• Tidak ada hasil yang ditemukan

Interpretasi Liberalis Dan Terkait Kemuncula

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Interpretasi Liberalis Dan Terkait Kemuncula"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

1

Nadya Agitswari 071311233010

Reza Pusparani Pertiwi 071411231017

Siti Farahiyah Inarah 071411231022

Khanifia Maela 071411231047

Sevira Marsati Utari 071411231074

Muhammad Irhan Diaz Putra 071411231076

M. Alvien Maliki 071411233018

Zulkifli Adam W. 071411233031

Tita Yorinda 071411233027

Interpretasi Liberalis Terkait Kemunculan Organisasi Internasional Seiring dengan perkembangan sejarah, negara-negara di dunia telah memanfaatkan organisasi internasional untuk berbagai tujuan. Salah satu tujuan tersebut adalah ketika mereka menggunakan organisasi internasional untuk meraih kepentingan yang sama dan mendapatkan keuntungan sebanyak mungkin. Aspek organisasi internasional seperti inilah yang diteliti oleh para penganut perspektif liberalisme institusionalis. Bahkan Kenneth W. Abbott dan Duncan Snidal (1998), menyatakan dalam artikelnya yang berjudul Why States Act through Formal International Organizations, bahwa semenjak berakhirnya Perang Dingin negara-negara di dunia telah memanfaatkan berbagai organisasi internasional untuk menyelesaikan permasalahan di dunia internasional. Mulai dari hal-hal yang bersifat meredakan dan menyelesaikan konflik, hingga permasalaham ekonomi dan perdagangan dunia. Berangkat dari sinilah penulis akan meyampaikan penjelasan yang cukup dapat menjelaskan mengenai liberalisme institusioalis terkait dengan munculnya organisasi internasioal dalam dunia yang semakin mengglobal ini.

(2)

kegiatan-2 kegiatan yang bersifat keanggotaan dalam organisasi internasional menjadi lebih efisien dan

memberi dampak yang lebih positif dalam memenuhi kepentingan anggota-anggotanya.

Sementara itu, independensi ketika suatu organisasi internasional dapat memberikan manfaat pada anggota-anggotanya berupa netralitas dalam pemecahan masalah dan konflik yang terjadi sesuai dengan tujuan dibentuknya organisasi internasional tersebut (Abbott dan Snidal, 1998). Meskipun begitu, untuk faktor ini, independensi suatu organisasi internasional dapat terhalang oleh adanya aktor hegemon yang dapat membatasi seberapa netral organisasi internasional itu dan bahkan, bila tidak lagi sesuai dengan kepentingan mereka, dapat membubarkan organisasi tersebut (Abbott dan Snidal, 1998). Akan tetapi, walaupun dengan batas tersebut, partisipasi suatu pihak yang dianggap netral dalam suatu proses kolektif internasional dapat memberikan hal tersebut legitimasi yang lebih kuat. Sesuatu yang bahkan menguntungkan bagi suatu aktor hegemon dalam mencapai kepentingan bersama.

Namun jika kita lihat mengenai bagaimana perilaku negara dalam organisasi internasioal menurut para liberalis, jelas dianggap bahwa keanggotaan dalam sebuah institusi internasional akan mengubah perilaku sebuah negara. Hal tersebut dikarenakan kemampuan sebuah institusi terhadap negara untuk dapat memperkirakan kepentingan nasionalnya dengan mempertimbangkan dampaknya terhadap posisi kekuatan negaranya. Institusionalis juga meyakini bahwa sebuah institusi internasional adalah badan independen yang memiliki kemampuan untuk menjauhkan negara dari perang. Dalam sebuah institusi, negara lebih cenderung untuk berfokus pada kepada bagaimana kerjasama dalam bidang ekonomi dan lingkungan daripada bagaimana mencegah perang. Hal itu dikarenakan peningkatan kerjasama antarnegara itu sendiri dapat menurunkan risiko terjadinya perang (Mearsheimer, 1995). Oleh karena itu, keberadaan negara dalam organisasi internasional akan cenderung selalu melakukan kerja sama, untuk mencapai tujuan dan kepentingan yang dimiliki. Hal ini akan terbentuk dalam suatu kesepakatan antar negara, yang memudahkan negara tersebut untuk meraih keuntungan relative. Meskipun demikian, kesepakatan yang dibentuk untuk melakukan kerja sama, tidak hanya didasari oleh rasa saling percaya saja. Namun lebih dari itu, hasil dari adanya kerjasama, kepentingan yang ada, serta keuntungan yang diterima, pada dasarnya juga menjadi pertimbangan (Keohanne & Martin, 1995).

(3)

3 dapat meningkatkan kapasitas serta kekuatan sebuah negara (Abbott dan Snidal 1998, p. 8).

Sehingga jika dikaitkan dengan faktor independensi sebelumnya, setidaknya terdapat beberapa peran secara ontologis yang dapat dimainkan oleh organisasi internasional berdasarkan pada pandangan liberal institusional.

Peran pertama adalah organisasi internasional dapat mengatur berbagai macam area-area secara signifikan dalam hubungan antar negara, misalnya dari kebijakan kesehatan secara global (WHO) hingga mengenai kebijakan moneter internasional (IMF). Hal ini dikarenakan organisasi internasional mampu berperan dalam pencegahan timbulnya konflik antar negara anggota (Lisa, 1992). Disisi lain, peran organisasi internasional dapat digunakan sebagai allocator, pihak netral yang mampu mengalokasikan sumber daya yang langka terhadap anggota organisasi internasional. Selain itu, dapat menjadi arbiter, membantu negara dalam menyelesaikan serangkaian sengketa baik di dalam memfasilitasi intervensi maupun menjalankan binding intervention. Organisasi internasional juga mampu berperan sebagai representatif dari komunitas internasional serta sebagai pihak enforcement terhadap agreements di dalamnya yang tidak ditaati oleh member states yang ada (Abbott dan Snidal, 1998: 24-26). Mengambil eksplanasi dari Martin (1992: 767) bahwa organisasi internasional sebagai bentuk dari institusionalisasi juga mampu dilihat sebagai bentuk perwujudan dari multilateralisme. Peran ganda juga dapat ditunjukkan oleh organisasi internasional, maksud dari peran ganda disini adalah organisasi internasional mampu mengemban dua fungsi sekaligus, misalnya dapat memfasilitasi negosiasi dan mengimplimentasikan perjanjian. Dari sinilah kita dapat melihat bagaimana kelebihan dari organisasi internasional. Selain mampu menjalankan fungsi-fungsi di atas, organisasi juga mampu mengelaborasi norma (Lisa, 1992).

(4)

4 negara seringkali juga menimbulkan lemahnya efektifitas yang diusung oleh organisasi

internasional.

Kemudian dari fungsi organisasi internasional dan beserta peran liberalisme dalam organisasi internasional telah menjawab mengenai kelebihan maupun kekuragan atau keterbatasan yang ada. Dengan jelas penulis mengatakan, bahwa organisasi internasional memiliki peran-peran penting dalam keberlangsungan sistem internasional yang bagaimanapun akan turut mempengaruhi keuntungan dan keterbatasan yang dikandung oleh organisasi internasional terkait. Tujuan utama dalam mendirikan organisasi internasional ialah untuk mengefisiensi biaya yang dikeluarkan para aktor dalam sistem internasional. Efek politik di atas efisiensi dari terdapatnya organisasi internasional ialah dapat menggabungkan pemerintah dan asosiasi privat, membentuk pengertian, pengaruh interaksi yang terbentuk, mengelaborasi norma-norma, memediasi atau menyelesaikan persengketaan antarnegara maupun antaraktor (Abbot dan Snidal, 1998).

(5)

5 diciptakan dan bagaimana mereka menggunakan efek yang mampu mereka berikan pada

negara.

Sehingga dari penjabaran panjang yang penulis sampaikan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa interpretasi kaum liberal dalam melihat organisasi internasional adalah sebagai integrasi. Kaum liberalis yang selalu mengedepankan nilai kerjasama dapat dikatakan melihat organisasi internasional sebagai usaha untuk mencapai dunia yang lebih damai melalui nilai yang dipercayainya, yaitu kerjasama. Dalam beberapa fungsi yang melekat pada keberadaan organisasi internasional telah memberikan gambaran mengenai peran dari organisasi internasional sendiri, yang kemudia dapat kita pahami kekurangan da kelebihan darinya.

Referensi:

Abbott, Kenneth W. dan Duncan Snidal. 1998, “Why States Act through Formal International Organizations”, The Journal of Conflict Resolution, Vol. 42, No. 1 (Feb., 1998), dalam http://www.jstor.org/stable/174551

Keohane, Robert O. dan Lisa L. Martin. 1995. ‘The Promise of Institutionalist Theory”, dalam International Security. 20(1), hal. 39-51.

Lisa L. Martin. 1992. Interests, Power, and Multilateralism. International Organization 46(4), hal. 765-792.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Kedua, asal mula wayang gantung di Kota Singkawang diperkirakan telah ada sejak awal memasuki abad ke-20 bahwa orang yang pertama kali memperkenalkan kesenian

Seperti halnya transnational advocacy networks (TANs) 2 , diaspora dengan jejaring etnik transnationalnya tidak hanya sekedar berstatus sebagai ‘imigran di negeri

Mixing test dapat digunakan untuk mengenali adanya inhibitor dan dikerjakan setelah terdapat hasil bahwa pemanjangan clotting time dari prosedur skrining tidak terkoreksi

Bertanggung jawab atas pencapaian tujuan perusahaan melalui pengolahan usaha dengan optimalisasi seluruh sumber daya secara efisioen, efektif dan sinergi dalam pengelolaan

Hanya saja, agar penetrasi nilai-nilai akhlak meresap ke dalam jiwa anak, suatu keharusan bagi orang tua atau guru untuk menetapkan strategi metode apa yang pantas

Berdasarkan hasil perhitungan analisis fundamental dengan menggunakan metode PER, maka saham MRAT dan UNVR pada tahun 2010 dan 2011 dalam keadaan overvalued sehingga

dan wawasan teoritis maupun teknis. Oleh karena itu, dalam setiap calon nasabah yang akan melakukan pembiayaan, pihak BMT akan melakukan studi kelayakan terhadap