• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab V Analisis Produk Awal dan Perancangan Ulang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab V Analisis Produk Awal dan Perancangan Ulang"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

Bab V Analisis Produk Awal dan Perancangan Ulang

Dalam bab ini akan dilakukan analisis terhadap produk awal berdasarkan hasil data pada bab IV dan usulan rancangan produk telepon genggam yang baru yang sesuai untuk lansia.

V.1 Analisis Produk Awal

Sebelum dilakukan perancangan ulang, perlu dilakukan analisis terhadap produk telepon genggam awal. Seperti yang telah dijelaskan pada bab I, produk telepon genggam merek Nokia dipilih karena:

a. Berdasarkan survey majalah Swa (2004), telepon genggam merek Nokia menguasai 53% pangsa pasar telepon genggam pada akhir tahun 2003 dan meningkat menjadi 72% pada akhir tahun 2005 (Swa, 2006)

b. Berdasarkan indeks ICSA (Indonesian Customer Satisfaction Award) 2006, produk telepon genggam Nokia menduduki peringkat pertama berkaitan dengan kepuasan konsumen dengan penilaian seperti terlihat pada table V.1. Pertimbangan ini digunakan dengan alasan, jika produk dengan peringkat kepuasan tertinggi, yang berarti performansinya juga memuaskan, dapat mampu pakai untuk golongan lansia, maka selanjutnya dapat digunakan sebagai referensi bagi produk lain dengan peringkat dibawahnya.

c. Pemilihan tipe telepon genggam Nokia 6585 didasarkan ukurannya yang paling besar dibandingkan produk telepon genggam CDMA yang lain.

Tabel V.1 Indeks ICSA 2006 produk telepon genggam Peringkat

Brandshare Merek Tingkat kepuasan*

1 Nokia 4.425

2 Sony Ericsson 3.751

3 Siemen 3.739

(2)

Analisis produk awal (Nokia 6585) dilakukan untuk mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan produk jika digunakan oleh lansia. Kekurangan yang ada pada suatu telepon genggam menyebabkan timbulnya kesulitan bagi para lansia saat menggunakan produk tersebut. Analisis terhadap produk awal dilakukan dengan dua cara, yaitu:

a. Analisis berdasarkan hasil uji kemampupakaian

b. Analisis berdasarkan bentuk dan fungsi telepon genggam.

Selain uji kemampupakaian, analisis juga dilakukan dengan menilai telepon genggam berdasarkan bentuk dan fungsi telepon genggam itu sendiri. Pada analisis ini dinilai juga apakah ukuran tombol dan teks pada telepon genggam telah sesuai dengan hasil pengujian tactile dan visual yang dilakukan.

Dari hasil uji tactile diketahui bahwa ukuran tombol pada telepon genggam secara umum sekarang ini belum tepat bagi para lansia. Ukuran tombol sekarang masih sulit untuk dikenali dengan indera peraba para lansia. Agar tombol lebih mudah dikenali dengan secara taktual, ukuran tombol perlu diperbesar dan bentuk tombol-tombol yang ada juga sebaiknya berbeda-beda.

Dari hasil uji visual diketahui bahwa para lansia juga mengalami kesulitan dalam membaca teks dengan ukuran yang ada pada telepon genggam secara umum sekarang ini. Agar teks lebih mudah dibaca oleh mereka (mempunyai readability yang lebih baik), teks sebaiknya dibuat dengan ukuran minimum 12 pt atau tinggi karakter 3 mm. Namun jika ukuran tersebut tidak memungkinkan untuk ditempatkan pada telepon genggam, teks dapat juga dibuat dengan ukuran 10 pt atau tinggi karakter 2,5 mm.

Berikut pada gambar V.1 adalah bentuk telepon genggam Nokia 6585 beserta dimensinya pada tabel V.2.

(3)

Gambar V.1 Telepon Genggam Nokia 6585

Tabel V.2 Spesifikasi Telepon Genggam Nokia 6585

KRITERIA BENTUK DIMENSI UKURAN (mm)

panjang 104 lebar 33 FISIK persegi panjang dengan

sedikit kontur di bagian atas

tebal 15 panjang 10

lebar 4 TOMBOL

ANGKA & HURUF persegi panjang

tinggi 1 panjang 5 persegi lebar 4 TOMBOL NAVIGASI tinggi 1 huruf tinggi 1 angka tinggi 2 TEKS simbol tinggi 1 panjang 28 LAYAR

DISPLAY persegi panjang lebar 27

huruf display awal tinggi 2 huruf pilihan menu tinggi 3 TEKS

DISPLAY

(4)

V.1.1 Analisis Produk Awal Berdasarkan Uji Kemampupakaian

Berdasarkan hasil uji kemampupakaian didapatkan hasil, bahwa rata-rata waktu penyelesaian tugas adalah sekitar 14 menit, padahal waktu maksimal yang ditentukan adalah sekitar 8 menit, sehingga dari sisi waktu penyelesaian tugas (sebagai ukuran efisiensi), produk telepon genggam Nokia 6585 mempunyai tingkat mampu pakai sebesar 39%, hal ini berarti masih jauh dari nilai minimal yang disarankan oleh Rubin (1994).

Jika kemampupakaian produk telepon genggam Nokia 6585 dilihat dari sisi efektifitas, yaitu jumlah tugas yang dapat diselesaikan dengan baik, maka nilai kemampupakaiannya adalah 65%. Nilai ini telah memenuhi nilai minimal kemampupakaian yang disarankan oleh Rubin (1994). Namun jika merujuk pada Kwahk dan Han (2002), untuk produk elektronik (termasuk didalamnya produk telepon genggam) sebaiknya mempunyai tingkat kemampupakaian sebsar 95%, karena rata-rata produk consumer (elektronik) membutuhkan interaksi yang intens dengan penggunanya, sehingga dibutuhkan tingkat kemampupakaian yang tinggi.

Berdasarkan analisis desain universal pada bab IV, didapatkan nilai rata-rata 3 untuk kriteria desain universal, yang berarti pengguna belum setuju bahwa produk telepon genggam Nokia 6585 dapat digunakan oleh mereka yang mempunyai keterbatasan. Nilai minimal yang seharusnya didapatkan oleh sebuah produk yang memenuhi criteria universal desain adalah 4.

Masalah-masalah yang muncul dalam uji kemampupakaian sebagain besar disebabkan oleh desain antar muka (interface) telepon genggam Nokia 6585 yang belum mengakomodir keterbatasan para lansia.

• Masalah 1 : responden bingung dengan tombol untuk mengaktifkan dan memutuskan panggilan. Hal ini terlihat dari kegiatan saat melakukan tugas 1, banyak responden yang menekan tombol yang lain. Berdasarkan pengamatan dan keluhan subyek yang diuji, masalah ini disebabkan karena responden tidak mengerti simbol yang digunakan dalam telepon genggam Nokia 6585. Saat harus memutuskan panggilan, maka pengguna harus menekan tombol warna

(5)

merah, 5 orang responden menekan sembarang tombol, 2 orang menekan tombol penunjuk menu, 2 orang menekan tombol navigas, dan 6 orang yang lain berhasil menekan tombol yang benar.

• Masalah 2 : kesulitan dan kesalahan dalam pengetikan nomor dan pesan, hal ini diidentifikasi dari lamanya responden dalam menekan nomor atau teks yang seharusnya. Responden harus mendekatkan telepon genggam ke mata. Hal ini terjadi karena tulisan pada tombol kurang jelas, keluhan ini disampaikan oleh seluruh responden. Tidak jelasnya tombol bisa saja terjadi karena ukuran maupun tingkat kekontrasan (Kline dan Scialfa, 1996).

• Masalah 3 : kesulitan dalam menemukan menu pesan teks dan kontak. Identifikasi masalah ini muncul dari perilaku dan keluhan sebagian besar responden (9 responden) saat pengujian yang berkali-kali menekan tombol navigasi tetapi tidak menemukan menu yang dicari. Tombol navigasi yang berbentuk kotak, tidak memperlihatkan dengan jelas pada sisi mana pengguna harus menggerakkannya. Alasan lain yang disebutkan oleh responden, adalah karena tidak jelasnya letak menu yang dicari.

• Masalah 4 : responden tidak dapat kembali ke menu awal. Hal ini terlihat dari dibiarkannya tampilan telepon genggam pada posisi terakhir pelaksanaan tugas atau diperlukan bantuan untuk melakukan tugas kembali ke menu awal. Hanya 2 orang reponden yang berhasil melakukan tugas ini Pada telepon genggam Nokia 6585, tidak terdapat tombol untuk membatalkan setiap task secara langsung, pengguna diharuskan menekan tombol kembali berulang kali setiap kali harus kembali ke tampilan awal.

• Masalah 5 : kesulitan dalam menekan tombol penguncian (menu > * ) dengan cepat. Hal ini terjadi karena pengguna harus secara cepat menekan tombol *, padahal pada saat dilakukan pengujian, responden banyak yang merasa kesulitan dalam menemukan tombol mengaktifkan menu karena tidak jelasnya petunjuk pada tombol, sehingga responden menekan tombol yang lain.

• Masalah 6 : kesulitan dalam menekan tombol on-off dengan kuat. Hal ini terjadi karena tombol on-off terlalu keras dan menjorok ke dalam (tingginya kurang dari 1 mm).

(6)

• Masalah 7 : kesulitan menulis pesan.

Setelah memasukan nomor tujuan, responden kesulitan untuk menulis pesan karena tidak mengetahui langkah selanjutnya yaitu menekan tombol arah bawah. Hal ini terjadi karena responden tidak mengerti dengan prosedur untuk menulis pesan di telepon genggam Nokia 6585. Selain itu, responden sering salah ketik yang dikarenakan pada saat melakukan penekanan tombol untuk memilih huruf yang diinginkan, respon pengguna lansia terlalu lambat, sehingga huruf yang dimaksud tidak dapat dituliskan (Steenbekkers dan Beijsterveldt, 1998)

• Masalah 8 : kesulitan memasukan nomor tujuan

Masalah yang terjadi pada saat memasukan nomor tujuan adalah salah memasukan nomor. Tiga orang responden memasukkan angka yang berbeda dengan yang mereka maksud, pada saat mereka merasa menekan tombol angka 6, yang tertekan tombol angka 5. Mereka merasa, bahwa kesalahan tersebut terjadi karena jarak antara tombol yang satu dengan yang lain terlalu berdekatan sehingga responden salah menekan tombol yang dimaksud.

• Masalah 9 : kesulitan memilih pesan teks dan menu kontak

Pada saat memilih menu pesan, responden dihadapkan dengan beberapa pilihan menu. Responden kesulitan untuk menemukan pilihan menulis pesan yaitu pesan teks. Kesulitan ini muncul karena responden mengaku bahwa mereka bingung dengan banyaknya menu yang terdapat dalam “pesan”.

V.1.2 Analisis Produk Awal Berdasarkan Uji Tactile dan Visual

Secara umum tombol pada telepon genggam Nokia 6585 mempunyai bentuk yang sama. Bentuk tombol adalah persegi panjang dengan dimensi tombol nomor dan huruf (panjang x lebar) = 10 x 4 mm dan tombol navigasi (panjang x lebar) = 5 x 4 mm. Tombol pada telepon genggam ini belum tepat bagi para lansia. Ukuran tombol masih terlalu kecil dan bentuk tombol sama semua sehingga akan menyulitkan para lansia dalam mengenali tombol secara tactual. Hal ini terlihat dari pengujian tactile, dimana banyak performansi pengenalan bentuk yang berbeda secara signifikan dengan kelompok usia muda.

(7)

Bentuk permukaan tombol pada telepon genggam ini adalah datar. Bentuk permukaan tombol yang datar ini masih memiliki kekurangan. Tombol dengan permukaan datar kurang memberikan feedback yang baik kepada user sehingga tidak mudah dikenali dengan tactile (Vanderheiden dan Katherine, 1992). Tombol dengan permukaan yang cembung atau cekung lebih mudah dikenali dengan tactile.

Teks pada tombol bertujuan untuk memberikan informasi mengenai fungsi tiap tombol kepada end-user. Ukuran tinggi teks (huruf, angka, dan simbol) pada telepon genggam ini adalah 1 dan 2 mm. Ukuran tinggi tersebut setara dengan ukuran teks 6 dan 8 pt yang digunakan pada pengujian visual dengan jarak baca normal antara 25 – 55 cm (Kooijman, 1994). Teks dengan ukuran ini belum memiliki readability yang baik bagi para lansia. Hal ini dapat menyebabkan mereka mengalami kesulitan dalam membaca teks, kesalahan dalam membaca teks, dan akhirnya mereka menjadi enggan untuk melihat teks. Jika hal demikian terjadi, informasi yang hendak disampaikan oleh teks tidak akan sampai kepada end-user.

Label pada tombol masih kurang informatif. Gambar V.1 (lingkaran merah) merupakan contoh pelabelan yang masih kurang baik pada telepon genggam Nokia 6585. Label diwakili dengan simbol-simbol sulit dimengerti para lansia. Tampilan display pada telepon genggam cukup sederhana (Gambar V.2). Namun pada tampilan display pemilihan menu, agak menyulitkan lansia, karena selain ukurannya yang kecil 2 mm (setara dengan 8 pt), juga memaksa pengguna untuk mengeksplorasi menu yang lain dalam telepon genggam untuk menemukan menu yang diinginkan.Teks pada display yang menampilkan Menu (pesan, dan lain-lain) dibuat berukuran lebih besar daripada teks untuk fungsi-fungsi lainnya. Hal ini baik bagi para lansia dalam membaca display karena lansia dengan kemampuan kognitif yang menurun memiliki kesulitan dalam membaca sebuah layar display yang kompleks.

(8)

Namun untuk ukuran teks pada layar sms masih terlalu kecil, yaitu sebsar 1,5 mm (setara dengan 7 pt) untuk ukuran maksimalnya. Hal yang sama juga terjadi pada ukuran angka, ukuran angka pada display masih sangat kecil (1 mm, setara dengan 6 pt), padahal angka ini (khususnya tanggal) sangat diperlukan bagi lansia.

Gambar V.2 Display Telepon Genggam Nokia 6585

V.2 Usulan Rancangan Ulang Telepon Genggam

Pada analisis terhadap produk awal telepon genggam, telah diidentifikasi beberapa kekurangan yang menyebabkan timbulnya kesulitan bagi para lansia saat menggunakan telepon genggam tersebut. Kekurangan pada produk awal telepon genggam tersebut terjadi karena terdapat perancangan kriteria yang tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan yang dimiliki oleh para lansia. Perancangan ulang telepon genggam ditujukan untuk merancang suatu telepon genggam yang “ramah” bagi lansia. Untuk itu, perancangan ulang kriteria telepon genggam harus disesuaikan dengan kemampuan dan keterbatasan yang dimiliki oleh para lansia. Perancangan ulang ini dilakukan dengan menggabungkan alternatif solusi terhadap kekurangan yang dijumpai pada produk awal dengan kelebihan yang sudah dimiliki oleh produk awal. Alternatif solusi diperoleh dari berbagai tinjauan pustaka dan hasil pengujian terhadap kemampuan tactile dan visual.

Perancangan dimulai dengan merancang ulang kriteria-kriteria (fitur) perancangan telepon genggam yang relevan dengan karakteristik para lansia yang telah ditetapkan sebelumnya pada bab III dan IV. Perancangan kriteria dimulai dari kriteria primer dan dilanjutkan dengan kriteria sekunder. Kriteria-kriteria primer perancangan telepon genggam adalah tombol, teks, dan bentuk tombol, sedangkan

(9)

kriteria sekundernya adalah warna. Setelah menetapkan rancangan ulang untuk tiap kriteria, perancangan dilanjutkan dengan merancang cover, layout tombol, dan dimensi fisik telepon genggam.

V.2.1 Perancangan Tombol

Hal yang dimaksud dengan perancangan tombol adalah perancangan tombol-tombol dengan fungsi apa saja yang ada pada telepon genggam. Masalah-masalah yang dijumpai pada telepon genggam awal yang terkait dengan perancangan tombol dan usulan solusi masalah yang diterapkan pada rancangan ulang telepon genggam adalah:

Para lansia kesulitan mencari dan mengenali tombol pada telepon genggam karena simbol yang digunakan kurang dapat dimengerti.

Solusi:

• Memperjelas simbol yang digunakan dan menyederhanakan fungsi-fungsi yang ada pada tombol telepon genggam (Vanderheiden dan Kahterine, 1992)

Simbol yang digunakan dalam tombol dibuat lebih jelas membedakan fungsinya. Penyederhanaan fungsi pada tombol telepon genggam dilakukan dengan sedapat mungkin membuat tombol hanya mempunyai satu fungsi. Namun karena produk telepon genggam membutuhkan rangkaian elektronik didalamnya, sehingga desain tombol dengan satu fungsi tersebut juga perlu disesuaikan dengan kemampuan elektroniknya. Perancangan tombol juga disesuaikan dengan fungsi primer dan sekunder dari tombol telepon genggam, berdasarkan hasil wawancara yang telah dijabarkan dalam bab IV. Gambar rancangan dapat dilihat pada gambar V.3.

(10)

Tabel V.3 Fungsi Primer dan Sekunder pada Telepon genggam FUNGSI

1 Menjawab / menyambung pembicaraan 2 Memutuskan sambungan pembicaraan 3 Menelpon (numerik)

4 Mengetik pesan (huruf dan numerik) 5 Navigasi

6 Mengatur volume* PRIMER

7 Penerangan* 8 Mengunci tombol

9 Menjalankan fitur dan melakukan setting SEKUNDER

10 Mematikan dan menyalakan telepon

(11)
(12)

V.2.2 Perancangan Teks

Hal yang dimaksud dengan teks di sini meliputi huruf, angka, dan simbol. Perancangan teks ini meliputi pemilihan penempatan teks serta perancangan bentuk dan ukuran dari teks itu. Teks pada telepon genggam berguna untuk pelabelan tombol, yaitu memberikan informasi kepada pengguna mengenai fungsi dari tiap tombol. Oleh karena itu, pelabelan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga informasi yang diberikan akurat dan cepat.

Masalah-masalah yang dijumpai pada rancangan telepon genggam awal yang berkaitan dengan perancangan teks dan solusi masalah yang diterapkan pada rancangan telepon genggam usulan adalah sebagai berikut:

1) Para lansia kesulitan membaca teks karena teks terlalu kecil. Solusi:

• Memperbesar ukuran teks (Ideas Browser, 2006)

Dari pengujian visual yang telah dilakukan, diketahui bahwa tinggi minimal karakter agar mudah dibaca bagi lansia adalah 2,5 - 3 mm.

2) Para lansia tidak mengerti fungsi tombol karena arti tulisan/simbol pada tombol tidak jelas.

Solusi:

• Memberi keterangan fungsi tombol dengan teks dan simbol yang dimengerti secara universal.

Agar mudah dimengerti, teks pada label harus seringkas mungkin tanpa merusak maksud dan informasi yang diinginkan dan tidak berlebihan. Jika memungkinkan, kata-kata yang dipilih adalah kata-kata yang cukup dikenal oleh end-user (Kroemer, et.al., 2001).

Simbol dapat menyampaikan informasi kepada pengguna secara efektif. Karena tidak ada pesan tertulis dalam simbol, waktu yang dibutuhkan untuk memahaminya menjadi minimum. Keuntungan lainnya adalah simbol tidak perlu diterjemahkan bagi pengguna dari negara-negara yang berbeda. Sebuah

(13)

simbol yang digunakan harus sesuai dengan apa yang diwakilinya (Pulat, 1992).

Untuk tipe font, digunakan tipe font United States Military Specification No. MIL-M-18012B atau yang dikenal dengan NAMEL (Navy Aeronautical Medical Equipment Laboratory). Tipe font ini sudah diuji secara luas dan hasilnya menunjukkan bahwa tipe font ini memiliki legibility dan readability pada berbagai kondisi dengan baik (McCormick,1970). Huruf NAMEL memiliki rasio lebar-tinggi sebesar 1:1 (kecuali I, J, L, dan W). Rasio ini dapat dikurangi hingga 2:3 tanpa adanya pengurangan legibility yang berarti. Angka NAMEL memiliki rasio lebar-tinggi sebesar 3:5 (kecuali 1 dan 4). Rasio tebal strokewidth-tinggi untuk angka maupun huruf NAMEL adalah 1:6. Tipe huruf dan angka NAMEL dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar V.4 Huruf dan Angka United States Military Specification No. MIL-M-18012B atau dikenal sebagai NAMEL (Navy Aeronautical Medical Equipment Laboratory)

(Sumber: McCormick,1970)

Dengan tinggi karakter untuk label yang telah ditentukan dan rasio huruf NAMEL tersebut, ukuran karakter huruf NAMEL yang digunakan pada rancangan ulang telepon genggam dapat dilihat pada tabel V.4.

Tabel V.4 Ukuran Karakter pada Rancangan Ulang Telepon genggam Tinggi

Karakter Lebar Huruf Lebar Angka

Tebal Huruf & Angka (Strokewidth)

2,5 mm 1,7-2,5 mm 1,5 mm 0,4 m

3 mm 2-3 mm 1,8 mm 0,5 mm

(14)

Untuk spasi antar karakter, menurut Huchingson (1981, hal. 128) sebaiknya adalah sebesar satu strokewidth. Untuk spasi antar kata sebaiknya adalah sebesar satu lebar karakter.

Penggunaan huruf kapital untuk label lebih tepat daripada penggunaan huruf kecil atau gabungan keduanya (Huchingson, 1981). Hal ini disebabkan karakter dalam huruf kecil lebih sulit untuk dibedakan ketika berdiri sendiri apalagi jika pembaca harus membaca tulisan dengan cepat.

Material yang digunakan untuk tombol sebaiknya adalah bahan yang tidak memantulkan cahaya (anti-glare) (Ideas Browser, 2006)]. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya pantulan saat pembacaan teks. Kemampuan manusia untuk mentoleransi pantulan menurun secara cepat seiring dengan pertambahan usia (Vanderheiden dan Katherine, 1992). Untuk tombol pada telepon genggam rancangan ini, material yang dipilih adalah karet karena material ini tidak memantulkan cahaya dan juga menghilangkan kemungkinan jari tergelincir saat menekan tombol.

V.2.3 Perancangan Bentuk Tombol

Perancangan bentuk tombol meliputi perancangan lekukan sisi sekeliling tombol, lekukan pada permukaan tekan tombol, dan ukuran tombol.

Masalah-masalah yang dijumpai pada rancangan telepon genggam awal yang berkaitan dengan perancangan bentuk tombol dan solusi masalah yang diterapkan pada rancangan telepon genggam usulan adalah sebagai berikut:

1) Para lansia kesulitan mencari dan mengenali tombol dengan tactile karena bentuk tombol hampir sama semua.

Solusi:

(15)

Dari hasil uji tactile diketahui bahwa penggunaan bentuk yang berbeda-beda membantu para lansia dalam mengenali tombol dengan tactile. Menurut Huchingson (1981), ada 15 bentuk geometris yang sangat mudah dibedakan, termasuk di antaranya adalah segitiga, lingkaran, bintang, persegi, dan segi lima. Untuk membedakan bentuk tombol, pada rancangan ulang telepon genggam ini bentuk tombol yang digunakan adalah lingkaran, persegi, dan segitiga. Bentuk-bentuk ini dipilih karena selain mudah dibedakan satu sama lain, juga sudah umum digunakan pada telepon genggam. Tombol-tombol dengan fungsi yang serupa diberi bentuk yang sama. Macam bentuk tombol yang dipilih hanya tiga karena jika terlalu banyak justru akan membingungkan penggunanya. Untuk rancangan ulang telepon genggam ini, ukuran tombol untuk fungsi primer tidak divariasikan karena pembedaan bentuk tombol dianggap sudah cukup melalui variasi bentuk dan warna tombol. Berikut ini adalah penentuan bentuk tombol pada rancangan ulang telepon genggam.

Tabel V.5 Penentuan Bentuk Tombol pada Rancangan Ulang Telepon genggam Bentuk

Tombol Fungsi Tombol

LINGKARAN on/off, pembatalan, phone book SEGITIGA pengaturan volume, navigasi PERSEGI fungsi angka, huruf, dan pemilihan menu

2) Para lansia kesulitan mencari dan mengenali tombol dengan tactile karena ukuran tombol terlalu kecil.

Solusi:

• Memperbesar ukuran tombol (Mortimer, et.al., 2004; Gill dan Tony, 2004) Dari hasil uji tactile diketahui bahwa ukuran tombol minimal pada telepon genggam agar mudah dikenali dengan tactile oleh para lansia adalah 10 mm (panjang, lebar, diameter) untuk bentuk persegi, lingkaran, maupun segitiga. Pada aplikasinya, ukuran tombol dapat dibuat menjadi 10 x 16 mm. Untuk rancangan ulang telepon genggam, ukuran tombol minimal ini digunakan untuk tombol-tombol numerik. Tombol phonebook dan cancel diberi ukuran 6 mm (tinggi, lebar, diameter) dengan anggapan tombol-tombol ini tidak

(16)

digunakan oleh para lansia. Jarak tiap tombol diberikan sebesar 2 mm. Jarak ini mempertimbangkan dimensi produk awal.

Bentuk-bentuk permukaan tombol pada telepon genggam yang ada sekarang adalah datar atau cembung. Tombol dengan permukaan datar kurang memberikan feedback yang baik kepada user sehingga tidak mudah dikenali dengan tactile. Tombol dengan permukaan cembung lebih mudah dikenali dengan tactile daripada tombol dengan permukaan datar (Vanderheiden dan Katherine, 1992). Oleh karena itu, pada rancangan usulan telepon genggam, bentuk tombol dibuat cembung.

Gambar V.5 Tombol dengan Bentuk Permukaan Datar

Gambar V.6 Tombol dengan Bentuk Permukaan Cembung (Sumber: Vanderheiden dan Katherine, 1992)

Untuk mempermudah pengidentifikasian tombol dengan tactile, pada tombol diberikan tactile identifier yaitu dengan cara memberi raised dot pada tombol angka 5 atau dengan membuat tulisan dan symbol pada angka dengan huruf yang timbul. Hal ini akan membantu para lansia yang telah mengalami penurunan visual dalam mencari tombol.

(17)

Gambar V.7 Bentuk, layout, dan teks tombol

V.2.4 Perancangan Warna

Masalah yang dijumpai pada telepon genggam awal yang berkaitan dengan perancangan teks dan solusi masalah yang diterapkan pada rancangan telepon genggam usulan adalah sebagai berikut:

1) Para lansia kesulitan membaca teks/simbol karena warna tulisan/simbol kurang kontras.

Solusi:

• Memberikan kekontrasan yang baik antara warna tulisan dengan background-nya (McCormick, 1970 dan Mortimer, et.al.,2004).

Agar tulisan dapat dilihat dengan jelas, minimal tulisan harus dua kali lebih terang atau lebih gelap dibandingkan dasarnya, dengan kata lain harus cukup kontras. Agar kontras, warna tulisan sebaiknya adalah putih pada dasar hitam atau warna tulisan hitam pada dasar putih (McCormick, 1970). Pada rancangan telepon genggam ini, teks akan diberi warna putih dan tombol akan

(18)

diberi warna hitam. Body telepon genggam diberi warna yang sama dengan tombol, yaitu hitam. Hal ini dimaksudkan agar teks pada tombol memiliki derajat kontras yang tinggi dibandingkan tombol dengan body telepon genggam (Mortimer, et.al., 2004). Untuk membantu pengenalan tombol, beberapa tombol yang memiliki fungsi tertentu diberi warna berbeda (McCormick, 1970). Tabel V.6 menjabarkan beberapa perjanjian pengkodean warna.

Tabel V.6 Konvensi Pengkodean Warna untuk Lampu dan Permukaan (Huchingson, 1981)

Light color Meaning

Red Malfunction, action stopped, failure, stop action, error Flashing red Emergency condition (immediate action to avert disaster) Yellow Caution, delay, check/recheck, condition marginal

Green Go-ahead, in-tolerance, acceptable, ready, power-on White Status indication (no right or wrong), action in progress Blue Advisory or alternative status (generally avoid using)

Berdasarkan perjanjian pengkodean warna pada tabel V.6 di atas dan pemberian warna tombol yang umum digunakan pada produk awal telepon genggam, penentuan warna tombol pada rancangan ulang telepon genggam dapat dilihat pada tabel V.7.

Tabel V.7 Penentuan Warna Tombol pada Rancangan Ulang Telepon genggam Warna Tombol/simbol Fungsi Tombol

MERAH on/off , membatalkan

HIJAU Mematikan panggilan

PUTIH Navigasi dan phonebook

HITAM fungsi-fungsi lainnya

V.2.5 Perancangan Layout Tombol

Masalah yang dijumpai pada telepon genggam awal yang berkaitan dengan perancangan layout tombol yang diterapkan pada rancangan telepon genggam usulan adalah sebagai berikut:

(19)

1) Para lansia kadang salah menekan tombol karena penempatan tombol-tombol terlalu berdekatan (hampir tidak berjarak)

Solusi:

• Memberikan jarak antar tombol yang cukup (Mortimer, et.al., 2004)

Jarak antar tombol yang cukup dapat memudahkan pengidentifikasian tombol secara tactile (Vanderheiden, 1992) dan menghindari kesalahan penekanan secara tak sengaja (Ideas Browser, 2006).

Rancangan layout untuk tombol numerik pada telepon genggam dibuat mengikuti susunan tombol numerik yang seharusnya ada pada telepon (Gambar II-4), karena susunan tombol tersebut dapat membantu end-user untuk memasukkan data lebih cepat 0,05 detik serta lebih akurat (Kroemer, 2001). Tombol on/off diletakkan di kanan atas mengikuti rancangan telepon genggam pada umumnya.

Untuk membantu para lansia dalam memahami cara pengoperasian tombol, layout tombol dibuat mengikuti fungsi tombol tersebut (Vanderheiden dan Katherine, 1992). Stereotipe arah gerakan dapat dilihat pada tabel V.8

Tabel V.8 Stereotipe Arah Gerakan (Vanderheiden dan Katherine, 1992)

Function Direction of movement On Up, Right, Forward, Clockwise, Pull

Off Down, Left, Rearward, CounterClockwise, Push Right Right, Clockwise

Left Left, CounterClockwise Raise Up, Back

Lower Down, Forward

Increase Clockwise, Right, Up, Forward

Decrease CounterClockwise, Left, Down, Backward Extend Down, Forward, Push

Retract Up, Rearward, Pull Hot Left

Cold Right

Pada telepon genggam awal tidak terdapat tombol khusus untuk pengaturan volume, padahal pada saat dilakukan uji kemampupakaian, para lansia banyak mengalami kesulitan saat harus mendengarkan pembicaraan, oleh karenanya

(20)

diperlukan tombol khusus yang bisa langsung ditekan saat dibutuhkan, tanpa harus masuk ke menu setting. Tombol untuk memperbesar volume ada di posisi/memiliki arah ke atas (up) sedangkan tombol untuk memperkecil volume ada di posisi/memiliki arah ke bawah (down).

Tombol navigasi pada telepon genggam juga mengikuti aturan pada tabel V.8. karena pada telepon genggam awal telah sesuai maka tidak dilakukan perubahan arah. Perubahan tombol navigasi hanya pada bentuk dan besarnya tombol, serta warna tombol.

V.2.6 Perancangan Layar Display

Perancangan layar display meliputi perancangan ukuran display, tampilan, teks, dan warna pada display telepon genggam. Masalah yang dijumpai pada rancangan telepon genggam awal yang berkaitan dengan perancangan teks dan solusi masalah yang diterapkan pada rancangan telepon genggam usulan sebagai berikut: 1) Beberapa teks pada layar display terlalu kecil sehingga tidak terbaca.

Solusi:

• Memperbesar ukuran teks (Ideas Browser, 2006)

Ukuran teks pada rancangan ulang telepon genggam dapat dilihat pada tabel V.9.

Tabel V.9 Penentuan Tinggi Karakter pada Layar Display Rancangan Ulang Teks pada Layar Display Tinggi Karakter

huruf 5 mm

angka (tanggal) 3 mm

angka (jam) 5 mm

Untuk layout tampilan layar display, digunakan layout tampilan pada produk awal. Layout produk awal ini dipilih karena lebih sederhana daripada layout produk telepon genggam lainnya. Perbedaan tampilan dilakukan pada perubahan tampilan menu (ke-) menjadi pesan, sehingga pada saat end-user akan menuliskan pesan tidak perlu melakukan pencarioan menu pesan seperti pada telepon genggam awal.

(21)

Ukuran layar display dibuat dengan menyesuaikan ukuran dimensi produk setelah dirancang tombol-tombolnya. Ukuran layar display ini lebih besar dibandingkan ukuran semula sehingga diharapkan dapat memudahkan pembacaan display bagi penggunanya. Jika layar display terlalu kecil, jarak antar teks akan berdekatan sehingga readability dari teks berkurang. Berikut, pada tabel V.10 ditampilkan ukuran layar display yang baru.

Tabel V.10 Penentuan Ukuran Layar Display Rancangan Ulang Telepon genggam Dimensi Layar Display Ukuran

panjang 60 mm

lebar 40 mm

Untuk memaksimumkan readability dari teks, warna antara teks dengan latarnya harus memiliki kekontrasan yang tinggi, Display harus memiliki kontras minimum 3:1 (Mercinelli, 2001). Seiring pertambahan usia, terjadi proses penguningan kornea pada mata manusia, sehingga para lansia mengalami kesulitan dalam membedakan warna biru, hijau, dan ungu (Vanderheiden dan Katherine, 1992). Karena itu, sebaiknya dihindari penggunaan kombinasi ketiga warna tersebut pada layar display. Warna display yang dipilih untuk rancangan ulang telepon genggam adalah monochrome, yaitu seperti warna display yang ada pada produk awal.

Gambar V.8 Rancangan teks display telepon genggam Usulan

V.2.7 Perancangan Fisik Telepon Genggam

(22)

cm di bawah ukuran thumb crotch length (TCL) seseorang. Ukuran optimal ini menghasilkan kekuatan penggenggaman maksimal (Maximal Voluntary Grip Force/MVGF) (Eksioglu, 2006). Pada rancangan ulang telepon genggam ini, digunakan desain untuk ukuran rata-rata dari ukuran TCL para lansia. Desain ini menggunakan data persentil 50. Desain untuk ukuran rata-rata ini dipilih karena lebar telepon genggam yang terlalu kecil maupun terlalu besar tidak nyaman untuk digenggam dan tidak menghasilkan kekuatan penggenggaman maksimum. Diketahui TCL persentil 50 adalah 8,80 cm (tabel IV.11), maka dimensi lebar telepon genggam yang optimum bagi para lansia adalah 8,80 – 2 = 6,80 cm = 68 mm.

Untuk menentukan ketebalan telepon genggam yang optimum, digunakan jarak antara ruas kedua dan ketiga jari tengah. Ketebalan telepon genggam mengikuti desain untuk ukuran rata-rata dari ukuran jarak antara ruas kedua dan ketiga jari tengah para lansia. Desain ini menggunakan data persentil 50. Desain untuk ukuran rata-rata ini dipilih karena telepon genggam yang terlalu tebal maupun terlalu tipis tidak nyaman untuk digenggam dan dapat mudah terlepas saat digenggam. Diketahui jarak antara ruas kedua dan ketiga jari tengah persentil 50 adalah 2,51 cm, maka dimensi ketebalan telepon genggam yang optimum bagi para lansia adalah 2,50 cm (tabel IV.12). Ketebalan ini dianggap sudah cukup untuk penempatan baterai karena ketebalan ini sudah lebih besar daripada produk awal telepon genggam. Panjang telepon genggam ditentukan dari panjang produk telepon genggam terbesar di pasar, yaitu produk Nokia 9300i sebesar 13,2 cm.

Disamping bentuk fisik telepon genggan yanag dirancang ulang, pada rancangan yang baru juga ditambahkan fitur-fitur yang dibutuhkan oleh lansia, yaitu telepon genggam juga dapat digunakan sebagai alat penerangan (senter) dan ditambahkan tombol pengatur volume, sehingga pengguna dapat langsung mengatur volume saat melakukan pembicaraan tanpa harus melakukan seting terlebih dahulu.

(23)

Gambar 2D hasil rancangan ulang telepon genggam ini dapat dilihat pada Lampiran G, sedangkan gambar 3D tampak depan, samping, dan atas dapat dilihat pada gambar V.9 sampai V.11

Gambar V.9 Rancangan ulang telepon genggam tampak depan

(24)

Gambar V.11 Rancangan ulang telepon genggam tampak samping kanan

Secara singkat, perbandingan interface awal dan usulan dapat dilihat pada table V.11.

Tabel V.11 Perbandingan interface awal dan usulan

KRITERIA AWAL USULAN DIMENSI

AWAL (mm) USULAN (mm) panjang 104 132 lebar 33 68 FISIK persegi panjang dengan sedikit kontur di bagian atas persegi panjang dengan sedikit kontur di bagian atas, dengan tambahan fitur penerangan dan pengatur volume tebal 15 33 panjang 10 16 lebar 4 10 TOMBOL ANGKA & HURUF persegi panjang Persegi panjang, cembung,

warna kontras. tinggi 1 1

panjang 5 5

persegi segitiga lebar 4 -

TOMBOL NAVIGASI

(25)

Tabel V.11 Perbandingan interface awal dan usulan (lanjutan)

KRITERIA AWAL USULAN DIMENSI

AWAL (mm) USULAN (mm) huruf tinggi 1 3 angka tinggi 2 5 TEKS simbol tinggi 1 5 panjang 28 42 LAYAR

DISPLAY persegi panjang persegi panjang lebar 27 40

huruf display awal tinggi 2 2.5, 3, dan 6 huruf pilihan menu tinggi 3 6 TEKS DISPLAY

angka (jam) tinggi 5 6

V.2. Analisis Rancangan Ulang Telepon genggam

Analisis terhadap rancangan ulang telepon genggam dilakukan dengan melibatkan langsung end-user yang menjadi tujuan perancangan, yaitu para lansia. Lansia yang dilibatkan adalah empat orang lansia yang sama pada saat uji kemampupakaian produk awal, sehingga mereka dapat membandingkan rancangan ulang dengan produk awal telepon genggam (gambar V.12).

Gambar V.12 Uji Rancangan Ulang Telepon Genggam

Agar para lansia dapat menilai langsung hasil rancangan ulang dengan persepsi tiga dimensi yang baik, usulan rancangan ulang telepon genggam dibuat prototipenya. Prototipe yang dibuat bersifat fisik dan terfokus. Prototipe ini mewakili model fisik rancangan usulan namun tidak dapat dioperasikan.

(26)

Analisis terhadap masing-masing rancangan ulang telepon genggam dilakukan dengan dua cara yaitu:

1) Analisis berdasarkan hasil wawancara dengan end-user.

Wawancara dilakukan untuk mendapatkan pendapat dari para lansia mengenai rancangan telepon genggam. Pendapat tersebut berupa keluhan dan juga saran perbaikan. Selain itu mereka juga diminta untuk memilih telepon genggam mana yang lebih baik bagi mereka.

2) Analisis berdasarkan hasil pengujian terhadap

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui rancangan telepon genggam manakah yang lebih mudah dipahami cara pengoperasiannya oleh para lansia. Prototipe produk awal dan prototipe rancangan usulan diberikan kepada para lansia dan mereka diminta untuk mengamati prototipe tersebut. Kemudian mereka diminta untuk menunjukkan bagaimana cara mengoperasikan dua fungsi yang termasuk fungsi primer atau fungsi sekunder pada kedua prototipe tersebut. Ketepatan jawaban untuk rancangan ulang maupun produk awal dicatat dan kemudian dibandingkan.

Hasil wawancara dan pengujian dengan para lansia mengenai kedua rancangan telepon genggam di atas dapat dilihat pada Lampiran H. Dari hasil wawancara tersebut dapat dilihat bahwa jika dibandingkan dengan produk awal, rancangan ulang memiliki karakteristik user interface yang lebih sesuai dengan karakteristik para lansia namun dari segi fisik masih kurang menarik. Kurang menariknya segi fisik rancangan ulang disebabkan ukuran telepon genggam yang besar (bulky).

Hasil pengujian terhadap pemahaman penggunaan telepon genggam menunjukkan bahwa rancangan ulang lebih mudah dipahami oleh para lansia. Jumlah kesalahan yang terjadi saat para lansia diminta untuk menunjukkan cara pengoperasian fungsi pada rancangan ulang lebih sedikit daripada jumlah kesalahan yang terjadi saat mereka menunjukkan cara pengoperasian fungsi pada produk awal.

(27)

Usulan rancangan interface telepon genggam yang dilakukan pada penelitian ini masih terbatas pada ukuran dan bentuk tombol, tulisan, angka, huruf, display, dan beberapa fitur tambahan, maka usulan rancangan masih dapat dikembangkan lebih jauh lagi. Selain memperhatikan faktor keterbatasan tactile dan visual acuity, faktor stimuli juga dapat dijadikan pertimbangan dalam rancangan interface produk telepon genggam.

Pengembangan penelitian juga dapat dilakukan dengan memperhatikan karakteristik (perilaku) penggunaan telepon genggam oleh lansia dan kebutuhan terhadap telepon genggam seperti yang telah dijabarkan dalam bab IV. Beberapa rekomendasi di bawah ini dapat digunakan untuk melengkapi usulan rancangan. 1) Talking Caller Identity

Metode ini dapat diaplikasikan pada usulan rancangan dengan menggunakan teknologi Text To Speech (TTS). Saat ini teknologi TTS di Indonesia telah mulai diaplikasikan pada mesin-mesin ATM, sehingga dengan mekanisme yang sama bisa diaplikasi pada produk telepon genggam, namun diperlukan penyesuaian ukuran chip atau komponen elektroniknya.

Dengan TTS, telepon genggam akan menyuarakan nama penelpon (yang sudah terdaftar dalam phonebook). Teknologi ini sangat bagus untuk pengguna dengan keterbatasan visual dan sekaligus berguna untuk orang yang normal, karena dengan talking caller ID, maka pengguna dapat mendengar dan melakukan pembicaraan dimanapun (dalam space tertentu) sehingga tidak perlu memegang telepon untuk menjawab panggilan.

2) Talking Phonebook

Dengan menggunakan teknologi yang sama (TTS), maka telepon genggam juga dapat digunakan untuk memberitahu nama atau nomor telepon yang tersimpan dalam phonebook ketika pengguna menggerakkan tombol navigasi pada phonebook. Teknologi ini juga berguna untuk mereka yang mengalami keterbatasan visual.

Untuk lansia yang hanya melakukan kontak dengan kurang dari sepuluh orang, maka nama dan nomor tujuan dapat disetting pada setiap tombol angka

(28)

dari 1 sampai dengan 9, namun dalam pemanggilan selanjutnya, lansia perlu mengingat letak nomor kontak tersebut ada di tombol nomor berapa.

3) Talking Keypad

Teknologi TTS juga memungkinkan telepon genggam dilengkapi dengan fitur yang menyediakan metode konfirmasi lewat audio untuk setiap penekanan tombol keypad. Pada saat tombol tertentu ditekan oleh pengguna, maka telepon genggam dapat mengatakan nomor tersebut. Walaupun metode ini dapat ditujukan untuk pengguna dengan keterbatasan visual, namun apabila rancangan keypad tidak mendukung, maka pengguna dengan kemampuan tactile yang terbatas juga akan kesulitan untuk mendeteksi tombol yang benar, oleh karenanya perlu ditambahkan titik tertentu di suatu tombol, misalnya yang biasa dilakukan adalah dengan memberikan tanda titik yang menonjol pada angka “5”.

4) Amplified Volume Handset

Tombol volume yang ditambahkan pada usulan rancangan (Gambar V.11), memungkinkan pengguna untuk melakukan pengaturan volume pada saat pembicaraan dilakukan. Biasanya dengan menggunakan teknologi ini, volume dapat diatur sampai dengan batas 117 dB, namun bila batas volume ini dibiarkan terus-menerus, maka akan mengganggu pendengaran pengguna telepon genggam.

Saat ini produk Nokia 6585 telah dilengkapi dengan menu loudspeaker yang memungkinkan pengguna untuk melakukan pembicaraan tanpa harus memegang telepon genggam.

5) Slow Talk Message Playback

Teknologi ini dapat digunakan pada perekaman pesan pada telepon genggam. Dengan teknologi ini, telepon dapat memutar ulang pesan yang telah diterima dengan kecepatan yang lebih lambat.

6) Touch Screen

Teknologi ini memungkinkan pengguna dengan kemampuan tactile yang terbatas dapat mengeksplorasi fungsi keypad dengan baik, karena sentuhan dapat dilakukan tanpa jari tangan. Namun apabila teknologi ini diterapkan pada rancangan usulan, maka perlu dilakukan penyesuaian yang cukup banyak

(29)

pada komponen elektroniknya, atau bahkan dapat berubah jauh berbeda dari produk awal, yang berarti juga merubah platform produknya.

7) Light-up Antenna dengan Alert

Antena pemancar dapat ditambahkan pada usulan rancangan telepon genggam. Antena ini dapat digunakan untuk mengindikasikan adanya panggilan atau pesan yang masuk dan juga dapat berfungsi sebagai reminder. Pada ujung antena diberikan lampu yang digunakan sebagai sinyal bagi pengguna. Dengan menggunakan antena ini, maka akan memudahkan pengguna yang mempunyai keterbatasan visual.

Gambar

Tabel V.1 Indeks ICSA 2006 produk telepon genggam  Peringkat
Tabel V.2 Spesifikasi Telepon Genggam Nokia 6585
Gambar V.2 Display Telepon Genggam Nokia 6585
Tabel V.3 Fungsi Primer dan Sekunder pada Telepon genggam   FUNGSI
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan kinerja optimum mobil listrik yang diperoleh dari pengoperasian yang sesuai standar berkendara. Hasil penelitian ini juga

(2) Rencana Induk Menara Telekomunikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berfungsi untuk mengarahkan, menjaga, dan menjamin agar pembangunan dan pengoperasian

[r]

Dengan menggunakan gigi roda jentera yang baru, periksalah kerentangan rantai, apabila dapat ditarik lebih dari 12,7 mm (setengah gerak rantai), maka gantilah

TAJUK : Masalah ponteng kelas dalam kalangan murid pendidikan khas.. Mengurangkan kadar masalah ponteng kelas dalam

Mengetahui tingkat IQ anak sejak dini merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi orang tua untuk bisa mengarahkan pendidikan yang tepat dan sesuai dengan bakat dan

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG Gedung PKM Teknik Ruang Teknik Mesin Fakultas Teknik UNNES.. Sekaran, Gunung

Sehingga pola tiga ada pada melodi instrumen, kemudian pola empat ada pada pantun, menyatu terjadi keharmonian dengan makna menghasilkan pesan dan moral yang berisi nilai yang