• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

 Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Bali bulan September 2016 tercatat meningkat sebesar 0,74 persen, dari 106,66 pada bulan Juli 2016, menjadi 107,44. Dari sisi indeks yang diterima petani (It), tercatat kenaikan sebesar 1,14 persen, dari 129,66 di bulan sebelumnya menjadi 131,14. Sementara dari sisi indeks yang dibayar petani (Ib), tercatat naik sebesar 0,40 persen, dari 121,57 menjadi 122,06.

 Pada bulan September 2016, dari lima subsektor, Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat tercatat sebagai satu-satunya yang mengalami penurunan NTP, yaitu sebesar 0,08 persen. Sementara itu, Subsektor Tanaman Pangan, Hortikultura, Peternakan dan Perikanan tercatat mengalami kenaikan masing-masing sebesar 0,21 persen, 0,89 persen, 1,51 persen, dan 0,33 persen.

 NTP Nasional bulan September 2016 mencapai 102,02, mengalami kenaikan sebesar 0,45 persen terhadap bulan sebelumnya yaitu 101,56. Kenaikan ini secara umum didorong oleh indeks harga yang diterima petani (It) yang naik sebesar 0,73 persen, sedangkan indeks harga yang dibayar petani (Ib) mengalami kenaikan yang lebih rendah, yaitu 0,28 persen.

 Berdasarkan Indeks Harga Konsumen Perdesaan (IHKP) September 2016, daerah pedesaan di Bali tercatat mengalami inflasi sebesar 0,44 persen terhadap bulan sebelumnya. Di sisi lain, inflasi perdesaan di tingkat nasional tercatat sebesar 0,32 persen.

 Bulan September 2016, sebanyak 6 provinsi tercatat mengalami deflasi dan 27 provinsi tercatat mengalami inflasi. Deflasi terbesar tercatat di Provinsi Gorontalo dan Sulawesi Utara mencapai 0,31 persen sedangkan terendah tercatat di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Papua Barat sebesar 0,10 persen. Di sisi lain, Inflasi tertinggi tercatat di Provinsi Nanggroe Aceh Darusalam (0,94 persen) dan terendah di Provinsi Kalimantan Barat (0,03 persen).

No. 67/10/51/Th. X, 3 Oktober 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

SEPTEMBER 2016, NTP BALI NAIK 0,74 PERSEN

NTP (Farmers Term of Trade) merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian terhadap barang dan jasa yang diperlukan petani untuk konsumsi rumahtangganya maupun untuk biaya produksi produk pertanian. Nilai Tukar Petani (NTP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani (dalam persentase). Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani.

Pada bulan September 2016 Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Bali tercatat mengalami kenaikan sebesar 0,74 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 106,66, menjadi 107,44. Dari sisi indeks yang diterima petani (It), tercatat kenaikan sebesar 1,14 persen, dari 129,66 di bulan sebelumnya menjadi 131,14. Sementara dari sisi indeks yang dibayar petani (Ib), tercatat kenaikan sebesar 0,40 persen, dari 121,57 menjadi 122,06.

(2)

1.

NTP Subsektor

a.

Subsektor Tanaman Pangan (Padi & Palawija/NTP-P)

NTP Subsektor Tanaman Pangan (NTP-P) pada bulan September 2016 tercatat mengalami kenaikan dibandingkan dengan bulan sebelumya, yaitu dari 96,53 menjadi 96,73 atau naik sebesar 0,21 persen. NTP Subsektor Tanaman Pangan masih berada dibawah nilai 100, yang berarti nilai yang diterima dari hasil pertanian tanaman pangan tidak mampu mencukupi kebutuhan konsumsi rumah tangga dan biaya produksinya.

Indeks harga yang diterima petani (It) pada subsektor Tanaman Pangan naik sebesar 0,61 persen. Kenaikan ini terjadi pada kelompok Padi sebesar 0,27 persen dan kelompok palawija sebesar 1,47 persen. Sementara itu, indeks harga yang dibayar petani (Ib) tercatat mengalami kenaikan sebesar 0,40 persen. Kenaikan pada Ib dipengaruhi oleh naiknya Indeks Harga Konsumsi Rumah Tangga (IHKP) dan indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) masing-masing sebesar 0,42 persen dan 0,31 persen.

b.

Subsektor Hortikultura (NTP-H)

NTP Subsektor Hortikultura (NTP-H) mengalami kenaikan pada bulan September 2016, yaitu sebesar 0,89 persen dari 105,71 pada bulan lalu menjadi 106,64. Kenaikan ini terjadi karena indeks yang diterima petani (It) mengalami kenaikan sebesar 1,24 persen, sedangkan indeks harga yang harus dibayar oleh petani (Ib) naik sebesar 0,35 persen. Kenaikan yang terjadi pada It dipengaruhi oleh naiknya harga di semua kelompok komoditas meliputi sayur-sayuran (0,41 persen), buah-buahan (1,65 persen), dan tanaman obat (2,87 persen). Adanya kenaikan pada kelompok buah-buahan dan tanaman obat kiranya disebabkan oleh kebutuhan akan komoditas tersebut yang meningkat pada bulan September seiring adanya hari raya Galungan dan Kuningan di Bali. Beberapa komoditas yang memberikan andil naiknya It, antara lain petsai/sawi, salak, ketimun, cabai rawit, tomat dan kol/kubis. Sementara itu, kenaikan yang terjadi pada Ib disebabkan oleh naiknya indeks konsumsi rumah tangga dan indeks BPPBM masing-masing sebesar 0,41 persen dan 0,17 persen.

c.

Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTP-Pr)

NTP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTP-Pr) pada bulan September 2016 kembali tercatat mengalami penurunan, yaitu sebesar 0,08 persen dari 105,46 menjadi 105,38. Secara umum, turunnya NTP-Pr dipicu oleh indeks yang diterima petani (It) yang naik sebesar 0,38 persen, sedangkan indeks yang dibayar petani (Ib) mengalami kenaikan yang lebih tinggi, yaitu 0,46 persen. Beberapa komoditas perkebunan yang memberikan andil atas It di subsektor ini yaitu kelapa. Di sisi lain, kenaikan pada Ib dipengaruhi oleh naiknya indeks konsumsi rumah tangga dan indeks BPPBM masing-masing sebesar 0,51 persen dan 0,31 persen.

(3)

Tabel 1

Nilai Tukar Petani Provinsi Bali dan Perubahannya Menurut Subsektor Agustus 2016 - September 2016 (2012=100)

Subsektor Bulan Persentase

Agustus 2016 September 2016 Perubahan

(1) (2) (3) (4)

1. Tanaman Pangan (NTP-P) 96.53 96.73 0.21

a. Indeks Diterima Petani 121.17 121.91 0.61

- Padi 116.59 116.90 0.27

- Palawija 134.55 136.53 1.47

b. Indeks Dibayar Petani 125.52 126.03 0.40

- Indeks Konsumsi Rumahtangga 126.81 127.34 0.42

- Indeks BPPBM 119.59 119.97 0.31

2. Hortikultura (NTP-H) 105.71 106.64 0.89

a. Indeks Diterima Petani 129.77 131.38 1.24

- Sayur-sayuran 143.14 143.72 0.41

- Buah-buahan 123.91 125.95 1.65

- Tanaman Obat 118.71 122.12 2.87

b. Indeks Dibayar Petani 122.77 123.19 0.35

- Indeks Konsumsi Rumahtangga 125.64 126.14 0.41

- Indeks BPPBM 114.97 115.17 0.17

3. Tanaman Perkebunan Rakyat (NTP-Pr) 105.46 105.38 -0.08

a. Indeks Diterima Petani 128.55 129.04 0.38

- Tanaman Perkebunan Rakyat (TPR) 128.55 129.04 0.38

b. Indeks Dibayar Petani 121.89 122.45 0.46

- Indeks Konsumsi Rumahtangga 126.19 126.83 0.51

- Indeks BPPBM 108.97 109.32 0.31

4. Peternakan (NTP-Pt) 115.98 117.73 1.51

a. Indeks Diterima Petani 136.41 139.04 1.92

- Ternak Besar 142.09 145.54 2.43

- Ternak Kecil 129.28 130.84 1.21

- Unggas 135.03 135.15 0.09

- Hasil Ternak 120.56 122.57 1.67

b. Indeks Dibayar Petani 117.62 118.10 0.41

- Indeks Konsumsi Rumahtangga 126.07 126.62 0.43

- Indeks BPPBM 110.21 110.64 0.38

5. Perikanan (NTP-Pi) 102.22 102.56 0.33

a. Indeks Diterima Petani 126.22 127.09 0.69

- Tangkap 138.19 139.29 0.80

- Budidaya 108.46 108.99 0.49

b. Indeks Dibayar Petani 123.48 123.92 0.36

- Indeks Konsumsi Rumahtangga 130.48 131.14 0.51

- Indeks BPPBM 109.95 109.96 0.02

NTP Gabungan 106.66 107.44 0.74

a. Indeks Diterima Petani 129.66 131.14 1.14

b. Indeks Dibayar Petani 121.57 122.06 0.40

- Indeks Konsumsi Rumahtangga 126.22 126.78 0.44

(4)

d.

Subsektor Peternakan (NTP-Pt)

Subsektor Peternakan terdiri atas ternak besar, ternak kecil, unggas, dan hasil ternak. NTP Subsektor Peternakan (NTP-Pt) pada bulan September 2016 tercatat mengalami kenaikan sebesar 1,51 persen, dari 115,98 menjadi 117,73. Secara umum kenaikan ini disebabkan oleh indeks harga yang diterima petani (It) yang naik sebesar 1,92 persen, sementara indeks harga yang dibayar petani (Ib) naik sebesar 0,41 persen. Terjadinya kenaikan It dipicu oleh naiknya harga pada kelompok ternak besar, ternak kecil, unggas dan hasil ternak masing-masing sebesar 2,43 persen, 1,21 persen, 0,09 persen dan hasil ternak 1,67 persen. Secara umum, beberapa komoditas peternakan yang mendorong kenaikan It, antara lain sapi potong, babi, ayam buras, telur ayam ras, dan kambing. Di sisi lain, kenaikan pada Ib dipicu oleh naiknya indeks konsumsi rumah tangga dan indeks BPPBM masing-masing sebesar 0,43 persen dan 0,38 persen.

e.

Subsektor Perikanan (NTP-Pi)

Subsektor Perikanan mencakup kegiatan perikanan tangkap dan budidaya perikanan. Pada bulan September 2016, NTP Subsektor Perikanan masih mengalami kanaikan, yaitu sebesar 0,33 persen, dari 102,22 menjadi 102,56. Kenaikan ini terjadi karena indeks harga yang diterima petani (It) mengalami kenaikan sebesar 0,69 persen sedangkan indeks harga yang dibayar petani (Ib) naik sebesar 0,36 persen. Kenaikan It dipicu oleh naiknya harga-harga pada kelompok perikanan tangkap sebesar 0,80 persen sedangkan kelompok budidaya perikanan tercatat naik sebesar 0,49 persen. Secara umum, beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga, antara lain rumput laut, cumi-cumi, tongkol, lemuru, kerapu, cakalang, dan tuna . Sementara itu, kenaikan pada Ib didorong oleh naiknya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,51 persen dan indeks BPPBM sebesar 0,02 persen.

2.

Perbandingan Terhadap Angka Nasional

Pada bulan September 2016, NTP gabungan secara nasional sebesar 102,02 yang mengalami kenaikan sebesar 0,45 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Secara umum, kenaikan tersebut terjadi karena indeks harga yang diterima petani (It) nasional mengalami kenaikan sebesar 0,73 persen, sedangkan indeks harga yang dibayar petani (Ib) tercatat mengalami kenaikan yang lebih rendah, yaitu sebesar 0,28 persen. Jika dibandingkan dengan NTP Gabungan secara nasional, NTP Bali masih berada di atas NTP Gabungan secara nasional.

Tabel 2

Nilai Tukar Petani Provinsi Bali dan Nasional serta Persentase Perubahannya, Agustus 2016 - September 2016 (2012=100)

Indeks Provinsi Bali Nasional

Agustus 2016 September 2016 % Agustus 2016 September 2016 %

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Indeks yang Diterima Petani 129.66 131.14 1.14 126.16 127.07 0.73 Indeks yang Dibayar Petani 121.57 122.06 0.40 124.22 124.56 0.28

NTP 106.66 107.44 0.74 101.56 102.02 0.45

3.

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP)

(5)

Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) dari komponen Ib, NTUP dapat lebih mencerminkan margin usaha pertanian, karena yang dibandingkan hanya produksi dengan biaya produksinya.

Kondisi NTUP September 2016 tercatat mengalami kenaikan sebesar 0,84 persen, dari 114,65 pada bulan sebelumnya menjadi 115,62. Kenaikan NTUP terjadi pada semua subsektor, yaitu Tanaman Pangan (0,30 persen), Hortikultura (1,06 persen), Tanaman Perkebunan Rakyat (0,07 persen), Peternakan (1,53 persen), dan Perikanan (0,68 persen). Informasi NUTP secara lebih lengkap terjadi pada table 3 dibawah ini.

Tabel 3

Nilai Tukar Usaha Pertanian per Subsektor dan Persentase Perubahannya, Agustus 2016 - September 2016 (2012 = 100)

Subsektor Bulan Persentase Perubahan

Agustus 2016 September 2016

(1) (2) (3) (4)

1. Tanaman Pangan 101.32 101.62 0.30

2. Hortikultura 112.88 114.07 1.06

3. Tanaman Perkebunan Rakyat 117.96 118.04 0.07

4. Peternakan 123.77 125.67 1.53

5. Perikanan 114.80 115.57 0.68

NTUP Bali 114.65 115.62 0.84

4.

Indeks Harga Konsumen Perdesaan

Indeks Harga Konsumen Perdesaan (IHKP) dapat ditunjukkan oleh Indeks Harga Konsumsi Rumahtangga Petani yang merupakan komponen dalam Indeks Harga yang Dibayar Petani. IHK perdesaan terdiri dari 7 (tujuh) kelompok pengeluaran, yaitu kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi, kelompok perumahan, kelompok sandang, kelompok kesehatan, kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga, serta kelompok transportasi dan komunikasi.

Perubahan IHK perdesaan mencerminkan angka inflasi/deflasi di wilayah perdesaan. Secara nasional terjadi inflasi perdesaan sebesar 0,32 persen. Berdasarkan pengamatan Indeks Konsumsi Rumah Tangga Petani di perdesaan pada bulan September 2016, tercatat 6 provinsi mengalami deflasi dan 27 provinsi tercatat mengalami inflasi. Deflasi terbesar tercatat di Provinsi Gorontalo dan Sulawesi Utara mencapai 0,31 persen sedangkan terendah tercatat di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Papua Barat sebesar 0,10 persen. Di sisi lain, Inflasi tertinggi tercatat di Provinsi Nanggroe Aceh Darusalam (0,94 persen) dan terendah di Provinsi Kalimantan Barat (0,03 persen).

(6)

Grafik 1

Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan (IHKP) Menurut Provinsi di Indonesia, September 2016

Pada September 2016, Provinsi Bali mengalami inflasi perdesaan sebesar 0,44 persen yang disebabkan oleh naiknya rata-rata harga pada semua kelompok komoditas, mulai dari bahan makanan 0,74 persen, makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 0,34 persen, perumahan 0,18 persen, sandang 0,39 persen, kesehatan 0,37 persen, pendidikan, rekreasi, dan olah raga 0,15 persen, sera transportasi dan komunikasi 0,12 persen.

Secara umum, komoditas penyumbang inflasi pada bulan September 2016, antara lain beras, bawang putih, bawang merah, minyak goreng, pisang, daging babi, dan rokok putih filter. Selanjutnya persentase perubahan indeks harga konsumen perdesaan menurut kelompok komoditas dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4

Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan Provinsi Bali dan Nasional, September 2016

Kelompok Perubahan IHK Perdesaan (%)

Bali Nasional

(1) (2) (3)

Bahan Makanan 0.74 0.44

Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau 0.34 0.34

Perumahan 0.18 0.16

Sandang 0.39 0.23

Kesehatan 0.37 0.33

Pendidikan, Rekreasi, dan Olah Raga 0.15 0.10

Transportasi dan Komunikasi 0.12 0.09

(7)

5.

Harga Gabah Bulan September 2016 Turun

Berdasarkan hasil pencatatan harga gabah di 7 kabupaten, yaitu Jembrana, Tabanan, Badung, Gianyar, Klungkung, Karangasem dan Buleleng selama bulan September 2016, harga gabah (GKP) di tingkat petani mengalami penurunan sebesar 1,34 persen, dari Rp 4.352,91 per kg pada bulan sebelumnya menjadi Rp 4.294,60 per kg. Sementara itu, rata-rata harga GKP di tingkat penggilingan turun sebesar 1,17 persen dari Rp 4.418,13 per kg menjadi Rp 4.366,42 per kg.

Grafik 2

Perkembangan Rata-rata Harga Gabah (GKP) di Tingkat Petani dan Penggilingan Provinsi Bali September 2015 September 2016

3,000.00 3,200.00 3,400.00 3,600.00 3,800.00 4,000.00 4,200.00 4,400.00 4,600.00 4,800.00 5,000.00 Se p '15 O kt '15 N o v ' 15 De s ' 15 Jan ' 16 Fe b '16 Mar '16 A p r ' 16 Me i ' 16 Ju n '16 Ju l ' 16 A gs '16 Se p '16

(8)

Tabel 5

Perkembangan Rata-rata Harga Gabah (GKP) di Tingkat Petani dan Penggilingan Provinsi Bali September 2015 September 2016

No Bulan Harga di Tingkat Petani (Rp/Kg) Perubahan (%) Harga di Tingkat Penggilingan (Rp/Kg) Perubahan (%)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 September 2015 4,515.38 3.49 4,622.89 4.49 2 Oktober 2015 4,642.89 2.82 4,709.09 1.86 3 Nopember 2015 4,654.41 0.25 4,727.68 0.39 4 Desember 2015 4,735.63 1.74 4,802.57 1.58 5 Januari 2016 4,816.54 1.71 4,890.96 1.84 6 Februari 2016 4,768.84 -0.99 4,837.17 -1.10 7 Maret 2016 4,401.26 -7.71 4,467.46 -7.64 8 April 2016 4,063.96 -7.66 4,132.72 -7.49 9 Mei 2016 4,213.26 3.67 4,292.60 3.87 10 Juni 2016 4,211.78 -0.03 4,319.61 0.63 11 Juli 2016 4,317.71 2.51 4,389.07 1.61 12 Agustus 2016 4,352.91 0.82 4,418.13 0.66 13 September 2016 4,294.60 -1.34 4,366.42 -1.17 *) HPP GKP (Mulai September 2015) Rp 3.700,00/kg di tingkat petani Rp 3.750,00/kg di tingkat penggilingan

(9)

Tabel 6

Perkembangan Inflasi Perdesaan Bulanan dan Kumulatif Provinsi Bali dan Nasional Tahun 2014 2016

Tahun Bali Nasional

Bulanan Kumulatif Bulanan Kumulatif

(1) (2) (3) (4) (5) 2014 Januari 0.88 0.88 1.16 1.16 Februari 0.32 1.20 0.45 1.62 Maret 0.42 1.63 0.19 1.81 April 0.05 1.68 -0.05 1.76 Mei 0.39 2.07 0.23 1.99 Juni 0.36 2.44 0.74 2.74 Juli 0.56 3.01 0.82 3.58 Agustus 0.49 3.51 0.37 3.96 September 0.49 4.02 0.45 4.43 Oktober 0.24 4.27 0.43 4.88 November 1.52 5.85 1.49 6.41 Desember 2.85 8.86 2.72 9.30 2015 Januari -0.90 -0.90 -0.03 -0.03 Februari -0.53 -1.42 -0.73 -0.76 Maret 0.88 -0.55 0.48 -0.29 April 0.25 -0.30 0.21 -0.08 Mei -0.20 -0.49 0.60 0.52 Juni 0.17 -0.32 0.82 1.35 Juli 0.64 0.31 0.89 2.24 Agustus 0.64 0.96 0.47 2.72 September 0.52 1.48 -0.02 2.70 Oktober -0.02 1.46 -0.04 2.66 November 0.41 1.88 0.43 3.10 Desember 1.08 2.98 1.14 4.28 2016 Januari 1.01 1.01 0.83 0.83 Februari 0.38 1.40 0.09 0.92 Maret 0.33 1.73 0.95 1.88 April -0.45 1.27 -0.50 1.37 Mei -0.13 1.14 0.13 1.50 Juni 0.43 1.58 0.59 2.10 Juli 0.50 2.08 0.76 2.87 Agustus 0,27 2,36 0,06 2,93 September 0.44 2.81 0.32 3.26

(10)

Informasi lebih lanjut hubungi:

I Gede Nyoman Subadri, S.E.

Kepala Bidang Statistik Distribusi

BPS Provinsi Bali

Telepon: 0361-238159, Fax: 0361-238162

E-mail: bps5100@bps.go.id

Referensi

Dokumen terkait

Pengukuran Kinerja pengelolaan keuangan Masyarakat (KKM) adalah untuk mengukur tingkat penguasaan Satlak atas pengelolaan keuangan sesuai dengan ketentuan yang telah

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh secara simultan dan parsial variabel tingkat suku bunga dan nilai tukar rupiah terhadap kinerja reksadana saham

Pada fase akut, obat segera diberikan segera setelah diagnosis ditegakkan dan dosis dimulai dari dosis anjuran dinaikkan perlahan- lahan secara bertahap dalam waktu 1-3 minggu,

17 tahun 2014 ini bahwa anggota Dewan Perwakilan Rakyat memiliki hak imunitas atau kekebalan yang dalam penjelasannya ditafsirkan bahwa hak imunitas adalah hak

Langkah selanjutnya adalah membuat RAID-1 dengan perintah berikut, dimana device baru bernama /dev/md20, menggunakan mode=1 (mirroring) dimana device pasangannya adalah /dev/sdd1

bahwa dengan adanya kendaraan bermotor yang belum tercantum dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2007 tentang Penghitungan Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka didapat kesimpulan bahwa pada Kecamatan Depok yang di bagi menjadi 3 strata yaitu Desa Maguwoharjo sebagai strata 0, Desa

Data pelaksanaan tindakan kelas penerapan Numbered Heads Together untuk meningkatkan motivasi dan komunikasi belajar matematika pada siswa kelas VII A SMP Negeri