iii
MODUL
ANTI BULLYING DAN NARKOBA
Penulis Warotsatus Sholihah, Sri Rahayu,
Siti Roudhotul Jannah, Ulil
Abshor, Rifqi Ijlal Taufiqi.
Editor
Ikhsan Wahyu Pamungkas,
Nur Febriyanto, Aenun Nova Tri
Mulyani, Muh. Ali Rifan, Nabilla
Nurul A.
Layouter Ery Aminul Lathifah,
Eka
Sadriyati,
Muhammad
Ridho, Ervina Prihandani, David
Abadillah
Penerbit LPPM Universitas Negeri
Semarang
iv
PRAKATA
Puji syukur Tim KKN PPM UNNES Ngijo panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan inayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan Modul “Anti Bullying dan Narkoba”. Tujuan utama dibuatnya modul ini ialah untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman remaja mengenai dampak dari tindakan bullying atau penggunaan narkoba serta mencegah penyebarluasan tindakan tersebut di masyarakat baik secara langsung maupun melalui media sosial.
Kami selaku tim penyusun mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan modul ini. Kami berharap agar modul ini dapat bermanfaat terkhusus untuk tim penulis dan umumnya pada pembaca.
Semarang, 25 November 2018 Hormat Kami,
v
DAFTAR ISI
halaman HALAMAN JUDUL ... i PRAKATA ... iv DAFTAR ISI ... v BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 11.2.Indikator Keberhasilan Sosialisasi ... 5
1.3.Tujuan Sosialisasi ... 6
1.4.Waktu Sosialisasi ... 6
1.5.Sasaran Sosialisasi ... 6
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1.Bullying (Perundungan) ... 8
2.1.1. Pengertian Bullying (Perundungan) ... 8
2.1.2. Peran dalam Bullying (Perundungan) ... 9
2.1.3. Jenis-Jenis Bullying (Perundungan) ... 10
2.1.4. Faktor Penyebab Terjadinya Bullying (Perundungan) ... 13
2.1.5. Dampak Bullying (Perundungan) ... 15
2.2.Narkoba... 16
vi
2.2.2. Jenis-Jenis Narkoba ... 17
2.2.3. Pengaruh Narkoba terhadap Manusia ... 20
2.3.Faktor-faktor Penyebab Penyalahgunaan Narkoba... 22
BAB 3 TAHAP PELAKSANAAN 3.1.
Bentuk Sosialisasi ... 29
3.2.
Tahap Pelaksanaan ... 31
3.3.
Lampiran ... 35
3.4.Lampiran 2. Blind Case ... 38
DAFTAR PUSTAKA ... 40
GLOSARIUM ... 42
INDEX ... 47
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Beberapa tahun terakhir kasus bullying atau perundungan makin masif terjadi di Indonesia. Rigby (2007:15) menyatakan bahwa, “bullying is repeated
oppression, psychological or physical, of a lesspowerful person by a more powerful person or group of persons.”
Hal tersebut berarti bahwa bullying merupakan penindasan secara fisik maupun psikologis yang dilakukan oleh orang atau sekelompok orang pada orang yang lemah. Kasus terbaru terjadi di SDN 023 Pajagalan, Bandung. Video aksi perundungan terhadap siswa kelas enam tersebut viral di media sosial. Selain itu, beberapa kasus perundungan bahkan berujung pada kematian. Beberapa kasus yang muncul di media sosial hanyalah sebuah gunung es. Dalam kehidupan nyata, kasus perundungan ini banyak menimpa pelajar di sekolah. Sayangnya, korban masih takut untuk melaporkannya.
2
Pada 21 Juli 2017 lalu, Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa menyatakan bahwa 84% anak usia 12-17 tahun mengalami perundungan. Aksi yang seringkali menimpa anak-anak dan pelajar SMP maupun SMA ini tentu menjadi pekerjaan rumah bagi seluruh lapisan masyarakat. Sekolah yang mestinya menjadi kawah candradimuka, malah menjadi tempat menakutkan bagi korban bullying. Idealnya sekolah menjadi tempat menyenangkan bagi anak. Di sana mereka dapat belajar dengan tenang, membangun hubungan baik dengan sesama, dan melakukan banyak hal positif.
Bullying tidak hanya terjadi di sekolah umum, namun
juga terjadi di pondok pesantren. Berdasarkan penelitian Desiree (2013) menyatakan bahwa di sebuah pondok pesantren “X” di Depok terdapat perlakuan bullying.
Bullying di pondok pesantren tersebut dapat berupa
mengisolasi teman, mengacam, mengejek, paksaan, ejekan, kekerasan fisik termasuk body shaming, dan meminta uang secara paksa (malak). Informan dalam penelitian tersebut mengatakan bahwa penyebab dari
bullying di pondok pesantren yaitu adanya senioritas yang
3
merasa memiliki kekuatan untuk merundungi adik kelasnya. Selain itu, penyebab adanya bullying terjadi karena karakter yang dimiliki oleh santriwati yang “nyolot”, terlalu percaya diri, ingin menjadi pusat perhatian, dan menjadi saingan santriwati lainnya. Dari pihak pondok pesantren, mengaku bahwa kurangnya kontrol dan pengawasan dari guru-guru dan pembina asrama juga turut menjadi penyumbang terjadinya kasus
bullying.
Bullying tentu saja membuat korbannya semakin
menderita. Anak-anak korban bully menjadi takut dalam mengikuti proses kegiatan di pondok pesantren. Hal tersebut lantas membuat anak tidak nyaman, stress, murung, tertekan bahkan keluar dari pondok pesantren.
Selain kasus bullying, Indonesia juga darurat dengan kasus yang mencengangkan. Pemerintah dalam hal ini, Badan Narkotika Nasional (BNN) dibantu masyarakat telah melakukan upaya pencegahan dan pengendalian perdagangan narkoba, sementara itu dalam norma sosial dan juga ajaran-ajaran agama telah menyebutkan bahwa menggunakan zat-zat yang memabukkan adalah perbuatan terlarang. Namun kenyataan menunjukkan bahwa korban
4
penyalahgunaan narkoba terus ada, bahkan kasusnya terus meningkat. Kasus narkoba juga terjadi di lingkungan pondok pesantren. Santri bahkan ustadz yang seharusnya menjadi contoh yang baik berdasarkan norma-norma agama bagi masyarakat luar, namun justru melakukan perbuatan haram yaitu mengedarkan narkoba.
Dilansir dari news.detik.com pada November tahun 2018, kasus penjualan narkoba terjadi di pondok pesantren yaitu seorang pengedar narkoba asal Bekasi merekrut santri untuk menjual 12 kg ganja yang akan diedarkan jelang tahun baru tahun 2019. Kasus lain yang dilasir dari Liputan6.com menyatakan bahwa Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Jawa Tengah pada April 2018 telah menangkap seorang pengajar di salah satu pondok pesantren di Kota Solo atas kepemilikan narkotika jenis sabu. Ustadz yang sudah mengajar sekitar lima tahun itu mengaku mendapat upah Rp 1 juta untuk mengambil barang haram tersebut. Di Karawang, dilansir dari merdeka.com, pada November 2018 seorang santri salah satu pondok pesantren di Karawang Barat diringkus Satuan Narkoba Polres Karawang, karena diduga telah
5
mengedarkan ganja. Selain untuk diedarkan ganja juga untuk dipakai saat berada di pesantren.
Narkoba merupakan ancaman yang besar bagi generasi muda Indonesia mengingat bahwa sifat dari narkoba tersebut membuat candu bagi para pemakainya yang membuat sulit untuk lepas dari narkoba ketika sudah mencobanya. Dampak dari penggunaan narkoba tidak hanya terjadi pada bidang kesehatan pemakainya saja, namun juga berdampak bagi ekonomi, sosial, kultural, hukum bahkan ketahanan dan keamanan nasional.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka perlu diadakan sosialisasi mengenai bahaya
bullying dan narkoba di pondok pesantren supaya
terhindar dari dampak buruk yang akan terjadi.
1.2. Indikator Keberhasilan Sosialisasi
Dengan pelatihan ini, santri diharapkan dapat:
1. Memahami pengetahuan tentang perundungan dan narkoba
2. Memahami tentang bahaya perundungan dan narkoba. 3. Menghindari perilaku perundungan dan transaksi
6
1.3. Tujuan Sosialisasi
Adapun tujuan pelatihan ini adalah:
1. Memberi pengetahuan mengenai bullying atau perundungan dan narkoba.
2. Memberi pengetahuan mengenai bahaya bullying atau perundungan dan narkoba.
1.4. Waktu Sosialisasi
Kegiatan sosialisasi anti bullying dan narkoba dilakukan pada hari Minggu, 28 Juli 2019 di Aula Pondok Pesantren Riyadlus Sholihin, Kelurahan Ngijo.
1.5. Sasaran Sosialisasi
Sasaran pelatihan ini adalah santriwan-santriwati Pondok Pesantren Riyadlus Sholihin, Kelurahan Ngijo. Santriwan-santriwati merupakan siswa MTs kelas 8. Pemilihan kelas 8 karena pada kelas tersebut, siswa telah menjadi senior bagi adik kelasnya yang masih kelas 7. Siswa berjumlah 40 orang yang terdiri dari 20 siswa santriwan dan 20 siswa santriwati.
7
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1. Bullying (Perundungan)2.1.1. Pengertian Bullying (Perundungan)
Perundungan adalah tindakan penggunaan
kekuasaan untuk menyakiti seseorang atau kelompok orang baik verbal, fisik, maupun psikologis sehingga korban merasa tertekan, trauma, dan tidak berdaya (Sejiwa, 2008). Rigby (2007:15) menyatakan bahwa, “bullying is repeated oppression, psychological or
physical, of a lesspowerful person by a more powerful person or group of persons.” Hal tersebut berarti bahwa bullying merupakan penindasan secara fisik maupun
psikologis yang dilakukan oleh orang atau sekelompok orang pada orang yang lemah.
Sasaran perundungan (bullying) adalah seseorang atau sekelompok orang yang lebih lemah. Orang – orang yang melakukan perundungan mempersepsikan dirinya sebagai orang yang memiliki kekuasaan untuk melakukan apa saja terhadap korbannya. Sedangkan korban
8
mempersepsikan dirinya sebagai pihak lemah, tidak berdaya dan selalu merasa terancam.
Dapat disimpulkan bahwa perundungan yaitu suatu penyiksaan atau penindasan yang dilakukan secara fisik maupun psikologis terhadap orang atau sekelompok orang yang dinilai lemah.
2.1.2. Peran dalam Bullying (Perundungan)
Menurut Zakiyah, dkk (2017), peran dalam perilaku perundungan dibagi menjadi 4, yaitu:
1) Bullies
Bullies yaitu orang yang secara fisik dan atau emosional
melukai orang lain secara berulang – ulang.. Umumnya
bullies melakukan perilaku agresif baik secara verbal
maupun fisik karena ingin menjadi popular sering membuat onar mencari kesalahan orang lain dan pendendam. Pada kasus tertentu, bullies bisa jadi sebelumnya merupakan korban perundungan.
2) Victim
Victim yaitu korban dari perundungan yang menjadi
target dari perilaku yang menyakitkan dari pihak bullies.
9
penyerangnya. Victim cenderung menarik diri, depresi, cemas, dan takut akan situasi baru. Victim biasanya adalah anak – anak yang berbeda status sosial, ras, dan fisiknya.
3)
Bully-victimBully-victim memiliki dua peran yang berbeda, yaitu
perilaku agresif, tetapi juga menjadi korban perilaku agresif. Bully victim menunjukkan level agresivitas verbal dan fisik yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak lain. Neutral
4) Neutral yaitu pihak yang tidak terlibat dalam perilaku agresif atau bullying.
2.1.3. Jenis-Jenis Bullying (Perundungan)
Menurut Coloroso (dalam Zakiyah, dkk:2017) perundungan dibagi menjadi 4 jenis, yaitu:
1) Perundungan Fisik
Perundungan fisik merupakan jenis perundungan yang paling tampak dan paling mudah untuk diidentifikasi di antara bentuk perundungan lainnya. Perundungan fisik dapat berupa berbagai macam contoh, yaitu: menjambak, menendang, menggigit, memukul, mencekik, menyikut, meninju, memiting,
10
mencakar, meludahi korban perundungan sehingga mengalami kesakitan, pingsan bahkan dapat berujung pada kematian.
2) Perundungan Verbal
Perundungan verbal merupakan bentuk
perundungan yang paling sering dilakukan oleh bullies kepada korban perundungan. Perundungan verbal banyak terjadi di kehidupan sehari-hari yang namun tak jarang orang tidak menyadari bahwa hal tersebut masuk dalam peundungan.
Contohdari perundungan verbal yaitu: kritik kejam, penghinaan, julukan nama, celaan fisik, fitnah,, dan pernyataan-pernyataan ajakan seksual atau pelecehan seksual.
3) Perundungan Relasional
Perundungan relasional merupakan jenis
perundungan yang paling sulit dideteksi oleh orang awam. Perundungan relasional merupakan pelemahan kekuatan korban dari segi harga diri, posisi secara sistematis melalui pengucilan, pengabaian, atau
penghindaran suatu tindakan penyingkiran.
11
mengasingkan seseorang secara sengaja yang ditujukan untuk merusak hubungan pertemanan yang telah terjalin. Perilaku perundungan relasional in dapat i mencakup sikap-sikap seperti pandangan agresif, lirikan mata, tertawa merendahkan, helaan nafas, bahu yang bergidik, cibiran, tawa mengejek, dan bahasa tubuh yang kasar.
4) Cyber Bullying (perundungan siber)
Cyber Bullying merupakan bentuk perundungan
yang baru akibat dari hasil perkembangan teknlogi yang kian hari kian pesat. Perkembangan tekonologi yang dimaksud yaitu internet dan maraknya berbagai media sosial. Dalam cyber bullying, korban terus menerus mendapat pesan ataupun komentar negatif yang berasal dari bullies entah itu merupakan teman yang dikenal atau bahkan orang-orang pengguna internet pada umumnya ang biasa disebut dengan
netizen. Bentuk cyber bullying dapat berupa kalimat
yang menyakitkan, kasar serta menyakitkan dan atau
menggunakan gambar, meninggalkan pesan
voicemail yang kejam, menelpon terus menerus tanpa henti namun tidak mengatankan apa-apa, membuat
12
website yang memalukan bagi si korban, si korban dihindarkan atau dijauhi dari chat room atau lainnya,
happy slapping yaitu video yang berisi di mana si
korban dipermalukan lalu disebarluaskan.
2.1.4. Faktor Penyebab Terjadinya Bullying
(Perundungan)
Menurut Ariesto (2009) faktor-faktor penyebab terjadinya perundungan antara lain:
1) Keluarga
Faktor pertama yang menjadi alasan terjadinya perundungan yaitu keluarga dan berkaitan dengan pola asuh yang diterapkan oleh orangtua. Orangtua yang sering menghukum anaknya secara berlebihan atau situasi rumah yang penuh stress dapat menimbulkan adanya perilaku
perundungan. Anak akan mempelajari perilaku
perundungan pada orangtua mereka dengan segala konflik-konflik yang terjadi di dalam rumah tangga lalu kemudian melakukan modelling kepada teman-teman mereka. Jika tidak ada konsekuensi yang tegas dari lingkungan terhadap perilaku coba-coba tersebut maka
13
mereka akan mempertahankan perilaku hasil belajar tersebut.
2) Sekolah
Sekolah juga dapat menjadi faktor penyebab munculnya perundungan. Pihak sekolah yang abai, acuh dan tidak menindaklanjuti lebih serius mengenai kasus perundungan akan berakibat pada maraknya perundungan di skeolah. Anak-anak sebagai perilaku perundungan akan mendapat penguatan terhadap perilaku perundungan yang dilakukan sehingga muncul suasana sekolah yang tidak mengembangkan rasa menghargai dan menghormati antar sesama anggota sekolah.
3) Faktor kelompok sebaya
Anak-anak yang berinteraksi dalam sekolah dan dengan teman sebaya di sekitar rumah terkadang terdorong untuk melakukan perundungan. Faktor ini biasanya dilakukan agar anak-anak tersebut dapat masuk ke dalam kelompok tertentu, walaupun mereka sendiri merasa tidak nyaman dengan perilaku tersebut.
4) Kondisi lingkungan sosial
Salah satu faktor yang menyebabkan tindakan perundungan adalah ekonomi yang lebih tepatnya yaitu
14
kemiskinan. Orang yang hidup dalam kondisi kemiskinan dapat melakukan apa saja demi memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga tidak menjadi hal yang baru jika di sekolah terjadi pemalakan yang dilakukan oleh siswa. 5) Tayangan televisi dan media cetak.
Umumnya masyarakat terutama anak-anak meniru apa yang dia lihat dari media televisi dan media lain. Oleh sebab itu, orangtua seharusnya memiliki kewajiban untuk mengontrol dan mengatur tontonan apa saja yang boleh
dan yang tidak boleh ditonton oleh anak
untukmenghindari efek negatif seperti terjadinya perundungan.
2.1.5. Dampak Bullying (Perundungan)
Menurut Sejiwa (2008), dampak perundungan akan menghambat anak dalam mengaktualisasikan dirinya karena perilaku perundungan tidak akan memberi rasa aman dan nyaman, dan akan membuat para korban perundungan merasa takut dan terintimidasi, stress, rendah diri, merasa tidak berguna, lemah, tak berharga, sulit berkonsentrasi dalam belajar, serta tidak mampu untuk bersosialisasi dengan lingkungannya. Bahkan jika kasus
15
perundungan sudah sangat parah, maka akan
menyebabkan korban stress, depresi lalu bunuh diri karena tidak tahan dengan perlakuan yang dilakukan oleh pelaku perundungan.
2.2.Narkoba
2.1.1. Pengertian Narkoba
Eleanora (2011) menerangkan bahwa secara
etimologis narkoba atau narkotika berasal dari Bahasa Inggris yaitu narcose atau narcosis yang memiliki arti menidurkan dan pembiusan.
Di sisi lain, narkotika berasal dari bahasa Yunani yaitu
narke atau narkam yang berarti terbius sehingga tidak
merasakan apa-apa. Pada awalnya, narkotika berasal dari perkataan narcotic yang artinya sesuatu yang merupakan bahan-bahan pembius dan obat bius yang dapat menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan efek stupor (bengong).
Dalam UU No. 22 tahun 1997 narkotika adalah Tanaman Papever, Opium mentah, Opium masak, seperti Candu, Jicing, Jicingko, Opium obat, Morfina, Tanaman koka, Daun koka, 442 Jurnal Hukum, Vol XXV, No. 1,
16
April 2011 Kokaina mentah, Ekgonina, Tanaman Ganja, Damar Ganja, Garamgaram atau turunannya dari morfina dan kokaina.
Mardani (dalam Eleanora: 2011) menyimpulkan bahwa narkotika adalah obat atau zat yang dapat menenangkan syaraf, menghilangkan rasa nyeri dan sakit, menimbulkan rasa mengantuk atau merangsang, dapat menimbulkan efek stupor, mengakibatkan ketidaksadaran, atau pembiusan, serta dapat menimbulkan adiksi atau kecanduan, dan yang ditetapkan oleh menteri kesehatan sebagai narkotika.
2.1.2. Jenis-Jenis Narkoba
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 22 tahun 1997, narkotika dikelompokkan dalam tiga jenis, yaitu:
I. Narkotika Golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak dimanfaatkan dalam terapi,
serta mempunyai potensi sangat tinggi
mengakibatkan ketergantungan. Contoh: Ganja, Heroin, Kokain.
17
II. Narkotika Golongan II adalah narkotika yang berkhasiat untuk pengobatan, digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau bertujuan untuk pengembangan ilmu
pengetahuan serta memiliki potensi tinggi
mengakibatkan ketergantungan. Contoh: Morfin, Petidin.
III. Narkotika Golongan III adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau memiliki tujuan untuk pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh: Kodein. Sementara psikotropika, berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 tahun 1997, dibagi ke dalam empat golongan, yaitu:
I. Psikotropika Golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai
potensi amat kuat mengakibatkan sindroma
18
II. Psikotropika Golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau bertujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh: Amfetamin, Ritalin.
III. Psikotropika Golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh: Flunitrazepam, Pentobarbital.
IV. Psikotropika Golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh:
Diazepam, Nitrazepam. Sekalipun pengaturan
psikotropika dalam undang-undang ini hanya meliputi psikotropika golongan I, psikotropika golongan II, psikotropika golongan III, dan psikotropika golongan IV, masih terdapat psikotropika lainnya yang tidak
19
mempunyai potensi mengakibatkan sindroma
ketergantungan, tetapi digolongkan sebagai obat keras. Oleh karena itu, pengaturan, pembinaan, dan pengawasannya tunduk kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang obat keras.
2.1.3. Pengaruh Narkoba terhadap Manusia
Berdasarkan modul pegangan yang dibuat oleh Direktorat Bina Ketahanan Remaja Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional 2019, narkoba memiliki pengaruh terhadap manusia sebagai berikut:
a) Stimulan (perangsang).
Pengaruh suatu zat yang jika dikonsumsi akan berdampak untuk meningkatkan kegiatan susunan syaraf pusat. Zat ini akan mempercepat pernafasan dan jantung serta meningkatkan tekanan darah. Selain itu zat ini berpotensi untuk menekan nafsu makan dan membuat si penggunanya tetap terjaga dan terhindar dari rasa kantuk. Mereka yang menggunakannya memiliki kondisi awal yang bisa diatasi oleh khasiat dari zat ini, seperti: mengantuk, kelebihan berat badan, tidak bergairah, lemah syahwat.
20 b) Depresan (penekan/downer).
Pengaruh suatu zat yang apabila dikonsumsi maka akan berdamnpak memperlambatnya susunan syaraf pusat. Pengguna akan mengalami perlambatan detak jantung dan pernafasan sebagaimana dengan terlepasnya ketegangan. Beberapa kondisi awal pengguna yang kemudian memanfaatkan khasiat ini yaitu sebagai berikut: tegang, sulit tidur, nyeri, sakit kepala. Beberapa zat mungkin juga sering kita manfaatkan untuk mengatasi kondisi-kondisi demikian, seperti apa yang dikonsumsi ketika kita sakit kepala, sakit gigi, atau ingin merasa santai bersama teman-teman setelah sepanjang hari bekerja. Yang termasuk ke dalam golongan ini adalah heroin, alkohol, pil koplo, obat-obatan penghilang nyeri.
c) Halusinogen.
Pengaruh suatu zat yang apabila dikonsumsi maka akan menghasilkan gangguan sensor panca indera yang cukup besar dan juga mengubah suasana hati dan pikiran. Zat-zat yang memiliki khasiat ini ditemukan pada sejumlah tanaman dan jamur, namun ada juga yang dihasilkan dari eksperimen kimia.
21
Khasiat-khasiat yang terdapat dalam satu zat adalah kombinasi dari dua khasiat yang telah diuraikan di atas, misal antara stimulant dan halusinogen. Beberapa zat dihasilkan oleh tanaman namun ada juga zat dengan khasiat kombinasi ini dihasilkan oleh rekayasa kimia. Manfaat yang ingin didapatkan penggunanya biasanya adalah untuk terapi, namun ada juga beberapa zat yang dimanfaatkan untuk kegiatan rekreasi.
2.3.Faktor-faktor Penyebab Penyalahgunaan Narkoba
Berdasarkan modul pegangan yang dibuat oleh Direktorat Bina Ketahanan Remaja Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional 2019,
secara umum penyalahgunaan narkoba di masyarakat ditentukan oleh tiga faktor, yaitu:
a) Faktor Pengaruh Farmakologis Narkoba
Zat-zat yang disalahgunakan memiliki pengaruh farmakologis atau khasiat bagi para penyalahgunanya. Misalnya, parasetamol yang memiliki khasiat dapat mengurangi nyeri akan dikonsumsi oleh seseorang yang sedang sakit kepala. Penggunaan zat tersebut bisa saja kemudian dilakukan di luar keperluan medis, tanpa
22
pengawasan dokter, yang selanjutnya akan menjadi penyalahgunaan obat.
b) Faktor Individu (Penyalahguna Narkoba)
Sebelum mengkonsumsi suatu zat, seseorang umumnya mengalami suatu kondisi atau sedang berada dalam kondisi fisik maupun psikologis tertentu. Kondisi-kondisi yang mungkin bisa diatasi dengan mengonsumsi suatu zat misalnya mengantuk, sakit kepala, bengkak (biologis), rasa penasaran, tertantang, kecemasan (psikologis). Berikut adalah sejumlah kondisi individu:
a. Ketidakmampuan menyesuaikan diri dengan
tuntutan lingkungan;
b. Dorongan untuk berpetualang; c. Mengalami tekanan jiwa;
d. Tidak mempunyai tanggung jawab;
e. Tidak memikirkan akibat dari perbuatannya; f. Ketidaktahuan akan bahaya narkoba;
g. Mengalami kesunyian, keterasingan; h. Sakit (fisik);
i. Kepribadian yang lemah; j. Kurangnya kepercayaan diri;
23
l. Dorongan ingin tahu, ingin mencoba dan ingin meniru.
m. Dan Kecemasan.
c) Faktor Lingkungan
Lingkungan sosial juga turut menyumbang pengaruh bagi seorang individu mengkonsumsi suatu zat. Sebagai contoh di suatu daerah di mana masyarakatnya lebih akrab dengan penggunaan daun jambu daripada Norit sebagai obat sakit perut, maka ketika seseorang dalam lingkungan tersebut sedang sakit perut maka dia akan mengkonsumsi daun jambu untuk menyembuhkan sakit perut tersebut, bukan obat lain.
Faktor lingkungan merupakan faktor yang sangat luas dalam menentukan penyalahgunaan narkoba, karena hal ini juga menyangkut aturan hukum yang menentukan ketersediaan narkoba di suatu masyarakat. Kebijakan tentang narkoba juga kemudian menentukan bagaimana narkoba dikelola oleh suatu masyarakat sebagai entitas hukum.
Lingkungan sosial ini tidak hanya berupa kebiasaan keluarga, pengaruh teman sebaya, atau kebiasaan
24
masyarakat, namun juga dapat berbentuk rekomendasi dari tabib, pengiklanan, ritual, peraturan, kondisi ekonomi, politik, dll.
Terdapat tiga lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap penyalahgunaan narkoba:
1) Orang Tua atau Keluarga (Faktor Penyumbang) a. Salah satu atau kedua orang tua adalah
pelaku penyalahgunaan narkoba;
b. Salah satu atau kedua orang tua menderita tekanan jiwa;
c. Kurang adanya perhatian, kehangatan, kasih sayang dan kemesraan dalam keluarga;
d. Keluarga pecah, tidak harmonis, serta tidak ada komunikasi dan keterbukaan;
e. Pola asuh orangtua yang terlalu
mengekang atau memanjakan anak;
f. Orang tua terlalu sibuk karena harus mencari nafkah dan/atau mengejar karier.
25
2) Teman Sebaya (Faktor Pemicu)
a. Adanya satu atau beberapa teman sebaya
atau pacar yang menjadi pelaku
penyalahgunaan narkoba;
b. Adanya teman sebaya yang menjadi pengedar narkoba;
c. Ajakan, bujukan dan iming-iming teman sebaya
d. Paksaan dan tekanan kelompok sebaya (pressure group), bila tidak ikut serta dalam melakukan penyalahgunaan narkoba dianggap tidak setia kepada kelompoknya; 3) Kehidupan Masyarakat (Faktor Pemicu)
a. Masyarakat yang tidak acuh atau tidak peduli;
b. Longgarnya pengawasan sosial
masyarakat;
c. Banyaknya faktor pemicu ketegangan jiwa dalam masyarakat, seperti: sulitnya mencari pekerjaan, ketidakpastian dan persaingan, dan lain sebagainya;
26
e. e.Banyaknya pelanggaran hukum,
penyelewengan, dan korupsi;
f. Banyaknya pemutusan hubungan kerja (PHK);
g. Kemiskinan dan pengangguran; h. Pelayanan masyarakat yang buruk;
i. Tidak adanya ketertiban dan kepastian hukum;
j. Menurunnya moralitas masyarakat;
k. Banyaknya pengedar narkoba yang
mencari konsumen;
l. Lingkungan pemukiman yang tidak
mempunyai fasilitas tempat anak bermain
untuk menyalurkan hobi dan
kreatifitasnya;
m. Arus informasi dan globalisasi;
n. Proses perubahan sosial dan pergeseran nilai yang cepat.
27
BAB 3
METODE PELAKSANAAN
3.1. Bentuk SosialisasiSosialisasi dilakukan dengan membuat powerpoint yang kontennya berisi penjelasan mengenai:
1. Definisi Bullying
2. Peran Orang dalam Bullying 3. Jenis-Jenis Bullying
4. Faktor Penyebab Adanya Bullying 5. Dampak Bullying
6. Pengertian Narkoba 7. Jenis-jenis Narkoba
8. Pengaruh Narkoba Terhadap Manusia 9. Faktor Penyalahgunaan Narkoba
Sosialisasi dilakukan kepada santriwan-santriwati Panti Asuhan Riyadlus Sholihin, Kelurahan Ngijo. Peserta sosialiasi berjumlah 40 orang yang terdiri dari 20 santriwan dan 20 santriwati.
Sosialisasi diawali dengan memberikan pretest dan diakhiri dengan pemberian posttest mengenai materi
28
bullying dan narkoba. Hal tersebut dilakukan guna
mengetahui apakah ada peningkatan pengetahuan sebelum sosialisasi dilakukan dan sesudah dilakukan.
Media lain yang juga dugunakan dalam sosialisasi ini yaitu powerpoint berisi materi, film pendek yang diambil dari platform Youtube, serta sebuah blind case yang akan didiskusikan oleh peserta sosialisasi.
29 3.2. Tahap Pelaksanaan
Blueprint Modul
Sesi Materi Kegiatan Tujuan Perlengkapan Waktu
Sesi 1 Perkenalan dan Pretest 1. Seremoni pembukaan acara 2. Perkenalan pemateri dan penjelasan kegiatan 3. Melakukan pretest mengenai pengetahuan bullying 1. Membangun relasi antara pemateri dan santri.
2. Santri mengetahui kegiatan yang akan diikuti -Sound system -Mic -Laptop -Proyektor -Skala pretest pengetahuan bullying -Kertas dan bolpoin 09.00-09.20 WIB
Sesi 2 Pemberian materi bullying - Pengertian
- Peran dalam bullying
1. Memberikan materi bullying. 1. Memberikan pengetahuan tentang bullying. -Laptop -Proyektor -Mic 09.20-10.45 WIB
30 - Jenis-jenis bullying
- Faktor penyebab bullying - Dampak bullying 2. Menonton video tentang film pendek bullying. 3. Menulis perasaan santri setelah melihat video pada kertas HVS kosong. 4. Mendiskusikan
blind case yang
terdapat dalam cerita pendek sebuah kasus bersama dua orang teman lain. 5. Melakukan
posttest
2. Melatih santri melihat dari sudut pandang orang lain. 3. Melatih santri
menimbulkan perasaan empati terhadap korban
bullying yang ada di
film pendek.
-Sound system -Kertas HVS dan bolpoin
31 mengenai materi
bullying. Sesi 3 Pemberian pretest tentang
narkoba Melakukan pretest mengenai pengetahuan narkoba Untuk mengetahui pengetahuan santri mengenai narkoba -Kertas HVS dan bolpoin 10.45-10.55 WIB
Sesi 4 Pemberian materi mengenai narkoba
-Pengertian narkoba -Jenis-jenis narkoba -Pengaruh narkoba terhadap manusia -Faktor penyebab penyalahgunaan narkoba Memberikan materi mengenai narkoba/ Memberikan pengetahuan mengenai narkoba terhadap santri -Laptop -Proyektor -Sound system -Mic 10.55-11.15 WIB
Sesi 5 Pemberian posttest dan penutupan acara Melakukan posttest terhadap santri mengenai materi 1. Untuk mengetahui apakah santri mengalami -Kertas HVS dan bolpoin -Sound system 11.30 WIB
32 yang telah diberikan. peningkatan pengetahuan mengenai narkoba. 2. Menutup acara sosialisasi anti
bullying dan narkoba
dan foto bersama.
33 3.3.Lampiran
Lampiran 1. Kuesioner Pretest dan Posttest
Berikut ini adalah pernyataan dari kuesioner yang dibagikan untuk melakukan asesmen yang akan dibagikan dalam pretest dan posttest:
a) Bullying
1. Bullying yang saya ketahui adalah...
Jawaban: ... ... ... ... 2. Terdapat beberapa peran dalam bullying, yaitu...
Jawaban: ... ... ... ... 3. Jenis-jenis bullying adalah...
Jawaban: ... ... ... ...
34
4. Faktor penyebab terjadinya bullying ada banyak, yaitu... Jawaban: ... ... ... ... ... 5. Dampak dari bullying ada banyak, yaitu...
Jawaban: ... ... ... ... ... b) Narkoba
1. Sejauh ini, yang saya ketahui mengenai narkoba adalah...
Jawaban: ... ... ... ...
35
2. Jenis-jenis narkoba dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu..
Jawaban: ... ... ... ... 3. Pengaruh narkoba terhadap manusia yaitu...
Jawaban: ... ... ... ... ...
4. Faktor penyebab manusia menyalahgunakan
narkoba yaitu... Jawaban: ... ... ... ... ... ...
36 3.4.Lampiran 2. Blind Case
Berikut ini adalah blind case yang harus diisi santri:
Blind Case
Kasus yang sedang viral saat ini adalah kasus Audrey, siswi SMP 17 Pontianak. Usia Audrey 14 tahun. Ia dikeroyok oleh 12 siswa SMA di Pontianak. Masalah antara Audrey dan siswa SMA muncul akibat kisah asmara dan celotehan di Facebook. Menurut berita yang beredar, kakak sepupu korban merupakan mantan pacar dari salah satu pelaku penganiayaan. Di media sosial mereka saling berkomentar sehingga pelaku menjemput korban dengan alasan ingin berbincang-bincang. Audrey tentu tidak tahu bahwa ia akan mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan. Yang melakukan penganiayaan sebenarnya ada 3 orang, yang 9 hanya membantu saja. Audrey tidak melaporkan kejadian tersebut karena mendapat ancaman dari pelaku. Ancaman yang diberikan yaitu akan berbuat lebih kejam terhadap orang tuanya apabila Audrey melaporkan sang pelaku. AU merasa terintimidasi. Kasus ini, pada akhirnya membuat Audrey
37
menjalani perawatan intensif di rumah sakit akibat luka yang dideritanya.
Silakan diskusikan, mengapa kasus ini bisa terjadi, dan apa yang bisa dilakukan unguk mencegah dan mengatasi masalah tersebut!
38
DAFTAR PUSTAKA
Ariesto, A. (2009). Pelaksanaan Program Antibullying Teacher Empowerment.
Awaluddin, L. (2018, November 26). detiknews.
Retrieved from detik.com:
https://news.detik.com/berita-jawa-barat/d- 4317791/pengedar-narkoba-bekasi-manfaatkan-santri-karawang-jual-ganja
Bomatama, R. (2017). Kekerasan Seksual Dominasi
Kekerasan Terhadap Anak di Tahun 2017.
Retrieved 10 20, 2018, from TribunNews: http://www.tribunnews.com/nasional/2017/12/27/ kekerasan-seksual-dominasi-kekerasan-terhadap-anak-di-tahun-2017.
Eleanora, F. N. (2011). Bahaya Penyalahgunaan Narkoba Serta Usaha Pencegahan dan Penanggulangannya.
Jurnal Hukum, 439-452.
Ige, E. P. (2018, 4 09). Home Liputan 6. Retrieved from Liputan6.com:
https://www.liputan6.com/regional/read/3438469/ narkoba-masuk-pesantren-pengajar-santri-jadi-kurir-sabu
Rigby, K. (2007). Bullying In Schools: And What To do
About It. Victoria: Australian Council for
39
Sejiwa, T. (2008). Bullying: Panduan bagi Orang Tua dan
Guru Mengatasi Kekerasan diSekolah dan Lingkungan. Grasindo: Jakarta.
UU No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika UU No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika
Zakiyah, E. Z., Sahadi, H., & Meilanny, B. S. (2017). Faktor yang Memperngaruhi Remaja Melakukan Bullying. Jurnal Penelitian dan PPM, 129-389.
40
GLOSARIUM
1. Bullying1)Mengganggu; mengusik terus-menerus; menyusahkan: anak itu ~ ayahnya, meminta dibelikan
sepeda baru; 2) menimpa (tentang kecelakaan,
bencana, kesusahan, dan sebagainya 2. Pengulangan
Proses, cara, perbuatan mengulang 3. Viral
Menyebar secara luas dalam waktu yang singkat. Informasi yang tersebar dengan cepat sehingga
membuatnya menjadi popular dan menjadi
perbincangan khalayak umum.
4. Body shaming
Tindakan mengomentari fisik seseorang entah itu disengaja atau tidak namun hal ini bisa berpengaruh pada masalah mental orang yang dikomentari.
5. Senioritas
1) perihal senior; 2) keadaan lebih tinggi dalam
41
tingkatan yang diperoleh dari umur atau lamanya bekerja
6. Informan
1)Orang yang memberi informasi: dia
adalah-polisi; 2) orang yang menjadi sumber data dalam
penelitian; nara-sumber
7. Korban
1)Pemberian untuk menyatakan kebaktian, kesetiaan,
dan sebagainya; kurban: jangankan harta, jiwa
sekalipun kami berikan sebagai--; 2) orang, binatang,
dan sebagainya yang menjadi menderita (mati dan sebagainya) akibat suatu kejadian, perbuatan jahat, dan sebagainya: sepuluh orang-tabrakan itu dirawat
di rumah sakit Bogor;
8. Narkoba
Obat yang menenangkan saraf, menghilangkan rasa sakit, menimbulkan rasa mengantuk atau rasa merangsang (seperti: opium/ganja)
9. Normasosial
Aturan yang menata tindakan manusia dalam pergaulan dengan sesamanya
42
10. Ustadz
1) Guru agama atau guru besar (laki-laki); 2) tuan
(sebutan atau sapaan) 11. Perbuatan haram 12. Ganja
Tanaman setahun yang mudah tumbuh, merupakan tumbuhan berumah dua (pohon yang satu berbunga jantan, yang satu berbunga betina), pada bunga betina terdapat tudung bulu-bulu runcing mengeluarkan sj damar yang kemudian dikeringkan, damar dan daun
mengandung zat narkotik aktif, terutama
tetrahidrokanabinol yang dapat memabukkan, sering dijadikan ramuan tembakau untuk rokok; Cannabis
sativa
13. Kultural
Berhubungan dengan kebudayaan: film kita harus
mengandung nilai -- yang tinggi
14. Verbal
1) secara lisan (bukan tertulis): bahasa asing itu
dirasakan dapat membantu pengungkapan manusia secara--dengan lebih teliti; 2) bersifat
43
khayalan: jangan memberi pelajaran yang
bersifat--; 3) Ling bersifat verba
15. Fisik
1)Jasmani; badan: seorang karateka harus terlatih,
baik -- maupun mentalnya; -- nya sangat lelah, tetapi semangatnya tetap membara; 2) a jasmaniah;
badaniah 16. Psikologis
Berkenaan dengan psikologi; bersifat
kejiwaan: kegugupanmu itu jelas disebabkan oleh
faktor-faktor -
17. Psikotropika
1) segala yang dapat mempengaruhi aktivitas pikiran
seperti opium, ganja, obat bius; 2) Dok zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis dan bukan narkotika yang dapat menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku; obat yang dapat mempengaruhi atau mengubah cara berbicara ataupun tingkah laku seseorang
44
18. Bahan Adiktif
Zat yang tidak termasuk golongan narkotika maupun psikotropika namun jika dimakan atau diminum menimbulkan ketergantungan fisik dan psikis
19. Alkohol
1) cairan tidak berwarna yang mudah menguap,
mudah terbakar, dipakai dalam industri dan
pengobatan, merupakan unsur ramuan yang
memabukkan dalam kebanyakan minuman keras; C2H5OH; etanol; 2) senyawa organik dengan gugus OH pada atom karbon jenuh;
20. Psikoaktif
Zat yang dapat mengubah kestabilan emosi seseorang dan menimbulkan kesan menyenangkan karena menggunakan halusinogen dan psikadelik.
21. Oksidator
Penghasil oksidasi 22. Indera
Alat untuk merasa, mencium bau, mendengar, melihat, meraba, dan merasakan sesuatu secara naluri (intuitif);
45
INDEX
A Alkohol 11, 17, 20 Amfetamin 14 B Bahan adiktif 11 Biologis 19 Body shaming 3 Bullying ii, 3, 4, 6, 7, 9, 10, 11 D Depresan 16 Depresi 11 Diazepam 15 E Ekstasi 14 Entitas 20 Esensial 12 F Flunitrazepam 15 G Ganja 5, 6, 13 H Halusinogen 17 Heroin 13, 1746 K Kodein 14 Kokain 13 L LSD 14 M Miras 20 Morfin 13 N Napza 11 Narkoba 4, 5, 6, 7, 11, 13, 18, 19, 20, 21, 22, 23 Narkotika 4, 5, 11, 12, 13, 14 Narkotikos 11, 12 Neurons 12 Nitrazepam 15 Norit 20 O Oksidator 12 Opium 11 Otak 12 P Pentobarbital 15 Perundungan 2, 3, 6, 7, 9, 10, 11 Petidin 13 Prekursor 12
47 Psikoaktif 12 Psikologis 9, 10, 19 Psikotropika 11, 12, 13, 14, 15 R Ritalin 14 S Sabu 5, 14 Sindroma 14, 15 Sintetik 12 Stimulan 16 Stress 4, 11 T Trauma 9
48
PENGARANG
Nama : Warotsatus Sholihah
TTL : Ngawi, 20 Juni 1998
Alamat : Dusun Sambiroto 1, RT 01/RW 01,
Desa Sambiroto Kecamatan Padas Kabupaten Ngawi
Pendidikan : SDN Sambiroto 1
SMP Negeri 1 Karangjati SMK Negeri 1 Kasreman Universitas Negeri Semarang
49
Nama : Rifqi Ijlal Taufiqi
TTL : Kebumen, 4 Juli 1998
Alamat : Desa Kuwarasan, Rt. 2/ Rw. 1,
Kebumen
Pendidikan : SDN 2 Kuwarasan
SMP N 1 Kuwarasan SMA N 1 Gombong
50
`
Nama : David Abadillah
TTL : Pati, 01 Desember 1998
Alamat : Desa Lengkong RT 03/RW 01,
Kecamatan Batangan, Kabupaten Pati
Pendidikan : SDN Lengkong 01
SMP Negeri 1 Juwana SMK Negeri 1 Rembang Universitas Negeri Semarang
51
Nama : Aenun Nova Tri Mulyani
TTL : Tegal, 1 November 1998
Alamat : Selapura No. 12 RT 04/RW 04,
Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal
Pendidikan : SDN Selapura 01
SMP Negeri 1 Slawi SMK Negeri 1 Slawi
52
Nama : Sri Rahayu
TTL : Kudus, 11 Maret 1999
Alamat : Desa Undaan Tengah Rt. 001 Rw.
003 Kec. Undaan Kab. Kudus
Pendidikan : MI NU Miftahul Falah
MTs Nahdlatul Muslimin MA Nahdlatul Muslimin Universitas Negeri Semarang
53
Nama : Ikhsan Wahyu Pamungkas
TTL : Sragen, 11 September 1997
Alamat : Giriroto, Rt.01, Girimargo,
Kecamatan Miri, Kabupaten Seragen
Pendidikan : SDN Girimargo 3
SMP Negeri 1 Miri
SMK SAKTI GEMOLONG Universitas Negeri Semarang
54
Nama : Ery Aminul Lathifah
TTL : Pati, 23 November 1998
Alamat : Dukuh Botosae, RT 02/RW 03,
Desa Bakalan Kecamatan Dukuhseti Kabupaten Pati
Pendidikan : MI Matholi’ul Huda Bakalan MTs Matholi’ul Huda Bakalan SMK Tunas Harapan Pati Universitas Negeri Semarang
55
Nama : Siti Roudhotul Jannah
TTL : Bojonegoro, 30 Oktober 1997
Alamat : Dusun Jenggot RT/RW 04/01, Desa
Selorejo, Kecamatan Baureno, Kabupaten Bojonegoro
Pendidikan : MI Tanwirul Hija MTS AI ATTANWIR MAI ATTANWIR
56
Nama : Nur Febriyanto
TTL : Wonosobo, 19 Febuari 1998
Alamat : Garung Rt. 1 Rw. 7, Kelurahan
Garung, kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo
Pendidikan : SDN 1 Garung
SMP N 1 Garung SMK N 1 Wonosobo
57
Nama : Ervina Prihandani
TTL : Banyu mas, 19 Januari 1998
Alamat : Jl. Benteng Lemah No. 3A Rt
02/Rw 03, Kedunguter, Kabupaten Banyumas
Pendidikan : SDN Kedunguter
SMP N 1 Banyumas SMA N 1 Banyumas
58
Nama : Nabilla Nurul Anjani
TTL : Jakarta, 16 April 1998
Alamat : Jl. Jengki, Gg. Nuansa Indah 1, Rt. 009/ Rw. 09 No. 59, Jakarta
Pendidikan : SDS Angkasa 1 Halim
SMP N 128 Jakarta SMAN 9 Jakarta
59
Nama : Eka Sadriyati
TTL : Banyumas, 19 Juni 1998
Alamat : Jingkang, RT 03/RW 04, Kecamatan
Ajibarang Kabupaten Banyumas
Pendidikan : SDN 1 Kalipaten
SMPN 1 Purwojati SMAN Ajibarang
60
Nama : MUHAMMAD ALI RIF’AN
TTL : Rembang, 12 juni 1998
Alamat : Desa Krikilan Rt.4/Rw.3, Rembang
Pendidikan : SDN krikilan SMP N 1 Sumber SMA N 1 Sumber
61
Nama : Ulil Abshor
TTL : Demak, 05 Mei 1998
Alamat : Desa Sambiroto, Rt. 02/ Rw 01, Kecamatan
Gajah, Kabupaten Demak
Pendidikan : SDN Sambiroto
MTs Tarbiyatul Mubtadiin SMK Roudlotul Mubtadiin
PONPES Roudlotul Mubtadiin Balekambang PONPES Miftakhu Rohmatillah Semarang Universitas Negeri Semarang
62
Nama : Muhammad Ridho
TTL : Kab. Semarang, 02 Mei 1999
Alamat : Dusun Beran, Desa Rejosari Rt 01/
Rw 08, Kecamatan Bancak, Kabupaten Semarang Pendidikan : MI Darussalam Rejosari
SMP N 1 Mbancak SMKN 1 Mbancak