i
POLA KOMUNIKASI ANTARA PELATIH DAN MURID
DALAM PROSES MENGEMBANGKAN POTENSI
STUDENT ATHLETE BASKETBALL DI DBL
ACADEMY BASKETBALL
Diajukan kepada Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Surabaya “Almamater Wartawan Surabaya” untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana Ilmu Komunikasi
Disusun Oleh :
BRAM PUTRA PRATAMA NPM : 13.11.0002
KEKHUSUSAN : BROADCASTING
SEKOLAH TINGGI ILMU KOMUNIKASI
ALMAMATER WARTAWAN SURABAYA
2019
ii Skripsi oleh :
Nama : BRAM PUTRA PRATAMA
NPM : 13.11.0002 Kekhususan : Broadcasting
Judul Skripsi : POLA KOMUNIKASI ANTARA PELATIH DAN MURID
DALAM PROSES MENGEMBANGKAN POTENSI
STUDENT ATHLETE BASKETBALL DI DBL ACADEMY
BASKETBALL.
Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan di hadapan tim penguji.
Surabaya, 27 Juni 2019 Dosen Pembimbing
vi
Motto :
“Bahagiakan Hidup Dengan
Gaya, Karya dan Doa”
Skripsi ini saya persembahkan untuk semua pihak yang telah
Membantu saya, dan semoga dapat menjadi referensi
vii
KATA PENGANTAR
Sembah sujud dan segala puji bagi Allah SWT, sang pencipta jagad raya beserta isinya. Sang Maha Esa yang tiada satupun bisa menandingi kuasa-Nya. Tiada Tuhan selain Allah, yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Tak lupa juga sholawat serta salam tak henti-hentinya ditujukan kepada junjungan nabi besar Nabi Muhammad SAW, yang telah mana mencerminkan dan membimbing umat-Nya dalam jalan yang dikehendaki oleh-Nya.
Berkat rahmat dan hidayah-Nya, skripsi yang berjudul “Pola Komunikasi Antara Pelatih dan Murid Dalam Proses Mengembangkan Potensi Student Athlete
Basketball di DBL Academy Basketball” bisa dapat terselesaikan dengan tepat
waktu. Tiada kata yang bisa mewakili betapa bersyukurnya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini meskipun karya ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna.
Skripsi ini dibuat sebagai salah satu persyaratan guna memperoleh gelas Sarjana Stara (S1) pada konsentrasi jurusan Broadcasting - Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Almamater Wartawan Surabaya (Stikosa-AWS). Dalam karya ini peneliti menyadari bahwa kerja keras peneliti saja tidak dapat menyelesaikan skripsi ini, melainkan juga dukungan dan do’a dari orang-orang yang begitu peduli dengan peneliti. Sebagai wujud tulus hati, peneliti juga mengucapkan beribu terimakasih kepada :
viii
1. Ibu ku perempuan yang sangat berarti bagi kehidupan peneliti, perempuan yang selalu sabar menghadapi semua sikap peneliti, perempuan yang selalu ada setiap kali peneliti membutuhkannya, dan perempuan yang selalu berusaha menjadi orang yang memahami keluh kesah peneliti dalam bidang akademik walaupun tak dapat memahaminya. “Terimakasih Ibu Endah Pratitis, terimakasih telah mendengarkan keluh kesah anakmu.
2. Untuk Ayahku pria paling tampan sampai kapanpun aku hidup, pria yang selalu mengkhawatirkanku, pria yang selalu mengajakku berdiskusi terkait apapun, terimakasih banyak Bapak Sigit Budi Wibowo. Terimakasih telah berjuang demi satu-satunya anak laki-laki mu, hingga bisa mengalami proses kehidupan dan pendidikan sampai saat ini. Bagiku tiada pria di dunia ini yang bisa menandingi posisimu di dalam hatiku.
3. Untuk adik perempuanku, Dinda Restu Wibowo. Terimakasih telah menjadi adik yang berbakti kepada kakakmu yang jauh dari kata sempurna ini. Terpaut usia yang terbilang cukup jauh tidak membuatku canggung atau malu untuk bercerita tentang kehidupan. Supaya kamu kelak menjadi orang yang bisa lebih baik dari kakakmu ini.
4. Sekali lagi untuk perempuan yang sangat berarti bagi kehidupan peneliti, perempuan yang selalu sabar, perempuan yang menjadi penyemangat untuk segera menyelesaikan penelitian ini, dan perempuan yang selalu menemani ketika susah dan senang. Terimakasih kekasihku Melinda Kristiana, terimakasih telah hadir dalam hidupku, terimakasih telah menemaniku dalam proses menyelesaikan penelitian ini.
ix
5. Untuk dosen pembimbing peneliti, Edelweis Putri Prima, S.I.Kom., M.I.Kom. Bagi peneliti, Ibu adalah dosen pembimbing terbaik yang ada di Stikosa-AWS. Peneliti mengatakan hal ini bukan tanpa alasan, Bu. Ibu lah yang satu-satunya dosen pembimbing yang selalu sabar dan memberi semangat yang memacu terhadap mahasiswa bimbingannya.
6. Untuk Ketua Stikosa-AWS, Bapak Dr. Ismojo Herdono M. Med, Kom beserta jajaran dosen serta karyawan Stikosa-AWS lain yang peneliti kenal. Terimakasih telah menyalurkan pengalaman dan ilmunya bagi peneliti.
7. Untuk DBL Academy, terlebih untuk Coach Dimaz Muhari, Coach Alfian, dan Coach Erwin Triono terimakasih telah mengizinkan peneliti untuk mengangkat DBL Academy sebagai bahan penelitian skripsi.
Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan berkat-Nya kepada semua pihak yang turut berpartisipasi memberi dukungan terhadap peneliti untuk dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Peneliti menyadari dengan teramat rendah hati, bahw skripsi ini masih jauh dari kata sempura mengingat kemampuan peneliti tidak lebih hanya seorang mahasiswi yang berusaha untuk mempersembahkan karya ini sebaik mungkin.
Surabaya, 27 Juni 2019 Peneliti,
x
ABSTRAK
Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya mereka melakukan interaksi dengan manusia lainnya. Hal ini merupakan suatu hakekat bahwa sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari hasil integrasi sosial dengan sesamanya. Dalam kehidupannya manusia sering dipertemukan satu sama lainnya dalam satu wadah atau organisasi baik formal atau non formal. Dalam satu lembaga klub olahraga yang mempunyai banyak siswa diperlukan cara yang efektif bagi seorang pelatih dalam proses mengembangkan bakat anak dengan cara berkomunikasi dengan baik. Untuk mengetahui bagaimana pola dan proses komunikasi antara pelatih dan murid dalam proses mengembangkan potensi student athlete basketball di DBL Academy, peneliti melakukan penelitian kualitatif deskriptif, dengan menggunakan teori belajar sosial Bandura yang mempunyai pijakan awal bahwa manusia belajar melalui pengamatan dan teori pola komunikasi interpersonal Devito. Peneliti menyimpulkan bahwa DBL
Academy menawarkan serangkaian program yang bukan hanya tertitik pada
olahraga basket namun juga pada pengajaran dan pelatihan nilai-nilai kehidupan agar terefleksi pada terwujudnya pengembangan potensi student athlete. Selain itu, peneliti menyimpulkan bahwa DBL Academy menggunakan pola komunikasi interpersonal, diantaranya komunikasi intim yang dijalankan dengan orang yang sudah memiliki kedekatan emosional, percakapan sosial yang dilakukan tidak begitu mendalam tapi menyenangkan bagi pelakunya, interograsi yang merupakan komunikasi yang menuntut informasi dari lawan bicara, serta wawancara. Kegiatan wawancara ini tidak seperti interograsi yang berada di bawah kontrol, tetapi narasumber bebas dalam menyatakan pikiran sesuai dengan pertanyaan yang sudah diberikan. Layaknya pola komunikasi yang di implementasikan di semua institusi pendidikan.
Kata Kunci : Komunikasi Interpersonmal, DBL Academy Basketball, Belajar Sosial
xi
ABSTRACT
Humans must communicate in their life, it means that they do interaction with other people. This is a fact that most of natural human being is formed by the result of social integration with others. In their life human frequently is met by each other into one surroundings or in a formal and informal organization. In the sport club institution that has many students, it needs an effective way for the coach in the process of developing children’s potential by communicating. In order to find out how the patterns and processes of communication between the coaches and students in the process of developing the potential of student athlete basketball in DBL Academy, the researcher do a qualitative descriptive research, and apply social learning theory by Bandura which has a basis that humans learn through observation and interpersonal communication patterns by Devito. The researcher conclude that DBL Academy offer programs that are not only focused on basketball but also on teaching and training life values so that they are reflected in the realization of the potential development of student athlete. Moreover, the researcher concludes that DBL Academy apply interpersonal communication patterns, including intimate communication that is carried out with people who already have the emotional closeness, social conversation is not too detail but quite pleasant for each individual, interrogation which demands information from the interlocutor, and interview. This interview is different from interrogation, which is under control, but the source is free in expressing thoughts in accordance with the question that have been given. It is the same as the pattern of communication that is implemented in all educational institutions.
Keyword : Interpersonal Communcation, DBL Academy Basketball, Social Learning
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
KATA PENGANTAR ... v
ABSTRAK ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR BAGAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4
1.3.1 Tujuan Penelitian ... 4
1.3.2 Manfaat Penelitian ... 5
1.4 Kajian Pustaka ... 5
1.4.1 Teori Komunikasi Interpersonal ... 5
1.4.1.1 Komponen komunikasi Interpersonal ... 6
1.4.1.2 Karakteristik Komunikasi Interpersonal ... 10
1.4.1.3 Tujuan Komunikasi Interpersonal ... 11
1.4.2 Pola Komunikasi Interpersonal ... 15
1.4.2.1 Aspek Efektifitas Pola Komunikasi Interpersonal ... 16
1.4.3 Teori Belajar Sosial ... 18
1.4.3.1 Tahapan dalam Teori Belajar Sosial ... 18
1.4.3.2 Prinsip yang mendasari teori belajar sosial ... 19
xiii
1.6 Metodologi Penelitian ... 23
1.6.1 Jenis dan Sumber Data ... 24
1.6.1.1 Data Primer ... 24
1.6.1.2 Data Sekunder ... 27
1.6.2 Teknik Pengumpulan Data ... 28
1.6.3 Teknik Analisis dan Interpretasi Data ... 30
BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN ... 33
2.1 DBL Academy ... 34
2.2 Identitas DBL Academy ... 34
2.2.1 Profil DBL Academy ... 36
2.2.2 Deskripsi DBL Academy ... 36
2.2.3 Logo DBL Academy ... 36
2.2.4 Makna Tagline DBL Academy ... 37
2.3 Visi dan Misi DBL Academy ... 38
2.4 Struktur Organisasi ... 39
BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA ... 40
3.1 Penyajian Data ... 40
3.1.1 Deskripsi Informan ... 40
3.1.2 Deskripsi Hasil Penelitian ... 43
3.2 Analisis Data ... 54
3.2.1 Pola Komunikasi antara Pelatih dan Murid ... 54
xiv BAB IV PENUTUP ... 63 4.1 Simpulan ... 63 4.2 Saran ... 65 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xv
DAFTAR GAMBAR
Gamabar 1.5 Kerangka Berpikir Penelitian ... 23
Gambar 2.1 Kelas Reguler DBL Academy ... 35
Gambar 2.2 Internal Competition... 35
Gambar 2.3 Basketball Clinic Sidoarjo... 36
Gambar 2.4 Logo DBL Academy... 36
Gambar 2.5 Tagline DBL Academy... 38
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komunikasi interpersonal dini ini banyak digunakan oleh Lembaga maupun institusi yang beroriantasi disektor Pendidikan atau pengajaran. Pentingnya komunikasi interpersonal dalam dunia Pendidikan utamanya kepengajaran yakni membatu efektifitas dari penyampaian materi agar komunikan dalam hal ini murid dapan sesegera mungkin menerima, menyerap dan mengimplementasikan apa yang disampaikan komunikator dalam proses pengajaran.
Pola komunikasi interpersonal sendiri memiliki pengertian yakni penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera1. Semakin banyak individu yang terlibat dalam komunikasi, semakin beragam persepsi masing-masing individu yang membuat komunikasi menjadi semakin kompleks. Salah satu kelebihan komunikasi interpersonal yaitu membentuk hubungan antara komunikator dan komunikan, dikarenakan komunikasi terasa lebih intim sebab adanya timbal balik secara langsung. Perbedaan komunikasi interpersonal dengan komunikasi yang lainnya, salah satunya terletak pada feedback yang diberikan. Dalam peristiwa komunikasi secara tatap muka tersebut, membuat
1Devito, Joseph. A. The Interpersonal Communication Book 13th
Edition. Pearson Education Inc. United States of America. 2013. Hal. 4
pelaku komunikasi untuk terus bertukar pikiran sehingga kesepahaman lebih cepat tercapai.
Komunikasi interpersonal yang dimiliki seorang pelatih tidak akan tercapai tujuannya apabila pelatih tidak dapat meyampaikannya dengan baik. Begitu juga dengan murid, apabila komunikasi disampaikan pada saat kondisi tidak kondusif maka tujuan nya akan tidak maksimal. Pola komunikasi yang terjadi di DBL Academy antara pelatih dengan murid menunjukan bahwa komunikasi interpersonal berjalan dalam proses belajar inclass maupun dilapangan. Pelatih mengirimkan sebuah pesan atau perintah berupa verbal dan nonverbal kepada murid.
Printah atau pesan yang disampaikan kemudian dilakukan oleh murid dengan seketika apabila tidak terdapat gangguan. Gangguan dapat berasal dari pelatih, dari atlet, maupun dari luar. Gangguan yang berasal dari pelatih seperti intonasi yang kurang jelas, besar kecilnya suara, maupun jelas atau tidaknya penyampaian pesan. Gangguan dari atlet bisa saja berasal dari kondisi masing-masing atlet seperti capek, kurang memperhatikan, maupun kurang memahami isi pesan.
Untuk mengkaji seberapa efektifitas implementasi pola komunikasi interpersonal dalam penelitian ini, peneliti menggunakan alat bedah berupa teori belajar social yang dicetuskan oleh Bandura. Yakni, proses belajar yang muncul sebagai fungsi dari pengamatan, penguasaan dan, dalam kasus proses belajar imitasi, peniruan perilaku orang lain. Teori pembelajaran sosial ini adalah perkembangan utama dari tradisi teori pembelajaran prilaku
(Behaviorisme). Berbeda dengan penganut Behaviorisme, Teori Bandura
menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan.
Pendekatan teori belajar sosial digunakan peneliti untuk mempertajam analisa dari sudut pandang murid yang dalam hal ini menjadi komunikan dalam proses komunikasi. Alat ini dirasa peneliti sesuai karena teori belajar sosial ini memiliki sudut pandang bahasan yang sama dengan pola komunikasi interpersonal yakni mengedepankan kondisi, psikologi dan latar atau lingkungan dimana proses komunikasi atau proses pengajaran berlangsung.
DBL Academy dirasa peneliti cukup baaik dalam penerapan pola komunikasi interpersonal dan dikaji dengan alat bedah teori belajar sosial, hal ini tercermin dari impact berupa murid dan alumni yang dilahirkan nampak nyata dapat diserap oleh stake holder dari DBL Academy semisal tim basket professional, universitas kenamaan yang memiliki tim basket skala universitas dan tidak sedikit juga Studet Athlet dari DBL Academy yang memiliki prestasi dikancah nasional maupun internasional. Dalam ajang international junior basketball Thailand cup 2018, murid DBL Academy meraih peringkat 5 besar. Dalam global hoops elite 2019 di Malaysia murid DBL Academy meraih peringkat 2 kategori Usia 13 dan 16 tahun. Lulusan DBL Academy tahun 2017 juga turut terpilih dalam DBL Allstar 2018 yang diberangkatan ke Amerika.
Pola komunikasi interpersonal diguakan untuk kemajuan DBL
Academy yang mana pola komunikasinya dinilai jauh lebih efektif dan efisien
untuk melakukan perbaikan di lapangan maupun di luar lapangan. Maka berdasarkan latar belakang tersebut, akan lebih menarik jika dilakukan penelitian dengan judul “Pola komunikasi antara pelatih dan murid dalam proses mengembangkan potensi student athlete basketball di DBL Academy
basketball. Dengan menggunakan metode kualitatif dekskriptif. Alasan
peneliti menggunaka obyek DBL Academy basketball karena merupakan sekolah basket pertama di kota Surabaya dengan menggunakan kurikulum pelatihan luar negeri. Selain itu pola komunikasi antara pelatih dengan murid agar potensi-potensi murid dapat berkembang.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka penyusun menarik satu rumusan masalah yakni “Bagaimana pola komunikasi antara pelatih dan murid dalam proses mengembangkan potensi student athlete
basketball di DBL Academy basketball ?”
1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pola komunikasi antara pelatih dan murid dalam proses
mengembangkan potensi student athlete basketball di DBL Academy
basketball.
1.3.2 Manfaat Penelitian A. Manfaat Teoritis
1. Secara Teoritis, penelitian ini bertujuan untuk menambah pengetahuan di bidang komunikasi, terutama dalam kajian tentang pola komunikasi interpersonal dengan pendekatan teori belajar social antara pelatih dan murid dalam mengembangkan bakat.
2. Dapat menambah dan mengembangkan khazanah ilmu komunikasi terkhusus teori komunikasi interpersonal dengan pendekatan teori belajar social bagi Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Surabaya - AWS.
B. Manfaat Teoritis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan kajian atau sebagai alat analisa komunikasi efektif agar pelatih dan murid sama-sama melakukan proses yang olahraga basket yang baik.
1.4 Kajian Pustaka
1.4.1 Teori Komunikasi Interpersonal
Devito dalam buku The Interpersonal Communication menjelaskan pengertian komunikasi interpesonal, yakni penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan
berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera2. Semakin banyak individu yang terlibat dalam komunikasi, semakin beragam persepsi masing-masing individu yang membuat komunikasi menjadi semakin kompleks.
Salah satu kelebihan komunikasi interpersonal yaitu membentuk hubungan antara komunikator dan komunikan, dikarenakan komunikasi terasa lebih intim sebab adanya timbal balik secara langsung. Perbedaan komunikasi interpersonal dengan komunikasi yang lainnya, salah satunya terletak pada
feedback yang diberikan. Dalam peristiwa komunikasi secara tatap muka
tersebut, membuat pelaku komunikasi untuk terus bertukar pikiran sehingga kesepahaman lebih cepat tercapai.
1.4.1.1 Komponen Komunikasi Interpersonal
Dari pengertian komunikasi interpersonal yang telah diuraikan di atas, dapat diidentifikasikan beberapa komponen yang harus ada dalam komunikasi interpersonal. Menurut Devito, dijelaskan bahwa komponen komunikasi interpersonal diantaranya sebagai berikut :
1. Sumber/ komunikator
Merupakan orang yang mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi, yakni keinginan untuk membagi keadaan internal sendiri, baik yang bersifat emosional maupun informasional dengan orang lain. Kebutuhan ini dapat berupa keinginan untuk memperoleh pengakuan sosial sampai
2Devito, Joseph. A. The Interpersonal Communication Book 13th
Edition. Pearson Education Inc. United States of America. 2013. Hal. 4
pada keinginan untuk mempengaruhi sikap dan tingkah laku orang lain. Dalam konteks komunikasi interpersonal komunikator adalah individu yang menciptakan, memformulasikan, dan menyampaikan pesan.
2. Encoding
Encoding adalah suatu aktifitas internal pada komunikator dalam
menciptakan pesan melalui pemilihan simbol-simbol verbal dan nonverbal, yang disusun berdasarkan aturan-aturan tata bahasa, serta disesuaikan dengan karakteristik komunikan.
3. Pesan Merupakan hasil encoding.
Pesan adalah seperangkat simbol-simbol baik verbal maupun nonverbal, atau gabungan keduanya, yang mewakili keadaan khusus komunikator untuk disampaikan kepada pihak lain. Dalam aktivitas komunikasi, pesan merupakan unsur yang sangat penting. Pesan itulah disampaikan oleh komunikator untuk diterima dan diinterpretasi oleh komunikan.
4. Saluran
Merupakan sarana fisik penyampaian pesan dari sumber ke penerima atau yang menghubungkan orang ke orang 13 lain secara umum. Dalam konteks komunikasi interpersonal, penggunaan saluran atau media semata-mata karena situasi dan kondisi tidak memungkinkan dilakukan komunikasi secara tatap muka.
5. Penerima/ komunikan
Seseorang yang menerima, memahami, dan menginterpretasi pesan. Dalam proses komunikasi interpersonal, penerima bersifat aktif, selain
menerima pesan melakukan pula proses interpretasi dan memberikan umpan balik.
6. Decoding
Decoding merupakan kegiatan internal dalam diri penerima. Melaui
indera, penerima mendapatkan macammacam data dalam bentuk “mentah”, berupa kata-kata dan simbol-simbol yang harus diubah kedalam pengalamanpengalaman yang mengandung makna. Secara bertahap dimulai dari proses sensasi, yaitu proses di mana indera menangkap stimuli.
7. Respon
Yakni apa yang telah diputuskan oleh penerima untuk dijadikan sebagai sebuah tanggapan terhadap pesan. Respon dapat bersifat positif, netral, maupun negatif. Respon positif apabila sesuai dengan yang dikehendaki komunikator. Netral berarti respon itu tidak menerima ataupun menolak keinginan komunikator. Dikatakan respon negatif apabila tanggapan yang diberikan bertentangan dengan yang diinginkan oleh komunikator. 8. Gangguan (Noise)
Gangguan atau noise atau barier beraneka ragam, untuk itu harus didefinisikan dan dianalisis. Noise dapat terjadi di dalam komponen-komponen manapun dari sistem komunikasi. Noise merupakan apa saja yang mengganggu atau membuat kacau penyampaian dan penerimaan pesan, termasuk yang bersifat fisik dan psikis.
Komunikasi selalu terjadi dalam suatu konteks tertentu, paling tidak ada tiga dimensi yaitu ruang, waktu, dan nilai. Konteks ruang menunjuk pada lingkungan konkrit dan nyata tempat terjadinya komunikasi, seperti ruangan, halaman dan jalanan. Konteks waktu menunjuk pada waktu kapan komunikasi tersebut dilaksanakan, misalnya: pagi, siang, sore, malam. Konteks nilai, meliputi nilai 14 sosial dan budaya yang mempengaruhi suasana komunikasi, seperti : adat istiadat, situasi rumah, norma pergaulan, etika, tata krama, dan sebagainya3.
Sembilan poin diatas merupakan komponen-komponen atau unsur yang umumnya ada dalam sebuah komunikasi interpesonal. Mula-mula komunikator menyusun pesan (encoding). Lalu menyampaikan pesan melalui saluran yang dipilihnya, setelah itu diterima oleh diri komunikan unuk selanjutnya di interpretasi (decoding). Pada tahap selanjutnya, komunikan merespon pesan berdasarkan hasil decodingnya. Lazim dalam setiap komunikasi terjadi gangguan (noise) yang biasanya terjadi pada saat pesan disampaikan kepada komunikan. Gangguan tersebut bisa bersifat fisik ataupun psikis. Pada setiap komunikasi interpesonal memiliki konteks komunikasi paling tidak tiga dimensi (ruang, waktu dan nilai).
3 Ibid Devito hal. 9
1.4.1.2 Karakteristik Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpesonal memiliki beberapa karakteristik yang membedakan dengan komunikasi yang lain. Pearson (dalam Suranto) Komunikasi Interpersonal mengklasifikasikan karakteristik komunikasi antar pribadi sebagai berikut :
a) Komunikasi antarpribadi dimulai dengan diri pribadi (self).
Berbagai persepsi komunikasi yang menyangkut pemaknaan berpusat pada diri kita, artinya dipengaruhi oleh pengalaman dan pengamatan kita. b) Komunikasi antarpribadi bersifat transaksional
Anggapan ini mengacu pada pihak-pihak yang berkomunikasi secara serempak dan bersifat sejajar, menyampaikan dan menerima pesan. c) Komunikasi antarpribadi mencakup aspek-aspek isi pesan dan hubungan
antarpribadi.
Artinya, isi pesan dipengaruhi oleh hubungan antarpihak yang berkomunikasi.
d) Komunikasi antarpribadi mensyaratkan kedekatan fisik antar pihak yang berkomunikasi.
e) Komunikasi antarpribadi melibatkan pihak-pihak yang saling bergantung satu sama lainnya dalam proses komunikasi. Komunikasi antarpribadi tidak dapat diubah maupun diulang4.
Sebagaimana yang dijelaskan diatas, karakteristik komunikasi interpersonal ialah pesan dan hubungan antara komunikator-komunikan
4
sangat memengaruhi isi pesan yang disampaikan. Dapat disimpulkan, kedekatan dan keterbukaan antara pelaku komunikasi sangat berpengaruh pada pesan dan kualitas komunikasi yang dilakukan. Dalam komunikasi interpersonal, setiap orang bersifat sejajar, maksudnya ia bisa berperan sebagai komunikator, namun juga bisa menjadi komunikan bagi penyampai pesan. Pesan dalam komunikasi ini juga tidak dapat diubah maupun diulang. Jika ada pesan-pesan yang dirasa kurang tepat, diperbarui melalui proses interaksi.
1.4.1.3 Tujuan Komunikasi Interpersonal
Ada beberapa tujuan komunikasi interpersonal yang dikemukakan oleh Muhammad dalam bukunya Komunikasi Organisasi, diantaranya yaitu: a) Menemukan Diri Sendiri
Salah satu tujuan komunikasi interpersonal adalah menemukan personal atau pribadi. Bila kita terlibat dalam pertemuan interpersonal dengan orang lain kita belajar banyak sekali tentang diri kita maupun orang lain. kenyataannya sebagian besar dari persepsi kita adalah hasil dari apa yang telah kita pelajari dalam pertemuan interpersonal.
Komunikasi interpersonal memberikan kesempatan kepada kita untuk berbicara tentang apa yang kita sukai, atau mengenai diri kita. adalah sangat menarik dan mengasyikkan bila berdiskusi mengenai perasaan, pikiran dan tingkah laku kita sendiri. Dengan membicarakan diri kita dengan orang lain, kita memberikan sumber balikan yang luar biasa pada
perasaan, pikiran dan tingkah laku kita. Dari pertemuan semacam ini misalnya, kita belajar, bahwa perasaan kita tentang diri kita, tentang orang lain, dunia tidaklah begitu berbeda dari perasaan orang lain. Kesamaan tingkah laku adalah benar, seperti kekuatan, harapan, dan keinginan kita. penguatan yang positif membantu kita merasa normal. Melalui komunikasi kita juga belajar bagaimana kita menghadapi yang lain, apakah kekuatan dan kelemahan kita dan siapakah yang menyukai kita dan tidak menyukai kita dan mengapa.
b) Menemukan Dunia Luar
Hanya komunikasi interpersonal menjadikan kita dapat memahami lebih banyak tentang diri kita dan orang lain yang berkomunikasi dengan kita. Hal ini menjadikan kita memahami lebih baik dunia luar, dunia objek, kejadian-kejadian dan orang lain.
c) Membentuk dan Menjaga Hubungan yang Penuh Arti
Salah satu keinginan orang yang paling besar adalah membentuk dan memelihara hubungan dengan orang lain. Banyak dari waktu kita pergunakan dalam komunikasi interpersonal diabdikan untuk membentuk dan menjaga hubungna sosial dengan orang lain.
Hubungan yang demikian membantu mengurangi kesepian dan depresi, menjadikan kita sanggup saling berbagi, kesenangan kita dan umumnya membuat kita merasa lebih positif tentang diri kita.
Banyak waktu kita gunakan untuk mengubah sikap dan tingkah laku orang lain dengan pertemuan interpesonal. Kita banyak menggunakan waktu terlibat dalam posisi interpersonal. Adalah menarik untuk mencatat bahwa studi mengenai keefektifan media massa, bertentangan dengan situasi interpersonal dalam mengubah tingkah laku tertentu. Kita lebih sering membujuk melalui komunikasi interpersonal daripada komunikasi media massa.
e) Untuk Bermain dan Kesenangan
Permainan mencakup semua aktivitas yang mempunyai tujuan utama adalah mencari kesenangan. Walaupun kelihatannya kegiatan itu tidak begitu berarti tetapi mempunyai tujuan yang sangat penting. Dengan melakukan komunikasi interpersonal dapat memberikan keseimbangan yang penting dalam pikiran yang memerlukan rileks dari semua keseriusan di lingkungan kita.
f) Untuk Membantu
Ahli – ahli kejiwaan, ahli psikologi klinis dan terapi menggunakan komunikasi interpersonal dalam kegiatan prifesional mereka untuk mengarahkan kliennya. Kita semua juga berfungsi membantu orang lain dalam interaksi interpesonal kita sehari-hari. Kita juga telah melihat tujuan-tujuan komunikasi interpersonal ini dari dua perspektif yang lain. pertama, tujuan ini boleh dilihat sebagai faktor yang memotivasi atau alasan mengapa kita terlibat dalam komunikasi interpersonal. Kedua,
tujuan ini boleh dipandang sebagai hasil atau efek umum dari komunikasi interpersonal yang berasal dari pertemuan interpersonal5.
Tujuan manusia untuk berkomunikasi seperti menemukan diri sendiri, menemukan dunia luar, membentuk dan menjaga hubungan yang penuh arti, merubah sikap dan tingkah laku, untuk bermain dan mendapatkan kesenangan, dan membantu orang lain merupakan ciri manusia sebagai makhluk sosial.
Menemukan diri sendiri sama seperti menemukan konsep diri. melalui komunikasi, kita dapat mengetahui perasaan kita, apa yang kita sukai dan persepsi kita terhadap sesuatu. Sedangkan menemukan dunia luar kita dapat mengetahui keadaan diluar diri kita. Keberagaman hidup dapat dilihat salah satunya melalui interaksi. Membetuk dan menjaga hubungan penuh arti misalnya membina hubungan dalam keluarga, sahabat, dan pasangan.
Merubah sikap dan tingkah laku, sejatinya merupakan tujuan dari komunikasi. Melalui pesan, komunikator bisa memengaruhi komunikan sebagaimana yang komunikator inginkan. Untuk bermain dan kesenangan, maksudnya melalui komunikasi interpersonal kita dapat menemukan hal-hal yang menyenangkan sebagai ajang refreshing dari rutinitas kita. Berbicara santai dengan teman, bercanda dengan keluarga dapat menjadi penyeimbang dari kepenatan. Terakhir, tujuan komunikasi untuk membantu maksudnya melalui komunikasi kita dapat saling memotivasi dan mengurangi beban psikologis individu yang diajak bicara. Bagi anak tunarungu, motivasi yang
diberikan oleh guru sangat membantu murid untuk menerima kondisi ketunarunguannya. Mereka bisa mengetahui bahwa bukan hanya mereka satu-satunya anak tunarungu, melainkan ada juga orang lain yang sama seperti mereka tetapi bisa sukses.
1.4.2 Pola Komunikasi Interpersonal
Menurut Devito dalam Muhammad, Komunikasi social mengembangkan pola komunikasi interpersonal menjadi beberapa macam, diantaranya :
a) Interaksi Intim
Interaksi intim yaitu komunikasi dengan teman baik, pasangan yang sudah menikah, anggota famili, dan orang-orang yang mempunyai ikatan emosional yang kuat. Kekuatan dari hubungan menentukan iklim interaksi yang terjadi.
b) Percakapan Sosial
Percakapan sosial adalah interaksi untuk menyenangkan seseorang secara sederhana dengan sedikit berbicara. Percakapan biasanya tidak begitu terlihat secara mendalam.
c) Interograsi atau Pemeriksaan
Interograsi atau pemeriksaan adalah interaksi antara seseorang yang ada dalam kontrol, yang meminta atau bahkan menuntut informasi daripada yang lain.
d) Wawancara
Wawancara adalah satu bentuk komunikasi interpersonal di mana dua orang terlibat dalam percakapan yang berupa tanya jawab. Salah seorang mengajukan pertanyaan untuk mendapatkan informasi dan yang lainnya mendengarkan dengan baik kemudian memberikan jawaban yang dikehendaki sampai tujuan wawancara tercapai6.
Terdapat beberapa model pola komunikasi interpersonal, diantaranya komunikasi intim yang dijalankan dengan orang yang sudah memiliki kedekatan emosional, percakapan sosial yang dilakukan tidak begitu mendalam tapi menyenangkan bagi pelakunya, interograsi yang merupakan komunikasi yang menuntut informasi dari lawan bicara, serta wawancara. Kegiatan wawancara ini tidak seperti interograsi yang berada di bawah kontrol, tetapi narasumber bebas dalam menyatakan pikiran sesuai dengan pertanyaan yang sudah diberikan.
1.4.2.1 Aspek Efektifitas Pola Komunikasi Interpersonal
Kelebihan dari pola komunikasi interpersonal adalah umpan balik yang bersifat segera. Sementara itu, agar komunikasi interpersonal dapat berjalan efektif, maka harus memiliki lima aspek efektivitas komunikasi sebagai berikut :
a) Keterbukaan (Openess)
6 Ibid. hal. 159-160
Mengacu pada keterbukaan dan ketersediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang dan keterbukaan peserta komunikasi interpersonal kepada orang yang diajak untuk berinteraksi. b) Empati (Emphaty)
Empati adalah menempatkan diri kita secara emosional dan intelektual pada posisi orang lain.
c) Sikap Mendukung (Supportiveness)
Sikap mendukung dapat mengurangi sikap defensif komunikasi yang menjadi aspek ketiga dalam efektivitas komunikasi.
d) Sikap Positif (Positiveness)
Seseorang yang memiliki sikap diri yang positif, maka ia pun akan mengkomunikasikan hal yang positif. Sikap positif juga dapat dipicu oleh dorongan (stroking) yaitu perilaku mendorong untuk menghargai keberadaan orang lain.
e) Kesetaraan (Equality)
Kesetaraan merupakan pengakuan bahwa masing-masing pihak memiliki sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Komunikasi interpersonal merupakan pengiriman pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain dengan efek dan umpan balik yang langsung7.
Komunikasi yang efektif akan membuat pesan tersampaikan dengan baik hingga tercipta saling pengertian. Efektivitas dalam komunikasi interpersonal ini dapat dilihat dari beberapa aspek diantaranya keterbukaan
(openes), empati (emphaty), sikap mendukung (supportiveness), sikap positif
(positiveness), dan kesetaraan (equality).
1.4.3 Teori Belajar Sosial
Belajar sosial adalah proses belajar yang muncul sebagai fungsi dari pengamatan, penguasaan dan, dalam kasus proses belajar imitasi, peniruan perilaku orang lain. Teori pembelajaran sosial ini adalah perkembangan utama dari tradisi teori pembelajaran prilaku (Behaviorisme). Berbeda dengan penganut Behaviorisme, Teori Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan.
Prinsip dasar belajar menurut teori ini, bahwa yang dipelajari individu terutama dalam belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku (modeling). Teori ini juga masih memandang pentingnya conditioning. Melalui pemberian reward dan punishment, seorang individu akan berfikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang perlu dilakukan.
1.4.3.1 Tahapan dalam Teori Belajar Sosial
Setiap proses belajar terjadi dalam urutan tahapan peristiwa (4 unsur utama) dan berakhir dengan penampilan atau kinerja (performance) tertentu sebagai hasil/ perolehan belajar seorang siswa. yang meliputi:
Memberikan perhatian pada orang yang ditiru. Sebagai pengamat orang tidak dapat belajar melalui observasi kecuali kaku ia memperhatikan kegiatan-kegiatan yang diperagakan oleh model itu sendiri dan benar-benar memahaminya. Mencakup peristiwa peniruan (adanya kejelasan, keterlibatan perasaan, tingkat kerumitan, kelaziman, nilai fungsi) dan karakteristik pengamatan (kemampuan indera, minat, persepsi, penguatan sebelumnya).
b. Fase Pengingat (retention)
Seorang pengamat harus dapat mengingat apa yang yang telah dilihatnya. Dia harus mengubah informasi yang diamatinya menjadi bentuk gambaran mental, atau mengubah simbol-simbol verbal, dan kemudian menyimpan dalam ingatannya. Mencakup kode pengkodean simbolik, pengorganisasian pikiran, pengulangan simbol, pengulangan motorik.
c. Reproduksi motorik (reproduction)
Yaitu proses peniruan adalah mengubah ide gambaran, atau ingatan menjadi tindakan. Mencakup kemampuan fisik, kemampuan meniru, keakuratan umpan balik.
d. Peneguhan/Motivasi (reinforcement/motivation)
Mencakup dorongan dari luar dan penghargaan terhadap diri sendiri.
1.4.3.2 Prinsip-prinsip yang Mendasari Teori Belajar Sosial
Adapun prinsip-prinsip yang mendasari teori belajar sosial yang dikemukakan oleh Bandura, yaitu:
1. Prinsip faktor-faktor yang saling menentukan
Bandura menyatakan bahwa diri seorang manusia pada dasarnya adalah suatu sistem (sistem diri/self system). Sebagai suatu sistem bermakna bahwa perilaku, berbagai faktor pada diri seseorang, dan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam lingkungan orang tersebut, secara bersama-sama saling bertindak sebagai penentu atau penyebab yang satu terhadap yang lainnya. Berikut ini dijelaskan interaksi berbagai faktor pembentuk sistem diri (self sistem)
Keterangan :
P = Singkatan dari Personal atau kepribadian seseorang B = Singkatan dari Berhavior atau perilaku seseorang E = Singakatan dari Environment atau lingkungan luar
2. Kemampuan untuk membuat atau memahami simbol/tanda/lambang Bandura menyatakan bahwa orang memahami dunia secara simbolis melalui gambar-gambar kognitif, jadi orang lebih bereaksi terhadap gambaran kognitif dari dunia sekitar dari pada dunia itu sendiri. Artinya,
karena orang memiliki kemampuan berfikir dan memanfaatkan bahasa sebagai alat untuk berfikir, maka hal-hal yang telah berlalu dapat disimpan dalam ingatan dan hal-hal yang akan datang dapat pula “diuji” secara simbolis dalam pikiran. Perilaku-perilaku yang mungkin diperlihatkan akan dapat diduga, diharapkan, dikhawatirkan, dan diuji cobakan terlebih dahulu secara simbolis, dalam pikiran, tanpa harus mengalaminya secara fisik terlebih dahulu. Karena pikiran-pikiran yang merupakan simbul atau gambaran kognitif dari masa lalu maupun masa depan itulah yang mempengaruhi atau menyebabkan munculnya perilaku tertentu.
3. Kemampuan berpikir ke depan
Selain dapat digunakan untuk mengingat hal-hal yang sudah pernah dialami, kemampuan berpikir atau mengolah simbol tersebut dapat dimanfaatkan untuk merencanakan masa depan. Orang dapat menduga bagaimana orang lain bisa bereaksi terhadap seseorang, dapat menentukan tujuan, dan merencanakan tindakan-tindakan yang harus diambil untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Inilah yang disebut dengan pikiran ke depan, karena biasanya pikiran mengawali tindakan. 4. Kemampuan untuk seolah-olah mengalami apa yang dialami oleh orang
lain
Orang-orang, terlebih lagi anak-anak mampu belajar dengan cara memperhatikan orang lain berperilaku dan memperhatikan konsekuensi
dari perilaku tersebut. Inilah yang dinamakan belajar dari apa yang dialami orang lain.
5. Kemampuan mengatur diri sendiri
Prinsip berikutnya dari belajar sosial adalah orang umumnya memiliki kemampuan untuk mengendalikan perilaku mereka sendiri. Seberapa giat orang bekerja dan belajar, berapa jam orang tidur, bagaiamana bersikap di muka umum, apakah orang mengerjakan pekerjaan kuliah dengan teratur, dsb, adalah contoh prilaku yang dikendalikan. Perilaku ini tidak dikerjakan tidak selalu untuk memuaskan orang lain, tetapi berdasarkan standar dan motivasi yang ditetapkan diri sendiri. Tentu saja orang akan berpengaruh oleh perilaku orang lain, namun tanggung jawab utama tetap berada pada diri sendiri.
6. Kemampuan untuk berefleksi
Prinsip terakhir ini menerangkan bahwa kebanyakan orang sering melakukan refleksi atau perenungan untuk memikirkan kemampuan diri mereka pribadi. Mereka umumnya mampu memantau ide-ide mereka dan menilai kepantasan ide-ide tersebut sekaligus menilai diri mereka sendiri. Dari semua penilaian diri sendiri itu, yang paling penting adalah penilaian terhadap beberapa komponen atau seberapa mampu mereka mengira diri mereka dapat mengerjakan suatu tugas dengan sukses.
1.5 Kerangka Berpikir
Pola Komunikasi Dalam Proses Mengembangkan Potensi Student Athlete Basketball Di DBL Academy Basketball
Pelatih Murid
Teori Pola Komunikasi Interpersonal dan Teori Belajar Sosial
Analisis Deskriptif Kualitatif
1.6 Metodologi Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode riset kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan suatu keadaan dari obyek penelitian bukan untuk menguji hipotesis dan mendapatkan pemahaman yang bersifat umum terhadap kenyataan sosial. Pemahaman tersebut tidak ditentukan terlebih dahulu tetapi diperoleh setelah melakukan analisis terhadap kenyataan sosial yang menjadi fokus penelitian dan kemudian ditarik suatu kesimpulan berupa pemahaman beserta saran atau masukan yang berguna bagi penelitian selanjutnya atau perusahaan yang menjadi obyek penelitian 8.
Jadi, peneliti yang menguraikan atau menggambarkan mengenai hasil wawancara mendalam bersama informan yang terpilih terkait Pola komunikasi antara pelatih dan murid dalam proses mengembangkan potensi student athlete
basketball di DBL Academy basketball lalu menganalisa dan melakukan
pemahaman mengenai data yang diperoleh setelah itu memberikan suatu kesimpulan. Peneliti nantinya ikut memberikan pemaknaan kritis terhadap realitas yang dikemukakan oleh informan, informan yang dimaksut adalah pelatih DBL Academy basketball.
8Kriyantono, Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Prenadamedia Group. Jakarta. 2014.
1.6.1 Jenis dan Sumber Data 1.6.1.1 Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber data pertama di lapangan9. Peneliti menggunakan sumber data primer yaitu pelatih DBL
Academy basketball dalam menginformasikan pola komunikasi terhadap
para murid DBL Academy basketball, yang memiliki kapabilitas sekaligus mampu menjadi informan yang melakukan implementasi langsung dari pola komunikasi yang efektif yang digunakan pelatih kepada murid melalui hasil wawancara mendalam (in depth interview)
Berikut adalah informan yang dipilih oleh peneliti sebagai sumber data primer yang nantinya akan dijadikan pedoman dalam menggali informasi dan data melalui proses wawancara :
Informan 1.
Nama : Erwin Triono
Tempat Tanggal Lahir : Blitar, 8 Maret 1983
Umur : 36 Tahun
Jabatan : Manager
Deskripsi Jabatan : -
Mengatur kurikulum pengembangan skill Basketball dan karakter siswa.
Upgrading knowladge dan skill para coach. Melakukan praktik, motivasi
dan mengintruksikan siswa dalam strategi dan teknik permainan
bolabasket. Memantau perkembangan skill basket dan karakter setiap murid DBL Academy
Informan 2.
Nama : Muhammad Alfian Yasir
Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 01 Mei 1995
Umur : 24 Tahun
Jabatan : Asisten Manager
Deskripsi Jabatan : -
Membantu manager dalam hal memantau, mengevaluasi, dan mengembangkan kinerja tim.
Informan 3.
Nama : Dimaz Muharri
Tempat Tanggal Lahir : Binjai, 17 September 1985
Umur : 34 Tahun
Jabatan : Head Coach
Deskripsi Jabatan : -
Mengimplementasikan kurikulum dan program pengajaran yang ditentukan oleh manager dan memastikan pelaksanan proses pengajaran dan latihan sesuai dengan Standart yang ditentukan Manajer.
Informan 4.
Kelas Hoops :
Nama lengkap : Ahmad Fadhil R.F Tempat dan Tanggal Lahir : Medan, 7 Agustus 2012
Umur : 7 Tahun
Kelas : Hoops
Murid memberikan suatu jawaban dengan jelas, dan kesimpulannya bahwa murid bola basket pada kelas Hoops menyatakan murid mampu mengikuti pembinaan dengan baik dan disiplin, murid juga mempunyai kondisi fisik dan ketrampilan yang baik. Hasil pembinaan tersebut membuktikan bahwa proses pembinaan berjalan dengan cukup baik.
Informan 5.
kelas Rookie :
Nama lengkap : Fahrie Gunawan Tempat dan Tanggal Lahir : Surabaya, 15 Juni 2007
Umur : 12 Tahun
Kelas : Rookie
Murid memberikan suatu jawaban bahwa dari murid olahraga bola basket pada Kelas Rookie, terbukti bahwa pelatih mempunyai program yang jelas. Pelatih mampu melaksanakan pembinaan dengan baik, dia mampu disiplin kepada atlet, serta pengurus juga mampu membuat menejemen yang baik dalam organisasi. Selain itu menurut pernyataan pelatih dan pengurus pembinaan selama ini juga telah didukung oleh kelengkapan sarana dan prasarana yang memadai.
Informan 6.
Kelas Starter :
Tempat dan Tanggal Lahir : Surabaya, 15 Juni 2004
Umur : 15 Tahun
Kelas : Starter
Murid menyatakan bahwa pembinaan prestasi olahraga bola basket pada kelas Starter sudah baik. Murid juga menyatakan melaksanakan pembinaan dengan baik, mereka melakukan latihan dengan rutin dan disiplin. Semua murid mendapatkan pembinaan dengan sama, mereka dengan pelatihan dan pembinaan yang baik tersebut maka akan dapat meningkatkan prestasi dan keterampilan olaharaga bola basket.
1.6.1.2 Data Sekunder
Data sekunder peneliti dapatkan dari arsip berita melalui berbagai media (internet, koran) dan laporan dari pelatih DBL Academy Basketball.
1.6.2 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data akan dilakukan dengan metode survei lapangan. Pencatatan data akan dilakukan setiap hari dan akan ada selalu rangkuman hasil data yang didapat melalui :
1. Wawancara (In depth Interview)
Peneliti mengajukan pertanyaan terhadap narasumber yang berkompeten dengan tekhnik wawancara mendalam. Wawancara mendalam (in depth interview) adalah suatu cara mengumpulkan data atau informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informan agar mendapat data lengkap dan mendalam. Peneliti mengajukan
pertanyaan terhadap narasumber yang berkompeten dengan tekhnik wawancara mendalam.
Wawancara mendalam (in depth interview) adalah suatu cara mengumpulkan data atau informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informan agar mendapat data lengkap dan mendalam. Jadi proses wawancara peneliti menggunakan telepon seluler
(Handphone) dan bertemu secara tatap muka untuk merekam
percakapan antara peneliti dengan informan pertama yaitu Pelatih Basket DBL Academy dalam menginformasikan pola komunikasi terhadap para murid atau athlet, Adapun syarat yang menjadi bahan pertimbangan peneliti untuk menentukan narasumber yaitu :
1. Orang yang memiliki jabatan sebagai Pelatih murid basketball dengan bahan pertimbangan karena lebih kompeten untuk memberikan penjelasan sesuai peranannya dalam mengenalkan dan menginformasikan pola komunikasi yang efektif kepada murid. 2. Murid DBL Academy basketball dengan bahan pertimbangan
peneliti bahwa orang tersebut memiliki pengalaman belajar di DBL
Academy basketball dalam menginformasikan bagaimana pelatih
mendidik dengan cara pola komunikasi yang efektif sehingga dapat mengembangkan bakat murid tersebut. Dari 3 kategori kelas yakni
hoops, Rookie, dan Starter dipilih masing – masing 1 (satu) murid
untuk dijadikan informan dan kemudian di gali informasi dengan alat angket wawancara yang terstruktur. Hasil wawancara
dilengkapi dengan pembuatan catatan, lalu menganalisis kemudian mengambil kesimpulan dari hasil wawancara tersebut.
2. Metode Observasi Partisipan
Peneliti melakukan observasi dengan cara melibatkan diri atau menjadi bagian lingkungan sosial (organisasi) tengah diamati melalui teknik partisipasi dapat memperoleh data relatif lebih akurat dan lebih banyak, karena peneliti secara langsung mengamati perilaku dan kejadian atau peristiwa dalam lingkungan sosial tertentu. Teknik pengamatan ini, biasanya digunakan untuk pengumpulan data dan informasi melalui kombinasi antara observasi langsung dan wawancara secara formal atau informal10.
3. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi bertujuan untuk menggali data-data masa lampau secara sistematis dan objektif. Dokumentasi adalah instrumen pengumpulan data yang sering digunakan dalam berbagai metode pengumpulan data. Dokumen bisa berbentuk dokumen publik, seperti data atau informasi yang tercantum di berbagai media massa, kepustakaan, bahan publikasi instansi.
Peneliti menggunakan dokumen publik yaitu, artikel-artikel yang diperoleh dari internet, berita dari surat kabar. Sedangkan untuk
10Ahmadi, Ruslan. Metode Penelitian Kualitatif, Cetakan Ke – 1, Ar – Ruzz Media. Yogyakarta.
dokumen privat yang digunakan oleh peneliti adalah artikel-artikel dari perusahaaan.
1.6.3 Teknik Analisis dan Interpresentasi Data
Upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah – milah menjadi kesatuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain11. Peneliti menggunakan tiga alur kegiatan yang harus diikuti, yang ketiganya saling berkaitan.12
1. Teknik Keabsahan Data
Yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada transformasi data kasar yang muncul dari catatan dilapangan mengenai pola komunikasi pelatih DBL Academy basketball dalam menginformasikan pola keomunikasi yang efektif dalam memnggembangkan potensi bermain basket dimana proses ini berlangsung secara terus menerus selama penelitian berlangsung.
Langkah teknis keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan sejak penggalian data pada saat observasi dan selama penelitian ini berlangsung hingga akhir. Jadi Peneliti melakukan wawancara kepada narasumber yaitu pelatih basket DBL Academy dan para murid yang memiliki kapabilitas sekaligus mampu menjadi informan yang
11 Op. Cit. Kriyantono. hal. 248 12 Op. Cit. Moleong. Hal. 195
merasakan implementasi dari pelatih dengan cara merekam dan mencatat. Lalu berdasarkan data yang diperoleh dari berbagai sumber yang kompeten dilapangan itu kemudian dipilah – pilah dan dikelompokkan atau dikategorikan berdasarkan variabel penelitian dalam rumusan masalah setelah itu ditarik kesimpulan finalnya.
2. Penyajian Data
Merupakan sekumpulan informasi yang diperoleh melalui narasumber terkait rumusan masalah dan dilakukannya penarikan kesimpulan dalam pengambilan tindakan. Penyajian data ini dilakukan peneliti dengan cara menstransformasikan data kasar yang dari rekaman wawancara ataupun catatan menjadi bentuk tulisan. Setelah dilakukan reduksi, maka data yang diperoleh menjadi lebih mudah dibaca dan selanjutnya disajikan sebagai sekumpulan informasi yang tersusun dalam rangkaian tulisan dan menganalisa berdasarkan pola komunikasi Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss.
3. Verifikasi atau Penarikan Kesimpulan
Yaitu merupakan sebagian dari keseluruhan konfigurasi kegiatan penelitian yang utuh dan dilakukan selama penelitian berlangsung. Verifikasi ini dilakukan sesingkat pemikiran kembali yang melintas dalam pikiran peneliti. Jadi setelah penyajian data peneliti meninjau ulang data - data yang diperoleh di lapangan terkait wawancara dengan narasumber mengenai pola komunikasi pelatih dengan murid lalu lebih memperhatikan secara seksama lagi, walaupun memakan waktu dan
tenaga yang lebih besar. Dengan begitu maka kesimpulan yang didapatkan bisa benar – benar menjadi jawaban atas permasalahan dalam penelitian ini.
BAB II
DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN
2.1 DBL Academy
DBL Academy adalah anak perusahaan PT. DBL Indonesia yang berlokasi di Surabaya tepatnya di gedung Graha Pena. Pertama kali dibuka pada tanggal 25 Januari 2015 dicetuskan oleh Azrul Ananda dengan tujuan untuk mengembangkan basket menjadi lebih luas. Tidak hanya berpusat pada liga atau kompetisi saja namun memberikan pembekalan dasar – dasar basket kepada para murid. manajemen DBL Academy dibentuk dengan mengutus dua
staff PT DBL Indonesia dari divisi basketball operation yaitu Fadjar Agung
Darajatun dan Aldelinne Nolita Devia. Demi membuat materi yang berbeda dengan yang lain, DBL Academy bekerjasama dengan Andrew Vlahov dan Mick Downer. Dua orang trainer ini merupakan technical director dari World
Basketball Academy, Perth, Australia Barat13.
Sukses dengan persiapan materi basket, DBL Academy resmi dibuka dengan jumlah murid sebanyak 316 siswa. Terdiri dari tiga tingkatan kelas yaitu hoops, rookie, dan starter. Setiap murid yang akan masuk ke DBL
Academy akan diberikan placement test, untuk mengukur sejauh mana
kemampuan basket yang mereka miliki dan tidak hanya terbatas pada umur saja. Biaya pendaftaran yang diberikan oleh DBL Academy hanya sebesar 500 ribu namun seiring berjalan waktu pada pergantian trimester biaya SPP harus
13http://www.nblindonesia.com/v1/index.php?page=newsdetail&id=2112 diakses pada
16/07/2019
dinaikkan menjadi satu juta rupiah karena mengingat masalah maintenance perlengkapan dan peralatan Academy. Akibatnya terjadi penurunan jumlah siswa. DBL Academy memberikan harga seperti itu dengan menjual kualitas yang mumpuni. Tidak hanya memberikan pembekalan basket namun keuntungan lain yang bisa dinikmati siswa DBL Academy seperti kelas nutrisi, kelas pembentukan karakter dan physioterapys. Hingga sekarang DBL
Academy terus berjalan dengan jumlah murid ±150 siswa.
2.2 Identitas DBL Academy 2.2.1 Profil DBL Academy
Nama Perusahaan : DBL Academy
Alamat : Gedung Graha Pena lantai 2
JL. A. Yani 88, Surabaya, Jawa Timur
Telepon : 031 – 8202117
Email : dblAcademy01@gmail.com
Website : www.dblindonesia.com
2.2.2 Deskripsi DBL Academy
Perusahaan yang dipilih peneliti ini adalah PT DBL Indonesia dengan fokus pada bisnis unitnya DBL Academy. Sekolah basket yang baru berdiri ±1,5 tahun ini menyeditelah jasa pengembangan basket untuk anak berusia 7 – 15 tahun. Dibagi dalam tiga tingkatan hoops, rookie, dan
program reguler untuk muridnya. Mulai dari kelas reguler basket, kelas nutrisi, kelas pembentukan karakter, dan physiotherapys. Di samping itu DBL Academy juga memiliki beberapa spesial program untuk eksternal dan internal yaitu Basketball Clinic, Basketball International Tour,
Exclusive Basketball Training, International Challenge, dan Mini Tournament.
Gambar 2.1. Kelas Reguler DBL Academy
Gambar 2.3. Basketball Clinic Sidoarjo
2.2.3 Logo DBL Academy
Berikut adalah gambar logo PT DBL Indonesia:
Gambar 2.4. Logo DBL Academy Sumber: Profil Perusahaan
Logo DBL Academy memiliki logo yang masih berhubungan dengan logo PT DBL Indonesia. Makna dari logo ini pun saling berkaitan dengan logo PT DBL Indonesia yaitu sidet. Anjing yang memiliki telinga panjang dan hidung yang besar terdapat pada logo mengambarkan anjing sebagai trend
center dari zaman ke zaman. Sama halnya dengan DBL Academy yang
merupakan pengembangan bisnis dari PT DBL Indonesia merupakan hasil
trend center. Tidak hanya menciptakan liga atau kompetisi namun memiliki skills basket yang baik serta bertumbuh dalam karakter diri yang matang.
Warna biru yang menjadi ciri khas DBL terinspirasi dari film smurf. Namun ada sedikit perbedaan warna antara DBL Academy dan DBL Indonesia yaitu warna biru Academy lebih terang dibanding PT DBL Indonesia yang cenderung biru dongker. Tujuan dari perbedaan warna ini hanya lah sebagai penanda antara DBL Academy dan DBL Indonesia.
2.2.4 Makna tagline DBL Academy “Where Champion Begin”
Tagline “Where Champion Begin” yang selalu melekat pada DBL Academy memiliki makna yang berhubungan dengan visi DBL Academy
sendiri. Kata Champion Begin berarti bahwa seorang juara tidak hanya berasal dari lapangan atau ketika ia berhasil menjadi seorang atlet. Melainkan mereka yang berhasil membentuk karakter diri serta mental yang kuat adalah seorang champion juga.
Gambar 2.5. Tagline DBL Academy
Sumber : Profil Perusahaan
2.3 Visi dan Misi DBL Academy
Berdasar pada Garis Besar Haluan Perusahaan dan General Company Profile DBL Academy, berikut Visi dan Misi DBL Academy
Visi :
Menjadikan DBL Academy sebagai sekolah basket yang peduli atas pembentukan karakter diri yaitu sportif, discipline, teamwork, dan fair play dengan basket sebagai instrumentnya.
Misi :
1. Menerapkan sistem latihan yang disiplin.
2. Menumbuhkan karakter diri siswa melalui character building class
2.4 Struktur Organisasi DBL Academy
Gambar 2.6 Struktur Organisasi DBL Academy Sumber : Profil Perusahaan
Supervisor Trisna Supervisor Ibnu Zakaria Supervisor Madya F Staff Hasan Fuadi Staff Sony Baksono Staff Mike Handayani Supervisor Fadjar AD DBL ACADEMY General Manager Yondang Tubangkit
Basketball Business Operations
Manager Intan P Manager Dimaz M Manager Erwin triono Ass. Manager Bagus P Ass. Manager M. Alfian Ass. Manager M. Alfian
BAB III
PENYAJIAN DAN ANALISA DATA
3.1 Penyajian Data
3.1.1 Deskripsi Informan Informan 1.
Nama : Erwin Triono
Tempat Tanggal Lahir : Blitar, 8 Maret 1983
Umur : 36 Tahun
Jabatan : Manager
Deskripsi Jabatan : -
Mengatur kurikulum pengembangan skill Basketball dan karakter siswa.
Upgrading knowladge dan skill para coach. Melakukan praktik, motivasi
dan mengintruksikan siswa dalam strategi dan teknik permainan bolabasket. Memantau perkembangan skill basket dan karakter setiap murid DBL Accademy
Informan 2.
Nama : Muhammad Alfian Yasir
Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 01 Mei 1995
Umur : 24 Tahun
Jabatan : Asisten Manager
Deskripsi Jabatan : -
Membantu manager dalam hal memantau, mengevaluasi, dan mengembangkan kinerja tim.
Informan 3.
Nama : Dimaz Muharri
Tempat Tanggal Lahir : Binjai, 17 September 1985
Umur : 34 Tahun
Jabatan : Head Coach
Deskripsi Jabatan : -
Mengimplementasikan kurikulum dan program pengajaran yang ditentukan oleh manager dan memastikan pelaksanan proses pengajaran dan latihan sesuai dengan Standart yang ditentukan Manajer.
Selanjutnya untuk mengetahui pola komunikasi yang diimplementasikan oleh DBL Academy dalam mengembangkan potensi muridnya yakni pola komunikasi interpersonal layaknya pola komunikasi yang diimplementasikan di semua institusi pendidikan. Hal ini tercermin dari istlah – istilah yang digunakan untuk menyebut subjek dan objek komunikasi semisal penggunaan kata pelatih, Murid, Kelas, Tugas dan istilah lainnya yang mencerminkan bahwa DBL academy menggunakan pola komunikasi interpersonal layaknya komunikasi pendidikan pada umumnya serta,Teori ini juga masih memandang pentingnya conditioning. Melalui pemberian reward dan punishment, seorang pelatih akan berpikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang perlu dilakukan oleh seorang murid khususnya pada DBL academy kelas Hoops, Rookie serta Starter.
Teori belajar sosial atau disebut juga teori observational
learning adalah sebuah teori belajar yang relatif masih baru dibandingkan
dengan teori-teori belajar lainnya. Dimana dalam hal ini siswa di berikan suatu pertanyaan dengan tujuan belajar secara sosial. Teori belajar sosial menekankan bahwa lingkungan-lingkungan yang dihadapkan pada seseorang secara kebetulan; lingkungan-lingkungan itu kerap kali dipilih dan diubah oleh orang itu melalui perilakunya sendiri.
Informan kelas Hoops :
Nama lengkap : Ahmad Fadhil R.F Tempat dan Tanggal Lahir : Medan, 7 Agustus 2012
Umur : 7 Tahun
Kelas : Hoops
Murid memberikan suatu jawaban dengan jelas, dan kesimpulannya bahwa murid bola basket pada kelas Hoops menyatakan murid mampu mengikuti pembinaan dengan baik dan disiplin, murid juga mempunyai kondisi fisik dan ketrampilan yang baik. Hasil pembinaan tersebut membuktikan bahwa proses pembinaan berjalan dengan cukup baik. Informan kelas Rookie :
Nama lengkap : Fahrie Gunawan Tempat dan Tanggal Lahir : Surabaya, 15 Juni 2007
Umur : 12 Tahun
Murid memberikan suatu jawaban bahwa dari murid olahraga bola basket pada Kelas Rookie, terbukti bahwa pelatih mempunyai program yang jelas. Pelatih mampu melaksanakan pembinaan dengan baik, dia mampu disiplin kepada atlet, serta pengurus juga mampu membuat menejemen yang baik dalam organisasi. Selain itu menurut pernyataan pelatih dan pengurus pembinaan selama ini juga telah didukung oleh kelengkapan sarana dan prasarana yang memadai.
Informan kelas Starter :
Nama lengkap : Jafier Kristanto
Tempat dan Tanggal Lahir : Surabaya, 15 Juni 2004
Umur : 15 Tahun
Kelas : Starter
Murid menyatakan bahwa pembinaan prestasi olahraga bola basket pada kelas Starter sudah baik. Murid juga menyatakan melaksanakan pembinaan dengan baik, mereka melakukan latihan dengan rutin dan disiplin. Semua murid mendapatkan pembinaan dengan sama, mereka dengan pelatihan dan pembinaan yang baik tersebut maka akan dapat meningkatkan prestasi dan keterampilan olaharaga bola basket.
3.1.2 Deskripsi Hasil Penelitian
Dalam bagian ini peneliti akan mencoba merangkum dan memaparkan hasil dari proses pengumpulan data berupa jawaban dari masing – masing butir pertanyaan dalam kuesioner yang merupakan alat utama yang digunakan
sebagai acuhan dalam menggali informasi dan data yang diperlukan dalam proses penelitian, berikut penyajiannya :
Pertanyaan 1
Bagaimana perwujudan dari proses Mengembangkan Potensi Student Athlete
Basketball Di DBL Academy Basketball ?
a) Jawaban Informan 1. Erwin Triono
Fokus dibasket ada program WBA untuk menjadi future leader dan basket menjadi media untuk memacu tumbuhkembang student memiliki mental
future leader. Prinsip yang kami bangun didalam masing – masing student
yakni Quickness, discipline, skillyfull, hardwork dan character engan mengajarkan 3 komponen basket yakni character building dan nutrisi b) Jawaban Informan 2. Muhammad Alfian Yasir
Bukan hanya fokus pada basket, tapi juga mengajarkan nilai – nilai kehidupan demi mewujudkan future leader hal ini sejalan dngan 3 titik pendidikan kami yakni pendidikan Karakter, skill basket dan pendidikan nutrisi. Perwujudannya saat metode pengajarannnya dengan cara menanamkan nilai moral semisal disiplin, be a good friend, tolong menolong, kepekaan sosial.
c) Jawaban Informan 3. Dimaz Muharri
Tertitik pada talenta dan minat murid akan basket, memposisikan murid bukan hanya sebagai objek melainkan juga subjek dari proses pengembangan potensi melalui indikator talenta dan minat murid. Karena kami juga kurang setuju bahwa pendidikan bersifat dipaksakan. yang slalu
kami tanamkan pada murid yakni basket bukan hanya sekedar olahraga, melainkan juga wujud lain dari pendidikan baik karakter, mental maupun teknis
Pertanyaan 2
Bagaimana hasil dari komunikasi interpersonal yang dilakukan pelatih dan murid dalam proses Mengembangkan Potensi Student Athlete Basketball Di DBL Academy Basketball?
□ Interaksi Intim □ Percakapan Sosial □ Interogatif □ Interview Terstruktur Bagaimana wujudnya :
a) Jawaban Informan 1. Erwin Triono
Implementasi hasil komunikasi interpersonal tergantung kondisi dan karakter student. Dalam arti penggunaan keempat model komunikasi intrerpersonal tersebut kami gunakan secara situasional menyesuaikan dengan waktu dan kondisi objek komunikasi dalam hal ini murid DBL
academy
b) Jawaban Informan 2. Muhammad Alfian Yasir
semua kami gunakan menyesuaikan case dan kondisi dilapangan selain itu juga melihat dari sisi mental dan kondisi psikis murid.
c) Jawaban Informan 3. Dimaz Muharri
1) Interaksi Intim, Memposisikan murid sebagai bagian dari keluarga. Implementasinya yakni kami menjalin hubungan baik dengan murid dan orangtua lewat beberapa aplikasi pesan singkat semisal whatsapp