• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN MODEL GROUP INVESTIGATION SISWA KELAS X ARSITEK DI SMK NEGERI 3 MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN MODEL GROUP INVESTIGATION SISWA KELAS X ARSITEK DI SMK NEGERI 3 MAKASSAR"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi

Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Makassar

ANDI WIWI ALFIAH

10519244815

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

1441 H/2020 M

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

ANDI WIWI ALFIAH, 105 192 448 15. Peningkatan Prestasi Belajar

Pendidikan Agama Islam dengan Model Group Investigation Siswa kelas X Arsitek Di SMK Negeri 3 Makasar. Skripsi. Dibimbing oleh (Abdul Aziz Muslimin dan Sumiati ).

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam dengan materi penyimpangan demokrasi dalam Islam melalui Model Pembelajaran Group Investigation pada siswa kelas X Arsitek SMK Negeri 3 Makassar. Penelitian ini adalah penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dibagi menjadi dua siklus dengan 4 tahapan yaitu : Perencanaan, Tindakan, Observasi, dan Refleksi yang dilakukan secara berulang. Subjek penelitian adalah Siswa kelas X Arsitek SMK Negeri 3 Makassar tahun ajaran 2019-2020 dengan jumlah siswa 20 orang. Teknik pengumpulan data melalui observasi dan test, data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan teknik deskriptif kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Siklus I yang tuntas hasil belajarnya secara individual dari 20 siswa hanya 7 siswa atau 35% dengan nilai rata-rata hasil yang diperoleh sebesar 57,75 dan pada sisklus 2 meningkat menjadi 20 siswa atau 100% dengan rata-rata 77,3. Hasil analisis kualitatif menunjukkan adanya perubahan yang terjadi pada sikap siswa selama prose pembelajaran sesuai dengan hasil kualitatif yaitu dengan adanya Peningkatan Model Pembelajaran Group Investigation pada materi Penyimpangan Demokrasi dalam Islam dapat meningkatkan hasil belajar siswa, minat belajar siswa beserta dapat meningkatkan kehadiran siswa. (2) Model Pembelajaran ini dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar. Indikator peningkatan tersebut dapat dicermati berdasarkan hasil Observasi dari siklus I dan siklus II yang mengalami perubahan, terutama pada perubahan sisap, motivasi, antusias, proses dan nilai hasil belajar siswa.

(7)

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan

karunia-Nya, sehingga penulis dapat merampungkan skripsi dengan judul :

Peningkatan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam dengan Model Group

Investigation Kelas X Arsitek di SMK Negeri 3 Makassar. Ini untuk

memenuhi salah satu syarat menyelesaian study serta dalam rangka

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Strata Satu pada Program Study

Pendidkan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah

Makassar.

Penghargaan dan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada Ayahanda

Tecinta Drs Tajuddin Bachtiar SE dan Ibunda Dra. Rasnah Hamjah yang ku

sayangi yang telah mencurahkan segenap cinta dan kasih sayangnya serta

perhatian moril dan materil. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan Rahmat,

kesehatan, karunia dan keberkahan di dunia dan Akhirat atas budi baik yang

diberikan kepada penulis.

Penghargaan dan terima kasih penulis berikan kepada Bapak Dr.

Abdul Aziz Muslimin S.Ag.,M.Pd.I., M.Pd selaku pembimbing I dan Ibu Sitti

Dr. Hj. Sumiati, S.Pd.I., M.Pd. selaku pembimbing II yang telah membantu

penulisan skripsi ini. Serta ucapan terima kasih kepada :

(8)

ii

1. Dr. H. Abd Rahman Rahim SE., MM selaku Rektor Universitas

Muhammadiyah Makassar.

2. Bapak Mawardi Pewangi, M.Pd. I, selaku dekan Fakultas Agama Islam

Muhammadiyah Makassar

3. Amirah Mawardi, S.Ag., M.Si, selaku Ketua Prodi Pendidikan Agama

Islam dan Nurhidayah Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Makassar

4. Bapak dan Ibu dosen yang telah mentransfer ilmu pengetahuan kepada

penulis yang penuh manfaat dan berkah, semoga amal jariyah mengalir.

5. Semua karyawan Tata Usaha Fakultas Agama Islam Universitas

Muhammadiyah Makassar yang selalu melayani penulis dengan ikhlas,

penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

6. Drs. Farid Massewali, M.M selaku kepala sekolah yang telah bersedia

memberi izin untuk mengadakan penelitian di SMK Negeri 3 Makassar.

7. Saudara saya yang ku sayangi yang telah mencurahkan segenap cinta dan

kasih sayangnya serta perhatian moril dan materil

8. Kak Kiki yang selama ini banyak membantu saya menyusun skripsi ini,

penulis sekaligus Adik ucapkan banyak terima kasih.

9. Teruntuk Supriadi S.T yang selalu memberikan motivasi dan dorongan

agar dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan baik.

(9)

iii

11.

Terima kasih juga kepada semua pihak yang telah membantu dalam

menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per-satu.

Akhir kata penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh

dari kesempurnaan. Karena itu, penulis mohon saran dan kritik yang sifatnya

membangun demi kesempurnaannya dan semoga bermanfaat bagi kita semua.

Aamiin

Makassar 2 Jumadil Akhir 1441

27 Januari 2020

(10)

iv

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

BERITA ACARA MUNAQASYAH ... iv

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Prestasi Belajar ... 6

1. Pengertian Prestasi Belajar ... 6

2. Pengertian Belajar ... 6

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar... 8

B. Model Pembelajaran Kelompok (GI) ……….... 9

4. Pengertian Group Investigation... 9

5. Ciri-ciri Group Investigation... 10

6. Tujuan Group Investigation ... 11

7. Manfaat Group Investigation ... 12

8. Langkah-langkah Group Investigation... 13

(11)

v

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ... 23

B. Lokasi Penelitian ... 23

C. Foktor Yang Diselidiki ... 24

D. Prosedur Penelitian ... 25

E. Sumber dan Jenis Data ... 28

F. Tekhnik Pengumpulan Data ... 29

G. Indikator keberhasilan... 30

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 31

1. Paparan Data Siklus Pertama ... 31

2. Paparan Data Siklus Kedua ... 43

B. Pembahasan ... 54

1. Perubahan Terjadinya Peningkatan Hasil Belajar Siswa ... 54

2. Hasil Analisis Refleksi Siswa ... 56

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 58

B. Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 60

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 62

(12)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan adalah hal yang mendasar yang harus dimiliki setiap bangsa.Pendidikan hanya bertujuan untuk menghasilkan generasi muda berilmu, tetapi juga dapat menjadikan manusia berakhlak mulia serta memiliki keterampilan untuk bekal hidup dalam bermasyarakat di kehidupan sehari–hari. Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pendidikan adalah :

“Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”.1

Dalam era globalisasi saat ini menjadikan pendidikan sangat penting Karena bila pendidikan di dalam suatu masyarakat dapat berkembang dengan baik. Maka tidak perlu diragukan lagi bahwa masyarakat tersebut akan semakin berkualitas dan mampu bersaing terhadap kompetisi yang semakin hari semakin ketat dalam berbagai aktivitas kehidupan.

Pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Sejalan dengan perkembangan dunia pendidikan yang semakin pesat menuntut lembaga pendidikan untuk lebih dapat menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan.

1Undang-undang SISDIKNAS, UU RI No. 20 th.2003, (Cet. 5, Jakarta: Sinar Grafik 2013) h. 3

(13)

Salah satu bentuk usaha yang dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia tersebut adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikan, karena melalui pendidikan inilah setiap generasi didik dan dilatih keterampilannya baik secara keilmuan maupun secara fisik dan mental yang dibentuk agar dapat menjadi generasi yang berkualitas unggul. Dan pada jalur formal ini, berbagai pembenahan dan perbaikan terus dilakukan baik oleh pemerintah dan sekolah– sekolah agar dapat memberikan pendidikan yang berkualiatas seperti ini .Beberapa usaha perbaikan diantaranya adalah kurikulum, sarana dan prasarana pendukung penyelenggaraan pendidikan, dan perbaikan proses pembelajaran salah satunya adalah dengan memperbaiki metode mengajar.

Permasalahan yang sering dijumpai dalam proses pembelajaran, khususnya pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah bagaimana cara menyajikan materi kepada siswa secara baik sehingga diperoleh hasil yang efektif dan efisien. Hal tersebut menjadikan tugas besar para guru untuk meningkatkan model dan penggunaan metode yang tepat agar dapat meningkatkan prestasi para siswa agar bias mencerna dan memahami pelajaran yang diberikan secara optimal. Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) lebih tepat memilih atau merencanakan penggunaan model atau strategi yang tepat dalam proses pembelajarannya. Karena pemakaian model atau strategi dalam pembelajaran dapat berdampak terhadap pemahaman siswa dalam memahami suatu meteri pelajaran. Oleh karena itu, perlu adanya konsep dalam merencanakan serta menerapkan model dan strategi apa saja yang harus diterapkan agar suasana kelas menjadi fokus dan menarik bagi para peserta didik.

(14)

3

Sejak dahulu sampai sekarang model yang sering digunakan dalam proses pembelajaran adalah model metode ceramah, karena metode ceramah memang harus digunakan sebagai pengantar dalam suatu pembelajaran. Untuk menciptakan suasana yang dinamis di dalam kelas, diperlukan juga penggunaan metode-metode pembelajaran yang lain agar proses pembelajaran lebih efektif.

Salah satu faktor penting dalam keberhasilan suatu pembelajaran di sekolah tergantung pada penggunaan model atau strategi yang diterapkan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran dengan memilih model yang tepat dan sesuai, dapat mempermudah penyerapan dan pemahaman siswa terhadap pembelajaran.

Hal tersebut sesuai dengan yang tertera dalam peraturan pemerintah Republik Indonesia No. 19 tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional dalam pasal 19:

Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. 2

Salah satu bentuk pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran kelompok (group investigation). Model pembelajaran kelompok (group investigation) ini dikembangkan oleh sharan&sharan pada tahun 1976 di Universitas Tel Aviv.Group Investigation merupakan “perencanaan pengaturan kelas umum dimana para siswa bekerja dalam kelompok kecil menggunakan

2UU No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan BAB IV STANDAR PROSES Pendidikan dan Kerja Sama UM. Diakses pada Tanggal 19 November 2013, Pukul 14:57

(15)

pertanyaan kooperatif, diskusi kelompok, serta perencanaan dan proyek kooperatif.3

Group investigation membuka kesempatan evaluasi secara konstan dan lebih besar terhadap siswa, baik oleh teman atau guru mereka, dari pada dalam kelas tradisional dengan pengajaran kepada seluruh kelas. Belajar dengan cara berkelompok akan memudahkan siswa dalam memahami suatu pelajaran dibandingkan dengan belajar secara individu. Peran guru dalam kelas hanya sebagai fasilitator dan mengawasi proses pembelajaran antar kelompok. Untuk membangun semangat siswa dalam mempelajari Pendidikan Agama Islam agar tidak menjadi mata pelajaran yang membosankan maka hal itu sangat dipengaruhi oleh pemakaian model pembelajaran yang tepat.

Oleh karena itu, Peneliti mencoba membuat siswa lebih aktif didalam kegiatan pembelajaran, dan meningkatkan semangat belajar dalam diri siswa. Dengan pemberian Model Pembelajaran Group Investigation kepada siswa, dan diharapkan dapat Meningkatkan Prestasi Belajar mereka untuk lebih giat belajar dalam proses pembelajaran di kelas.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana Peningkatan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam dengan Model Group Investigation Siswa Kelas X Arsitek di SMK Negeri 3 Makassar”?

3 Made Wena, 2009, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta Bumi Aksara), h. 195-196

(16)

5

C. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui Peningkatan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam dengan Model Group Investigation Siswa Kelas X Arsitek di SMK Negeri 3 Makassar.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi guru, Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam

melakukan pembelajaran di kelas.

2. Bagi siswa, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan untuk meningkatkan prestasi siswa dalam belajar, meningkatkan keaktifan siswa, mengembangkan jiwa kerja sama saling menguntungkan, menghargai satu sama lain, membangun kepercayaan diri dalam menyelesaikan masalah-masalah Pendidikan Agama Islam serta sebagai metode yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

3. Bagi peneliti, peneliti ini dapat digunakan untuk menambah pengetahuan dan pengalaman.

(17)

6 1. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar banyak diartikan sebagai seberapa jauh hasil yang telah dicapai siswa dalam penguasaan tugas-tugas atau materi pelajaran yang diterima dalam jangka waktu tertentu. Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan keterampilan terhadap mata pelajaran yang dibuktikan melalui hasil tes.1

Prestasi adalah hasil pelajaran yang diperoleh dari kegiatan persekolahan yang bersifar kognitif dan biasanya ditentukan melalui pengukuran dan penilaian. Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.2

Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pencapaian yang diperoleh seorang pelajar (siswa) setelah mengikuti ujian dalam suatu pelajaran tertentu. Prestasi belajar diwujudkan dengan laporan nilai yang tercantum pada buku rapor (report book), atau kartu hasil studi (KHS).

2. Pengertian Belajar

Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan pelatihan. Artinya tujuan kegiatan belajar ialah perubahan tingkah laku, baik

1Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern English Press, 2002),h.1190.

2Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (jakarta:Badai Pustaka, 1998) h.700.

(18)

7

yang menyangkut pengetahuan, keterampilan, sikap bahkan meliputi segenap aspek pribadi. Kegiatan belajar mengajar seperti mengorganisasi pengalaman belajar, menilai proses dan hasil belajar, termasuk dalam cakupan tanggung jawab guru.3

Menurut pendapat Surya yang dikutip oleh Tohirin, bahwa “Belajar ialah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagi hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.4

Menurut Pendapat Burton yang dikutip Anisah Basleman dan Syamsul Mappa, Learning is a change in the individual, due to interaction of the individual and his enviroment, which fills a need and makes him more capable of dealing adequately with his environment, belajar adalah suatu perubahan dalam diri individu sebagai hasil interaksinya dengan lingkungannya untuk memenuhi kebutuhan dan menjadikannya lebih mampu melestarikan lingkungannya secara memadai.5

Ringkasnya belajar adalah suatu kegiatan seseorang yang bisa dilakukan secara sengaja atau secara acak. Belajar bisa melibatkan pemerolehan informasi atau keterampilan, sikap baru, pengertian atau nilai. Belajar biasanya disertai perubahan tingkah laku dan berlangsung sepanjang hayat.6

3Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, (Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia, 2005), Cet.I,h. 17-18.

4Tohirin, Psikologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005),h. 8. 5Anisah Basleman dan Syamsu Mappa, Teori Belajar Orang Dewasa, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya 2011), Cet. I,h. 7.

(19)

Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai dari sesuatu yang telah dilakukan atau dikerjakan oleh anak didik atau dapat digambarkan pada suatu tingkatan keberhasilan anak didik dalam penguasaan ilmu pengetahuan atau keterampilan yang dilandasi oleh perubahan tingkah laku yang pada umumnya diketahui dari hasil belajar yaitu raport.

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Secara garis besar, faktor-faktor dapat mempengaruhui belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:

a. Faktor Internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi 2 aspek, yakni: pertama, faktor fisiologis (yang bersifat jasmaniah), yaitu Kondisi organ-organ khusus siswa, seperti tingkat kesehatan indera pendengar dan indera penglihat, juga sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan, khususnya yang disajikan dikelas. Kedua, aspek psikologis (yang bersifat rohaniah) yaitu tingkat kecerdasan/inteligensi siswa, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa dan motivasi siswa.7

b. Faktor Eksternal (faktor dari luar siswa) yaitu kondisi lingkungan di sekitar siswa. Faktor eksternal siswa juga terdiri atas dua macam, yaitu faktor lingkungan sosial seperti para guru, para stap administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Selanjutnya,

(20)

9

yang termasuk lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dan tetangga serta teman-teman sepermainan disekitar perkampungan siswa tersebut. Dan faktor nonsosial seperti gedung sekolah dan letaknya, alat-alat belajar dan keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.

c. Faktor pendekatan belajar, (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi startegi atau metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah oprasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu. 8

Berdasarkan dengan beberapa faktor diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan yang dimiliki oleh siswa dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya motivasi beajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.

B. Model Pembelajaran Kelompok (Group Investigation) 1. Pengertian Group Investigation

Group investigation adalah kelompok kecil untuk menuntun dan mendorong siswa dalam keterlibatan belajar. “Model pembelajaran ini menuntut siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok (group process skills).”Hasil akhir dari kelompok adalah sumbangan ide dari tiap anggota serta

8Ibid., h. 138-140.

(21)

pembelajaran kelompok yang notabene lebih mengasah kemampuan intelektual siswa dibandingkan belajar secara individual.

Group investigation adalah “strategi belajar kooperatif yang menempatkan siswa ke dalam kelompok untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik.9

Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kelompok (Group Investigation) mempunyai fokus utama untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik atau objek khusus.

2. Ciri–ciri Group Investigation

Model pembelajaran kelompok (Group Investigation) merupakan model yang sulit diterapkan dalam pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran ini mempunyai ciri-ciri, yakni sebagai berikut:

a. Pembelajaran kooperatif dengan model Group Investigation berpusat pada siswa, guru hanya bertindak sebagai fasilitator atau konsultan sehingga siswa berperan aktif dalam pembelajaran.

b. Pembelajaran yang dilakukan membuat suasana saling bekerjasama dan berinteraksi antar siswa dalam kelompok tanpa memandang latar belakang, setiap siswa dalam kelompok memadukan berbagai ide dan pendapat, saling berdiskusi dan beragumentasi dalam memahami suatu pokok bahasan serta memecahkan suatu permasalahan yang dihadapi kelompok.

c. Pembelajaran kooperatif dengan metode Group Investigation siswa dilatih untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi, semua

9Maimunah, Pembelajaran Volume Bola dengan Belajar kooperatif Model GI, (Malang: Pascasarjana. 2005.

(22)

11

kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari, semua siswa dalam kelas saling terlihat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut.

d. Adanya prestasi yang mendorong siswa agar aktif dalam proses belajar mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.

e. Pembelajaran kooperatif dengan model Group Investigation suasana belajar terasa lebih efektif, kerjasama kelompok dalam pembelajaran ini dapat membangkitkan semangat siswa untuk memiliki keberanian dalam mengemukakan pendapat dan berbagi informasi dengan teman lainnya dalam membahas materi pembelajaran.

Berdasarkan pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran group investigation dapat melatih siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi, keberanian dalam mengemukakan pendapat, saling bekerja sama dalam kelompok.

3. Tujuan Group Investigation

Model pembelajaran kelompok (Group Investigation) paling sedikit memiliki tiga tujuan yang saling terkait:

a. Group Investigasion membantu siswa untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik secara sistematis dan analitik. Hal ini mempunyai implikasi yang positif terhadap pengembangan keterampilan penemuan dan membantu mencapai tujuan.

b. Pemahaman secara mendalam terhadap suatu topik yang dilakukan melaui investigasi.

(23)

c. Group Investigation melatih siswa untuk bekarja secara kooperatif dalam memecahkan suatu masalah. Dengan adanya kegiatan tersebut, siswa dibekali keterampilan hidup (life skill) yang berharga dalam kehidupan bermasyarakat. Jadi guru menerapkan model pembelajaran kelompok(Group Investigation) dapat mencapai tiga hal, yaitu dapat belajar dengan penemuan, belajar isi dan belajar untuk bekerja secara kooperatif.

4. Manfaat Group Investigation

Adapun manfaat dari penerapan Group Investigation, yaitu: a. Meningkatkan hasil belajar peserta didik.

b. Meningkatkan hubungan antar kelompok, belajar kooperatif memberi kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan beradaptasi dengan teman satu tim untuk mencerna materi pembelajaran.

c. Meningkatkan rasa percaya diri dan prestasi belajar, belajar kooperatif dapat membina kebersamaan, peduli satu sama lain dan tenggang rasa, serta mempunyai andil terhadap keberhasilan tim.

d. Menumbuhkan realisasi kebutuhan peserta didik untuk belajar berpikir, belajar kooperatif dapat diterapkan untuk berbagai materi ajar, seperti pemahaman yang rumit,pelaksanaan kaijian proyek, dan latihan memecahkan masalah.

e. Memadukan dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan. f. Meningkatkan perilaku dan kehadiran di kelas.

g. Relatif murah karena tidak memerlukan biaya khusus untuk menerapkannya.

(24)

13

Berdasarkan pengertian diatas dapat di simpulkan bahwa Manfaat dari Group Investigation dapat meningkatkan hasil belajar, hubungan antar siswa, rasa percaya diri serta tidak membutuhkan biaya yang khusus.

5. Langkah – langkah Group Investigation

Langkah-langkah Pembelajaran Pada Model Pembelajaran Kelompok (Group Investigation) sebagai berikut.

a. Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang heterogen

b. Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok yang harus dikerjakan

c. Guru memanggil ketu-ketua kelompok untuk mengambil materi tugas secara kooperatif dalam kelompoknya

d. Masing-masing kelompok membahas materi tugas secara kooperatif dalam kelompoknya

e. Setelah selesai, maisng-masing kelompok yang diwakili ketua kelompok atau salah satu anggotanya menyampaikan hasil pembahasannya

f. Kelompok lain dapat memberikan tanggapan terhadap hasil pembahasannya g. Guru memberikan penjelasan singkat (Kalrifikasi) bila terjadi kesalahan

konsep dan memberikan kesimpulan h. Evaluasi

Dari analisis diatas dapat di simpulkan bahwa langkah-langkah model pembelajaran kelompok group investigation yaitu guru membagi kelompok serta menjelaskan maksud pembelajarannya kemudian salahsatu wakil

(25)

kelompok menyampaikan hasil dari pembahasannya dan kelompok lain memberikan tanggapan.

6. Tahap-tahap model pembelajaran kelompok (Group Investigation)

Tahap 1: Seleksi Topik Para siswa memilih berbagai subtopik dari sebuah bidang masalah umum yang biasanya digambarkan terlebih dahulu oleh 55 guru. Mereka selanjutnya diorganisasikan ke dalam kelompokkelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok seharusnya heterogen, baik dari sisi jenis kelamin, etnik, maupun kemampuan akademik.

Tahap 2: Perencanaan Kerja Sama Para siswa dan guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas, dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih pada langkah sebelumnya.

Tahap 3: Implementasi Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah sebelumnya. Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan dengan variasi yang luas. Pada tagap ini, guru harus mendorong para siswa untuk melakukan penelitian dengan memanfaatkan berbagai sumber, baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.

Tahap 4: Analisis dan Sintesis 56 Para siswa menganalisis dan membuat sintesis atau berbagai informasi yang diperoleh pada langkah

(26)

15

sebelumnya, lalu berusaha meringkasnya menjadi suatu penyajian yang menarik di depan kelas.

Tahap 5: Penyajian Hasil Akhir Semua kelompok menyajikan presentasinya aras topiktopik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu prespektif yang luas mengenai topik tertentu. Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru.

Tahap 6: Evaluasi Para siswa dan guru melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat dilakukan pada setiap siswa secara individu maupun kelompok, atau keduanya.

Berdasarkan pembahasan diatas dapat di simpulkan bahwa langkah-langkah model pembelajaran kelompok group investigation yaitu guru membagi kelompok serta menjelaskan maksud pembelajarannya kemudian salah satu wakil kelompok menyampaikan hasil pembahasannya dan kelompok lain memberikan tanggapan.10

C. Guru Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Guru

Dalam berbagai sumber baik kamus dijumpai pengertian guru secara etimologi, yaitu orang yang mempunyai pekerjaan atau mata pencaharian atau profesi mengajar. Bila dilihat dalam bahasa inggris, guru berasal dari kata teach (teacher), yang memiliki arti sederhana person who occupation is

(27)

theaching others yang artinya guru adalah seorang yang pekerjaannya mengajar orang lain.

Dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 yang dimaksud dengan guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengerahkan, melatih, menilai, dan mengevalusasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.11

Istilah pendidikan dalam bahasa Indonesia berasal dari “didik” dengan memberinya awalan “pe” dan akhiran “an” yang mengandung arti “perbuatan” (hal, cara atau sebagainya). Istilah pendidikan ini semula berasal dari bahasa yunani “paedagogie”, yang berarti memberikan bimbingan kepada anak.

Istilah ini kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Inggris “education” yang berarti pengembangan atau bimbingan.

Pengertian pendidikan dalam bahasa Arab sering digunakan beberapa istilah antara lain, al-ta’lim, al-tarbiyah, dan al-ta’dib, al-ta’lim berarti pengajaran yang bersifat pemberian atau penyampaian pengetahuan dan keterampilan. Al-Tarbiyah berarti mengasuh mendidik dan al-ta’dib lebih condong pada proses mendidik yang bermuara pada penyempurnaan akhlak/moral peserta didik.

Kata pendidikan ini dihubungkan dengan Agama Islam, dan menjadi kesatuan yang tidak dapat diartikan secara terpisah. Pendidikan Agama Islam

11Departemen Pendidikan Nasional, 2005. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005, Tentang Guru dan Dosen, Jakarta: Depdiknas.

(28)

17

(PAI) merupakan bagian dari pendidikan Islam dan pendidikan Nasional, yang menjadi mata pelajaran wajib di setiap lembaga pendidikan Islam.

Q.S Al – Mujadilah ayat 58 :11































































Terjemahnya:

Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Penjelasan dari ayat di atas adalah ada orang yang akan diangkat derajatnya oleh Allah, yaitu orang yang beriman dan orang yang berilmu pengetahuan dengan beberapa derajat. Orang yang beriman dan orang yang berilmu pengetahuan akan nampak bijaksana, jiwa dan matanya akan memancarkan cahaya. Iman dan ilmu akan membuat orang mantap dan agung. Orang yang beriman dan berilmu (tidak terbatas kepada ilmu yang berkaitan dengan ubudiyah tapi juga yang dapat memberi manfaat dan kemaslahatan umat) akan memperoleh derajat yang tinggi baik di dunia maupun di akhirat.

Pendidikan Agama Islam sebagaimana yang tentang dalam GPP PAI di sekolah umum, dijelaskan bahwa pendidikan agama islam adalah Upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,

(29)

menghayati, hingga mengimani ajaran islam, dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.

Pendidikan Agama Islam adalah Suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran islam secara menyeluruh. Lalu mengahayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan islam sebagai pandangan hidup. 12

Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam secara keseluruhannya dalam lingkup Al-Qur’an dan Al-Hadist, keimanan, akhlak, fiqih/ibadah, dan sejarah, sekaligus menggambarkan bahwa ruang lingkup pendidikan agama islam mencakup perwujudan keserasian, keselerasan, dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT, diri sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya maupun lingkungannya (hablun minalllah wa hablun minannas).13

Dari analisis di atas, maka dapat disimpulkan bahwa guru Pendidikan Agama Islam ialah orang yang mengajarkan bidang studi agama Islam. Problematika yang dihadapi oleh guru yaitu keadaan peserta didik dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam yakni: kesulitan peserta didik dalam memahami materi. Sehingga dalam hal ini tidak banyak materi, metode, dan media yang dikembangkan. Sarana dan prasarana yang terbatas dan terbatasnya waktu pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

12

Zakiyah Drajat, Pendidikan Agama Islam, h. 87

(30)

19

2. Dasar–dasar pelaksana Pendidikan Agama Islam.

Pelaksana Pendidikan Agama Islam di sekolah mempunyai dasar yang kuat. dapat ditinjau dari berbaga segi yaitu:

a. Dasar Yuridis / Hukum

b. Dasar Konstitusional ujuan Pendidikan Agama Islam Adapun tujuan dari Pendidikan Agama Islam, yaitu:

1. Memelihara kebutuhan pokok hidup yang vital, seperti agama, jiwa dan raga

2. Menyempurnakan dan melengkapi kebutuhan hidup sehingga yang diperlukan mudah di dapat, kesulitan dapat diatasi dan dihilangkan. 3. Mewujukan keindahan dan kesempurnaan dalam suatu kebutuhan

Q.S. Al – Alaq ayat 96: 1-5                          Terjemahnya :

1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. 2.Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. 3.Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. 4.Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam[1589]. 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Setelah dilakukan kajian yang mendalam, diketahui bahwasanya dalam surah al-Alaq ayat 1-5 yang pertama turun kepada abi Muhammad pada dasarnya merupakan bentuk perintah untuk memperhatikan pengetahuan. Hal ini karena pengetahuan adalah sangaat penting perananya bagi manusia, sehingga surat al-Alaq lebih menggunakan kata iqra’ dan al – qalam. Diakui atau tidak, keduanya

(31)

sangat penting perannya dalam proses pembelajaran, khusunya dalam pembelajaran sains dan teknilogi. Namun lebih jauh dari itu adalah untuk membaca asma dan kemuliaan Allah, membaca teknologi genetika, membaca teknologi komunikasi, dan membaca segala yang belum terbaca, sehingga dengan membaca ini terjadi suatu perubahan, baik perubahan pengetahuan dari tidak tahu menjadi tahu atau bahkan pada perubahan tingkah laku dan sikap yang merupakan ciri dari keberhasilan aktifitas belajar.

Pendidikan Agama Islam di sekolah/madrasah bertujuan untuk menumbuhkan dan menngkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengalaman, serta pengalaman peserta didik tentang agama islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaan, berbangsa, bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang yang lebih tinggi.14

3. Fungsi Pendidikan Agama Islam

Abdul majid mengemukakan bahwa pendidikan agama islam untuk sekolah/madrasah berfungsi sebagai berikut:15

a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik b. Penanaman nilai, sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan

c. Penyesuaian mental, yaitu dapat menyesuaikan diri dengan linkungan-nya,

baik lingkungandiri sendiri

d. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan dan kekurangn

14Ibid, h. 132

15Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Islam, h. 130

(32)

21

e. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal yang negative

f. Pengajaran, yaitu tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum dan sistem fungsinya.

g. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus dibidang agama islam, agar bakat tersebut dapat berkembang.

Setelah kita mengetahui tujuan, fungsi maupun lapangan pendidikan agama islam, tentunya pendidikan agama islam sangat penting dalam mengarahkan potensi dan kepribadian peserta didik dalam pendidikan islam. Begitu pentingnya pendidikan agama islam di sekolah dalam mewujudkan tujuan pendidikan Nasional. Oleh karena itu pendidikan agama islam di Indonesia di masukkan ke dalam kurikulum nasional yang wajib diikuti oleh semua anak didik mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai keperguruan tinggi.

Bagi umat islam tentunya pendidikan agama islam yang wajib diikutinya itu adalah pendidikan agama islam. Dalam hal ini pendidikan agama islam mempunyai tujuan kurikuler yang merupakan penjabaran dari tujuan pendidikan nasionl sebagaimana yang termasuk dalam Undang – Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, yaitu:16

Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Mengingat betapa pentingnya pendidikan agama islam dalam mewujudkan tujuan pendidikan Nasional, maka

16Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas, Bab II Pasal 3 (Bandung:Fermana, 2006) h.68

(33)

pendidikan agama islam harus diberikan dan dilaksanakan disekolah dengan sebaik-baiknya.

Berdasarkan dengan beberapa konsep di atas maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan Agama Islam itu mencakup berbagai macam keilmuan. Baik itu Al-Qur’an itu sendiri maupun tentang Islam, dan ilmu yang lainnya yang dapat kita temukan dalam kehidupan sehari-hari.

(34)

23 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research) yang dilakukan di dalam kelas, atau penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru dikelasnya sendiri dengan cara (1) merencanakan, (2) melaksanakan, (3) merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan pertisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. 1

Desain penelitian tindakan kelas pada penelitian ini mengacu rancangan model, dimana masing-masing siklus pada penelitian ini terdiri dari empat tahapan yaitu, (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Keempat tahapan tersebut merupakan satu siklus atau putaran, artinya sesudah tahap ke-4 kembali lagi ketahap pertama dan seterusnya.2

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMK Negeri 3 Makassar dan Subjek penelitian adalah siswa kelas X Arsitek dengan jumlah siswa 20 yang terdiri dari 11 orang laki-laki dan 9 orang perempuan. Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan pada semester genap tahun ajaran 2019/2020.

1Wijaya Kusuma dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta:PT Indeks 2012), Cet.5,h.9.

(35)

C. Foktor yang Diselidiki

Faktor yang diselidiki dalam penelitian ini adalah :

1. Faktor siswa, yaitu untuk melihat keaktifan siswa yakni kehadiran dalam belajar pendidikan agama islam seperti minat, kehadiran, diskusi, perhatian siswa terhadap peningkaatan prestasi belajar dalam materi pendidikan agama islam

2. Faktor proses, yaitu dengan memperhatikan model yang digunakan dalam pembelajaran dikelas, melihat sejauh mana keberhasilan guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa dengan menerapkan model group investigation

3. Faktor hasil, yaitu untuk melihat hasil belajar pendidikan agama islam apakah ada peningkatan atau tidak setelah diterapkan model group investigation.

(36)

25

D. Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan kelas (PTK) ini direncnakan dalam dua siklus, langkah penelitian yang ditempuh pada setiap siklus.

Perencanaan SIKLUS I Pengamatan SIKLUS II

Gambar PTK dengan dua siklus:3

3Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, op.cit., h.44.

Pelaksanaan Refleksi Perencanaan Refleksi Pelaksanaan Pengamatan Berhasil

(37)

Siklus I

1. Perencanaan Tindakan

Sebelum diadakan penelitian terlebih dahulu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menelaah materi pembelajaran dan menelaah indikator bersama tim kolaborator (guru kelas)

b. Menyusun RPP sesuai indikator dengan menggunakan model pembelajaran group investigation

c. Menyiapkan sumber dan media yang dibutuhkan dalam pembelajaran

d. Menyiapkan lembar kerja siswa (LKS) siklus → e. Menyiapkan soal kuis

f. Membuat instrumen penelitian berupa tes hasil belajar untuk melakukan evaluasi diseiap akhir siklus

g. Mengidentifikasi siswa sebelum mengadakan tindakan siklus I, kemudian merancang pembentukan kelompok dan setiap kelompok terdiri dari empat orang

2. Pelaksanaan Tindakan

Tindakan pada tahap ini adalah melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran group investigation yaitu:

a. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang atau secara heterogen

(38)

27

c. Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan pertanyaan dan memberikan tanggapan atau masukkan dalam setiap anggota kelompok

d. Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok e. Guru memberikan masukkan dari hasil diskusi f. Penutup

3. Tahap Observasi

Dalam tahapan ini peneliti melakukan pengamatan bersamaan dengan pelaksaan tindakan untuk memperoleh data yang akurat untuk perbaikan pada siklus berikutnya. Observasi dimaksud sebagai kegiatan mengamati, menggali dan mendokumentasi semua gejala indikator yang terjadi selama proses penelitian. Peneliti melakukan dengan dibantu oleh guru kelas yang bertugas sebagai observer dan kolaborator.

4. Refleksi

Tahap ini merupakan kegiatan mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Hasil yang diperoleh dari pengamatan dikumpulkan dan dianalisis oleh peneliti dan observer, sehingga dapat diketahui apakah kegiatan yang dilaksanakan mencapai tujuan yang diharapkan atau masih perlu ada perbaikan.4

4Ibid., h. 19

(39)

E. Sumber dan Jenis Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah “suatu subjek dari mana data dapat diperoleh.”iuntuk mengetahui data sehubugan dengan masalah yang akan penulis teliti, maka sumber data yang memberikan informasi diantaranya:

a. Sumber data

Sumber data dalam penelitian ini siswa dan guru b. Jenis data

 Data kualitatif yaitu data hasil observasi mengenai keaktifan ketika siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.

 Data kuantitatif yaitu data yang diperoleh dari tes hasil belajar siswa pada setiap siklus yaitu diawal, siklus I dan siklus II.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dapat diartikan sebagai alat bantu yang dipakai dalam penelitian yang disesuaikan dengan metode yang digunakan. Dalam pengumpulan data dilakukan dengan beberapa cara sebagaimana yang dikatakan oleh Suharsimin Arikunto bahwa dalam pengumpulan data menggunakan beberapa instrument pengumpulan data yang terdiri dari:5

1. Teknik Observasi adalah mengadakan penelitian secara sistematis terhadap objek yang akan diteliti. Metode ini digunakan untuk memperoleh data yang dapat memperlihatkan pengelolaan pembelajaran dengan model Group Investigation oleh guru dan partisipasi siswa dikelompoknya dan juga kerja

5Suharsimin Arikunto, penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada, 2008),h.

(40)

29

kelompok secara keseluruhan. Lembar pengamatan ini mengukur secara individual maupun kelas bagi keaktifan mereka belajar.

2. Teknik Tes

Setelah semua materi pelajaran diberikan pada siswa, maka langkah berikutnya adalah pengukuran kemampuan pemecahan masalah yaitu dengan mengadakan tes kemampuan pemecahan masalah sesuai materi yang telah diajarkan. Bentuk Teknik tes yang digunakan adalah tes essay dan dilaksanakan pada akhir pertemuan setiap siklus.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses menyusun data agar dapat di tafsirkan. Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber “yaitu berupa wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan serta dokumen resmi dan sebagainya. Menganalisisi data-data yang ada, penulis menggunakan metode deskriftif analisis yaitu “suatu metode analisis data yang menggambarkan atau melukiskan keadaan objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya”.

Menganalisis data, penulis hanya akan mendeskripsikan atau menggambarkan Penerapan Model Pembelajaran Group Invstigation dalam Peningkatan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Kelas X Arsitek di SMK Negeri 3 Makassar dengan sebenar-benarnya berdasarkan fakta-fakta yang ada.

(41)

H. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah jika siswa memperoleh skor minimal 65 maka dikatakan tuntas individual. Jika minimal 85% dari jumlah siswa diatas tersebut yang memperoleh skor 65 keatas maka dikatakan tuntas klasikal atau tuntas kelas.

(42)

31 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada bab ini dibahas tentang hasil-hasil penelitian setelah pelaksanaan Model Pembelajaran Group Investigation pada siswa kelas X Arsitek SMK Negeri 3 Makassar sebagaimana dijelaskan pada bab sebelumnnya bahwa hasil penelitian akan dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Oleh karena itu, hasil dan pembahasan akan diuraikan berdasarkan data kuantitatif (Data Hasil Belajar) dan data kualitatif (Data Hasil Observasi) dengan meggunakan statistik deskriptif.

1. Paparan Data Siklus Pertama a. Perencanaan

Peneliti melakukan diskusi awal dengan guru mata pelajaran untuk membahas permasalahan yang akan dipecahkan dalam penelitian ini setelah itu menelaah kurikulum Pendidikan Agama Islam Kelas X Arsitek SMK Negeri 3 Makassar.

1) Mengembangkan silabus yang sesuai dengan materi pelajaran yang akan diajarkan.

2) Menyusun dan mengembangkan rencana pembelajaran .

3) Membuat instrumen pedoman observasi untuk mengamati kondisi pembelajaran dikelas pada saat proses pembelajaran berlangsung.

(43)

4) Membuat instrumen teks akhir siklus I untuk mengetahui hasil perkembangan siswa setelah pembelajaran dengan strategi partisipatori secara langsung.

Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa perencanaan dapat dilakukan oleh peneliti pada diskusi awal, membuat silabus materi pembelajaran, menyusun rpp, membuat pedoman observasi pembelajaran dikelas pada proses pembelajaran berlangsung, dan membuat teks akhir untuk mengetahui hasil peningkatan prestasi belajar siswa dalam Model Group Investigation.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pada siklus I berdasarkan hasil diskusi dan observasi diperoleh bahwa penelitian pada:

A. Pertemuan Ke I

Pertemuan pertama guru memulai pembelajaran dengan mengucapkan salam dan memperkenalkan diri secara singkat kepada siswa. Setelah itu guru mulai mengakrabkan diri dengan menanyakan kesiapan para siswa mengikuti pelajaran Pendidika Agama Islam dan melakukan diskusi kecil dengan siswa tentang pengalaman serta kesan dan perasaan mereka pada saat mengikuti pelajaran Pendidikan Agama Islam selama ini. Kemudian guru mulai menyampaikan tujuan pembelajaran dan memberi motivasi kepada para siswa agar lebih bersemangat mengikuti pelajaran.

Memasuki kegiatan ini guru mulai menjelaskan materi pelajaran tentang pengertian dari Model Pembelajaran Group Investigation dengan berusaha

(44)

33

melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran. Hal yang dilakukan oleh guru untuk mengaktifkan siswa dalam pembelajaran yaitu dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran kepada siswa atau memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya kepada guru tentang hal-hal yang belum mereka pahami. Namun dalam kegiatan ini guru mengalami sedikit hambatan karena siswa terlihat takut dan malu dalam mengemukakan pendapatnya. Hal ini disebabkan karena selama ini dalam proses pembelajaran siswa harus mengikuti cara belajar yang dipilih oleh guru, dan dengan patuh siswa mempelajari urutan yang ditetapkan oleh guru dan kurang sekali mendapat kesempatan untuk menyatakan pendapat, sehingga mereka belum mampu merangkai kata untuk mengungkap apa yang mereka ketahui dan pahami tentang materi yang diajarkan oleh guru karena sistem otoriterisme dan dominasi guru dalam pembelajaran yang membuat siswa kaku dalam proses pembelajaran.

Namun hal ini dijadikan oleh guru sebagai penghalang untuk menjalankan tujuan yang ingin dicapainya yaitu mengaktifkan siswa dalam pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar siwa. Dengan demikian guru selalu memberikan rangsangan berupa pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran namun menarik perhatian para siswa. Cara yang dilakukan oleh guru untuk menarik perhatian siswa yaitu guru mengaitkan materi pelajaran, dalam hal ini adalah nilai spritual dengan keadaan yang sering para siswa jumpai dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Usaha guru untuk mengaktifan dan menarik perhatian siswa dalam pembelajaran mulai menunjukan perubahan positif, dimana siswa sudah mulai

(45)

memberanikan diri dalam mengemukakan pendapatnya tentang apa yang mereka ketahui tentang demonstrasi yang sering muncul dalam kehidupan siswa dan masyarakat.

Dari jumlah total 20 orang siswa, yang hadir pada pertemuan ini hanya 18 orang siswa. Siswa yang menyimak arahan dan penjelasan guru sekitar 15 orang dari total siswa yang hadir pada saat itu, siswa yang melakukan aktivitas negatif selama proses pembelajaran (main-main, ribut, dll) berjumlah 3 orang. Siswa yang aktif dalam pembelajaran 9 orang, pada saat mempresentasikan materi dan berbicara didepan kelas dengan benar sekitar 6 orang, dan mengajukan tanggapan berjumlah 2 orang, dari pertemuan pertama ini jumlah siswa yang butuh bimbingan guru berjumlah 9 orang, dan yang masih pasif sekitar 9 orang.

B. Pertemuan Ke II

Pertemuan kedua berlangsung lebih baik dibandingkan pada pertemuan sebelumnya, dimana siswa terlihat masih ragu dan takut ketika guru mulai mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan demonstrasi, namun selama proses pembelajaran pertemuan kedua ini berlangsung guru selalu memberikan rangsangan dan latihan kepada para siswa dengan mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan apa yang sering mereka jumpai dalam kehidupan sehari-hari mereka, membuat siswa lebih rileks dalam mengikuti pelajaran dan mulai membangkitkan rasa percaya diri dalam mengemukakan apa yang mereka ketahui dan pahami tentang demonstrasi yang sering mereka temui dalam kehidupan siswa dan masyarakat.

(46)

35

Hal inilah kemudian memberikan rasa ketertarikan para siswa untuk mengikuti materi pelajaran Pendidikan Agama Isam, karena menurut mereka selama ini mereka hanya diberikan penjelasan sesuai apa yang ada dibuku teks atau apa yang dijelaskan oleh guru mereka tanpa dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran. Namun setelah siswa diaktifan dalam pembelajaran gairah belajar mereka mulai hidup kembali, karena menurut para siswa, mereka diajak dan dilibatkan langsung dalam proses pembelajaran yang dulunya mereka hanya sebagai pendengar pasif, namun setelah model Pembelajaran Group Invetigation melatih kemampuan para siswa mengemukakan pendapat, berpikir kritis dan memecahkan masalah yang mampu membangkitkan kembali semangat mereka merasa mendapatkan kepuasannya dalam pembelajaran.

Meskipun dalam penerapannya, guru selalu mendapatkan hambatan namun itu tidak dijadikan sebagai untuk terus melaksanakan rencana awal yang telah menjadi tujuan utama. Salah satu hambatan yang dihadapi oleh guru adalah alokasi waktu yang kurang memberi ruang gerak pada siswa untuk mencari data baik melalui buku-buku maupun media massa. Namun guru tetap berusaha semaksimal mungkin untuk mengefisienkan waktu pembelajaran agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar. Dan Alhamdulillah, siswa memberikan respon yang cukup baik terhadap sistem pembelajaran yang diterapkan oleh guru pada saat proses pembelajaran berlangsung.

Meskipun demikian masih banyak siswa yang belum mampu mengikuti proses pembelajaran dengan berbagai macam penyebab salah satunya adalah masih terdapat sejumlah siswa yang kurang percaya diri, takut dan ragu untuk

(47)

menyampaikan pendapatnya, yang kemudian menyebabkan sebagian dari mereka melakukan aktivitas negatif. Namun secara keseluruhan usaha guru untuk mengaktifkan siswa sudah menunjukan hasi yang lebih baik jika dibandingkan dengan pertemuan pertama.

Dari jumlah total 20 orang siswa, yang hadir pada pertemuan ini sekitar 18 orang. Kemudian guru memberikan apresiasi dan motivasi kepada siswa sebelum proses pembelajaran dimulai, akan tetapi sebagian siswa masih belum mengerti tentang model pembelajaran yang diterapkan oleh guru sehingga siswa masih kewalahan, ini dilihat dari siswa yang memperhatikan guru. Siswa yang menyimak arahan dan penjelasan guru sekitar 17 orang dari total siswa yang hadir pada saat itu, siswa yang melakukan aktifitas negatif selama proses pembelajaran (main-main, ribut, dll) berjumlah 2 orang. Siwa yang aktif dalam pembelajaran 13 orang, pada saat mempresentasikan materi dan berbicara didepan kelas dengan benar sekitar 5 orang, dan yang mengajukan tanggapan berjumlah 3 orang, dari pertemuan pertama ini jumlah siswa yang butuh bimbingan guru berjumlah 9 orang, dan yang masih pasif sekitar 7 orang.

C. Pertemuan Ke III

Dari jumlah total 20 siswa, yang hadir dalam pertemuan ini sekitar 19 orang siswa pada kegiatan awal ketua kelas menyiapkan kelas dan guru melakukan pengecekan siswa dengan mengabsen. Kemudian guru memberikan apresiasi dan motivasi siswa yang cukup baik, ini dilihat dari siswa siswa yang memperhatikan guru. Siswa yang menyimak arahan dan penjelasan guru sekitar

(48)

37

18 orang dari total siswa yang hadir pada saat ini, siswa yang melakukan aktivitasnegatif selama proses pembelajaran (main-main, ribut, dll) berjumlah 2 orang, siswa yang aktif dalam pembelajaran 15 orang, dan berbicara didepan kelas dengan benar sekitar 7 orang, dan mengajukan tanggapan berjumlah 5 orang, dari pertemuan pertama ini siswa yang butuh bimbingan guru berjumlah 6 orang, dan yang masih pasif sekitar 5 orang.

D. Pertemuan Ke IV

Pada pertemuan ini, guru memberikan evaluasi atau ulangan sebagai tes akhir siklus I. Sebelum lembar soal dibagikan kepada siswa, guru memberikan motivasi kepada siswa dan meyakinkan siswa bahwa meraka mampu menjawab soal yang diberikan. Setelah itu, lembar soal dibagikan kepada siswa dan siswa mulai mengerjakan soal tersebut.

Sebagian besar isi soal yang diberikan oleh guru meminta pendapat dan solusi tentang permasalahan yang berkaitan dengan materi latar belakang demonstrasi, pengertian perilaku demonstrasi, serta macam-macam perilaku demonstrasi. Isi soal sebagian besar meminta pendapat saran serta soslusi masing-masing individu siswa adalah agar siswa berlatih mengungkapkan pendapat baik secara tertulis maupun secara lisan. Dengan demikian siswa berlatih mengolah kemampuan berpikir mereka dengan memecahkan permasalahan serta memberikan saran. Inilah yang menjadi tujuan utama dari Penerapan Model Pembelajaran Group Investigation, setelah siswa menyelesaikan serta menjawab seluruh soal yang telah diberikan oleh guru, guru kemudian mengarahkan siswa

(49)

untuk mengumpulkan lembar jawaban mereka dimeja guru. Setelah seluruh lembar jawaban terkumpul, guru kembali membagi lembar jawaban kepada siswa secara acak dan bersama-sama menjawab serta membahas soal yang telah diselesaikan siswa. Setelah pembahasan soal selesai guru kemudian mengarahkan siswa untuk mengumpulkan kembali lembar jawaban yang telah dibahas secara bersama-sama untuk diberikan penilaian.

Dari hasil pembahasan soal yang dilakukan secara bersama-sama, ternyata masih banyak siswa yang belum mampu menjawab dengan baik. Olehnya itu, guru memberikan arahan kepada siswa untuk lebih mempersiapkan diri dalam mengikuti proses pembelajaran, diadakan tindak lanjut yaitu siklus II.

c. Aktivitas Belajar Siswa

Deskripsi hasil observasi aktivitas siswa selama proses belajar mengajar berlangsung adalah sebagai berikut :

Aktivitas Siswa Selama Proses Pembelajaran Berlangsung pada Siklus I

Tabel 1 Keaktifan Siswa pada Siklus I

No Komponen yang diamati

Siklus I

1 2 3

Rata-rata %

1. Banyaknya siswa yang hadir pada saat proses pembelajaran berlangsung

18 18 19 18,3 91,5

(50)

39

3. Siswa yang melakukan kegiatan lain pada saat pembahasan materi pembelajaran

3 2 2 2,33 11,7

4. Siswa yang aktif dalam proses pembelajaran 9 13 15 12,3 61,5

5. Siswa yang aktif dalam mempresentasikan hasil pembelajaran kelompok

6 5 7 6 30

6. Siswa yang mengajukan pendapat 2 3 5 3,33 16,7

7. Siswa yang masih butuh bimbingan 9 9 6 8 40

8. Siswa yang masih pasif 9 7 5 7 35

Berdasarkan tabel 1 dapat disimpulkan bahwa yang diperoleh data bahwa siklus I dari 20 siswa. Siswa yang hadir pada saat kegiatan pembelajaran sebanyak 91,5%, yang menyimak penjelasan guru atau pengarahan guru 83%, yang melakukan aktivitas negatif selama proses pembelajaran (main-main, ribut, Dll) mencapai 11,7%, siswa yang aktif dalam pembelajaran 61,5%, yang mempresentasikan materi dan berbicara didepan kelas mencapai 30%, yang mengajukan tanggapan mencapai 16,7%, yang masih perlu bimbingan mencapai 40% , dan yang masih pasif dalam pembelajaran mencapai 35% siswa.

Pada siklus ini dilaksanakan hasil tes belajar yang berbentuk ulangan harian setelah selesai penyajian materi untuk siklus I. Adapun hasil analisis scor hasil belajar siswa setelah diterapkan model Group Investigation dapat dilihat pada tabel 4 berikut :

(51)

Tabel 2 Statistik Skor Hasil Tes Siswa Pada Siklus I

Statistik Nilai Statistik Objek 20 Skor Nilai 100 Skor Rata-rata 57,75 Skor Tertinggi 80 Skor Terendah 40 Rentang Skor 40 Standar Deviasi 12,71

Dari tebel 2 menunjukkan bahwa skor rata-rata hasil belajar sosiologi setelah diterapkan model Pembelajaran Group Investigation pada siswa kelas X Arsitek SMK Negeri 3 Makassar pada siklus I adalah 57,75 dari skor ideal yang mungkin dicapai adalah 100. Sedangkan secara individual skor yang dicapai siswa pada penerapan ini tersebar dengan skor tertinggi 80 dan skor terendah 40 dari skor tertinggi yang mungkin dicapai 100 dan skor terendah yang mungkin dicapai 0, dengan rentang skor 40.

d. Hasil Belajar Siswa

Data hasil belajar siklus I diperoleh melalui ulangan harian yang dilakssanakan setelah tiga kali pertemuan belajar mengajar. Adapun distribusi, frekuensi dan presentase hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa sebagai berikut:

(52)

41

Tabel 3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Siklus I

Berdasarkan tabel 3 diatas, dapat dikemukakan bahwa pada siklus pertama ini menunjukan bahwa dari 20 siswa kelas X Arsitek di SMK Negeri 3 Makassar yang diajarkan dengan menggunakan model Pembelajaran Group Investigation secara umum penguasaan siswa terhadap materi perilaku menyimpang pada siklus I belum sepenuhnya maksimal. Hal ini terlihat bahwa siswa yang memperoleh nilai pada kategori sangat rendah 0 orang dengan persentase 10%, siswa yang berada pada kategori rendah 8 orang dengan persentase 10%, siswa yang berada pada kategori sedang 5 orang dengan persentase 55%, sedangkankan siswa berada pada kategori tinggi 7 orang dengan persentase 35% dan sangat tinggi tidak ada, data hasil belajar ini menjadi salasatu bahan refleksi pelaksanaan siklus II.

Berdasarkan data hasil belajar dari siklus I akan mengalami peningkatan walaupun masih ada siswa sebagian yang masih membutuhkan bimbingan guru.

Interval Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)

0-34 Sangat rendah 0 0 35-54 Rendah 8 10 55-64 Sedang 5 55 65-84 Tinggi 7 35 85-100 Sangat Tinggi 0 0 Jumlah 20 100

(53)

e. Hasil Refleksi Siklus I

Berdasarkan hasil observasi yang menjadi rekaman pelaksanaan tindakan pada siklus I dapat dipaparkan perubahan-perubahan sikap yang terjadi didalam realisasi tindakan yang ada terhadap proses aktivitas belajar dikelas selama kegiatan berlangsung. Sejak pertemuan pada minggu pertama sikap siswa masih menunjang kurang antusias dalam mengikuti pelajaran bahkan sebagian besar merasa berat dengan membaca dan bersosialisasi denganteman-teman kelompoknya.

Namun setelah kegiatan berlangsung sampai minggu terakhir siklus I sudah nampak perubahan yang terjadi, hal ini ditunjukkan dengan minimnya siswa melakukan kegiatan yang tidak berhubungn dengan kegiatan proses belajar mengajar. Siswa menunjukkan antusias untuk mengikuti pelajaran, didalam mengerjakan soal tugas yang diberikan tidak nampak kemandirian.

Kendala utama dalam pelaksanaan siklus I karena kurangnya minat siswa dalam membaca dan kurangnya proses sosialisasi dengan teman-temannya. Oleh karena itu perlu upaya selanjutnya untuk memperbaikinya. Namun diakhir siklus ini interaksi siswa mulai meningkat terhadap penggunaan model pembelajaran Group Investigation yang menunjukkan memberikan perubahan positif, hal ini dilihat dari refleksi dimana meraka mulai menyukai model pembelajaran group investigation, aktivitas yang dibentuk dalam model pembelajaran group investigation, mereka anggap sebagai wadah melatih diri untuk bekerja sama sehingga belajar bersama-sama diantara sesama anggota

(54)

43

kelompok yang akan meningkatkan motivasi, produktivitas. Selain itu, siswa dapat mandiri dalam memahami isi bacaan yang dipelajari tanpa harus bergantung kepada guru sebagai salah satu sumber informasi.

Hasil refleksi tersebut menjadi dasar acuan dilanjutkan dengan pelaksanaan tindakan ke siklus II dengan mengupayakan perbaikan melalui pembelajaran dengan model group investigation, menekankan kepada siswa menggunakan materi pelajaran yang telah dibaca untuk memecahkan masalah-masalah yang ada dengan berinteraksi dan saling percaya, terbuka dan rileks diantara anggota kelompok dan memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh dan memberi masukan di antara mereka untuk mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai, dan moral serta keterampilan yang ingin dikembangkan dalam pelajaran.

2. Paparan Data Siklus Kedua a. Tahap Perencanaan

Pada saat pembelajaran dimulai pada siklus II kegiatan guru dalam tahap perencanaan adalah sebagai berikut :

1) Peneliti akan mempersiapkan alat peraga untuk dipresentasikan pada saat pembelajaran faktor-faktor terjadinya demontrasi

2) Mengabsen kehadiran siswa sekaligus membagi siswa menjadi beberapa kelompok

3) Memberikan refleksi dengan mengingatkan siswa tentang materi sebelumnya melalui beberapa pertanyaan.

(55)

4) Menjabarkan tujuan pembelajaran pada siswa.

5) Memberi penjelasan materi tentang perilaku demonstrasi yang baik. 6) Mengarahkan siswa untuk merangkum materi dan bekerja kelompok. 7) Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan sesuai

dengan hasil penjelasan dan rangkuman yang telah dikerjakan secara bersama-sama dengan anggota kelompoknya masing-masing. Kemudian menjawab satu-persatu pertanyaan siswa.

8) Memberikan pertanyaan kepada siswa seputar materi yang telah dibahas sebelumnya agar siswa termotivasi untuk belajar.

9) Memerintahkan salah satu siswa pada setiap kelompok untuk mempresentasikan materi kemudian mengizinkan kelompok lain untuk memberikan tanggapan.

10) Memberikan kesimpulan hasil diskusi dalam materi pembelajaran 11) Memberikan tugas kepada masing-masing siswa sebagai bahan refleksi.

b. Pelaksnaan Pembelajaran Oleh Peneliti Pada Siklus II

Pada Siklus II berdasarkan hasil diskusi dengan observasi diperoleh bahwa penelitian pada siklus II ini adalah sebagi berikut:

E. Pertemuaan Ke I

Pertemuan pertama pada siklus II ini guru menjelaskan materi pelajaran tentang faktor-faktor penyebab terjadinya perilaku perselisihan demontrasi. Dimana siswa diaktifkan dalam pembelajaran dengan cara melakukan diskusi dan saling bertukar pendapat dalam pembelajaran membuat siswa merasa terlatih

Gambar

Gambar PTK dengan dua siklus: 3
Tabel 1 Keaktifan Siswa pada Siklus I
Tabel 2 Statistik Skor Hasil Tes Siswa Pada Siklus I
Tabel 3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Siklus I
+5

Referensi

Dokumen terkait

Berikut akan disajikan wajib pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) yang ada di Kota Medan yang dapat dilihat pada tabel berikut :.. Berdasarkan

Dalam kurun waktu tahun 2005-2010 telah terjadi peningkatan pembangunan di bidang pariwisata dan budaya, dimana hal itu tercermin pada

IV capaian realisasi keuangan sebesar 48,83% sedangkan sasaran yang telah ditetapkan sebesar 36,95%, dengan realisasi fisik sebesar 55,29% sudah mencapai sasaran yang

(2) Pelaksanaan sosialisasi dan edukasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Perangkat Daerah yang ditunjuk oleh Walikota serta dapat

dan f.. Untuk mempersiapkan presentasinya ke bank setempat , Ia ingin lebih memahami faktor  –  faktor yang membuat suatu toko memperoleh keuntungan. Ia

Dilihat berdasarkan masing-masing subround, penurunan luas panen terbesar secara absolut terjadi pada bulan September-Desember 2015, yaitu turun sebesar 395 hektar atau

 Aku mendor ong rambutny ong rambutnya dari dahi a dari dahinya kemudia nya kemudian berkata den n berkata dengan memoh gan memohon, “Katakan on, “Katakan kau mencintaiku.” Drew