BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pelayanan publik yang menjadi fokus studi disiplin ilmu Administrasi Negara di
Indonesia, masih menjadi persoalan yang perlu memperoleh perhatian dan penyelesaian
yang komprehensif. Misalnya dapat dengan mudah dibuktikan di mana berbagai tuntutan
pelayanan publik sebagai tanda ketidakpuasan sehari-hari banyak kita lihat. Harus diakui,
bahwa pelayanan yang diberikan oleh pemerintah kepada rakyat terus mengalami
pembaruan, baik dari sisi paradigma maupun format pelayanan seiring dengan
meningkatnya tuntutan masyarakat dan perubahan di dalam pemerintah itu sendiri.
Meskipun demikian, pembaruan dilihat dari kedua sisi tersebut belumlah memuaskan,
bahkan masyarakat masih diposisikan sebagai pihak yang tidak berdaya dan
termarginalisasikan dalam kerangka pelayanan.1
Didalam mengkonstruksi hukum administrasi negara yang mengatur
pelayanan publik, maka konstruksi hukum administrasi negara bidang
penyelenggaraan pelayanan publik (regulatory laws) harus lebih memenuhi harapan masyarakat. suatu ius constituendum, yang memungkinkan terealisasinya Standar Pelayanan Publik, dalam kerangka penyelenggaraan hukum administrasi negara yang
mengatur pelayanan publik, yang lebih responsif dan partisipatif dan yang secara
khusus sesuai dengan kondisi yang berkembang dalam masyarakat daerah.
Selama ini, hukum administrasi negara yang terdiri dari berbagai macam
peraturan yang bertujuan untuk menyelenggarakan pemerintahan dan pelayanan
administrasi kepada publik cenderung digunakan oleh pihak-pihak tertentu untuk
1
kepentingannya sendiri. Pelayanan yang seharusnya ditujukan pada masyarakat
umum, kadang di balik menjadi pelayanan masyarakat terhadap negara, meskipun
negara berdiri sesungguhnya adalah untuk kepentingan masyarakat yang
mendirikannya. Artinya birokrat sesungguhnya haruslah memberikan pelayanan
terbaik kepada masyarakat.2
Tuntutan masyarakat mengenai perbaikan kualitas pelayanan publik
ditanggapi oleh pemerintah dengan serius. Dengan dikeluarkannya UU No. 25 Tahun
2009 tentang Pelayanan Publik merupakan salah satu upaya perbaikan pelayanan
publik. Selain itu, disebutkan juga mengenai standar pelayanan yang merupakan
ukuran yang dibakukan dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang wajib ditaati
oleh pemberi dan penerima pelayanan. Dalam pasal 5 UU No. 25 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik ruang lingkup pelayanan publik meliputi pelayanan barang dan jasa
publik serta pelayanan administratif yang diatur dalam peraturan
perundang-undangan. UU No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik merupakan acuan bagi
seluruh penyelenggaraan pelayanan publik dalam pengaturan dan pelaksanaan
kegiatan pelayanan publik sesuai dengan kewenangannya. Undang-undang Pelayanan
Publik (secara resmi bernama Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik) adalah Undang-undang yang mengatur tentang prinsip-prinsip
pemerintahan yang baik yang merupakan efektifitas fungsi-fungsi pemerintahan itu
sendiri.
Dalam menjalankan fungsinya untuk memberikan pelayanan kepada
masyarakat, pemerintah sudah mengeluarkan kebijakan dalam bentuk UU Nomor 25
tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik, kebijakan ini bertujuan memaksimalkan
2
pelayanan pemerintah sehingga menciptakan iklim pelayanan prima pada setiap
instansi pemerintah. Implementasi UU Nomor 25 tahun 2009 Tentang Pelayanan
Publik sampai saat ini belum dilakukan dengan maksimal oleh pemerintah, seperti
pada Kecamatan Sibolga Kota, pelayanan yang diberikan kepada masyarakat belum
efektif dan efesien, sehingga masyarakat yang ingin mendapat pelayanan pada
instansi tersebut tidak sesuai dengan yang diharapkan. Masyarakat harus membayar
lebih dari harga yang telah di tetapkan untuk mendapat pelayanan yang baik serta
proses pelayanannya begitu lama dari waktu yang telah ditetapkan.
Undang-undang berasaskan pada kepentingan umum, adanya kepastian hukum,
adanya kesamaan hak, adanya keseimbangan hak dan kewajiban, keprofesionalan,
partisipatif, persamaan dalam perlakuan/tidak diskriminatif, keterbukaan, akuntabilitas,
fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan, ketepatan waktu dan kecepatan,
kemudahan dan keterjangkauan dan bertujuanagar batasan dan hubungan yang jelas
tentang hak, tanggung jawab, kewajiban, dan kewenangan seluruh pihak yang terkait
dengan penyelenggaraan pelayanan publik, menjalankan system penyelenggaraan
pelayanan publik yang layak sesuai dengan asas-asas umum pemerintahan dan korporasi
yang baik dalam penyelenggaraan pelayanan publik sesuai dengan peraturan
perundang-undangan dan memberikan perlindungan dan kepastian hukum bagi masyarakat dalam
mendapatkan penyelengaraan pelayanan publik.3
Dari penelitian yang dilakukan di wilayah Kecamatan Sibolga Kota diperoleh
fakta bahwa hukum administrasi negara yang mengatur penyelenggaraan pelayanan
publik yang tertuang dalam Standar Pelayanan Publik diselenggarakan bervariasi
sehubungan dengan kondisi sosial, budaya dan kebutuhan masyarakat di wilayah
Kecamatan Sibolga Kota. Hukum administrasi negara yang mengatur
3
penyelenggaraan pelayanan publik (regulatory laws) di Kecamatan Sibolga Kota, yang tertuang dalam standart pelayanan yang mencakup penetapan prosedur
pelayanan, penetapan waktu pelayanan, penetapan biaya pelayanan dan penetapan
mekanisme pengaduan, penetapan fasilitas pelayanan (pelayanan khusus) dan
segi-segi lain dalam penyelenggaraan pelayanan publik dilaksanakan dengan melibatkan
para pihak dalam ruang partisipasi masyarakat.
Pelayanan publik menjadi sangat penting karena senantiasa berhubungan dengan
khalayak masyarakat ramai yang memiliki keanekaragaman kepentingan dan tujuan.
Salah satu dari filosofi otonomi daerah sebenarnya adalah semakin mendekatkan
pelayanan yang baik dan lebih efektif kepada masyarakat.4 Pada Kecamatan Sibolga
Kota, pelaksanaan pelayanan publik sangat penting untuk diperhatikan.
Dengan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk membuat karya tulis dalam
bentuk skripsi dengan judul “Kajian Hukum Administrasi Negara Terhadap Pelaksanaan Pelayanan Publik Berdasarkan UU No.25 Tahun 2009 (Studi di Kecamatan Sibolga Kota).”
B. Perumusan Masalah
Adapun yang merupakan permasalahan dalam penulisan ini adalah :
1. Bagaimanakah pelayanan publik berdasarkan UU No.25 tahun 2009?
2. Bagaimanakah pelaksanaan pelayanan publik di Kecamatan Sibolga Kota?
3. Bagaimanakah hambatan dan solusi dalam pelayanan publik di Kecamatan
Sibolga Kota?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
4
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penulis melaksanakan penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui pelayanan publik berdasarkan UU No.25 tahun 2009.
b. Untuk mengetahui pelaksanaan pelayanan publik di Kecamatan Sibolga Kota.
c. Untuk mengetahui hambatan dan solusi dalam pelayanan publik di Kecamatan
Sibolga Kota.
2. Manfaat penelitian
Adapun manfaat penelitian skripsi yang akan penulis lakukan adalah:
a. Sebagai bahan masukan teoritis bagi penulis untuk menambah pengetahuan
dan pemahaman hukum administrasi negara.
b. Untuk menerapkan pengetahuan penulis secara praktis agar masyarakat
mengetahui bagaimana Pelaksanaan Pelayanan Publik Berdasarkan UU No.25
Tahun 2009 (Studi di Kecamatan Sibolga Kota).
D. Keaslian Penulisan
Adapun judul tulisan ini adalah Kajian Hukum Administrasi Negara Terhadap
Pelaksanaan Pelayanan Publik Berdasarkan UU No.25 Tahun 2009 (Studi di
Kecamatan Sibolga Kota), judul skripsi ini belum pernah ditulis, sehingga tulisan ini
asli dalam hal tidak ada judul yang sama. Dengan demikian ini keaslian skripsi ini
dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
E. Tinjauan Kepustakaan
Hukum administrasi negara dapat dijadikan instrumen untuk terselenggaranya
pemerintahan yang baik. Penyelenggaraan pemerintahan lebih nyata dalam hukum
administrasi negara, karena di sini akan terlihat konkrit hubungan antara pemerintah
setidaknya dapat dijadikan ukuran apakah penyelenggaraan pemerintahan sudah baik
atau belum.
Secara faktual (empiris) pelayanan publik yang dilakukan oleh aparat
pemerintah selama ini masih menampilkan ciri-ciri yang berbelit-belit, lambat, mahal,
serta melelahkan. Kecenderungan seperti itu terjadi karena masyarakat masih
diposisikan sebagai pihak yang melayani, bukan yang dilayani.Untuk itu, diperlukan
suatu perubahan paradigma dalam bidang pelayanan publik dengan mengembalikan
dan mendudukkan pelayan dan yang dilayani pada posisi yang sesungguhnya. Secara
filosofi, pelayanan yang diberikan oleh aparat pemerintah kepada masyarakat
ditafsirkan sebagai kewajiban bukan hak, karena mereka (birokrat) diangkat dan
ditugasi untuk melayani masyarakat, oleh karena itu harus dibangun komitmen yang
kuat untuk melayani sehingga pelayanan akan menjadi responsif terhadap kebutuhan
masyarakat dan dapat merancang model pelayanan yang lebih kreatif serta lebih
efisien.5
Menurut Inu Kencana, pelayanan publik diartikan sebagai setiap kegiatan yang
dilakukan oleh pemerintah terhadap sejumlah manusia yang memiliki kegiatan yang
menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan kepuasan
meskipun hasilnya tidak terkait pada suatu produk secara fisik. Pelayanan publik
adalah pelayanan yang diberikan oleh pemerintah sebagai penyelenggara negara
terhadap masyarakatnya guna memenuhi kebutuhan masyarakat itu sendiri dan
memiliki tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Penyelenggaraan pelayanan publik merupakan salah satu upaya dari
pemerintah demi terwujudnya kesejahteraan, sebagaimana yang menjadi tujuan
5
negara Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 dan fungsi dari
administrasi negara. Dengan kata lain, pelayanan publik adalah salah satu konsep
untuk mencapai apa yang dikehendaki oleh masyarakat dan negara.
Masyarakat setiap waktu akan selalu menuntut pelayanan publik yang
berkualitas dari birokrat, meskipun tuntutan itu seringkali tidak sesuai dengan apa
yang diharapkan, karena secara empiris pelayanan publik yang terjadi selama ini
masih menampilkan ciri-ciri, yakni berbelit-belit, lambat, mahal, dan melelahkan.
Kecenderungan seperti itu terjadi karena masyarakat masih diposisikan sebagai pihak
yang “melayani” bukan yang “dilayani”.6
Konsep pelayanan, di kenal dua jenis pelaku pelayanan, yaitu penyedian layanan
dan penerima layanan atau service provider adalah pihak yang dapat memberikan suatu layanan tertentu kepada konsumen, baik berupa layanan dalam bentuk penyedian dan
penyerahan barang (goods) atau jasa- jasa (services). Penerima layanan atau service receiver adalah pelanggan (custumer) atau konsumen (consumer) yang menerima layanan dari para penyedia layanan.7
Pengertian mengenai pelayanan publik dikemukakan pula oleh Sinambela yang
mengatakan bahwa pelayanan publik adalah pemenuhan keinginan dan kebutuhan
masyarakat oleh penyelenggara negara. Pada hakikatnya negara dalam hal ini pemerintah
(birokrat) haruslah dapat memenuhi kebutuhan masyarkat. Kebutuhan dalam hal ini
bukanlah kebutuhan secara individual akan tetapi berbagai kebutuhan yang sesungguhnya
diharapkan oleh masyarakat, misalnya kebutuhan akan kesehatan, pendidikan, dan
lain-lain.8
6
Juniarso Ridwan dan Achmad Sodik Sudrajat, Op.Cit, hlm. 17 7
Atep Adya Barata. Dasar- dasar Pelayanan Prima. (Jakarta; PT. Gramedia Utama, 2003), hal 11
8
Sedangkan Lewis dan Gilman mendefinisikan pelayanan publik sebagai
berikut: Pelayanan publik adalah kepercayaan publik. Warga negara berharap
pelayanan publik dapat melayani dengan kejujuran dan pengelolaan sumber
penghasilan secara tepat, dan dapat dipertanggungjawabkan kepada publik. Pelayanan
publik yang adil dan dapat dipertanggung-jawabkan menghasilkan kepercayaan
publik. Dibutuhkan etika pelayanan publik sebagai pilar dan kepercayaan publik
sebagai dasar untuk mewujudkan pemerintah yang baik.9
Pengertian pelayanan publik dari wikipedia adalah sebagai berikut: Pelayanan
publik adalah istilah untuk layanan yang disediakan oleh pemerintah kepada warga
negaranya, baik secara langsung (melalui sektor publik) atau dengan membiayai
pemberian layanan swasta. Istilah ini dikaitkan dengan konsensus sosial (biasanya
diwujudkan melalui pemilihan demokratis), yaitu bahwa layanan tertentu harus
tersedia untuk semua kalangan tanpa mamandang pendapatan mereka. Bahkan apabila
layanan-layanan umum tersebut tersedia secara umum atau dibiayai oleh umum,
layanan-layanan tersebut, karena alasan politis atau sosial, berada di bawah
peraturan/regulasi yang lebih tinggi daripada peraturan yang berlaku untuk sektor
ekonomi. Istilah layanan publik juga merupakan istilah lain untuk layanan sipil.10
Dalam Undang-Undang Pelayanan Publik terdapat pengertian “pelayanan
publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan
penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh
9
Lewis, Carol W., and Stuart C. Gilman. The Ethics Challenge in Public Service: A Problem-Solving Guide. Market Street, (San Fransisco: Jossey-Bass, 2005). hal 22
10
penyelenggara pelayanan publik”.11
Penyelenggaraan pelayanan publik yang
selanjutnya disebut penyelenggara adalah setiap institusi peyelenggara negara,
korporasi, lembaga independen yang dibentuk berdasarkan undang-undang untuk
kegiatan pelayanan publik dan badan hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk
kegiatan publik.12
Pengaturan hukum administrasi negara yang penyelenggaraan pelayanan
publik yang dibangun dengan komitmen bersama akan menghasilkan kebijakan dan
aturan yang mencerminkan moralitas kerja-sama. Perilaku penyelenggara pelayanan
publik dan masyarakat pengguna pelayanan publik akan tunduk pada prinsip-prinsip
dan kebijakan yang telah disepakati. Sementara itu, mekanisme merekonstruksi
hukum administrasi negara yang mengatur penyelenggaraan pelayanan publik pun
dapat diharapkan kalau akan berjalan dalam suatu situasi saling kontrol antara para
penyelenggara dan warga masyarakat pengguna jasa pelayanan publik. Melalui
mekanisme ini akan tercipta pelayanan yang berkeadilan serta meningkatkan posisi
warga, tidak saja sebagai pengguna pelayanan saja tetapi juga sebagai pihak yang
akan lebih berposisi tawar (bargain) yang lebih baik untuk mendapatkan jasa pelayanan yang lebih baik. Tanggung jawab bersama yang dikembangkan melalui
ruang partisipasi masyarakat dengan model pelibatan para fihak tersebut di atas juga
dapat diharapkan akan merangsang penyelenggara pelayanan publik untuk
mengembangkan dan memperluas kompetensi aparaturnya agar senantiasa dapat
melaksanakan tugas pelayanan dengan lebih baik. Model penyedian ruang partisipasi
masyarakat dalam merekonstruksi hukum administrasi negara yang mengatur
penyelenggaraan pelayanan publik, diharapkan akan mampu memberi pembelajaran
11
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
12
kepada masyarakat untuk lebih bertanggung-jawab dalam proses demokrasi yang
sedang berjalan. Model partisipasi dalam rekonstruksi hukum administrasi negara
yang mengatur penyelenggaraan pelayanan publik yang mengedepankan
tanggung-jawab bersama, para pihak diharapkan senantiasa mengembangkan pencarian
alternatif secara positif berkait sistem pngaturan, sistem penyelenggaraan, dan
kewajiban berswasembada untuk tidak bergantung kepada pihak luar. Pemberian
insentif kepada penyelenggara dan pengguna pelayanan dapat dikembangkan melalui
forum pelibatan para pihak dalam ruang partisipasi masyarakat. Standar Pelayanan
Publik yang dikonstruksi lewat proses yang secara responsif melibatkan partisipasi
masyarakat lokal, yang pada hakikatnya merupakan kontak pelayanan antara
pemerintah daerah dan masyarakat setempat, akan lebih mampu mengatasi berbagai
masalah resistensi di daerah daripada aturan-aturan serupa yang ditetapkan secara
sentral, yang oleh sebab itu juga perlu dipertimbangkan dengan sungguh-sungguh
oleh para pejabat yang berwenang.
Sebagai negara kesejahteraan, tugas pemerintah dalam meyelenggarakan
kepentingan umum menjadi sangat luas. Untuk itu diperlukan adanya keleluasaan
untuk bergerak dalam administrasi negara sesuai dengan kewenangan yang diberikan.
Begitu luas fungsi administrasi negara dalam negara kesejahteraan, sehingga semakin
luas pula bidang tugas yang diemban. Sunaryati Hartono menyatakan sukar untuk
dibayangkan suatu negara modern saat ini tanpa adanya hukum administrasi Negara.13
Suatu kenyataan bahwa tidak semua kebijakan yang telah diambil oleh aparat
pemerintah untuk menyelesaikan suatu permasalahan tertentu seringkali dalam
pelaksanaannya mengalami hambatan sehingga tujuan dikeluarkannya kebijakan
13
tersebut tidak membuahkan hasil sesuai yang diharapkan. Bahkan tidak sedikit
kebijakan yang diambil oleh aparat pemerintah sama sekali tidak berfungsi/gagal
fungsi. Dalam hal yang demikian itu kebijakan yang telah diambil dapat dikatakan
malfungsi administrasi/gagal fungsi secara administrasi.14
Pada beberapa dekade saat ini, peran masyarakat dalam penyelenggaraan
layanan publik sudah semakin meluas sejalan dengan semakin besarnya peran dunia
usaha dalam kegiatan pemerintahan dan pembangunan, Keberadaan Undang-undang
Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik memberikan basis legal yang kuat
bagi lembaga non pemerintahan untuk terlibat dalam penyelenggaraan layanan publik,
korporasi, organisasi sosial kemasyarakatan, dan organisasi non pemerintahan lainnya
dapat terlibat secara aktif dalam penyelenggaraan layanan publik. Sebagaimana
dijelaskan dalam konsep pelayanan publik sebelumnya bahwa, pelayanan publik dapat
diselenggarakan bukan hanya birokrasi pemerintah tetapi juga dapat dilakukan oleh
lembaga-lembaga lain diluar pemerintah termasuk dunia usaha dan organisasi nirlaba.
Keberadaan mereka sebagai penyelenggara layanan publik penting untuk dipelihara
sebagai pilihan penyelenggara bagi warga pengguna agar mereka dapat memilih
Pelayanan Publik sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya. Secara umum
Pelayanan Publik yang diselenggarakan oleh pemerintah, yang cenderung seragam
dan masif, sering kurang mampu menjawab kebutuhan warga yang beragam dalam
jenis dan kualitas. Korporasi dan organisasi nirlaba sering lebih mampu menjawab
dinamika kebutuhan masyarakat yang semakin tinggi dan kompleks.15
14
Jawade Hafidz, Malfungsi HAN Dan Upaya Melakukan Rekonstruksi Sistem Hukum Yang Ada Menuju Hukum Yang Melayani, Jurnal Hukum, Vol XXVIII, No. 2, Desember 2012, (Bandung: Fakultas Hukum Unissula, 2010), hal 17.
15
E. Metode Penelitian
Metode Penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini terdiri dari :
1. Sifat / Jenis Penelitian
Sifat / Jenis Penelitian yang dipergunakan dalam menyelesaikan skripsi ini adalah
bersifat deskriptif analisis mengarah kepada penelitian yuridis normatif, yaitu
suatu penelitian yang dilakukan atau ditujukan hanya pada peraturan yang tertulis
atau bahan hukum yang lain.
2. Sumber data
Materi dalam skripsi ini di ambil dari data sekunder. Adapun data sekunder yang
di maksud adalah :
a. Bahan Hukum Primer
Bahan hukum Primer yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat. Bahan hukum
primer, terdiri dari :16
1) Norma atau Kaidah dasar
2) Peraturan dasar
3) Peraturan perundang-undangan antara lain: Undang-undang No. 25 Tahun 2009
tentang Pelayanan Publik, dan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara No.63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan
Pelayanan Publik.
b. Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai
hukum bahan hukum primer,17 seperti: hasil penelitian, artikel,
hasil-hasil seminar atau pertemuan ilmiah lainnya dari kalangan pakar hukum.
16
c. Bahan Hukum Tersier
Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan atau
petunjuk terhadap bahan hukum primer dan sekunder.18 Bahan hukum tersier
merupakan bahan hukum penunjang yang mencakup bahan yang memberi
petunjuk-petunjuk maupun penjelasan terhadap hukum primer dan sekunder,
serta bahan-bahan primer, sekunder tersier (penunjang) di luar bidang hukum,
misalnya yang berasal dari: Sosiologi, Ekologi, Teknik, Filsafat, dan lainnya
yang dipergunakan untuk melengkapi atau menunjang data penelitian.19.
3. Alat Pengumpul Data
Alat yang dipergunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah
melalui studi pustaka (library research),20 dan selain itu untuk mendukung penelitian, juga di lakukan penelitian lapangan yaitu mengadakan wawancara dengan informan
yaitu Camat Sibolga Kota dan Lurah Kota Beringin.
4. Analisis Data
Data yang berhasil dikumpulkan, data sekunder, kemudian diolah dan
dianalisa dengan mempergunakan teknik analisis metode kualitatif, yaitu dengan
menguraikan semua data menurut mutu, dan sifat gejala dan peristiwa hukumnya
melakukan pemilahan terhadap bahan-bahan hukum relevan tersebut di atas agar
sesuai dengan masing-masing permasalahan yang dibahas dengan mempertautkan
bahan hukum yang ada.21Data yang diperoleh berdasarkan kenyataan yang ada di
Sibolga Kota dan Lurah Kota Beringin, kemudian dikaitkan dengan penerapan
17
Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Penerbit Rajawali Pers, 2013), hal 118 dan 119
18 Ibid 19
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif : Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta: Penebit Rajawali Pres, 2013), hal 41
20
Bambang Sunggono, Op.Cit, hal 35 21
peraturan perundang-undangan yang berlaku dibahas, dianalisa, kemudian ditarik
kesimpulan yang akhirnya digunakan untuk menjawab permasalahan yang ada.
F. Sistematika Penulisan
Skripsi ini diuraikan dalam 5 bab, dan tiap-tiap bab terbagi atas beberapa
sub-sub, untuk mempermudah dalam memaparkan materi dari skripsi ini yang dapat
digambarkan sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN,
bab ini merupakan gambaran umum yang berisi tentang Latar
Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat
Penulisan, Keaslian Penulisan, Metode Penelitian, dan Sistematika
Penulisan.
BAB II : PELAYANAN PUBLIK BERDASARKAN UNDANG-UNDANG
NOMOR 25 TAHUN 2009.
Bab ini berisikan tentang pengertian pelayanan publik, standar
pelayanan publik dan instansi penyelenggara pelayanan publik.
BAB III : PELAKSANAAN PELAYANAN PUBLIK DI KECAMATAN
SIBOLGA KOTA.
Bab ini berisikan tentang Gambaran umum Kecamatan Sibolga Kota,
Jenis-jenis Pelayanan Publik di Kecamatan Sibolga Kota dan Kinerja
Penyelenggara Pelayanan Publik di Kecamatan Sibolga Kota.
BAB IV : HAMBATAN DAN SOLUSI DALAM PELAYANAN PUBLIK DI
KECAMATAN SIBOLGA KOTA.
Bab ini berisi tentang hambatan dalam penyelenggaraan pelayanan
penyelenggaraan pelayanan publik di Kecamatan Sibolga Kota dan
Upaya pemerintah Kecamatan Sibolga Kota dalam meningkatkan
Pelayanan publik.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN.
Merupakan bab penutup dari seluruh rangkaian bab-bab sebelumnya,
yang berisikan kesimpulan yang dibuat berdasarkan uraian skripsi ini,