• Tidak ada hasil yang ditemukan

Modul Keperawatan Anak II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Modul Keperawatan Anak II"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

ii

BLOK BLOK KEP

KEPERAERAWATAWATAN ANAKN ANAK IIII

Koordinator Blok : Koordinator Blok : Ns. SUFR

Ns. SUFRIANI, IANI, M.Kep, M.Kep, Sp.Kep.Sp.Kep. AnAn

Penyusun: Penyusun: Ns.

Ns. SUFRIANI, SUFRIANI, M.Kep., SM.Kep., Sp. Kep. Ap. Kep. Ann

Reviewer : Reviewer : Ns.

Ns. SRI INTAN RASRI INTAN RAHAYUNINGSIH, M.KHAYUNINGSIH, M.Kep., Sp. Kep. Anep., Sp. Kep. An

FA

FAKULKULTATASS KEKEPEPERARAWATWATANAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA UNIVERSITAS SYIAH KUALA DA

DARUSRUSSASALAMLAM -- BABANDA ANDA ACEHCEH 2018

(2)

ii ii IDENTITAS PEMILIK IDENTITAS PEMILIK Na Namama :: ... NI NIPP :: ... Tem

Tempatpat/tg/tgl l lahlahirir :: ...

 Alamat Rumah

 Alamat Rumah :: ...

:: ...

No

Nomomor r TeTelplp :: ...

Pemilik, Pemilik, (___________________) (___________________) NIP/NIK : NIP/NIK : Pasfoto Pasfoto 3x4 3x4 cmcm

(3)

ii ii IDENTITAS PEMILIK IDENTITAS PEMILIK Na Namama :: ... NI NIPP :: ... Tem

Tempatpat/tg/tgl l lahlahirir :: ...

 Alamat Rumah

 Alamat Rumah :: ...

:: ...

No

Nomomor r TeTelplp :: ...

Pemilik, Pemilik, (___________________) (___________________) NIP/NIK : NIP/NIK : Pasfoto Pasfoto 3x4 3x4 cmcm

(4)

iii iii

KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR

Pu

Pujiji dadann sysyukukurur kakamimi ucucapapkakann kekehahadidiraratt AlAllalahh swswt,t, beberkrkatat lilimpmpahahan rahan rahmamatt dadan n kakaruruninia-a-NyNyaa se

sehihingngga modga modul Blul Blokok KeKeperperawawatatanan AnAnakak IIII seselelesasai disi disususunun oleolehh pepenulnulisis.. MoModul idul ini beni beririsisikankan kompet

kompetensi mahasensi mahasiswaiswa tentantentangg konsep penykonsep penyakit kronakit kronik dan terminik dan terminal pada anak dan asuhaal pada anak dan asuhann keperaw

keperawatanatan pada pada anak danak dengan engan sakit sakit kroniskronis/term/terminal inal dan bdan berkebuerkebutuhan tuhan khususkhusus secasecarara kompreh

komprehensiensiff dan sistdan sistematiematiss dalam tatdalam tatanan pelayanan pelayanan keperawanan keperawatan di rumah saatan di rumah sakit maupukit maupunn di komunitas.

di komunitas. Modul in

Modul ini diharapi diharapkan dapat kan dapat membermemberikan acuikan acuan bagian bagi mahasimahasiswaswa untuk muntuk melakselaksanakananakan pembelajaran dengan sistem

pembelajaran dengan sistem Student Centered Learning Student Centered Learning  (SCL)(SCL) yang syang sedang diedang diterapterapkan dikan di Fakult

Fakultas Kas Keperaweperawatanatan UnsyUnsyiah,iah, khususkhususnyanya pada pada topiktopik keperakeperawatan watan anak. anak. Selain Selain itu, itu, dengandengan penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang telah dilaksanakan, modul ini dapat penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang telah dilaksanakan, modul ini dapat mendukung proses belajar mengajar dengan pendekatan metode pembelajaran yang mendukung proses belajar mengajar dengan pendekatan metode pembelajaran yang berorientasi pada mahasiswa sehingga dapat memfasilitasi dalam mencapai kompetensi berorientasi pada mahasiswa sehingga dapat memfasilitasi dalam mencapai kompetensi yang diharapkan.

yang diharapkan.

Penyusunan modul ini

Penyusunan modul ini tidak terlepas dari tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, bantuan berbagai pihak, untuk itu tidauntuk itu tidakk lupalupa penulis

penulis sampaikan terimsampaikan terima kasih a kasih yang sebesar-besarnya yang sebesar-besarnya kepada:kepada: 1.

1. DekDekanan FakFakultultas Keas Keperaperawatwatanan UniUniverversitsitas Syas Syiah Kuiah Kualaala -- DarDarussussalaalam Banm Banda Aceda Acehh 2.

2. ReviReviewer modewer modul kepeul keperawarawatan anak tan anak IIII 3.

3. SemSemua sua staf taf dosdosenen FakFakultultas as KepKeperawerawataatann UnsUnsyiayiah yah yang tng telaelah bah banyanyak mek membemberikrikanan masukan yang

masukan yang membangun membangun dalam penyusunan dalam penyusunan modul ini.modul ini. 4.

4. Semua pihaSemua pihak yang telah memk yang telah membantu dalabantu dalam penyusum penyusunan modul ini.nan modul ini. Pen

Penuliuliss berberharaharap semop semoga moduga modul ini dapal ini dapat bermt bermanfanfaat bagaat bagi mahasi mahasiswiswaa dandan selseluruhuruh par

para a pepembmbacaca.a. PePenulnulisis memenynyadadariari dan dan memembmbututuhuhkankan krkrititik ik dadan n sasararan n yayang ng sisifatfatnynyaa memban

membangungun untuk menyuntuk menyempurnaempurnakan modul ini ke depan.kan modul ini ke depan.

B

Baanndda a AAcceehh,, 22001188

Penulis Penulis

(5)

iv DAFTAR ISI Hal Halaman Judul...i Identitas Pemilik...ii Kata Pengantar...iii

Daftar Isi ...iv

Bab I PENDAHULUAN ...1

Bab II KONSEP KEPERAWATAN ANAK II ...6

Bab III KOMPETENSI DAN TUGAS...20

Daftar Pustaka

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

A. DESKRIPSI SINGKAT

1. Nama Modul : Keperawatan Anak II

2. Beban SKS : 3 SKS

3. Tujuan Modul

Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan mampu memahami tentang asuhan keperawatan pada dalam kondisi kronik dan terminal dan mampu memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan penyakit kronis/terminal dan anak dengan berkebutuhan khusus

4. Deskripsi Modul

a. Mata kuliah ini adalah mata kuliah keahlian keperawatan yang berfokus kepada respon anak dan keluarganya pada setiap tahap perkembangan mulai lahir sampai akhir masa remaja baik dalam keadaan sakit kronis dan kondisi terminal serta anak dengan berkebutuhan khusus, baik di masyarakat ataupun di rawat di rumah sakit, serta intervensi keperawatan baik yang bersifat mandiri maupun kolaboratif. Modul ini membahas konsep penyakit kronis/terminal pada anak dengan gangguan/kelainan pada sistem cardiovaskular, digestiv, urinari, hematologi, imun, serta anak dengan berkebutuhan khusus.

b. Mata kuliah ini juga merupakan integrasi dan penerapan ilmu keperawatan dasar dan ilmu dasar keperawatan yang membantu mengantarkan mahasiswa untuk mendalami tentang bagaimana melakukan asuhan keperawatan profesional (holistik), memberikan pendidikan kesehatan, menjalankan fungi advokasi bagi klien/keluarganya dengan menerapkan komunikasi efektif, serta membuat keputusan dengan mempertimbangkan aspek legal dan etik.

c. Kegiatan belajar mahasiswa berorientasi pada pencapaian kemampuan berfikir sistematis, komprehensif dan kritis dalam mengaplikasikan konsep dengan pendekatan proses keperawatan sebagai dasar penyelesaian

(7)

masalah serta mengembangkan sikap profesional (pengembangan soft skills) melalui beberapa model belajar yang relevan.

B. Profesional Profil

Mahasiswa setelah mengikuti proses pembelajaran tahap akademik ini memahami dan mengaplikasikan asuhan keperawatan pada anak dengan penyakit kronis dan terminal serta berkebutuhan khusus yang berfokus pada respon anak dan keluarganya baik di masyarakat ataupun rumah sakit.

C. JADWAL PERKULIAHAN No Hari/ Tanggal PT Waktu Kompe tensi Metode 1 Senin/03 September  2018 13.30 – 14.00 Kuliah introduksi

Pembagian sasaran belajar  (ISS 1 & 2) dan topik jurnal

1 14.00 – 16.30 1 TCL

Konsep keperawatan anak dengan penyakit kronis/terminal dalam konteks keluarga (Ns. Sufriani, M.Kep., Sp.Kep.An) 2 Selasa/ 04 September  2018

2 13.30 – 16.00 2, 3 Konsultasi ISS 1 & Transfer   Knowledge

3 Rabu/ 05 September 

2018

3, 4 13.30 – 16.00

16.00 – 18.30 2, 3 Presentasi ISS 1a (Konseppenyakit dan Askep Patent Ductus Arteriosus, Ventrikel

Septum Defek, Tetralogi Of  Fallot)

4 Kamis / 06 September 

2018

5, 6 13.30 – 16.0016.00 – 18.30 2, 3 Presentasi ISS 1b (Konseppenyakit dan Askep Hirschprung dan Atresia ani) 5 Senin / 10

September  2018

7 13.30 – 16.00 6 TCL

Patofisiologi keganasan pada sistem hematologi dan Askep

leukemia pada anak serta pengkajian resiko jatuh (Ns.

Sri Intan Rahayuningsih, Mkep, Sp.Kep.An)

(8)

No Hari/ Tanggal PT Waktu Kompe tensi Metode

8 16.00 – 18.30 4, 5, 7 Konsultasi ISS 2 & Transfer   Knowledge

6 Rabu / 12 September 

2018

9, 10 13.30 – 16.00

16.00 – 18.30 4, 5, 7 (Konsep penyakit dan AskepPresentasi ISS 2a Nefrotik Syndrom, Chronic Kidney Disease pada anak) 7 Kamis / 13

September  2018

11,

12 13.30 – 16.0016.00 – 18.30 4, 5, 7 (konsep penyakit dan AskepPresentasi ISS 2b thalasemia dan DHF pada

anak) 8 Senin / 17 September  2018 13 13.30 – 16.00 8 TCL Penatalaksanaan anak berkebutuhan khusus; retardasi mental, autisme dan

 ADHD (dr. Masnasrah, Sp.A) 9 Selasa / 18 September  2018 14 13.30 - 16.00 TCL

Perioperative care dan pengkajian nyeri pada anak dan bayi (Ns. Imelda, Mkep,

Sp.Kep.An)

15 16.00 – 18.30 10 TCL

Terapi kemoterapi, desferal dan terapi lain pada anak

kronis/terminal (Ns. Nova Fajri, M.Kep.,

Sp.Kep.An) 10 Rabu / 19 September  2018 16 13.30 – 16.00 Telaah Jurnal 11 Kamis / 20 September  2018

Ujian Tulis dan Responsi

1. Rancangan Pelaksanaan Blok a. Nama Tutor 

1) Ns. Sri Intan Rahayuni ngsih, M.Kep.,Sp.Kep.An 2) Ns. Sufriani, M.Kep.,Sp.Kep.An

3) Ns. Imelda, M.Kep.,Sp.Kep.An 4) Ns. Nova Fajri, M.Kep.,Sp.Kep.An

(9)

5) Ns. Nevi Hasrati Nizami, M.Kep 6) Ns. Darmawati, M.Kep, Sp.Kep Mat 7) Ns. Mariatul Kiftia, M.Kep

b. Kegiatan Tutor 

1) Tutor diharapkan membaca, memahami dan menganalisa isi modul

2) Tutor diharapkan dapat memotivasidan memfasilitasi mahasiswa agar  aktif dalam proses pembelajaran

3) Memahami sasaran belajar dan kompetensi yang diharapkan dengan baik pada setiap kasus pemicu dengan berbagai metode pembelajaran 4) Mengarahkan mahasiswa untuk berfikir kritis dalam

menyelesaikanmasalah keperawatan sesuai dengan tahapan proses keperawatan dari kasus pemicu yang diberikan

5) Mengarahkan mahasiswa untuk maenjaga ketertiban, inventaris ruang belajar dan laboratorium

6) Mengisi seluruh format evaluasi yang disiapkan untuk proses penilaian pelaksanaan modul

7)  Apabila mengalami kesulitan dalam memahami isi modul ini, silahkan menghubungi tim penyusun modul.

c. Kegiatan Mahasiswa

Pada awal pembelajaran modul ini, mahasiswa akan diberikan kuliah pengantar (introduction lecture) di kelas besar oleh koordinator blok yang

bertujuan memberikan gambaran secara komprehensif pada mahasiswa mengenai modul yang akan dipelajari, kompetensi, tujuan pembelajaran serta metode yang akan digunakan. Selanjutnya mahasiswa akan mengikuti pembelajaran sesuai dengan metode pembelajaran yang telah ditetapkan.

d. Metode Pembelajaran

Pembelajaran berdasarkan masalah atau Problem Based Learning  (PBL)

dengan menggunakan metode interactive skill station (ISS), Teacher  Centered Learning ( TCL), telaah jurnal, tugas individu/kelompok.

e. Metode Evaluasi

(10)

2) Ujian responsi : 20% 3) Ujian tulis : 45% 4) Soft skill : 8% 5) Tugas individu/kelompok : 12% - Tugas Individu : 60% - Tugas Kelompok : 40% 6) Absensi : 5%

(11)

BAB II

KONSEP KEPERAWATAN ANAK II

A. Konsep Keperawatan Anak Dengan Penyakit Kronis/Terminal

1. Penyakit kronis pada masa kanak-kanak

 Anak yang sakit kronis memiliki pemahaman yang kurang baik tentang dunia fisik daripada anak yang sehat, dan mereka seringkali tidak mampu menyimpulkan apa yang telah mereka pelajari tentang suatu penyakit sehingga menjadi pemahaman yang lebih luas tentang penyebab penyakit

Seseorang dengan penyakit kronis sering menderita gejala yang melumpuhkan dan mengganggu kemampuan untuk melanjutkan pola hidup normal. Kemandirian sangat terancam, yang menyebabkan ketakutan, kecemasan dan kesedihan yang menyeluruh. Ketergantungan pada orang lain untuk mendapat perawatan diri secara rutin dapat menimbulkan perasaan tidak berdaya dan persepsi yang buruk tentang penurunan kekuatan batiniah. Seseorang mungkin merasa kehilangan tujuan hidup yang mempengaruhi kekuatan dari dalam yang diperlukan untuk menghadapi perubahan fungsi organ tubuhnya. Kekuatan spiritualitas dapat menjadi faktor penting dalam menghadapi perubahan yang timbul akibat penyakit kronis.

Pada stadium lanjut, pasien dengan penyakit kronis tidak hanya mengalami berbagai masalah fisik seperti nyeri, sesak nafas, penurunan berat badan, gangguan aktivitas tetapi juga mengalami gangguan psikososial dan spiritual yang mempengaruhi kualitas hidup pasien dan keluarganya. Maka kebutuhan pasien pada stadium lanjut suatu penyakit tidak hanya pemenuhan/pengobatan gejala fisik, namun juga pentingnya dukungan terhadap kebutuhan psikologis, sosial dan spiritual yang dilakukan dengan pendekatan interdisiplin yang dikenal sebagai perawatan paliatif (Nelson, 2000).  Anak dengan kebutuhan khusus merupakan suatu populasi heterogen, meliputi anak kecil dengan berbagai kegagalan perkembangan dan penyakit kronis. Pada beberapa kasus, berbagai masalah yang menetap bisa bertumpang tindih, seperti bila anak dengan displasia bronkopulmonal yang  juga mengalami keterlambatan perkembangan, atau berkembangnya diabetes

mellitus pada anak dengan retardasi mental. Namun anak dengan kasus kistik fibrosis tidak mempunyai masalah kognitif atau perkembangan belajar yang komplek.

(12)

Kebanyakan anak mendapat sebagian besar perawatan kesehatannya dari pelayanan kesehatan umum dan mereka dididik dalam suasana sekolah reguler yang tidak membutuhkan modifikasi untuk memenuhi kebutuhan masalah keterlambatan perkembangan atau kesehatan khusus. Sebaliknya anak dengan kebutuhan khusus, dapat menemui berbagai spesialis perawatan kesehatan (seperti neurolog, ahli ortopedi dan kardiolog), berinteraksi dengan berbagai profesional (seperti ahli terapi pekerjaan, ahli terapi pernapasan, ahli nutrisi dan psikolog) dan membutuhkan banyak modifikasi penyesuaian di dalam lingkungan sekolahnya (misalnya, fasilitas tanpa hambatan, pelayanan pendidikan khusus dan perawatan oleh perawat spesialis).

Beberapa keadaan kronis yang ditentukan secara genetik seluruhnya dapat dicegah dengan penggunaan cara-cara baru dengan teknik diagnosis prenatal. Walaupun ada kemajuan di bidang genetik molekuler dapat mengurangi insidens penyakit yang diwariskan, luasnya kisaran keadaan yang mengarah pada kebutuhan kesehatan khusus selama kanak-kanak dan terus berkurangnya pemahaman akan sebab- sebab dari beberapa gangguan ini menimbulkan kemungkinan bahwa sejumlah besar anak kecil akan tetap menunjukkan gangguan kesehatan atau gangguan perkembangan yang kronis.

Peran tenaga kesehatan sangat penting dalam mencegah terjadinya penyakit anak dengan kesehatan khusus, serta dalam mengurangi dampak penyakit tersebut pada pertumbuhan dan perkembangan anak. Intervensi dapat ditujukan pada setiap tahap yaitu tahap penyakit (disease), keterbatasan fungsional, atau kecacatan. Deteksi dini dari keadaan yang menetap, perbaikan fungsional akibat kecacatan tertentu, serta pencegahan kecacatan psikososial sekunder berpusat pada penyedia perawatan untuk anak dengan kebutuhan kesehatan khusus.

2. Penyakit terminal pada anak

Penyakit terminal umumnya menimbulkan nyeri fisik, ketidaktahuan, kematian, dan ancaman terhadap integritas. Individu yang mengalami penyakit terminal sering menemukan diri mereka kembali, menelaah kembali kehidupan mereka dan mempertanyakan makna hidupnya. Pertanyaan-pertanyaan yang umum diajukan dapat mencakup,”Mengapa hal ini terjadi pada saya” atau “Apa yang telah saya lakukan sehingga hal ini terjadi pada saya?”. Keluarga dan teman-teman dapat terpengaruhi sama halnya dengan yang klien alami. Penyakit terminal dapat menyebabkan anggota keluarga mengajukan

(13)

pertanyaan penting tentang makna hidup dan bagaimana penyakit tersebut akan mempengaruhi hubungan mereka dengan klien.

Perawatan akhir hayat/perawatan terminal adalah suatu proses perawatan medis lanjutan yang terencana melalui diskusi yang terstuktur dan didokumentasikan dengan baik, dan proses ini terjalin sejak awal dalam proses perawatan yang umum/biasa. Dikatakan sebagai perawatan medis lanjutan karena penderita biasanya sudah masuk ke tahap yang tidak dapat disembuhkan (incurable). Melalui proses perawatan ini diharapkan penderita

dapat meng-identifikasi dan meng-klarifikasi nilai-nilai dan tujuan hidupnya serta upaya kesehatan dan pengobatan yang diinginkannya seandainya kelak ia tidak lagi mampu untuk memutuskan sesuatu bagi dirinya sendiri.

Proses ini perlu senantiasa dinilai kembali dan di-up date secara reguler 

karena dalam perjalanannya tujuan perawatan dan prioritasnya sering kali berubah-ubah tergantung pada situasi/kondisi yang dihadapi saat itu. Bila pada awalnya tujuan kuratif dan menghindari kematian merupakan prioritas utama, pada stadium terminal tujuan perawatan beralih ke usaha mempertahankan fungsi, meniadakan penderitaan dan mengoptimalkan kualitas hidup penderita. Dengan demikian diharapkan penderita dapat menghadapi akhir hayatnya secara damai, tenang dan bermartabat (with dignity ). Peralihan ini seharusnya

terjadi secara gradual/tidak secara mendadak.Sering kali tujuan perawatan dan prioritas di pihak penderita dan keluarganya tidak sejalan dengan tujuan dan prioritas dokternya. Hal ini perlu dikomunikasikan dengan baik sehingga kedua belah pihak dapat memilih apa yang terbaik bagi penderita. Dalam hal ini perawat memegang peran kunci karena dialah yang lebih banyak bersama pasien dan keluarga.

B. Konsep Perioperatif Care Pada Anak

1. Pertimbangan perioperatif pada Anak

Penentuan waktu pembedahan elektif pada anak didasarkan pada beberapa pertimbangan sebagai berikut:

a. Umur   Anak

1) Pembedahan pada bayi dan anak mempunyai 2 risiko yang harus dihadapi; yakni risiko narkose dan risiko pembedahannya sendiri. 2) Kapasitas penyembuhan dan adaptasi.

(14)

4) Perkembangan fungsi organ 5) Keadaan psikologis dan kosmetik. b. Keadaan Anak yang Optimal.

1) Keadaan gizi anak. 2) Fungsi organ .

3) Adanya infeksi akut. 4) Riwayat penyakit

c. Pertimbangan terhadap keselamatan pasien

1) Alat-alat pembiusan, pembedahan, dan perawatan pada anak sangat spesifik, terutama pada bayi, sehingga tersedianya sarana ini mempunyai kontribusi dalam penentuan waktu pembedahan. 2) Kemampuan spesialis bedah, spesialis anestesi, spesialis anak

danspesialisasi lain yang akan menunjang kegiatan pembedahan Beberapa keadaan penyakit dan penentuan waktu pembedahannya:

a. Labiognatopalatoskisis

Labiognatopalatoskisis merupakan kelainan bawaan atau sering disebut bibir sumbing yaitu adanya celah pada bibir, gusi dan langit-langit dan bisa didapat bersamaan.

Pembedahan dilakukan secara bertahap disesuaikan dengan keadaan pasien dan masalahnya

b.Kelainan daerah leher 

1. Sinus atau kista brokogenik.

2. Kista tiroglosus atau kista duktus tiroglosus persisten.

3. Tortikolis. Biasanya baru tampak setelah berumur 1-2 bulan, dimana sudah terjadi fibrosis sehingga terjadi pemendekan

otot sternokleidomastoideus.

4. Hemangioma. Bisa meluas sampai umur 12 bulan, dan biasanya bisa regresi mulai umur 18-24 bulan.

5. Limfangioma. Limfangiona tidak terjadi regresi spontan dan bersifat radioresisten. Tumor akan cepat membesar bila terdapat proses radang pada jaringan didekatnya. Tumor ini mempunyai kista mikro dan kista makro, sehingga sulit diangkat sekaligus.

(15)

Pembedahan dikerjakan segera setelah diagnosis ditegakan, semakin lama ditunda, makapembedahan akan semakin sulit karena perlengketannya.

c. Kelainan pada telinga

1) Sinus preaurikular.

2) Makro dan mikro aurikel. d. Kelainan umbilikus

1) Hernia umbilikalis. Umumnya dapat menutup sendiri. Bila lubang nya kecil, penutupan bisa dipercepat dengan menggukana koin dan plester. Bila lubangnya cukup besar dan dalam umur 2 tahun tidak terjadi penutupan sebaiknya dilakukan repair hereniorafi. Hernia para umbilikal tidak menutup sendiri, dan dilakukan repair  primer  pada umur  tersebut.

2) Granuloma umbilikalis. Dicoba dulu dengan pemberian AgNO3 3%, bila gagal lakukan pembedahan. Waktu pembedahan yang tepat sesuai dengan rule of ten.

3) Persisten duktus urakus dan persisten duktus omfalo mesenterikus; ditutup sesuai dengan rule ten.

e. Kelainan pada lipat paha dan genitalia eksterna

1) Hernia lipat paha. Disiapkan sedini mungkin, kqrena potensial adanya bahaya inkarserasi

2) Hidrokel testis atau funikuli. Hidrokel non komunikan, cairannya akan diresopsi sendiri oleh tubuh. Sedangkan hidrokel komunikans perlu pembedahan, pembedahan biasa dikerjakan pada umur 2 tahun

3) Gangguan penurunan testis.

4. Phymosis penis. (Pada dasarnya sirkumsisi dapat dikerjakan mulai masa neonatus sampai anak besar). Pada phymosis bisa dicoba secara konserfatif dengan dilatasi preputium, caranya: dengan menarik preputium penis ke posterior sehingga terdilatasi sendiri secara bertahap, hati-hati jangan sampai terjadi paraphymosis yang merupakan keadaan emergensi. Keadaan

(16)

emergensi juga bisa terjadi bila retensio urin. Bila dalam perjalanan nya sering terjadi keluhan kesulitan buang air kecil (retensio urin) ataau balanitis, sebaiknya segera dilakukan sirkumsisi. Sirkumsisi pada neonatus bisa dikerjakan dengan anestesi lokal.

5. Hipospadia. Biasanya pembedahan dikerjakan 2 tahap.

a) Tahap pertama dilakukan eksisi kordee yangn dikerjakan pada umur 1 tahun.

b) Tahap selanjutnya, uretroplasti dikerjakan pada umur 2 tahun c) Pembedahan tambahan atau koreksi atas penyulit diselesaikan

sebelum anak masuk sekolah (umur 5 tahun), selain itu pada umur tersebut anatomis penis sudah cukup panjang

f. Kelainan pada tangan-jari

1) Polidaktili. Penentuan waktu pembedahan pada jari

tangan didasarkan pada rule of ten. Sedangkan pada jari

kaki, karena kesulitan memakai sepatu, maka eksisi dikerjakan pada umur  1 tahun. Bila tidak mengganggu, penentuanwaktu operasi berdasarkan permintaan keluarga 2) Sindaktili. Eksisi pada jari tangan dierjakan pada umur 5

tahun, pada jari kaki dikerjakan setelah umur 1 tahun.

C. Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Berkebutuhan Khusus: Retardasi Mental, Autisme Dan ADHD

1. Definisi

 Anak berkebutuhan khusus didefinisikan sebagai anak yang mengalami atau berisiko tinggi mengalami kondisi fisik, perkembangan, perilaku, atau emosional kronis dan yang juga memerlukan layanan kesehatan dan layanan lain yang terkait, dalam jenis dan jumlah yang lebih dari yang dibutuhkan oleh anak lain pada umumnya ( Wong et al, 2008).

2. Jenis-jenis masalah kesehatan pada anak berkebutuhan khusus a. Sindrom Down

1) Definisi

Sindrom Down adalah abnormalitas kromosom yang paling umum dari seluruh sindrom, terjadi 1,66 per 1000 kelahiran hidup.

(17)

Sindrom Down lebih sering terjadi pada anak kulit hitam daripada kulit putih, walaupun insidennya tidak bergantung pada berbagai kelas sosial-ekonomi (Wong, 2008)

2) Etiologi

Penyebab sindrom Down tidak diketahui, tetap[I bukti dari studi sitogenik dan epidemiologic mendukung konsep sebab akibat multiple. Sekitar  95% dari semua kasus dikaitkan dengan kelebihan kromosom 21 sehingga disebut trisomi 21 (Wong, 2008).

3) Manifestasi Klinik

Menurut Wong et al (2008), manifestasi klinik pada anak dengan sindrom Down yaitu:

a) kepala: Sutura sagitalis terpisah, tulang tengkorak bulat dan berukuran kecil, fontanel anterior membesar, rambut tipis

b) wajah: profil datar 

c) mata: Fisura palpebra oblik (kemiringan ke atas dan ke luar), lipatan epikantus bagian dalam, bintik pada iris mata, bulu mata tipis dan jarang

d) Hidung: Kecil, jembatan hidung melesak (hidung seperti pelana)

e) Telinga: Kecil, daun telinga pendek, telinga luar bagian atas tumpang tindih, saluran sempit

f) Mulut: Palatum tinggi, melengkung, dan sempit; tulang orbital kecil, lidah menonjol ke luar, mandibula hipoplastik, melengkung ke arah bawah, mulut terus terbuka

g) Gigi: terlambat tumbuh

h) Dada: Tulang iga memendek, pectus excavatum/carinatum i) Leher: Kulit berlipat dan kendur, pendek dan besar 

 j)  Abdomen: Membuncit, otot kendur dan lunak k) Genetalia: Penis kecil, kriptokidisme, vulva bulat

l) Tangan: Besar, pendek, jari-jari tangan pendek dan gemuk, jari kelingking melengkung

m) Kaki: Jarak yang lebar antara ibu jari kaki dan jari telunjuk pada jari kaki, besar, gemuk, pendek

(18)

n) Muskuloskletal: Kelemahan otot, Hipotonia o) Kulit: Kering, pecah-pecah, sering retak 4) Pemeriksaan Diagnostik

Sindrom Down biasanya dapat didiagnosisn berdasarkan manifestasi klinik tetapi analisis kromosom harus dilakukan untuk mempertegas abnormalitas genetik (Wong, 2008)

5) Prognosis

Harapan hidup untuk anak yang menderita sindrom Down telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir tetapi tetap lebih rendah dibandingkan populasi umum. Lebih dari 80% bertahan sampai usia 30 tahun dan diatas 30 tahun

b. ADHD ( Attention Deficit Hyperactivity Disorder ) 1) Definisi:

 ADHD adalah derajat kurang perhatian, impulsive, dan hiperaktivitas yang tidak sesuai dengan perkembangan (Wong et al, 2008)

2) Kriteria Diagnostik

a. Sering gagal dalam member perhatian penuh pada hal-hal detail

b. Sering mengalami kesulitan dalam mempertahankan perhatian terhadap tugas

c. Sering tidak mengikuti intruksi dan gagal menyelesaikan tugas d. Sering menggerakkan tangan atau kaki dengan gelisah

e. Sering lari atau memanjat secara berlebihan

f. Sering memiliki kesulitan dalam menunggu giliran

Gangguan ini ditandai dengan kemampuan yang lemah untuk menyelesaikan tugas, aktivitas motorik berlebihan, dan impulsivitas.  Anak-anak tampak gelisah, sulitduduk manis di sekolah, mudah bingung, sulit menunggu giliran, menjawab pertanyaan sekenanya, kesulitan dalam mengikuti instruksi dan berkonsntrasi, cepat berganti-ganti dari dari suatu kegiatan yang belum selesai ke kegiatan yang lain, berbicara dengan sangat keras, menganggu anak lain, agak jarang mendengar apa yang sedang dikatakan,

(19)

sering kehilangan barang dan sering terlibat dalam kegiatan berbahaya secara fisik tanpa mempertimbangkan akibat yang mungkin terjadi.

3) Epidemiologi

Beberapa penelitian membedakaan GHDP dari gangguan tingkah laku maupunkecemasan karena pada gangguan tingkah laku maupun kecemasan karena pada gangguan yang pertama banyak sekali terjadi pada laki-laki terutama pada gangguan pelemahan kognitif, berbeda dengan gangguan yang lain. Laporan penelitian Kanada mendapatkan prevalensi keseluruhan adalah 9,0% pada anak laki-laki dan 3,3% pada anaka perempuan. Sindromnya adalah 4-6 kali lebih mungkin terjadi pada laki-laki daripada wanita. Gangguan sistem saraf sentral dan neurologis berperan sebagai faktor yang memberi kecendrungan pada sindrom ini.

4) Manifestasi Klinis

Riwayat agresi dan ketakutan, kurangnya hubungan dengan teman sebaya, kesulitan akademik, masalah-masalah perilaku disekolah memberikan informasi yang berguna tentang adanya gangguan tingkah laku, gangguan kecemasan, dan kemunduran belajar yang terjadi secara bersamaan. Beberapa anak juga digambarkan berwatak sukar, overaktif sejak umur sangat muda dengan kelainan tidur dan makan. Banyak orang tua melaporkan watak pemarah yang berlebihan dan selalu membantah dan memberikan kesan gangguan tingkah laku.

Identifikasi awal beberapa anak dengan masalah ini biasanya terjadi ketika mereka masuk taman kanak-kanak atau sekolah dasar. Mereka sering tidak dapat dikendalikan, tidak mau “duduk manis” mengggangu tempat dan kegiatan anak lain, riuh dan masa bodoh dan tidak mengindahkan instruksi, sering memancing kemarahan anak-anak lain dan jarang mau belajar dari kesalahannya.

5) Diagnosis dan Diagnosis Banding

Pemeriksaan laboratorium tidak menegakkan diagnosis GHDP. Aktivitas gelombang lambat pada elektroensefalogram adalah tidak terkait, kecuali anak juga menderita gangguan neorologis atau epilepsi. Beberapa studi menunjukkan bahwa pada uji Wesclerr 

(20)

Inntelligent Scale For Children yang telah direvisi, anak hiperaktif 

memiliki skor yang lebih rendah pada uji  Attention-Concentration Subset . Uji psikometrik harus mencakup empat bidang esensial :

kemampuan berbahasa, kemampuan visuo-spatial, kemampuan pengurutan analitis, dan kemampuan perencanaan motorik serta pelaksanaannya. Tingkat pendidikan, seperti diukur pada uji Peabody  Individual achievement dan uji Widw Range Achievement , mungkin

lebih rendah daripada yang diharapkan untuk usia dan IQ nya, terutama pada anak yang juga mengalami ketidakmampuan belajar.

 Anak yang dicurigai memilki masalah kurang perhatian harus dievaluasi mengenai masalah-masalah gangguan tingkah laku dan ketidakmampuan belajar. Pelemahan sensori, terutama kelemahan pendengaran, harus diselidiki pada anak yang datang dengan kesulitan dalam berkonsentrasi.

6) Pengobatan

Obat-obat stimulan seharusnya digunakan hanya sebagai bagian dari rencana pengobatan terus-menerus terapi perilaku dan psikososial yang melibatkan anak, orang tua, dan sekolah.

Program yang memberikan struktur lingkungan anak mengurangi pengaruh merugikan dan membantu dalam belajar  akademik dan sosial. Anak harus memiliki kebiasaan sehari-hari yang teratur, dimana mereka diharapkan mematuhi dengan tepat dan dihargai dengan pujian kepada mereka. Atruran harus sederhana  jelas dan sedikit mungkin jumlahnya dan aturan tersebut harus

disertai dengan batas-batas yang tegas, dilaksanakan dengan adil dan simpatik. Stimulasi yang berlebihan dan kelelahan harus dihindari. Harus ada waktu untuk relaksasi setelah bermain, terutama setelah aktivitas fisik yang berat.

Sangat penting komunikasi yang akrab antara dokter dan personel swkolah. Tergantung pada tingkat ketidakmampuan, beberapa anak mungkin memerlukan kelas khusus. Terapi perilaku merupakan penanganan yang lebih manjur daripada farmakologi untuk agresi dan kekacauan fisik pada anak dengan GHDP.

c. Gangguan Pendengaran (Tunarungu)

(21)

menandakan an dengan rentang keparahan dari ringan sampai sangat berat (Wong, 2008)

2) Etiologi

Kehilangan pendengaran dapat disebabkan oleh sejumlah kondisi prenatal dan pasca natal seperti berat badan lahir rendah, asfiksia perinatal berat, rubella herpes, sifilis, meningitis, dan infeksi elinga berat (Wong, 2008)

d. Gangguan Penglihatan ( Tunanetra) 1) Definisi

Gangguan penglihatan adalah kehilangan penglihatan yang tidak dapat diperbaiki oleh lensa (Wong, 2008)

2) Etiologi

Gangguan penglihatan dapat disebabkan oleh infeksi perinatal trauma, luka penetrasi seperti terkena benda tajam tongkat, gunting, cedera nonpenetrasi seperti masuk objek asing dalam mata, luka bakar karena panas atau bahan kimia (Wong, 2008). e. Anak Buta-Tuli

Kerusakan sensorik yang paling traumatik adalah kehilangan penglihatan dan pendengaran. Anak ini belajar komunikasi hanya dengan pelatihan khusus. Finger spelling (bahasa isyarat) adalah suatu metode yang sering dipilih untuk diajarkan (Wong, 2008).

f. Disabilitas ( tunadaksa )

Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan neuro-muskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan, termasuk celebral palsy, amputasi, polio, dan lumpuh. Tingkat gangguan pada tunadaksa adalah ringan yaitu memiliki keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik tetap masih dapat ditingkatkan melalui terapi, sedang yaitu memilki keterbatasan motorik dan mengalami gangguan koordinasi sensorik, berat yaitu memiliki keterbatasan total dalam gerakan fisik dan tidak mampu mengontrol gerakan fisik.

Pengkajian

a. Pengetahuan keluarga tentang ketersediaan sistem pendukung b. Persepsi keluarga mengenai penyakit atau ketidakmampuan

(22)

c. Pengetahuan umum anggota keluarga tentang kondisi sebelum diagnosis anak dibuat

d. Pengetahuan tentang stres yang terus-meneru, misalnya keuangan, karier 

e. Kesadaran mengenai reaksi anggota keluarga terhadap anak dan penyakit

f. Kaji perasaan anak anak tentang ketidakmampuan yang dimilikinya

Diagnosis keperawatan

a. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan krisis situasional b. Ansietas berhubungan dengan diagnosis

c. Ketidakberdayaan berhubungan dengan lingkungan perawatan kesehatan

Perencanaan

a. Anak dan keluarga akan mendapatkan dukungan pada waktu diagnosis b. Reaksi emosional keluarga akan diterima

c. Anak dan keluarga akan mengatasi berbagai stres situasi

d. Anak dan keluarga akan menerima informasi yang tepat tentang kondisi e. Anak dan keluarga akan membuat lingkungan yang normal untuk anak f. Keluarga akan menetapkan tujuan masa depan yang realistis

Implementasi

1. Memberikan dukungan pada waktu diagnosis

Dampak krisis mulai terjadi sebelum diagnosis dibuat, ketika orangtua sadar  bahwa sesuatu yang salah telah terjadi pada anak mereka tetapi sebelum konfirmasi medis. Orangtua harus didorong untuk bersama-sama hadir   ketika mereka diberi informasi mengenai keadaan anak mereka, dengan demikian menghindari masalah dari salah satu orangtua yang menafsirkan temuan kompleks dan menghadapi reaksi emosional awal dari pasangannya.  Apabila perasaan orangtua dapat diungkapkan , orangtua dapat dibantu menghadapi perasaan mereka secara terbuka.

2. Menerima reaksi emosional keluarga

(23)

dengan sangat buruk, yaitu, pengingkaran, rasa bersalah dan marah. Metode dukungan yang paling efektif saat respons pengingkaran yaitu mendengrakan secara aktif. Metode efektif   dalam mengurangi rasa bersalah adalah irasionalitas pemikiran.

Dua peraturan dasar untuk menangani individu yang marah adalah menghindari kehilangan kemarahan seseorang dan mendorong individu untuk bicara.

3. Mendukung metode koping keluarga

 Agar keluarga dapat menghadapi tekanan dengan penyesuaian optimal terhada kondisi anak, masing-masing naggota keluarga harus didukung secara individu sehingga system keluarga kuat. Perawat harus memikirkan bahwa anggota keluarga yang paling memerlukan bantuan tidak selalu anak yang sakit tetapi bisa saja orangtua atau sibling yang menghadapi stress yang memerlukan intervensi.

4. Memberi pendidikan mengani gangguan dan perawatan kesehatan umum Pendidikan tidak hanya meliputi memberikan informasi teknis, tetapi  juga membahas bagaimana kondisi akan mempengaruhi anak. Berespons terhadap pertanyaan dan kekhawatiran orangtua memastikan bahwa kebutuhan informasi mereka terpenuhi.

5. Meningkatkan perkembangan normal

Keluarga harus dibimbing untuk memacu perkembangan yang sesuai pada anak mereka. Salah satu aspek penting meningkatkan perkembangan normal adalah untuk mendorong kemampuan perawatan diri anak, baik dalam aktivitas harian maupun regimen medis.

6. Menetapkan tujuan masa depan yang realistis

Merencanakan masa depan harus merupakan proses yang bertahap. Orangtua harus mengusahakan pekerjaan yang realistis untuk anak, missal anak yang mengalami ketidakmampuan fisik, diarahkan ke pengejaran kemampuan intelektual, artistic, atau musikal. Anak yang mengalami ketidakmampuan perkembangan diajarkan keterampilan manual.

(24)

Evaluasi

a. Amati respons anggota keluarga terhadap diagnosis dan jenis pertanyaan atau kekhawatiran yang mereka ajukan

b. Amati resposn terhadap reaksi: pengingakaran, rasa bersalah, dan marah, apakah intervensi suportif digunakan oleh keluarga

c. Amati pola komunikasi keluarga satu sama lain d. lakukan skrining perkembangan anak

e. wawancarai keluarga untuk menentukan apakah kebutuhan dan perhatian tentang identifikasi diri mereka telah dibahas secara adekuat.

(25)

BAB III

KOMPETENSI ISS DAN TUGAS

Kompetensi pada ISS 1:

1. Konsep kelainan kongenital sistem cardiovascular pada anak: Patent Ductus  Arteriosus (definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi,

penatalaksanaan, pemeriksaan lab dan diagnostik). Sertakan gambar 

2. Konsep kelainan kongenital sistem cardiovascular pada anak: Tetralogi of Fallot dan Ventrikel Septum Defek (definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi, penatalaksanaan, pemeriksaan lab dan diagnostik). Sertakan gambar 

3. Asuhan keperawatan pada anak dengan kelainan kongenital sistem cardiovascular  4. Konsep kelainan kongenital sistem digestive pada anak: Hirschprung (definisi,

etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi, penatalaksanaan, pemeriksaan lab dan diagnostik). Sertakan gambar 

5. Konsep kelainan kongenital sistem digestive: Atresia ani (definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi, penatalaksanaan, pemeriksaan lab dan diagnostik). Sertakan gambar 

6. Asuhan keperawatan pada anak dengan kelainan kongenital pada sistem digestive: Hirschprung

7. Asuhan keperawatan pada anak dengan penyakit kelainan kongenital pada sistem digestive: Atresia ani

Kompetensi pada ISS 2:

1. Konsep penyakit Nefrotik Syndrom (definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi, penatalaksanaan, pemeriksaan lab dan diagnostik) pada anak

2. Konsep penyakit Chronic kidney Disease (definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi, penatalaksanaan, pemeriksaan lab dan diagnostik) pada anak

3. Asuhan keperawatan pada anak gangguan sistem urinari ( Nefrotik Syndrom dan Chronic Kidney Diseases )

4. Konsep penyakit pada sistem hematologi: Thalasemia dan anemia defisiensi zat besi (definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi, penatalaksanaan, pemeriksaan lab dan diagnostik). Sertakan gambar herediter talasemia

(26)

5. Asuhan keperawatan pada anak dengan Thalasemia dan anemia defisiensi zat besi 6. Konsep penyakit Dengue Haemorhagic Fever (definisi, etiologi, patofisiologi,

manifestasi klinis, komplikasi, penatalaksanaan, pemeriksaan lab dan diagnostik) pada anak

7. Asuhan keperawatan pada anak dengan DHF

Tugas Kelompok

Buatlah makalah tentang asuhan keperawatan (definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi, penatalaksanaan, pemeriksaan lab dan diagnostik, pengkajian, diagnosa keperawatan, tujuan, dan kriteria hasil, intervensi, implementasi dan evaluasi) sesuai materi tugas kelompok dan dikumpulkan kepada tutor masing-masing. Gunakan sumber buku referensi wajib (buku ajar keperawatan anak, dan buku ajar ilmu kesehatan anak dan buku refensi lainnya). Penggunaan sumber online

1. Asuhan keperawatan pada anak dengan Retinoblastoma 2. Asuhan keperawatan pada anak dengan ascariasis

3. Asuhan keperawatan pada anak dengan Sindrom down 4. Asuhan keperawatan pada anak dengan tumor Willms 5. Asuhan keperawatan pada anak dengan Cerebral palsi 6. Asuhan keperawatan pada anak dengan Hemofilia 7. Asuhan keperawatan pada anak dengan Epilepsi

Tugas Individu untuk dipilih dan dipresentasikan pada pertemuan ke 16 Telaah Jurnal

1. Buatlah 1 buah resume jurnal dengan kriteria jurnal sebagai berikut:

a. Jurnal internasional yang merupakan evidence based practice tentang intervensi

keperawatan baik mandiri ataupun kolaboratif terkait k asus yang sudah ditentukan pada poin no 3

b. Artikel/hasil penelitian (bukan studi literatur)

c. Tahun publikasi/ tahun terbit paling lama 7 tahun terakhir (tahun 2011) 2. Tatacara penulisan resume jurnal tersebut harus mengikuti aturan berikut:

a. Judul artikel

b. Nama penulis jurnal c. Metode penelitian

(27)

e. Hasil penelitian f. Diskusi

g. Kesimpulan

3. Jurnal sesuai kasus dan kelompok berikut:

a. Kelompok 1: jurnal terkait intervensi keperawatan mandiri atau kolaboratif pada anak dengan penyakit jantung bawaan

b. Kelompok 2: jurnal terkait intervensi keperawatan mandiri atau kolaboratif pada anak dengan hirschprung

c. Kelompok 3: jurnal terkait intervensi keperawatan mandiri atau kolaboratif pada anak dengan atresia ani

d. Kelompok 4: jurnal terkait intervensi keperawatan mandiri atau kolaboratif pada anak dengan nefrotik syndrom

e. Kelompok 5: jurnal terkait intervensi keperawatan mandiri atau kolaboratif pada anak dengan chronic Kidney disease

f. Kelompok 6: jurnal terkait intervensi keperawatan mandiri atau kolaboratif pada anak dengan thalasemia

g. Kelompok 7: jurnal terkait intervensi keperawatan mandiri atau kolaboratif pada anak dengan Dengue Haemorhagic Fever 

(28)

Daftar pustaka

 Ara-c, P., Etoposide, D., Supriyadi, E., Purwanto, I., & Widjajanto, P. H. (2013). Terapi Leukemia Mieloblastik Akut Anak: Protokol Ara-C, Doxorubycine dan Etoposide $( YV 0RGLÀNDVL Nordic Society of Pediatric Hematology and Oncology (m-NOPHO),

14(6), 345–350.

Bakta, I. M, (2007) Hematologi klinik ringkas, Jakarta: EGC

Behrman, Kliegman & arvin, Nelson, 2000, Ilmu kesehatan anak nelson, vol 1, Ed 15, EGC jakarta

Becherucci.F, Roperto R.M., M, 2016. CKJ Review: Chronic kidney disesase in children. Clinical Kidney Journal. Vol 9. no 4

Guyton, A.C., Hall, J.E. 2007. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 12. Jakarta: EGC

Hogg. R.J., Furth. S., Lemley.K.V., Portman.R., et al. 2003. National Kidney Foundatiom’s Kidney Disesase Outcome Quality Initiative Clinical Practice Guidleines for Chronic Disease in Children and Adolescents: Evaluation, Classification, and Stratification. P2003ediatrics. Vol 111 n0 6

Kyle.T, Carman. S. (2013). Buku ajar keperawatan pediatrik, Jakarta: EGC

Moorhead, S., Johson,M., Maas, M.L., Swanson, E. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC).

NANDA Internasional. 2015. Diagnosa keperawatan NANDA 2015-2017. Edisi 10. Jakarta: EGC

NANDA International. (2014). Nursing diagnoses: Definitions and classification 2015-2017 . (H. Herdman & S. Kamitsuru, Eds.) (10th ed.). W est Sussex: Wiley-Blackwell.

Price, S.S., Wilson. L.M. 2005. Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta: EGC

Wilson, D., & Hockenberry, M. J. (2012). Wong’s clinical manual of pediatric nursing . St.

Louis: Elsevier.

(29)

Intervensi Nic, Kriteria hasil NOc. Edisi 9.EGC

Wong, D. L. (2004). Pedoman klinis keperawatan pediatrik . Jakarta: EGC.

Wong, D. L., Hockenberry-Eaton, M., Wilson, D., Winkelstein, M. L., & Schwartz, P. (2009). Buku ajar keperawatan pediatrik Wong . (E. K. Yudha, D. Yulianti, N. B.

Subekti, E. Wahyuningsih, & M. Ester, Eds.) (6th ed.). Jakarta: EGC.

Kyle, T & Carman, S. (2012), Buku ajar keperawatan pediatri, Jakarta: EGC

Staf pengajar FKUI (2002) Buku kuliah ilmu kesehatan anak, Jakarta: Bagian Ilmu kesehatan anak FKUI

Wong, D. L. (2004). Pedoman klinis keperawatan pediatrik . Jakarta: EGC.

Wong, D. L., Hockenberry-Eaton, M., Wilson, D., Winkelstein, M. L., & Schwartz, P. (2009). Buku ajar keperawatan pediatrik Wong. (E. K. Yudha, D. Yulianti, N. B. Subekti, E. Wahyuningsih, & M. Ester, Eds.) (6th ed.). Jakarta: EGC.

(30)

Laporan Tugas Mandiri

times new roman, uk. 12, kapital, bold

JUDUL

times new roman, uk.14, bold, jarak 1 spasi, piramida terbalik

---

---Oleh: NAMA

NIM

huruf times new roman, bold, ukuran 14, awal kata huruf kapital.

 jarak antara “oleh” dan “NAMA” 2 spasi, dan jarak antara “NAMA” dan “NIM” 1 spasi

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA

BANDA ACEH TAHUN

(31)

TEKNIK PENULISAN LAPORAN TUGAS INDIVIDU/KELOMPOK

1. TEKNIK PENGETIKAN

Teknik penulisan isi laporan tugas mandiri/kelompok harus mengikuti ketentuan sebagai berikut:

 Kertas yang digunakan adalah kuarto (8” x 11”) atau A4s , berat 80

gram/m2

 Margin kertas atau ruang pengetikan:

Margin atas 4 cm Margin bawah 3 cm Margin kiri 4 cm

Margin kanan 2,5 – 3 cm

 Teknik penomoran adalah sebagai berikut :

 A………. 1……… a………...

1)...…………. a)...……..

 Spasi pengetikan skripsi adalah 2, huruf yang digunakan untuk isi laporan

adalah Times New Roman ukuran 12 pt. 2. PENULISAN KUTIPAN

Penulisan kutipan mengikuti aturan APA (American Psychological  Association), untuk teks Inggris kita mulai dengan nama akhir.

1. Untuk 1 (satu) pengarang, contohnya:

Roger (1994) mengatakan bahwa………..  Atau ………..(Roger, 1994) 2. Satu buku dengan 2 (dua) atau lebih pengarang, contohnya:

Osgood, Suci, and Task (1980) ………..  Atau ………(Osgood, Suci & Task, 1980)

(32)

Untuk kutipan yang dari buku yang pengarangnya lebih dari 6 orang, setelah nama pertama diikuti “et al”. Contoh:

………..(Osgood et al, 1980) 3. Banyak buku oleh 1 (satu) pengarang. Contoh :

Roger (1980 a, 1980 b, 1980 c)………

4. 2 (dua) atau lebih buku dalam satu pernyataan. Tuliskan menurut alphabet. Pisahkan kutipan dengan menggunakan tanda titik koma. Contoh:

Pendidikan ……… (Donna & Jones, 1980; Erickson, 1959)

5. Untuk kutipan pendek (kurang dari 4 baris), ditulis dalam alenia yang sama dengan teks dalam tanda petik, diakhiri dengan nama pengarang dan tahun.

6. Untuk kutipan panjang (5 baris atau lebih), ditulis dalam alenia tersendiri dengan 1 (satu) spasi.

Contoh:

Savoi & Anderw, 1994 mengatakan bahwa:

“Implementasi PBL dirancang dengan struktur pembelajaran 1) mahasiswa secara individual maupun kelompok dihadapkan pada suatu masalah yang kontektual, 2) masalah yang dikonfrontasikan diusahakan sedekat mungkin dengan kehidupan mahasiswa sehari-hari, 3) fasilitator menyiapkan materi perkuliahan yang dapat menuntut mahasiswa/ siswa kearah pemecahan masalah, 4) memberikan tanggungjawab kepada mahasiswa untuk mengarahkan sendiri pembelajarannya, 5) membentuk kelompok-kelompok kecil dalam pembelajaran, 6) menuntut agar mahasiswa menampilkan apa yang telah dipelajari.”

7. Untuk literatur yang diambil dari situs, aturan penulisan kutipan tetap sama dengan kutipan dari buku

Roger (1994) mengatakan bahwa ………..  Atau ………..(Roger, 1994)

(33)

Di halaman daftar pustaka aturan penulisan mengikuti aturan APA (American Psychological Association)

 Dari Buku:

Burn, N., & Grove, S., K. (2001). The practice of nursing research: conduct, critique, & utilization (4 ed.). Philadelphia PA: W.B. Saunders Company.

 Dari Internet:

Blendon, R. J., Benson, J. M., Desroches, C. M., Lyon-Daniel, K., Mitchell, E. W., & Pollard, W. E. (2007). The public’s preparedness for hurricanes in four affected regions. Public Health Report, 122 . Dikutip pada tanggal 9

November 2009, dari

www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17357359

 Dari Jurnal:

Brislin, R.W. (1970). Back-translation for cross-cultural research. Journal  of Cross Cultural Psychology, 1, 185-216.

Referensi

Dokumen terkait

Pada pertemuan ketiga, kembali meningkat dengan persentase 87,5% siswa yang sudah berada dalam tugas dan berada pada kategori tinggi, dapat dilihat pada lembar

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai Pengaruh Citra Perusahaan Terhadap Minat Konsumen (Kasus PT. Natasha Skin Care Cabang Pekanbaru Ska

Individu yang memiliki efikasi diri tinggi menganggap kegagalan sebagai akibat dari kurangnya usaha yang keras, pengetahuan dan keterampilan. Individu yang memiliki efikasi

Kejang absens dapat dibagi menjadi kejang absens simpel (tipikal) atau disebut juga petit mal dan kejang absens kompleks (atipikal). Kejang absens tipikal ditandai dengan berhentinya

Hasil percobaan menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan pemangkasan pucuk dan dosis pupuk kalium berpengaruh terhadap produksi dan kualitas benih mentimun yaitu pada

[r]

Data Primer yaitu data yang diperoleh langsung dari responden (objek penelitian) dalam penelitian ini data primer dapat dilakukan dengan cara penyebaran kuesioner

Dengan melihat hasil pengujian yang diperoleh, maka pembuatan sistem ini telah memenuhi tujuan awal dari penelitian, yaitu membuat sistem navigasi gedung SMK Pancasila