• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kapasitas Vital Paru pada Karyawan di Unit Boiler PT. Apac Inti Corpora Semarang Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kapasitas Vital Paru pada Karyawan di Unit Boiler PT. Apac Inti Corpora Semarang Tahun 2014"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Kapasitas Vital Paru pada Karyawan di Unit Boiler

PT. Apac Inti Corpora Semarang Tahun 2014

Aryanti*); Eko Hartini, ST, M.Kes *) *) Alumni Fakultas Kesehatan UDINUS **) Staff pengajar Fakultas Kesehatan UDINUS

ABSTRAK

Unit boiler PT. Apac Inti Corpora menggunakan bahan bakar batubara,. dari hasil pembakaran batubara dihasilkan gas buang dan debu. Berdasarkan data 10 besar penyakit, penyakit respirasi merupakan penyakit yang paling banyak dikeluhkan oleh karyawan di unit boiler dan jumlah keluhannya mengalami peningkatan setiap bulannya. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kapasitas vital paru di unit boiler PT. Apac Inti Corpora Semarang.

Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional dengan jumlah sampel sebanyak 33 karyawan. Faktor – faktor yang diteliti adalah umur, lama kerja, kebiasaan menggunakan masker, kebiasaan merokok, kebiasaan olahraga dan Kapasitas Vital Paru. Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner. Uji statistik yang digunakan adalah uji mann whitney dan uji Fisher Exact.

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden mempunyai kapatitas vital paru normal (78,8%) dan hanya sedikit yang menunjukkan adanya retriksi pada paru-paru (21,2%). Dari analisa data yang dilakukan, dalam sampel ini di dapat bahwa sebagian besar responden berumur lebih dari 40 tahun, karyawan dengan masa kerja lama lebih banyak, hanya sedikit karyawan yang merokok dengan kategori “sedang” dan banyak karyawan yang tidak rutin berolah raga. Variabel lama kerja terbukti berhubungan dengan kapasitas vital paru pada responden (p value = 0,009)

Kata Kunci : Kapasitas Vital Paru, Restriksi, Boiler, Masker, merokok

ABSTRAC

Boiler unit PT. Apac Inti Corpora using coal fuel,. resulting from the burning of coal flue gas and dust. Based on data from 10 major diseases, respiratory disease is a disease that most complained of by the employee in the boiler unit and the number of grievances has increased every month. The purpose of this study was to analyze factors associated with lung vital capacity in the boiler unit PT. Apac Inti Corpora Semarang.

This study used a cross sectional design with a sample size of 33 employees. Factors - factors studied were age, duration of work, the habit of using a mask, smoking habits, exercise habits and Vital Lung Capacity. Method of data collection

(3)

by interview using a questionnaire. The statistical test used is the Mann Whitney test and Fisher's Exact test.

The results showed the majority of respondents have normal lung vital capacity (78.8%) and There was little that indicates the presence of retriksi in the lungs (21,2%). Data analysis results showed that, In this sample could be that most respondents in more than 40 years old, An employee in the old workings more, Only a few employees who smoke by category “medium” and Many employees who do not routinely sporting. Variable old workings proven associated with vital lung capacity among respondents (p value = 0,009).

Keywords : Vital Lung Capacity, restriction, Boilers, Masks, smoke

PENDAHULUAN

Kapasitas Vital Paru adalah jumlah udara maksimum pada seseorang yang berpindah pada satu tarikan nafas.(1) Menurut ATS (American Thoracis Society) ada beberapa kategori gangguan fungsi paru, dikatakan berat apabila KVP (Kapasitas Vital Paru) 50 %, dikatakan sedang jika KVP antara 51-59% dan dikatakan ringan jika KVP antara 60-79%. Gangguan fungsi paru akibat paparan pencemaran partikel debu dapat berupa restriksi dan obstruksi atau keduanya, restriksi dan obstruksi berarti penyempitan jalur pernafasan sehingga mengurangi KVP seseorang. Gejala-gejala antara lain batuk kering, sesak napas, kelelahan umum, banyak dahak dan lain-lain. Pemaparan debu mineral diketahui dapat menimbulkan peubahan khas dalam mekanik pernapasan dan volume paru dengan pola restriksik.(2)

Lingkungan kerja yang sering penuh dengan debu, uap, gas, dan lainya disatu pihak menganggu produktifitas dan di pihak lain menganggu kesehatan.(3) Penumpukan debu yang tinggi di paru dapat menyebabkan kelainan dan kerusakan paru. Penyakit akibat penumpukan debu pada paru disebut pneumoconiosis. salah satu bentuk kelainan paru yang bersifat menetap adalah berkurangnya elastisitas paru, yang ditandai dengan penurunan pada kapasitas vital paru.(4) Fungsi paru dapat menjadi tidak maksimal karena faktor dari luar tubuh atau faktor ekstrinsik yang meliputi kandungan komponen fisik udara, komponen kimiawi dan faktor dari dalam tubuh penderita itu sendiri atau instriksik.(5)

PT. Apac Inti Corpora Semarang. PT. Apac Inti Corpora merupakan salah satu industri yang berkembang pesat dan bergerak di bidang tekstil. Unit yang ada di PT. Apac inti Corpora adalah unit boiler, spinning dan weaving. Dari ketiga unit tersebut menghasilkan debu kapas dan debu batu bara. Debu batubara dihasilkan dari unit boiler dan debu kapas dihasilkan dari unit spinning dan unit weaving.

Berdasarkan data sepuluh besar penyakit Oktober – Desember 2013, penyakit sistem respirasi paling banyak dikeluhkan oleh karyawan. Jumlah keluhan penyakit sistem respirasi tiap bulannya mengalami peningkatan. Kasus bulan Oktober tahun 2013 sebanyak 368, bulan November naik menjadi 460 dan bulan Desember tahun 2013 kembali naik menjadi 484. Untuk di unit Boiler sendiri data kesehatan tahun 2014 dari bulan Januari sampai dengan bulan April penderita penyakit sistem respirasi sebanyak 30 kasus. Dimana tiap bulannya yaitu : Januari

(4)

2014 sebanyak 7 kasus, Februari 2014 sebanyak 9 kasus, Maret sebanyak 2014 6 kasus, dan April 2014 sebanyak 8 kasus.

Penyakit sistem respirasi pada karyawan tidak hanya berasal dari dampak proses produksi, ada faktor-faktor lain yang mungkin mempengaruhi terjadinya penyakit sistem respirasi tersebut misalnya kebiasaan merokok dan pemakaian APD yang juga akan berpengaruh terhadap tingginya kasus tersebut. Berdasarkan survei awal yang sudah dilakukan di bagian operator diketahui bahwa dari 10 orang ada 6 orang yang memiliki kebiasaan merokok, rata-rata pekerja melakukan senam seminggu sekali, untuk penggunaan APD masker dari 10 orang sebagian besar sudah memakai APD. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kapasitas vital paru pada karyawan di unit boiler PT. Apac Inti Corpora Semarang.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional dengan jumlah sampel sebanyak 33 karyawan dan menggunakan kriteria inklusi dan eksklusi. Faktor – faktor yang diteliti adalah umur, lama kerja, kebiasaan menggunakan masker, kebiasaan merokok, kebiasaan olahraga dan Kapasitas Vital Paru.

Metode pengumpulan data dilakukan dengan 3 cara yaitu wawancara menggunakan kuesioner, observasi dan pengukuran kapasitas vital paru (KVP) menggunakan alat pengukur KVP yang disebut spirometri.

Sedangkan analisa data untuk uji beda menggunakan uji mann whitney, dan untuk uji hubungan menggunakan uji fisher exact dengan nilai signifikansi 0,05. HASIL PENELITIAN

1. Karakteristik Individu

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden

Variabel Jumlah % Umur <40 14 42,4 ≥40 19 57,6 Lama Kerja <5 15 45,5 ≥5 18 54,5

Kebiasaan Menggunakan Masker

(5)

Variabel Jumlah %

Tidak memakai 2 6,1

Kebiasaan Merokok

Ringan 28 84,8

Sedang 5 15,2

Kebiasaan Olah Raga

Rutin 8 24,2

Tidak Rutin 25 75,8

Kapasitas Vital Paru

Normal 26 78,8

Restriksi 7 21,2

Jumlah responden yang berumur ≥ 40 tahun sejumlah 19 orang (57,6%). Sedangkan jumlah responden yang bekerja dengan kategori lama / ≥ 5 tahun berjumlah 18 orang (54,5%).

Jumlah responden yang mempunyai kebiasaan menggunakan masker berjumlah 31 orang (93,9%). Sedangkan responden memiliki kebiasaan merorok dengan kategori “ringan” berjumlah 28 orang (84,8%).

Jumlah responden yang mempunyai kebiasaan olah raga dengan kategori “Tidak rutin” berjumlah 25 orang (75,8%)

Hasil pemeriksaan Kapasitas Vital Paru (KVP) pada responden dengan menggunakan spirometri, didapat responden yang memiliki Kapasitas Vita Paru (KVP) dengan kategori “normal” berjumlah 26 orang (78,8%) dan yang memiliki Kapasitas Vital Paru (KVP) dengan kategori “retriksi” berjumlah 7 orang (21,2%).

(6)

2. Analisis Bivariat

Uji statistik terhadap sejumlah 33 karyawan yang bekerja sebagai operator di Unit Boiler dapat dilihat pada tabel dibawah ini

.

Tabel 2. Hasil Uji Statistik Bivariat

Variabel Penelitian Uji statistik P value Keterangan Umur – KVP Mann whitney 0,185 Tidak ada

perbedaan Lama Kerja – KVP Fisher exact 0,009 Ada

hubungan Kebiasaan Menggunakan

Masker – KVP

Fisher exact 1,000 Tidak ada perbedaan Kebiasaan Merokok – KVP Mann whitney 0,337 Tidak ada hubungan Kebiasaan Olahraga- KVP Fisher exact 0,652 Tidak ada hubungan

PEMBAHASAN

1. Hubungan antara Umur dengan Kapasitas Vital Paru

Berdasarkan hasil analisa data yang dilakukan menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara Umur dengan Kapasitas Vital Paru. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Septiyani Caesar Puteri dan Rizky Agwis Huda Raharjo yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara umur dengan kapasitas votal paru.(6)

Namun hasil penelitian lain menunjukkan bahwa penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Karbella Kuantanades Hasty yang menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kapasitas vital paru dengan usia pekerja pada bagian plant PT. Sibelco Minerals Jakarta tahun 2011.(7)

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Suyono bahwa usia berhubungan dengan proses penuaan atau bertambahnya umur. Semakin tua usia seseorang maka semakin besar kemungkinan terjadi penurunan fungsi paru.(8) Penurunan kapasitas vital paru dapat terjadi setelah usia 30 tahun, tetapi penurunan kapasitas vital paru akan cepat setelah umur 40 tahun.

Hasil penelitian yang berbeda kemungkinan di pengaruhi oleh teknik pengambilan sampel, jumlah sampel dalam penelitian serta pengambilan sampel yang tidak homogen. Selain itu jenis paparan debu yang masuk kedalam tubuh juga berbeda – beda.

(7)

Menurut Suyono, usia berhubungan dengan proses penuaan atau bertambahnya umur. Semakin tua usia seseorang maka semakin besar kemungkinan terjadi penurunan fungsi paru.(8)

2. Hubungan antara Lama Kerja dengan Kapasitas Vital Paru

Berdasarkan hasil analisa data yang dilakukan menunjukkan bahwa ada hubungan antara lama kerja dengan Kapasitas Vital Paru. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Rizky Agus Huda Rahardjo yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara masa kerja dengan kapasitas fungsi paru.(9)

Penelitian ini juga tidak sesuai dengan penelitian Septiyani Cesar Putri yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara masakerja dengan kapasitas vital paru pada pekerja di PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Divisi Noodle Semarang.(6)

Akan tetapi, penelitian ini sesuai dengan penelitian Karbella Kuantanades Hesty yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan KVP pekerja.(7) Penelitian ini juga sesuai dengan teori Suma’mur yang menyatakan bahwa semakin lama seseorang dalam bekerja maka semakin banyak dia telah terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut.(10)

Hasil analisa data menunjukkan, Kapasitas vital paru “restriksi” terjadi hanya pada responden dengan kategori lama kerja “lama” (38,9%) dan tidak ada satupun responden dari ketegori baru (0 %) yang terkena restriksi.

Semakin lama bekerja maka semakin lama terpapar dan semakin banyak pula dosis debu yang masuk ke dalam tubuh responden. Apabila kondisi paru terpapar dengan berbagai komponen pencemar, fungsi fisiologis paru sebagai organ utama pernafasan akan mengalami gangguan sebagai akibat dari pemaparan secara terus menerus dari berbagai komponen pencemar.

3. Hubungan antara Kebiasaan Menggunakan Masker dengan Kapasitas Vital Paru

Berdasarkan hasil analisa data yang dilakukan menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara kebiasaan menggunakan masker dengan Kapasitas Vital Paru. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Karbella Kuantanades Hasty yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara penggunaan masker dengan KVP.(7)

Namun, penelitian ini sejalan dengan penelitian Septiyani Cesar Putri yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara penggunaan masker dengan kapasitas vital paru pada pekerja di PT. Indofood CBP Sukses Makmur tbk Divisi Noodle Semarang.(6)

Penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa penggunaan APD berkaitan dengan banyaknya partikulat yang tertimbun di dalam organ paru akibat pencemaran yang dapat mengurangi kemampuan fungsi paru. Sehingga dengan digunakannya APD maka akan dapat mencegah menumpuknya partikulat

(8)

pencemar dalam organ paru, sehingga akan mengurangi terjadinya penurunan fungsi organ paru.(10)

Sebenarnya alat pelindung diri yang digunakan olerh tenaga kerja ini tidaklah secara sempurna dapat melindungi tubuh pekerja tetapi akan dapat mengurangi tingkat keparahan yang mungkin terjadi. Pemakaian masker ditempat kerja yang banyak debu merupakan upaya untuk mengurangi masuknya partikel debu di dalam saluran pernafasan. Kebiasaan menggunakan masker yang baik dan jenis masker yang tepat merupakan cara yang aman bagi pekerja yang berada dilingkungaan kerja berdebu untuk melindungi kesehatan. Pergantian masker yang tidak rutin semakin memperburuk paparan debu yang masuk ke dalam saluran pernafasan.

4. Hubungan antara Kebiasaan Merokok dengan Kapasitas Vital Paru

Berdasarkan hasil analisa data yang dilakukan menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan Kapasitas Vital Paru. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Septiyani Caesar Puteri dan Rizky Agwis Huda Raharjo yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara umur dengan kapasitas vital paru.(6)

Penelitian ini tidak sesuai dengan teori Joko Suyono yang menyatakan bahwa merokok lebih merendahkan kapasitas vital paru (KVP) dibandingkan dengan beberapa bahaya kesehatan akibat kerja. (8)

Penelitian lain menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kapasitas vital paru dengan usia pekerja pada bagian plant PT. Sibelco Minerals Jakarta tahun 2011.(7)

Hasil penelitian yang berbeda kemungkinan di pengaruhi oleh teknik pengambilan sampel, jumlah sampel dalam penelitian serta pengambilan sampel yang tidak homogen. Selain itu jenis rokok yang di hisap kedalam tubuh juga berbeda – beda.

5. Hubungan antara Kebiasaan Olahraga dengan Kapasitas Vital Paru

Berdasarkan hasil analisa data yang dilakukan menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara kebiasaan olahraga dengan Kapasitas Vital Paru. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Dian Rawar yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara restriksi KVP anatar pekerja yang tidak rutin olahraga dengan yang rutin olahraga.(11)

Namun, penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Karbella Kuantanades Hasty yang menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan olahraga dengan KVP.(7) Penenlitian lain juga sejalan bahwa tidak ada hubungan antara kebiasaan olahraga dengan kapasitas vital paru pada pekerja di PT. Indofood CBP Sukses Makmur Divisi Noodle Semarang.(6)

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang memiliki kebiasaan olahraga rutin dan restriksi sebesar 12,5% dan yang tidak rutin berolahraga dan restriksi sebesar 24,0%.Responden dengan kapasitas vital paru

(9)

restriksi lebih banyak pada responden yang tidak rutin berolahraga dibandingkan dengan yang rutin berolahraga.

Pada dasarnya Nilai KVP dan olahraga mempunyai hubungan timbal balik. Gangguan KVP dapat mempengaruhi kemampuan olahraga. Sebaliknya latihan fisik yang teratur atau olahraga dapat meningkatkan KVP. Tidak adanya hubungan mungkin karena kegiatan kesehariannya dapat digolongkan dalam olahraga sehingga secara tidak langsung meningkatkan kapasitas vital paru.

Guyton yang menyatakan bahwa kapasitas vital paru dapat dipengaruhi oleh kebiasaan seseorang melakukan olahraga. Olahraga dapat meningkatkan aliran darah melalui paru-paru sehingga menyebabkan oksigen dapat berdifusi kedalam kapiler paru dengan volume yang lebih besar. Kapasitas vital pada seorang atletis lebih besar daripada orang yang tidak pernah berolahraga. Kebiasaan olahraga akan meningkatkan kapasitas paru dan akan meningkat 30 - 40%.(12)

SIMPULAN

1. Sebagian besar responden memiliki kapasitas vital paru normal (78,8%), sedangkan sisanya restriksi (21,2%)

2. Tidak ada perbedaan antara umur petugas dengan kapasitas vital paru (p

value = 0,185)

3. Ada hubungan antara lama kerja petugas dengan kapasitas vital paru (p

value = 0,009)

4. Tidak ada perbedaan antara kebiasaan menggunakan masker dengan kapasitas vital paru (p value = 1,000)

5. Tidak ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kapasitas vital paru (p value =0,337)

6. Tidak ada hubungan antara kebiasaan olahraga dengan kapasitas vital paru (p value = 0,652)

SARAN

Disarankan pada PT. Apac Inti Corpora Semarang untuk memberikan kebijakan pada para karyawannya untuk selalu memakai masker saat mulai memasuki perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Corwin J, Elizaberth, Buku Saku Patofisiologi, EGC, Jakarta, 2001. 2. Warpaji, S., Ilmu Penyakit Dalam, FK UI, Jakarta, 1994

3. Wardhana, W.A., Dampak Pencemaran Lingkungan (Edisi Revisi), Penerbit Andi, Yogyakarta, 2004

4. Depkes RI, Upaya Kesehatan Kerja Sektor Informal di Indonesia, Materi Upaya Kesehatan Kerja, Jakarta, 1994

(10)

5. Amin, M., Penyakit Paru Obstruksi kronik, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya, 2000

6. Septiyani Cesar puteri. Perbedaan Kapasitas Vital Paru pada Pekerja yang

Terpapar Debu Tepung dan yang Tidak Terpapar Debu Tepung di PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Divisi Noodle Semarang. Skripsi.

Fakultas Kesehatan UDINUS. Semarang: 2011

7. Karbella Kuantanades Hasty. Hubungan Lingkungan Tempat Kerja dan

Karakteristik Pekerja Terhadap Kapasitas Vital Paru (KVP) Pada Pekerja Bagian Plant PT. Selco Lautan Minerals. Jakarta : 2011

8. Suyono, J., Deteksi Dini Penyakit Akibat Kerja, EGC, Jakarta, 2001

9. Rizky Agus Huda Raharjo. Hubungan Antara Paparan Debu Padi Dengan

Kapasitas Fungsi Paru Tenaga Kerja Di Penggilingan Padi Anggraini Sragen Jawa Tengah. Surakarta : 2010

10. Suma’mur PK, Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja, PT. Toko Gunung Agung, Jakarta, 1996

11. Widodo, TA. Faktor – factor yang Berhubungan dengan Kapasitas Vital Paru

pada Pekerja Pembuatan Genteng. Skripsi Universitas Negeri Semarang,

Semarang 2007).

http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN%20R AWAR%20PRASETYO-FKIK.pdf. Diakses pada tanggal 24 Juni 2014

12. Guyton, Arthur C dkk, Fisiologi Kedokteran, Terjemahan Irawati Setiawan, EGC, Jakarta, 1997

Referensi

Dokumen terkait

Bahawa sebarang jumlah atau sekuriti yang telah dibayar atau diberi kepada Bank oleh atau untuk Peminjam/peminjam-peminjam dan/atau Penjamin-penjaman tidak boleh

Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan sebelumnya, diperoleh kesimpulan bahwa hipotesis pengujian yang diajukan terkait fenomena January Effect ini ditolak, yang

Perusahaan Belanda, yang kini hampir selama satu abad memperluas perdagangan- nya di Kerajaan Siam di bawah nenek moyang Duli Yang Maha Mulia Paduka Raja yang sangat luhur,

[r]

Karya tulis ini membangun Aplikasi Penjadwalan Mata Pelajaran Menggunakan Algoritma Welch Powell yang berfungsi untuk mengotomasi penyusunan jadwal mata pelajaran dengan

Seluruh data yang terkumpul akan dikupas pada pembahasan sekaligus menjawab pertanyaan penelitian tentang penggunaan prinsip-prinsip Islam dalam mendidik lanjut usia

Jika pada penjelasan sebelumnya kita menentukan nilai margin dengan menggunakan Property untuk masing-masing sisi elemen, berikut ini kita akan menggunakan satu Property

[r]