• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODUL PRAKTIKUM STRATEGI PROMOSI KESEHATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MODUL PRAKTIKUM STRATEGI PROMOSI KESEHATAN"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

MODUL PRAKTIKUM

STRATEGI PROMOSI KESEHATAN

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN DAN FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

KALIMANTAN TIMUR

(2)

ii

VISI, MISI DAN TUJUAN PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN

MASYARAKAT

A. VISI

“Pada Tahun 2037, menjadi Program Studi Kesehatan Masyarakat yang islami berbasis teknologi informasi yang unggul di bidang pemberdayaan masyarakat dan berkonstribusi terhadap penyelesaian masalah sosial dan lingkungan”

B. MISI

1. Menyelenggarakan pendidikan kesehatan masyarakat yang islami berbasis teknologi informasi yang peka terhadap kesehatan di masyarakat.

2. Mengembangkan riset dibidang kesehatan masyarakat untuk berkonstribusi dalam penyelesaian masalah sosial dan lingkungan. 3. Menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan masyarakat

dalam bentuk pengabdian dan pemberdayaan masyarakat untuk menjadi solusi masalah sosial khususnya pengangguran, kemiskinan dan lingkungan.

4. Mengembangkan kerjasama dibidang kesehatan masyarakat dengan berbagai pihak yang saling menguntungkan baik di dalam ataupun luar negeri.

C. TUJUAN

1. Menghasilkan lulusan tenaga kesehatan masyarakat yang berkarakter, berwawasan dan berkemajuan yang berpijak pada nilai – nilai keislaman dan mampu memanfaatkan teknologi informasi yang berkontribusi terhadap pembangunan dan menjadi solusi masalah sosial dan lingkungan.

2. Menghasilkan produk penelitian IPTEKS kesehatan masyarakat yang berbasis teknologi informasi dan ramah lingkungan.

(3)

iii

3. Melaksanakan pengabdian dan pemberdayaan masyarakat untuk menjadi solusi masalah sosial khususnya pengangguran, kemiskinan dan lingkungan.

4. Menghasilkan kerjasama dalam bidang Catur Dharma Perguruan Tinggi yang produktif dan saling menguntungkan baik dalam dan luar negeri

D. SASARAN

1. Peningkatan mutu pembelajaran dan lulusan

2. Pengembangan SDM dosen dan tenaga kependidikan 3. Pengembangan wahana pendidikan

4. Pengembangan program studi baru

5. Peningkatan penelitian dan publikasi ilmiah

6. Optimalisasi pengabdian masyarakat yang diprioritaskan pada upaya mengatasi masalah sosial, pengangguran dan lingkungan

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan Modul Praktikum Strategi Promosi Kesehatan.

Kami berharap dengan adanya modul praktikum ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca khusunya mahasiswa kesehtaan masyarakat. Kami menyadari bahwa dalam pembuatan modul ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi penyempurnaan modul berikutnya.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Samarinda, Agustus 2019

(5)

v

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

VISI, MISI DAN TUJUAN... ii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

A. Strategi Pendidikan Kesehatan ... 4

B. Strategi Advokasi ... 7

C. Bina Suasana ... 11

D. Pemberdayaan Masyarakat... 15

BAB III PENUTUP ... 20

A. Kesimpulan ... 20

B. Saran ... 21

DAFTAR PUSTAKA ... 22

(6)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diera globalisasi sekarang ini bidang kesehatan banyak mengalami pemuktahiran dan pekembangan-perkembangan ilmu yang mencuri perhatian masyarakat. Seiring dengan itu banyak pula masalah-masalah yang tentunya mampu membuat derajat kesehatan manusia menurun. Dengan adanya masalah-masalah tersebut maka status kesehatan masyarakat juga mengalami degradasi. Pada masa sekarang status kesehatan telah menjadi suatu keharusan untuk dipertahankan bagi setiap anggota masyarakat yang bermukim dalam suatu wilayah tertentu. Status kesehatan sekarang telah dianggap sesuatu yang berharga dan menjadi suatu hal yang harus ditingkatkan oleh setiap manusia.

Keberhasilan program pendidikan kesehatan yang meliputi perilaku kesehatan dan domain kesehatan sangat besar peranannya guna mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan kesehatan yang meliputi perilaku kesehatan dan domain kesehatan ini harus didukung oleh semua pihak terutama masyarakatnya. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan tentunya menyadarkan mereka tentang pentingnya kesehatan itu sendiri. Kesehatan sendiri adalah ilmu dan seni mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan masyarakat melalui pendidikan kesehatan. Dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat, maka perlu dilakukan pendidikan, khususnya pendidikan yang ditujukan kepada masyarakat.

Kurang berhasil atau kegagalan suatu program kesehatan, sering di sebabkan oleh karena kurang atau tidak adanya dukungan dari para pembuat keputusan, baik di tingktak nasional maupun lokal (provinsi, kabupaten, atau kecamatan). Akibat kurangnya dukungan itu, antara lain rendahnya alokasi anggaran untuk program kesehatan, kurangnya sarana dan prasarana, tidak adanya kebijakan yang menguntungkan bagi

(7)

2

kesehatan dan sebagainya. Untuk memperoleh atau meningkatkan dukungan atau komitmen dari para pembuat kebijakan, termasuk para pejabat lintas sektoral diperlukan upaya disebut advokasi.

Advokasi secara harfiah berarti pembelaan, sokongan atau bantuan terhadap seseorang yang mempunyai permasalahan. Istilah advokasi mula-mula digunakan dibidang hukum atau pengadilan. Sesorang yang sedang tersangkut perkara atau pelanggaran hukum, agar memperoleh keadilan yang sesungguh-sungguhnya. Mengacu kepada istilah advokasi dibidang hukum tersebut, maka advokasi dalam kesehatan diartikan upaya untuk memperoleh pembelaan, bantuan, atau dukungan terhadap program kesehatan.

Advokasi diartikan sebagai upaya pendekatan terhadap orang lain yang dianggap mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan suatu program atau kegiatan yang dilaksanakan. Oleh karena itu, orang yang menjadi sasaran atau target advokasi ini para pimpinan suatu organisasi atau institusi kerja baik di lingkungan pemerintah maupun swasta dan organisasi kemasyarakatan diberbagai jenjang administrasi pemerintahan (tingkat pusat, provinsi, kabupaten, kecamatan dan kelurahan).

Dalam advokasi peran komunikasi sangat penting sebab dalam advokasi merupakan aplikasi dari komunikasi interpersonal, maupun massa yang di tujukan kepada para penentu kebijakan (policy makers) atau para pembuat keputusan (decission makers) pada semua tingkat dan tatanan sosial.

Strategi promosi kesehatan dibagi menjadi dua yakni ada konsep dan bina suasana. Advokasi secara harifah berarti pembelaan, sokongan atau hantuan terhadap seseorang yang mampunyai permasalahan. Sedangkan Bina suasana adalah upaya menciptakan opini atau lingkungan sosial yang mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan.

(8)

3

Konsep pemberdayaan mengemukan sejak dicanangkannya Strategi Global WHO tahun 1984, yang ditindaklanjuti dengan rencana aksi dalam Piagam Ottawa (1986). Dalam deklarasi tersebut dinyatakan tentang perlunya mendorong terciptanya kebijakan berwawasan kesehatan, lingkungan yang mendukung, reorentasi dalam pelayanan kesehatan, keterampilan individu, dan gerakan masyarakat.

B. Tujuan

1. Untuk mengetahui strategi pendidikan kesehatan. 2. Untuk mengetahui strategi advokasi.

3. Untuk mengetahui strategi bina suasana.

(9)

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Strategi Pendidikan Kesehatan

1. Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan adalah proses membuat orang mampu meningkatkan kontrol dam memperbaiki kesehatan individu. Kesempatan yang direncanakan untuk individu, kelompok atau masyarakat agar belajar tentang kesehatan dan melakukan perubahan-perubahan secara suka rela dalam tingkah laku individu (Entjang, 1991).

Tujuan utama pendidikan kesehatan adalah agar orang mampu menerapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri, mampu memahami apa yang dapat mereka lakukan terhadap masalahnya, dengan sumber daya yang ada pada mereka ditambah dengan dukungan dari luar, dan mampu memutuskan kegiatan yang tepat guna untuk meningkatkan taraf hidup sehat dan kesejahteraan masyarakat (Mubarak, 2009).

2. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan

Ruang lingkup pendidikan kesehatan masyarakat dapat dilihat dari 3 dimensi :

a) Dimensi sasaran

1) Pendidikan kesehatan individu dengan sasaran individu

2) Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok masyarakat tertentu.

3) Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat luas.

b) Dimensi tempat pelaksanaan

1) Pendidikan kesehatan di rumah sakit dengan sasaran pasien dan keluarga.

(10)

5

3) Pendidikan kesehatan di masyarakat atau tempat kerja dengan sasaran masyarakat atau pekerja.

c) Dimensi tingkat pelayanan kesehatan

1) Pendidikan kesehatan promosi kesehatan (Health Promotion), misal: peningkatan gizi, perbaikan sanitasi lingkungan, gaya hidup dan sebagainya.

2) Pendidikan kesehatan untuk perlindungan khusus (Specific Protection) misal: imunisasi

3) Pendidikan kesehatan untuk diagnosis dini dan pengobatan tepat (Early diagnostic and prompt treatment) misal: dengan pengobatan layak dan sempurna dapat menghindari dari resiko kecacatan.

4) Pendidikan kesehatan untuk rehabilitasi (Rehabilitation) misal: dengan memulihkan kondisi cacat melalui latihan-latihan tertentu.

3. Media Pendidikan Kesehatan a) Media cetak

1) Booklet 2) Leaflet

3) Flyer (selebaran

4) Flip chart (lembar Balik)

5) Rubrik/tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah 6) Poster

7) Foto

b) Media elektronik 1) Televisi 2) Radio

3) Video Compact Disc (VCD) 4) Slide

5) Film strip

(11)

6

4. Alat Bantu Media Pendidikan Kesehatan a) Alat bantu lihat (visual aids) ;

1) alat yang diproyeksikan: slide, film, film strip dan sebagainya. 2) alat yang tidak diproyeksikan; untuk dua dimensi misalnya

gambar, peta, bagan ; untuk tiga dimensi misalnya bola dunia, boneka, dsb.

3) Alat bantu dengar (audio aids): piringan hitam, radio, pita suara, dsb.

4) Alat bantu lihat dengar (audio visual aids): televisi dan VCD. 5. Metode Pendidikan Kesehatan

a) Metode pendidikan Individual (perorangan)

1) Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling) 2) Interview (wawancara)

b) Metode pendidikan Kelompok 1) Kelompok besar

a) Ceramah b) Seminar 2) Kelompok kecil

a) Diskusi kelompok

b) Curah pendapat (Brain Storming) c) Bola salju (Snow Balling)

d) Kelompok kecil-kecil (Buzz group) e) Memainkan peranan (Role Play) f) Permainan simulasi (Simulation Game) c) Metode pendidikan Massa

1) Ceramah umum (public speaking) 2) Pidato-pidato

3) Simulasi

4) Tulisan-tulisan di majalah/koran 5) Bill Board

(12)

7

B. Strategi Advokasi 1. Advokasi

Advokasi yaitu kegiatan memberikan bantuan kepada masyarakat dengan membuat keputusan dan penentu kebijakan dalam bidang kesehatan maupun sektor lain di luar kesehatan yang mempunyai pengaruh terhadap masyarakat (Mubarak dan Nurul, 2009).

Advokasi adalah kegiatan untuk meyakinkan orang lain agar membantu atau mendukung terhadap apa yang diinginkan. Dalam konteks promosi kesehatan, advokasi adalah pendekatan kepada para pembuat keputusan atau penentu kebijakan diberbagai sektor dan tingkat sehingga para pejabat tersebut mau mendukung program kesehatan yang kita inginkan. Dukungan dari para pejabat pembuat keputusan dapat berupa kebijakan–kebijakan yang dikeluarkan dalm bentuk undang–undang, peraturan pemerintah, surat keputusan, surat instruksi dan sebagainya.

Kegiatan advokasi ini ada bermacam–macam bentuk, baik secara formal atau informal. Secara formal misalnya, penyajian atau presentasi dan seminar tentang issu atau usulan program yang ingin diharapkan dukungan dari pejabat terkait. Kegiatan advokasi secara informal, misalnya mengunjungi pejabat yang relevan dengan program yang diusulkan, untuk secara informal minta dukungan, baik dalam bentuk kebijakan, dana atau fasilitas lain. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa advokasi adalah para pejabat baik eksekutif dan legislatif diberbagai tingkat dan sektor yang terkait dengan masalah kesehatan (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).

(13)

8

2. Pendekatan Utama Advokasi

Ada 5 pendekatan utama dalam advokasi (UNFPA dan BKKBN 2002) yaitu:

a) Melibatkan para pemimpin

Para pembuat undang-undang, mereka yang terlibat dalam penyusunan hukum, peraturan maupun pemimpin politik, yaitu mereka yang menetapkan kebijakan publik sangat berpengaruh dalam menciptakan perubahan yang terkait dengan masalah sosial termasuk kesehatan dan kependudukan. Oleh karena itu sangat penting melibatkan meraka semaksimum mungkin dalam isu yang akan diadvokasikan.

b) Bekerja dengan media massa

Media massa sangat penting berperan dalam membentuk opini publik. Media juga sangat kuat dalam mempengaruhi persepsi publik atas isu atau masalah tertentu. Mengenal, membangun dan menjaga kemitraan dengan media massa sangat penting dalam proses advokasi.

c) Membangun kemitraan

Dalam upaya advokasi sangat penting dilakukan upaya jaringan, kemitraan yang berkelanjutan dengan individu, organisasi-organisasi dan sektor lain yang bergerak dalam isu yang sama. Kemitraan ini dibentuk oleh individu, kelompok yang bekerja sama yang bertujuan untuk mencapai tujuan umum yang sama / hampir sama.

d) Memobilisasi massa

Memobilisasi massa merupakam suatu proses mengorganisasikan individu yang telah termotivasi ke dalam kelompok-kelompok atau mengorganisasikan kelompok yang sudah ada. Dengan mobilisasi dimaksudkan agar termotivasi individu dapat diubah menjadi tindakan kolektif.

(14)

9

e) Membangun kapasitas

Membangun kapasitas disini dimaksudkan melembagakan kemampuan untuk mengembangakan dan mengelola program yang komprehensif dan membangun critical mass pendukung yang memiliki keterampilan advokasi. Kelompok ini dapat diidentifikasi dari LSM tertentu, kelompok profesi serta kelompok lain.

3. Metode dan Teknik Advokasi

Metode atau cara dan tehnik advokasi untuk mencapai tujuan itu semua ada bermacam-macam, antara lain:

a) Lobi Politik (political lobying)

Lobi adalah bincang-bincangsecara informal dengan para pejabat untuk menginformasikan dan membahas masalah dan program kesehatan yang dilaksanakan

b) Serminar / Presentasi

Seminar / presentasi yang di hadiri oleh para pejabat lintas program dan sektoral. Petugas kesehatan menyajikan maslah kesehatan diwilayah kerjanya, lengkap dengan data dan ilustrasi yang menarik, serta rencana program pemecahannya. Kemudian dibahas bersama-sama, yang akhirnya dharapkan memproleh komitmen dan dukungan terhadap program yang akan dilaksanakan tersebut.

c) Media

Advokasi media (media advocacy) adalah melakukan kegiatan advokasi dengan mengumpulkan media, khususnya media massa.

d) Perkumpulan (asosiasi) Peminat

Asosiasi atau perkumpulan orang-orang yang mempunyai minat atau interes terhadap permaslahan tertentu atau perkumpulan profesi, juga merupakan bentuk advokasi.

(15)

10

4. Langkah-Langkah Advokasi

Advokasi adalah proses atau kegiatan yang hasil akhirnya adalah diperolehnya dukungan dari para pembuat keputusan terhadap program kesehatan yang ditawarkan atau diusulkan. Oleh sebab itu, proses ini antara lain melalui langkah-langkah sebagai berikut:

a) Tahap persiapan

Persiapan advokasi yang paling penting adalah menyusun bahan (materi) atau instrumen advokasi.

b) Tahap pelaksanaan

Pelaksanaan advokasi sangat tergantung dari metode atau cara advokasi. Cara advokasi yang sering digunakan adalah lobbi dan seminar atau presentasi.

c) Tahap penilaian

Seperti yang disebutkan diatas bahwa hasil advokasi yang diharafkan adalah adanya dukungan dari pembuat keputusan, baik dalam bentuk perangkat lunak (software) maupun perangkat keras (hardware). Oleh sebab itu, untuk menilai atau mengevaluasi keberhasilan advokasi dapat menggunakan indikator-indikator seperti dibawah ini:

1) Software (piranti lunak): misalnya dikeluarkannya: a) Undang-undang

b) Peraturan pemerintah

c) Peraturan pemerintah daerah (perda) d) Keputusan menteri

e) Surat keputusan gubernur/bupati

f) Nota kesepahaman(MOU), dan sebagainya 2) Hardware (piranti keras): misalnya:

a) Meningkatnya anggaran kesehatan dalam APBN atau APBD

b) Meningkatnya anggaran untuk satu program yang di prioritaskan

(16)

11

c) Adanya bantuan peralatan, sarana atau prasarana program dan sebagainya.

C. Bina Suasana 1. Bina Suasana

Bina suasana adalah upaya menciptakan opini atau lingkungan sosial yang mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan. Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan sesuatu apabila lingkungan sosial di mana pun ia berada (keluarga di rumah, orang-orang yang menjadi panutan / idolanya, kelompok arisan, majelis agama, dan lain-lain, dan bahkan masyarakat umum) memiliki opini yang positif terhadap perilaku tersebut.

Dukungan Sosial (social support) strategi dukungan sosial ini adalah suatu kegitan untuk mencari dukungan sosial melalui tokoh-tokoh masyarakat (toma), baik tokoh masyarakat formal maupun informal.

Bina suasana adalah menjalin kemitraan untuk pembentukan opini publik dengan berbagai kelompok opini yang ada di masyarakat seperti tokoh masyarakat, tokoh agama, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dunia usaha / swasta, media massa, organisasi profesi pemerintah dan lain-lain. Bina suasana dilakukan untuk sasaran sekunder atau petugas pelaksana diberbagai tingkat administrasi (dari pusat hingga desa).

Strategi bina suasana perlu ditetapkan untuk menciptakan norma-norma dan kondisi / situasi kondusif dimasyarakat dalam mendukung PHBS. Bina suasana sering dikaitkan dengan pemasaran sosial dan kampanye, karena pembentukan opini memerlukan kegiatan pemasaran sosial dan kampanye. Namun perlu diperhatikan bahwa bina suasana dimaksud untuk menciptakan suasana yang mendukung, menggerakkan masyarakat secara partisipatif dan kemitraan.

(17)

12

Dukungan sosial adalah ketersediaan sumber daya yang memberikan kenyamanan fisik dan psikologis sehingga kita dapat melaksanakan kehidupan dengan baik, dukungan sosial ini adalah orang lain yang berinteraksi dengan petugas. Contoh nyata adalah dukungan sarana dan prasarana ketika kita akan melakukan promosi kesehatan atau informasi yang memudahkan kita atau dukungan emosional dari masyarakat sehingga promosi yang diberikan lebih diterima.

2. Tujuan Bina Suasana

Tujuan utama kegiatan ini adalah agar para tokoh masyarakat sebagai jemba tan antara sektor kesehatan sebagai pelaksana program kesehatan dengan masyarakat (penerima program) kesehatan. Dengan kegiatan mencari dukungan sosial melaui toma pada dasarnya adalah mensosialisasikan program-program kesehatan, agar masyarakat mau menerima dan mau berpartisipasi terhadap program kesehatan tersebut. Oleh sebab itu, strategi ini juga dapat dikatakan sebagai upaya bina suasana,atau membina suasana yang kondusif terhadap kesehatan. Bentuk kegiatan dukungan sosial ini antara lain pelatihan pelatihan para toma, seminar, loka karya, bimbingan kepada toma, dan sebagainya. Dengan demikian maka sasaran utama dukungan sosial atau bina suasana adalah para tokoh masyarakat diberbagai tingkat. (sasaran sekunder).

3. Pendekatan Bina Suasana

Bina suasana dilakukan melalui 3 pendekatan, yaitu : a) Pendekatan Individu

Bina Suasana Individu ditujukan kepada individu-individu tokoh masyarakat, dengan pendekatan ini diharapkan :

1) Dapat menyebarluaskan opini yang positif terhadap perilaku yang sedang diperkenalkan.

2) Dapat menjadi individu-individu panutan dalam hal perilaku yang sedang diperkenalkan yaitu dengan bersedia atau mau

(18)

13

mempraktikkan perilaku yang sedang diperkenalkan tersebut (misalnya seorang pemuka agama yang rajin melaksanakan 3 M yaitu Menguras, Menutup dan Mengubur demi mencegah munculnya wabah demam berdarah).

3) Dapat diupayakan agar mereka bersedia menjadi kader dan turut menyebarluaskan informasi guna menciptakan suasana yang kondusif bagi perubahan perilaku individu.

b) Pendekatan Kelompok

Bina Suasana Kelompok ditujukan kepada kelompok-kelompok dalam masyarakat, seperti pengurus Rukun Tetangga (RT), pengurus Rukun Warga (RW), Majelis Pengajian, Perkumpulan Seni, Organisasi Profesi, Organisasi Wanita, Organisasi Siswa/Mahasiswa, Organisasi Pemuda, dan lain-lain. Pendekatan ini dapat dilakukan oleh dan atau bersama-sama dengan pemuka/tokoh masyarakat yang telah peduli.

Dengan pendekatan ini diharapkan kelompok-kelompok tersebut menjadi peduli terhadap perilaku yang sedang diperkenalkan dan menyetujui atau mendukungnya. Bentuk dukungan ini dapat berupa kelompok tersebut bersedia juga mempraktikkan perilaku yang sedang diperkenalkan, mengadvokasi pihak-pihak yang terkait dan melakukan kontrol sosial terhadap individu-individu anggotanya.

c) Pendekatan Masyarakat Umum

Bina Suasana Masyarakat Umum dilakukan terhadap masyarakat umum dengan membina dan memanfaatkan media-media komunikasi, seperti radio, televisi, koran, majalah, situs internet, dan lain-lain, sehingga dapat tercipta pendapat umum yang positif tentang perilaku tersebut. Dengan pendekatan ini diharapkan :

1) Media-media massa tersebut menjadi peduli dan mendukung perilaku yang sedang diperkenalkan.

(19)

14

2) Media-media massa tersebut lalu bersedia menjadi mitra dalam rangka menyebar-luaskan informasi tentang perilaku yang sedang diperkenalkan dan menciptakan pendapat umum (opini publik) yang positif tentang perilaku tersebut.

3) Suasana atau pendapat umum yang positif ini akan dirasakan pula sebagai pendukung atau “penekan” (social pressure) oleh individu-individu anggota masyarakat, sehingga akhirnya mereka mau melaksanakan perilaku yang sedang diperkenalkan.

4. Metode Bina Suasana

Adapun metode dalam strategi bina suasana antara lain : a) Pelatihan b) Konferensi pers c) Dialog terbuka d) Penyuluhan e) Pendidikan f) Pertunjukkan tradisional.

g) Diskusi meja bundar (Round table discussiaon) h) Pertemuan berkala di desa

i) Kunjungan lapangan j) Studi banding k) Traveling seminar.

Untuk menjaga kelanggengan dan keseimbangan bina suasana diperlukan:

a) Forum komunikasi

b) Dokumen dan data yang up to date (selalu baru) c) Mengikuti perkembangan kebutuhan masyarakat

d) Hubungan yang terbuka, serasi dan dinamis dengan mitra e) Menumbuhkan kecintaan terhadap kesehatan

f) Memanfaatkan kegiatan dan sumber-sumber dana yang mendukung upaya pembudayaan perilaku hidup bersih dan sehat

(20)

15

g) Adanya umpan balik dan penghargaan D. Pemberdayaan Masyarakat

1. Konsep Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya atau proses untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat dalam mengenali, mengatasi, memelihara, melindungi dan meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri. Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan adalah upaya atau proses untuk menumbuhkan kesadaran kemauan dan kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan (Supardan, 2013).

Berdasarkan tinjauan istilah, konsep pemberdayaan masyarakat mencakup pengertian community development (pembangunan masyarakat) dan community-based development (pembangunan yang bertumpu pada masyarakat) dan tahap selanjutnya muncul istilah pembangunan yang digerakkan masyarakat (Sukandarrumidi, 2007).

Gerakan pemberdayaan masyarakat merupakan suatu upaya dalam peningkatan kemampuan masyarakat guna mengangkat harkat hidup, martabat dan derajat kesehatannya. Peningkatan keberdayaan berarti peningkatan kemampuan dan kemandirian masyarakat agar dapat mengembangkan diri dan memperkuat sumber daya yang dimiliki untuk mencapai kemajuan (Wahyudin, 2012).

Gerakan pemberdayaan masyarakat juga merupakan cara untuk menumbuhkan dan mengembangkan norma yang membuat masyarakat mampu untuk berperilaku hidup bersih dan sehat. Strategi ini tepatnya ditujukan pada sasaran primer agar berperan serta secara aktif.

(21)

16

2. Prinsip Pemberdayaan Masyarakat

Prinsipnya pemberdayaan masyarakat adalah menumbuhkan kemampuan masyarakat dari dalam masyarakat itu sendiri. Pemberdayaan masyarakat bukan sesuatu yang ditanamkan dari luar. Pemberdayaan masyarakat adalah proses memanpukan masyarakat dari oleh dan untuk masyarakat itu sendiri, berdasarkan kemampuan sendiri. Prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan : a) Menumbuh kembangkan potensi masyarakat

b) Mengembangkan gotong royong masyarakat c) Menggali kontribusi masyarakat

d) Menjalin kemitraan e) Desentralisasi

3. Langkah-Langkah Pemberdayaan Masyarakat a) Merancang keseluruhan program

Termaksud didalamnya kerangka waktu kegiatan,ukuran program,serta memberikan perhatian kepada kelompok masyarakat yang terpinggirkan. Perancangan program dilakukan menggunakan pendekatan partisipatoris, dimana antara agen perubahan (pemerintah dan LSM) dan masyarakat bersama-sama menyusun perencanaan.

Perencanaan partisipatoris (participatory planning) ini dapat mengurangi terjadinya konflik yang muncul antara dua pihak tersebut selama program berlangsung dan setelah program dievaluasi. Sering terjadi apabila sutu kegiatan berhasil, banyak pihak bahkan termaksud yang tidak berpartisipasi, berebut saling claim tentang peran diri maupun kelompoknya. Sebaliknya jika program tidak berhasil, individu maupun kelompok bahkan yang sebenarnya berkontribusi atas kegagalan tersebut, saling menyalahkan.

(22)

17

Perencanaan program pemberdayaan masyarakat harus memperhatikan adanya kelompok masyarakat yang terpinggirkan (termarginalisasi). Marginalisasi adalah sutu proses sejarah masyrakat yang kompleks,yang membuat mereka tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi berbagai kebutuhannya, tidak mempunyai akses yang memadai terhadap sumber daya. Oleh karenanya, untuk menghindari agar ini tidak semakin terpinggirkan, diperlukan perencanaan yang lebih komprehensif. b) Menetapkan tujuan

Tujuan promosi kesehatan biasanya dikembangkan pada tahap perencanaan dan bisanya berpusat pada mencegah penyakit, mengurangi kesakitan dan kematian dan manajemen gaya hidup melalui upaya perubahan perilaku yang secara spesifik berkaitan dengan kesehatan. Adapun tujuan pemberdayaan biasanya berpusat bagaimana masyarakat dapat mengontrol keputusannya yang berpengaruh pada kesehatan dan kehidupan masyarakatnya. c) Memilih strategi pemberdayaan

Pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses yang terdiri dari lima pendekatan, yaitu: pemberdayaan, pengembangan kelompok kecil, pengembangan dan penguatan pengorganisasian mayrakat, pengembangan dan penguatan jaringan antarorganisasi, dan tindakan politik. Strategi pemberdayaan meliputi: pendidikan masyarakat, mendorong tumbuhnya swadaya masyarakat sebagai pra-syarat pokok tumbuhnya tanggung jawab sebagai anggota masyarakat (community responsibility), fasilitasi upaya mengembangkan jejaring antar masyarakat, serta advokasi kepada pengambil keputusan (decision maker).

(23)

18

d) Implementasi strategi dan manajemen.

Implementasi strategi serta manajemen program pemberdayaan dilakukan dengan cara:

1) Meningkatkan peran serta pemercaya (stakeholder) 2) Menumbuhkan kemampuan pengenalan masalah 3) Mengembangkan kepemimpinan local

4) Membangun keberdayaan struktur organisasi 5) Meningkatkan mobilisasi sumber daya

6) Memperkuat kemampuan stakeholder untuk “bertanya mengapa?”,

7) Meningkatkan control stakeholder atas manajemen program 8) Membuat hubungan yang sepadan dengan pihak luar. e) Evaluasi program

Pemberdayaan masyarakat dapat berlangsung lambat dan lama, bahkan boleh dikatakan tidak pernah berhenti dengan sempurna. Sering terjadi, hal-hal tertentu yang menjadi bagian dari pemberdayaan baru tercapai beberapa tahun sesudah kegiatan selesai. Oleh karena itu, akan lebih tepat jika dievaluasi diarahkan pada proses pemberdayaannya daripada hasilnya.

4. Indikator Hasil Pemberdayaan Masyarakat a) Input

Input meliputi SDM, dana, bahan-bahan, dan alat-alat yang mendukung kegiatan pemberdayaan masyarakat.

b) Proses

Proses, meliputi jumlah penyuluhan yang dilaksanakan, frekuensi pelatihan yang dilaksanakan, jumlah tokoh masyarakat yang terlibat, dna pertemuan-pertemuan yang dilaksanakan.

(24)

19

c) Output

Output, meliputi jumlah dan jenis usaha kesehatan yang bersumber daya masyarakat, jumlah masyarakat yang telah meningkatkan pengetahuan dari perilakunya tentang kesehatan, jumlah anggota keluarga yang memiliki usaha meningkatkan pendapatan keluarga, dan meningkatnya fasilitas umum di masyarakat.

d) Outcome

Outcome dari pemberdayaan masyarakat mempunyai kontribusi dalam menurunkan angka kesakitan, angka kematian, dan angka kelahiran serta meningkatkan status gizi kesehatan.

(25)

20

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Strategi Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan adalah proses membuat orang mampu meningkatkan kontrol dam memperbaiki kesehatan individu. Tujuan utama pendidikan kesehatan adalah agar orang mampu menerapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri.

2. Strategi Advokasi

Oleh karena konsep perubahan yang terjadi pada individu dan masyarakat juga dipengaruhi oleh kebijakan maupun perubahahn organisasi, dan politik bahkan faktor ekonomi, maka lingkungan yang mendukung perubahan prilaku menjadi penting. Oleh karena itu, advokasi sebagai salah satu strategi promosi kesehatan untuk mendukung perubahan perilaku individu maupun masyarakat menjadi penting. Advokasi pada hakekatnya adalah bekerja dengan dan organisasi untuk membuat suatu perubahan, suatu proses dimana orang terlibat dalam proses pembuatan keputusan yang mempengaruhi kehidupan mereka.

3. Bina Suasana

Bina suasana adalah upaya menciptakan opini atau lingkungan sosial yang mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan atau bina suasana sama juga dengan dukungan sosial adalah ketersediaan sumber daya yang memberikan kenyamanan fisik dan psikologis sehingga kita dapat melaksanakan kehidupan dengan baik, dukungan sosial ini adalah orang lain yang berinteraksi dengan petugas. Contoh nyata adalah dukungan sarana dan prasarana ketika kita akan melakukan promosi kesehatan atau informasi yang memudahkan kita atau dukungan

(26)

21

emosional dari masyarakat sehingga promosi yang diberikan lebih diterima. Ada 3 pendekatan bina suasana antara lain ;

a) Pendekatan individu b) Pendekatan kelompok

c) Pendekatan masyrakat umum 4. Pemberdayaan Masyarakat

Gerakan pemberdayaan masyarakat merupakan suatu upaya dalam peningkatan kemampuan masyarakat guna mengangkat harkat hidup, martabat dan derajat kesehatannya.

B. Saran

Sebaiknya didalam pelaksanaan praktikum ini waktu yang digunakan dengan baik agar praktikum berjalan sesuai dengan yang diinginkan. Dan juga praktikum harus sesuai dengan prosedur agar tidak terjadi kesalahan.

(27)

22

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Zaidin. 2000. Dasar-dasar pendidikan kesehatan masyarakat, ed. 1.

Soekidjo, Notoadmodjo. 2002, Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Andi Offset, Yogyakarta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat ; Prinsip-prinsip Dasar. Jakarta : Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu Dan Seni. Jakarta : Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Promosi Keseatan Teori dan Aplikasi. Jakarta : Rineka Cipta.

Setiawati, Dermawan. 2008. Proses Pembelajaran Dalam Pendidikan Kesehatan. Jakarta; Trans Info Media.

(28)

23

Formulir Penilaian Praktik Mandiri Strategi Promosi Kesehatan

No. Aspek yang Dinilai Bobot

Nilai

YA TIDAK

1. Praktik Strategi Pendidikan Kesehatan 25

2. Praktik Strategi Advokasi 25

3. Praktik Bina Suasana 25

4. Praktik Pemberdayaan Masyarakat 25

Referensi

Dokumen terkait

Pada jam kedua kecepatan diku- rangi menjadi setengahnya, demikian seterusnya, setiap jam kecepatan menjadi setengah kecepatan jam sebelum- nya?. Berapa km kah jarak terjauh yang

Setelah melakukan analisis terhadap data yang diperoleh pada penelitian ini, diperoleh bahwa efikasi diri berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar

Kajian ini telah menunjukkan bahawa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tahap tekanan kerja dengan komitmen dan kepuasan kerja dalam kalangan guru-guru

Pada tahun 2016 di Rumah Sakit Bhayangkara Anton Soedjarwo Pontianak masih belum memiliki fasilitas yang baik untuk menunjang pelayanan PONEK, yaitu belum adanya

Hasil data output yang sama dari pengujian Simulink dan pengujian pada DSK membuktikan bahwa model simulasi baseband PLC yang dibuat telah berhasil diterapkan pada

maka hal itu perlu dipertahankan atau bahkan ditekan lagi sehingga tidak ada sama sekali prokrastinasi kerja, yakni dengan cara membiasakan pegawai untuk segera

Agreement adalah perjanjian menyangkut kerjasama antara dua negara atau lebih untuk mengurangi hambatan perdagangan (seperti kuota impor dan tarif) dan untuk.. 7 untuk

Untuk mendiagnosis apendisitis kronis paling tidak harus ditemukan 3 hal yaitu (1) pasien memiliki riwayat nyeri kuadran kanan bawah abdomen selama paling sedikit 3 minggu