• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemberdayaan Masyarakat dan Pengelolaan Ekowisata D Bendungan View Telaga Tunjung Sebagai Wahana Rekreasi Wisata Alam Pedesaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pemberdayaan Masyarakat dan Pengelolaan Ekowisata D Bendungan View Telaga Tunjung Sebagai Wahana Rekreasi Wisata Alam Pedesaan"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Public Inspiration: Jurnal Administrasi Publik, 4 (2) (2019), 97-104

Public Inspiration: Jurnal Administrasi Publik

Jurnal Homepage: https://ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/public-inspiration

Pemberdayaan Masyarakat dan Pengelolaan Ekowisata

D’Ben-dungan View Telaga Tunjung Sebagai Wahana Rekreasi Wisata

Alam Pedesaan

I Made Wimas Candranegara, I Wayan Mirta, I Nyoman Mangku Suryana dan I Putu Eka Mahardhika Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Warmadewa,

Denpasar, Bali-Indonesia wimascandranegara3491@gmail.com Abstrak

The research was conducted by holding a lecture on community empowerment and the management of the ecotourism area of D'bendungan View Telaga Tunjung which was attended by 45 people consisting of managers, the Tabanan Regency Government and the local village community. This research uses the method of solving the steps of the problem-based learning method or problem solving method, namely the existence of problems that are considered important, formulating problems, analyzing hypotheses, collecting data, analyzing data, drawing conclusions, applying the conclusions obtained and reassessing the whole process of solving problem. Whereas the evaluation of activities uses the criteria reference evaluation, including tests before the training is conducted, tests during the training process, tests are given at the end of the training process. The results found activities include local village communities through Paiketan Krama Rantau Timpag (PAKERTI) as the manager of D'Bendungan View can find out and be able to explore their potential, especially related to ecotourism development. The government through the Department of Tourism in collaboration with the manager of 'Dendungan View is able to make a system (management) related to the management of Ecotourism. There is a synergy between the Government of Tabanan Regency through the Tabanan Regency Tourism Office in determining and including Dendungan View as an ecotourism area so that in the future Dendungan View will be one of the tourist destinations in Tabanan Regency. There are social and economic impacts felt by the local village after the implementation of this program.

Keywords: Community empowerment, ecotourism area

Abstrak

Penelitian ini dilaksanakan dengan mengadakan ceramah tentang pemberdayaan masyarakat dan pengelolaan Kawasan ekowisata D’Bendungan View Telaga Tunjung yang diikuti oleh 45 orang yang ada terdiri dari unsur pengelola, Pemerintah Kabupaten Tabanan dan masyarakat desa setempat. Penelitian ini menggunakan metode pemecahan dengan langkah-langkah metode pembelajaran berbasis masalah atau metode problem solving yaitu adanya masalah yang dipandang penting, merumuskan masalah, analisis hipotesis, mengumpulkan data, analisis data, mengambil kesimpulan, penerapan dari kesimpulan yang diperoleh dan menilai kembali seluruh proses pemecahan masalah. Sedangkan evaluasi kegiatan menggunakan evaluasi acuan kriteria, antara lain tes sebelum pelatihan dilaksanakan, tes disela-sela proses pelatihan, tes diberikan pada saat akhir proses pelatihan. Hasil kegiatan pengabdian masyarakat ini diantaranya masyarakat desa setempat melalui Paiketan Krama Rantauan Timpag (PAKERTI) selaku pengelola D’Bendungan View dapat mengetahui dan mampu menggali potensi yang dimilikinya khususnya berkaitan dengan pengembangan ekowisata. Pihak pemerintah melalui

(2)

Dinas Pariwisata bekerjasama dengan pengelola D’Bendungan View mampu membuatkan sistem (manajemen) terkait pengelolaan Ekowisata. Adanya sinergisitas antara Pemerintah Kabupaten Tabanan melalui Dinas Pariwisata Kabupaten Tabanan dalam menetapkan dan memasukkan D’Bendungan View sebagai kawasan ekowisata sehingga kedepannya D’Bendungan View menjadi salah satu tujuan wisata di Kabupaten Tabanan. Adanya dampak sosial dan ekonomi yang dirasakan oleh desa setempat setelah terlaksananya program ini.

Kata kunci: Pemberdayaan masyarakat, kawasan ekowisata

1. PENDAHULUAN

Pariwisata merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan dan pengusahaan pariwisata yang mencakup objek dan daya tarik wisata, usaha sarana wisata, usaha jasa pariwisata, serta usaha-usaha lainnya. Pariwisata merupakan bagian dari budaya bagi masyarakat yang berkaitan dengan pemanfaatan waktu yang dimiliki, dengan tujuan untuk menyenangkan diri sendiri maupun orang lain. Istilah wisata juga termuat dalam UU No.10 Tahun 2009, Pasal 1 ayat 1, yang menyebutkan bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang maupun sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Saat ini, sektor pariwisata di Indonesia tengah diharapkan menjadi salah satu sektor 'penyelamat' ekonomi negara sebagai motor penggenjot devisa. Dampak multiplier effect yang muncul dari kehadiran wisatawan asing maupun lokal di suatu daerah diharapkan dapat mendorong laju pertumbuhan ekonomi di daerah hingga nasional. UNESCO mendefinisikan pariwisata berkelanjutan sebagai “pariwisata yang menghormati masyarakat lokal dan para pelancong, serta warisan budaya dan lingkungan yang ada di lokasi tersebut. Hal ini secara umum bertujuan untuk memberi para wisatawan pengalaman liburan yang menyenangkan sekaligus juga mendidik, dan bermanfaat bagu orang-orang di negara atau lokasi yang dikunjungi. seluruh sektor penggerak pariwisata di Indonesia dapat mulai merubah paradigma masing-masing untuk mulai memprioritaskan kelestarian alam dan budaya. Hal ini, selain untuk menjaga keutuhan lingkungan, juga dinilai akan berdampak besar pada tingkat kebahagiaan para turis hingga masyarakat setempat.

Kebijakan otonomi daerah melahirkan paradigma pemberdayaan masyarakat. Melalui paradigma ini masyarakat memiliki hak dan kesempatan untuk mengelola sumberdaya alam dalam rangka melaksanakan pembangunan. Paradigma ini berinisiatif untuk mengubah kondisi dengan memberikan kesempatan kepada kelompok masyarakat untuk merencanakan dan melaksanakan program pembangunan. Pemberdayaan masyarakat (community empowerment) sering kali sulit dibedakan dengan pembangunan masyarakat (community development) karena mengacu pada pengertian yang tumpang tindih dalam penggunaannya di masyarakat. Dalam kajian ini pemberdayaan masyarakat (community empowerment) dan pembangunan masyarakat (community development) dimaksudkan sebagai pemberdayaan masyarakat yang sengaja dilakukan pemerintah untuk memfasilitasi masyarakat lokal dalam merencanakan, memutuskan dan mengelola sumberdaya yang dimiliki sehingga pada akhirnya mereka memiliki kemampuan dan kemandirian secara ekonomi, ekologi dan sosial secara berkelanjutan. Oleh karena itu pemberdayaan masyarakat pada hakekatnya berkaitan erat dengan sustainable development yang membutuhkan pra-syarat keberlanjutan kemandirian masyarakat secara ekonomi, ekologi dan sosial yang selalu dinamis. Pemberdayaan masyarakat adalah konsep pembanguan ekonomi yang merangkum nilai-nilai masyarakat untuk membangun paradigma baru dalam pembangunan yang bersifat peoplecentered, participatory,

empowerment and sustainable. Lebih jauh Chamber menjelaskan bahwa konsep pembangunan

dengan model pemberdayaan masyarakat tidak hanya semata-mata memenuhi kebutuhan dasar (basic need) masyarakat tetapi lebih sebagai upaya mencari alternatif pertumbuhan ekonomi lokal.

How to Cite: Wibowo, I, N, A. (2019). Strategi Pengelolaan Desa Wisata Penglipuran Kabupaten Bangli. Public

(3)

Pemberdayaan masyarakat (empowerment) sebagai strategi alternatif dalam pembangunan telah berkembang dalam berbagai literatur dan pemikiran walaupun dalam kenyataannya belum secara maksimal dalam implementasinya. Pembangunan dan pemberdayaan masyarakat merupakan hal yang banyak dibicarakan masyarakat karena terkait dengan kemajuan dan perubahan bangsa ini kedepan apalagi apabila dikaitkan dengan skill masyarakat yang masih kurang akan sangat menghambat pertumbuhan ekonomi itu sendiri.

Reformasi di bidang penyelenggaraan pemerintahan yang bergulir sejak tahun 1998 membawa dampak nyata dan luas perubahan dalam sistem pemerintahan dari kekuasaan yang sangat sentralistis (jaman Orde Baru) ke dalam sistem otonomi dengan desentralisasinya. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang kemudian berubah menjadi UU Nomor 32 Tahun 2004, sebagai pengganti UU Nomor 5/1974 adalah bukti perubahan dalam penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia. Perubahan pelaksanaan pemerintahan dengan Otonomi pada Daerah Kabupaten/Kota telah melahirkan perubahan yang signifikan terutama yang berhubungan dengan pelaku pembangunan, pengambilan keputusan dalam perencanaan pembangunan, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan. Tetapi dalam kenyataannya praktek penyelenggaraan otonomi daerah masih banyak kendala antara lain kurang kreativitas dan partisipasi masyarakat secrara kritis dan rasional, sehingga perlu dicarikan jalan keluar secara sungguh-sungguh sesuai amanat undang-undang Pemerintahan Daerah yang berlaku.

Pemberdayaan masyarakat (empowerment) sebagai model pembangunan berakar kerakyatan adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat sebagian masyarakat kita yang masih terperangkap pada kemiskinan dan keterbelakangan. Di tinjau dari sudut pandang penyelenggaraan Administrasi Negara, pemberdayaan masyarakat tidak semata-mata sebuah konsep ekonomi tetapi secara implisit mengandung pengertian penegakan demokrasi ekonomi (yaitu kegiatan ekonomi berlangsung dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat). Dengan demkian konsep ekonomi yang dimaksud menyangkut penguasaan teknologi, pemilikan modal, akses pasar serta ketrampilan manajemen. Oleh karena itu agar demokrasi ekonomi dapat berjalan, maka aspirasi harus ditampung dan dirumuskan dengan jelas oleh birokrasi pemerintah dan tertuang dalam rumusan kebjakan publik (public policies) untuk mencapai tujuan yang dikehendaki masyarakat.

Gerakan pembangunan yang dilakukan pemerintah secara essensial harus dibarengi dengan menggerakkan partisipasi masyarakat yang lebih besar untuk kegiatan yang dilakukannya sendiri. Dengan demikian menjadi tugas yang sangat penting bagi menajemen pembangunan untuk menggerakkan, membimbing, menciptakan iklim yang mendukung kegiatan pembangunan yang dilakukan masyarakat. Upaya-upaya ini dilakukan melalui kebijaksanaan, peraturan dan kegiatan pembangunan pemerintah yang diarahkan untuk menunjang, merangsang dan membuka jalan bagi kegiatan pembangunan masyarakat.

Merebaknya paradigma pemberdayaan tersebut sangat erat kaitannya dengan good governance. Paradigma pembangunan nasional dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat dilaksanakan dalam segala bidang termasuk bidang kepariwisataan. Kepariwisataan diharapkan dapat memperkuat ketahanan sosial budaya masyarakat, di mana terdapat suatu kondisi kehidupan dinamis masyarakat yang ditandai oleh terpenuhinya hak dan kebutuhan dasar, optimalnya pelaksanaan peranan dan tugas-tugas kehidupan pada setiap individu maupun kelompok, serta terselesaikannya masalah sosial melalui gerakan sosial yang dilandasi oleh nilai kebersamaan dan kesetiakawanan sosial. Dewasa ini wisatawan mulai menggemari wisata alternatif yang menawarkan kegiatan wisata yang menekankan unsur-unsur pengalaman dan bentuk wisata aktif yang menonjolkan ciri budaya local atau yang lebih dikenal dengan istilah ekowisata.

Oleh karena itu sejak tahun 2009 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif melaksanakan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Pariwisata untuk mengembangkan desa wisata sebagai wisata alternatif. Pengembangan desa wisata bertujuan untuk membentuk

(4)

masyarakat yang sadar wisata melalui keterlibatan masyarakat dalam memahami potensi wisata di desanya sehingga dapat dimanfaatkan menjadi obyek wisata. Pengelolaan potensi desa wisata dengan baik diharapkan dapat mendorong pembangunan kepariwisataan yang berbasis masyarakat. Pengembangan pariwisata berbasis alam dan budaya dengan mengembangkan potensi desa wisata dengan mengangkat potensi alam dan budaya dipercaya dapat memperkuat ketahanan sosial budaya setempat. Pembangunan berkelanjutan (Sustaniable Development) telah menjadi agenda global dalam setiap proses pembangunan. Oleh karenanya, seluruh pemangku kepentingan termasuk pemerintah dalam berbagai sektor pembangunan harus menerapkan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dalam setiap kebijakan maupun rencana pembangunan yang akan dilaksanakan.

Penerapan konsep pembangunan berkelanjutan di sektor pariwisata dikenal dengan konsep pembangunan pariwisata berkelanjutan (Sustaniable Tourism Development), yang pada intinya mengandung pengertian pembangunan pariwisata yang tanggap terhadap minat wisatawan dan keterlibatan langsung dari masyarakat setempat dengan tetap menekankan upaya perlindungan dan pengelolaannya yang berorientasi jangka panjang. Upaya pengembangan dan pengelolaan sumber daya yang dilakukan harus diarahkan agar dapat memenuhi aspek ekonomi, sosial dan estetika. sekaligus dapat menjaga keutuhan dan atau kelestarian ekologi, keanekaragaman hayati, budaya serta sistem kehidupan .

Salah satu wisata yang harus dikembangkan adalah wisata rekreasi alam terutama yang ada di wilayah pedesaan karena konsep wisata ini menawarkan keasrian pemandangan alam yang masih alami. Bendungan telaga tunjung adalah salah satu bendungan terbesar yang ada di Bali yang berada tepatnya di Desa Timpag Kecamatan Kerambitan Kabupaten Tabanan. Bendungan ini merupakan sumber air utama desa timpag guna mengairi pertanian penduduk setempat yang memang sebagian besar berprofesi sebagai petani. Melihat potensi pemandangan alam yang dimiliki oleh Bendungan Telaga Tunjung ini, kelompok masyarakat Desa Timpag yang tergabung dalam Paiketan Krama Rantauan Timpag (Pakerti) membentuk sebuah wahana rekreasi alam D’Bendungan View yang menawarkan tiga keistimewaan yakni wahana swafoto (selfie), warung kuliner, area rapat.

2. METODE

Penelitian ini menggunakan metode pemecahan dengan langkah-langkah metode pembelajaran berbasis masalah atau metode problem solving yaitu adanya masalah yang dipandang penting, merumuskan masalah, analisis hipotesis, mengumpulkan data, analisis data, mengambil kesimpulan, penerapan dari kesimpulan yang diperoleh dan menilai kembali seluruh proses pemecahan masalah. Sedangkan evaluasi kegiatan menggunakan evaluasi acuan kriteria, antara lain tes sebelum pelatihan dilaksanakan, tes disela-sela proses pelatihan, tes diberikan pada saat akhir proses pelatihan.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Kawasan Ekowisata D’Bendungan View Telaga Tunjung

D’Bendungan View merupakan wisata rekreasi alam terutama yang ada di wilayah pedesaan karena konsep wisata ini menawarkan keasrian pemandangan alam yang masih alami. Bendungan telaga tunjung adalah salah satu bendungan terbesar yang ada di Bali yang berada tepatnya di Desa Timpag Kecamatan Kerambitan Kabupaten Tabanan. Bendungan ini merupakan sumber air utama desa timpag guna mengairi pertanian penduduk setempat yang memang sebagian besar berprofesi sebagai petani. Melihat potensi pemandangan alam yang dimiliki oleh Bendungan Telaga Tunjung ini, kelompok masyarakat Desa Timpag yang tergabung dalam Paiketan Krama Rantauan Timpag (Pakerti) membentuk sebuah wahana rekreasi alam D’Bendungan View yang menawarkan tiga keistimewaan yakni wahana swafoto (selfie), warung kuliner, area rapat.

Masalah-masalah yang teridentifikasi dari analisis situasi yang telah dipaparkan sebelumnya adalah sebagai berikut:

(5)

a. Masih belum adanya kesadaran segenap lapisan masyarakat yang ada di Desa Timpag terkait dengan betapa pentingnya wahana rekreasi D’Bendungan View yang merupakan potensi yang dimiliki oleh desa yang nantinya mampu meningkatkan perubahan sosial dan ekonomi di masyarakat.

b. Pihak pengelola wahana rekreasi D’Bendungan View masih belum memiliki sistem (manajemen strategi) bagaimana agar pengembangan D’Bendungan View ini mampu menjadi sebuah program yang bermaanfaat bagi masyarakat desa dan mampu mandiri dalam mengelola potensinya.

c. Belum adanya sinergisitas antara pemerintah, pihak desa maupun investor dalam pengembangan desa wisata ini berkelanjutan dan agar berjalan konsisten ke depannya.

Pemberdayaan Masyarakat

Menurut Mubarak pemberdayaan masyarakat dapat diartikan sebagai upaya untuk memulihkan atau meningkatkan kemampuan suatu komunitas untuk mampu berbuat sesuai dengan harkat dan martabat mereka dalam melaksanakan hak-hak dan tanggung jawabnya selaku anggota masyarakat. Pada Pemberdayaan pendekatan proses lebih memungkinkan pelaksanaan pembangunan yang memanusiakan manusia. Dalam pandangan ini pelibatan masyarakat dalam pembangunan lebih mengarah kepada bentuk partisipasi, bukan dalam bentuk mobilisasi. Partisipasi masyarakat dalam perumusan program membuat masyarakat tidak semata-mata berkedudukan sebagai konsumen program, tetapi juga sebagai produsen karena telah ikut serta terlibat dalam proses pembuatan dan perumusannya, sehingga masyarakat merasa ikut memiliki program tersebut dan mempunyai tanggung jawab bagi keberhasilannya serta memiliki motivasi yang lebih bagi partisipasi pada tahaptahap berikutnya.

Pada proses pemberdayaan masyarakat pendekatan teori belajar secara konstructivisme perlu di tanamkan dan diupayakan agar masyarakat mampu menkonstruksi pemahaman untuk berubah. Pemberdayaan masyarakat hendaknya tetap mempertahankan nilai-nilai yang sudah melekat di masyarakat selam nilai tersebut baik dan benar. Nilai-nilai kebersamaan, keikhlasan, gotong-royong, kejujuran, kerja keras harus di bangun dan di konstruksikan sendiri oleh masyarakat untuk menciptakan perubahan agar lebih berdaya. Keterkaitan dengan konsep pemberdayaan maka aspek ilmu (knowledge) yang ada di dalam masyarakat perlu dibangun dengan kuat dan di kontruksikan di dalam masyarakat itu sendiri.

Pengelolaan Ekowisata

Pengelolaan meruapakan sebuah manajemen yang harus di miliki ketika kita melakaukan dan merencanakan segala sesuatu dalam jangka yang panjang dan berkelanjutan. Pengelolaan dan perencanaan Ekowisata berarti untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang akan mendatang dikarenakan Ekowisata lama kelamaan juga menjadi sebuah kebutuhan tambahan yang sangat di perlukan oleh masyarakat pada umumnya. Dengan mempertimbangkan perkembangan teknologi dan pertumbuhan penduduk merupakan hal yang utama untuk menjawab keberlangsungan dalam pengelolahan tersebut.

Ekowisata kalau di tinjau secara harfiaah berasaldari kata “Wisata” dengan kata kerjanya berwisata yaitu berpergian atau pun sedang melakuakan perjalanan dalam mencari sebuah hiburan ataupun kesenangan. Ekowisata merupakan berbagai macam kegiatan yang mana didalamnya di dukung berbagai fasilitas, pelayananya yang di lakukan oleh masayarakat, ataupun pemerintah. Wisata adalah perjalanan yang dilakukan oleh seseorang ataupun lebih dalam mencari kesenangan dengan cara mengunjungi tempat-tempat tertentu, dalam jangka waktu sementara.

Istilah Ekowisata Padanan kata Tour (dalam bahasa Inggris) Walaupun dalam bahasa sang sekerta Ekowisata memiliki bahasa yang sama dengan perjalanan, namun padanan kata itu sudah cukup jelas untuk di mengerti dan jelas kata wisata cukup di kenal di pahami sebagai tour tersebut.

(6)

Secara etimologi tour berasal dari kata torah (bahasa Ibrani) yang berarti belajar, tormus (bahasa Latin) yang berarti alat untuk membuat lingkaran, dan dalam bahasa Prancis kuno disebut tour yang berarti mengelilingi sirkuit. Sedangkan bila ditinjau secara terminologi wisata diartikan sebagai sebuah perjalanan yang terencana, dimana seseorang dalam perjalanannya singgah sementara di beberapa tempat dan akhirnya kembali lagi ke tempat asal di mana ia mulai melakaukan perjalanan. Istilah Ekowisata berasal dari dua suku kata, yaitu pari dan wisata. Pari berarti banyak, berkali-kali atau berputar-putar, sedangkan wisata berarti perjalanan atau bepergian. Jadi Ekowisata adalah perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar dari suatu tempat ke tempat yang lain.

D’Bendungan View Telaga Tunjung

D’Bendungan View merupakan wisata rekreasi alam terutama yang ada di wilayah pedesaan karena konsep wisata ini menawarkan keasrian pemandangan alam yang masih alami. Bendungan telaga tunjung adalah salah satu bendungan terbesar yang ada di Bali yang berada tepatnya di Desa Timpag Kecamatan Kerambitan Kabupaten Tabanan. Bendungan ini merupakan sumber air utama desa timpag guna mengairi pertanian penduduk setempat yang memang sebagian besar berprofesi sebagai petani. Melihat potensi pemandangan alam yang dimiliki oleh Bendungan Telaga Tunjung ini, kelompok masyarakat Desa Timpag yang tergabung dalam Paiketan Krama Rantauan Timpag (Pakerti) membentuk sebuah wahana rekreasi alam D’Bendungan View yang menawarkan tiga keistimewaan yakni wahana swafoto (selfie), warung kuliner, area rapat.

Hasil Kegiatan

Kegiatan pengabdian masyarakat pada tahapan ini meliputi kegiatan pengumpulan data, kegiatan ceramah dengan tema “Pemberdayaan Masyarakat dan Pengelolaan Ekowisata D’Bendungan View Telaga Tunjung Sebagai Wahana Rekreasi Wisata Alam Pedesaan”. Pada kegiatan ini dilakukan kegiatan-kegiatan antara lain:

Proses Persiapan

Hasil dari proses persiapan untuk kegiatan pengabdian pada masyarakat ini yaitu terjalinnya kerjasama dan terbangunnya komunikasi, baik antara sesama tim maupun tim dengan pemangku lintas kepentingan. Hal ini dapat dilihat dari antusiasme dari Ketua tim PAKERTI, pengelola Kawasan ekowisata D’Bendungan View Telaga Tunjung dalam menerima kedatangan tim mulai dari penjajagan awal untuk pemetaan permasalahan kelompok masyarakat dalam mengelola Kawasan ekowisata D’Bendungan View Telaga Tunjung, memberikan ijin kerjasama pelaksanaan pelatihan, maupun berkenaan dengan kordinasi lanjutan dalam rangka untuk pematangan rencana kerja serta menyiapkan tempat kegiatan pelatihan maupun administrasi teknis lainnya sebagai penunjang kegiatan dimaksud.

Proses Pelaksanaan

Hasil dari kegiatan pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dengan tema “Pemberdayaan Masyarakat dan Pengelolaan Ekowisata D’Bendungan View Telaga Tunjung Sebagai Wahana Rekreasi Wisata Alam Pedesaan” dari mitra program yakni PAKERTI (Paiketan Krama Rantauan Timpag) berjalan dengan baik dan lancar dengan runtutan acara sebagai berikut:

Kegiatan dimulai dengan pembukaan dan sambutan dari pihak Pemerintah Kabupaten Tabanan yang dalam kesempatan ini diwakili oleh Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Tabanan yakni Bapak Drs. I Made Yasa, ATRD, M.M., M.Si. Dalam sambutannya Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Tabanan mengapresiasi adanya kegiatan yang diinisiasi oleh tim Pengabdian Masyarakat Fisip Universitas Warmadewa.

Setelah sambutan dari Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Tabanan, kegiatan dilanjutkan dengan penyampaian post test kepada seluruh peserta. Penyampaian post test dilakukan untuk mengetahui pengetahuan para peserta terhadap tema kegiatan yang hendak dilaksanakan. Selanjutnya

(7)

dilakukan pemaparan materi dari para pemateri (tim pengabdian masyarakat Fisip Unwar) yang sudah disusun sebelumnya. Penyampaian materi dilakukan secara panel dengan skema penyampaian yang bergantian materi dapat disampaikan secara tuntas. Adapun pemateri dalam pelatihan ini diantaranya:

Drs. I Made Yasa, ATRD, M.M., M.Si. (Kepala Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Tabanan) mengangkat tema tentang “Pola Pengembangan Destinasi Pariwisata Kabupaten Tabanan”.

I Made Wimas Candranegara, S.Sos.,M.AP (Dosen Fisip Universitas Warmadewa sekaligus ketua tim pengabdian masyarakat) mengangkat tema tentang “Model Kolaborasi Pentahelix Pengelolaan Kawasan Ekowisata D’Bendungan View Telaga Tunjung”.

Setelah seluruh pemateri menyampaikan materinya, acara dilanjutkan dengan sesi tanya jawab/ diskusi yang dilakukan secara terpadu. Tanya jawab/diskusi berlangsung secara aktif dan antusias. Hampir sebagian besar peserta kegiatan menyampaikan pertanyaan atau meminta penjelasan lebih mendalam tentang topik diantaranya:

a. Mengenai bagaimana upaya dan peran pemerintah Kabupaten Tabanan dalam pengembangan pariwisata yang berbasis pemberdayaan masyarakat lokal pedesaan?

b. Bagaimana model pengelolaan ideal dalam mengembangkan Kawasan ekowisata D’Bendungan View Telaga Tunjung agar memiliki dampak social ekonomi yang positif bagi masyarakat setempat?

Setelah sesi tanya jawab/diskusi dilaksanakan dan dianggap telah cukup memuaskan para peserta kegiatan maka acara dilanjutkan dengan pemberian post test kepada peserta. Post test dapat dilaksanakan secara lancar dan dijalankan dengan penuh antusias. Post Test ini bermanfaat untuk melihat perubahan pengetahuan yang terjadi pada peserta kegiatan.

Pada akhirnya setelah post test selesai dilaksanakan, maka kegiatan ditutup oleh Ketua Kordinator Kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat. Dari pengamatan dan analisis skoring serta secara kualitatif maka dapat dikatakan bahwa telah lebih dikuasainya pengetahuan tentang pemberdayaan masyarakat dan pengelolaan ekowisata D’Bendungan View Telaga Tunjung. Dalam kegiatan pelatihan ini diikuti oleh 45 orang dengan rincian kelompok masyarakat, tokoh masyarakat Desa Timpag, Pengurus Desa serta Kelompok pengelola dan tentunya Pemerintah Kabupaten Tabanan melalui Dinas Pariwisata Kabupaten Tabanan.

Dari pelaksanaan kegiatan tersebut, dapat diketahui adanya beberapa faktor pendukung dan penghambat yang mempengaruhi kelancaran penyelenggaraan kegiatan pengabdian kepada masyarakat itu. Faktor pendukung itu adalah adanya gairah dan ekspektasi dari para peserta kegiatan untuk mengikuti kegiatan itu. Sehingga adanya minat tersebut, memudahkan pemateri untuk melakukan pengembangan kapasitas pengetahuan pada masing-masing mereka.

Selain itu, diketahui juga adanya faktor penghambat yang perlu diantisipasi jika hendak melaksanakan kegiatan serupa pada masa yang akan datang. Diantaranya adalah belum dapat dilaksanakannya kegiatan yang lebih teknis dalam bentuk tutorial kepada para peserta. Adanya kegiatan tutorial yang lebih teknis sebenarnya dapat lebih mampu meningkatkan kemampuan praktis yang semestinya memang dimiliki oleh para aparatur desa.

4. SIMPULAN

Berdasarkan analisis terhadap kegiatan yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan Masyarakat desa setempat melalui Paiketan Krama Rantauan Timpag (PAKERTI) selaku pengelola D’Bendungan View dapat mengetahui dan mampu menggali potensi yang dimilikinya khususnya berkaitan dengan pengembangan ekowisata. Pihak pemerintah melalui Dinas Pariwisata bekerjasama dengan pengelola D’Bendungan View mampu membuatkan sistem (manajemen) terkait pengelolaan Ekowisata. Adanya sinergisitas antara Pemerintah Kabupaten Tabanan melalui Dinas Pariwisata Kabupaten Tabanan

(8)

dalam menetapkan dan memasukkan D’Bendungan View sebagai kawasan ekowisata sehingga kedepannya D’Bendungan View menjadi salah satu tujuan wisata di Kabupaten Tabanan. Adanya dampak sosial dan ekonomi yang dirasakan oleh desa setempat setelah terlaksananya program ini.

Adapun saran yang bisa diperoleh berdasarkan hasil dari kegiatan ini adalah Perlu dilakukan kegiatan pelatihan yang lebih bersifat teknis, sehingga dapat dikuasainya secara lebih menyeluruh kapasitas pengelolaan Kawasan ekowisata. Kegiatan seperti ini perlu dilakukan pada target sasaran yang lebih luas lagi, melibatkan seluruh elemen di masyarakat berdasarkan konsep pengelolaan sinergi Pentahelix Model dalam pengelolaan Kawasan ekowisata D’Bendungan View Telaga Tunjung yang terdiri dari Pemerintah Kabupaten Tabanan, Kelompok Masyarakat, Perguruan Tinggi, Kelompok Media dan Investor.

DAFTAR PUSTAKA

Ibrahim, J. M. (1997). Prospek Otonomi Desa. Semarang: Dahara Prize.

Julmansyah., & Taqiuddin, M. (2003). Partisipasi dan Penguatan Desa: Obsesi atau Illusi. Mataram: Pustaka Konsepsi Nusa.

Munir, B. (2001). Babak Baru Pembangunan Daerah, Gagasan Dilema dan Tantangan. Mataram: Lekass. Nazir, M. (1988). Metodelogi Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Netra, I. B. (1979). Metodelogi Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Nurkancana, W. (1981). Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Gramedia. Surakhmad, W. (1982). Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito. Syafrudin, A. (1985). Pasang Surut Otonomi Daerah. Bandung: Bina Cipta.

Triwiyatno, J. (2001). Kesiapan Aparat Penyelenggara Pemerintah Daerah dalam Menghadapi Pelaksanaan Undang-Undang No.22 Tahun 1999 dan Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah di Kabupaten Boyolali. Tesis Kartasasmita

Ginandjar. (1997). Administrasi Pembangunan: Pekembangan Pemikiran dan Praktiknya di Indonesia. Jakarta: LP3ES.

Miles, M. B., & Hubernman, M. (1992). Analisis Data Kualitatif Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru,

Referensi

Dokumen terkait

Bakso MAMA 1 Jombang adalah suatu usaha rumah makan yang sudah sangat terkenal dan berkembang cukup pesat, bisnis makanan yang berdiri sejak tahun 1982 ini hingga sekarang sudah

Metode lain yang adalah dengan penghilangan kata umum pada kata kunci jawaban mahasiswa kata umum seperti hanya, sebuah, merupakan, dll tetapi akan menjadi suatu kekurangan

Berdasarkan masalah itu dan dengan melakukan pengumpulan data-data kemacetan yang terjadi, maka dirancanglah suatu alat simulasi sistem pengaturan lampu lalu lintas yang

Sama halnya dengan teknologi mobile generation yang dialami oleh telepon selular, dimulai dengan layanan yang kita kenal dengan sebutan 1G sampai dengan yang terbaru 4G. Maksud

Berdasarkan penelitian tentang pengaruh NEM, motivasi dan kedisplinan terhadap prestasi belajar oleh [3] bahwa ada pengaruh antara NEM, tingkat kedisiplinan dan

diperuntukan untuk Site Engineer pada Apotek Farmarin III depok dalam mengolah data obat sampai proses penjualan

“Mereka itu adalah orang-orang yang rahsia hatinya diketahui Allah swt, kerana itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada