• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. PENDAHULUAN. (Harianto dan Sudomo, 1998; Kwiek, 2000; Abimanyu, 2000; Cerra dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "I. PENDAHULUAN. (Harianto dan Sudomo, 1998; Kwiek, 2000; Abimanyu, 2000; Cerra dan"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Krisis moneter di Indonesia yang berlangsung sejak bulan Juli 1997 (Harianto dan Sudomo, 1998; Kwiek, 2000; Abimanyu, 2000; Cerra dan Saxena, 2000), ditandai oleh beberapa karakteristik yang menonjol pada periode tersebut, antara lain: (1) nilai tukar (Rp/US$) yang lemah; (2) suku bunga yang tinggi; (3) kondisi perbankan yang mengalami negative spread; (4) sebagian besar perusahaan mengalami insolvent dan tidak sanggup membayar hutang valuta asingnya; (5) pertumbuhan negatif yang menunjukkan merosotnya sektor-sektor produksi; kondisi kemiskinan yang semakin memburuk; dan (7) melemahnya daya saing (Anonim, 1999).

Pada sektor riil, dampak krisis terlihat jelas dalam angka-angka pertumbuhan Produk Domestik Broto (PDB) Indonesia lima tahun terakhir. Apabila pada tahun 1996 (masa pra krisis) PDB Indonesia tumbuh sebesar 7.82 %, maka setelah terjadinya krisis (Juli 1997) pertumbuhan PDB Indonesia mengalami penurunan tajam berturut-turut menjadi 4.70 % (1997), -

13.01 % (1998), 0.23 % (1999) dan 4.77 % (2000). Pada tahun 1998, saat

ekonomi Indonesia mengalami kontraksi yang ditandai oleh pertumbuhan negatif PDB Indonesia sebesar – 13.01 % sektor agribinis (pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan) adalah satu-satunya sektor usaha non migas yang masih mampu mengalami pertumbuhan positif sebesar 0.68 %. Tabel 1 memperlihatkan data pertumbuhan PDB Indonesia per sektor usaha selama lima tahun terakhir .

(2)

Tabel 1. Laju Pertumbuhan PDB Indonesia Tahun 1996 – 2000 Berdasarkan Sektor Usaha

Tahun

No Sektor Usaha

1996 1997 1998 1999 2000 1 Pertanian, Peternakan,

Kehutanan dan Perikanan.

3.14 1.00 0.68 0.67 1.67

2 Pertambangan dan

Penggalian

6.30 2.12 -2.76 -0.11 2.33 3 Industri Pengolahan 11.59 5.25 -11.44 2.19 6.20 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 13.63 12.37 2.61 7.25 8.78

5 Bangunan 12.76 7.36 -36.46 1.15 6.75

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran

8.16 5.83 -18.04 -1.10 5.69

7 Pengangkutan dan

Komunikasi

8.68 7.01 -15.13 -0.72 9.38 8 Keuangan, Persewaan dan

Jasa Perusahaan

6.04 5.93 -26.63 -8.67 4.69

9 Jasa-jasa 3.40 3.62 -3.15 2.82 2.22

PDB Indonesia 7.82 4.70 -13.01 0.23 4.77 Sumber : Biro Pusat Statistik (2000, 2001).

Pengaruh krisis moneter terhadap aktivitas Bursa Efek Jakarta (BEJ) tercermin pada fluktuasi nilai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) BEJ. IHSG mengalami penurunan dari sebesar 637.71 poin pada akhir tahun 1996 menjadi sebesar 398.03 poin pada akhir 1998. Bahkan dalam bulan-bulan tertentu pada masa krisis IHSG sempat anjlok dibawah 300.00 poin, misalnya pada bulan September 1998 nilai IHSG mencapai tingkat yang terendah yaitu sebesar 262.25 poin.

Saptono (2000) meneliti peranan saham-saham sektor agribisnis di BEJ pada masa krisis. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa selama masa krisis dan pemulihan (pasca krisis) kinerja saham-saham agribisnis menunjukkan kondisi yang stabil dan bahkan lebih baik dibandingkan pasar (IHSG), khususnya saham-saham yang tergolong dalam subsektor peternakan, pakan

(3)

ternak dan industri kertas. Penelitian Rizaldi (2000) memperkuat hasil penelitian Saptono (2000) tersebut.

Selama ini masyarakat menganggap bahwa sektor agribinis adalah sektor usaha yang tahan krisis. Angka pertumbuhan PDB sektor agribinis yang masih positif pada tahun 1998 (masa krisis) dan hasil penelitian Saptono (2000) dan Rizaldi (2000) memperkuat anggapan masyarakat tersebut. Bertolak dari hasil penelitian tersebut, penelitian pada ruang yang lebih mikro (yaitu pada individual saham-saham perusahaan agribinis) mengenai return dan beta saham selama masa pra krisis, krisis dan pasca krisis layak dilakukan. Pilihan obyek penelitian terhadap saham individual tersebut difokuskan pada saham-saham perusahaan agribinis kelompok LQ-45 di BEJ.

Saham kelompok LQ-45 adalah kelompok 45 saham terpilih yang memenuhi kriteria memiliki likuiditas, kapitalisasi pasar yang tinggi, memiliki frekuensi perdagangan yang tinggi dan memiliki prospek pertumbuhan serta kondisi keuangan yang cukup baik. Dengan kriteria tersebut, kelompok LQ-45 merupakan kelompok saham-saham perusahaan yang diminati dan menjadi fokus perhatian investor. Kondisi inilah yang menjadi pertimbangan utama untuk memilih saham-saham agribinis dalam kelompok LQ-45 menjadi obyek penelitian.

Profil umum saham-saham kelompok LQ-45 di BEJ pada masa pra krisis, krisis dan pasca krisis (berturut-turut diwakili oleh kondisi BEJ pada akhir bulan Februari tahun 1997, 1998 dan 1999) disajikan pada Tabel 2.

(4)

Tabel 2. Profil Saham Perusahaan (Emiten) Agribinis Kelompok LQ-45 pada Masa Pra Krisis, Krisis dan Pasca Krisis

URAIAN PRA KRISIS KRISIS PASCA KRISIS Februari 1997 Februari 1998 Februari 1999 UNIT % UNIT % UNIT % I. Jumlah Emiten :

Agribisnis 8 18% 10 22% 12 27%

Lainnya 37 82% 35 78% 33 73%

Total LQ-45 45 100% 45 100% 45 100%

II. Kapitalisasi Pasar : *) 1. Dalam Kelompok LQ-45

Agribisnis 51 28% 53 33% 57 39%

Lainnya 133 72% 108 67% 90 61%

Total LQ-45 184 100% 162 100% 148 100%

2. Terhadap Total BEJ

Total LQ-45 184 76% 162 81% 148 87% Total BEJ 241 100% 198 100% 169 100%

Keterangan : *) Dalam Triliun Rupiah.

Sumber : JSX Monthly Statistic (1997,1998,1999)

Dari data di atas terlihat bahwa kapitalisasi saham kelompok LQ-45 terhadap total saham yang dipasarkan di BEJ cenderung mengalami peningkatan. Pada masa pra krisis (Februari 1997) persentase kapitalisasi saham kelompok LQ-45 terhadap total saham di BEJ adalah sebesar 76 %, kemudian meningkat menjadi 81% pada saat krisis (Februari 1998) dan meningkat lagi menjadi 87% pada masa pasca krisis (Februari 1999). Kondisi serupa terjadi pada saham sektor agribisnis. Pada masa pra krisis jumlah perusahaan agribisnis yang masuk dalam kelompok LQ-45 berjumlah 8 perusahaan dengan nilai kapitalisasi Rp. 51 triliun atau 28 % dari nilai kapitalisasi kelompok LQ-45. Pada masa krisis jumlahnya meningkat menjadi 10 perusahaan dengan nilai kapitalisasi Rp.53 triliun atau 33% dari nilai kapitalisasi kelompok LQ-45, dan pada masa pasca krisis meningkat menjadi

(5)

total nilai kapitalisasi kelompok LQ-45.

Saham individual obyek penelitian ini dipilih dari 12 saham perusahaan agribisnis tersebut (posisi Februari 1999) yang telah mencatatkan sahamnya sebelum bulan Desember 1995. Perusahaan yang mencatatkan sahamnya setelah bulan Desember 1995 dikeluarkan dari sampel penelitian, hal ini dimaksudkan untuk menyamakan jumlah data penelitian yang diperoleh selama masa pengamatan yaitu dari bulan Januari 1996 sampai dengan Desember 2000. Periode pengamatan tersebut dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu : (1) masa pra krisis (Januari 1996 – Juni 1997), (2) masa krisis (Juli 1997 – Desember 1998), dan (3) masa pasca krisis (Januari 1999 - Desember 2000). Setelah saham tersebut dikeluarkan, diperolehlah 9 saham perusahaan agribisnis kelompok LQ-45 yang dijadikan obyek penelitian. Saham-saham perusahaan agribisnis tersebut tercantum pada Tabel 3 di bawah ini .

Tabel 3. Daftar Sembilan Saham Perusahaan Agribisnis Obyek Penelitian

No Uraian Bidang Usaha Singkatan

1 PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk Perkebunan UNSP 2 PT Barito Pasific Timber Tbk Industri Kayu BRPT 3 PT Gajah Tunggal Tbk Industri Ban GJTL 4 PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk Industri Kertas INKP 5 PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk Industri Kertas TKIM 6 PT Gudang Garam Tbk Industri Rokok GGRM 7 PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk Industri Rokok HMSP 8 PT Indofood Sukses Makmur Tbk Industri Makanan INDF 9 PT Mayora Indah Tbk Industri Makanan MYOR

(6)

industri-industri yang menggunakan bahan baku utama komoditi agribisnis di antaranya berupa kayu (log), karet, bubur kertas, tembakau, cengkih, gandum, sayuran dan gula.

B. Perumusan Masalah

Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Investor melakukan investasi karena mengharapkan return dari hasil investasinya tersebut. Namun demikian, return yang diharapkan (return ekspektasi) tersebut belum tentu terealisasi sesuai dengan harapannya. Adanya ketidakpastian inilah yang mengharuskan investor mempertimbangkan faktor lain yang disebut resiko investasi. Resiko investasi menunjukkan kemungkinan bahwa return ekspektasi berbeda dengan return realisasi (Harianto dan Sudomo, 1998). Dengan demikian dalam melakukan suatu invesatsi return dan resiko akan saling berpasangan.

Dalam melakukan investasi saham, salah satu resiko yang perlu dipertimbangkan adalah resiko pasar (resiko sistematis). Resiko ini menunjukkan pengaruh pasar terhadap suatu saham, yang dicerminkan oleh nilai beta suatu saham. Pengetahuan mengenai nilai beta historis dan tingkat return masa lalu suatu saham sangat penting karena berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi dan resiko di masa datang (Jogiyanto, 1998; Elton dan Gruber, 1994; Brealey dan Myers, 1991).

Kondisi krisis moneter yang dialami suatu negara jarang terjadi, karenanya penelitian terhadap kinerja saham pada beberapa periode yang berbeda (pra krisis, krisis dan pasca krisis) merupakan peluang yang harus

(7)

ditangkap untuk keperluan dokumentasi dan memperkaya kasanah keilmuan. Selanjutnya informasi tersebut dapat dimanfaatkan sebagai salah satu referensi bagi investor atau yang membutuhkan.

Guna mempermudah dan membantu merumuskan masalah penelitian beberapa pertanyaan pokok berikut ini perlu dijawab : (1) bagaimanakah return saham-saham agribinis kelompok LQ-45 selama masa pra krisis, krisis dan pasca krisis, (2) berapakah nilai beta saham-saham agribisnis kelompok LQ-45 selama masa pra krisis, krisis dan pasca krisis, dan (3) bagaimanakah bentuk persamaan regresi linear setiap saham individual obyek penelitian agar dapat digunakan untuk menduga return saham yang bersangkutan dikaitkan dengan fluktuasi pasar (IHSG). Untuk memperoleh bentuk persamaan regresi yang memadai (valid) perlu dilakukan analisis regresi.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk : (1) mengetahui return saham-saham agribisnis kelompok LQ-45 selama masa pra krisis, krisis dan pasca krisis, (2) mengetahui nilai beta saham-saham agribisnis kelompok LQ-45 selama masa pra krisis, krisis dan pasca krisis, dan (3) mendapatkan model persamaan regresi saham individual untuk keperluan menduga return saham-saham obyek penelitian dalam hubungannya dengan fluktuasi pasar (IHSG).

(8)

UNTUK SELENGKAPNYA TERSEDIA DI

PERPUSTAKAAN MB IPB

Gambar

Tabel 1. Laju Pertumbuhan PDB Indonesia Tahun 1996 – 2000  Berdasarkan Sektor Usaha
Tabel 2. Profil Saham Perusahaan (Emiten) Agribinis Kelompok LQ-45  pada Masa Pra Krisis, Krisis dan Pasca Krisis

Referensi

Dokumen terkait

Untuk itu dalam penentuan karir kedepan peserta didik di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), diperlukannya pemikiran dan mental yang matang dalam menentukan potensi

Kualitas kehidupan kerja ( quality of work life ) dapat membantu perusahaan untuk membuat suatu proses yang merespon kebutuhan pegawainya dan memberikan kesempatan

Saya masuk sudah ada lalu baru mulai dipecah Internal Eksternal itu di 2013 jadi kami juga masih belajar dari perusahaan- perusahaan yang sudah establish kita liat

Kegiatan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) merupakan salah satu mata kuliah wajib yang diambil atau ditempuh oleh mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta program

Hasil dari penelitian adalah sebagai berikut: (1) ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan, (2) rasio lancar tidak

Jika pada satu dataset memiliki kalimat dengan banyak kata memenuhi aturan yang sudah ditetapkan sentiwordnet maka peluang tingkat akurasi lebih tinggi dapat

Click and drag across the Label 1 text in the document window and insert the content you want the user to click in order to view the con- tents of the top panel.. You can put

The set of systems provided by thi s Final project such as: crowdfunding system, reporting system, micro monitoring system, and decision support system help SMEs and