MODUL 11
MODUL 11
REKONSILIASI FISKAL REKONSILIASI FISKAL
I.
I. Dosen memberikaDosen memberikan pengantar sesuan pengantar sesuai dengan Satuan Acai dengan Satuan Acara Perkuliahan ra Perkuliahan ( S. A. P.)( S. A. P.) yang menjelaskan secara umum sebagai berikut :
yang menjelaskan secara umum sebagai berikut : 1.
1. LAPORAN LAPORAN KEUANGAN KEUANGAN KOMERSIAL.KOMERSIAL. 2.
2. Beda Beda Tetap Tetap / / Beda Beda Waktu.Waktu. 3.
3. KREDIT KREDIT PAJAK PAJAK TAHUN TAHUN BERJALAN.BERJALAN. II.
II. Setelah memSetelah memahami maahami materi perkuliahateri perkuliahan tersebun tersebut diatas, dt diatas, diharapkan iharapkan mahasiswa mahasiswa dapatdapat menyelesaika
menyelesaikan tugas- n tugas- tugas sebagai berikut :tugas sebagai berikut : 1.
1. MerekonsiliasMerekonsiliasi i Laporan Laporan Keuangan Keuangan komersial menjadi komersial menjadi Laporan Laporan Keuangan Keuangan fiskalfiskal dapat menimbulkan koreksi fiskal positif dan
dapat menimbulkan koreksi fiskal positif dan koreksi fiskal negatif. koreksi fiskal negatif. Jelaskan keduaJelaskan kedua jenis koreksi
jenis koreksi fiskal tersebut dan bfiskal tersebut dan berikan contoh merikan contoh masing- masingasing- masing.. 2.
2. Akibat koreksi Akibat koreksi fiskal dari fiskal dari Laporan Keuangan Laporan Keuangan komersial menjadi komersial menjadi Laporan KLaporan Keuanganeuangan fiskal menyebabkan perbedaan antara laba komersial dengan laba fiskal. Perbedaan fiskal menyebabkan perbedaan antara laba komersial dengan laba fiskal. Perbedaan tersebut dikelompokkan menjad
tersebut dikelompokkan menjadi : beda i : beda tetap ( permanent differences ) dan bedatetap ( permanent differences ) dan beda waktu ( time
waktu ( time differences ). Jelaskan pengertian kedua jenis perbedaan tersebdifferences ). Jelaskan pengertian kedua jenis perbedaan tersebut danut dan berikan contoh masing- masing.
berikan contoh masing- masing. 3.
3. Pada Pada akhir akhir tahun tahun pajak, pajak, SPT SPT Tahunan Tahunan akan akan timbul timbul :: a.
a. PPh Kurang PPh Kurang Bayar ( Bayar ( PPh PPh Pasal 29 Pasal 29 )) b.
b. PPh Lebih PPh Lebih Bayar ( Bayar ( PPh PPh Pasal 28A Pasal 28A )) c.
c. PPh PPh Nihil.Nihil.
Jelaskan bagaiman
Jelaskan bagaimana hal tersebut bisa terjadi a hal tersebut bisa terjadi !! 4.
4. Menurut anda Menurut anda apakah boleh apakah boleh jika laba jika laba yang dilaporkan yang dilaporkan ke Kantor ke Kantor Pajak berbedaPajak berbeda dengan laba yang dilaporkan ke pemegang saham. Jelaskan !
dengan laba yang dilaporkan ke pemegang saham. Jelaskan ! 5.
5. Apabila laba Apabila laba akuntansi berbeda akuntansi berbeda dengan laba dengan laba fiskal, apakah perlu fiskal, apakah perlu melakukanmelakukan
pembukuan ganda ? Jelaskan upaya yang harus anda lakukan agar perbedaan laba pembukuan ganda ? Jelaskan upaya yang harus anda lakukan agar perbedaan laba tersebut dapat difahami oleh pemegang saham maupun fiskus !
tersebut dapat difahami oleh pemegang saham maupun fiskus !
Soal : Soal :
Laporan Rugi-Laba PT Poki-Poki untuk periode tahun 2008 sebagai berikut : Laporan Rugi-Laba PT Poki-Poki untuk periode tahun 2008 sebagai berikut :
( dalam rupiah ) ( dalam rupiah ) Pejualan Pejualan : : 7.800.000.0007.800.000.000 HPP: (4.210.000.000) HPP: (4.210.000.000)
Penghasilan Bruto Usaha : 3.590.000.000 Biaya Operasional
Beban Pemasaran :
a. Gaji dan komisi salesman 475.000.000 b. Gaji dan upah bagian penjualan 275.000.000 c. Beban angkut penjualan 200.000.000
d. Beban promosi 180.000.000.
e. Beban cadangan piut tak tertagih 250.000.000 f. Beban kirim pos, telp, dan teleks 120.000.000
g. Depresiasi kendaraan 120.000.000
1.620.000.000 Beban administrasi dan Umum :
a. Gaji dan kesejahteraan pegawai 450.000.000
b. Beban premi asuransi 130.000.000
c. Beban konsultan 150.000.000
d. Beban supplies kantor 170.000.000
e. Depresiasi bangunan kantor 50.000.000 f. Depresiasi mebel dan alat kantor 150.000.000 1.100.000.000
Total Beban Usaha : 2.720.000.000
Laba / rugi Usaha : 870.000.000
Pendapatan dari luar usaha :
a. Pendapatan sewa tanah ( setelah PPh ) 125.000.000 b. Pendapatan bunga bank / jasa giro ( setelah PPh ) 75.000.000 c. Penghasilan dari sewa kendaraan ( setelah PPh ) 9.700.000
Jumlah 209.700.000
a. Beban bunga 50.000.000
b. Rugi selisih kurs 15.000.000
c. Denda PPh 10.000.000
Jumlah ( 75.000.000 )
Laba Bersih 1.004.700.000
Keterangan Tambahan : 1. Daftar aset tetap :
2. Dalam beban pomosi terdapat beban- beban :
Bantuan untuk Panitia HUT RI Rp. 5.000.000 dan beban entertainment ( tanpa daftar nominal ) Rp. 10.000.000.
3. Dalam beban gaji dan kesejahteraan pegawai kantor terdapat beban- beban sebagai berikut : a. Tunjangan transportasi Rp. 40.000.000,-NO Jenis aset Harga Perolehan Perole han Penystn. KomersiaG aris Lurus Penyst n. Fiskal Saldo Menur un
1. Bangunan Kantor 1.250.000.000 Jan. 2006
25 tahun 20
tahun
2. Mebel dan alat kantor 750.000.000 Jan. 2006 5 tahun 8 tahun 3. Kendaraan 600.000.000 Juni 2007 5 tahun 8 tahun
b. Beban makan kantor Rp. 60.000.000,-c. Pengobatan ditanggung perusahaan Rp. 20.000.000,-d. Tunjangan PPh Pasal 21 Rp.
20.000.000,-4. PPh Pasal 25 yang telah dibayar untuk tahun 2008 adalah Rp.
120.000.000,-Pertanyaan :
Buatlah rekonsiliasi fiskal tahun 2008 untuk PT Poki- Poki.
III.
PEMBAHASAN MATERI :
A. LAPORAN KEUANGAN KOMERSIAL :
1. Laporan Keuangan Komersial, ialah laporan yang disusun dengan prinsip akuntansi bersifat netral atau tidak memihak. Agar hasil usaha dapat diketahui, setiap kurun waktu tertentu perusahaan perlu menyusun laporan keuangan.
Laporan Keuangan adalah tahap aklhir dalam akuntansi yang harus memenuhi syarat yaitu relevan, dapat diuji, dapat dibandingkan, dapat dipercaya, lengkap penyampaiannya tepat waktu, akurat dan obyektif.
2. Masa Akuntansi, ialah jangka waktu tertentu yang digunakan sebagai dasar untuk menghitung posisi keuangan suatu perusahaan. Jadi Laporan Keuangan yang terdiri dari Neraca dan Perhitungan Rugi – Laba, disusun setiap kurun waktu
tertentu, misalnya tiap kuartal, semester atau tahunan. Masa akuntansi umumnya ditetapkan berdasarkan tahun kalender atau tahun takwim.
Dalam perpajakan dikenal juga masa akuntansi yang disebut dengan istilah tahun pajak, yaitu jangka waktu yang diperlukan sebagai dasar untuk menghitung
besarnya pajak yang terutang.
3. Konsep taat asas atau konsistensi dalam akuntansi sangat diperlukan. Perubahan prosedur pencatatan atau perhitungan dalam akuntansi akan
mempengaruhi isi Laporan Keuangan Konsep taat asas dalam akuntansi adalah fleksibel, yaitu perubahan prosedur atau metode akuntansi diperkenankan, asalkan pengaruhnya dikemukakan dalam laporan. Hal ini brbeda dengan konsep taat asas yang dipakai dalam perpajakan, adalah konsep taat asas yang tidak fleksibel.
4. Apabila laporan disusun khusus untuk kepentingan perpajakan dengan mengindahkan semua peraturan perpajakan, maka laporan ini dinamakan Laporan Keuangan Fiskal. Dalam perpajakan ditentukan bahwa Wajib Pajak Dalam Negeri diwajibkan menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan ( SPT ) yang dilampiri dengan Laporan Keuangan. Di dalam undang – undang tidak terdapat keterangan
yang jelas tentang jenis laporan yang harus disampaikan, apakah Laporan
Keuangan Fiskal atau Komersial dan apakah laporan yang telah diaudit atau belum diaudit. Untuk menghindari keragu- raguan berikut ini dikutip Pasal 4 Undang Undang No. 6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang
Undang No. 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan :
Pasal 4
(1) Wajib Pajak wajib mengisi dan menyampaikan Surat Pemberitahuan dengan benar, lengkap, jelas, dan menandatanganinya.
(2) Surat Pemberitahuan Wajib Pajak badan harus ditandatangani oleh pengurus atau direksi.
(3) Dalam hal Wajib Pajak menunjuk seorang kuasa dengan surat kuasa khusus untuk mengisi dan menandatangani Surat Pemberitahuan, surat kuasa khusus tersebut harus dilampirkan pada Surat Pemberitahuan.
(4) Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak yang wajib menyelenggarakan pembukuan harus dilampiri dengan laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi serta keterangan lain yang diperlukan untuk menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak.
(4a) Laporan Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) adalah laporan keuangan dari masing-masing Wajib Pajak.
(4b) Dalam hal laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (4a) diaudit oleh Akuntan Publik tetapi tidak dilampirkan pada Surat Pemberitahuan, Surat Pemberitahuan dianggap tidak lengkap dan tidak jelas, sehingga Surat Pemberitahuan dianggap tidak disampaikan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (7) huruf b.
(5) Tata cara penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
Kutipan tersebut dapat ditafsirkan bahwa Laporan Keuangan yang dimaksud adalah laporan yang sesuai dengan ketentuan perpajakan dan Laporan Keuangan yang disampaikan dapat menunjukkan keterangan yang cukup untuk penghitungan penghasilan kena pajak. Namun demikian belum ada ketentuan fiskus yang mengharuskan Wajib Pajak untuk menyampaikan Laporan Keuangan Fiskal dengan format tertentu, oleh karena itu Laporan Keuangan Fiskal dapat disusun dengan cara melakukan rekonsilisasi Laporan Keuangan Komersial dengan Laporan Keuangan Fiskal. Dengan demikian perusahaan
tidak perlu mempunyai sistem akuntansi khusus untuk keperluan perpajakan. Dengan satu sistem akuntansi dan data keuangan dapat disusun berbagai jenis Laporan Keuangan.
5. Definisi Rekonsiliasi ( koreksi ) Fiskal.
Rekonsiliasi ( koreksi ) Fiskal, adalah proses penyesuaian atas laba komersial yang berbeda dengan ketentuan fiskal untuk menghasilkan penghasilan neto / laba yang sesuai dengan ketentuan pajak. Perbedaan perbedaan antara akuntansi dengan fiskal tersebut dapat dikelompokkan menjadi beda tetap / permanen ( permanent difference ) dan beda waktu / sementara ( timing difference ).
B. BEDA TETAP DAN BEDA WAKTU . a. Beda Tetap / Permanen :
Beda Tetap terjadi karena adanya perbedaan pengakuan penghasilan dan biaya menurut akuntansi dan menurut pajak, yaitu adanya penghasilan dan biaya yang diakui menurut akuntansi komersial namun tidak diakui menurut fiskal, atau sebaliknya. Beda tetap mengakibatkan laba / rugi menurut akuntansi ( pre tax income ) berbeda secara tetap dengan Laba Kena Pajak menurut fiskal ( taxable income ).
Beda Tetap biasanya timbul karena peraturan perpajakan mengharuskan hal- hal berikut dikeluarkan dari perhitungan Penghasilan Kena Pajak :
1. Penghasilan yang telah dikenakan PPh Final ( Pasal 4 ayat (2) UU PPh ). 2. Penghasilan yang bukan obyek pajak ( Pasal 4 ayat (3) UU PPh ).
3. Pengeluaran yang tidak berhubungan langsung dengan kegiatan usaha, yaitu mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan serta pengeluaran yang sifatnya pemakaian penghasilan atau jumlahnya melebihi kewajaran ( Pasal 9 ayat (1) UU PPh ).
b. Beda Waktu / Sementara :
Sesuai namanya, beda waktu merupakan perbedaan perlakuan akuntansi dan perpajakan yang sifatnya temporer. Artinya, secara keseluruhan beban atau pendapatan akuntansi maupun perpajakan sebenarnya sama, tetapi berbeda alokasi setiap tahunnya.
pajak dengan akuntansi dalam hal : 1) Akrual dan realisasi.
2) Penyusutan dan amortisasi. 3) Penilaian persediaan.
4) Kompensasi kerugian fiskal.
c. Koreksi Positif dan Negatif dari Rekonsiliasi Fiskal
.
Rekonsiliasi fiskal dilakukan oleh Wajib Pajak yang pembukuannya menggunakan pendekatan akuntansi komersial, yang bertujuan mempermudah mengisi SPT Tahunan PPh dan menyusun Laporan Keuangan Fiskal yang harus dilampirkan pada saat menyampaikan SPT Tahunan PPh.
Koreksi fiskal dapat berupa koreksi positif dan negatif.
Koreksi positif terjadi apabila pendapatan menurut fiskal bertambah sebagai akibat adanya :
1…Beban yang tidak diakui oleh pajak ( non deductible expense ).
2. Penyusutan komersial lebih besar dari penyusutan fiskal. 3 Amortisasi komersial lebih besar dari amortisasi fiskal. 4. Penyesuaian fiskal posotif lainnya.
Koreksi negatif terjadi apabila pendapatan fiskal berkurang sebagai akibat adanya :
1. Penghasilan yang tidak termasuk obyek pajak. 2. Penghasilan yang digunakan PPh Final.
3. Penyusutan komersial lebih kecil dari pada penyusutan fiskal. 4. Amortisasi komersial lebih kecil dari pada amortisasi fiskal. 5. Penghasilan yang ditangguhkan pengakuannya.
d. CONTOH SOAL :
PT Fast meminta bantuan anda menyusun rekonsiliasi fiskal berdasarkan data Laporan Keuangan tahun 2008 sebagai berikut (dalam rupiah) :
Pejualan : 1.250.000.000
HPP: (500.000.000)
Penghasiln Bruto Usaha : 750.000.000
Biaya Operasional
a. Gaji : 55.000.000
b. Tunjangan Transport Karyawan : 45.000.000
c. Biaya makan kantor : 6.000.000
d. Biaya pengobatan ditanggung perusahaan : 20.000.000 e. Biaya training karyawa : 15.000.000
f. Biaya seragam satpam : 12.000.000
g. Biaya sanksi administrasi pajak : 10.000.000
h. Biaya pengangkutan : 4.500.000
i. Biaya bunga pinjaman : 7.000.000
j. Cadanganpenghapusan piutang : 5.000.000 k. Biaya jamuan tamu tanpa daftar nominatif : 10.000.000 l. Biaya listrik dan telepon kantor : 24.000.000
m. PBB dan Bea Meterai : 3.000.000
n. Penyusutan aset tetap : 40.000.000 o. Preni asuransi kebakaran pabrik : 10.000.000 p. Bantuan untuk panitia HUT RI : 5.000.000
Tota Biaya Operasional : 271.500.000
Pendapatan Lain- lain :
a. Dividen dari PT Jaya ( setelah PPh ) : 85.000.000 ( % kepemilikan 20% )
b. Sewa kendaraan box kepada Fa. Maju ( setelah PPh ) : 9.700.000
c. Keuntungan selisih kurs : 5.000.000
d. Penerimaan pengembalian PBB yang telah
dibebankan : 5.000.000
e. Jasa giro Bank Mandiri ( sebelum PPh ) : 2.000.000
Total Pendapatan Lain- lain : 106.700.000
Laba Usaha Sebelum PPh : 585.200.000
Keterangan Tambahan :
Jenis aset Tahun beli
Harga beli ( dalam Rp ) Nilai residu ( dalam Rp.) Bangunan permanen 06 –07 - 2006 400.000.000 50.000.000 Kelompok I 10 –12 - 2007 60.000.000 10.000.000
Penyusutan fiskal menggunakan metode garis lurus. Pertanyaan :
1. Buatlah rekonsiliasi fiskal untuk PT Fast. 2. Berapa penghasilan neto fiskal perusahaan.
JAWAB :
PT Fast
Rekonsiliasi Fiskal Tahun 2008 ( dalam ribuan rupiah )
Keterangan Mnrt Aktns Koreksi fiskal Mnrt fiskal Kete rang an Postif Negtf Penjualan / Peredaran -/- HPP
Pengh Bruto Ush Biaya Usaha : -Gaji
-Tunjangan transpt Kary. -By. Makan kantor
-ByPengobtn.dtng.Persh. -By training karywn -By sragam Satpam -Sanksi adm Pajak -By Pengangkutn -By Bunga Pinjaman -Cad Penghpsn Piut -By Jamuan tamu tanpa
Daftar nominatif
-By Listrik & Telp Kantr -PBB & Bea Met
-Penyst Aset Tetap -Premi ass Kebakr Pabrk -Sumbangan HUT RI
Total Biaya Ush Pengh Neto dari Ush +/+Pengh dari Luar Ush - Dividen dari PT Jaya - Trima ewa kendraan
Box dari Fa Maju - Keuntungn Sel Kurs. - Pen Pengmblian PBB yg
telah dibebankan - Jasa giro Bank Mandiri Total Pngh Luar Ush
1.250.000 (500.000) 750.000 55.000 45.000 6.000 20.000 15.000 12.000 10.000 4.500 7.000 5.000 10.000 24.000 3.000 40.000 10.000 5.000 (271.500) 478.500 85.000 9.700 5.000 5.000 2.000 106.700 --20.000 --10.000 --5.000 10.000 --5.000 --5.000 (55.000) 55.000 15.000 300 --15.300 --2.000 2.000 1.250.000 (500.000) 750.000 55.000 45.000 6.000 0 15.000 12.000 0 4.500 7.000 0 0 24.000 3.000 35.000 10.000 0 (216.500) 533.500 100.000 10.000 5.000 5.000 0 120.000 A B C D E F G H I
-/- By dari Luar Ush
Laba Bersih sbl Pajak
--585.200 --70.300 --2.000 --653.500 Keterangan :
A : Pasal 9 ayat (1) UU PPh. B : Pasal 9 ayat (1) UU PPh. C : Pasal 9 ayat (1) UU PPh.
D : SE Dirjen Pajak No. 27 /PJ.42/ 1986. E : Pasal 11 UU PPh.
F : Pasal 9 ayat (1) UU PPh. G : Pasal 4 ayat (1) UU PPh. H : Pasal 4 ayat (1) UU PPh. I : Pasal 4 ayat (2) UU PPh.
Penghasilan neto fiskal perusahaan adalah Rp.
653.500.000,-- Atas koreksi fiskal yang dilakukan, perusahaan tidak perlu membuat jurnal.
- PPh terutang dihitung dengan mengalikan tarif PPh Pasal 17 terhadap Penghasilan Kena Pajak. Sebelum dikalikan tarif PPh, Penghasilan Kena Pajak terlebih dahulu dibulatkan ribuan kebawah.
C. KREDIT PAJAK TAHUN BERJALAN
.
Kredit pajak tahun berjalan terdiri atas : 1. Kredit pajak dalam negeri.
Untuk WP Orang Pribadi, kredit pajak dalam negeri dapat terdiri atas PPh yang dipotong / dipungut pihak lain, meliputi PPh Pasal 21, 22, 23. Seangkan untuk WP Badan, kredit pajak dalam negeinya dapat terdiri atas PPh Pasal 22 atau 23.
Pajak yang dibayar atau terutang atas penghasilan dari luar newgeri dapat dikreditkan di Indonesia ( PPh Pasal 24 ). Pengkreditan PPh Pasal 24 dilakukan di tahun pajak digabungkannya penghasilan tersebut. Namun kerugian di luar negeri tidak boleh digabungkan.
3. PPh yang dibayar sendiri.
Pembayaran pajak yang dilakukan oleh WP sendiri berupa angsuran PPh Pasal 25 yang dibayar setiap bulan ataupun fiskal luar negeri.