• Tidak ada hasil yang ditemukan

Zaman Pra- Aksara masa Food Producing

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Zaman Pra- Aksara masa Food Producing"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Zaman

Pra-Aksara masa

Food Producing

Syayyidati Aulia

Masa food producing adalah masa dimana manusia purba telah bertempat tinggal menetap dan menghasilkan makanan (mengumpulkan makanan), food producing merupakan evolusi dari food gathering.

(2)

Zaman Pra-Aksara masa Food Producing

Masa bercocok tanam atau Food Producing lahir melalui proses yang panjang dan tak lepas dari usaha manusia prasejarah dalam memenuhi kebutuhan hidupnya pada masa-masa sebelumnya. Masa neolithik sangat penting dalam sejarah perkembangan masyarakat dan peradaban, karena pada masa ini beberapa penemuan baru berupa penguasaan sumber-sumber alam bertambah cepat. Penghidupan mengumpulkan makanan (food gathering) berubah menjadi menghasilkan makanan (food producing).

Perkembangan volume otak manusia purba mendorong untuk berpikir lebih maju dari pada sebelumnya. Dengan kemajuan berpikir, perilaku merekapun lebih teratur. Pada masa ini manusia purba telah bertempat tinggal menetap, meski suatu saat berpindah. Ketika bertempat tinggal dalam waktu yang relatif lama, mereka menyiapkan persediaan makanan untuk satu waktu tertentu.

Kehidupan bercocok tanam pertama kali dikenal manusia purba adalah berhuma. Berhuma adalah bercocok tanam dengan cara membersihkan hutan dan kemudian menanaminya. Setelah tanahnya tidak subur, mereka mencari lahan yang baru untuk ditanami. Setelah berhuma, mulailah mereka bercocok tanam dan beternak. Jenis-jenis tanaman pertama yang mereka tanam adalah ubi, sukun, keladi dan pisang. Memelihara hewan bertujuan agar mereka tak perlu lagi berburu binatang liar. Kehidupan inilah yang disebut dengan food producing atau menghasilkan makanan (mengumpulkan makanan) sebagai dari evolusi food gathering. Melalui bercocok tanam, manusia purba saling mengenal satu sama lain dan hubungan bermasyarakat semakin erat. Ini terjadi dalam memennuhi kebutuhannya, mereka dituntut untuk selalu bekerja sama, bergotong royong.

(3)

Dari teori Kern dan teori Von Heine-Geldern diketahui bahwa nenek moyang bangsa Austronesia, yang mulai datang di kepulauan kita kira-kira 2000 tahun S.M ialah pada zaman neolithik. Kebudayaan ini mempunyai dua cabang ialah cabang kapak persegi yang penyebarannya dari dataran Asia melalui jalan barat dan peninggalannya terutama terdapat di bagian barat Indonesia dan kapak lonjong yang penyebarannya melalui jalan timur dan peninggalan-peninggalannya merata dibagian timur negara kita. Pendukung kebudayaan neolithik (kapak persegi) adalah bangsa Austronesia dan gelombang perpindahan pertama tadi disusul dengan perpindahan pada gelombang kedua yang terjadi pada masa perunggu kira-kira 500 S.M. Perpindahan bangsa Austronesia ke Asia Tenggara khususnya dengan memakai jenis perahu cadik yang terkenal pada masa ini.

Revolusi kehidupan manusia dari food gathering {penyediaan alam} ke food producing dapat dibuktikan dengan beberapa hal yang disampaikan seorang ahli purbakala Dr.Brandes. Dr.Brandes mengemukakan bahwa sebelum kedatangan pengaruh Hindu-Budha,di Indonesia telah terdapat sepuluh unsur pokok dalam kehidupan asli masyarakat Indonesia.

Unsur pokok dalam kehidupan asli masyarakat Indonesia sebagai berikut.

a. Kemampuan Berlayar

Pembawa kebudayaan neolitikum ke Indonesia adalah ras bangsa Austronesia yang menjadi nenek moyang bangsa Indonesia.Mereka datang ke Indonesia dengan menggunakan perahu bercadik,satu ciri perahu bangsa Indonesia adalah penggunaan cadik,yaitu alat dari bambu dan kayu yang dipasang di kanan kiri perahu agar tidak mudah oleng.

b. Mengenal Astronomi

Pengetahuan Astronomi diperlukan untuk pelayaran.Mereka menggunakan rasi bintang pari {sebutan para nelayan }atau bintang gubug penceng untuk melakukan pelayaran .Untuk mengetahui datangnya musim bagi keperluan pertanian diperlukan bintang-bintang,seperti bintang beruang besar yang disebut bintang waluku yang berarti bintang bajak.

c. Kepandaian Bersawah

Bangsa Indonesia sejak zaman neolitikum telah bertempat tinggal tetap .Dengan hidup menetap mendorong mereka untuk hidup sebagai food producing .Dalam bidang pertanian

(4)

pada awalnya dilakukan dengan sistem ladang ,namun untuk lebih meningkatkan hasil pertanian digunakan sistem sawah.

d. aktifitas perdagangan

Kehiupan agraris yang ditimbulkan dari menetapnya tempat tinggal manusia purba, menyebabkan adanya ketergantungan diantara mereka diantaranya adalah ketergantungan akan hasil bumi yang tak dimiliki seseorang atau suatu keluarga. Maka dari itu membutuhkan orang lain yang memiliki hasil bumi yang diperlukannya itu.

Pada masa ini diduga telah tumbuh perdagangan dengan jalan tukar menukar barang (barter) yang diperlukan. Sistem ini merupakan pola yang sangat primitf. Dari aktifitas barter, terbentuklah kelompok yanng khusus menjalankan aksi barter dan berdiam disebuah tempat yang telah disepakati bersama, yakni di pasar tradisional. Dalam hal ini sebagai alat berhubu ngan diperlukan adanya bahasa. Para ahli berpendapat bahwa bahasa Indonesia pada masa ini adalah Melayu Polinesia atau dikenal dengan sebagai bahasa Austronesia

e. Mengatur Masyarakat

Dengan adanya kehidupan berkelompok yang sudah menetap perlu diadakan aturan masyarakat .Untuk itu diperlukan seorang pemimpin yang dianggap mempunyai kemampuan lebih {primus interpares}dan dapat melindungi masyarakat dari ganguan ,baik dari dalam maupun dari luar,serta dapat mengatur masyarakat dengan baik.

f. Seni Batik

Batik merupakan kerajinan membuat gambar pada kain dengan alat yang disebut canting.

g. Kesenian Wayang

Dalam kehidupan yang telah menetap dan teratur dapat diciptakan kesenian-kesenian yang lebih tinggi nilainya,seperti kesenian wayang yang berpangkal pada pemujaan roh nenek moyang.Setelah pengaruh Hindu masuk ke Indonesia,kisah nenek moyang dan nasihat diganti dengan cerita dari Mahabarata dan Ramayana yang lebih menarik.

(5)

h. Sistem Macapat

Macapat artinya tata cara yang didasarkan pada jumlah empat dengan pusat terletak di tengah.

i. Membuat Kerajinan

Sambil menunggu hasil panen,ada waktu luang yang dimanfaatkan untuk membuat kerajinan tangan,seperti membuat gerabah,manik-manik,pakaian dari kulit kayu/kerang,anyaman dan perhiasan.Bahkan pada zaman logam usaha kerajinan perundagian semakin berkembang.

j. Seni Gamelan

Agar pertunjukan kesenian wayang dapat dimainkan dengan baik dan menarik,maka perlu dibantu oleh gamelan sebagai alat musik. Alat gamelan tersebut seperti gong, bonang, gambang, rebab, saron, dan gendang.

k. Teknologi

Dalam perkembangan teknologi awal ini ,masyarakat Indonesia mulai mengenal benda atau peralatan yang berasal dari logam,berupa logam campuran yang disebut dengan logam perunggu yang merupakan logam campuran antara logam tembaga dan

timah.Masyarakat pada waktu itu telah mengenal teknik-teknik pengolahan logam.Teknik tersebut adalah Teknik Bivalve (Setangkap) dan Teknik A Cire Perdue (Cetakan Licin)

Semakin lama pola bercocok tanam dan berternak semakin berkembang. Terdorong oleh pergeseran kebutuhan dari semula menanam umbi-umbian menjadi menanam padi, membuat perkakas yang semakin efektif dan efisien. Jenis manusia yang mendiami Nusantara kecuali di Sulawesi Selatan adalah Austramelanesoid tetapi berdasarkan temuan rangka mulai ban-kao (muangthai), goa cha (Malaysia) Cacang (Bali) semua menunjukkan ciri mongoloid. Sedangkan Indonesia bagian Timur (kecuali Sulawesi Selatan) menunjukkan ciri Austramenanesoid. Jadi dapat disimpulkan bahwa pada masa bercocok tanam wilayah Indonesia bagian barat didiami oleh jenis mongoloid sedangkan bagian timur Austramelanesoid. Kira-kira 2000 tahun lalu terjadi penyebaran suku proto melayu dari India Belakang menuju pulau-pulau bagian barat seperti Sumatera,Jawa dan Kalimantan.

Hasil – hasil temuan yang menunjukkan perkakas saat itu adalah kapak persegi, kapak lonjong, mata panah, gerabah dan perhiasan.

(6)

Kapak persegi: diduga dipergunakan dalam upacara; banyak ditemukan di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Semenanjung Melayu, dan beberapa daerah di Asia Tenggara.

Kapak lonjong: umumnya terbuat dari batu kali yang berwarna kehitam-hitaman; dibuat dengan cara diupam hingga halus; ditemukan di daerah Maluku, Papua, Sulawesi Utara, Filipina, Taiwan, Cina.

Mata panah: digunakan sebagai alat berburu dan menangkap ikan; untuk menangkap ikan mata panahnya dibuat bergerigi dan terbuat dari tulang, mata panah untuk menangkap ikan ini banyak ditemukan di dalam goa-goa di pinggir sungai; orang Papua kini masih menggunakan mata panah untuk menangkap ikan dan berburu, namun terbuat dari kayu.

(7)

Gerabah: terbuat dari tanah liat yang dibakar; digunakan sebagai tempat menyimpan benda-benda perhiasan; biasanya dihiasi motif-motif hias yang indah.

Perhiasan: terbuat dari tanah liat, batu kalsedon, yaspur, dan agat; dapat berwujud kalung, gelang, anting-anting; bila seseorang meninggal maka ia akan dibekali perhiasan di dalam kuburannya.

Pemujaan terhadap roh atau arwah leluhur tidak hanya terdapat di Indonesia, namun juga hampir di seluruh dunia. Pemujaan ini berawal dari anggapan manusia terhadap kekuatan alam. Tanah, air, udara, dan api dianggap sebagai unsur pokok dalam kehidupan semesta. Semua itu diatur dan dijaga oleh suatu kekuatan, kepercayaan inilah yang menyebabkan munculnya sosok roh setelah mati.

(8)

Sistem kepercayaan masa bercocok tanam ini merupakan kelanjutan dari kepercayan masa sebelumnya. Pada masa bercocok tanam ini manusia purbanya telah mengenal anggapan bahwa roh manusia setelah mati dianggap tidak hilang, melainkan berada di alam lain yang tidak berada jauh dari tempat tinggalnya dahulu. Dengan demikian, karena sewaktu-waktu roh yang bersangkutan dapat dipanggil kembali bila dimintakan bantuannya. Untuk itu, pada saat seorang mati dikuburkan maka ia dibekali dengan bermacam-macam keperluan sehari-hari, seperti perhiasan dan periuk.

Untuk orang-orang terkemuka (kepala suku atau kepala adat), kuburannya dibuat agak istimewa, terlihat dari bentuknya yang terdiri atas batu-batu besar, seperti sarkofagus, peti batu, menhir, dolmen, punden berundak-undak. Masa di mana mulai dibangunnya bangunan-bangunan dari batu ini disebut juga era Megalitikum.

Menhir. Menhir merupakan tugu batu yang tegak, tempat pemujaan terhadap arwah leluhur. Menhir ini banyak ditemukan di Sumatera, Sulawesi Tengah, serta Kalimantan. Di daerah Belubus, Kecamatan Guguk, Kabupaten Limapuluh Koto, Sumatera Barat, terdapat menhir yang tingginya 125 cm, berbentuk seperi gagak pedang, baguan lengungannya menghadap Gunung Sago.

Sarkofagus. Sarkofagus adalah peti jenazah yang terbuat dari batu bulat (batu tunggal). Sarkofagus ini banyak ditemukan di daerah Bali. Sarkofagus di Bali masih diangap keramat dan magis oleh masyarakat sekitar.

(9)

Dolmen. Dolmen adalah meja batu tempat meletakkan sesaji yang akan dipersembahkan kepada arwah nenek moyang. Di bawah dolmen ini biasanya ditemukan kuburan batu.

Kuburan atau Peti Batu. Kuburan batu adalah peti jenazah yang terbuat dari batu pipih. Kuburan batu ini banyak ditemukan di daerah Kuningan, Jawa Barat, dan Nusa Tengggara.

(10)

Punden Berundak-undak. Punden berundak-undak adalah bangunan suci tempat pemujaan terhadap roh nenek moyang yang dibuat dalam bentuk bertingkat-tingkat atau berundak-udak. Bangunan ini banyak ditemukan di daerah Lebak Si Bedug, Banten Selatan.

Kehidupan masyarakat pada masa bercocok tanam dan menetap memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

a. Sudah mengenal bercocok tanam secara baik.

b. Sudah mampu mengolah bahan makan sendiri sesuai dengan kebutuhan

mereka{menghasilkan makanan/food producing}.Di samping berburu dan menangkap ikan ,mereka juga telah memelihara binatang-binatang jinak,seperti anjing,babi,dan kerbau.Binatang-binatang tersebut selain untuk keperluan konsumsi juga dapat dipakai sebagai binatang korban.

c. Sudah mempunyai tempat tinggal yang menetap secara mantap.

d. Peralatan yang dibuat dari batu lebih halus dan bermacam-macam seperti

kapak,tombak,panah,dan lain-lain.Selain peralatan,mereka juga berhasil membuat perhiasan dari gelang-gelang dan biji-biji kalung dari batu.

e. Peradaban mereka sudah lebih maju ,alat-alat rumah tangga dibuat lebih baik dan mereka telah mengerti seni.

Referensi

Dokumen terkait

– Berperan sebagai pelabuhan internasional hub yang melayani angkutan alih muat (transhipment) peti kemas nasional dan internasional dengan skala pelayanan transportasi laut dunia..

Pendeteksian pada penelitian ini juga dapat menghasilkan jumlah clusters yang lebih sedikit dengan akurasi RI yang lebih tinggi dibandingkan dengan hasil

Jenis data yang terdapat pada penelitian ini adalah jenis data kualitatif yaitu data yang tidak berbentuk angka. Data kualitatif tersebut.. berupa data-data

Misalnya jika kita ingin membuat sebuah halaman yang berbeda dengan halaman lainnya dari website kita, kita dapat menambahkan class pada halaman tersebut untuk

Rauh ring tengahin margi raris mapanggih utawi macunduk sareng anak lanang sane mawasta I Babah Sampik saking Bociu Negari, ujut tatujone pateh ring Nyonyah

A - Membekal dan memasang semua bahan mengikut spesifikasi standard JKR secara pendawaian permukaan atau terbenam dengan menggunakan kabel PVK

1.3.3 Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Optimisme Orang tua yang Memiliki Anak Penyandang Tunagrahita. Dukungan sosial sangat dibutuhkan oleh siapapun

Dalam peneliitan ini, penulis sengaja menampilkan sisi yang lain dan beda dari apa yang dikenal dari sosok Muhammad Natsir yang hanya dikenal sebagai tokoh