• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 58 tahun 1958 Kota Jambi dibagi dalam enam kecamatan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 58 tahun 1958 Kota Jambi dibagi dalam enam kecamatan."

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kota Jambi merupakan Ibukota dari Provinsi Jambi. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 58 tahun 1958 Kota Jambi dibagi dalam enam kecamatan. Kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 1986 dibentuk lagi dua kecamatan baru yaitu Jelutung dan Kota Baru.1 Dari keseluruhan kecamatan ini, dua diantaranya terletak terpisah di Seberang Kota Jambi dan dibatasi oleh sungai Batanghari. Dua kecamatan yang terletak di seberang sungai Batanghari tersebut adalah Kecamatan Pelayangan dan Kecamatan Danau Teluk.

Kecamatan Palayangan terletak di Seberang Kota Jambi. Letaknya berdekatan dengan Kecamatan Danau Teluk. Seluruh kampung di daerah seberang (khususnya Kecamatan Pelayangan) merupakan daerah rawa sehingga bentuk rumah penduduknya berupa rumah panggung dari bahan kayu. Di daerah ini juga ditemukan rumah rakit yang digunakan pendatang dari Palembang sebagai tempat tinggal sebelum kemudian membangun rumah di atas daratan/tanah. Semakin berkembangnya Kecamatan Pelayangan, rumah-rumah penduduk yang berbahan kayu ada yang sudah direnovasi dengan menggunakan bahan baku permanen, seperti batu merah, batako, dll. Masyarakat Kota Jambi menyebut penduduk yang tinggal di daerah seberang (Kecamatan Pelayangan) ini adalah penduduk asli Jambi atau biasa disebut Melayu Jambi.

1 BPS Provinsi Jambi. Reflek si 50 Tahun Pembangunan Provinsi Jambi, Jambi: BPS

(2)

2

Masyarakat di Kecamatan Pelayangan ini terbagi menjadi dua bagian yaitu masyarakat darat dan masyarakat laut atau sungai. Masyarakat darat merupakan masyarakat yang tinggal di utara Kecamatan Pelayangan. Masyarakat yang tinggal di utara Kecamatan Pelayangan banyak bermata pencarian dengan bertani dan berkebun. Sedangkan masyarakat yang tinggal di pinggiran Sungai Batanghari seperti Kelurahan Arab Melayu, Kelurahan Mudung Laut, Kelurahan Jelmu, Dan Kelurahan Tengah umumnya memanfaatkan sungai sebagai sumber kehidupan. Salah satunya dimanfaatkan menjadi mata pencaharian masyarakat, seperti penyediaan jasa transportasi sungai yang disebut penarik ketek.2

Dalam perkembangan Kecamatan Pelayangan diketahui bahwa telah terjadi perubahan sosial yang begitu besar seiring dengan dibangunnya infrastruktur transportasi di daerah tersebut. Pembangunan insfrastruktur transportasi dengan sendirinya telah menimbulkan dampak positif dan negatif dalam kehidupan masyarakat Kecamatan Pelayangan. Aspek positifnya mempercepat pembangunan fisik dan mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat karena semakin terbukanya jalur perdagangan. Sedangkan aspek negatif adalah masuknya budaya-budaya asing yang dapat menimbulkan guncangan dan keterkejutan budaya (cultural shock) akibat cepatnya proses transisi yang terjadi.3

Penetrasi budaya modern terhadap masyarakat Kecamatan Pelayangan secara berlahan ikut mengikis kehidupan keagamaan di Kecamatan Pelayangan.

2 Ketek merupaka perahu bermesin yang digunakan sebagai alat transportasi. (Wira

Nurmalia, “Pemanfaatn Modal Sosial Sebagai Strategi Bertahan Hidup Komunitas Terdampak Pembangunan: Studi Penarik Ketek Tedampak Pembanguna Jembatan di Kecamatan Pelayangan Kota Jambi “, Tesis Program Magister Sosiologi Universita Andalas Padang, 2017, hlm. 5-6).

3 Maryani, Muhammad Qodri, “Perubahan Sosial Keagamaan di Kecamatan Pelayangan

(3)

3

Pada era tahun 1980-an masyarakat Kecamatan Pelayangan menjadikan pendidikan agama sebagai satu-satunya pilihan untuk pendidikan anaknya. Namun penetrasi budaya yang disebabkan oleh pembangunan infrastruktur telah mengubah wajah pendidikan Kecamatan Pelayangan sehingga pendidikan agama tidak menjadi satu-satunya pilihan pendidikan.4

Perubahan sosial yang terjadi di Kecamatan Pelayangan merupakan salah satu dampak yang dirasakan dari adanya pembangunan infrastruktur transportasi berupa Jembatan Aurduri I. Selain akibat dari pembangunan Jembatan Aurduri I, Pembangunan di Seberang Kota Jambi berlangsung dengan pesat setelah pembangunan Jembatan Aurduri II di tahun 2010. Jembatan Aurduri II tersebut telah menghubungkan daerah Sejinjang dengan daerah Niaso yang berdekatan dengan Kecamatan Pelayangan. Akibatnya jalur komunikasi antara kedua wilayah tersebut menjadi terbuka lebar, bahkan telah membuka jarak antara masyarakat di pusat pemerintahan dan pusat keramaian Kota Jambi dengan masyarakat Jambi Seberang pada umumnya. 5

Pembangunan infrastruktur sebagaimana disebutkan di atas, terutama dalam pembangunan jembatan, memberikan dampak nyata terhadap kehidupan masyarakat Jambi Seberang juga terhadap masyarakat Kecamatan Pelayangan. Pembangunan jembatan tersebut mempercepat mobilitas sosial, ekonomi, pendidikan dan perubahan fisik wilayah Jambi seberang dari wajah perkampungan yang agamis menjadi kota dengan sarana dan prasarana transportasi, komunikasi,

4 Ibid, hlm. 54

(4)

4

serta sarana kehidupan lainnya yang relatif lebih maju dan modern.6 Keberadaan Jembatan Aurduri I dan Jembatan Aurduri II juga berpengaruh terhadap kehidupan ekonomi masyarakat Kecamatan Pelayangan. Hadirnya jembatan secara tak langsung menciptakan bentuk pekerjaan baru di masyarakat yakni sebagai penarik ojek. Disisi lain adanya jembatan dan hadirnya pekerjaan sebagai penarik ojek mempengaruhi bentuk ekonomi penarik ketek. Pelaku usaha panarik ketek ketek menuturkan bahwa mereka mengalami pergeseran eksistensi dan penurunan pendapatan sebagai akibat dari adanya hal yang telah disebutkan di atas. Sebelumnya, ketek merupakan satu-satunya alat transportasi penyebrangan daerah yang terpisah oleh Sungai Batanghari.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengkaji bagaimana bentuk kehidupan sosial ekonomi di Kecamatan Pelayangan pasca adanya jembatan sebagai infrastruktur penghubung masyarakat Seberang Kota Jambi, khususnya Kecamatan Pelayangan dengan masyarakat Kota Jambi. Mengangkat sebuah judul

“Sejarah Sosial Ekonomi Masyarakat Kecamatan Pelayangan Kota Jambi Tahun 1986-2010” diharapkan nantinya penelitian akan menjabarkan bentuk kehidupan

sosial ekonomi Kecamatan Pelayangan pasca dibangunnya Jembatan Aurduri I hingga dibangun Jembatan Aurduri II.

6 As’ad Isma, “Pergeseran Peran Sosial Tuan Guru dalam Masyarakat Jambi Seberang”,

(5)

5

2.1 Rumusan masalah

Untuk memudahkan pembahasan, maka penulis mengarahkan tulisan ini dengan rumusan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana kehidupan sosial ekonomi masyarakat Kecamatan Pelayangan Kota Jambi tahun 1986-2010?

2. Bagaimana dampak pembangunan infrastrukut jembatan terhadap kehidupan masyarakat Kecamatan Pelayangan?

1.3 Ruang Lingkup Penelitian

Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, maka dalam tulisan ini perlu dibuat pembatasan kajian spasial dan temporal. Batasan spasial penelitian adalah Kecamatan Pelayangan Kota Jambi, sebagai daerah yang merasakan dampak pembangunan Jembatan Aurduri I dan II. Batasan temporal, dimulai pada tahun 1986 hingga 2010. Tahun 1986 menjadi awal penelitian karena pada tahun tersebut mulai berdirinya Jembatan Aurduri sebagai infrastruktur pengubung masyarakat seberang (Palayangan) dengan Kota Jambi. Sedangkan tahun 2010 menjadi batas akhir penelitian dikarenakan pada tahun tersebut dibangunnya Jembatan Aurduri II.

1.4 Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini secara garis besar adalah untuk:

1. Untuk mengetahui kehidupan sosial ekonomi masyarakat Kecamatan Pelayangan Kota Jambi tahun 1986-2010.

(6)

6

2. Untuk mengetahui dampak pembangunan infrastrukur jembatan terhadap kehidupan masyarakat Kecamatan Pelayangan.

1.4.2 Manfaat Penelitian

a. Dari segi akademis penelitian ini diharapkan bisa menjadi referensi, menambah wawasan, dan pengetahuan akademis bagi mahasiswa pada umumnya mengenai sejarah daerah.

b. Dalam segi praktis, penelitian ini diharapkan bisa menjadi sumber informasi dan wawasan masyarakat umum dan masyarakat Kecamatan Pelayangan mengenai sejarah yang terdapat di daerahnya.

1.5 Tinjauan pustaka

Pertama, tesis yang ditulis oleh Wira Nurmalia dengan judul “Pemanfaatan Modal Sosial Sebagai Strategi Bertahan Hidup Komunitas Terdampak Pembangunan: Studi Penarik Ketek Terdampak Pembangunan Jembatan di Kecamatan Pelayangan Kota Jambi”. Tesis program Magister Sosiologi

Universitas Andalas ini menjelaskan mengenai dampak yang dirasakan penarik

ketek setelah adanya Jembatan Aurduri I, Jembatan Aurduri II, dan Jembatan

Gentala Arasy. Tesis ini juga menganalis strategi yang dilakukan penarik ketek untuk dapat bertahan hidup dan pemanfaatan modal sosial sebagai strategi bertahan hidup mereka ditengah tergerusnya profesi penarik ketek akibat telah adanya sarana penyebrangan berupa jembatan.7

7 Wira Nurmalia, op. cit.

(7)

7

Kedua, jurnal yang ditulis oleh Maryani dan Muhammad Qodri, diterbitkan

di Jurnal Konstektualita Vol. 29, No. 1, Tahun 2014, dengan judul”Perubahan

Sosial Keagamaan di Kecamatan Pelayangan Kota Jambi”. Jurnal ini membahas

mengenai perubahan sosial keagamaan yang terjadi di Kecamatan Pelayangan sebagai dampak dari adanya demografi, kebudayaan, dan teknologi. Di dalam penelitian ini dijelaskan bahwa terjadinya perubahan sosial keagamaan ini dominan dipengaruhi oleh faktor teknologi, yaitu pembangunan infrastruktur jembatan dan jalan.8

Penelitian di atas layak dijadikan tinjauan pustaka dikarenakan kesamaan daerah tempat dilakukan penelitian. Perbedaan penelitian di atas dengan penelitian ini adalah fokus kajian yang berbeda. Pada tesis yang ditulis oleh Wira Nurmalia fokus kajiannya pada penarik ketek saja dan jurnal yang ditulis oleh Maryani dan Muhammad Qodri membahas perubahan sosial keagamaan yang terjadi di Pelayangan sebagai sebuah kajian Sosiologi. Sedangkan pada penelitian ini akan mengkaji bagaimana kehidupan sosial-ekonomi Pelayangan dalam konteks sejarahnya. Tentunya nantinya akan bersinggungan dengan dampak pembangunan jembatan serta perubahan yang terjadi setelah adanya jembatan.

Ketiga, skripsi yang ditulis oleh Ganda Sartika, 2017, yang berjudul “Sejarah Sosial Ekonomi Masyarakat Bajubang Tahun 1971-2011”. Skripsi ini

membahas mengenai kehidupan sosial ekonomi masyarakat di Bajubang yang dipengaruhi oleh kehadiran perusahaan pertambangan minyak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya pertambangan minyak bumi yang terdapat di Bajubang

(8)

8

memberikan dampak positif serta memainkan peran penting dalam kehidupan sosial ekonomi masyarakat Bajubang.9

Penelitian di atas memiliki kesamaan tema dengan penelitian yang akan dilakukan, yakni mengenai sejarah sosial-ekonomi. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan yakni perbedaan lokasi penelitian. Penelitian di atas membahas mengenai sejarah sosial ekonomi masyarakat di Bajubang, sedangkan pada penelitian ini berfokus pada kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang ada di Kecamatan Palayangan terutama setelah dibangunnya Jembatan Aurduri I dan II.

1.6 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan kerangka berpikir yang berisi penjelasan atau pengertian yang sudah dibakukan secara ilmiah dari apek-aspek yang akan dibahas dalam penelitian ini. Karena itu, dalam penelitian ini akan dijelaskan rancangan berfikir yang dipergunakan dalam penulisan. Penelitian ini menggunakan sejarah sosial. Adapun sejarah sosial yang di maksud yaitu, sejarah model evolusi di mana dalam model tersebut menunjukan jenis tulisan yang melukiskan perkembangan sebuah masyarakat dari awal berdiri sampai menjadi sebuah masyarakat yang kompleks.10

Setiap gejala sejarah yang memanifestasikan kehidupan sosial suatu kelompok, dapat disebut sebagai sejarah sosial.11 Sejarah sosial memiliki garapan yang sangat luas dan beraneka-ragam. Kebanyakan sejarah sosial mempunyai

9 Ganda Sartika, “Sejarah Sosial Ekonomi Masyarakat Bajubang Tahun 1971-2011”,

Skripsi Ilmu Sejarah Universitas Jambi, 2017.

10 Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah, Universitas Gadjah Mada, 2003, hlm. 47. 11 Sartono Kartodirjo, Pendek atan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah, Jakarta: PT.

(9)

9

hubungan yang erat dengan sejarah ekonomi, sehingga menjadi semacam sejarah sosial-ekonomi. Sejarah sosial dapat mengambil fakta sosial sebagai bahan kajian, seperti kemiskinan, perbanditan, kekerasan, kriminalitas, pertumbuhan penduduk, migrasi, urbanisasi, dan lain sebagainya.12 Sejarah sosial digunakan untuk meneliti fenomena masyarakat desa dalam arti sosial-ekonominya.

Penelitian ini akan membahas kehidupan sosial ekonomi masyarakat Kecamatan Pelayangan beserta dampak pembangunan infrastruktur terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat Kecamatan Pelayangan. Setelah dibangunnya Jembatan Aurduri I dan jembatan Aurduri II yang menjadi alat penghubung vital antara Kota Jambi dengan Seberang Kota Jambi memberikan dampak langsung yang dirasakan masyarakat Kecamatan Pelayangan. Selain mudahnya akses transportasi juga terjadinya penetrasi budaya modern akibat proses interaksi yang semakin terbuka. Hal ini mengakibatkan terjadinya perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat Kecamatan Pelayangan Kota Jambi.

Perubahan sosial menurut Kingsley Davis dan Selo Soemardjan diartikan sebagai perubahan-perubahan yang menyangkut struktur sosial ataupun lembaga-lembaga sosial.13 Faktor-faktor yang dapat menjadi penyebab perubahan sosial bisa bersifat internal maupun eksternal. Faktor internal adalah pertambahan dan penyusutan jumlah penduduk, penemuan-penemuan baru, konflik, ataupun pemberontakan yang terjadi dalam masyarakat. Sedangkan faktor eksternal adalah

12 Kuntowijoyo, op. cit, hlm. 47.

13 Rahardjo, Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian, Yogyakarta: Gadjah Mada

(10)

10

peristiwa-peristiwa fisik, peperangan, dan kontak dengan atau pengaruh dari kebudayaan lain.14

Perubahan sosial sering dikaitkan dengan beberapa kata lain yang merujuk pada proses sosial yang sama, seperti industrialisasi, modernisasi, dan atau pembangunan. Dengan kata lain, perubahan sosial atau perubahan prilaku sosial masyarakat merupakan fungsi manifestasi dari satu rekayasa sosial lewat upaya pembangunan yang di lambangkan atau di wujudkan dalam kegiatan industrialisasi menuju suatu masyarakat modern. Perubahan perilaku itu merupakan salah satu konsekuensi utama dari proses modernisasi yang di alami satu masyarakat.15 Perubahan sosial merupakan tema yang luas cakupannya. Lebih-lebih sejak abad ke-19, proses modernisasi semakin meningkat dan dampaknya berupa perubahan di berbagai bidang kehidupan, seperti sosial, politik, dan kultural.16

Pembangunan infrastruktur yang terjadi di Seberang Kota Jambi membawa pengaruh besar terhadap kehidupan sosial masyarakat Seberang Kota Jambi, khususnya Kecamatan Pelayangan. Tidak hanya kehidupan sosial yang merasakan dampak dari pembangunan infrastruktur ini, namun juga mempengaruhi ekonomi masyarakat. Terbukanya jalur transportasi semakin memudahkan masyarakat dalam melakukan berbagai kegiatan, termasuk kegiatan dalam distribusi dan penyediaan barang-barang ekonomi. Kehadiran infrastruktur berupa jembatan juga berpengaruh terhadap bentuk mata pencaharian masyarakat Kecamatan Pelayangan.

14 Ibid, hlm. 187-188

15 Bahrein T. Sugihen, Sosiologi Pedesaan Suatu Pengantar, Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 1996, hlm. 54.

(11)

11

Berdasarkan pemikiran di atas, maka dapat di jelaskan dalam sebuah bagan untuk mempermudah alur penelitian seperti di bawah ini:

1.7 Metode Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif dengan pendekatan historis, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian sejarah, yaitu heuristik (mengumpulkan sumber), kritik sumber, interpretasi, historiografi.

1. Heuristik

Heuristik berasal dari bahasa yunani, heurishein yang artinya memperoleh. Menurut G. J. Reni J (1997: 113) heuristik adalah suatu teknik, suatu seni, dan bukan suatu ilmu. Heuristik sering kali merupakan suatu keterampilan dalam menemukan, menangani, dan memerinci bibliografi, atau mengklasifikaasi atau

Masyarakat Kecamatan Pelayangan Kota Jambi

Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat Kecamatan Pelayangan Pembangunan infrastruktur (Jembatan) Kehidupan Sosial-Ekonomi Masyarakat Kecamatan Pelayangan

(12)

12

merawat catatan-catatan17 Dapat disimpulkan bahwa heuristik adalah mencari dan mengumpulkan informasi dari sumber primer dan sekunder. Penelitian ini menggunakan sumber primer maupun sumber sekunder.

Sumber primer diperoleh melalui dokumen dari Kantor Kecamatan Pelayangan serta data BPS yang memuat informasi Kecamatan Pelayangan. Pencarian sumber juga dilakukan dengan studi pustaka dengan menggunakan buku, jurnal, maupun skripsi yang berkaitan dengan penelitian baik secara cetak maupun daring. Selain itu juga dilakukan wawancara dengan tokoh-tokoh dan masyarakat yang terdapat di Kecamatan Pelayangan, Kota Jambi, diantaranya wawancara dengan Ketua Lembaga Adat Melayu Kecamatan Pelayangan, Ketua adat, Ketua RT, penarik ketek, dan masyarakat. Sejarah lisan sangat memungkinkan untuk digunakan mengingat para pelaku yang berkaitan dengan penelitian ini masih hidup dan dapat untuk dilakukan wawancara. Selain itu, penggunaan sumber lisan ini untuk menutupi kekurangan sumber tertulis. Sejarah lisan memang bisa menjadi alternatif dalam penelitian sejarah ketika sumber tertulis sulit untuk ditemukan.

2. Kritik Sumber

Setelah mengumpulkan sumber sejarah, tahap berikutnya adalah dilakukan verifikasi atau kritik untuk memperoleh keabsahan sumber. Dalam hal ini, di lakukan uji keabsahan tentang keaslian sumber (autentisitas) yang di lakukan

17 Dudung Abdurrahman, Metodologi Penelitian Sejarah, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,

(13)

13

melalui kritik ekstern; dan keabsahan tentang kesahihan sumber (kredibilitas) yang di telusuri melalui kritik intern.18 Berikut di jelaskan kedua teknik tersebut: a. Keaslian sumber (autentisitas) yang di lakukan melalui kritik ekstern. Kritik ektern di lakukan untuk menguji bagian fisik sumber yang di dapatkan dan keakuratan sumber asli atau tidak. Dalam tahap ini, informasi yang di berikan oleh informan yang dekat dengan pelaku sejarah akan lebih di utamakan. Agar informasi yang di dapat tidak subjektif, maka penulis tidak hanya melakukan wawancara dengan satu keturunan pelaku saja melainkan beberapa orang dari keturunan yang berbeda.

b. Keabsahan tentang kebenaran sumber (kredibilitas) yang di telusuri melalui kritik intern. Pada tahap ini, penulis membandingkan sumber yang satu dengan sumber yang lain untuk mencari data yang lebih akurat yang berkaitan dengan tema penelitian.

3. Interpretasi

Interpretasi adalah proses penggabungan atas sejumlah fakta yang diperoleh dari sumber-sumber sejarah yang berkaitan dengan tema penelitian dan dengan sebuah teori kemudian disusunlah fakta tersebut kedalam suatu interprestasi secara menyeluruh. Interpretasi sejarah sering di sebut dengan analisis sejarah. Dalam hal ini, ada dua metode yang di gunakan, yaitu analisis dan sintesis. Analisis berarti menguraikan, sedangkan sintesis bearti menyatukan keduanya dipandang sebagai metode utama dalam interpretasi. 19

18 Ibid, hlm. 68.

(14)

14 4. Historiografi (Penulisan Sejarah)

Historiografi merupakan cara penulisan, pemaparan, atau pelaporan hasil penelitian sejarah yang telah dilakukan.20 Historiografi merupakan sebagai langkah terakhir dalam metode sejarah yang meliputi cara penulisan, pemaparan atau pelaporan hasil penelitian sejarah yang dilakukan. Setelah mengumpulkan sumber, melakukan kritik sumber baik intern maupun ekstern, dan melakukan analisis terhadap data yang penulis peroleh, maka langkah selanjutnya adalah melakukan penulisan atau pemaparan secara utuh dan sistematis terkait dengan penelitian. Dalam penulisan sejarah, aspek kronologi sangat penting. Jika dalam ilmu sosial, perubahan akan dikerjakan dengan sistematika: perubahan ekonomi, perubahan masyarakat, perubahan politik, dan perubahan kebudayaan, maka dalam penulisan sejarah, perubahan sosial akan diurutkan kronologinya.21

1.8 Sistematika Penulisan

Penyajian dalam bentuk tulisan ini dikelompokkan dalam tiga bagian yaitu: pendahuluan, hasil penelitian, dan kesimpulan. Setiap bab dideskripsikan dengan sub-bab yang saling berhubungan. Keterkaitan setiap bab menunjukan adanya korelasi yang menunjukan fakta tertulis dari data yang terangkum. Fakta-fakta yang telah ditemukan menjadi sumber acuan untuk menulis pristiwa sejarah yang tertuang dalam penelitian ini. Pembagian permasalahan di jabarkan dalam lima bab dengan tujuan mengetahui kronologi penelitian dan mempokuskan penelitian yang di bahas, diantaranya:

20 Ibid, hlm. 76.

(15)

15

BAB I Pendahuluan yang terdiri dari beberapa sub-bab diantaranya (1) Latar belakang masalah;

(2) Rumusan masalah;

(3) Ruang lingkup penelitian, (4) Tujuan dan manfaat penelitian; (5) Tinjaun pustaka,

(6) Kerangka berfikir; (7) Metode penelitian; dan (8) Sistematika Penelitian.

BAB II Gambaran Kecamatan Pelayangan, dalam bab ini penulis akan menguraikan lokasi penelitian dilakukan, yakni Kecamatan Pelayangan. Sub-bab yang akan dibahas pada bab ini meliputi:

(1) Pemerintahan;

(2) Kondisi Geografis; dan (3) Komposisi Penduduk.

BAB III Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Kecamatan Pelayangan Kota Jambi, dalam bab ini, akan dijabarkan mengenai kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang bermukim di Pelayangan. Sub-bab yang akan dibahas pada bab ini diantaranya:

(1) Mata Pencaharian (2) Interaksi Sosial (3) Bidang Agama (4) Bidang Pendidikan

(16)

16 (6) Bidang Kesehatan

BAB VI Dampak Pembangunan Infrastruktur Terhadap Kehidupan Masyarakat Kecamatan Pelayangan. Pada bab ini akan menjelaskan bagaimana perubahan sosial ekonomi yang terjadi di Pelayangan pasca dibangunnya Jembatan Aurduri I dan Jembatan Aurduri II. Sub-bab dalam BAB ini diantaranya:

(1) Pembangunan Infrastruktur;

(2) Dampak Pembangunan Infrastruktur Terhadap Kehidupan Masyarakat Kecamatan Pelayangan.

BAB V Penutup, akan menguraikan kesimpulan yang didapat terkait dengan penelitian yang dilakukan.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari Disperindagkoptan dapat dirasakan secara lansung maupun tidak lansung oleh Pedagang Klithikan, wujudnya berupa adanya organisasi antar pedagang klithikan

Pembangunan Taman Udayana memang membawa suatu dampak yang sangat besar dalam kehidupan sosial masyarakat, dimana terjadi sebelum dan sesudah adanya Taman Udayana ada perubahan

Di Desa Jatibogor Kecamatan Suradadi Kabupaten Tegal telah terjadi pelaksanaan peralihan hak atas tanah dalam proses penerbitan sertipikat yang dibuat tidak atas dasar

Dalam melaksanakan tugas tugasnya Camat berpedoman pada Rencana Strategis Kecamatan yang penyusunannya mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota

bentuk skripsi dengan judu l “ Kajian Hukum Administrasi Negara Terhadap Pelaksanaan Pelayanan Publik Berdasarkan UU No.25 Tahun 2009 (Studi di Kecamatan

BAB IV ANALISA TERHADAP AKTA KELAHIRAN BAGI ANAK YANG BELUM TERDAFTAR STUDI KECAMATAN MEDAN DENAI MENURUT UNDANG-UNDANG NO.23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN. Bab

Perubahan sosial dan konflik tersebut terjadi pada saat terjadinya wacana relokasi bandara di desa Palihan sampai tersedianya dokumen pembangunan bandara baru yang tercantum