• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Semiotik Fashion Ines Ariani Sebagai Bentuk Presentasi Diri Monica Stella Angelina dan Pingkey Triputra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Semiotik Fashion Ines Ariani Sebagai Bentuk Presentasi Diri Monica Stella Angelina dan Pingkey Triputra"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

Vol. 7, No. 2, Hal 106 - 200, Juli 2015, ISSN 2085-1979

Implementasi Kegiatan Corporate Social Responsibility “Go Green Economic” Berbasiskan Kearifan Lokal

Aat Ruchiat Nugraha , Suwandi Sumartias , Evi Novianti dan Kokom Komariah

Konflik Budaya Dalam Konstruksi Kecantikan Wanita Indonesia (Analisis Semiotika Dan Marxist Iklan Pond’s White Beauty Versi Gita Gutawa)

Wulan Purnama Sari

Posisi Keris Pada Masyarakat Jogja Modern Endah Endrawati

Pola Komunikasi Antara Pedagang Dan Pembeli Di Desa Pare, Kampung Inggris Kediri

Suzy Azeharie

Teori-Teori Adaptasi Antar Budaya Lusia Savitri Setyo Utami

Analisi Isi Kekerasan Seksual Dalam Pemberitaan Media Online Detik.Com Ayu Erivah Rossy dan Umaimah Wahid

Analisis Semiotik Fashion Ines Ariani Sebagai Bentuk Presentasi Diri Monica Stella Angelina dan Pingkey Triputra

Model Komunikasi Transaksional Dalam Konteks Komunikasi Antar Budaya Di Sekolah(Studi Fenomenologi Pengalaman Komunikasi Antara Guru Dan Murid Di International School)

(2)

Volume 7, Nomor 2, Juli 2015 ISSN : 2085 1979

Jurnal Komunikasi Universitas Tarumanagara terbit 3 (tiga) kali setahun, diterbitkan oleh Program Studi S.1 Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara, Jakarta.

Penanggung Jawab :

 Dr. Eko Harry Susanto, M.Si

Penyunting Kehormatan (Mitra Bestari)

 Prof. Sasa Djuarsa Sendjaja, MA, Ph.D (Universitas Indonesia)  Hermin Indah Wahyuni, Ph.D (Universitas Gajah Mada)

 Dr. Puji Lestari, S.I.P.,M.Si (Univeritas UPN Veteran Yogyakarta)  Dr. Adi Nugroho, M.Si (Universitas Diponegoro)

 Dr. Suprawoto, SH, M.Si (KEMKOMINFO)  Wina Armada Sukardi, SH, MBA

Ketua Penyunting

 Drs. Widayatmoko, MM Wakil Ketua Penyunting  Dr.(Can) Riris Loisa, M.Si Anggota Penyunting

 Drs. Suherman Kusniadji, MM, M.I.Kom  Dra. Suzy S Azeharie, MA., M.Phil  Ahmad Junaidi, S.S., M.Si

 Sinta Paramita, S.I.P., M.A Sekretariat Administrasi  Ady Sulistyo

 Purwanti

Alamat

Jl. S Parman No.1 Gedung Utama Lantai 11. Jakarta Barat 11440 Telepon : 021-56960586, Fax : 021-56960584

Hp : 081 8653 538

email : jurnalkomunikasi.untar@gmail.com

(3)

Vol. 7, No. 2, Hal 106 - 200, Juli 2015, ISSN 2085-1979

Implementasi Kegiatan Corporate Social Responsibility “Go Green Economic” Berbasiskan Kearifan Lokal

Aat Ruchiat Nugraha , Suwandi Sumartias , Evi Novianti dan Kokom Komariah

Konflik Budaya Dalam Konstruksi Kecantikan Wanita Indonesia (Analisis Semiotika Dan Marxist Iklan Pond’s White Beauty Versi Gita Gutawa)

Wulan Purnama Sari

Posisi Keris Pada Masyarakat Jogja Modern Endah Endrawati

Pola Komunikasi Antara Pedagang Dan Pembeli Di Desa Pare, Kampung Inggris Kediri

Suzy Azeharie

Teori-Teori Adaptasi Antar Budaya Lusia Savitri Setyo Utami

Analisi Isi Kekerasan Seksual Dalam Pemberitaan Media Online Detik.Com Ayu Erivah Rossy dan Umaimah Wahid

Analisis Semiotik Fashion Ines Ariani Sebagai Bentuk Presentasi Diri Monica Stella Angelina dan Pingkey Triputra

Model Komunikasi Transaksional Dalam Konteks Komunikasi Antar Budaya Di Sekolah(Studi Fenomenologi Pengalaman Komunikasi Antara Guru Dan Murid Di International School)

(4)

Implementasi Kegiatan Corporate Social Responsibility “Go Green

Economic” Berbasiskan Kearifan Lokal

Aat Ruchiat Nugraha , Suwandi Sumartias , Evi Novianti dan Kokom

Komariah ………. 106-115

Konflik Budaya Dalam Konstruksi Kecantikan Wanita Indonesia (Analisis Semiotika Dan Marxist Iklan Pond’s White Beauty Versi Gita Gutawa)

Wulan Purnama Sari ………...…………..………...…. 116-123

Posisi Keris Pada Masyarakat Jogja Modern

Endah Endrawati ... 124-136

Pola Komunikasi Antara Pedagang Dan Pembeli Di Desa Pare, Kampung Inggris Kediri

Suzy Azeharie ……….………… 137-151

Teori-Teori Adaptasi Antar Budaya

Lusia Savitri Setyo Utami ...….... 152-167

Analisi Isi Kekerasan Seksual Dalam Pemberitaan Media Online

Detik.Com

Ayu Erivah Rossy dan Umaimah Wahid …………...……….. 168-179

Analisis Semiotik Fashion Ines Ariani Sebagai Bentuk Presentasi Diri

Monica Stella Angelina dan Pingkey Triputra ……...………..…... 180-193

Model Komunikasi Transaksional Dalam Konteks Komunikasi Antar Budaya Di Sekolah(Studi Fenomenologi Pengalaman Komunikasi Antara Guru Dan Murid Di International School)

(5)
(6)

IMPLEMENTASI KEGIATAN CORPORATE SOCIAL

RESPONSIBILITY “GO GREEN ECONOMIC” BERBASISKAN

KEARIFAN LOKAL

Aat Ruchiat Nugraha, Suwandi Sumartias, Evi Novianti dan Kokom Komariah Program Studi Hubungan Masyarakat Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas

Padjadjaran

Email: aat.prodihumas@hotmail.com, wandi_sumartias@yahoo.com, vie.novianti@yahoo.com, kokom.komariah66@yahoo.com

Abstract

Concern and responsibility for company/industry is one concrete manifestation of external relations in the form of community development programs through Corporate Social Responsibility (CSR) in the form of intensive training to entrepreneurs, small and micro enterprises (UKMM) Traditional Batik craftsmen. In one implementation of CSR programs PT. Indocement Tunggal Perkasa is doing activities to educate, train and provide capital to the rural artisans of traditional batik Cirebon palimanan Ciwaringin districts by utilizing renewable natural resources. The results of this CSR program showed to significan an increase in economic aspect, social aspect and environmental aspect awareness to the community about the PT. Indocement Tunggal Perkasa Tbk.

Key Words: Implementation, Corporate Social Responsibility, and Local Wisdom Abstrak

Kepedulian dan tanggung jawab perusahaan/industri merupakan salah satu wujud nyata dari

eksternal relations berupa program pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan Corporate

Social Responsibility (CSR) dalam bentuk pembinaan intensif terhadap pelaku usaha kecil

mikro menengah (UKMM) Pengrajin Batik Tradisional. Dalam implementasi salah satu program CSR PT. Indocement Tunggal Perkasa yaitu melakukan kegiatan mendidik, melatih dan memberikan modal kepada para pengrajin batik tradisional di desa Ciwaringin kecamatan Palimanan Kabupaten Cirebon dengan memanfaatkan sumber daya alam yang terbarukan. Hasil program CSR ini menunjukkan adanya peningkatan secara yang cukup signifikan pada aspek ekonomis, sosial dan kesadaran lingkungan bagi masyarakat sekitar PT. Indocement Tunggal Perkasa, Tbk.

Kata Kunci: Implementasi, Tanggungjawab Sosial Perusahaan, dan Kearifan Lokal

Pendahuluan

Kemajuan dan potensi industri di Jawa Barat memerlukan keberlanjutan dalam upaya meningkatkan pendapatan bagi warga Jawa Barat, terutama yang berada di lingkungan sekitar perusahaan. Wilayah Cirebon sebagai bagian dari wilayah Timur Jawa Barat memiliki beberapa potensi secara sumber daya alam, sumber daya manusia, maupun peradabannya yang dapat menghasilkan dan menguntungkan bagi warganya. Kabupaten Cirebon sebagai daerah yang memiliki kawasan industri dan kelembagaan secara komprehensif telah menjadi bagian penting dalam mendukung sektor pembangunan nasional dalam beberapa tahun terakhir ini. Hal ini dilakukan oleh pemerintah pusat sebagai upaya mendorong dan menyangga tingkat percepatan pembangunan pemerintah pusat dalam memberdayakan masyarakatnya melalui pembentukan beberapa kawasan tertentu yang dijadikan sebagai pusat industri, perdagangan, bisnis maupun pusat pemerintahan. Konsep desain pencitraan wilayah

(7)

Jurnal Komunikasi Universitas Tarumanagara ISSN 2085-1979

Vol. 7, No. 2, Juli 2015, Hal 106 - 115

ini merupakan dampak langsung pembangunan yang berskala nasional dan berorientasi pada konsep era globalisasi yang harus segera terwujud dalam upaya meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) secara mandiri. Faktanya, hal ini menjadi satu komitmen yang terus menerus diwacanakan dan dikawal oleh elemen masyarakat sekitar perusahaan yang wilayahnya dijadikan daerah operasional/ekspolitasi pemanfaatan sumber daya alam agar selalu mendapatkan perhatian dan bantuan dari pihak pemerintah dan perusahaan.

Bentuk hubungan timbal balik yang baik dari perusahaan terhadap warga sekitar perusahaan, biasanya pimpinan perusahaan melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang diimplementasikan dalam bentuk program Corporate

Social Responsibility (CSR). Program CSR ini merupakan wujud kepedulian dan

tanggung jawab perusahaan atau industri dalam menata pola pembangunan di masyarakat guna menjadi lebih baik lagi secara ekonomi sebagai bentuk modal sosial yang diharapkan perusahaan. Salah satu bentuk sinergisitas antara pemegang kepentingan tersebut adalah dengan melakukan pembinaan yang intensif terhadap pelaku usaha kecil mikro menengah (UKMM), melalui berbagai kegiatan Corporate

Social Responsibility (CSR) serta Program Kemitraan & Bina Lingkungan (PKBL)

dari perusahaan-perusahaan yang beroperasi di Kabupaten Cirebon Provinsi Jawa Barat, baik perusahaan BUMN maupun perusahaan swasta nasional.

Sesuai dengan tujuannya, kegiatan-kegiatan CSR dan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) tersebut dimaksudkan untuk menciptakan dan memelihara hubungan yang harmonis dengan lingkungan sekitar lokasi produksi yang bekerjasama dengan stakeholder untuk memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat sekitar. Perusahaan juga harus memiliki komitmen untuk melaksanakan tanggung jawab perusahaan di bidang sosial serta lingkungan sesuai dengan prinsip pengembangan lingkungan yang berkelanjutan, baik secara ekonomi, sosial maupun lingkungan.

Di balik kemajuan yang sangat pesat secara empiris, ternyata masih menyisakan berbagai persoalan yang dihadapi masyarakat Cirebon yaitu dampak dari pembentukan satu kawasan baru (pemerintahan, pendidikan, bisnis perdagangan dan industri) yang meliputi perubahan sosial, ekonomi, lingkungan, budaya, dan komunikasi. Perubahan yang terjadi tersebut di satu sisi membawa dampak positif, namun di sisi lain membawa dampak negatif yang sulit dihindari. Dampak negatif yang ada berdasarkan observasi di lapangan terhadap lokasi suatu wilayah yang dijadikan daerah operasional kawasan industri menunjukkan bahwa perubahan pola interaksi dan pergaulan yang berubah secara drastis; meningkatnya kecemburuan sosial, perubahan orientasi gaya hidup, meningkatnya angka kriminalitas, pola kepemilikan dan mata pencaharian, pencemaran lingkungan dan lain sebagainya.

Guna menyeimbangkan akan keberadaan perusahaan dengan wilayah operasional perusahaan di kabupaten Cirebon, PT. Indocement Tunggal Perkasa, Tbk. sebagai perusahaan yang bergerak di bidang pemanfaatan sumber daya alam berupa bahan baku semen (kapur putih) telah melakukan pemberdayaan masyarakat melalui beberapa kegiatan CSR. Hal ini dilakukan sebagai bentuk komitmen dan tanggungjawab perusahaan dalam memajukan masyarakat sekitar perusahaan dengan tujuan agar masyarakat memiliki daya saing secara mandiri dalam mencapai dan meningkatan kesejahteraan mereka. Adapun bentuk kegiatan implementasi kebijakan CSR yang dilakukan oleh PT. Indocement Tunggal Perkasa, Tbk. meliputi beberapa sektor pembangunan, salah satunya yaitu melalui program pemberdayaan green

economic bagi masyarakat sekitar perusahaan. Program green economicini berupa

program pemberdayaan masyarakat yang memanfaatkan potensi-potensi alam sekitar masyarakat dalam upaya meningkatkan kesejahteraan. Program tersebut diperuntukkan bagi warga sekitar perusahaan PT. Indocement Tunggal Perkasa, Tbk.

(8)

yaitu khususnya bagi masyarakat wilayah Ciwaringin yang memiliki kemampuan dalam hal membatik (komunitas batik) dengan memanfaatkan pewarna alami yang beasal dari ekstrak-esktrak pepohonan yang ada di masyarakat. Adapaun hasil yang diharapkan dari CSR program green economic batik ini yaitu masyarakat menjadi terampil dalam memanfaatkan sumber daya alam sebagai bahan alami pewarna pencelupan batik setelah mendapatkan pembinaan yang intensif dan komprehensif dari pihak perusahaan.

Target lain dari green economic CSR PT. Indocement Tunggal Perkasa, Tbk. yaitu pengoptimalan kearifan budaya Kacirebonan dalam proses pra produksi, produksi dan pascaproduksi pembuatan batik tradisional. Sehingga dengan demikian, wilayah Caringin Kecamatan Palimanan Kabupaten Cirebon dapat terkenal dengan jenis batik yang ramah lingkungan (go green). Dengan adanya konsep brand batik Ciwaringin yang diusung oleh program CSR PT. Indocement Tunggal Perkasa, Tbk. Cabang Cirebon ini, sudah menunjukkan pada perkembangan yang signifikan secara ekonomi dan sosial. Dalam perkembangan selanjutnya, kearifan lokal Kecirebonan bergantung pada komunitas batik yang berada di desa Ciwaringin dan anggota komunitas pengrajin batik dalam melestarikan budaya dan peradaban brand Cirebon di pasaran batik tingkat nasional maupun internasional.

Berdasarkan uraian latar belakang penelitian tersebut, maka rumusan masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana kegiatan Corporate Social

Responsibility (CSR) PT. Incocement Tunggal Perkasa, Tbk. berbasiskan kearifan

lokal di Kabupaten Cirebon dapat meningkatkan perekonomian komunitas batik Ciwaringin?”

Metode Penelitian

Metode penelitian kualitatif, pada hakekatnya mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya (Nasution, 2003). Dengan menggunakan sifat data deskriptif. Deskriptif kualitatif yaitu salah satu jenis penelitian yang tujuannya untuk menyajikan gambaran lengkap mengenai seting sosial atau hubungan antara fenomena yang diuji. Dalam penelitian ini peneliti telah memiliki definisi jelas tentang subyek penelitian dan akan menggunakan pertanyaan siapa dalam menggali informasi yang dibutuhkan. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah menghasilkan gambaran akurat tentang sebuah kelompok, menggambarkan mekanisme sebuah proses atau hubungan, memberikan gambaran lengkap baik dalam bentuk verbal atau numerical, menyajikan informasi dasar atas suatu hubunganmenciptakan seperangkat kategori dan mengklasifikasikan subjek penelitian, menjeleaskan seperangkat tahapan atau proses serta untuk menyimpan informasi yang bersifat kontradiktif mengenai subyek penelitian.

Hasil Penemuan dan Diskusi

1. Kegiatan Komunikasi dalam program CSR PT. Indocement Tunggal Perkasa, Tbk.

PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. adalah perusahaan yang memproduksi semen, yang juga memiliki beberapa anak perusahaan yang memproduksi beton siap-pakai (Ready-Mix Concrete/RMC) serta mengelola tambang agregat dan trass. Berdiri sejak 16 Januari 1985, Perseroan merupakan penggabungan dari enam perusahaan semen yang saat itu memiliki delapan pabrik. Pabrik pertama Indocement resmi beroperasi sejak 4 Agustus 1975. Selama 37 tahun pabrik beroperasi,

(9)

Jurnal Komunikasi Universitas Tarumanagara ISSN 2085-1979

Vol. 7, No. 2, Juli 2015, Hal 106 - 115

Indocement terus meningkatkan kapasitas produksinya dan merupakan salah satu produsen semen terbesar di Indonesia. Indocement terus menambah jumlah pabrik hingga saat ini mencapai 12 pabrik, yang sebagian besar berada di Jawa. Sembilan pabrik berada di Kompleks Pabrik Citeureup, Bogor, Jawa Barat, dan merupakan salah satu kompleks pabrik semen terbesar di dunia. Dua pabrik berada di Kompleks Pabrik Palimanan, Cirebon, Jawa Barat dan satu pabrik di Kompleks Pabrik Tarjun, Kotabaru, Kalimantan Selatan.

Sebagaimana diketahui bahwa pada hakekatnya masalah kesejahteraan masyarakat sesungguhnya menjadi kewajiban negara (pemerintah). Namun, demikian sebagai bagian warga negara yang baik, perusahaan merasa perlu untuk membantu mensejahterakan masyarakat, khususnya yang berada di sekitar perusahaan sebagai wujud tanggungjawab sosial secara etika bisnis, harmonisasi dan aspek legalitas. PT. Indocement Tunggal Perkasa, Tbk. cabang Cirebon yang merupakan perusahaan swasta nasional yang bergerak di bidang industri semen merasa berkewajiban dan berkepentingan dalam mengimplementasikan konsep CSR untuk dapat dilakukan di wilayah operasional produksi dimana perusahaan itu berada. Dalam menjalankan usahanya, Indocement bertekad memperhatikan pembangunan berkelanjutan, melalui komitmen untuk mengurangi emisi karbon dioksida dalam proses pembuatan semen. Indocement adalah perusahaan pertama di Asia Tenggara yang menerima Emisi Reduksi yang Disertifikasi (Certified Emission Reduction/CER) untuk proyek bahan bakar alternatif dalam kerangka Mekanisme Pembangunan Bersih (MPB).

Program CSR pada dasarnya erat kaitan dengan pembangunan berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan merupakan isu global yang saat ini seharusnya dipahami dan diimplementasikan. Pengertian dari pembangunan berkelanjutan sendiri yaitu:

Kata “pembangunan berkelanjutan” merupakan terjemahan dari bahasa inggris, yaitu sustainable development, yang dapat diartikan sebagai proses pembangunan (lahan, kota, bisnis, masyarakat, dan sebagainya) yang berprinsip “memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan”(Brundtland Report dari PBB, 1987) (Rachman, Efendi dan Wicaksana, 2011).

Adapun kegiatan CSR PT. Indocement Tunggal Perkasa, Tbk diarahkan pada sebuah model bisnis yang berkelanjutan yang memampukan perusahaan untuk menciptakan dan menambah nilai keuntungan secara materi maupun immateri bagi para pemegang saham karyawan, masyarakat dan lingkungan.Model bisnis yang berbasiskan CSR ini tentunya berdasarkan konsep pembangunan berkelanjutan dengan triple bottom line yang menjadi pedoman bagi perusahaan dalam menjalankan program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility/CSR). Konsep tersebut diterjemahkan oleh PT. Indocement Tunggal Perkasa, Tbk dengan menekankan pada tiga hal utama, yaitu: (1) melestarikan lingkungan; (2) memberikan manfaat kepada masyarakat setempat; dan (3) mempertahankan pertumbuhan Perseroan.

Pembangunan berkelanjutan mencakup tiga hal kebijakan, yaitu pembangunan ekonomi, pembangunan sosial, dan perlindungan lingkungan. John Elkington dalam bagan triple bottom line sebagai pertemuan dari pilar pembangunan yaitu “orang, planet, dan keuntungan” yang merupakan tujuan pembangunan, merupakan:

1. Tanggung jawab perusahaan agar menjaga kemampuan lingkungan dalam mendukung keberlanjutan kehidupan bagi generasi berikutnya (planet);

2. Bentuk tanggung jawab perusahaan pada pemegang saham (profit);

3. Kehadiran perusahaan harus memberikan manfaat pada stakeholder dan masyarakat luas (people);

(10)

4. Pengembangan berkelanjutan harus didukung oleh komitmen yang seimbang atara ekonomi, sosial, dan lingkungan (sustainability development) (Rachman, Efendi dan Wicaksana, 2011)

Gambar 1. Media Komunikasi/Publikasi CSR PT. Indocement Cabang Cirebon

(Sumber: data peneliti)

Triple bottom line merupakan konsep sustainable development yang secara

eksplisit telah mengaitkan antara dimensi tujuan dan tanggungjawab, baik kepada

shareholder, stakeholder dan planet. Konsep profit, merupakan satu bentuk

tanggungjawab yang harus dicapai perusahaan, bahkan mainstream ekonomi yang dijadikan pijakan filosofis operasional perusahaan. Namun tidak hanya profit saja yang menjadi prioritas, tapi perusahaan juga harus memenuhi tanggung jawabnya terhadap aspek lain seperti people dan plannet, guna tercapainya pembangunan berkelanjutan.

Adapun bentuk komunikasi CSR yang dilakukan oleh pihak PT. Indocement Tunggal Perkasa, Tbk Cirebon yaitu membentuk publikasi-publikasi yang bisa tersebar di daerah binaan perusahaan. Seperti untuk CSR pada komunitas batik maka perusahaan membuatkan sarana publikasi melalui pintu gerbang yang bertuliskan Kampung Batik Tulis Ciwaringin. Selain itu juga, bentuk komunikasi lainnya yaitu berupa lambang perusahaan selalu ada di setiap tempat maupun produk yang dihasilkan melalui kegiatan CSR perusahaan. Berikut contoh-contoh media publikasi CSR PT. Indocement Tunggal Perkasa, Tbk Cirebon

2. Implementasi Kearifan Lokal dalam program CSR PT. Indocement Tunggal Perkasa, Tbk.

PT Indocement memiliki kesadaran terhadap aspek-aspek mendasar bagi kelangsungan usaha secara jangka panjang serta keinginan untuk mewujudkan perusahaan sebagai perusahaan terbesar dan terbaik yang mementingkan nilai-nilai tanggung jawab sosial. Karena itu, PT Indocement melihat masyarakat sebagai unsur mitra yang saling menguntungkan dan melindungi serta membangun komitmen dimana comunity development yang dilakukan akan mengoptimalkan seluruh potensi dan budaya yang ada, sehingga masyarakat bisa mandiri serta dapat merasakan

(11)

Jurnal Komunikasi Universitas Tarumanagara ISSN 2085-1979

Vol. 7, No. 2, Juli 2015, Hal 106 - 115

manfaat adanya perusahaan di wilayah Kabupaten Cirebon. Wilayah kabupaten Cirebon yang memiliki potensi secara alami sangat mendukung pada pengembangan perkeonomian masyarakat setempat, khususnya bagi pengrajin batik yang berada di sentra batik Ciwaringin.

Berdasarkan wawancara dengan General Affairs Departement Head PT. Indocement Tunggal Pekasa, Tbk Cirebon menunjukkan bahwa secara kajian lingkungan dan potensi budaya lokal masyarakat Cirebon termasuk kategori yang adaptif terhadap perubahan yang dilakukan oleh perusahaan, khususnya yang dilakukan oleh PT. Indocement Tunggal Perkasa, Tbk. Adapun bentuk program CSR yang ditawarkan oleh PT. Indocement Tunggal Perkasa, Tbk. kepada warga masyarakat sekitar perusahaan yaitu dengan pola pemanfaatan nilai-nilai lokal (adat kebiasaan) budaya Kecirebonan dalam menunjang kehidupan masyarakat, seperti dalam sektor budaya, masyarakat (pengrajin batik tradisional) diberi pembinaan dan pemahaman tentang motif-motif batik identitas Kecirebonan, mengikutsertakan hasil karya batik tradisional Kecirebonan pada event-event tingkat lokal, nasional maupun internasional yang diikuti oleh PT. Indocement, dan lain sebagainya. Program yang dilakukan PT. Indocement tersebut secara praktis dapat membantu program pemerintah yang dicanangkan melalui program kemitraan dan bina lingkungan (PKBL) yang disosialisasikan oleh pihak pemerintah. PKBL merupakan upaya nyata yang tumbuh dari kesadaran perusahaan akan pentingnya dukungan lingkungan yang kondusif untuk mendorong peningkatan profit perusahaan secara tidak langsung serta terbentuknya citra positif perusahaan.

Berbicara tentang ranah tanggung jawab sosial (social responsibility) mengundang berbagai dimensi yang sangat kompleks. Dimana tanggung jawab sosial mengandung interpretasi yang sangat berbeda, khususnya bila dikaitkan dengan kepentingan pemangku kepentingan (stakeholder). Upaya untuk memudahkan pemahaman, banyak para ahli mencoba menggaris bawahi prinsip dasar yang terkandung dalam tanggung jawab sosial (social responsibility). Program Corporate

Social Responsibility memiliki tiga karakter utama yaitu berbasis masyarakat

(community based), berbasis sumber daya setempat (local resource based) dan berkelanjutan (sustainable).

Keberhasilan program CSR tidak diperoleh hanya dalam yang singkat, tetapi butuh waktu dan proses yang lebih lama yang dilakukan secara terus-menerus, terencana dan terukur. Dalam hal ini yang diperlukan adalah adanya komunikasi antara korporat dan masyarakat lokal:

Korporat. Langkah-langkah komunikasi korporat dalam program CSR adalah (1) memberikan informasi secara luas kepada komunitas yang ada di lingkungannya tentang kegiatan CSR dan kegiatan korporat lainnya serta bagaimana korporat menjalankan usahanya. (2) memberikan informasi secara luas kepada komunitas tentang adanya kesempatan berkompetisi dalam membuat program CSR. (3) Melakukan interaksi dan tindakan pemantauan bersama-sama dengan komunitas sehingga membuat kerja sama berjalan efektif. (4) sosialisasi tentang pentingnya bertanggung jawab terhadap lingkungan fisik dan mengurangi dampak negatif berupa kemerosotan sumber daya alam atau ekses perusakan hutan dan timbulnya bencana banjir.

Pemerintah. Langkah-langkah yang harus dilakukan oleh pemerintah dalam program CSR adalah: (1) melakukan kegiatan dalam pemberian aturan administrasi yang jelas dan prosedur monitoring terhadap perusahaan dalam kaitannya dengan lingkungan dan persetujuan sosial. (2) melakukan jaminan terhadap masyarakat untuk tetap mempunyai akses. (3) dapat jaminan adanya monitoring dengan melalui jasa komunitas. Menjamin keseimbangan dalam pembagian keuntungan dan kebijakan

(12)

desentralisasi. (4) menolong komunitas menyiapkan jasa dalam memonitor kegiatan-kegiatan perusahaan.

Komunitas. Langkah-langkah yang harus dilakukan komunitas dalam program CSR adalah: (1) mempelajari kegiatan korporat, menyiapkan usulan-usulan apabila diperlukan. (2) mengorganisir anggota komunitas dan menciptakan konsensus, membangun mekanisme untuk memecahkan masalah perbedaan dan konflik. (3) anggota komunitas dapat membangun kapasitas komunitasnya untuk tetap pada jalurnya, menghindari ketergantungan mental dan membangun infrastruktur, berpartisipasi dalam monitoring proyek serta membangun kerja sama dengan komunitas lain. (4) melakukan kegiatan persiapan menghadapi situasi penutupan proyek, memonitor rehabilitasi sumber daya akibat aktivitas perusahaan, dan membangun jasa pasca-konstruksi perusahaan (Budimanta dalam Ardianto, 2011:114-115).

3. Strategi implementasi program CSR PT. Indocement Tunggal Perkasa, Tbk. melalui Program Go Green Economic

Dalam kerangka tujuan pencapaian pembangunan milenium (Millennium

Development Goals/MDGs), program CSR Indocement Tunggal Perkasa, Tbk cabang

Cirebon terutama berfokus pada tujuan pengentasan kemiskinan, peningkatan kualitas pendidikan dan lingkungan di sekitar wilayah operasional perusahaan. Dalam program pengembangan komunitas secara pembangunan fisik diantaranya pemberian bantuan peralatan sekolah, program puskesmas keliling, pembangunan infrastruktur (jalan dan jembatan), renovasi rumah tidak layak huni, serta pembangunan tempat ibadah. Sedangkan program pembangunan yang bersifat berkelanjutan seperti pihak perusahaan menjalin kerjasama dengan bank pemerintah untuk memfasilitasi kredit mikro kepada usaha kecil (komunitas pengrajin batik).

Kegiatan CSR ini menjadi kegiatan mayoritas disebabkan kegiatan CSR yang dilakukan oleh perusahaan selalu berkaitan dengan beberapa tujuan dari perusahaan itu berada dalam memenuhi aspek bisnisnya yaitu pemanfatan dengan mengandalkan potensi alam yang ada di wilayah yang menjadi domisili masyarakat binaannya. Maka, daripada itu kegiatan CSR sering memanfaatkan sumber daya alam yang ada di wilayah masyarakat tersebut agar mudah memperoleh bahan bakunya untuk diproses dalam tahapan selanjutnya. PT. Indocement Tunggal Perkasa, Tbk. memiliki komitmen dan kesadaran bahwa perusahaannya tersebut bergerak di bidang eksploitasi alam yang tentunya dapat mengakibatkan hilangnya keseimbangan ekosistem di wilayah operasi perusahaannya. Maka, untuk mengembalikan keadaan tersebut perusahaan berupaya untuk membuat suatu kegiatan pemberdayaan masyarakat sekitar perusahaan dengan memanfaatkan aspek lingkungan yang ada dalam memajukan tingkat perekonomiannya.

Bentuk kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh PT. Indocement Tunggal Perkas, Tbk. di Kabupaten Cirebon, khususnya bagi para pengrajin batik tulis Ciwaringin yaitu berupa pelatihan batik tulis dengan memanfaatkan pewarna alami dengan pementornya berasal dari LSM yang bergerak di bidang kerajinan dan budaya selama kurang lebih tiga bulan berturut-turut. Menurut Rofaah, pewarna alam dapat dihasilkan dari daun-daun yang ada di sekeliling lingkungan seperti ekstrak daun pisang, ekstrak daun sirsak, ekstrak daun mangga, bahkan ekstrak buah dan kulit jengkol sekali pun dapat dijadikan warna yang sangat menakjubkan. Dari hasil pelatihan ekstrak bagi pengrajin batik tulis tradisional, maka banyak masyarakat pengrajin batik yang kini pandai membuat warna-warna batik dari alam. Warna-warna alam yang digunakan oleh para pengrajin

(13)

Jurnal Komunikasi Universitas Tarumanagara ISSN 2085-1979

Vol. 7, No. 2, Juli 2015, Hal 106 - 115

batik tulis menyebabkan secara ekonomis harga batik tersebut menjadi lebih mahal dibandingkan dengan batik cetak dengan pewarna sintetis. Ibu rumah tangga menjadi dominan dalam sasaran pelaksanaan program CSR ini dikarenakan berdasarkan observasi dan wawancara maka seorang ibu rumah tangga paling banyak memiliki waktu luang dalam mengikuti program-program CSR yang diselenggarakan oleh pihak perusahaan. Selain itu juga, kerajinan batik tulis tradisional ini memang profesi sebagian besar para ibu-ibu di desa Ciwaringin. Dalam hal ini, yaitu kelompok pengrajin batik yang berada yang terdiri dari 9 kelompok pengrajin, dengan setiap kelompok pengrajinnya terdiri dari 10 sampai 15 orang.

Selain itu juga, kegiatan CSR yang dilakukan oleh PT. Indocement Tunggal Perkasa, Tbk yaitu berupa Pelatihan Pendidikan Manajemen dan Organisasi Koperasi. Tujuan diselenggarakannya pelatihan ini, agar masyarakat atau komunitas pengrajin batik mampu secara mandiri untuk mengelola dan memasarkan produk-produk karya pengrajin batik melalui suatu badan ekonomi kerakyatan yang dikelola bersama dalam bentuk koperasi. Hal ini senada dengan apa yang disampaikan oleh Bapak Nurasalim Syarqoni yang telah mengikuti pelatihan pendidikan manajemen dan organisasi koperasi yang mengatakan bahwa dengan adanya pelatihan dari pihak PT.Indocement, masyarakat pengrajin batik menjadi lebih produktif karena merasa dibantu oleh koperasi yang kini sudah terwujud.

Aktivitas CSR ini menunjukkan bahwa program CSR yang diselenggarakan oleh perusahaan sangat memperhatikan potensi alam yang dimiliki oleh masyarakat tersebut dan sekaligus telah menjadi komoditas andalan dalam menunjang pekerjaan mereka sehari-harinya. Dengan memanfaatkan aspek potensi alam yang ada di lingkungan masyarakat tersebut tentunya lebih memudahkan bagi masyarakat dalam mengembangkan inovasi dari hasil pelatihan maupun pembinaan yang dilakukan dalam melaksanakan kegiatan program CSR tersebut agar lebih bernilai.Menurut Moore, “Lebih dari 40 persen bantuan perusahaan diilhami oleh keinginan untuk mengembalikan sesuatu (cashback) kepada komunitas yang telah membantunya” (dalam Ardianto dan Machfudz, 2011).

Bukti lain, yang dilakukan masyarakat yang terus menjalankan usaha (bekerja) dari hasil pelatihan atau pembinaan yang telah diberikan pada program CSR perusahaan dijadikan sebagai sokoguru dalam mencapai tingkat kesejahteraan hidupnya. Dengan kata lain, perusahaan telah melakukan pemetaan potensi sosial yang dimiliki oleh masyarakat dalam pelaksanaan program CSR tersebut agar dapat memberdayakan masyarakat secara mandiri.

Manfaat program CSR tidak hanya dirasakan oleh masyarakat (stakeholder) semata, namun dirasakan juga oleh perusahaan itu sendiri. Setidaknya Susanto menyebutkan ada enam manfaat program CSR, yakni sebagai berikut:

Helps cushion and vaccinate during time of crisis yaitu berfungsi sebagai

pelindung dan membantu perusahaan meminimalkan dampak buruk yang diakibatkan suatu krisis. Demikian pula ketika perusahaan diterpa kabar miring atau bahkan ketika perusahaan melakukan kesalahan, masyarakat lebih mudah memahami dan memaafkannya.

Enhances employee engagement and pride yaitu keterlibatan dan kebanggaan

karyawan. Karyawan akan merasa bangga bekerja pada perusahaan yang memiliki reputasi baik, yang secara konsisten melakukan upaya-upaya untuk membantu meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat, serta lingkungan sekitarnya. Kebanggaan ini pada akhirnya akan menghasilkan loyalitas, sehingga mereka merasa lebih termotivasi untuk bekerja lebih keras demi kemajuan perusahaan. Hal ini akan berujung pada peningkatan kinerja dan produktivitas.

Improve relations with stakeholder yaitu CSR yang dilakukan secara

(14)

dengan stakeholder-nya. Pelaksanaan CSR secara konsisten menunjukan bahwa perusahaan memiliki kepedulian terhadap pihak-pihak yang selama ini berkontribusi terhadap lancarnya berbagai aktivitas serta kemajuan yang mereka raih. Hal ini mengakibatkan para stakeholder senang dan merasa nyaman dalam menjalin hubungan dengan perusahaan

Sales increase yaitu meningkatkan penjualan seperti yang terungkap dalam

riset Roper Search Worldwide, yaitu bahwa konsumen akan lebih menyukai produk-produk yang dihasilkan oleh perusahaan yang konsisten menjalankan tanggung jawab sosialnya sehingga memiliki reputasi yang baik.

Other incentive (tax, preferred treatment) yakni inisiatif-inisiatif lainnya,

seperti inisiatif pajak dan berbagai perlakuan khusus lainnya. Hal ini perlu dipikirkan guna mendorong perusahaan agar lebih giat lagi menjalankan tanggung jawab sosialnya. (Susanto, 2009:14).

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa penelitian tentang implementasi CSR yang berbasiskan kearifan lokal di Cirebon dapat disimpulkan.

Kegiatan komunikasi CSR PT. Indocement Tunggal Perkasa, Tbk. telah dilakukan secara intensif dan terbuka sehingga stakeholdersdengan sendiriny mengetahui tentang kegiatan CSR apa saja yang dilakukan oleh pihak perusahaan.Sarannya yaitu sebaiknya kegiatan komunikasi yang dijalin oleh pihak perusahaan bukan hanya sekedar yang berkaitan dengan kegiatan CSR saja, namun alangkah lebih bijaknya perusahaan menjalin komunikasi dengan berbagai media dan lintas program CSR.

Kearifan lokal Kecirebonan dalam kegiatan CSR yang dilakukan oleh PT. Indocement Tunggal Perkasa, Tbk. sudah menjadi pondasi dasar dalam membina dan melaksanakan program CSR lainnya yang akan dilakukan oleh perusahaan. Tetapi, dalam implementasi CSR, sebaiknya nilai kearifan lokal ini bisa disosialisasikan dan terus dibina oleh perusahaan yang bekerjasama dengan pihak pemerintah maupun tokoh-tokoh budaya lokal setempat sehingga kearifan lokal tersebut betul-betul menjadi budaya yang mengakar di segala aspek kegiatan CSR nya PT. Indocement Tunggal Perkasa, Tbk Cirebon.

Strategi implementasi CSR PT. Indocement Tunggal Perkasa, Tbk. menggunakan konsep development with community (bersama-sama membangun pembinaan pembangunan yang masyarakat dijadikan rekanan kegiatan CSR). Sarannya yaitu sebaiknya strategi CSR yang dilakukan oleh PT. Indocement Tunggal Perkasa, Tbk. agar dapat lebih bervariatif lagi sehingga masyarakat yang lainnya terfasilitasi dalam kegiatan-kegiatan CSR lainnya yang diselenggarakan oleh pihak perusahaan dengan tetapberdasarkan pada potensi latar belakang pendidikan, aspirasi dan tingkat kemampuan yang ada di masyarakat.

Daftar Pustaka

Ambadar, Jackie. (2008). CSR dalam Praktik di Indonesia. Jakarta: PT. Elek Media Komputindo Kompas Gramedia

Ardianto dan Dindin M. Machfudz. (2011). Efek Kedermawanan Pebisnis dan CSR. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Budimanta, Arif. Dkk. (2004) .Corporate Social Responsibility: Jawaban Bagi model Pembangunan Indonesia Masa Kini. Jakarta. ICSD.

(15)

Jurnal Komunikasi Universitas Tarumanagara ISSN 2085-1979

Vol. 7, No. 2, Juli 2015, Hal 106 - 115

Kartini, Dwi. (2009).Corporate Social Responsibility: Transformasi Konsep

Sustainability Management Dan Implementasi Di Indonesia. Bandung: PT.

Refika Aditama

Nursahid, Fajar. (2008).CSR bidang Kesehatan & Pendidikan: Mengembangkan

Sumber Daya Manusia. Jakarta: Indonesia Business Links.

Solihin, Ismail. (2008). Corporate Social Responsibility From Charity to

Sustainability. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Susanto, A.B. (2009). Reputation-Driven Corporate Social Responsibility

Pendekatan Strategic Management dalam CSR. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Suyono, Eko. (2010). Corporate Social Responsibility antara Harapan dan Realitas. Bandung: UNPAD PRESS

(16)

KONFLIK BUDAYA DALAM KONSTRUKSI KECANTIKAN

WANITA INDONESIA (ANALISIS SEMIOTIKA DAN MARXIST

IKLAN POND’S WHITE BEAUTY VERSI GITA GUTAWA)

Wulan Purnama Sari Jaya Putra

Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara Jakarta Email: wulanps90@gmail.com

Abstract

This study will explore the cultural conflict that is displayed in the advertisements Pond's White Beauty Gita version Velasquez with pretty white theme flushed like korea. Where this ad makes the construction of beauty in women Indonesia becomes opaque, just for the sake of following the trend that there are women in Indonesia made into a false consciousness of the concept of beauty. This research was conducted by using the method of semiotic analysis and Marxist analysis. The conclusion that can be derived from these studies is advertising Pond's creates a cultural conflict in terms of the meaning of beauty for women in Indonesia. Semiotic analysis shows that advertising Pond's White Beauty featuring stereotypes about the picture of beauty for women in Indonesia. Beautiful woman is a white female Korean people while for the people of Indonesia who have different genetic, it is becoming a benchmark that can not be equated. Pond's ad showing false consciousness, in which Indonesian women can have white skin like Korea only by using Pond's products. Based on Marxist analysis can be seen that ad Pond's is made for the benefit of the capitalists, which in this case is the product manufacturer Unilever. Unilever as capitalist menghegomoni Indonesian women to buy Pond's beauty products using advertising media to create false consciousness in the minds of Indonesian women about the picture of beauty.

Keywords: beauty, Marxist, flase consciousness Abstrak

Penelitian ini akan menggali konflik budaya yang ditampilkan dalam iklan Pond’s White Beauty versi Gita Gutawa dengan tema cantik putih merona seperti korea. Dimana iklan ini menjadikan konstruksi kecantikan pada wanita Indonesia menjadi buram, hanya demi mengikuti trend yang ada wanita di Indonesia dibuat menjadi memiliki kesadaran palsu akan konsep kecantikan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode analisis semiotik dan juga analisis Marxist. Kesimpulan yang dapat diperoleh dari studi ini adalah iklan

Pond’s menciptakan konflik budaya dalam hal makna kecantikan bagi perempuan Indonesia. Analisis semiotik menunjukkan bahwa iklan Pond’s White Beauty menampilkan stereotip

mengenai gambaran kecantikan bagi perempuan Indonesia. Perempuan yang cantik merupakan perempuan yang putih seperti orang Korea padahal bagi orang Indonesia yang memiliki genetik berbeda, hal ini menjadi tolak ukur yang tidak dapat disamakan. Iklan

Pond’s ini menampilkan kesadaran palsu, dimana perempuan Indonesia dapat memiliki kulit

putih seperti Korea hanya dengan menggunakan produk Pond’s. Unilever sebagai kapitalis

menghegomoni para perempuan Indonesia untuk membeli produk kecantikan Pond’s dengan

menggunakan media iklan untuk menciptakan kesadaran palsu dalam pikiran para perempuan Indonesia tentang gambaran kecantikan.

(17)

Jurnal Komunikasi Universitas Tarumanagara ISSN 2085-1979

Vol. 7, No. 2, Juli 2015, Hal 116 - 123

Pendahuluan

Badan Pusat Statistik (BPS) pada tanggal 05 Mei 2015 kemarin merilis sebuah berita tentang pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I tahun 2015. Berita yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa perekonomian Indonesia pada triwulan pertama tahun 2015 mengalami pertumbuhan sebesar 4,71 persen. Angka ini melambat bila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2014 sebesar 5,1 persen. Pada triwulan pertama ini pertumbuhan tertinggi dicapai oleh lapangan usaha informasi dan komunikasi sebesar 10,53 persen. (Pertumbuhan

ekonomi, 2015). Walaupun dikatakan angka pertumbuhan ekonomi menurun

dibanding tahun lalu, tetapi tingkat komsumsi masyarakat mengalami pertumbuhan sebesar 15 persen diawal tahun 2015 ini. Fanny Murhayati selaku New Business

Development Director Kantar Worldpanel Indonesia menyatakan bahwa tingkat

komsumsi masyarakat di Indonesia terbilang memiliki potensi yang luar biasa untuk negara di Asia. (Praditya, 2015)

Berdasarkan penjelasan diatas dapat ditarik sebuah kesimpulan walaupun Indonesia mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi, tetapi tingkat komsumsi masyarakat Indonesia masih tetap tinggi. Tingginya tingkat komsumsi masyarakat ini tidak dapat dipisahkan dari peran periklanan yang mempengaruhi pikiran masyarakat untuk terus membeli barang atau jasa tertentu.

Periklanan sendiri merupakan sebuah bentuk komunikasi yang kompleks yang beroperasi untuk mengejar tujuan dan menggunakan strategi untuk mempengaruhi pikiran, perasaan, dan tindakan konsumen. Periklanan termasuk dalam komunikasi pemasaran, yang merupakan istilah umum yang mengacu kepada semua bentuk teknik komunikasi yang digunakan pemasar untuk menjangkau konsumennya dan menyampaikan pesannya (Moriarty et al., 2011).

Pemahaman lebih jauh mengenai periklanan sebagai komunikasi dapat dimulai dari pemahaman tentang model komunikasi dasar yang meliputi, sumber, pesan, saluran, dan penerima. Model komunikasi ini dapat diterjemahkan ke dalam periklanan dengan mempertimbangkan bahwa sumber adalah pengiklan dan agensinya, pesan adalah iklan, saluran adalah sarana untuk menyampaikan iklan, dan penerima adalah komsumen. Seperti komunikasi yang terkadang mengalami gangguan dalam penyampaian pesan, dalam periklanan gangguan dapat berupa trend di masyarakat dan gangguan dalam bauran pemasaran (Moriarty et al., 2011). Berikut adalah model komunikasi periklanan yang menggambarkan bagian – bagian standar dalam model komunikasi ke dalam konteks periklanan.

Lebih lanjut Moriarty et al (2011) menjelaskan bahwa iklan yang efektif adalah iklan yang mampu menimbulkan respon yang diinginkan oleh pengiklan. Efektivitas sebuah iklan juga bergantung pada saluran atau media yang digunakannya untuk menyampaikan pesannya. Salah satu media yang paling sering digunakan sebagai saluran iklan adalah televisi. Televisi dipilih karena memiliki daya jangkau yang luas, dan memiliki efek yang besar pada persepsi khalayaknya. Televisi sendiri memiliki keterbatasan karena biayanya pemasangan iklannya yang mahal. Tapi terlepas dari kendala biaya yang mahal, para pengiklan dan agensinya tetap menjadikan televisi sebagai saluran utama.

Untuk menjadikan sebuah iklan efektif, seringkali iklan menampilkan stereotip gender agar pesannya lebih mudah tersampaikan kepada target konsumennya, seperti contohnya menampilkan wanita sebagai ibu rumah tangga. Stereotip mengenai wanita dalam iklan sangat erat kaitannya dengan industri kecantikan beserta produknya. Setiap tahunnya para wanita menghabiskan banyak uang untuk membeli produk – produk kecantikan. (David Gauntlett, 2008)

(18)

Germaine Greer (1999) seperti dikutip dalam (David Gauntlett, 2008) menyatakan bahwa wanita terjangkiti dengan kebutuhan untuk memenuhi gambaran tertentu tentang kecantikan. Kecantikan yang ideal seringkali memberi tekanan pada wanita, yang kemudian akan menimbulkan obsesi untuk mencapai gambaran ideal tentang menjadi cantik. Hal ini juga berlaku tidak hanya bagi wanita tetapi juga bagi pria. Greer menyebutkan bahwa hal tersebut merupakan dampak budaya yang menekan setiap orang saat ini. Berdasarkan penjalasan ini dapat disimpulkan bahwa stereotip dalam iklan, yang terjadi akibat pengaruh budaya, dapat memunculkan efek negatif bagi pihak yang terkena stereotip.

Stereotip mengenai wanita dalam iklan juga terjadi di Indonesia. Iklan produk – produk kecantikan selalu menggambarkan bahwa wanita yang cantik adalah wanita yang berkulit putih, halus, dan langsing. Gambaran mengenai kecantikan ini semakin bertambah kuat dengan adanya trend korea (musik, film, drama, dll). Adanya trend korea ini membuat wanita Indonesia menjadikan para artis korea sebagai role model, termasuk kedalamnya mengenai gambaran kecantikan. Pada akhirnya seperti yang telah dituliskan oleh David Gauntlett, para wanita Indonesia menghabiskan banyak uangnya untuk membeli beragam produk kecantikan yang dapat membuat para wanita ini semakin dekat dengan gambaran kecantikan ideal yang putih, seperti para artis korea.

Disini dapat dilihat adanya konflik budaya yang disebabkan oleh budaya pop

Korean Wave yang menjadi trend di kalangan masyarakat Indonesia, khususnya para

wanita. Para wanita Indonesia berlomba untuk menjadikan dirinya semakin mirip dengan idolanya, yang mempunyai kulit putih bersih merona. Padahal secara genetik hal ini tidak mungkin dilakukan, karena mayoritas wanita Indonesia berasal dari ras melayu yang memiliki ciri berkulit coklat. Oleh karena itu, produk pemutih kulit di Indonesia sangat banyak dan laris. Para produsen produk pemutih kulit dengan gencar melakukan kampanye pemasaran, salah satunya dalam bentuk iklan.

Salah satu produk kecantikan pemutih kulit yang terkenal di Indonesia adalah produk dengan merek Pond’s. Pada September 2013 kemarin, Pond’s mengeluarkan iklan untuk salah satu produknya Pond’s White Beauty yang mengambil tema menjadi cantik putih bersih merona seperti Korea. Untuk melihat konflik budaya seperti yang telah dituliskan diatas akan dilakukan analisis semiotik terhadap iklan Pond’s White Beauty tersebut.

Penelitian ini akan menggali konflik budaya yang ditampilkan dalam iklan Pond’s White Beauty versi Gita Gutawa dengan tema cantik putih merona seperti korea. Dimana iklan ini menjadikan konstruksi kecantikan pada wanita Indonesia menjadi buram, hanya demi mengikuti trend yang ada wanita di Indonesia dibuat menjadi memiliki kesadaran palsu akan konsep kecantikan.

Metode Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan dengan metode analisis kualitatif dengan menggunakan analisis semiotik dan analisis Marxist sebagai teknik pengolahan data. Objek pada penelitian ini adalah iklan Pond’s White Beauty versi Gita Gutawa dengan tema cantik putih merona seperti korea. Dimana analisis semiotik yang digunakan adalah semiotik Charles Sanders Peirce yang mengembangkan model triadik yang disebut juga sebagai “triangle meaning semiotics”. Fiske (2007) secara sederhana menjelaskan model tersebut sebagai tanda adalah sesuatu yang dikaitkan pada seseorang untuk sesuatu dalam beberapa hal atau kapasitas. Tanda merujuk pada seseorang, yakni menciptakan di benak orang tersebut suatu tanda yang setara atau suatu tanda yang lebih berkembang, tanda yang diciptakannya dinamakan

(19)

Jurnal Komunikasi Universitas Tarumanagara ISSN 2085-1979

Vol. 7, No. 2, Juli 2015, Hal 116 - 123

interpretant dari tanda pertama. Tanda itu menunjukkan sesuatu, yakni objeknya.

(Nawiroh Vera, 2014).

Gambar 1. Model Semiotik Pierce (Sumber: Nawiroh Vera, 2014)

Metode analisi Marxist dilakukan berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Artur Asa Berger (2005) yang membahas konsep – konsep dari Karl Marx yang dapat digunakan untuk menganalisi pesan-pesan dari media, khususnya adalah media massa tentang bagaimana media massa mempengaruhi khalayak dan penerimaan khalayak terhadap pesan dari media.

Hasil Penemuan dan Diskusi

Studi tentang bagaimana masyarakat memproduksi makna dan nilai-nilai dalam sebuah sistem komunikasi disebut semiotika, yang berasal dari kata seemion, istilah Yunani, yang berarti tanda. Disebut juga sebagai semeiotikos, yang berarti teori tanda (Nawiroh Vera, 2014). Analisis semiotik merupakan sebuah studi yang mempelajari tentang bagaimana tanda mengkomunikasi maknanya (Jonathan Bignell, 2002). Semiotika modern dimulai dari pemikiran dua tokoh, yaitu: Ferdinand de Saussure dan Charles Sanders Peirce yang mempelajari simbol dalam linguistik (Berger, 2005). Secara singkat semiotika merupakan ilmu yang mempelajari tentang tanda.

Kemudian penelitian ini akan menggunakan semiotika untuk menganalisis iklan Pond’s White Beauty yang dibintangi oleh Gita Gutawa dengan tema cantik putih merona seperti Korea. Iklan ini menggambarkan sang model Gita Gutawa yang memiliki kulit wajah putih merona dengan menggunakan produk kecantikan Pond’s White Beauty. Dimana dengan memiliki kulit wajah seperti tersebut sang model dikatakan cantik di negeri Korea tempat iklan digambarkan. Dalam iklan tersebut juga terdapat teks yang tertulis pada bagian-bagian gambar yang diiringi oleh lagu berbahasa Korea sebagai backsound untuk iklan ini.

(20)

Tabel 1. Analisis Iklan

Sign

Object Seorang orang perempuan Indonesia (Gita Gutawa) sedang berjalan di sebuah pusat perbelanjaan di Korea bersama temannya. Dimana kehadiran perempuan tersebut menarik perhatian pengunjung lainnya untuk menoleh kepadanya.

Interpretant Perempuan tersebut merupakan perempuan modern dilihat dari cara berpakainnya. Terlihat dari gambar perempuan Indonesia yang sudah modern terlihat cantik di negeri Korea.

Sign

Object Seorang Perempuan Korea menoleh ke belakang sambil berbicara dalam

bahasa korea dan terdapat teks “wajahnya”.

Interpretant Gambar 5 ini menunjukkan wanita korea terpesona dengan wajah seseorang yang dilihatnya.

Sign

Object Dua orang pria Korea terkesima sambil berbicara dalam bahasa korea. Dan

terdapat teks “sangat jernih”.

Interpretant Dua pria Korea terlihat terpesona dengan wajah sangat jernih seseorang.

Berdasarkan gambar-gambar tersebut dapat terlihat makna-makna tersirat. Pertama pada gambar terdapat makna bahwa perempuan Indonesia yang modern pada masa sekarang ini memiliki kecantikan yang dapat memukau orang-orang di negeri Korea, yang pada dasarnya memiliki genetika kulit putih. Kedua pada gambar terlihat bahwa orang-orang Korea yang melihat perempuan Indonesia terpesona dengan kecantikan wajahnya yang sangat jernih melebihi orang-orang Korea. Atribut seperti bendera Korea, papan nama toko dengan menggunakan tulisan Korea, dan pengunjung berbahasa korea dibuat untuk meyakinkan khalayak seakan iklan tersebut dibuat di Korea, dan bahwa para pengunjung lain yang merupakan orang asli Korea dapat terpesona dengan kecantikan Gita Gutawa yang berasal dari Indonesia. Teks iklan pada gambar 4 dan 5 juga semakin menegaskan fokus iklan pada wajah sang model yang sangat jernih sehingga dapat mempesona orang-orang disekelilingnya.

(21)

Jurnal Komunikasi Universitas Tarumanagara ISSN 2085-1979

Vol. 7, No. 2, Juli 2015, Hal 116 - 123

Tabel 2. Analisis Iklan

Sign

Object Gambar Korean ginseng dan bunga saffron.

Interpretant Warna lingkaran pink menunjukkan simbol untuk Pond’s dan gingseng korea

dipercaya merupakan obat yang memiliki banyak manfaat dan sangat baik untuk tubuh.

Sign

Object Model iklan Gita Gutawa memegang produk Pond’s White Beauty.

Interpretant Kulit wajah sang model menjadi putih bersih merona karena menggunakan

produk Pond’s White Beauty.

Pada gambar menunjukkan gambar kandungan dalam produk Pond’s White Beauty, dimana menggunakan ginseng korea dan bunga saffron. Negara korea merupakan negara penghasil ginseng terbesar yang diyakini merupakan obat yang memiliki banyak manfaat bagi tubuh. Bunga saffron juga memiliki banyak manfaat untuk kecantikan, seperti untuk mencerahkan dan juga menghilangkan jerawat. Hal ini ditampilkan dalam iklan untuk menunjukkan bahwa produk Pond’s White Beauty merupakan produk yang memiliki kualitas tinggi sehingga konsumen akan dapat merasakan hasil seperti yang digambarkan dalam iklan.

Pada gambar terlihat model (Gita Gutawa) tersenyum memegang produk Pond’s White Beauty, dan pada bagian bawahnya terdapat teks “putih, cerah, dan berseri”. Gambar ini dimaknai bahwa untuk mendapatkan kulit wajah putih, cerah, dan berseri seperti Gita Gutawa harus memakai produk kecantikan Pond’s White Beauty. Disini Pond’s menyampaikan pesan pada target konsumennya, para wanita untuk membeli produk Pond’s White Beauty dan mendapatkan hasil kulit wajah putih, cerah, dan berseri, cantik seperti Korea.

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari analisis semiotik terhadap iklan Pond’s White Beauty versi Korea Gita Gutawa adalah iklan tersebut memiliki tanda – tanda yang menyampaikan makna bahwa seorang wanita Indonesia dapat dikatakan cantik apabila memiliki kulit jernih, putih, merona, yang didapat dengan menggunakan produk Pond’s White Beauty, yang pada akhirnya membuat target konsumen membeli produk dan menjadi komsumeris. Iklan ini juga terbukti menampilkan gambaran stereotip tentang kecantikan ideal yang seharusnya dimiliki wanita Indonesia. Analisis semiotik yang dilakukan terhadap iklan Pond’s White Beauty telah membuktikan bahwa iklan ini membujuk target konsumen untuk membeli produknya atau dengan kata lain menjadi komsumeris. Melalui analisis Marxist ini akan diketahui bagaimana para kapitalis memegang kekuasaan dan menciptakan masyarakat konsumer. Berger (2005) menuliskan bahwa kapitalisme bukan hanya merupakan sebuah sistem ekonomi tetapi juga sesuatu yang mempengaruhi sikap, nilai, jenis kepribadian, dan kebudayaan secara umum. Hal ini sesuai dengan pemikiran Marxist tentang base dan superstructure, tentang bagaimana base

(22)

mempengaruhi superstructure. Base yang dimaksud Marx adalah sistem ekonomi yang ada dalam masyarakat, dan superstructure adalah institusi, agama, ide, dan kebudayaan yang ada dalam masyarakat.

Berger (2005) menyebutkan bahwa periklanan merupakan institusi esensial yang ada dalam masyarakat dan merupakan kalangan kapitalis dikarenakan iklan penting untuk memotivasi orang agar bekerja keras sehingga dapat menghasilkan uang, yang dapat digunakan untuk membeli barang. Tetapi agar hal tersebut terwujud, orang harus didorong untuk menjadi komsumtif, harus dibuat gila untuk mengkomsumsi. Tidak ada hal yang tidak akan dilakukan oleh iklan, digunakan, atau diajak kerjasama untuk mencapai tujuannya. Periklanan meningkatkan kecemasan, menciptakan ketidakpuasan, dan secara umum menumbukan alienasi yang sudah ada dalam masyarakat kapitalis untuk menjaga kebudayaan konsumen, kebudayaan yang konsumeris.

Unilever sebagai perusahaan induk Pond’s merupakan perusahaan besar yang telah menguasai pasar Indonesia dengan berbagai bentuk produknya mulai dari produk kecantikan sampai bahan keperluan dapur. Keberhasilan produk Pond’s sendiri sebagai produk kecantikan perawatan wajah paling laris tidak terlepas dari dukungan iklan yang gencar lakukan. Pond’s selalu memiliki iklan yang berbeda, iklan Pond’s pernah dibuat berseri dan memiliki konsep cerita cinta, dan selalu memilih bintang iklan yang memiliki wajah cantik atau para artis muda yang sesuai dengan citra produknya. Semua hal tersebut dilakukan untuk semakin menarik minat konsumen untuk terus membeli produk Pond’s, belum lagi sekarang produk Pond’s semakin beragam dan dibalut dengan berbagai fungsi yang berbeda. Produsen produk Pond’s sebagai kapitalis melakukan semua hal tersebut untuk membuat target konsumennya semakin menjadi komsumeris yang pada akhirnya menciptakan masyarakat Indonesia yang komsumtif.

Pihak kapitalis, seperti Unilever melakukan berbagai cara agar masyarakat memiliki ide sesuai dengan apa yang diinginkannya. Disinilah peran media massa dan perikalanan berperan penting untuk menyebarkan ide para kaum kapitalis ini sehingga masyarakat umum memiliki pemikiran tertentu. Hal ini dikemukakan oleh Marx sebagai suatu bentuk kesadaran palsu, dimana kelas yang berkuasa mempropagandakan sebuah ideologi yang membenarkan statusnya dan membuatnya sulit bagi masyarakat umum untuk menyadari bahwa dirinya sedang dieksploitasi dan dijadikan korban. (Berger, 2005).

Melalui analisis Marxist ini dapat dilihat pula adanya hegemoni dalam masyarakat Indonesia, dimana kaum kapitalis, yang dalam penelitian ini adalah Pond’s dan Unilever, yang mendominasi dan menguasai kaum rakyat bawah atau yang dalam istilah Marxist disebut kaum proletar. Para kapitalis menggunakan iklan sebagai sarana untuk terus mengambil keuntungan dari masyarakat bawah. Kapitalis memberikan pekerjaan dan memberikan upah kepada masyarakat bawah agar nanti uang hasil kerjanya dapat dipergunakan untuk membeli barang yang diproduksi oleh para kapitalis, sehingga pada akhirnya uang akan kembali kepada kapitalis. Hal ini terjadi tanpa disadari para kaum proletar sehingga kaum proletar tidak merasa dirugikan dan menolak pemikiran-pemikiran kaum kapitalis.

Simpulan

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari studi ini adalah iklan Pond’s White Beauty versi Gita Gutawa dengan tema cantik putih merona seperti korea menciptakan konflik budaya dalam hal makna kecantikan bagi perempuan Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan melakukan analisis semiotik pada iklan Pond’s White Beauty dengan metode semiotik Pierce. Analisis semiotik menunjukkan bahwa iklan

(23)

Jurnal Komunikasi Universitas Tarumanagara ISSN 2085-1979

Vol. 7, No. 2, Juli 2015, Hal 116 - 123

Pond’s White Beauty menampilkan stereotip mengenai gambaran kecantikan bagi perempuan Indonesia. Perempuan yang cantik merupakan perempuan yang putih seperti orang Korea padahal bagi orang Indonesia yang memiliki genetik berbeda, hal ini menjadi tolak ukur yang tidak dapat disamakan.

Iklan Pond’s ini menampilkan kesadaran palsu, dimana perempuan Indonesia dapat memiliki kulit putih seperti Korea hanya dengan menggunakan produk Pond’s. Berdasarkan analisis Marxist dapat dilihat bahwa iklan Pond’s ini dibuat untuk kepentingan kaum kapitalis, yang dalam hal ini produsen produk yaitu Unilever. Unilever sebagai kapitalis menghegomoni para perempuan Indonesia untuk membeli produk kecantikan Pond’s dengan menggunakan media iklan untuk menciptakan kesadaran palsu dalam pikiran para perempuan Indonesia tentang gambaran kecantikan.

Daftar Pustaka

Berger, Arthur Asa. (2005). Media analysis techniques (3rd Ed.). USA: Sage Publication,Inc.

Bignell, Jonathan. (2002). Media semiotics an introduction (2nd Ed.). USA: Manchester University Press.

Vera, Nawiroh. (2014). Semiotika dalam riset komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia. Gauntlett, David. (2008). Media, gender, and identity an introduction (2nd Ed.). USA:

Rautlegde.

Moriarty, Sandra., et al. (2011). Advertising (8 ed.). Jakarta: Kencan Prenada Media Group.

Sumber online

BPS (2015, Mei 05). Pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan I 2015 tumbuh 4,71

persen. Juli 29, 2015.

http://www.bps.go.id/brs/view/id/1143#accordion-daftar-subjek2

Praditya, Ilyas Istianur. (2015). Ekonomi ri melambat namun tingkat komsumsi masih

tumbuh. Juli 29, 2015.

http://bisnis.liputan6.com/read/2235606/ekonomi-ri-melambat-namun-tingkat-konsumsi-masih-tumbuh

(24)

POSISI KERIS PADA MASYARAKAT JOGJA MODERN

Endah Endrawati

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Email: endah.indrawati@yahoo.com

Abstract

Keris supposedly as a status symbol of nobility, is now confronted by alternative culture (mass culture) as an alternative preservation. Dagger that is said as magical objects and sacred believed to be heirlooms. Now, as kris is an alternative object of merchandise ready for sale and waiting buyers. Kris phenomenon in modern times, its development was encouraging. Keris enthusiasts and observers began to shift from elders to young people, students or youth. The values of humanism on the kris, Religious Values, their belief in the power of man. Value Philosophy of the keris lajer (straight) people live should have a clear direction or purpose. Keris Luk, in achieving the purpose of life, human beings should not be sakleg flexible. History values, the height of science and technology owned civilization wrought iron bangsaatau ancestors of our ancestors. Economic value, collections are becoming increasingly scarce, the higher the price (investment), also overcome unemployment for furniture craftsmen keris. In addition, the value of Psychology, generating confidence and a spirit of confidence for success.

Keywords: Keris, Traditional Communication, Meaning Abstrak

Keris yang konon sebagai lambang status kebangsawanan, kini dihadapkan oleh budaya alternatif (budaya massa) sebagai salah satu alternatif pelestarian. Keris yang konon sebagai benda bertuah dan dikeramatkan diyakini sebagai pusaka. Kini keris merupakan benda alternatif seolah barang dagangan siap jual dan menunggu pembelinya. Fenomena keris di zaman modern, perkembangannya cukup menggembirakan. Peminat dan pemerhati keris mulai bergeser dari sesepuh kepada generasi muda, mahasiswa atau pemuda. Nilai-nilai humanisme pada keris yakni, Nilai Religi, adanya kepercayaan akan kekuatan manusia. Nilai Filosofi adanya keris lajer (lurus) manusia hidup harus punya arah atau tujuan yang jelas. Keris Luk, dalam meraih tujuan hidup, manusia harus luwes tidak sakleg. Nilai Histori, ketinggian ilmu pengetahuan dan teknologi tempa besi yang dimiliki peradaban nenek moyang bangsaatau leluhur kita. Nilai Ekonomi, koleksi yang semakin lama semakin langka akan semakin tinggi harganya (investasi), juga mengatasi pengangguran bagi perajin perabot keris. Selain itu, Nilai Psikologi, pembangkit kepercayaan diri dan semangat keyakinan untuk sukses.

Kata Kunci: Keris, Komunikasi Tradisiona, Makna

Pendahuluan

Hampir setiap suku bangsa/etnik di dunia ini mempunyai senjata tradisional yang khas dan merupakan ciri khas serta bagian dari kebudayaan dan jati diri bangsa tersebut. Demikianlah maka etnis Naori mempunyai boomerang, Indian mempunyai tomahawk, Jepang mempunyai samurai, Romawi mempunyai fascio. Sedangkan bagi bangsa Indonesia sendiri suku bangsa Aceh mempunyai rencong, Sunda mempunyai kujang, Dayak mempunyai mandau, Bugis mempunyai badik, dan orang Jawa mempunyai senjata tradisional yang disebut keris. Keris merupakan salah satu peninggalan budaya yang sangat bernilai. Bukan hanya sebuah senjata,

(25)

Jurnal Komunikasi Universitas Tarumanagara ISSN 2085-1979

Vol. 7, No. 2, Juli 2015, Hal 124 - 136

keris juga merupakan suatu hasil karya spiritual di masa lampau. Berbicara soal keris, tentu tidak akan lepas dari sejarah keris itu sendiri. Keris dianggap sebagai tanda perjalanan suatu peradaban, dan suatu kebudayaan dalam suatu bangsa dalam kurun waktu yang sangat lama. Bahkan mencapai ribuan tahun.

Keris juga kerap dikaitkan sebagai simbol-simbol, mulai simbol kewibawaan, simbol kebijaksanaan, hingga simbol kehidupan. Tak hanya itu, keris yang multifungsi ini rupanya pada jaman dahulu juga diposisikan sebagai penglaris, dan suatu simbol kebesaran. Lihat saja gambaran raja-raja Jawa, dan pahlawan-pahlawan Jawa, yang selalu membawa keris. Saat ini keris telah mengalami pergeseran pada beberapa fungsinya. Keris yang dulunya digunakan sabagai senjata tajam, kini lebih kerap hanya digunakan sebagai kelengkapan pakaian adat di beberapa daerah. Penggunaan keris saat ini memang banyak diakui hanya sebagai suatu upaya pelestarian kebudayaan dan kecintaan terhadap seni. Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memperdalam pengetahuan terhadap penggunaan keris yang sesungguhnya oleh masyarakat, khususnya masyarakat Jawa modern.

Rumusan Masalah pada penelitian ini adalah bagaimana posisi keris pada masyarakat Jogja modern saat ini? Keris adalah senjata tradisional Jawa sebagai senjata tusuk yang terdiri dari bahan besi, baja, dan pamor dibuat oleh seorang empu bukan pande besi. Meskipun keris merupakan senjata tradisional orang jawa, namun keris tersebar diberbagai pelosok nusantara dan kawasan Asia Tenggara yang dahulu pernah dikuasai kerajaan Majapahit (1293-1478). Seperti kita ketahui bahwa wilayah Majapahit meliputi hasta dwipa nusantara (delapan pulau nusantara) yakni Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Sunda kecil, Gurun (Irian) dan Malaka. Dengan demikian keris dikenal juga dikawasan tersebut walaupun dengan bentuk penampilan yang tidak sama persis dengan keris jawa.

Sebelum membahas masalah keris dan budayanya, sebaiknya ditentukan dahulu batasan-batasan mengenai apa yang disebut keris. Hal ini perlu karena dalam masyarakat sering dijumpai pengertian yang keliru dan kerancuan mengenai apa yang disebut keris. Sebuah benda dapat digolongkan sebagai keris bilamana benda itu memenuhi kriteria. Keris harus terdiri dari dua bagian utama, yakni bagian bilah keris (termasuk pesi) dan bagian ganja. Bagian bilah dan pesi melambangkan ujud lingga, sedangkan bagian ganja melambangkan ujud yoni. Dalam falsafah Jawa, yang bisa dikatakan sama dengan falsafah Hindu, persatuan antara lingga dan yoni merupakan perlambang akan harapan atas kesuburan, keabadian (kelestarian), dan kekuatan.

Bilah keris harus selalu membuat sudut tertentu terhadap ganja. Bukan tegak lurus. Kedudukan bilah keris yang miring atau condong ini adalah perlambang dari sifat orang Jawa, dan juga suku bangsa Indonesia lainnya, bahwa seseorang, apa pun pangkat dan kedudukannya, harus senantiasa tunduk dan hormat bukan saja pada Sang Pencipta, juga pada sesamanya. Ilmu padi, kata pepatah, makin berilmu seseorang, makin tunduklah orang itu. Ukuran panjang bilah keris yang lazim adalah antara 33 - 38 cm. Beberapa keris luar Jawa bisa mencapai 58 cm, bahkan keris buatan Filipina Selatan, panjangnya ada yang mencapai 64 cm. Yang terpendek adalah keris Buda dan keris buatan Nyi Sombro Pajajaran, yakni hanya sekitar 16 - 18 cm saja.Tetapi keris yang dibuat orang amat kecil dan pendek, misalnya hanya 12 cm, atau bahkan ada yang lebih kecil dari ukuran fullpen, tidak dapat digolongkan sebagai keris, melainkan semacam jimat berbentuk keris-kerisan. Keris yang baik harus dibuat dan ditempa dari tiga macam logam,- minimal dua, yakni besi, baja dan bahan pamor. Pada keris-keris tua, semisal keris Buda, tidak menggunakan baja. Dengan demikian, keris yang dibuat dari kuningan, seng, dan bahan logam lainnya, tidak dapat digolongkan sebagai keris. Begitu juga "keris" yang dibuat bukan dengan cara ditempa, melainkan dicor, atau yang dibuat dari

Gambar

Gambar 1.  Media Komunikasi/Publikasi CSR PT. Indocement Cabang Cirebon  (Sumber: data peneliti)
Gambar 1. Model Semiotik Pierce (Sumber: Nawiroh Vera, 2014)
Tabel 1. Analisis Iklan  Sign
Tabel 2. Analisis Iklan  Sign
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Proposal Skripsi ini disusun dari hasil penelitian yang dilakukan penulis dan diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh derajad kesarjanaan strata satu

Faktor kebudayaan pada masalah yang penulis angkat ternyata menjadi faktor penghambat penegakan hukum karena budaya masyarakat yang masih memberikan dukungan dan

perihal Permohonan Rekomendasi Sebagai Kelengkapan Dokumen Persyaratan Pendaftaran Petunjuk Penggunaan (Manual) dan Kartu Jaminan/Garansi Purna Jual Dalam Bahasa Indonesia Bagi

Perkembangan mazhab hukum tersebut, pada asas pemahaman yang dominan, dimulai dari berkembangnya mazhab hukum alam hingga apa yang dinamakan dengan studi hukum kritis..

Apakah kaitan antara periodontitis dengan kelahiran bayi prematur berberat badan lahir rendah?. Penyakit periodontal merupakan jalur tambahan terjadinya penjalaran keradangan

SUITE 9.10, 9TH FLOOR, WISMA ZELAN, NO.1, JALAN TASIK PERMAISURI 2, BANDAR TUN RAZAK 56000 , WP KUALA LUMPUR.. BAHARUDDIN ALI & LOW SDN

Disiplin tentu tidak akan muncul begitu saja pada diri siswa tanpa didasari dengan penegakan peraturan yang efektif oleh pihak guru di sekolah, melalui

Memberikan informasi dan bimbingan kepada lembaga PAUD di wilayahnya (pelatihan, magang, pendampingan, tempat orbservasi, dan lainnya). Menjamin pelaksanaan Program PAUD