• Tidak ada hasil yang ditemukan

POTENSI PENGHEMATAN ENERGI LAMPU,AC DAN INSTALASI LISTRIK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANYUMAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "POTENSI PENGHEMATAN ENERGI LAMPU,AC DAN INSTALASI LISTRIK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANYUMAS"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1

POTENSI PENGHEMATAN ENERGI LAMPU,AC DAN INSTALASI LISTRIK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANYUMAS

Bayu Primastha Yogaswara (L2F008016) Jl. Prof. Soedarto, SH, Tembalang, Semarang

E-mail : [email protected]

Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Abstrak : Energi listrik merupakan salah satu kebutuhan hidup yang paling penting bagi kita. Tanpa adanya energi listrik, berbagai aktivitas manusia tidak dapat berjalan baik dan lancar. Namun konsumsi energi listrik secara berlebihan akan membawa dampak negatif. Oleh karena itu, pemanfaatan energi listrik harus dilakukan secara hemat dan efisien. Untuk mengetahui profil penggunaan energi listrik di suatu bangunan gedung dapat dilakukan audit energi listrik pada bangunan gedung tersebut.

Audit energi terdiri dari beberapa tahap. Mulai dari pengumpulan data mengenai penggunaan energi listrik pada periode sebelumnya, pengukuran langsung penggunaan energi listrik, perhitungan intensitas kebutuhan energi listrik (IKE) serta analisa mengenai peluang hemat energi.

Hasil dari pengambilan data dan analisa tersebut kemudian dilaporkan dengan disertai rekomendasi upaya penghematan energi pada bangunan gedung yang bersangkutan. Sehingga, pemakaian energi listrik pada bangunan gedung tersebut bisa lebih efektif dan efisien.

Kata kunci : Energi listrik, Audit energy,Intensitas Kebutuhan Energi listrik (IKE), Penghematan energi.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia telah menghasilkan berbagai penemuan baru, antara lain peralatan-peralatan elektronik. Penggunaan alat-alat listrik dalam kehidupan sehari-hari sangat praktis dan efektif. Namun semakin banyak peralatan elektronik digunakan di masyarakat juga menyebabkan konsumsi energi listrik juga meningkat. Peningkatan konsumsi energi listrik ini tidak sebanding dengan jumlah pasokan listrik dari pusat pembangkit.

Untuk menghindari terjadinya pemborosan energi listrik, Direktorat Pengembangan Energi, Departemen Pertambangan dan Energi, telah membuat petunjuk konservasi energi pada bangunan gedung yang mengkonsumsi energi cukup besar, seperti perkantoran, rumah sakit, swalayan, dan lain – lain.

Audit energi pada bangunan gedung dilakukan untuk mengetahui profil penggunaan energi dan peluang penghematan energi pada bangunan gedung untuk menungkatkan efiiensi penggunaan energi pada bangunan gedung yang bersangkutan. Sehingga penggunaan energi pada bangunan gedung tersebut bisa lebih efisien dan menghemat biaya.

1.2 Tujuan

Maksud dan tujuan penulis melakukan kerja praktek :

1. Penulis ingin mempelajari proses audit dan konservasi energi pada bangunan gedung dalam rangka meningkatkan efisiensi penggunaan energi listrik. 2. Memadukan ilmu yang diperoleh

dibangku kuliah dengan aplikasi di lapangan atau dunia kerja 3. Kerja praktek dilakukan sebagai

syarat menempuh jenjang pendidikan S-1 pada Jurusan Teknik Elektro Universitas Diponegoro Semarang.

1.3 Pembatasan Masalah

Dalam penulisan laporan kerja praktek ini, penulis hanya menjelaskan tentang proses audit energi listrik dan analisa pembahasan pada bangunan gedung Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas.

(2)

2 II. PEMBAHASAN

2.1 Petunjuk Teknis Audit Energi Bangunan Gedung

Petunjuk teknis konservasi energi bidang audit energi pada bangunan gedung ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi semua pihak yang terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengelolaan gedung dalam rangka peningkatan efisiensi penggunaan energi sehingga dapat menekan pengeluaran biaya energi. Audit energi bertujuan mengetahui potret penggunaan energi dan mrncari usaha yang perlu dilakukan dalam rangka meningkatkan efisiensi penggunaan energi. Lingkup bahasan petunjuk teknis ini meliputi :

a. Kriteria audit energi b. Audit energi awal c. Audit energi rinci

Petunjuk teknis ini menggunakan standar yang berlaku di Indonesia. Apabila ada besaran yang belum diatur di Indonesia, dapat digunakan standar lain yang dapat diterima oleh masyarakat profesi, antara lain standar ASHARE, JIS dan lain sebagainya selama standar tersebut tidak bertentangan dengan peraturan yang berlaku di Indonesia.

2.1.1 Kriteria Audit Energi 2.1.1.1 Kriteria Umum

Audit energi dianjurkan untuk dilaksanakan terutama pada gedung perkantoran, pusat belanja, hotel, apartemen, dan rumah sakit.

Dengan melaksanakan audit energi

diharapkan :

a. Dapat diketahui besarnya intensitas konsumsi energi (IKE) pada bangunan tersebut.

b. Dapat dicegah pemborosan energi tanpa harus mengurangi tingkat kenyamanan gedung yang berarti pula penghematan biaya energi. c. Dapat diketahui profil penggunaan

energi

d. Dapat dicari upaya yang perlu dilakukan dalam usaha meningkatkan efisiensi penggunaan energi.

2.1.1.2 Intensitas Konsumsi Energi (IKE) Listrik dan Standar

Intensitas Konsumsi Energi (IKE) Listrik merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan besarnya pemakaian energi dalam bangunan gedung dan telah diterapkan di berbagai negara (ASEAN, APEC), dinyatakan dalam satuan kWH/m2 per tahun.

Sebagai “target”, besarnya IKE listrik untuk indonesia, menggunakan hasil penelitian yang dilakukan oleh ASEAN-USAID pada tahun 1987 yang laporannya baru dikeluarkan pada tahun 1992 dengan rincian sebagai berikut :

a. IKE untuk perkantoran (komersial) : 240 kWH/m2 per tahun.

b. IKE untuk pusat belanja : 330 kWH/m2 per tahun. c. IKE untuk hotel / apartemen

: 300 kWH/m2 per tahun. d. IKE untuk rumah sakit

: 380 kWH/m2 per tahun.

Tidak menutup kemungkinan nilai IKE tersebut berubah sesuai dengan kesadaran masyarakat terhadap penggunaan energi, seperti mahalnya Singapura yang telah menetapkan IKE listrik untuk perkantoran sebesar 210 kWH/m2 per tahun.

Dalam menghitung besarnya IKE listrik pada bangunan gedung, ada beberapa istilah yang digunakan, antara lain :

a. IKE listrik per satuan luas kotor gedung.

Luas kotor = luas total gedung yang dikondisikan (ber AC) + luas total gedung yang tidak dikondisikan (tanpa AC).

b. IKE listrik persatuan luas total gedung yang dikondisikan (netto) c. IKE persatuan luas ruang dari

gedung yang disewakan ( net product)

Sebagai pedoman, telah ditetapkan nilai standar IKE untuk bangunan di Indonesia yang telah ditetapkan oleh Depatemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia tahun 2004.

(3)

3 Tabel 2.1 Standar IKE Departemen

Penddikan Nasioal Republik Indonesia

Kriteria Ruangan AC Ruangan Non

(KWh/m2/bln) AC (KWh/m2/bln) Sangat Efisien 4,17 - 7,92 0,84 – 1,67 Efisien 7,92 – 12, 08 1,67 – 2,5 Cukup Efisien 12,08 – 14,58 -Agak Boros 14,58 – 19,17 -Boros 19,17 – 23,75 2,5 – 3,34 Sangat Boros 23,75 – 37,75 3,34 – 4,17

Tidak menutup kemungkinan nilai IKE tersebut berubah sesuai dengan kesadaran masyarakat terhadap penggunaan energi.

2.1.2 Proses Audit Energi

Proses audit energi terdiri dari dua bagian yaitu audit energi awal dan audit energi rinci. Audit energi awal pada dapat dilakukan pemilik/pengelola gedung yang bersangkutan berdasarkan data rekening pembayaran energi yang dikeluarkan dan luas gedung.

Disarankan IKE dari hasil audit energi awal disampaikan kepada asosiasi profesi atau instansi yang bersangkutan untuk dijadikan bahan informasi dan masukan dalam menetapkan IKE yang baru.

Audit energi terinci dilakukan apabila nilai IKE lebih besar dari nilai standar. Rekomendasi yang disampaikan oleh TIM hemat Energi (THE) yang dibentuk oleh pemilik/.pengelola gedung bangunan dilaksanakan sampai diperolehnya nilai IKE sama atau lebih kecil dari nilai standar, dan selalu diupayakan untuk dipertahankan atau diusahakan lebih rendah di masa mendatang.

Proses audit energi yang disarankan seperti ditunjukkan dalam bagan di bawah ini.

Mulai

Pengumpulan dan Penyusunan Data Historis Tahun Lalu

Data historis energi tahun sebelumnya

Menghitung Besar IKE Tahun Sebelumnya

Tidak IKE > Target ?

Ya

Lakukan penelitian dan pengukuran konsumsi energi

Data konsumsi energi hasil pengukuran

Tidak

Periksa IKE > Target ? Ya Mengenali kemungkinan PHE Analisa PHE Rekomendasi PHE Implementasi Ya Periksa IKE > Target ?

Tidak Selesai

(4)

4 2.1.2.1 Audit energi awal

A. Pengumpulan Dan Penysunan Data Energi Bangunan

Kegiatan audit energi awal meliputu pengumpulan data energi bangunan dengan data yang tersedia dan tidak memerlukan pengukuran.

B. Data Yang Diperlukan Data yang diperlukan meliputi :

a. Dokumentasi bangunan Dokumentasi bangunan yang diperlukan adalah gambar teknik bangunan sesuai pelaksanaan konstruksi , terdiri :

1) Denah tampak dan potongan bangunan seluruh lantai.

2) Denah instalasi pencahayaan bangunan seluruh lantai. 3) Diagram garis tunggal listrik,

lengkap dengan penjelasan penggunaan daya listriknya dan besarnya penyambungan daya listrik PLN serta besarnya daya listrik cadangan dari Genset bila ada.

b. Pembayaran rekening listrik bulanan bangunan selama satu tahun terakhir dan rekening pembelian bahan bakar minyak atau bahan bakar gas.

c. Tingkat hunian bangunan (occupancy rate).

Berdasarkan data bangunan seperti disebutkan di atas, dapat dihitung :

a. Rincian luas bangunan dan luas total bangunan (m2).

b. Tingkat pencahayaan ruang (Lux/m2) c. Daya listrik total yang dibutuhkan

(kVA atau kW)

d. Intensitas daya terpasang per m2 peralatan lampu (Watt/m2)

e. Daya listrik terpasang per m2 luas lantai untuk keseluruhan bangunan. f. Intensitas Konsumsi Energi (IKE)

listrik bangunan. g. Biaya energi bangunan.

2.1.2.2 Audit Energi Rinci

A. Penelitian Dan Pengukuran Konsumsi Energi

Audit energi rinci perlu dilakukan bila audit energi awal memberikan gambaran nilai IKE listrik lebih dari nilai standar yang ditentukan.

Audit energi rinci perlu dilakukan untuk mengetahui profil penggunaan energi pada bangunan, sehingga dapat diketahui peralatan pengguna energi apa saja yang pemakaian energi cukup besar.

Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian energi adalah mengumpulkan dan meneliti sejumlah masukan yang dapat mempengaruhi besarnya kebutuhan energi bangunan, dan dari

hasil penelitian dan pengukuran energi dibuat profil energi bangunan.

B. Pengukuran Energi

a. Alat Ukur dan kalibrasi

1. Seluruh analisa energi bertumpu pada hasil pengukuran. Hasil pengukuran harus dapat diandalkan dan mempunyai kesalahan error yang masih dapat diterima. Untuk itu penting menjamin bahwa alat ukur yang digunakan telah dikalibrasi dalam batas waktu sesuai ketentuan yang berlaku. Kalibrasi ini dilakukan oleh pihak yang diberi wewenang hukum untuk itu.

2. Alat ukur yang digunakan dapat berupa alat ukur yang dipasang tetap (permanent) pada instalasi atau alat ukur yang dipasanga tidak tetap (portabel).

(5)

5 b. Pengukuran Tingkat Pencahayaan

Tingkat pencahayaan dihitung dengan menggunakan persamaan di bawah ini.

(lux) ……….. (3.1)

di mana :

Ftotal = Fluks luminus total dari semua lampu yang menerangi bidang kerja (lumen) A = Luas bidang kerja

(m2) Kp = Koefisien Kd = Koefisien

depresiasi (penyusutan) c. Pengukuran Besarnya Konsumsi Energi Listrik – Pencahayaan Pengukuran besarnya daya listrikuntuk pencahayaan digunakan wattmeter dan pengukuran konsumsi energi menggunakan watt-jam meter yang

dipasang tetap pada panel listrik yang melayani pencahayaan. Sangat

ideal bila pada panel tersebut juga dipasangkan watt meter yang dilengkapi dengan watt maksimum.

Pada kenyataanya dalam gedung komersial, energi untuk pencahayaan merupakan salah satu bagian yang relative besar penggunaan energi listriknya.

d. Pengukuran besarnya konsumsi listrik untuk tata udara

Pengukuran besar konsumsi listrik untuk tata udara tidak dijelaskan lebih detail pada laporan ini, karena pada laporan ini hanya mebahas audit dan konservasi energi system pencahayaan.

C. Mengenali Kemungkinan Peluang Hemat Energi

Hasil pengukuran yang dilakukan, selanjutnya ditindak lanjuti dengan penghitungan besarnya intensitas konsumsi energi (IKE) dan penysunan profil penggunaan energi bangunan.

Besarnya IKE hasil perhitungan dibandingkan dengan IKE standar. Bila hasilnya ternyata kurang dari IKE standar maka kegiatan audit rinci dapat dihentikan atau bila diteruskan dengan harapan dapat memperoleh IKE yang lebih rendah lagi. Bila hasilnya lebih dari IKE target, berarti

ada peluang untuk melanjutkan proses audit energi rinci berikutnya untuk memperoleh penghematan energi.

D. Analisa Peluang Hemat Energi

Apabila peluang hemat energi telah dikenali, selanjutnya perlu ditindaklanjuti dengan analisa peluang hemat energi, yaitu dengan cara membandingkan potensi perolehan hemat energi dengan biaya yang harus dibayar untuk pelaksanaan rencana penghematan energi yang direkomendasikan.

Penghematan energi pada bangunan gedung tidak dapat diperoleh begitu saja dengan cara mengurangi kenyamanan penghuni. Analisa peluang hemat energi dilakukan dengan usaha – usaha :

a. Mengurangi sekecil mungkin penggunaan energi. ( Mengurangi kW dan jam operasi ).

b. Memperbaiki kinerja peralatan. c. Penggunaan sumber energi yang

(6)

6 2.2 Audit Energi pada Bangunan

Gedung Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas

2.2.1 Gambaran Umum Gedung Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas

RSUD Banyumas didirikan pada tanggal 1 Januri 1924, Pada awal berdiri diberi nama “ Burgerziekenhais te Banyumas “, yang lengkapnya bernama “ Juliana

Burgerziekenhais “ atau lebih dikenal pada waktu itu sebagai Rumah Sakit Juliana, dengan kapasitas TT 110 buah. Tahun 2000 RSUD Banyumas naik kelas dari Rumah Sakit Kelas C menjadi Kelas B Non Pendidikan pada tanggal 28 Juli 2000 dengan SK Menkes RI No.

115/Menkes/SK/VII/2000. Tahun 2001 RSU Banyumas ditetapkan menjadi RS Kelas B Pendidikan oleh Menteri Kesehatan dengan SK No. 850/Menkes/SK/VIII/2001 tangal 5 Oktober 2001, pengelolaannya masih di bawah kendali Pemerintah Daerah Kabupaten Banyumas dan menjalin ikatan kerjasama dengan Fakultas Kedokteran UGM sehingga menjadi salah satu dari tiga Rumah Sakit Pendidikan Utama FK UGM, selain RSUP dr. Sardjito Yogyakarta dan RSU Soeradji Tirtonegoro Klaten.

2.2.2 Audit Energi Awal Gedung Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas

2.2.2.1 Distribusi Jaringan Listrik Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas Sumber energi yang digunakan RSUD Banyumas menjalankan pelayanan

kesehatan kepada masyarakat adalah energi listrik dari PLN. Sumber utama energi listrik berasal dari PLN dengan kontrak daya 450 , 900 , dan 4400 VA untuk katagori tarif R1 dan R2 serta 345 dan 106 KVA dengan harga tarif S2. Daya tersebut digunakan untuk mencukupi segala kebutuhan yang ada di RSUD Banyumas, baik kebutuhan Rumah Dinas, BKKBN, kantor, Ruang Rawat Inap, IGD, Radiologi, IBS, Indoscopy, IPAL dll RSUD Banyumas memiliki supplier energi cadangan (generator set) untuk melayani beban seluruh kebutuhan listrik pada kondisi emergency (pemutusan dari PLN akibat gangguan). Sehingga ketika ada pemutusan pasokan energi listrik dari PLN, maka proses pelayanan dan aktivitas perkantoran masih berjalan. Kapasitas genset sebesar 500 kVA.

Gambar 2.2 Line diagram Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas

(7)

7 2.2.2.2 Data Penggunaan Energi Listrik

Biaya konsumsi energi listrik RSUD Banyumas pada tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 2.2 Tabel 2.2 Biaya Konsumsi Energi Listrik RSUD Banyumas tahun 2011

No Bulan Total Biaya 1 Januari Rp65.958.055 2 Februari Rp74.385.705 3 Maret Rp72.234.815 4 April Rp83.422.115 5 Mei Rp83.016.195 6 Juni Rp83.853.632 7 Juli Rp73.406.108 8 Agustus Rp76.428.396 9 September Rp68.116.573 10 Oktober Rp76.733.050 11 November Rp83.893.548 12 Desember Rp82.026.255

Gambar 2.3 Grafik penggunaan energi listrik RSUD Banyumas pada tahun 2011

Gambar 2.4 Grafik Penggunaan Energi RSUD Banyumas tahun 2012

0 10000000 20000000 30000000 40000000 50000000 60000000 70000000 80000000 90000000 M ar e t Ju n i Se p te m b e r D e se m b e r

Total Biaya Konsumsi

Daya Listrik

Total Biaya 0 20000000 40000000 60000000 80000000 10000000 12000000 M ar et Ju n i Se p te m b er D e se m b e r

Total Biaya Konsumsi Daya

Listrik

(8)

8 2.2.2.3. Pengukuran Energi

Profil beban yang diambil di empat titik selama 96 jam dimana data dicuplik tiap limabelas menit. Pengambilan data selama 96

jam diambil guna memperoleh pola

penggunaan energi listrik RSUD Banyumas.

Pengukuran dilakukan dengan

menggunakan alat Analyst 3Q Power Quality Analyzer merek AEMC . Profil beban harian hasil pengukuran dapat dilihat pada lampiran, grafik beban konsumsi harian (VA) pada Gambar 2.10 sampai dengan 2.13

Gambar 2.5 Grafik Profil Daya Aktif (P) Harian Selama 96 Jam RSUD Banyumas dengan langganan

345000 VA

Gambar 2.6 Grafik Profil Daya Aktif (P) Harian Pada Setiap Fasa Selama 96 Jam RSUD Banyumas

dengan langganan 345000 VA

Gambar 2.7 Grafik Profil Daya Reaktif (VAR) Harian Selama 96 Jam RSUD Banyumas dengan langganan 345000 VA

Gambar 2.8 Grafik Profil Daya Reaktif (VAR) Pada Setiap Fasa Harian Selama 96

Jam RSUD Banyumas dengan langganan 345000 VA 0 50000 100000 150000 200000 250000 300000 350000 11 :0 0: 00 A M 9: 00: 00 P M 7: 00: 00 A M 5: 00: 00 P M 3: 00: 00 A M 1: 00: 00 P M 11 :00 :0 0 P M 9: 00: 00 A M 7: 00: 00 P M 5: 00: 00 A M 3: 00: 00 P M 1: 00: 00 A M D a ya ( W a tt ) Waktu (Menit) PROFIL DAYA HARIAN RSUD

BANYUMAS P 0 20000 40000 60000 80000 100000 120000 11: 00: 00 A M 8: 15 :0 0 P M 5: 30: 00 A M 2: 45 :0 0 P M 12: 00: 00 A M 9: 15: 00 A M 6: 30 :0 0 P M 3: 45: 00 A M 1: 00 :0 0 P M 10: 15: 00 P M 7: 30: 00 A M 4: 45 :0 0 P M 2: 00: 00 A M D a ya ( W at t) Waktu

PROFIL DAYA TIAP FASA HARIAN

R S T 0 20000 40000 60000 80000 100000 120000 11: 00: 00 A M 9: 45 :0 0 P M 8: 30: 00 A M 7: 15 :0 0 P M 6: 00: 00 A M 4: 45 :0 0 P M 3: 30: 00 A M 2: 15 :0 0 P M 1: 00: 00 A M 11: 45: 00 A M 10: 30: 00 P M D a ya ( V A R ) Waktu

PROFIL VAR TOTAL HARIAN RSUD BANYUMAS Q Total 0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 40000 11: 00: 00 A M 1: 45 :0 0 A M 4: 30 :0 0 P M 7: 15 :0 0 A M 10: 00: 00 P M 12: 45: 00 P M 3: 30 :0 0 A M 6: 15 :0 0 P M D A Y A ( V A R ) WAKTU

PROFIL VAR TIAP FASA HARIAN RSUD BANYUMAS

R S T

(9)

9 Gambar 2.9 Grafik Profil Daya (VA) Harian Selama 96 Jam RSUD Banyumas dengan langganan 345000

VA

Gambar 2.10 Grafik Profil Daya (VA) Pada Setiap Fasa Harian Selama 96 Jam RSUD Banyumas

dengan langganan 345000 VA

Gambar 2.11 Grafik Profil Power Harian Selama 96 Jam RSUD Banyumas dengan

langganan 345000 VA

Gambar 2.12 Grafik Profil Power Faktor Pada Setiap Fasa Harian Selama 96 Jam RSUD Banyumas dengan langganan 345000

VA

Berdasarkan data yang ditunjukkan dapat dilihat pola penggunaan energi listrik di masing – masing panel.

0 50000 100000 150000 200000 250000 300000 350000 11: 00: 00 A M 9: 00 :0 0 P M 7: 00: 00 A M 5: 00 :0 0 P M 3: 00: 00 A M 1: 00 :0 0 P M 11: 00: 00 P M 9: 00: 00 A M 7: 00 :0 0 P M 5: 00: 00 A M 3: 00 :0 0 P M 1: 00: 00 A M D A Y A ( V A ) WAKTU

PROFIL DAYA (VA) TOTAL HARIAN RSUD BANYUMAS S T o 0 20000 40000 60000 80000 100000 120000 11: 00: 00 A M 1: 45 :0 0 A M 4: 30 :00 P M 7: 15 :0 0 A M 10: 00: 00 P M 12: 45: 00 P M 3: 30 :0 0 A M 6: 15 :00 P M D A Y A ( V A ) WAKTU (MENIT) PROFIL DAYA (VA) TIAP FASA

HARIAN RSUD BANYUMAS

R S T 0.7 0.75 0.8 0.85 0.9 0.95 1 11: 00 :0 0 A M 7: 30: 00 P M 4: 00: 00 A M 12: 30: 00 P M 9: 00: 00 P M 5: 30: 00 A M 2: 00: 00 P M 10: 30: 00 P M 7: 00: 00 A M 3: 30: 00 P M 12: 00 :0 0 A M 8: 30: 00 A M 5: 00: 00 P M 1: 30: 00 A M P O W ER F A K T O R WAKTU

PROFIL POWER FAKTOR HARIAN RSUD BANYUMAS Pf 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 11: 00: 00 A M 12: 15: 00 A M 1: 30: 00 P M 2: 45 :0 0 A M 4: 00: 00 P M 5: 15 :0 0 A M 6: 30: 00 P M 7: 45 :0 0 A M 9: 00: 00 P M P O W ER F A K T O R WAKTU

PROFIL POWER FAKTOR TIAP FASA HARIAN RSUD BANYUMAS

R S T

(10)

10

2.2.2.4 Pembahasan Data Perhitungan yang sama dapat Berdasarkan data pengukuran selama

96 jam pada panel dengan jenis langganan dapat dilihat pola konsumsi energy listrik RSUD Banyumas

membutuhkan daya (VA) seperti terlihat pada tabel berikut:

Tabel. 2.3 Perbandingan Kebutuhan Daya dan langganan RSUD Banyumas

Langg anan Beban Terpas ang Daya Punc ak 3450 00 VA 733381 ,3333 VA 2979 26,2 VA Berdasarkan data pengukuran selama 96 jam dapat dilihat bahwa kebutuhan daya (KVA) dalam sehari kurang lebih sebesar 162,258 KVA dengan beban puncak sebesar 297,92 KVA sedangkan daya yang terpasang sebesar 345 KVA. Hal ini membuktikan bahwa pemilihan kapasitas langganan energi listrik sudah cukup tepat.

RSUD Banyumas setiap bulan tidak mendapatkan pinalti untuk power

factor. Sebagai contoh dapat dilihat

pada gambar 4.1 yang menunjukkan rekening listrik RSUD Banyumas untuk bulan Oktober 2012.

Gambar 2.13 Rekening Listrik Bulan Oktober 2012

Apabila ditinjau dari total beban terpasang di RSUD Banyumas beban terpasang pada RSUD Banyumas telah jauh melebihi daya yang disepakati RSUD Banyumas dan PT PLN. Sehingga RSUD Banyumas mengalami kelebihan beban (overload) yang mencapai dua kali lipat dari kapasitas daya yang disepakati antara RSUD Banyumas dan PT PLN.

Dari analisa beban pencahayaan ditiap ruangan di RSUD Banyumas

(11)

11 penerangan buatan lebih dominan

dibandingkan pencahayaan dengan menggunakkan lampu hemat energi. Prosentase penggunaan lampu TL 65,38% dari 2265 buah lampu yang digunakan di RSUD Banyumas. Dari peninjauan existing insatalasi rumah sakit, kabel pada panel PLN menuju LVMDP mengalami

overheating. Suhu kabel mencapai

39,6oC, suhu pada panel PLN 40,1oC dan suhu pada sambungan MCB dan kabel pada panel PLN 52,3 oC. Suhu tersebut melebihi suhu standar yakni 30 oC.

2.3 Analisa Peluang Hemat Energi 2.3.1 Analisa Penghematan Energi Pada Sistim Kelistrikan

Sesuai yang telah dijelaskan pada bab sebelumya yaitu bab 3 dan berdasarkan data harian yang diambil selama 96 jam, bahwa pada sistem kelistrikan di RSUD Banyumas sudah cukup baik/sudah dalam taraf wajar. Hal ini dapat dilihat pada data berikut.

1. Berdasarkan data pengukuran selama 96 jam dapat dilihat bahwa kebutuhan daya (KVA) dalam sehari kurang lebih sebesar 162,258 KVA dengan beban puncak sebesar 297,92 KVA sedangkan daya yang terpasang sebesar 345 KVA. Hal ini membuktikan bahwa pemilihan kapasitas langganan energi listrik sudah cukup tepat.

2. RSUD Banyumas setiap bulan tidak mendapatkan pinalti untuk power

factor. Sebagai contoh dapat dilihat

pada gambar 4.1 yang menunjukkan rekening listrik RSUD Banyumas untuk bulan Oktober 2012.

Gambar 2.14 Rekening Listrik Bulan Oktober 2012

2.3.2 Analisa Sistem Kelistrikan dan Beban Terpasang

Daya yang terpasang pada instalasi sebesar 733,381 KVA telah melebihi kapasitas daya yang disepakati antara PLN dan RSUD Banyumas yaitu 345 KVA. Daya yang terpasang pada instalasi telah melebihi kapasitas daya cadangan yang berasal dari Genset 500 KVA. Selain itu rencana penambahan peralatan medis dengan total daya 86,6 KVA mengakibatkan kelebihan beban meningkat dua kali lipat dari daya yang

(12)

12 disepakati antara PLN dan RSUD Banyumas.

Penambahan daya perlu dilakukan sebagai solusi untuk mengatasi overload. Penambahan kapasitas daya langganan harus dapat memenuhi seluruh kebutuhan daya terpasang ditambah 20% daya yang digunakan sebagai energi cadangan untuk mengantisipasi adanya penambahan beban ditahun berikutnya. Berdasarkan acuan diatas dan perhitungan, penambahan kapasitas daya langganan yang perlu dilakukkan adalah 500 KVA. Sebelum melakukan penambahan daya perlu dilakukan evaluasi instalasi untuk uji kelayakan kemampuan perangkat instalasi yang terpasang terhadap peningkatan kapasitas daya.

2.3.3 Analisa Penghematan Energi Peralatan Utama

Setelah dilakukan audit di

RSUD Banyumas di temukan beberapa permasalahan yang terjadi yaitu kualitas penerangan yang kurang, penggunaan lampu TL dan ballast konvensional yang masih dominan, dan overheating pada penghantar, panel dan sambungan.

Kebutuhan penerangan ruang RSUD Banyumas hampir 65,38% menggunakkan lampu TL dengan daya yang bervariasi antara 10-40 Watt. Penggunaan lampu TL pada ruangan

dapat meningkatkan konsumsi daya di RSUD Banyumas hal ini dikarenakan

pada lampu TL terdapat ballast

konvensional yang membutuhkan daya dua kali lebih besar dibandingkan daya yang tertera pada lampu TL. Apabila ditinjau dari penggukuran lux ruangan, penggunaan lampu TL belum dapat memenuhi kualitas pencahayaan RSUD Banyumas. Pengujian ini dilakukkan

dengan mengacu pada pedoman

pencahayaan dan instalasi listrik

Departemen Kesehatan R.I. Untuk

menanggulangi pemborosan energi

akibat penggunaan lampu TL langkah

yang dapat dilakukkan adalah

mengganti lampu TL dengan lampu

hemat energi, atau mengganti

penggunaan ballast konvensional

menggunakan ballas elektronik.

Sedangkan untuk menanggulagi

kurangnya penerangan pada ruangan langkah yang dapat dilakukan adalah dengan mengganti mengganti luminare lampu dan mengganti lampu dengan lux yang lebih besar yang sesuai dengan standart penerangan. Saat siang hari untuk menambah penerangan dapat dilakukkan dengan penambahan jendela sebagai sumber pencahayaan alami yang berasal dari sinar matahari.

Permasalahan yang terjadi pada

ruang panel adalah terjadinya

(13)

13

sambungan. Suhu kabel mencapai

39,6oC, suhu pada panel PLN 40,1oC

dan suhu pada sambungan MCB dan

kabel pada panel PLN 52,3 oC. Suhu

tersebut melebihi suhu standar yakni 30

oC. Overheating yang terjadi pada kabel,

panel dan sambungan kabel yang dapat mengakibatkan timbulnya panas pada kabel dan menurunkan kemampuan hantar arus dari konduktor. Untuk menanggulangi overheating yang dapat

disebabkan dari kurangnya sistem

sirkulasi udara atau disebabkan karena arus yang dihantarkan pada perangkat instalasi maka perlu dilakukan evaluasi instalasi secara menyeluruh. Evaluasi instalasi bertujuan untuk mengetahui kelayakan instalasi yang terpasang di

RSUD Banyumas dan untuk

menentukan langkah yang tepat dalam

melakukan reinstalisasi perangkat

instalasi yang terpasang.

2.3.4 Analisa Sistem Manajemen Energi Koordinasi antara tim IPS, bagian pengadaan dan bagian ATEM dalam hal pengadaan alat-alat medis, pengadaan perangkat elektronik penunjang, pemasangan dan pemindahaan alat-alat elektronik. Hal ini dikarenakan untuk menjaga pembagian beban agar dapat seimbang pada tiap-tiap fasa, dan pembagian katagori beban untuk memudahkan pengontrolan pertambahan

beban, mempermudah pendeteksian gangguan dan melokalisirnya serta untuk mempermudah penentuan kebijakan penggunaan energi listrik di RSUD Banyumas.

Peningkatan peran serta tim IPS dalam penataan ruangan dan sistem instalasi sangat penting dalam menjaga kualitas daya listrik dan dalam upaya peningkatan efisiensi penggunaan energi listrik. sehingga diperoleh penghematan biaya yang signifikan, dalam rangka meningkatkan pendapatan bersih perusahaan. Untuk meningkatkan kinerja dan motivasi daritim IPS perlu dibuatkan suatu sistem managerial yang tertulis dalam SOP (Standard Operational Prosedure) dalam hal pengadaan dan

pemasangan baik peralatan instalasi maupun peralatan medis dan elektronik sehingga akan memudahkan pelaksanaan penghematan energi di semua.

Untuk lebih meningkatkan keahlian teknisi bagian IPS perlu dilaksanakanya pelatihan untuk teknisi. Selain itu pula dalam upaya peningkatan peran serta seluruh karyawan perlu dilakukan sosialisasi sikap hemat energi secara rutin tentang bagaimana melakukan penghematan energi, baik yang bersifat umum maupun yang bersifat khusus di masing-masing departemen.

(14)

14 2.3.5 Analisa Pelaksanaan Penghematan Energi RSUD Banyumas

Tabel 2.4 Analisa Penghematan Energi RSUD Banyumas

Dari tabel diatas pelaksanaan program penghematan energi dapat dilakukan dengan payback periode dari biaya inplementasi rata-rata dibawah 1 tahun dan pada tahun berikutnya RSUD banyumas mampu berhemat Rp. 74.508.396 per tahun. Pelaksanaan program penghematan ini perlu didukung oleh semua pihak, apabila program sosialisasi sikap hemat energi dapat di implementasikan dengan baik didalam likungan rumah sakit maka nilai

penghematan energi dapat meningkatkan penghematan energi RSUD Banyumas. Sehingga diperoleh penghematan biaya yang signifikan, dalam rangka

meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat.

BIODATA :

Nama:Bayu Primastha Yogaswara (Gabul) Nim : L2F008016

Riwayat pendidikan : TK Lebdosari 01-02 Semarang, SDN Lebdosari 01-02 Semarang, SLTPN 30 Semarang , SMUN 6 Semarang , dan sekarang sedang melaksakan program strata satu Teknik Elektro Universitas Diponegoro Semarang

KONSUMSI ENERGI TOTAL (kWh/th) 1.029.292,00

BIAYA KONSUMSI ENERGI TOTAL (Rp/th) 923.474.447

NO REKOMENDASI

PENGHEMATAN ENERGI

SAVING ENERGI SAVING COST BIAYA

IMPLEMENTASI (Rp) SIMPLE PAYBACK PERIODE (Tahun) kWh/thn % Rp/thn % 1 Pergantian Ballast Konvensional ke Ballast Elektronik 92.274,34 8,96% 72.108.549 7,81% 56.179.000,00 0,779089316

2 Pergantian gas Freon dengang gas hidrokarbon

pada ac

305373,6 29,67% 246.334.704 26,67% 56.179.000 0,228059624

3 Sosialisasi sikap hemat energi

3.529,19 0,34% 2.399.847,50 0,26% 1.000.000,00 0,416693144

(15)

Referensi

Dokumen terkait

Dalam rancangan BTS Hotel di Kampus ITS, sesuai dengan rancangan penempatan lokasi BTS Hotel Room dan Pole, maka akan dilakukan perancangan terkait jaringan fiber optik

Membuat karya tulis/karya ilmiah berupa tinjauan atau ulasan ilmiah hasil gagasan sendiri di bidang teknologi informasi yang disampaikan dalam pertemuan ilmiah.

Maka dari itu, pada Tugas Akhir ini dirancang sebuah sistem komunikasi yang memungkinkan node slave mengirimkan data informasi hasil monitoring secara tidak langsung menujuI.

Aset keuangan (atau mana yang lebih tepat, bagian dari aset keuangan atau bagian dari kelompok aset keuangan serupa) dihentikan pengakuannya pada saat: (1) hak untuk menerima arus

Dengan penyimpanan data menggunakan database diharakan dapat menampung berbagai banyak data yang diperlukan dalam suatu Program Aplikasi maupun Sistem Informasi Laundry

1) Model SRGF ( situasional, referensial, general, formal ) ini lebih menekankan pada proses matematika sebagai bagian dari pemodelan sesuai dengan masalah atau

The result of the data analysis of this research revealed that the students taught using explicit teaching instruction of English phrases gained better improvement

In interview with the teacher, the writer will ask about suggestion of strategies that can be used by students who often make errors in reading comprehension