habis dimakan cinta. Sepeda onthel sepeda Jawa
saksi mata bagi kita
kota ini pernah bersemi dengan cinta. Kini Yogya tiada lagi mau bersepeda hiruk pikuk dan cepat di mana-mana
tapi cinta tiada lagi di hatinya. Sepeda onthel sudah tua tiada lagi berputar roda-rodanya
Yogya pun kini sepi dari cinta. Sindhunata
Seri Lawasan | Pit Onthel 1
Sejarah Sepeda
Seri Lawasan | Pit Onthel
2
Sepeda Awal
SEPEDA pertama, dalam ensi klo-pe dia Colum bia, diciptakan di Prancis tahun 1791. Awalnya se-pe da berupa ken da ra an roda dua dari kayu. Roda de pan nya dibuat dalam posisi paten dan tidak ber-pe dal sehingga dapat bergerak ma ju hanya jika penge mu dinya meng ge rak kan kaki ke depan. Se-pe da awal tersebut dikenal sebagai
velo cipede.
Tahun 1817 Baron Karl von Drais de Sauerbrun menyempur -na kan bentuk velocipede. Sepeda berangka dan berjeruji kayu model baru ini belum menggunakan pe-dal, namun sudah beroda logam. Selain itu, sepeda ini memiliki tem pat du duk dan tempat me le-tak kan tangan di depan, serta dapat dike mu dikan dengan sebuah pa lang yang disam bung kan ke roda depan. Sepeda karya Baron kemudian di-ke nal dengan sebutan Draisienne atau hobby horse—atau sepeda
kuda-kudaan—karena modelnya yang men dua, perpaduan antara sepeda dan kereta kuda.
Dalam waktu singkat hobby horse populer di Jerman, Prancis, Inggris, dan Amerika. Walau pun be gitu, sepeda ini hanya dapat di-nik mati sebagai tren, bukan sebagai a lat trans por tasi di ja lanan yang ti dak rata.
Sepeda berpedal diciptakan oleh Kirkpatrick Macmillan, se orang pan dai besi Skotlandia, pada 1839. Sepeda ciptaannya tersebut menjadi se buah inovasi, walaupun bentuknya ter lihat jang gal—dengan roda de-pan besar se mentara ro da bela kang dibuat kecil untuk men jaga ke se-im bangan pe nge mudi.
Pedal sepeda Macmillan berada di sisi kiri dan kanan, ter sam bung dengan tangkai peng ungkit yang berpusat pada rangka dekat roda de pan. Sebuah tangkai peng hubung akan men transfer ge rakan tangkai peng ung kit yang naik-turun
ber-Draisienne atau hobby horse Sepeda Temuan Macmillan