• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEAD TOGETHER BERBANTUAN MEDIA KONKRET TERHADAP KOMPETENSI PENGETAHUAN IPA SISWA KELAS IV SD GUGUS KOMPYANG SUJANA

DENPASAR UTARA

Putu Mega Nilayanti1, I Ketut Adnyana Putra2, I Nengah Suadnyana3 1,2,3Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

email:flawerymeiga@yahoo.com1, adnyana.putra54@gmail.com2 suadnyanainengah@gmail.com3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPA kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Number Head

Together berbantuan media konkret terhadap kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas IV SD Gugus

Kompyang Sujana Denpasar Utara Tahun Ajaran 2016/2017. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu dengan rancangan nonequivalent control group design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD Gugus Kompyang Sujana Denpasar Utara yang berjumlah 388 siswa. Sampel diambil dengan teknik random sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN 9 Peguyangan berjumlah 47 siswa sebagai kelompok yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Number Head Together berbantuan media konkret dan siswa kelas IV SDN 7 Peguyangan berjumlah 40 siswa sebagai kelompok kontrol dengan pembelajaran konvensional. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode tes dalam bentuk tes objektif pilihan ganda biasa dengan empat jawaban. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis uji-t. Hasil analisis data diperoleh thitung = 5,666 > ttabel = 2,000 pada taraf signifikansi 5% dan dk = 85. Berdasarkan kriteria pengujian, maka H0 ditolak. Adapun rata-rata Gain Skor kompetensi pengetahuan IPA pada kelompok yang dibelajarakan dengan model pembelajaran kooperatif tipe

Number Head Together berbantuan media konkret adalah 0,55, sedangkan pada kelompok yang

dibelajarankan dengan pembelajaran konvensional adalah 0,38. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Number Head

Together berbantuan media konkret terhadap kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas IV SD Gugus

Kompyang Sujana Denpasar Utara Tahun Ajaran 2016/2017. Kata kunci : Number Head Together, kompetensi pengetahuan, IPA

Abstract

The purpose of this research is to know the significant difference of the natural Science competence of a group of students which is taught using cooperative learning type named as Number Head Together assisted concrete media on science knowledge competence of IV graders of elementary school SD Gugus Kompyang Sujana North Denpasar Sub District in Academic Year 2016/2017.. This type of this researh is quasi experiment research with nonequivalent control group design. The population of this study is all students of fifth grade of SD Kompyang Sujana North Denpasar with total up to 388 students. The samples were taken randomly sampling technique. The sample in this research was the fifth grade students of SDN 9 Peguyangan with total up to 47 students as a group that was taught using cooperative learning type named as Number Head Together assisted concrete media through conventional learning and the fifth grade students of SDN 7 Peguyangan with total up to 40 students as group control using conventional learning. The data were collected using a method in the form of standard multiple-choice objective test with four answers. The data that was obtained were analyzed using t-test analysis. The result of the analysis are tcount = 5,666 > ttable = 2,000 for 5% significance and dk = 85. Based on test criteria, there for H0 is rejected and Ha is accepted. The average score of natural Science competence in the group that was taught using cooperative learning

(2)

2

type named as Number Head Together assisted concrete media was 0,55, while in the conventional learning group was 0,38. Based on the result of this research, can be concluded that there is an influence of cooperative learning type named as Number Head Together assisted concrete media to natural Science competence of fifth grade elementary school student of Kompyang Sujana District of North Denpasar academic year 2016/2017.

Keywords:number head together, concrete media, the natural Science competence

PENDAHULUAN

Pembelajaran merupakan persoalan yang sangat penting, sebab banyak hal yang ikut mempengaruhinya. Salah satu faktor itu diantaranya adalah guru. Guru merupakan komponen yang terdapat dalam pembelajaran yang memegang peranan penting dan utama, karena keberhasilan proses apembelajaran salah satunya ditentukan oleh faktor guru. Tugas guru adalah menyampaikan materi pelajaran kepada siswa dengan menggunakan cara atau metode dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan. Keberhasilan guru menyampaikan materi kepada siswanya sangat tergantung pada metode yang digunakan. Minimnya metode yang digunakan membawa akibat terhadap pesan yang diberikan oleh guru. (Kurniasih & Berlin,2015)

Kualitas pembelajaran di sekolah sangat ditentukan oleh guru, karena dalam proses pembelajaran guru memegang peran yang sangat penting. Peran guru, untuk siswa pada usia sekolah dasar tidak mungkin dapat digantikan oleh perangkat lain seperti, televisi, radio dan komputer sebab, siswa adalah organisme yang sedang berkembang yang memerlukan bimbingan dan bantuan orang dewasa. Menjadi guru tidaklah semudah yang dibayangkan, seseorang yang sanggup berdiri di depan kelas dan memberitahukan tentang materi pengetahuan kepada para siswanya. Menjadi guru bukan sekedar sebuah profesi yang menjadi tumpuan hidup semata, menjadi guru juga tidak sekedar memberikan nilai-nilai tertentu tentang hidup dan lain sebagainya, tetapi menjadi guru mampu meningkatkan kualitas belajar siswa melalui materi pelajaran yang diberikan.

Mata pelajaran IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di SD. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) memegang

peranan sangat penting dalam kehidupan manusia. Hal ini disebabkan karena dalam kehidupan ini sangat tergantung dari alam, zat terkandung di alam, dan segala jenis gejala yang terjadi di alam.“IPA merupakan rumpuan ilmu, memiliki karakteristik khusus, yaitu : mempelajari fenomena alam yang faktual, baik berupa kenyataan atau kejadian dan hubungan sebab-akibatnya”. (Wisudawati & Sulistyowati,2015:22).

Sesuai dengan hasil observasi yang telah dilaksanakan di kelas IV SD Gugus Kompyang Sujana menunjukan bahwa pembelajaran IPA yang tidak dilibatkan secara langsung yang menyebabkan siswa kurang bersemagat ketika menerima materi pembelajaran. Hal ini menyebabkan kompetensi pengetahuan siswa menurun pada pembelajaran IPA.

Salah satu hal yang dapat dilakukan oleh guru untuk meningkatkan kompetensi pengetahuan adalah menerapkan model pembelajaran yang berkembang saat ini yaitu, model pembelajaran kooperatif. “Pembelajaran ini menggunakan kelompok-kelompok kecil sehingga siswa-siswa saling bekerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran” (Isjoni,2009:21). Siswa dalam kelompok kooperatif belajar berdiskusi saling membantu dan mengajak satu sama lain untuk mengatasi masalah belajar. Kurniasih dan Berlin (2016:29) menyatakan “model pembelajaran kooperatif, yaitu : tipe Number Head

Together atau kepala bernomor struktur.

Model ini dapat dijadikan alternatif model pembelajaran dengan membentuk kelompok heterogen, setiap kelompok beranggotakan 3-5 siswa, setiap anggota memiliki satu nomor. Kemudian guru mengajukan pertanyaan untuk di diskusikan bersama dalam kelompok dengan menunjuk salah satu nomor untuk

(3)

3 mewakili kelompok. Model pembelajaran ini memiliki ciri khas dimana guru hanya menunjuk seorang siswa untuk mewakili kelompoknya tanpa memberitahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya tersebut sehingga, cara ini menjamin keterlibatan total semua siswa”.

Keunggulan menerapkan model pembelajarn kooperatif tipe Number Head

Together ini sangat baik untuk

meningkatkan tanggung jawab individu dalam diskusi kelompok, mengemabangkan rasa ingin tahu siswa dan setiap siswa termotivasi untuk menguasai materi pelajaran. “Melalui model Number Head Together siswa mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas”. (Susila,2015:4). Disamping itu, meminimalisir prilaku mengganggu sehingga, konflik antara pribadi berkurang sehingga, muncul pemahaman yang lebih mendalam serta meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi dan tentu saja hasil akhinya dengan kompetensi pengetahuan yang lebih baik. Model pembelajaran ini harus dilaksanakan dengan memberikan penomoran sehingga setiap siswa dalam tim mempunyai nomor berbeda-beda, sesuai dengan jumlah siswa di dalam kelompok. Dengan pemberian nomor tersebut, guru dapat pengajuan pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan yang diberikan dapat diambil dari materi pelajaran tertentu yang memang sedang dipelajari dan dalam membuat pertanyaan diusahakan dapat bervariasi dari yang spesifik hingga bersifat umum dengan tingkat kesulitan yang bervariasi. Selain itu model pembelajaran ini juga dapat dibantu dengan media pembelajaran, yaitu : media konkret atau yang sering disebut media yang menggunakan benda nyata.

Pentingnya peran media dalam pembelajaran mengharuskan para guru untuk lebih kreatif dan inovatif dalam memanfaatkan berbagai media. Media merupakan alat bantu mengajar termasuk salah satu komponen lingkungan belajar yang dirancang oleh pengajar. Media pembelajaran merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari proses pembelajaran. Pemanfaatan media

pembelajaran yang optimal perlu didasarkan pada kebermaknaan dan nilai tambah yang dapat diberikan kepada siswa melalui suatu pengalaman belajar yang menggunakan media pembelajaran. Keunggulan penggunaan media konkret dalam pembelajaran juga sangat membantu dan memudahkan guru dalam proses pembelajaran. Siswa juga lebih mudah memahami dan mengerti materi yang dipelajarinya tanpa harus membayangkannya saja, tetapi siswa secara langsung dapat melihat dan meraba media tersebut. Fungsi media dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran juga tercapai secara maksimal.

Perpaduan antara model pembelajaran yang inovatif dibantu dengan media pembelajaran yang konkret atau nyata memudahkan siswa dalam memahami materi yang dipelajari dan meningkatkan kompetensi pengetahuan siswa. Hal ini dapat diterapkan oleh guru dalam pembelajaran. Kurikulum 2013 yang mengacu pada 5M tercapai dengan menggunkan model pembelajaran kooperatif tipe Number Head Together dengan bantuan media konkret dalam pembelajaran meningkatkan kompetensi pengetahuan IPA siswa.

Model pembelajaran kooperatif dengan stuktur kepala bernomor dengan tujuan agar siswa dapat saling bekerja sama, melatih tanggung jawab siswa dan meningkatkan rasa percaya diri pada siswa. Melalui media konkret atau media yang menggunkan benda nyata dalam proses pembelajaran membuat siswa lebih mudah memahami suatu konsep yang abstrak menjadi lebih konkret (nyata).

Setiap guru paham alasan mengapa IPA diajarkan di sekolah dasar. Ada berbagai alasan yang menyebabkan satu mata pelajaran itu dimasukkan ke dalam kurikulum suatu sekolah. Alasan itu dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu : (a). IPA berfaedah bagi suatu bangsa, kiranya tidak perlu dipersoalkan panjang lebar. Kesejahteraan materil suatu bangsa banyak sekali tergantung pada kemampuan bangsa itu dalam bidang IPA, sebab IPA merupakan dasar teknologi, sering disebut sebagai tulang

(4)

4 punggung pembangunan. Pengetahuan dasar untuk teknologi adalah IPA. (b). Bila diajarkan IPA menurut cara yang tepat, maka IPA merupakan suatu mata pelajaran yang memberikan kesempatan berpikir kritis, yaitu : IPA diajarkan dengan mengikuti metode “menemukan sendiri”. (c). Bila IPA diajarkan melalui percoban-percobaan yang dilakukan sendiri oleh siswa maka, IPA tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat hapalan belaka dan (d). Mata pelajaran ini mempunyai nilai-nilai pendidikan atau mempunyai potensi yang dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan (Samatowa, 2011).

IPA berfaedah bagi suatu bangsa, kiranya tidak perlu diperpanjang lebar. Kesejahteraan materil suatu bangsa banyak sekali tergantung kepada kemampuan bangsa itu dalam bidang IPA, sebab IPA merupakan dasar teknologi. Sedangkan teknologi disebut sebagai tulang punggung pembangunan. Suatu teknologi tidak berkembang pesat jika tidak didasari pengetahuan dasar yang memadai. IPA melatih siswa berpikir kritis dan objektif. Pengetahuan yang benar artinya pengetahuan yang dibenarkan menurut tolak ukur kebenaran ilmu, yaitu : rasional dan objektif.

Kompetensi merupakan sesuatu yang kompleks didalamnya mengandung banyak aspek (ranah). “Menurut kurikulum 2013, kompetensi itu mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan”(Kosasih, 2014:14). Di dalam kurikulum 2013, ketiga aspek itu dinyatakan di dalam rumusan kompetensi inti dengan menggunakan notasi sebagai berikut.(1)Kompetensi Inti 1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual. (2)Kompetensi Inti 2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial. (3)Kompetensi Inti 3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan. (4)Kompetensi Inti 4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan.

Kompetesi pegetahuan menurut Yusuf (2015:190) mencakup “C1 (pengetahuan), C2 (Pemahaman), C3 (Aplikasi), C4 (Analisis), C5 (Sintesis), C6 (Evaluasi)”. Kompetensi inti merupakan kompetensi yang harus dicapai siswa dalam keseluruhan mata pelajaran dalam satu tingkatannya. Kompetensi inti

dirancang seiring dengan meningkatnya

usia siswa pada kelas

tertentu.“Pengetahuan dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang diketahui atau segala sesuatu yang berkenaan dengan hal”. (Setyosari,2015:4). Berkenaan dengan hal yang dikenali atau diketahui, seseorang dapat memahami dan mungkin melakukan atau mengaplikasikan tentang pengetahuan tersebut dalam situasi tertentu. Berdasarkan landasan teori tersebut, dapat disimpulkan kompetensi pengetahuan IPA adalah segela sesuatu yang kompleks yang berkaitan dengan pengetahuan, keterampilan yang berhubungan dengan IPA.

Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif membutuhkan partisipasi dan kerja sama dalam kelompok pembelajaran. Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan cara belajar siswa menuju belajar lebih baik, sikap tolong menolong dalam beberapa perilaku sosial. Tujuan utama dalam penerapan belajar mengajar model pembelajaran kooperatif adalah agar siswa dapat belajar secara berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapatnya secara berkelompok.

Number Head Together atau

penomoran berpikir bersama merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas. Pembelajaran kooperatif tipe Number Head Together ini lebih menekankan kepada struktur khusus yang dirancang untuk mempegaruhi pola interaksi siswa agar memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Selain itu, manfaat dari model pembelajaran kooperatif tipe Number

Head Together sangat membantu siswa

dalam menumbuhkan rasa percaya diri yang baik, memperbaiki penerimaan terhadap individu juga menjadi lebih besar. Disamping itu, meminimalisir prilaku mengganggu sehingga konflik antara pribadi berkurang sehingga muncul pemahaman yang lebih mendalam serta meningkatkan kebaikan budi, kepekaan

(5)

5 dan toleransi dan tentu saja hasil akhinya dengan kompetensi pengetahuan yang lebih baik.“Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Number

Head Together dapat meningkatkan

keaktifan siswa dalam belajar.

Pentingnya peran media dalam pembelajaran mengharuskan para guru untuk lebih kreatif dan inovatif dalam memanfaatkan berbagai media. Media merupakan alat bantu mengajar termasuk salah satu komponen lingkungan belajar yang dirancang oleh pengajar. Media pembelajaran merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari proses pembelajaran. Pemanfaatan media pembelajaran yang optimal perlu didasarkan pada kebermaknaan dan nilai tambah yang dapat diberikan kepada siswa melalui suatu pengalaman belajar yang menggunakan media pembelajaran

Media konkret atau sering disebut media yang menggunakan benda nyata. Benda yang dapat dilihat,didengar dan diraba oleh siswa, sehingga memberikan pengalaman langsung kepada siswa. Benda tersebut tidak harus dihadirkan di ruang kelas ketika proses pembelajaran berlangsung, tetapi siswa dapat melihat langsung ke lokasi objek. Dengan menggunaka media konkret siswa lebih mudah memahami dan mengerti materi materi yang dipelajarinya dan fungsi media dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran juga tercapai secara maksimal. ”Benda konkret dapat memberikan kesempatan kepda siswa untuk mempelajari sesuatu menggunakan objek-objek nyata”. (Yudiastuti (2014:4)

Berdasarkan perpaduan tersebut antara model pembelajaran kooperatif tipe

Number Head Together dengan

berbantuan media konkret. Model pembelajaran ini menggunakan kelompok-kelompok siswa dengan kepala bernomor struktur yang nantinya meningkatkan rasa tanggung jawab siswa melalui kerja sama dengan kelompoknya. Dengan berbantuan media konkret pemahamn siswa terhadap materi pembelajaran menjadi lebih mudah karena siswa melihat langsung media konkret yang diberikan guru khususnya dalam pembelajaran IPA. Dengan berbantuan media konkret dapat meningkatkan kualitas pengajaran dan

membuat siswa menjadi berpikir dan beranalisis terhadap media konkret yang diberikan hal ini juga dapat meningkatkan kompetensi pengetahuan IPA.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian kelas eksperimen dan kelas kontrol yang dilakukan pada kelas IV SD Gugus Kompyang Sujana Denpasar Utara semester 2 tahun ajaran 2016/2017. Penelitian ini dilakasanakan pada bulan maret s/d april penelitian kelas eksperimen dilakukan di SDN 9 Peguyangan dan penelitain kontrol dilakukan di SDN 7 Peguyangan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe

Number Head Together berbantuan media

konkret terhadap kompetensi pengetahuan IPA, dengan variabel bebas yaitu model pembelajaran kooperatif tipe

Number Head Together berbantuan media

konkret dan variabel terikat adalah kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas IV SD Gugus Kompyang Sujana.

Penelitian ini dilaksanakan pada semester 2 tahun ajaran 2016/2017 di kelas IV SD Gugus Kompyang Sujana Denpasar Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kompetensi pengetahuan IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Number

Head Together berbantuan media konkret

dengan kelompok siswa yang tidak dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Number Head

Together berbantuan media konkret.

Rancangan penelitian yang digunakan

Quasi Eksperimen dengan rancangan Nonequivalent Control Group Design.

“Dalam penelitian ini untuk menentukan subjek penelitian langkah awal dalam penelitian ini adalah menetukan populasi yang diteliti. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi kauntitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan ditarik kesimpulannya”. (Sugiyono,2014:90) sedangkan, (Setyosari,2015:221) mengungkapkan “populasi merupakan keseluruhan dari objek, orang, peristiwa, atau sejenisnya yang menjadi perhatian

(6)

6 dan kajian dalam penelitian’. Dengan demikian populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Gugus Kompyang Sujana Denpasar Utara Tahun Ajaran 2016/2017.

“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. (Sugiyono,2014:91). Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul Representative

(mewakili), sedangkan menurut (Setyosari,2015:221) mengemukakan “sampel merupakan suatu faktor penting yang perlu diperhatikan dalam penelitian yang dilakukan”. Dengan demikian berdasarkan kedua pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa sampel adalah perwakilan yang dimiliki populasi yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan.

Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel ini disebut sebagai teknik Random Sampling (sampel acak). Pengacakan yang dilakukan adalah acak kelas kemudian dilakukan pengundian. Jadi setiap kelas mendapatkan kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel. Pemilihan sampel dalam penelitian ini tidak dilakukan pengacakan individu, karena tidak bisa mengubah kelas yang telah terbentuk sebelumnya. Kelas dipilih sebagaimana telah terbentuk tanpa campur tangan peneliti dan tidak dilakukannya pengacakan individu, kemungkinan pengaruh-pengaruh dari keadaan subjek mengetahui dirinya dilibatkan dalam eksperimen dapat dikurangi sehingga penelitian ini benar-benar menggambarkan pengaruh perlakuan yang diberikan.

Cara pengundian dilakukan dengan menulis semua nama kelas IV di seluruh SD Gugus Kompyang Sujana Denpasar Utara, pada masing-masing kertas yang jumlahnya 8, kemudian kertas digulung. Gulungan kertas tersebut dimasukkan ke dalam botol dan dikocok. Dilanjutkan

dengan mengambil 2 sampel, 2 sampel yang terpilih yaitu sebagai kelompok kontrol dan kelompok eksperimen selanjutnya, setelah mendapatkan 2 sampel tersebut, peneliti memberikan

Pretest untuk menyetarakan kelas

tersebut dengan menggunakan uji-t dengan rumus Polled Varians. “Tes adalah suatu pengukuran yang bersifat objektif mengenai tingkah laku seseorang sehingga, tingkah laku tersebut dapat digambarkan dengan bantuan angka, skala atau dengan sistem kategori”(Yusuf ,2015:93). Jenis tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes objektif dalam bentuk pilihan ganda biasa dengan 4 pilihan jawaban (a,b,c dan d), mula-mula dibuat 50 item atau butir soal sesuai dengan kisi-kisi. Soal tersebut kemudian diujicobakan pada kelas yang lebih tinggi. Setelah dianalisir butir soal yang memenuhi syarat digunakan sebagai instrumen penelitian dengan jumlah pertanyaan, yaitu : 30 butir soal. Kemudian ke 30 butir soal tersebut diajukan kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, yaitu dipergunakan sebagai soal Pretest. Selain itu soal

Pretest yang sudah dipilih tersebut juga

dijadikan soal Posttest dengan cara mengacak nomor soal. Setiap item diberi skor 1 bila siswa menjawab dengan benar (jawaban disesuaikan dengan kunci jawaban) dan skor 0 bila siswa menjawab salah. Skor setiap jawaban kemudian dijumlahkan dan jumlah tersebut merupakan skor variable kompetensi pengetahuan IPA. Skor belajar IPA bergerak dari 0-100. Skor 0 merupakan skor minimal ideal serta skor 100 merupakan skor maksimal tes kompetensi pengetahuan.

Suatu instrumen penelitian dikatakan baik jika sudah memenuhi dua persyaratan penting, yaitu valid dan reliabel. Uji coba instrumen penelitian dilakukan untuk mendapat gambaran secara empirik dapat tidaknya instrumen tersebut digunakan sebagai instrumen penelitian. Instrumen penelitian yang dihasilkan dalam penelitian ini diuji validitas tes, reliabilitas tes, daya beda tes dan indeks kesukaran.

(7)

7 Teknik yang digunakan untuk menganalisis kompetensi pengetahuan IPA dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis statistik, yaitu : uji-t. Sebelum dilaksanakannya uji-t analisis terlebih dahulu dilaksanakan uji prasyarat yang meliputi uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians. Jika data memenuhi persyaratan normalitas dan homogenitas maka, hipotesis diuji dengan uji-t. Uji hipotesis menggunakan uji-t dengan rumus Polled Varians digunakan karena jumlah anggota sampel n1 berbeda dengan n2 dan varians homogen.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hipotesis penelitian yang diuji dalam penelitian ini adalah H0 yang berbunyi : tidak terdapat pengaruh kompetensi pengetahuan IPA kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif Number Head Together

berbantuan media konkret dengan kelompok siswa yang tidak dibelajarkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe Number Head Together berbantuan media konkret pada siswa kelas IV SD Gugu Kompyang Sujan Denpasar Utara Tahun Ajaran 2016/2017.

Ha yang berbunyi : terdapat pengaruh kompetensi pengetahuan IPA kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe

Number Head Together berbantuan media

konkret dengan kelompok siswa yang tidak dibelajarkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe Number

Head Together berbantuan media konkret

pada siswa kelas IV SD Gugus Kompyang Sujana Denpasar Utara Tahun Ajaran 2016/2017.

Hasil perhitungan menunjukkan data kompetensi pengetahuan IPA Siswa Kelas IV kelompok eksperimen dengan nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 97 dan nilai terendah adalah 60 dengan rata-rata data bergolong 82,32 dan hasil perhitungan menunjukkan data kompetensi pengetahuan IPA siswa Kelas IV kelompok kontrol dengan niali tertinggi yang diperoleh siswa adalah 90 dan nilai terendah adalah 50, dengan rata-rata data bergolong 73,35.

Dari data tersebut diketahui bahwa rata-rata data bergolong yang diperoleh

siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Number

Head Togethe berbantuan media konkret

dengan kelompok siswa yang tidak dibelajarkan melalui pembelajaran kooperatif tipe Number Head

Together berbantuan media konkret.

Setelah memperoleh nilai Pretest dan nilai

Posttest IPA Kelas IV di kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol maka, dilanjutkan dengan menormalisasikan nilai

Pretest dan Posttest masing-masing

kelompok. Menormalisasikan nilai Pretest dan Posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, dilakukan dengan menggunakan penghitungan Gain Skor Ternormalisasi (Normalized Gain Score)

Berdasarkan rata-rata yang diperoleh dari perhitungan Gain Skor pada kelas eksperimen adalah 0,55 sedangkan, pada kelas kontrol adalah 0,38. Ini berarti kompetensi pengetahuan IPA mencapai predikat sedang dan pembelajaran dinyatakan berhasil. Penghitungan Gain Skor Ternormalisasi nilai IPA siswa kelas IV pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan analisis uji-t, terlebih dahulu harus dilakukan uji prasyarat yang meliputi uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians. Uji normalitas sebaran data dimaksudkan untuk mengetahui sebaran data berdistribusi normal atau tidak.

Berdasarkan hasil analisis diperoleh harga χ2

hitung =7,59 untuk kelompok eksperimen. Harga tersebut kemudian dikonsultasikan dengan harga χ2

tabel dengan dk = 5 dan taraf signifikansi 5% sehingga, diperoleh harga χ2

tabel =11,070. Karena χ2

hitung = 7,59 < χ2tabel (α=0,05) =11,070 maka, berarti sebaran data kompetensi pengetahuan IPA kelompok eksperimen berdistribusi normal sedangkan, pada kelompok kontrol harga χ2hitung=8,03. Harga tersebut kemudian dikonsultasikan dengan harga χ2

tabel dengan dk = 5 dan taraf signifikansi 5% sehingga, diperoleh harga χ2tabel=11,070. Karena χ2hitung=8,03<χ2 tabel (α=0,05) =11,070 maka, berarti sebaran data kompetensi pengetahuan IPA kelompok kontrol berdistribusi normal selanjutnya, dilakukan uji homogenitas varians. Uji homogenitas data kompetensi pengetahuan IPA

(8)

8 kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diperoleh Fhitung=1,46. Nilai tersebut kemudian, dikonsultasikan dengan harga Ftabel (α=0,05)=1,68 dengan dk 46,39. Karena Fhitung=1,36 < Ftabel (α=0,05)=1,68 maka, dapat dikatakan data kompetensi pengetahuan IPA kelompok eksperimen dan kelompok kontrol mempunyai varians yang homogen.

Berdasarkan hasil uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians

dapat diketahui bahwa data yang diperoleh dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen. Karena data yang diperoleh telah memenuhi uji prasyarat maka, uji hipotesis dapat dilakukan dengan menggunakan analisis uji-t berikut disajikan rekapitulasi hasil analisis data dengan menggunakan uji-t pada Tabel 01. Rekapitulasi Analisis Uji-t

Tabel 01. Rekapitulasi Analisis Uji-t

No Sampel N Dk X S2 thitung ttabel Status 1 Kelompok eksperimen 47 85 0,55 0,0285 5,666 2,000 H0 ditolak 2 Kelompok kontrol 40 0,38 0,0195

Dari hasil analisis diperoleh thitung

=5,666 dan ttabel=2,000 pada taraf

signifikansi 5% (α=0,05) dengan dk =n1+n2–2=47+40–2=85. Oleh karena

thitung=5,666 >ttabel (α=0,05)=2,000 maka, H0

yang menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh kompetensi pengetahuan IPA kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe

Number Head Together berbantuan media

konkret dan kelompok siswa yang tidak dibelajarkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe Number Head Together berbantuan media konkret pada

siswa kelas IV SD Gugus Kompyang Sujana Denpasar Utara Tahun Ajaran 2016/2017 ditolak, dan berarti Ha yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh kompetensi pengetahuan IPA kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Number

Head Together dan kelompok siswa yang

tidak dibelajarkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe Number

Head Together berbantuan media konkret

pada siswa kelas IV SD Gugus Kompyang Sujana Denpasar Utara Tahun Ajaran 2016/2017 diterima. Dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh kompetensi pengetahuan IPA antara yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Number Head Together berbantuan media konkret dan yang tidak dibelajarkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe Number Head Together berbantuan media konkret pada

siswa kelas IV SD Gugus Kompyang Sujana Denpasar Utara Tahun Ajaran 2016/2017.

Pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Number

Head Together berbantuan media konkret

pada muatan materi IPA memberikan kesempatan yang lebih luas kepada siswa untuk mengonstruksikan pengetahuannya melalui berbagai kegiatan bermakna dan teratur yang tentunya menyenangkan bagi siswa pada setiap langkah pembelajarannya. Perbedaan hasil penguasaan kompetensi pengetahuan IPA dapat terlihat dari langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan pada kedua kelompok tersebut, hasil analisis uji hipotesis, dan nilai rata-rata kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Number Head Together berbantuan media konkret dan siswa yang tidak mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe Number Head Together berbantuan media konkret.

Model pembelajaran Number Head

Together salah satu tipe dari

pembelajaran kooperatif yang memiliki sintaks,yaitu: pengarahan dari guru saat memulai pembelajaran, guru membuat kelompok secara heterogen dan setiap siswa memiliki nomor tertentu, guru berikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok sama tapi, untuk setiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa, setiap siswa dengan nomor

(9)

9 sama mendapat tugas yang sama) kemudian siswa melakukan kerja kelompok, presentasi dilakukan anatar kelompok dengan nomor siswa yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi kelas, terjadi kuis individu dan buat skor perkembangan tiap siswa, guru mengumumkan hasil kuis dan memberi Reward (Ngalimun,2013).

Hasil temuan pada penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian sebelumnya yang relevan dan memperkuat hasil penelitian yang diperoleh. Hal tersebut didukung hasil penelitian yang diajukan oleh Aristyadharma (2014) yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil belajar IPA siswa antara kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran

Number Head Together berbantuan media

konkret dengan kelompok siswa yang tidak dibelajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Number

Head Together berbantuan media konkret.

Dengan demikian, pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Number Head Together berbantuan media konkret pada penelitian ini memiliki keunggulan, yaitu : dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan perkembangan karakter siswa dalam mengonstruksi pengetahuan sendiri kemudian, mengomunikasikannya melalui serangkaian usaha berinteraksi dengan lingkungan belajar yang menyenangkan berdasarkan pada komponen pengalaman belajar 5M didukung oleh peranan guru dalam pemberian pemantapan / pengulangan materi, serta pengakuan atas usaha yang dilakukan.

PENUTUP

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji-t dengan dk = 85 pada taraf signifikan 5% diperoleh thitung = 5,666 > ttabel = 2,000, yang berarti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPA antara siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Number Head Together berbantuan media

konkret dengan yang tidak dibelajarkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe Number Head Together berbantuan

media konkret. Rata-rata Gain Skor kompetensi pengetahuan IPA siswa kelompok eksperimen lebih dari rata-rata kompetensi IPA siswa kelompok kontrol (𝑋̅=0,55>𝑋̅=0,38). Dengan demikian model pembelajaran kooperatif tipe

Number Head Together berbantuan media

konkret berpengaruh terhadap kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas IV SD Gugus Kompyang Sujana Tahun Ajaran 2016/2017. Adapun saran yang ingin disampaikan melalui penelitian ini, yaitu : (1)Kepada siswa hendaknya memanfaatkan kesempatan yang difasilitasi guru dengan berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Number Head Together berbantuan media konkret, sehingga dapat membangun pengetahuan sendiri. (2)Kepada guru hendaknya lebih kreatif untuk memberikan fasilitas berupa sumber belajar dan kesempatan yang lebih besar bagi siswa pada pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Number Head Together berbantuan media konkret sehingga tercipta pembelajaran bermakna dan menyenangkan bagi siswa. (3)Kepada sekolah hendaknya menggunakan hasil penelitian ini sebagai pendukung sumber belajar guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dengan menciptakan pembelajaran yang menyenangkan di sekolah sehingga sekolah mampu menghasilkan siswa yang berkualitas. (4)Kepada peneliti lain hendaknya hasil penelitian ini digunakan sebagai referensi untuk melaksanakan penelitian selanjutnya atau menemukan inovasi kegiatan pembelajaran lainnya yang bermakna dan menyenangkan bagi siswa. DAFTAR RUJUKAN

Aristyadharma Putra. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran NHT Berbantuan Media Kongkret Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V Gugus I Kuta, Badung Tahun Ajaran 2013/2014.Jurnal

PGSD UNDIKSHA.Volume 2

(10)

10 Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperatif.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar Kosasih. 2014. Strategi Belajar dan

Pembelajaran Implementasi

Kurikulum 2013. Bandung: Yrama

Widya

Kurniasih dan Berlin. 2016. Model

Pembelajaran . Jakarta: Kata Pena

Setyosari Punaji. 2015. Metode

Penelitian Pendidikan &

Pengembangan. Jakarta: Kencana

Prenada Media Group

Susila Oka. 2015. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Berbantuan Media Konkret Berpengaruh Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SD Gugus VII Kecamatan Gianyar.

Jurnal PGSD UNDIKSHA. Volume

3. Nomor 1. Hlm 4

Sugiyono.2015. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.

Bandung: Alfabeta

Wisudawati & Sulistyowati. 2015.

Metodologi Pembelajaran IPA.

Jakarta: Bumi Aksara

Yudiastuti Kd. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Tipe Number Head

Together (NHT) Berbantuan

Benda Konkret Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V Gugus 1 Dalung Kecamatan Kuta Utara. Jurnal PGSD UNDIKSHA Volume 2 Nomor 1. Hlm 4

Yusuf Muri. 2015. Assmen dan Evaluasi

Pendidikan. Jakarta:

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menghasilkan hasil cluster dengan tingkat similarity terbaik secara umum tahapan dan kerangka kerja penelitian yang digunakan adalah dengan

Perlu ditingkatkan dalam pengelolaan mengeluarkan jadwal mahasiswa ( akademik) Lebih meningkatkan dan lebih baik lagi dalam kemajuan universitas 'aisyiyah yogyakarta Bisa

Penambahan berbagai variasi minyak pelumas bekas dengan 0,03% styrofoam pada campuran beton aspal menyebabkan viscositas campuran jauh lebih rendah daripada beton

bekerja di sektor minyak dan gas bumi secara umum memiliki ketentuan yang dengan karyawan yang bekerja di sektor industri lain. Dengan dasar ini, terdapat kewajiban bagi

Kontribusi antar Indikator dalam IPG Indikator yang paling berpengaruh terhadap nilai IPG di Daerah Istimewa Yogyakarta dari tahun 1999, 2002, 2005 adalah indeks kesehatan

Pak Chenris : Pada laporan EITI tahun sebelumnya IA mendapatkan data pembayaran dari perusahaan selengkap-lengkapnya sampai dengan NTPN, karena untuk rekonsliasi

[r]

Apabila dalam buku APDN kategori Diwajibkan terdapat barang sesuai spesifikasi yang dibutuhkan KKKS maka KKKS mengikuti ketentuan tahapan Tender sesuai dengan Bab X angka 5.1.1