• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN - Kajian Hukum Administrasi Negara Terhadap Pelaksanaan Pelayanan Publik Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 (Studi di Kecamatan Sibolga Kota)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN - Kajian Hukum Administrasi Negara Terhadap Pelaksanaan Pelayanan Publik Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 (Studi di Kecamatan Sibolga Kota)"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pelayanan publik yang menjadi fokus studi disiplin ilmu Administrasi Negara di

Indonesia, masih menjadi persoalan yang perlu memperoleh perhatian dan penyelesaian

yang komprehensif. Misalnya dapat dengan mudah dibuktikan di mana berbagai tuntutan

pelayanan publik sebagai tanda ketidakpuasan sehari-hari banyak kita lihat. Harus diakui,

bahwa pelayanan yang diberikan oleh pemerintah kepada rakyat terus mengalami

pembaruan, baik dari sisi paradigma maupun format pelayanan seiring dengan

meningkatnya tuntutan masyarakat dan perubahan di dalam pemerintah itu sendiri.

Meskipun demikian, pembaruan dilihat dari kedua sisi tersebut belumlah memuaskan,

bahkan masyarakat masih diposisikan sebagai pihak yang tidak berdaya dan

termarginalisasikan dalam kerangka pelayanan.1

Didalam mengkonstruksi hukum administrasi negara yang mengatur

pelayanan publik, maka konstruksi hukum administrasi negara bidang

penyelenggaraan pelayanan publik (regulatory laws) harus lebih memenuhi harapan masyarakat. suatu ius constituendum, yang memungkinkan terealisasinya Standar Pelayanan Publik, dalam kerangka penyelenggaraan hukum administrasi negara yang

mengatur pelayanan publik, yang lebih responsif dan partisipatif dan yang secara

khusus sesuai dengan kondisi yang berkembang dalam masyarakat daerah.

Selama ini, hukum administrasi negara yang terdiri dari berbagai macam

peraturan yang bertujuan untuk menyelenggarakan pemerintahan dan pelayanan

administrasi kepada publik cenderung digunakan oleh pihak-pihak tertentu untuk

1

(2)

kepentingannya sendiri. Pelayanan yang seharusnya ditujukan pada masyarakat

umum, kadang di balik menjadi pelayanan masyarakat terhadap negara, meskipun

negara berdiri sesungguhnya adalah untuk kepentingan masyarakat yang

mendirikannya. Artinya birokrat sesungguhnya haruslah memberikan pelayanan

terbaik kepada masyarakat.2

Tuntutan masyarakat mengenai perbaikan kualitas pelayanan publik

ditanggapi oleh pemerintah dengan serius. Dengan dikeluarkannya UU No. 25 Tahun

2009 tentang Pelayanan Publik merupakan salah satu upaya perbaikan pelayanan

publik. Selain itu, disebutkan juga mengenai standar pelayanan yang merupakan

ukuran yang dibakukan dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang wajib ditaati

oleh pemberi dan penerima pelayanan. Dalam pasal 5 UU No. 25 Tahun 2009 tentang

Pelayanan Publik ruang lingkup pelayanan publik meliputi pelayanan barang dan jasa

publik serta pelayanan administratif yang diatur dalam peraturan

perundang-undangan. UU No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik merupakan acuan bagi

seluruh penyelenggaraan pelayanan publik dalam pengaturan dan pelaksanaan

kegiatan pelayanan publik sesuai dengan kewenangannya. Undang-undang Pelayanan

Publik (secara resmi bernama Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang

Pelayanan Publik) adalah Undang-undang yang mengatur tentang prinsip-prinsip

pemerintahan yang baik yang merupakan efektifitas fungsi-fungsi pemerintahan itu

sendiri.

Dalam menjalankan fungsinya untuk memberikan pelayanan kepada

masyarakat, pemerintah sudah mengeluarkan kebijakan dalam bentuk UU Nomor 25

tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik, kebijakan ini bertujuan memaksimalkan

2

(3)

pelayanan pemerintah sehingga menciptakan iklim pelayanan prima pada setiap

instansi pemerintah. Implementasi UU Nomor 25 tahun 2009 Tentang Pelayanan

Publik sampai saat ini belum dilakukan dengan maksimal oleh pemerintah, seperti

pada Kecamatan Sibolga Kota, pelayanan yang diberikan kepada masyarakat belum

efektif dan efesien, sehingga masyarakat yang ingin mendapat pelayanan pada

instansi tersebut tidak sesuai dengan yang diharapkan. Masyarakat harus membayar

lebih dari harga yang telah di tetapkan untuk mendapat pelayanan yang baik serta

proses pelayanannya begitu lama dari waktu yang telah ditetapkan.

Undang-undang berasaskan pada kepentingan umum, adanya kepastian hukum,

adanya kesamaan hak, adanya keseimbangan hak dan kewajiban, keprofesionalan,

partisipatif, persamaan dalam perlakuan/tidak diskriminatif, keterbukaan, akuntabilitas,

fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan, ketepatan waktu dan kecepatan,

kemudahan dan keterjangkauan dan bertujuanagar batasan dan hubungan yang jelas

tentang hak, tanggung jawab, kewajiban, dan kewenangan seluruh pihak yang terkait

dengan penyelenggaraan pelayanan publik, menjalankan system penyelenggaraan

pelayanan publik yang layak sesuai dengan asas-asas umum pemerintahan dan korporasi

yang baik dalam penyelenggaraan pelayanan publik sesuai dengan peraturan

perundang-undangan dan memberikan perlindungan dan kepastian hukum bagi masyarakat dalam

mendapatkan penyelengaraan pelayanan publik.3

Dari penelitian yang dilakukan di wilayah Kecamatan Sibolga Kota diperoleh

fakta bahwa hukum administrasi negara yang mengatur penyelenggaraan pelayanan

publik yang tertuang dalam Standar Pelayanan Publik diselenggarakan bervariasi

sehubungan dengan kondisi sosial, budaya dan kebutuhan masyarakat di wilayah

Kecamatan Sibolga Kota. Hukum administrasi negara yang mengatur

3

(4)

penyelenggaraan pelayanan publik (regulatory laws) di Kecamatan Sibolga Kota, yang tertuang dalam standart pelayanan yang mencakup penetapan prosedur

pelayanan, penetapan waktu pelayanan, penetapan biaya pelayanan dan penetapan

mekanisme pengaduan, penetapan fasilitas pelayanan (pelayanan khusus) dan

segi-segi lain dalam penyelenggaraan pelayanan publik dilaksanakan dengan melibatkan

para pihak dalam ruang partisipasi masyarakat.

Pelayanan publik menjadi sangat penting karena senantiasa berhubungan dengan

khalayak masyarakat ramai yang memiliki keanekaragaman kepentingan dan tujuan.

Salah satu dari filosofi otonomi daerah sebenarnya adalah semakin mendekatkan

pelayanan yang baik dan lebih efektif kepada masyarakat.4 Pada Kecamatan Sibolga

Kota, pelaksanaan pelayanan publik sangat penting untuk diperhatikan.

Dengan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk membuat karya tulis dalam

bentuk skripsi dengan judul “Kajian Hukum Administrasi Negara Terhadap Pelaksanaan Pelayanan Publik Berdasarkan UU No.25 Tahun 2009 (Studi di Kecamatan Sibolga Kota).”

B. Perumusan Masalah

Adapun yang merupakan permasalahan dalam penulisan ini adalah :

1. Bagaimanakah pelayanan publik berdasarkan UU No.25 tahun 2009?

2. Bagaimanakah pelaksanaan pelayanan publik di Kecamatan Sibolga Kota?

3. Bagaimanakah hambatan dan solusi dalam pelayanan publik di Kecamatan

Sibolga Kota?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

4

(5)

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penulis melaksanakan penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui pelayanan publik berdasarkan UU No.25 tahun 2009.

b. Untuk mengetahui pelaksanaan pelayanan publik di Kecamatan Sibolga Kota.

c. Untuk mengetahui hambatan dan solusi dalam pelayanan publik di Kecamatan

Sibolga Kota.

2. Manfaat penelitian

Adapun manfaat penelitian skripsi yang akan penulis lakukan adalah:

a. Sebagai bahan masukan teoritis bagi penulis untuk menambah pengetahuan

dan pemahaman hukum administrasi negara.

b. Untuk menerapkan pengetahuan penulis secara praktis agar masyarakat

mengetahui bagaimana Pelaksanaan Pelayanan Publik Berdasarkan UU No.25

Tahun 2009 (Studi di Kecamatan Sibolga Kota).

D. Keaslian Penulisan

Adapun judul tulisan ini adalah Kajian Hukum Administrasi Negara Terhadap

Pelaksanaan Pelayanan Publik Berdasarkan UU No.25 Tahun 2009 (Studi di

Kecamatan Sibolga Kota), judul skripsi ini belum pernah ditulis, sehingga tulisan ini

asli dalam hal tidak ada judul yang sama. Dengan demikian ini keaslian skripsi ini

dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

E. Tinjauan Kepustakaan

Hukum administrasi negara dapat dijadikan instrumen untuk terselenggaranya

pemerintahan yang baik. Penyelenggaraan pemerintahan lebih nyata dalam hukum

administrasi negara, karena di sini akan terlihat konkrit hubungan antara pemerintah

(6)

setidaknya dapat dijadikan ukuran apakah penyelenggaraan pemerintahan sudah baik

atau belum.

Secara faktual (empiris) pelayanan publik yang dilakukan oleh aparat

pemerintah selama ini masih menampilkan ciri-ciri yang berbelit-belit, lambat, mahal,

serta melelahkan. Kecenderungan seperti itu terjadi karena masyarakat masih

diposisikan sebagai pihak yang melayani, bukan yang dilayani.Untuk itu, diperlukan

suatu perubahan paradigma dalam bidang pelayanan publik dengan mengembalikan

dan mendudukkan pelayan dan yang dilayani pada posisi yang sesungguhnya. Secara

filosofi, pelayanan yang diberikan oleh aparat pemerintah kepada masyarakat

ditafsirkan sebagai kewajiban bukan hak, karena mereka (birokrat) diangkat dan

ditugasi untuk melayani masyarakat, oleh karena itu harus dibangun komitmen yang

kuat untuk melayani sehingga pelayanan akan menjadi responsif terhadap kebutuhan

masyarakat dan dapat merancang model pelayanan yang lebih kreatif serta lebih

efisien.5

Menurut Inu Kencana, pelayanan publik diartikan sebagai setiap kegiatan yang

dilakukan oleh pemerintah terhadap sejumlah manusia yang memiliki kegiatan yang

menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan kepuasan

meskipun hasilnya tidak terkait pada suatu produk secara fisik. Pelayanan publik

adalah pelayanan yang diberikan oleh pemerintah sebagai penyelenggara negara

terhadap masyarakatnya guna memenuhi kebutuhan masyarakat itu sendiri dan

memiliki tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Penyelenggaraan pelayanan publik merupakan salah satu upaya dari

pemerintah demi terwujudnya kesejahteraan, sebagaimana yang menjadi tujuan

5

(7)

negara Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 dan fungsi dari

administrasi negara. Dengan kata lain, pelayanan publik adalah salah satu konsep

untuk mencapai apa yang dikehendaki oleh masyarakat dan negara.

Masyarakat setiap waktu akan selalu menuntut pelayanan publik yang

berkualitas dari birokrat, meskipun tuntutan itu seringkali tidak sesuai dengan apa

yang diharapkan, karena secara empiris pelayanan publik yang terjadi selama ini

masih menampilkan ciri-ciri, yakni berbelit-belit, lambat, mahal, dan melelahkan.

Kecenderungan seperti itu terjadi karena masyarakat masih diposisikan sebagai pihak

yang “melayani” bukan yang “dilayani”.6

Konsep pelayanan, di kenal dua jenis pelaku pelayanan, yaitu penyedian layanan

dan penerima layanan atau service provider adalah pihak yang dapat memberikan suatu layanan tertentu kepada konsumen, baik berupa layanan dalam bentuk penyedian dan

penyerahan barang (goods) atau jasa- jasa (services). Penerima layanan atau service receiver adalah pelanggan (custumer) atau konsumen (consumer) yang menerima layanan dari para penyedia layanan.7

Pengertian mengenai pelayanan publik dikemukakan pula oleh Sinambela yang

mengatakan bahwa pelayanan publik adalah pemenuhan keinginan dan kebutuhan

masyarakat oleh penyelenggara negara. Pada hakikatnya negara dalam hal ini pemerintah

(birokrat) haruslah dapat memenuhi kebutuhan masyarkat. Kebutuhan dalam hal ini

bukanlah kebutuhan secara individual akan tetapi berbagai kebutuhan yang sesungguhnya

diharapkan oleh masyarakat, misalnya kebutuhan akan kesehatan, pendidikan, dan

lain-lain.8

6

Juniarso Ridwan dan Achmad Sodik Sudrajat, Op.Cit, hlm. 17 7

Atep Adya Barata. Dasar- dasar Pelayanan Prima. (Jakarta; PT. Gramedia Utama, 2003), hal 11

8

(8)

Sedangkan Lewis dan Gilman mendefinisikan pelayanan publik sebagai

berikut: Pelayanan publik adalah kepercayaan publik. Warga negara berharap

pelayanan publik dapat melayani dengan kejujuran dan pengelolaan sumber

penghasilan secara tepat, dan dapat dipertanggungjawabkan kepada publik. Pelayanan

publik yang adil dan dapat dipertanggung-jawabkan menghasilkan kepercayaan

publik. Dibutuhkan etika pelayanan publik sebagai pilar dan kepercayaan publik

sebagai dasar untuk mewujudkan pemerintah yang baik.9

Pengertian pelayanan publik dari wikipedia adalah sebagai berikut: Pelayanan

publik adalah istilah untuk layanan yang disediakan oleh pemerintah kepada warga

negaranya, baik secara langsung (melalui sektor publik) atau dengan membiayai

pemberian layanan swasta. Istilah ini dikaitkan dengan konsensus sosial (biasanya

diwujudkan melalui pemilihan demokratis), yaitu bahwa layanan tertentu harus

tersedia untuk semua kalangan tanpa mamandang pendapatan mereka. Bahkan apabila

layanan-layanan umum tersebut tersedia secara umum atau dibiayai oleh umum,

layanan-layanan tersebut, karena alasan politis atau sosial, berada di bawah

peraturan/regulasi yang lebih tinggi daripada peraturan yang berlaku untuk sektor

ekonomi. Istilah layanan publik juga merupakan istilah lain untuk layanan sipil.10

Dalam Undang-Undang Pelayanan Publik terdapat pengertian “pelayanan

publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan

pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan

penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh

9

Lewis, Carol W., and Stuart C. Gilman. The Ethics Challenge in Public Service: A Problem-Solving Guide. Market Street, (San Fransisco: Jossey-Bass, 2005). hal 22

10

(9)

penyelenggara pelayanan publik”.11

Penyelenggaraan pelayanan publik yang

selanjutnya disebut penyelenggara adalah setiap institusi peyelenggara negara,

korporasi, lembaga independen yang dibentuk berdasarkan undang-undang untuk

kegiatan pelayanan publik dan badan hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk

kegiatan publik.12

Pengaturan hukum administrasi negara yang penyelenggaraan pelayanan

publik yang dibangun dengan komitmen bersama akan menghasilkan kebijakan dan

aturan yang mencerminkan moralitas kerja-sama. Perilaku penyelenggara pelayanan

publik dan masyarakat pengguna pelayanan publik akan tunduk pada prinsip-prinsip

dan kebijakan yang telah disepakati. Sementara itu, mekanisme merekonstruksi

hukum administrasi negara yang mengatur penyelenggaraan pelayanan publik pun

dapat diharapkan kalau akan berjalan dalam suatu situasi saling kontrol antara para

penyelenggara dan warga masyarakat pengguna jasa pelayanan publik. Melalui

mekanisme ini akan tercipta pelayanan yang berkeadilan serta meningkatkan posisi

warga, tidak saja sebagai pengguna pelayanan saja tetapi juga sebagai pihak yang

akan lebih berposisi tawar (bargain) yang lebih baik untuk mendapatkan jasa pelayanan yang lebih baik. Tanggung jawab bersama yang dikembangkan melalui

ruang partisipasi masyarakat dengan model pelibatan para fihak tersebut di atas juga

dapat diharapkan akan merangsang penyelenggara pelayanan publik untuk

mengembangkan dan memperluas kompetensi aparaturnya agar senantiasa dapat

melaksanakan tugas pelayanan dengan lebih baik. Model penyedian ruang partisipasi

masyarakat dalam merekonstruksi hukum administrasi negara yang mengatur

penyelenggaraan pelayanan publik, diharapkan akan mampu memberi pembelajaran

11

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik

12

(10)

kepada masyarakat untuk lebih bertanggung-jawab dalam proses demokrasi yang

sedang berjalan. Model partisipasi dalam rekonstruksi hukum administrasi negara

yang mengatur penyelenggaraan pelayanan publik yang mengedepankan

tanggung-jawab bersama, para pihak diharapkan senantiasa mengembangkan pencarian

alternatif secara positif berkait sistem pngaturan, sistem penyelenggaraan, dan

kewajiban berswasembada untuk tidak bergantung kepada pihak luar. Pemberian

insentif kepada penyelenggara dan pengguna pelayanan dapat dikembangkan melalui

forum pelibatan para pihak dalam ruang partisipasi masyarakat. Standar Pelayanan

Publik yang dikonstruksi lewat proses yang secara responsif melibatkan partisipasi

masyarakat lokal, yang pada hakikatnya merupakan kontak pelayanan antara

pemerintah daerah dan masyarakat setempat, akan lebih mampu mengatasi berbagai

masalah resistensi di daerah daripada aturan-aturan serupa yang ditetapkan secara

sentral, yang oleh sebab itu juga perlu dipertimbangkan dengan sungguh-sungguh

oleh para pejabat yang berwenang.

Sebagai negara kesejahteraan, tugas pemerintah dalam meyelenggarakan

kepentingan umum menjadi sangat luas. Untuk itu diperlukan adanya keleluasaan

untuk bergerak dalam administrasi negara sesuai dengan kewenangan yang diberikan.

Begitu luas fungsi administrasi negara dalam negara kesejahteraan, sehingga semakin

luas pula bidang tugas yang diemban. Sunaryati Hartono menyatakan sukar untuk

dibayangkan suatu negara modern saat ini tanpa adanya hukum administrasi Negara.13

Suatu kenyataan bahwa tidak semua kebijakan yang telah diambil oleh aparat

pemerintah untuk menyelesaikan suatu permasalahan tertentu seringkali dalam

pelaksanaannya mengalami hambatan sehingga tujuan dikeluarkannya kebijakan

13

(11)

tersebut tidak membuahkan hasil sesuai yang diharapkan. Bahkan tidak sedikit

kebijakan yang diambil oleh aparat pemerintah sama sekali tidak berfungsi/gagal

fungsi. Dalam hal yang demikian itu kebijakan yang telah diambil dapat dikatakan

malfungsi administrasi/gagal fungsi secara administrasi.14

Pada beberapa dekade saat ini, peran masyarakat dalam penyelenggaraan

layanan publik sudah semakin meluas sejalan dengan semakin besarnya peran dunia

usaha dalam kegiatan pemerintahan dan pembangunan, Keberadaan Undang-undang

Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik memberikan basis legal yang kuat

bagi lembaga non pemerintahan untuk terlibat dalam penyelenggaraan layanan publik,

korporasi, organisasi sosial kemasyarakatan, dan organisasi non pemerintahan lainnya

dapat terlibat secara aktif dalam penyelenggaraan layanan publik. Sebagaimana

dijelaskan dalam konsep pelayanan publik sebelumnya bahwa, pelayanan publik dapat

diselenggarakan bukan hanya birokrasi pemerintah tetapi juga dapat dilakukan oleh

lembaga-lembaga lain diluar pemerintah termasuk dunia usaha dan organisasi nirlaba.

Keberadaan mereka sebagai penyelenggara layanan publik penting untuk dipelihara

sebagai pilihan penyelenggara bagi warga pengguna agar mereka dapat memilih

Pelayanan Publik sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya. Secara umum

Pelayanan Publik yang diselenggarakan oleh pemerintah, yang cenderung seragam

dan masif, sering kurang mampu menjawab kebutuhan warga yang beragam dalam

jenis dan kualitas. Korporasi dan organisasi nirlaba sering lebih mampu menjawab

dinamika kebutuhan masyarakat yang semakin tinggi dan kompleks.15

14

Jawade Hafidz, Malfungsi HAN Dan Upaya Melakukan Rekonstruksi Sistem Hukum Yang Ada Menuju Hukum Yang Melayani, Jurnal Hukum, Vol XXVIII, No. 2, Desember 2012, (Bandung: Fakultas Hukum Unissula, 2010), hal 17.

15

(12)

E. Metode Penelitian

Metode Penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini terdiri dari :

1. Sifat / Jenis Penelitian

Sifat / Jenis Penelitian yang dipergunakan dalam menyelesaikan skripsi ini adalah

bersifat deskriptif analisis mengarah kepada penelitian yuridis normatif, yaitu

suatu penelitian yang dilakukan atau ditujukan hanya pada peraturan yang tertulis

atau bahan hukum yang lain.

2. Sumber data

Materi dalam skripsi ini di ambil dari data sekunder. Adapun data sekunder yang

di maksud adalah :

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum Primer yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat. Bahan hukum

primer, terdiri dari :16

1) Norma atau Kaidah dasar

2) Peraturan dasar

3) Peraturan perundang-undangan antara lain: Undang-undang No. 25 Tahun 2009

tentang Pelayanan Publik, dan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur

Negara No.63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan

Pelayanan Publik.

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai

hukum bahan hukum primer,17 seperti: hasil penelitian, artikel,

hasil-hasil seminar atau pertemuan ilmiah lainnya dari kalangan pakar hukum.

16

(13)

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan atau

petunjuk terhadap bahan hukum primer dan sekunder.18 Bahan hukum tersier

merupakan bahan hukum penunjang yang mencakup bahan yang memberi

petunjuk-petunjuk maupun penjelasan terhadap hukum primer dan sekunder,

serta bahan-bahan primer, sekunder tersier (penunjang) di luar bidang hukum,

misalnya yang berasal dari: Sosiologi, Ekologi, Teknik, Filsafat, dan lainnya

yang dipergunakan untuk melengkapi atau menunjang data penelitian.19.

3. Alat Pengumpul Data

Alat yang dipergunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah

melalui studi pustaka (library research),20 dan selain itu untuk mendukung penelitian, juga di lakukan penelitian lapangan yaitu mengadakan wawancara dengan informan

yaitu Camat Sibolga Kota dan Lurah Kota Beringin.

4. Analisis Data

Data yang berhasil dikumpulkan, data sekunder, kemudian diolah dan

dianalisa dengan mempergunakan teknik analisis metode kualitatif, yaitu dengan

menguraikan semua data menurut mutu, dan sifat gejala dan peristiwa hukumnya

melakukan pemilahan terhadap bahan-bahan hukum relevan tersebut di atas agar

sesuai dengan masing-masing permasalahan yang dibahas dengan mempertautkan

bahan hukum yang ada.21Data yang diperoleh berdasarkan kenyataan yang ada di

Sibolga Kota dan Lurah Kota Beringin, kemudian dikaitkan dengan penerapan

17

Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Penerbit Rajawali Pers, 2013), hal 118 dan 119

18 Ibid 19

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif : Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta: Penebit Rajawali Pres, 2013), hal 41

20

Bambang Sunggono, Op.Cit, hal 35 21

(14)

peraturan perundang-undangan yang berlaku dibahas, dianalisa, kemudian ditarik

kesimpulan yang akhirnya digunakan untuk menjawab permasalahan yang ada.

F. Sistematika Penulisan

Skripsi ini diuraikan dalam 5 bab, dan tiap-tiap bab terbagi atas beberapa

sub-sub, untuk mempermudah dalam memaparkan materi dari skripsi ini yang dapat

digambarkan sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN,

bab ini merupakan gambaran umum yang berisi tentang Latar

Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat

Penulisan, Keaslian Penulisan, Metode Penelitian, dan Sistematika

Penulisan.

BAB II : PELAYANAN PUBLIK BERDASARKAN UNDANG-UNDANG

NOMOR 25 TAHUN 2009.

Bab ini berisikan tentang pengertian pelayanan publik, standar

pelayanan publik dan instansi penyelenggara pelayanan publik.

BAB III : PELAKSANAAN PELAYANAN PUBLIK DI KECAMATAN

SIBOLGA KOTA.

Bab ini berisikan tentang Gambaran umum Kecamatan Sibolga Kota,

Jenis-jenis Pelayanan Publik di Kecamatan Sibolga Kota dan Kinerja

Penyelenggara Pelayanan Publik di Kecamatan Sibolga Kota.

BAB IV : HAMBATAN DAN SOLUSI DALAM PELAYANAN PUBLIK DI

KECAMATAN SIBOLGA KOTA.

Bab ini berisi tentang hambatan dalam penyelenggaraan pelayanan

(15)

penyelenggaraan pelayanan publik di Kecamatan Sibolga Kota dan

Upaya pemerintah Kecamatan Sibolga Kota dalam meningkatkan

Pelayanan publik.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN.

Merupakan bab penutup dari seluruh rangkaian bab-bab sebelumnya,

yang berisikan kesimpulan yang dibuat berdasarkan uraian skripsi ini,

Referensi

Dokumen terkait

Program Bantuan Studi S3 Luar negeri merupakan program bantuan yang diberikan oleh Kementerian Agama RI kepada tenaga pendidik (dosen) dan kependidikan yang berada pada

Berdasarkan rumusan masalah, adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui peran kelompok teman sebaya (peer.. group) dalam penanggulangan narkoba

Strategi Belajar Mengajar penerapammya dalam pembelajara pendidikan agama.. CV Citra Media

THE ROLE OF THE GROUP OF ADOLESCENT DRUG PREVENTION EFFORT IN THE MOSQUE IN KAMPUNG KUBUR KELURAHAN PETISAH TENGAH KECAMATAN MEDAN PETISAH KOTA

Perhitungan potensi sumur minyak dengan water cut tinggi menggunakan Metode Vogel didasarkan pada temuan bahwa hasil dari Metode Vogel sesuai dengan data tes

Rendahnya populasi dan intensitas serangan kutu kebul pada tanaman kedelai, mengakibatkan kombinasi sistem pengairan dan teknik budidaya tidak memberikan pengaruh yang

Pada pertanaman pepaya di Kota Banjarbaru terdapat empat spesies tungau hama yang menyerang yaitu Tetranychus piercei, Aculops pelekassi, Brevipalpus phoenicis dan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil deteksi dini antigen virus Dengue pada sediaan apus darah tipis dan tebal penderita infeksi virus Dengue dengan