• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODUL ANTI BULLYING DAN NARKOBA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MODUL ANTI BULLYING DAN NARKOBA"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

iii

MODUL

ANTI BULLYING DAN NARKOBA

Penulis Warotsatus Sholihah, Sri Rahayu,

Siti Roudhotul Jannah, Ulil

Abshor, Rifqi Ijlal Taufiqi.

Editor

Ikhsan Wahyu Pamungkas,

Nur Febriyanto, Aenun Nova Tri

Mulyani, Muh. Ali Rifan, Nabilla

Nurul A.

Layouter Ery Aminul Lathifah,

Eka

Sadriyati,

Muhammad

Ridho, Ervina Prihandani, David

Abadillah

Penerbit LPPM Universitas Negeri

Semarang

(4)

iv

PRAKATA

Puji syukur Tim KKN PPM UNNES Ngijo panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

rahmat dan inayah-Nya sehingga kami dapat

menyelesaikan Modul “Anti Bullying dan Narkoba”. Tujuan utama dibuatnya modul ini ialah untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman remaja mengenai dampak dari tindakan bullying atau penggunaan narkoba serta mencegah penyebarluasan tindakan tersebut di masyarakat baik secara langsung maupun melalui media sosial.

Kami selaku tim penyusun mengucapkan

terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan modul ini. Kami berharap agar modul ini dapat bermanfaat terkhusus untuk tim penulis dan umumnya pada pembaca.

Semarang, 25 November 2018 Hormat Kami,

(5)

v

DAFTAR ISI

halaman HALAMAN JUDUL ... i PRAKATA ... iv DAFTAR ISI ... v BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Indikator Keberhasilan Sosialisasi ... 5

1.3.Tujuan Sosialisasi ... 6

1.4.Waktu Sosialisasi ... 6

1.5.Sasaran Sosialisasi ... 6

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1.Bullying (Perundungan) ... 8

2.1.1. Pengertian Bullying (Perundungan) ... 8

2.1.2. Peran dalam Bullying (Perundungan) ... 9

2.1.3. Jenis-Jenis Bullying (Perundungan) ... 10

2.1.4. Faktor Penyebab Terjadinya Bullying (Perundungan) ... 13

2.1.5. Dampak Bullying (Perundungan) ... 15

2.2.Narkoba... 16

(6)

vi

2.2.2. Jenis-Jenis Narkoba ... 17

2.2.3. Pengaruh Narkoba terhadap Manusia ... 20

2.3.Faktor-faktor Penyebab Penyalahgunaan Narkoba... 22

BAB 3 TAHAP PELAKSANAAN 3.1.

Bentuk Sosialisasi ... 29

3.2.

Tahap Pelaksanaan ... 31

3.3.

Lampiran ... 35

3.4.Lampiran 2. Blind Case ... 38

DAFTAR PUSTAKA ... 40

GLOSARIUM ... 42

INDEX ... 47

(7)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Beberapa tahun terakhir kasus bullying atau perundungan makin masif terjadi di Indonesia. Rigby (2007:15) menyatakan bahwa, “bullying is repeated

oppression, psychological or physical, of a lesspowerful person by a more powerful person or group of persons.”

Hal tersebut berarti bahwa bullying merupakan penindasan secara fisik maupun psikologis yang dilakukan oleh orang atau sekelompok orang pada orang yang lemah. Kasus terbaru terjadi di SDN 023 Pajagalan, Bandung. Video aksi perundungan terhadap siswa kelas enam tersebut viral di media sosial. Selain itu, beberapa kasus perundungan bahkan berujung pada kematian. Beberapa kasus yang muncul di media sosial hanyalah sebuah gunung es. Dalam kehidupan nyata, kasus perundungan ini banyak menimpa pelajar di sekolah. Sayangnya, korban masih takut untuk melaporkannya.

(8)

2

Pada 21 Juli 2017 lalu, Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa menyatakan bahwa 84% anak usia 12-17 tahun mengalami perundungan. Aksi yang seringkali menimpa anak-anak dan pelajar SMP maupun SMA ini tentu menjadi pekerjaan rumah bagi seluruh lapisan masyarakat. Sekolah yang mestinya menjadi kawah candradimuka, malah menjadi tempat menakutkan bagi korban bullying. Idealnya sekolah menjadi tempat menyenangkan bagi anak. Di sana mereka dapat belajar dengan tenang, membangun hubungan baik dengan sesama, dan melakukan banyak hal positif.

Bullying tidak hanya terjadi di sekolah umum, namun

juga terjadi di pondok pesantren. Berdasarkan penelitian Desiree (2013) menyatakan bahwa di sebuah pondok pesantren “X” di Depok terdapat perlakuan bullying.

Bullying di pondok pesantren tersebut dapat berupa

mengisolasi teman, mengacam, mengejek, paksaan, ejekan, kekerasan fisik termasuk body shaming, dan meminta uang secara paksa (malak). Informan dalam penelitian tersebut mengatakan bahwa penyebab dari

bullying di pondok pesantren yaitu adanya senioritas yang

(9)

3

merasa memiliki kekuatan untuk merundungi adik kelasnya. Selain itu, penyebab adanya bullying terjadi karena karakter yang dimiliki oleh santriwati yang “nyolot”, terlalu percaya diri, ingin menjadi pusat perhatian, dan menjadi saingan santriwati lainnya. Dari pihak pondok pesantren, mengaku bahwa kurangnya kontrol dan pengawasan dari guru-guru dan pembina asrama juga turut menjadi penyumbang terjadinya kasus

bullying.

Bullying tentu saja membuat korbannya semakin

menderita. Anak-anak korban bully menjadi takut dalam mengikuti proses kegiatan di pondok pesantren. Hal tersebut lantas membuat anak tidak nyaman, stress, murung, tertekan bahkan keluar dari pondok pesantren.

Selain kasus bullying, Indonesia juga darurat dengan kasus yang mencengangkan. Pemerintah dalam hal ini, Badan Narkotika Nasional (BNN) dibantu masyarakat telah melakukan upaya pencegahan dan pengendalian perdagangan narkoba, sementara itu dalam norma sosial dan juga ajaran-ajaran agama telah menyebutkan bahwa menggunakan zat-zat yang memabukkan adalah perbuatan terlarang. Namun kenyataan menunjukkan bahwa korban

(10)

4

penyalahgunaan narkoba terus ada, bahkan kasusnya terus meningkat. Kasus narkoba juga terjadi di lingkungan pondok pesantren. Santri bahkan ustadz yang seharusnya menjadi contoh yang baik berdasarkan norma-norma agama bagi masyarakat luar, namun justru melakukan perbuatan haram yaitu mengedarkan narkoba.

Dilansir dari news.detik.com pada November tahun 2018, kasus penjualan narkoba terjadi di pondok pesantren yaitu seorang pengedar narkoba asal Bekasi merekrut santri untuk menjual 12 kg ganja yang akan diedarkan jelang tahun baru tahun 2019. Kasus lain yang dilasir dari Liputan6.com menyatakan bahwa Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Jawa Tengah pada April 2018 telah menangkap seorang pengajar di salah satu pondok pesantren di Kota Solo atas kepemilikan narkotika jenis sabu. Ustadz yang sudah mengajar sekitar lima tahun itu mengaku mendapat upah Rp 1 juta untuk mengambil barang haram tersebut. Di Karawang, dilansir dari merdeka.com, pada November 2018 seorang santri salah satu pondok pesantren di Karawang Barat diringkus Satuan Narkoba Polres Karawang, karena diduga telah

(11)

5

mengedarkan ganja. Selain untuk diedarkan ganja juga untuk dipakai saat berada di pesantren.

Narkoba merupakan ancaman yang besar bagi generasi muda Indonesia mengingat bahwa sifat dari narkoba tersebut membuat candu bagi para pemakainya yang membuat sulit untuk lepas dari narkoba ketika sudah mencobanya. Dampak dari penggunaan narkoba tidak hanya terjadi pada bidang kesehatan pemakainya saja, namun juga berdampak bagi ekonomi, sosial, kultural, hukum bahkan ketahanan dan keamanan nasional.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka perlu diadakan sosialisasi mengenai bahaya

bullying dan narkoba di pondok pesantren supaya

terhindar dari dampak buruk yang akan terjadi.

1.2. Indikator Keberhasilan Sosialisasi

Dengan pelatihan ini, santri diharapkan dapat:

1. Memahami pengetahuan tentang perundungan dan narkoba

2. Memahami tentang bahaya perundungan dan narkoba. 3. Menghindari perilaku perundungan dan transaksi

(12)

6

1.3. Tujuan Sosialisasi

Adapun tujuan pelatihan ini adalah:

1. Memberi pengetahuan mengenai bullying atau perundungan dan narkoba.

2. Memberi pengetahuan mengenai bahaya bullying atau perundungan dan narkoba.

1.4. Waktu Sosialisasi

Kegiatan sosialisasi anti bullying dan narkoba dilakukan pada hari Minggu, 28 Juli 2019 di Aula Pondok Pesantren Riyadlus Sholihin, Kelurahan Ngijo.

1.5. Sasaran Sosialisasi

Sasaran pelatihan ini adalah santriwan-santriwati Pondok Pesantren Riyadlus Sholihin, Kelurahan Ngijo. Santriwan-santriwati merupakan siswa MTs kelas 8. Pemilihan kelas 8 karena pada kelas tersebut, siswa telah menjadi senior bagi adik kelasnya yang masih kelas 7. Siswa berjumlah 40 orang yang terdiri dari 20 siswa santriwan dan 20 siswa santriwati.

(13)

7

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1. Bullying (Perundungan)

2.1.1. Pengertian Bullying (Perundungan)

Perundungan adalah tindakan penggunaan

kekuasaan untuk menyakiti seseorang atau kelompok orang baik verbal, fisik, maupun psikologis sehingga korban merasa tertekan, trauma, dan tidak berdaya (Sejiwa, 2008). Rigby (2007:15) menyatakan bahwa, “bullying is repeated oppression, psychological or

physical, of a lesspowerful person by a more powerful person or group of persons.” Hal tersebut berarti bahwa bullying merupakan penindasan secara fisik maupun

psikologis yang dilakukan oleh orang atau sekelompok orang pada orang yang lemah.

Sasaran perundungan (bullying) adalah seseorang atau sekelompok orang yang lebih lemah. Orang – orang yang melakukan perundungan mempersepsikan dirinya sebagai orang yang memiliki kekuasaan untuk melakukan apa saja terhadap korbannya. Sedangkan korban

(14)

8

mempersepsikan dirinya sebagai pihak lemah, tidak berdaya dan selalu merasa terancam.

Dapat disimpulkan bahwa perundungan yaitu suatu penyiksaan atau penindasan yang dilakukan secara fisik maupun psikologis terhadap orang atau sekelompok orang yang dinilai lemah.

2.1.2. Peran dalam Bullying (Perundungan)

Menurut Zakiyah, dkk (2017), peran dalam perilaku perundungan dibagi menjadi 4, yaitu:

1) Bullies

Bullies yaitu orang yang secara fisik dan atau emosional

melukai orang lain secara berulang – ulang.. Umumnya

bullies melakukan perilaku agresif baik secara verbal

maupun fisik karena ingin menjadi popular sering membuat onar mencari kesalahan orang lain dan pendendam. Pada kasus tertentu, bullies bisa jadi sebelumnya merupakan korban perundungan.

2) Victim

Victim yaitu korban dari perundungan yang menjadi

target dari perilaku yang menyakitkan dari pihak bullies.

(15)

9

penyerangnya. Victim cenderung menarik diri, depresi, cemas, dan takut akan situasi baru. Victim biasanya adalah anak – anak yang berbeda status sosial, ras, dan fisiknya.

3)

Bully-victim

Bully-victim memiliki dua peran yang berbeda, yaitu

perilaku agresif, tetapi juga menjadi korban perilaku agresif. Bully victim menunjukkan level agresivitas verbal dan fisik yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak lain. Neutral

4) Neutral yaitu pihak yang tidak terlibat dalam perilaku agresif atau bullying.

2.1.3. Jenis-Jenis Bullying (Perundungan)

Menurut Coloroso (dalam Zakiyah, dkk:2017) perundungan dibagi menjadi 4 jenis, yaitu:

1) Perundungan Fisik

Perundungan fisik merupakan jenis perundungan yang paling tampak dan paling mudah untuk diidentifikasi di antara bentuk perundungan lainnya. Perundungan fisik dapat berupa berbagai macam contoh, yaitu: menjambak, menendang, menggigit, memukul, mencekik, menyikut, meninju, memiting,

(16)

10

mencakar, meludahi korban perundungan sehingga mengalami kesakitan, pingsan bahkan dapat berujung pada kematian.

2) Perundungan Verbal

Perundungan verbal merupakan bentuk

perundungan yang paling sering dilakukan oleh bullies kepada korban perundungan. Perundungan verbal banyak terjadi di kehidupan sehari-hari yang namun tak jarang orang tidak menyadari bahwa hal tersebut masuk dalam peundungan.

Contohdari perundungan verbal yaitu: kritik kejam, penghinaan, julukan nama, celaan fisik, fitnah,, dan pernyataan-pernyataan ajakan seksual atau pelecehan seksual.

3) Perundungan Relasional

Perundungan relasional merupakan jenis

perundungan yang paling sulit dideteksi oleh orang awam. Perundungan relasional merupakan pelemahan kekuatan korban dari segi harga diri, posisi secara sistematis melalui pengucilan, pengabaian, atau

penghindaran suatu tindakan penyingkiran.

(17)

11

mengasingkan seseorang secara sengaja yang ditujukan untuk merusak hubungan pertemanan yang telah terjalin. Perilaku perundungan relasional in dapat i mencakup sikap-sikap seperti pandangan agresif, lirikan mata, tertawa merendahkan, helaan nafas, bahu yang bergidik, cibiran, tawa mengejek, dan bahasa tubuh yang kasar.

4) Cyber Bullying (perundungan siber)

Cyber Bullying merupakan bentuk perundungan

yang baru akibat dari hasil perkembangan teknlogi yang kian hari kian pesat. Perkembangan tekonologi yang dimaksud yaitu internet dan maraknya berbagai media sosial. Dalam cyber bullying, korban terus menerus mendapat pesan ataupun komentar negatif yang berasal dari bullies entah itu merupakan teman yang dikenal atau bahkan orang-orang pengguna internet pada umumnya ang biasa disebut dengan

netizen. Bentuk cyber bullying dapat berupa kalimat

yang menyakitkan, kasar serta menyakitkan dan atau

menggunakan gambar, meninggalkan pesan

voicemail yang kejam, menelpon terus menerus tanpa henti namun tidak mengatankan apa-apa, membuat

(18)

12

website yang memalukan bagi si korban, si korban dihindarkan atau dijauhi dari chat room atau lainnya,

happy slapping yaitu video yang berisi di mana si

korban dipermalukan lalu disebarluaskan.

2.1.4. Faktor Penyebab Terjadinya Bullying

(Perundungan)

Menurut Ariesto (2009) faktor-faktor penyebab terjadinya perundungan antara lain:

1) Keluarga

Faktor pertama yang menjadi alasan terjadinya perundungan yaitu keluarga dan berkaitan dengan pola asuh yang diterapkan oleh orangtua. Orangtua yang sering menghukum anaknya secara berlebihan atau situasi rumah yang penuh stress dapat menimbulkan adanya perilaku

perundungan. Anak akan mempelajari perilaku

perundungan pada orangtua mereka dengan segala konflik-konflik yang terjadi di dalam rumah tangga lalu kemudian melakukan modelling kepada teman-teman mereka. Jika tidak ada konsekuensi yang tegas dari lingkungan terhadap perilaku coba-coba tersebut maka

(19)

13

mereka akan mempertahankan perilaku hasil belajar tersebut.

2) Sekolah

Sekolah juga dapat menjadi faktor penyebab munculnya perundungan. Pihak sekolah yang abai, acuh dan tidak menindaklanjuti lebih serius mengenai kasus perundungan akan berakibat pada maraknya perundungan di skeolah. Anak-anak sebagai perilaku perundungan akan mendapat penguatan terhadap perilaku perundungan yang dilakukan sehingga muncul suasana sekolah yang tidak mengembangkan rasa menghargai dan menghormati antar sesama anggota sekolah.

3) Faktor kelompok sebaya

Anak-anak yang berinteraksi dalam sekolah dan dengan teman sebaya di sekitar rumah terkadang terdorong untuk melakukan perundungan. Faktor ini biasanya dilakukan agar anak-anak tersebut dapat masuk ke dalam kelompok tertentu, walaupun mereka sendiri merasa tidak nyaman dengan perilaku tersebut.

4) Kondisi lingkungan sosial

Salah satu faktor yang menyebabkan tindakan perundungan adalah ekonomi yang lebih tepatnya yaitu

(20)

14

kemiskinan. Orang yang hidup dalam kondisi kemiskinan dapat melakukan apa saja demi memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga tidak menjadi hal yang baru jika di sekolah terjadi pemalakan yang dilakukan oleh siswa. 5) Tayangan televisi dan media cetak.

Umumnya masyarakat terutama anak-anak meniru apa yang dia lihat dari media televisi dan media lain. Oleh sebab itu, orangtua seharusnya memiliki kewajiban untuk mengontrol dan mengatur tontonan apa saja yang boleh

dan yang tidak boleh ditonton oleh anak

untukmenghindari efek negatif seperti terjadinya perundungan.

2.1.5. Dampak Bullying (Perundungan)

Menurut Sejiwa (2008), dampak perundungan akan menghambat anak dalam mengaktualisasikan dirinya karena perilaku perundungan tidak akan memberi rasa aman dan nyaman, dan akan membuat para korban perundungan merasa takut dan terintimidasi, stress, rendah diri, merasa tidak berguna, lemah, tak berharga, sulit berkonsentrasi dalam belajar, serta tidak mampu untuk bersosialisasi dengan lingkungannya. Bahkan jika kasus

(21)

15

perundungan sudah sangat parah, maka akan

menyebabkan korban stress, depresi lalu bunuh diri karena tidak tahan dengan perlakuan yang dilakukan oleh pelaku perundungan.

2.2.Narkoba

2.1.1. Pengertian Narkoba

Eleanora (2011) menerangkan bahwa secara

etimologis narkoba atau narkotika berasal dari Bahasa Inggris yaitu narcose atau narcosis yang memiliki arti menidurkan dan pembiusan.

Di sisi lain, narkotika berasal dari bahasa Yunani yaitu

narke atau narkam yang berarti terbius sehingga tidak

merasakan apa-apa. Pada awalnya, narkotika berasal dari perkataan narcotic yang artinya sesuatu yang merupakan bahan-bahan pembius dan obat bius yang dapat menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan efek stupor (bengong).

Dalam UU No. 22 tahun 1997 narkotika adalah Tanaman Papever, Opium mentah, Opium masak, seperti Candu, Jicing, Jicingko, Opium obat, Morfina, Tanaman koka, Daun koka, 442 Jurnal Hukum, Vol XXV, No. 1,

(22)

16

April 2011 Kokaina mentah, Ekgonina, Tanaman Ganja, Damar Ganja, Garamgaram atau turunannya dari morfina dan kokaina.

Mardani (dalam Eleanora: 2011) menyimpulkan bahwa narkotika adalah obat atau zat yang dapat menenangkan syaraf, menghilangkan rasa nyeri dan sakit, menimbulkan rasa mengantuk atau merangsang, dapat menimbulkan efek stupor, mengakibatkan ketidaksadaran, atau pembiusan, serta dapat menimbulkan adiksi atau kecanduan, dan yang ditetapkan oleh menteri kesehatan sebagai narkotika.

2.1.2. Jenis-Jenis Narkoba

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 22 tahun 1997, narkotika dikelompokkan dalam tiga jenis, yaitu:

I. Narkotika Golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak dimanfaatkan dalam terapi,

serta mempunyai potensi sangat tinggi

mengakibatkan ketergantungan. Contoh: Ganja, Heroin, Kokain.

(23)

17

II. Narkotika Golongan II adalah narkotika yang berkhasiat untuk pengobatan, digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau bertujuan untuk pengembangan ilmu

pengetahuan serta memiliki potensi tinggi

mengakibatkan ketergantungan. Contoh: Morfin, Petidin.

III. Narkotika Golongan III adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau memiliki tujuan untuk pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh: Kodein. Sementara psikotropika, berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 tahun 1997, dibagi ke dalam empat golongan, yaitu:

I. Psikotropika Golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai

potensi amat kuat mengakibatkan sindroma

(24)

18

II. Psikotropika Golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau bertujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh: Amfetamin, Ritalin.

III. Psikotropika Golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh: Flunitrazepam, Pentobarbital.

IV. Psikotropika Golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh:

Diazepam, Nitrazepam. Sekalipun pengaturan

psikotropika dalam undang-undang ini hanya meliputi psikotropika golongan I, psikotropika golongan II, psikotropika golongan III, dan psikotropika golongan IV, masih terdapat psikotropika lainnya yang tidak

(25)

19

mempunyai potensi mengakibatkan sindroma

ketergantungan, tetapi digolongkan sebagai obat keras. Oleh karena itu, pengaturan, pembinaan, dan pengawasannya tunduk kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang obat keras.

2.1.3. Pengaruh Narkoba terhadap Manusia

Berdasarkan modul pegangan yang dibuat oleh Direktorat Bina Ketahanan Remaja Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional 2019, narkoba memiliki pengaruh terhadap manusia sebagai berikut:

a) Stimulan (perangsang).

Pengaruh suatu zat yang jika dikonsumsi akan berdampak untuk meningkatkan kegiatan susunan syaraf pusat. Zat ini akan mempercepat pernafasan dan jantung serta meningkatkan tekanan darah. Selain itu zat ini berpotensi untuk menekan nafsu makan dan membuat si penggunanya tetap terjaga dan terhindar dari rasa kantuk. Mereka yang menggunakannya memiliki kondisi awal yang bisa diatasi oleh khasiat dari zat ini, seperti: mengantuk, kelebihan berat badan, tidak bergairah, lemah syahwat.

(26)

20 b) Depresan (penekan/downer).

Pengaruh suatu zat yang apabila dikonsumsi maka akan berdamnpak memperlambatnya susunan syaraf pusat. Pengguna akan mengalami perlambatan detak jantung dan pernafasan sebagaimana dengan terlepasnya ketegangan. Beberapa kondisi awal pengguna yang kemudian memanfaatkan khasiat ini yaitu sebagai berikut: tegang, sulit tidur, nyeri, sakit kepala. Beberapa zat mungkin juga sering kita manfaatkan untuk mengatasi kondisi-kondisi demikian, seperti apa yang dikonsumsi ketika kita sakit kepala, sakit gigi, atau ingin merasa santai bersama teman-teman setelah sepanjang hari bekerja. Yang termasuk ke dalam golongan ini adalah heroin, alkohol, pil koplo, obat-obatan penghilang nyeri.

c) Halusinogen.

Pengaruh suatu zat yang apabila dikonsumsi maka akan menghasilkan gangguan sensor panca indera yang cukup besar dan juga mengubah suasana hati dan pikiran. Zat-zat yang memiliki khasiat ini ditemukan pada sejumlah tanaman dan jamur, namun ada juga yang dihasilkan dari eksperimen kimia.

(27)

21

Khasiat-khasiat yang terdapat dalam satu zat adalah kombinasi dari dua khasiat yang telah diuraikan di atas, misal antara stimulant dan halusinogen. Beberapa zat dihasilkan oleh tanaman namun ada juga zat dengan khasiat kombinasi ini dihasilkan oleh rekayasa kimia. Manfaat yang ingin didapatkan penggunanya biasanya adalah untuk terapi, namun ada juga beberapa zat yang dimanfaatkan untuk kegiatan rekreasi.

2.3.Faktor-faktor Penyebab Penyalahgunaan Narkoba

Berdasarkan modul pegangan yang dibuat oleh Direktorat Bina Ketahanan Remaja Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional 2019,

secara umum penyalahgunaan narkoba di masyarakat ditentukan oleh tiga faktor, yaitu:

a) Faktor Pengaruh Farmakologis Narkoba

Zat-zat yang disalahgunakan memiliki pengaruh farmakologis atau khasiat bagi para penyalahgunanya. Misalnya, parasetamol yang memiliki khasiat dapat mengurangi nyeri akan dikonsumsi oleh seseorang yang sedang sakit kepala. Penggunaan zat tersebut bisa saja kemudian dilakukan di luar keperluan medis, tanpa

(28)

22

pengawasan dokter, yang selanjutnya akan menjadi penyalahgunaan obat.

b) Faktor Individu (Penyalahguna Narkoba)

Sebelum mengkonsumsi suatu zat, seseorang umumnya mengalami suatu kondisi atau sedang berada dalam kondisi fisik maupun psikologis tertentu. Kondisi-kondisi yang mungkin bisa diatasi dengan mengonsumsi suatu zat misalnya mengantuk, sakit kepala, bengkak (biologis), rasa penasaran, tertantang, kecemasan (psikologis). Berikut adalah sejumlah kondisi individu:

a. Ketidakmampuan menyesuaikan diri dengan

tuntutan lingkungan;

b. Dorongan untuk berpetualang; c. Mengalami tekanan jiwa;

d. Tidak mempunyai tanggung jawab;

e. Tidak memikirkan akibat dari perbuatannya; f. Ketidaktahuan akan bahaya narkoba;

g. Mengalami kesunyian, keterasingan; h. Sakit (fisik);

i. Kepribadian yang lemah; j. Kurangnya kepercayaan diri;

(29)

23

l. Dorongan ingin tahu, ingin mencoba dan ingin meniru.

m. Dan Kecemasan.

c) Faktor Lingkungan

Lingkungan sosial juga turut menyumbang pengaruh bagi seorang individu mengkonsumsi suatu zat. Sebagai contoh di suatu daerah di mana masyarakatnya lebih akrab dengan penggunaan daun jambu daripada Norit sebagai obat sakit perut, maka ketika seseorang dalam lingkungan tersebut sedang sakit perut maka dia akan mengkonsumsi daun jambu untuk menyembuhkan sakit perut tersebut, bukan obat lain.

Faktor lingkungan merupakan faktor yang sangat luas dalam menentukan penyalahgunaan narkoba, karena hal ini juga menyangkut aturan hukum yang menentukan ketersediaan narkoba di suatu masyarakat. Kebijakan tentang narkoba juga kemudian menentukan bagaimana narkoba dikelola oleh suatu masyarakat sebagai entitas hukum.

Lingkungan sosial ini tidak hanya berupa kebiasaan keluarga, pengaruh teman sebaya, atau kebiasaan

(30)

24

masyarakat, namun juga dapat berbentuk rekomendasi dari tabib, pengiklanan, ritual, peraturan, kondisi ekonomi, politik, dll.

Terdapat tiga lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap penyalahgunaan narkoba:

1) Orang Tua atau Keluarga (Faktor Penyumbang) a. Salah satu atau kedua orang tua adalah

pelaku penyalahgunaan narkoba;

b. Salah satu atau kedua orang tua menderita tekanan jiwa;

c. Kurang adanya perhatian, kehangatan, kasih sayang dan kemesraan dalam keluarga;

d. Keluarga pecah, tidak harmonis, serta tidak ada komunikasi dan keterbukaan;

e. Pola asuh orangtua yang terlalu

mengekang atau memanjakan anak;

f. Orang tua terlalu sibuk karena harus mencari nafkah dan/atau mengejar karier.

(31)

25

2) Teman Sebaya (Faktor Pemicu)

a. Adanya satu atau beberapa teman sebaya

atau pacar yang menjadi pelaku

penyalahgunaan narkoba;

b. Adanya teman sebaya yang menjadi pengedar narkoba;

c. Ajakan, bujukan dan iming-iming teman sebaya

d. Paksaan dan tekanan kelompok sebaya (pressure group), bila tidak ikut serta dalam melakukan penyalahgunaan narkoba dianggap tidak setia kepada kelompoknya; 3) Kehidupan Masyarakat (Faktor Pemicu)

a. Masyarakat yang tidak acuh atau tidak peduli;

b. Longgarnya pengawasan sosial

masyarakat;

c. Banyaknya faktor pemicu ketegangan jiwa dalam masyarakat, seperti: sulitnya mencari pekerjaan, ketidakpastian dan persaingan, dan lain sebagainya;

(32)

26

e. e.Banyaknya pelanggaran hukum,

penyelewengan, dan korupsi;

f. Banyaknya pemutusan hubungan kerja (PHK);

g. Kemiskinan dan pengangguran; h. Pelayanan masyarakat yang buruk;

i. Tidak adanya ketertiban dan kepastian hukum;

j. Menurunnya moralitas masyarakat;

k. Banyaknya pengedar narkoba yang

mencari konsumen;

l. Lingkungan pemukiman yang tidak

mempunyai fasilitas tempat anak bermain

untuk menyalurkan hobi dan

kreatifitasnya;

m. Arus informasi dan globalisasi;

n. Proses perubahan sosial dan pergeseran nilai yang cepat.

(33)

27

BAB 3

METODE PELAKSANAAN

3.1. Bentuk Sosialisasi

Sosialisasi dilakukan dengan membuat powerpoint yang kontennya berisi penjelasan mengenai:

1. Definisi Bullying

2. Peran Orang dalam Bullying 3. Jenis-Jenis Bullying

4. Faktor Penyebab Adanya Bullying 5. Dampak Bullying

6. Pengertian Narkoba 7. Jenis-jenis Narkoba

8. Pengaruh Narkoba Terhadap Manusia 9. Faktor Penyalahgunaan Narkoba

Sosialisasi dilakukan kepada santriwan-santriwati Panti Asuhan Riyadlus Sholihin, Kelurahan Ngijo. Peserta sosialiasi berjumlah 40 orang yang terdiri dari 20 santriwan dan 20 santriwati.

Sosialisasi diawali dengan memberikan pretest dan diakhiri dengan pemberian posttest mengenai materi

(34)

28

bullying dan narkoba. Hal tersebut dilakukan guna

mengetahui apakah ada peningkatan pengetahuan sebelum sosialisasi dilakukan dan sesudah dilakukan.

Media lain yang juga dugunakan dalam sosialisasi ini yaitu powerpoint berisi materi, film pendek yang diambil dari platform Youtube, serta sebuah blind case yang akan didiskusikan oleh peserta sosialisasi.

(35)

29 3.2. Tahap Pelaksanaan

Blueprint Modul

Sesi Materi Kegiatan Tujuan Perlengkapan Waktu

Sesi 1 Perkenalan dan Pretest 1. Seremoni pembukaan acara 2. Perkenalan pemateri dan penjelasan kegiatan 3. Melakukan pretest mengenai pengetahuan bullying 1. Membangun relasi antara pemateri dan santri.

2. Santri mengetahui kegiatan yang akan diikuti -Sound system -Mic -Laptop -Proyektor -Skala pretest pengetahuan bullying -Kertas dan bolpoin 09.00-09.20 WIB

Sesi 2 Pemberian materi bullying - Pengertian

- Peran dalam bullying

1. Memberikan materi bullying. 1. Memberikan pengetahuan tentang bullying. -Laptop -Proyektor -Mic 09.20-10.45 WIB

(36)

30 - Jenis-jenis bullying

- Faktor penyebab bullying - Dampak bullying 2. Menonton video tentang film pendek bullying. 3. Menulis perasaan santri setelah melihat video pada kertas HVS kosong. 4. Mendiskusikan

blind case yang

terdapat dalam cerita pendek sebuah kasus bersama dua orang teman lain. 5. Melakukan

posttest

2. Melatih santri melihat dari sudut pandang orang lain. 3. Melatih santri

menimbulkan perasaan empati terhadap korban

bullying yang ada di

film pendek.

-Sound system -Kertas HVS dan bolpoin

(37)

31 mengenai materi

bullying. Sesi 3 Pemberian pretest tentang

narkoba Melakukan pretest mengenai pengetahuan narkoba Untuk mengetahui pengetahuan santri mengenai narkoba -Kertas HVS dan bolpoin 10.45-10.55 WIB

Sesi 4 Pemberian materi mengenai narkoba

-Pengertian narkoba -Jenis-jenis narkoba -Pengaruh narkoba terhadap manusia -Faktor penyebab penyalahgunaan narkoba Memberikan materi mengenai narkoba/ Memberikan pengetahuan mengenai narkoba terhadap santri -Laptop -Proyektor -Sound system -Mic 10.55-11.15 WIB

Sesi 5 Pemberian posttest dan penutupan acara Melakukan posttest terhadap santri mengenai materi 1. Untuk mengetahui apakah santri mengalami -Kertas HVS dan bolpoin -Sound system 11.30 WIB

(38)

32 yang telah diberikan. peningkatan pengetahuan mengenai narkoba. 2. Menutup acara sosialisasi anti

bullying dan narkoba

dan foto bersama.

(39)

33 3.3.Lampiran

Lampiran 1. Kuesioner Pretest dan Posttest

Berikut ini adalah pernyataan dari kuesioner yang dibagikan untuk melakukan asesmen yang akan dibagikan dalam pretest dan posttest:

a) Bullying

1. Bullying yang saya ketahui adalah...

Jawaban: ... ... ... ... 2. Terdapat beberapa peran dalam bullying, yaitu...

Jawaban: ... ... ... ... 3. Jenis-jenis bullying adalah...

Jawaban: ... ... ... ...

(40)

34

4. Faktor penyebab terjadinya bullying ada banyak, yaitu... Jawaban: ... ... ... ... ... 5. Dampak dari bullying ada banyak, yaitu...

Jawaban: ... ... ... ... ... b) Narkoba

1. Sejauh ini, yang saya ketahui mengenai narkoba adalah...

Jawaban: ... ... ... ...

(41)

35

2. Jenis-jenis narkoba dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu..

Jawaban: ... ... ... ... 3. Pengaruh narkoba terhadap manusia yaitu...

Jawaban: ... ... ... ... ...

4. Faktor penyebab manusia menyalahgunakan

narkoba yaitu... Jawaban: ... ... ... ... ... ...

(42)

36 3.4.Lampiran 2. Blind Case

Berikut ini adalah blind case yang harus diisi santri:

Blind Case

Kasus yang sedang viral saat ini adalah kasus Audrey, siswi SMP 17 Pontianak. Usia Audrey 14 tahun. Ia dikeroyok oleh 12 siswa SMA di Pontianak. Masalah antara Audrey dan siswa SMA muncul akibat kisah asmara dan celotehan di Facebook. Menurut berita yang beredar, kakak sepupu korban merupakan mantan pacar dari salah satu pelaku penganiayaan. Di media sosial mereka saling berkomentar sehingga pelaku menjemput korban dengan alasan ingin berbincang-bincang. Audrey tentu tidak tahu bahwa ia akan mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan. Yang melakukan penganiayaan sebenarnya ada 3 orang, yang 9 hanya membantu saja. Audrey tidak melaporkan kejadian tersebut karena mendapat ancaman dari pelaku. Ancaman yang diberikan yaitu akan berbuat lebih kejam terhadap orang tuanya apabila Audrey melaporkan sang pelaku. AU merasa terintimidasi. Kasus ini, pada akhirnya membuat Audrey

(43)

37

menjalani perawatan intensif di rumah sakit akibat luka yang dideritanya.

Silakan diskusikan, mengapa kasus ini bisa terjadi, dan apa yang bisa dilakukan unguk mencegah dan mengatasi masalah tersebut!

(44)

38

DAFTAR PUSTAKA

Ariesto, A. (2009). Pelaksanaan Program Antibullying Teacher Empowerment.

Awaluddin, L. (2018, November 26). detiknews.

Retrieved from detik.com:

https://news.detik.com/berita-jawa-barat/d- 4317791/pengedar-narkoba-bekasi-manfaatkan-santri-karawang-jual-ganja

Bomatama, R. (2017). Kekerasan Seksual Dominasi

Kekerasan Terhadap Anak di Tahun 2017.

Retrieved 10 20, 2018, from TribunNews: http://www.tribunnews.com/nasional/2017/12/27/ kekerasan-seksual-dominasi-kekerasan-terhadap-anak-di-tahun-2017.

Eleanora, F. N. (2011). Bahaya Penyalahgunaan Narkoba Serta Usaha Pencegahan dan Penanggulangannya.

Jurnal Hukum, 439-452.

Ige, E. P. (2018, 4 09). Home Liputan 6. Retrieved from Liputan6.com:

https://www.liputan6.com/regional/read/3438469/ narkoba-masuk-pesantren-pengajar-santri-jadi-kurir-sabu

Rigby, K. (2007). Bullying In Schools: And What To do

About It. Victoria: Australian Council for

(45)

39

Sejiwa, T. (2008). Bullying: Panduan bagi Orang Tua dan

Guru Mengatasi Kekerasan diSekolah dan Lingkungan. Grasindo: Jakarta.

UU No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika UU No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika

Zakiyah, E. Z., Sahadi, H., & Meilanny, B. S. (2017). Faktor yang Memperngaruhi Remaja Melakukan Bullying. Jurnal Penelitian dan PPM, 129-389.

(46)

40

GLOSARIUM

1. Bullying

1)Mengganggu; mengusik terus-menerus; menyusahkan: anak itu ~ ayahnya, meminta dibelikan

sepeda baru; 2) menimpa (tentang kecelakaan,

bencana, kesusahan, dan sebagainya 2. Pengulangan

Proses, cara, perbuatan mengulang 3. Viral

Menyebar secara luas dalam waktu yang singkat. Informasi yang tersebar dengan cepat sehingga

membuatnya menjadi popular dan menjadi

perbincangan khalayak umum.

4. Body shaming

Tindakan mengomentari fisik seseorang entah itu disengaja atau tidak namun hal ini bisa berpengaruh pada masalah mental orang yang dikomentari.

5. Senioritas

1) perihal senior; 2) keadaan lebih tinggi dalam

(47)

41

tingkatan yang diperoleh dari umur atau lamanya bekerja

6. Informan

1)Orang yang memberi informasi: dia

adalah-polisi; 2) orang yang menjadi sumber data dalam

penelitian; nara-sumber

7. Korban

1)Pemberian untuk menyatakan kebaktian, kesetiaan,

dan sebagainya; kurban: jangankan harta, jiwa

sekalipun kami berikan sebagai--; 2) orang, binatang,

dan sebagainya yang menjadi menderita (mati dan sebagainya) akibat suatu kejadian, perbuatan jahat, dan sebagainya: sepuluh orang-tabrakan itu dirawat

di rumah sakit Bogor;

8. Narkoba

Obat yang menenangkan saraf, menghilangkan rasa sakit, menimbulkan rasa mengantuk atau rasa merangsang (seperti: opium/ganja)

9. Normasosial

Aturan yang menata tindakan manusia dalam pergaulan dengan sesamanya

(48)

42

10. Ustadz

1) Guru agama atau guru besar (laki-laki); 2) tuan

(sebutan atau sapaan) 11. Perbuatan haram 12. Ganja

Tanaman setahun yang mudah tumbuh, merupakan tumbuhan berumah dua (pohon yang satu berbunga jantan, yang satu berbunga betina), pada bunga betina terdapat tudung bulu-bulu runcing mengeluarkan sj damar yang kemudian dikeringkan, damar dan daun

mengandung zat narkotik aktif, terutama

tetrahidrokanabinol yang dapat memabukkan, sering dijadikan ramuan tembakau untuk rokok; Cannabis

sativa

13. Kultural

Berhubungan dengan kebudayaan: film kita harus

mengandung nilai -- yang tinggi

14. Verbal

1) secara lisan (bukan tertulis): bahasa asing itu

dirasakan dapat membantu pengungkapan manusia secara--dengan lebih teliti; 2) bersifat

(49)

43

khayalan: jangan memberi pelajaran yang

bersifat--; 3) Ling bersifat verba

15. Fisik

1)Jasmani; badan: seorang karateka harus terlatih,

baik -- maupun mentalnya; -- nya sangat lelah, tetapi semangatnya tetap membara; 2) a jasmaniah;

badaniah 16. Psikologis

Berkenaan dengan psikologi; bersifat

kejiwaan: kegugupanmu itu jelas disebabkan oleh

faktor-faktor -

17. Psikotropika

1) segala yang dapat mempengaruhi aktivitas pikiran

seperti opium, ganja, obat bius; 2) Dok zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis dan bukan narkotika yang dapat menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku; obat yang dapat mempengaruhi atau mengubah cara berbicara ataupun tingkah laku seseorang

(50)

44

18. Bahan Adiktif

Zat yang tidak termasuk golongan narkotika maupun psikotropika namun jika dimakan atau diminum menimbulkan ketergantungan fisik dan psikis

19. Alkohol

1) cairan tidak berwarna yang mudah menguap,

mudah terbakar, dipakai dalam industri dan

pengobatan, merupakan unsur ramuan yang

memabukkan dalam kebanyakan minuman keras; C2H5OH; etanol; 2) senyawa organik dengan gugus OH pada atom karbon jenuh;

20. Psikoaktif

Zat yang dapat mengubah kestabilan emosi seseorang dan menimbulkan kesan menyenangkan karena menggunakan halusinogen dan psikadelik.

21. Oksidator

Penghasil oksidasi 22. Indera

Alat untuk merasa, mencium bau, mendengar, melihat, meraba, dan merasakan sesuatu secara naluri (intuitif);

(51)

45

INDEX

A Alkohol 11, 17, 20 Amfetamin 14 B Bahan adiktif 11 Biologis 19 Body shaming 3 Bullying ii, 3, 4, 6, 7, 9, 10, 11 D Depresan 16 Depresi 11 Diazepam 15 E Ekstasi 14 Entitas 20 Esensial 12 F Flunitrazepam 15 G Ganja 5, 6, 13 H Halusinogen 17 Heroin 13, 17

(52)

46 K Kodein 14 Kokain 13 L LSD 14 M Miras 20 Morfin 13 N Napza 11 Narkoba 4, 5, 6, 7, 11, 13, 18, 19, 20, 21, 22, 23 Narkotika 4, 5, 11, 12, 13, 14 Narkotikos 11, 12 Neurons 12 Nitrazepam 15 Norit 20 O Oksidator 12 Opium 11 Otak 12 P Pentobarbital 15 Perundungan 2, 3, 6, 7, 9, 10, 11 Petidin 13 Prekursor 12

(53)

47 Psikoaktif 12 Psikologis 9, 10, 19 Psikotropika 11, 12, 13, 14, 15 R Ritalin 14 S Sabu 5, 14 Sindroma 14, 15 Sintetik 12 Stimulan 16 Stress 4, 11 T Trauma 9

(54)

48

PENGARANG

Nama : Warotsatus Sholihah

TTL : Ngawi, 20 Juni 1998

Alamat : Dusun Sambiroto 1, RT 01/RW 01,

Desa Sambiroto Kecamatan Padas Kabupaten Ngawi

Pendidikan : SDN Sambiroto 1

SMP Negeri 1 Karangjati SMK Negeri 1 Kasreman Universitas Negeri Semarang

(55)

49

Nama : Rifqi Ijlal Taufiqi

TTL : Kebumen, 4 Juli 1998

Alamat : Desa Kuwarasan, Rt. 2/ Rw. 1,

Kebumen

Pendidikan : SDN 2 Kuwarasan

SMP N 1 Kuwarasan SMA N 1 Gombong

(56)

50

`

Nama : David Abadillah

TTL : Pati, 01 Desember 1998

Alamat : Desa Lengkong RT 03/RW 01,

Kecamatan Batangan, Kabupaten Pati

Pendidikan : SDN Lengkong 01

SMP Negeri 1 Juwana SMK Negeri 1 Rembang Universitas Negeri Semarang

(57)

51

Nama : Aenun Nova Tri Mulyani

TTL : Tegal, 1 November 1998

Alamat : Selapura No. 12 RT 04/RW 04,

Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal

Pendidikan : SDN Selapura 01

SMP Negeri 1 Slawi SMK Negeri 1 Slawi

(58)

52

Nama : Sri Rahayu

TTL : Kudus, 11 Maret 1999

Alamat : Desa Undaan Tengah Rt. 001 Rw.

003 Kec. Undaan Kab. Kudus

Pendidikan : MI NU Miftahul Falah

MTs Nahdlatul Muslimin MA Nahdlatul Muslimin Universitas Negeri Semarang

(59)

53

Nama : Ikhsan Wahyu Pamungkas

TTL : Sragen, 11 September 1997

Alamat : Giriroto, Rt.01, Girimargo,

Kecamatan Miri, Kabupaten Seragen

Pendidikan : SDN Girimargo 3

SMP Negeri 1 Miri

SMK SAKTI GEMOLONG Universitas Negeri Semarang

(60)

54

Nama : Ery Aminul Lathifah

TTL : Pati, 23 November 1998

Alamat : Dukuh Botosae, RT 02/RW 03,

Desa Bakalan Kecamatan Dukuhseti Kabupaten Pati

Pendidikan : MI Matholi’ul Huda Bakalan MTs Matholi’ul Huda Bakalan SMK Tunas Harapan Pati Universitas Negeri Semarang

(61)

55

Nama : Siti Roudhotul Jannah

TTL : Bojonegoro, 30 Oktober 1997

Alamat : Dusun Jenggot RT/RW 04/01, Desa

Selorejo, Kecamatan Baureno, Kabupaten Bojonegoro

Pendidikan : MI Tanwirul Hija MTS AI ATTANWIR MAI ATTANWIR

(62)

56

Nama : Nur Febriyanto

TTL : Wonosobo, 19 Febuari 1998

Alamat : Garung Rt. 1 Rw. 7, Kelurahan

Garung, kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo

Pendidikan : SDN 1 Garung

SMP N 1 Garung SMK N 1 Wonosobo

(63)

57

Nama : Ervina Prihandani

TTL : Banyu mas, 19 Januari 1998

Alamat : Jl. Benteng Lemah No. 3A Rt

02/Rw 03, Kedunguter, Kabupaten Banyumas

Pendidikan : SDN Kedunguter

SMP N 1 Banyumas SMA N 1 Banyumas

(64)

58

Nama : Nabilla Nurul Anjani

TTL : Jakarta, 16 April 1998

Alamat : Jl. Jengki, Gg. Nuansa Indah 1, Rt. 009/ Rw. 09 No. 59, Jakarta

Pendidikan : SDS Angkasa 1 Halim

SMP N 128 Jakarta SMAN 9 Jakarta

(65)

59

Nama : Eka Sadriyati

TTL : Banyumas, 19 Juni 1998

Alamat : Jingkang, RT 03/RW 04, Kecamatan

Ajibarang Kabupaten Banyumas

Pendidikan : SDN 1 Kalipaten

SMPN 1 Purwojati SMAN Ajibarang

(66)

60

Nama : MUHAMMAD ALI RIF’AN

TTL : Rembang, 12 juni 1998

Alamat : Desa Krikilan Rt.4/Rw.3, Rembang

Pendidikan : SDN krikilan SMP N 1 Sumber SMA N 1 Sumber

(67)

61

Nama : Ulil Abshor

TTL : Demak, 05 Mei 1998

Alamat : Desa Sambiroto, Rt. 02/ Rw 01, Kecamatan

Gajah, Kabupaten Demak

Pendidikan : SDN Sambiroto

MTs Tarbiyatul Mubtadiin SMK Roudlotul Mubtadiin

PONPES Roudlotul Mubtadiin Balekambang PONPES Miftakhu Rohmatillah Semarang Universitas Negeri Semarang

(68)

62

Nama : Muhammad Ridho

TTL : Kab. Semarang, 02 Mei 1999

Alamat : Dusun Beran, Desa Rejosari Rt 01/

Rw 08, Kecamatan Bancak, Kabupaten Semarang Pendidikan : MI Darussalam Rejosari

SMP N 1 Mbancak SMKN 1 Mbancak

(69)

Referensi

Dokumen terkait

4.3 Melaporkan penggunaan kosakata bahasa Indonesia yang tepat atau bahasa daerah hasil pengamatan tentang lingkungan geografis, kehidupan ekonomi, sosial dan

Contoh analisis AHP pada daerah rawan banjir di Jakarta Pusat dengan menggunakan 3 kriteria pokok yaitu ekonomi, sosial dan lingkungan menghasilkan daerah rawan banjir Matraman

4.3 Melaporkan penggunaan kosakata bahasa Indonesia yang tepat atau bahasa daerah hasil pengamatan tentang lingkungan geografis, kehidupan ekonomi, sosial dan budaya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENELITIAN TENTANG PENGGUNAAN INTERNET DAN MEDIA SOSIAL UNTUK PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK INDIVIDU (NON JEJARING) DI

4.3 Melaporkan penggunaan kosakata Bahasa Indonesia yang tepat atau bahasa daerah hasil pengamatan tentang lingkungan geografis, kehidupan ekonomi, sosial dan budaya

Selanjutnya pendampingan sosial yaitu pendampingan yang dilakukan oleh pihak Yayasan Lembaga Perlindungan Anak Daerah Istimewa Yogyakarta apabila di lingkungan

Melaporkan penggunaan kosakata bahasa Indonesia yang tepat atau bahasa daerah hasil pengamatan tentang lingkungan geografis, kehidupan ekonomi, sosial dan budaya

PEMBAHASAN Hubungan Faktor Lingkungan Sosial Terhadap Upaya Pencegahan Penggunaan Narkoba Pada Siswa/i SMP Negeri 1 Bangkinang Tahun 2022 Berdasarkan penelitian dapat diketahui