• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS VII SEKOLAH MENENGAH DI SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS VII SEKOLAH MENENGAH DI SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PROSIDING ISBN : 978-623-94501-0-6

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL

TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS

SISWA KELAS VII SEKOLAH MENENGAH DI SOKARAJA

KABUPATEN BANYUMAS

Muna Afifah, Ifada Novikasari, Farah Karomatul Khaya

STAIN Purwokerto

Abstrak

Seringkali kita menjumpai siswa yang pandai dalam matematika karena memiliki motivasi dan kepercayaan diri yang tinggi, namun beberapa diantaranya kurang mampu menyampaikan ide / pemikirannya. Sedangkan siswa yang kurang pandai matematika terkadang akan merasa rendah diri dan putus asa, sehingga tidak mau bekerja dengan orang lain. Sikap tertutup dapat menyiratkan kurangnya kecerdasan emosional pada siswa. Padahal dengan kecerdasan intelektual dan emosi yang seimbang dapat memudahkan siswa dalam memahami dan mengkomunikasikan gagasan serta menyatakan situasi masalah matematika yang dihadapi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kecerdasan emosional terhadap keterampilan komunikasi matematis siswa kelas VII SMP Negeri di Sokaraja. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif melalui survei lapangan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket kecerdasan emosi yang berjumlah 30 soal dan tes keterampilan komunikasi berupa uraian sebanyak 5 soal. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan uji regresi linier sederhana. Berdasarkan hasil uji analisis data diperoleh F hitung = 7,328 dengan tingkat signifikan / probabilitas 0,007≤ 0,05. Hasil ini berarti variabel kecerdasan emosional berpengaruh signifikan terhadap keterampilan komunikasi matematis siswa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh kecerdasan emosional siswa terhadap keterampilan komunikasi matematis sebesar 0,027 yang artinya pengaruh variabel kecerdasan emosional terhadap variabel kemampuan komunikasi matematis siswa adalah 2,7%. Sebagai perbandingan, variabel lain mempengaruhi 97,3% sisanya..

Kata kunci: Kecerdasan Emosi, Komunikasi Matematis

A. PENDAHULUAN

Kunci pembangunan masa mendatang bagi bangsa Indonesia adalah pendidikan. Sebab dengan pendidikan diharapkan setiap individu dapat meningkatkan kualitas keberadaannya dan mampu berpartisipasi dalam gerak pembangunan. Dengan pesatnya perkembangan di era globalisasi ini, terutama dibidang teknologi dan ilmu pengetahuan, maka pendidikan nasional juga harus terus menerus dikembangkan seiring dengan perkembangan zaman (Wahab, 2015).

Perkembangan pendidikan matematika juga senantiasa mengalami perubahan. Matematika merupakan mata pembelajaran yang sangat penting untuk dipelajari karena matematika mempunyai aplikasi yang banyak dalam kehidupan sehari-hari. Banyak masalah dalam kehidupan yang dapat diselesaikan dengan matematika. Matematika bukanlah pengetahuan yang berdiri sendiri, tetapi adanya matematika membantu dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial,

(2)

PROSIDING ISBN: 978-623-94501-0-6

ekonomi, dan alam. Oleh karena itu, matematika diajarkan dari jenjang pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. Matematika ini merupakan ilmu yang bersifat abstrak dan tidak nyata karena terdiri atas symbol-simbil (Suherman, dkk., 2001).

Tujuan pembelajaran matematika menurut Kemendikbud 2013 yaitu: 1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah, 2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, 3) memecahkan masalah, 4) mengkomunikasikan gagasan dengan symbol, table, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah, dan 5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, sikap rasa ingin tahu,perhatian, dan minat dalam

mempelajari matematika (Ansari, 2018). Untuk mencapai tujuan pembelajaran

matematika, salah satu aspek yang harus dikuasai siswa adalah kemampuan komunikasi matematika.

Kemampuan komunikasi matematik adalah kemampuan menyampaikan gagasan/ide matematik, baik secara lisan maupun tulisan serta kemampuan memahami dan menerima gagasan/ide matematik orang lain secara cermat, analitis, kritis, dan evaluative untuk mempertajam pemahaman (Eka & Yudhanegara, 2017). Komunikasi matematik terdiri atas komunikasi lisan dan komunikasi tulisan. Secara garis besar komunikasi lisan dapat diartikan sebagai suatu peristiwa saling interaksi (dialog) yang terjadi dalam suatu lingkungan kelas atau kelompok kecil, dan terjadi pengalihan besar berisi tentang materi matematik yang sedang dipelajari baik antar guru dengan siswa maupun antar siswa itu sendiri. Sedangkan komunikasi tulisan yaitu kemampuan atau keterampilan siswa dalam menggunakan kosa katanya, notasi dan struktur matematik baik dalam bentuk penalaran, koneksi, maupun dalam problem solving (Ansari, 2018).

Di samping kemampuan – kemampuan yang termasuk dalam aspek kognitif, yang perlu mendapatkan perhatian sangat khusus dalam pembelajaran matematika, juga terdapat keterampilan dalam aspek non- kognitif yaitu kecerdasan emosional (Emotional Quotient). Menurut Zohar dan Marshall (Efendi, 2005), kecerdasan itu terdiri atas 3 macam, yaitu Intelli-genci Quatient (IQ), Emotional Quatient (EQ), dan Spiritual Quatient (SQ). Menurut Goleman, kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan intelligence, menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya melalui keterampilan kesadaran diri, dan pengendalian diri. Menurutnya, kecerdasan intelektual (IQ), hanya menyumbang 20% bagi kesuksesan, sedangkan 80% adalah sumbangan factor kekuatan-kekuatan lain, diantaranya kecerdasan emosional yakni kemampuan memotivasi diri sendiri, mengatasi frustasi, mengontrol desakan hati, mengatur suasana hati (mood), berempati serta kemampuan bekerja sama dan mampu membaur dengan lingkungan disekitarnya (Goleman, 2009).

Emosi dapat diartikan sebagai keadaan jiwa yang sangat mempengaruhi makhluk hidup, yang ditimbulkan oleh kesadaran atau peristiwa yang ditandai dengan perasaan, hasrat untuk bertindak, lantas menyadari adanya rangsangan (menakutkan, menyedihkan, melegakan, menjengkelkan). Emosi adalah pikiran yang digerakan (Maurus, 2019). Sedangkan kecerdasan emosional merujuk kepada kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain,

(3)

PROSIDING ISBN: 978-623-94501-0-6

kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain (Goleman, 1999).

Berdasarkan hasil observasi awal yang penulis lakukan di beberapa SMP di Banyumas memperlihatkan bahwa siswa kelas VII yang mendapatkan nilai baik dan cerdas dalam pembelajaran matematika kebanyakan memiliki motivasi yang tinggi dalam pembelajaran matematika tetapi kurang mampu menyampaikan hasil pemikirannya. Ide yang diperoleh dalam matematika hanya siswa sendiri yang mengerti, meskipun senang berdiskusi dan bekerjasama dalam menyelesaikan soal matematika. Namun siswa yang mendapatkan nilai rendah dari hasil belajar matematika disebabkan karena siswa sering menyerah ketika menghadapi soal – soal yang rumit dan baru ia hadapi ketika masuk di jenjang SMP, padahal soal yang rumit dapat membuat siswa lebih pintar dalam menyelesaikan soal, siswa yang kurang pintar tidak mau bekerja sama dengan siswa lain, ia merasa minder dan kecil hati karena kurang mampu dalam menyelesaikan soal matematika, kurang dapat memotivasi diri dalam pembelajaran dan membina hubungan yang baik dengan teman dalam hal diskusi pembelajaran matematika. Hal ini mengisyaratkan emosi siswa yang kurang terkontrol. Padahal sebaiknya siswa harus cerdas dalam mengatur emosinya dan dapat bekerja sama dengan siswa yang lain sehingga dapat memahami dan mengkomunikasikan ide-ide serta menyampaikan situasi permasalahan matematika yang di hadapi.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti mengambil asumsi bahwa ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap kemampuan komunikasi matematik siswa kelas VII SMP Negeri di Sokaraja Kabupaten Banyumas.

B. METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) dimana pengambilan data dilakukan di lapangan dengan jenis penelitian survey. Jenis penelitian survei ini dipilih karena disesuaikan dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui pengaruh variabel bebas kecerdasan emosional terhadap kemampuan komunikasi matematika siswa kelas VII SMP Negeri Sokaraja Kabupaten Banyumas. Penelitian survey merupakan penelitian yang digunakan untuk untuk mengetahui pengaruh yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang dapat membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang (Sukmadinata, 2008). Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri Tahun Pelajaran 2018/2019 di kecamatan Sokaraja sebanyak 778 siswa dari 3 sekolah di kecamatan Sokaraja. Teknik pengambilan sampel yang digunakan oleh peneliti yakni simple random sampling, yaitu pengambilan anggota sampel dari populasi yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (Sugiyono, 2017). Untuk menentukan ukuran sampel dari populasi, peneliti menggunakan rumus Slovin. Diperoleh sampel sebanyak 265 siswa kelas VII yang tersebar di tiga SMP negeri di Sokaraja.

Tes komunikasi matematika yang dikembangkan memuat indikator diantaranya adalah (Fachrurazi, 2011; Eka & Yudhanegara, 2017) Merefleksikan benda- benda nyata, gambar dan diagram kedalam ide matematika; Membuat model situasi atau persoalan menggunakan metode lisan, tertulis, konkrit, grafik dan aljabar; Menyatakan peristiwa sehari- hari dalam simbol dan bahasa matematika; dan Membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika tertulis. Adapun indikator kecerdasan emosional dalam penelitian ini diantaranya adalah Kesadaran

(4)

PROSIDING ISBN: 978-623-94501-0-6

diri; Pengaturan diri; Motivasi; Empati; dan Keterampilan sosial (Goleman, 2009). Sebelum digunakan sebagai instrument penelitian, tes komunikasi matematika siswa dan angket kecerdasan emosional dilakukan ujicoba terlebih dahulu, sehingga diperoleh instrument penelitian yang valid. Uji Cronbach Alpha tes kemampuan komunikasi matematika menunjukkan skor 0.708 dan angket kecerdasan emosioanl menunjukkan skor 0.96. Hasil tersebut menunjukkan bahwa instrument masuk dalam kategor ‘baik’ untuk digunakan sebagai instrument penelitian.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

Regresi linear adalah alat statistik yang dipergunakan untuk mengetahui pengaruh antara satu atau beberapa variable terhadap satu buah variabel. Analisis linear sederhana dipergunakan untuk mengetahui pengaruh antar satu buah variable bebas terhadap satu buah variable terikat. Untuk mengetahui diterima tidaknya hipotesis yang peneliti ajukan, maka akan peneliti buktikan dengan cara mencari nilai penghitungan regresi dari variabel X (Kecerdasan emosional) yang telah dikumpulkan melalui angket dan variabel Y (Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa) dengan menggunakan aplikasi SPSS 23. 0 for Windows atau dengan menggunakan hubungan fungsional Y = a + bx. Dari perhitungan menggunakan SPSS tersebut, akan muncul beberapa tabel yang menunjukkan hasil pemprosesan data. Diantaranya ada tabel Model Summary, Coefficients dan lainnya. Tabel-tabel tersebut antara lain.

Tabel 1 Uji Analisis Regresi

Pada tabel 1 ini, kolom B pada Constant adalah 49,046 sedangkan nilai (b) adalah 0,373 sehingga persamaan regresinya dapat ditulis : Y = 49, 046 + 0,373 X a. Konstanta sebesar 49, 046 menyatakan bahwa jika tidak ada nilai X maka nilai Y adalah 49, 046. Koefisien regresi X sebesar 0,373 menyatakan bahwa setiap penambahan 1 unit X, maka nilai ̂ bertambah sebesar 0,373.

Tabel 2 Uji R2

Tabel diatas menjelaskan besarnya nilai korelasi/ hubungan (R) yaitu sebesar 0,165 dan dijelaskan besarnya prosentasi pengaruh variable bebas terhadap variabel terikat yang disebut koefisien determinasi yang meurpakan hasil dari penguadratan R. Dari output tersebut diperoleh koefisien determinasi sebesar 0,027, yang

(5)

PROSIDING ISBN: 978-623-94501-0-6

mengandung pengertian bahwa pengaruh variable kecerdasan emosional terhadap variable kemampuan komunikasi matematik siswa adalah sebesar 2,7 % sedangkan sisanya 97,3 % dipengaruhi oleh variabel lain.

Tabel 3 Anova

Pada tabel 3 Anova ini untuk menjelaskan apakah ada pengaruh yang nyata (signifikan) variabel kecerdasan emosional terhadap kemampuan komunikasi matematik siswa. Dari output tersebut terlihat bahwa F hitung = 7,328 dengan tingkat signifikan / probabilitas 0,007≤ 0,05, artinya Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian menunjukan bahwa variabel kecerdasan emosional memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan komunikasi matematik siswa.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara kecerdasan emosional terhadap kemampuan komunikasi matematik siswa kelas VII SMP Negeri di Sokaraja kabupaten Banyumas. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri di Sokaraja Kabupaten Banyumas dengan sampel sejumlah 265 siswa. Peneliti menggunakan tabel pengkategorian untuk mengetahui kecerdasan emosional dan kemampuan komunikasi matematik siswa kelas VII SMP Negeri di Sokaraja kabupaten Banyumas, yaitu menjadi 3 kategori diantaranya, tinggi, sedang dan rendah. Dari data di atas diperoleh 15,5 % siswa yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi, 72,5 % siswa memiliki kecerdasan emosional yang sedang dan 12,1 % siswa memiliki kecerdasan emosional yang rendah . Sedangkan untuk kemampuan komunikasi matematik siswa diperoleh dari data di atas diperoleh 18,1 % siswa yang memiliki kemampuan komunikasi matematik yang tinggi, 63,4 % siswa memiliki kemampuan komunikasi matematik yang sedang dan 18,5 % siswa memiliki kemampuan komunikasi matematik yang rendah . Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel kecerdasan emosional terhadap kemampuan komunikasi matematik siswa kelas VII SMP Negeri di Sokaraja Kabupaten Banyumas. Hal ini dibuktikan dengan pengujian kevalidan dengan teknik probabilitas yang menunjukan bahwa nilai sig kecerdasan emosional lebih kecil dari α dengan nilai 0,073. Sehingga terdapat pengaruh yang signifikan antara kecerdasan emosional terhadap kemampuan komunikasi matematik siswa kelas VII SMP Negeri di Sokaraja Kabupaten Banyumas.

Persamaan regresi yang diperoleh adalah : ̂ = 49, 046 + 0,373 X menyatakan bahwa nilai konstan sebesar 49,046 jika tidak ada kecerdasan emosional atau unit X maka nilai kemampuan komunikasi matematik atau ̂adalah 49,046. Sedangkan koefisien regresi X sebesar 0,373 menyatakan bahwa setiap penambahan 1 kecerdasan emosional atau nilai X, maka kemampuan komunikasi matematik atau nilai ̂ bertambah sebesar 0,373. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Endriani yang

(6)

PROSIDING ISBN: 978-623-94501-0-6

menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara kecerdasan emosional siswa dengan kemampuan komunikasi matematik (Endriani, dkk., 2017).

Sedangkan hasil uji determinasi penelitian ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh kecerdasan emosional siswa terhadap kemampuan komunikasi matematik sebesar 0,027, yang mengandung pengertian bahwa pengaruh variabel kecerdasan emosional terhadap variable kemampuan komunikasi matematik siswa adalah sebesar 2,7 % sedangkan sisanya 97,3 % dipengaruhi oleh variabel lain. Hasil temuan peneitian ini sebagaimana didukung penelitian Aripin yang menunjukkan bahwa kecerdasan emosi berpengaruh sebesar 16,66% terhadap kemampuan komunikasi matematis (Aripin 2017).

Rendahnya peranan kecerdasan emosional terhadap kemampuan komunikasi matematik siswa disebabkan oleh banyaknya faktor yang mempengaruhi kemampuan matematik itu sendiri. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika di SMP Negeri 02 Sokaraja, Ibu Febri mengatakan bahwa dalam pembelajaran matematika, siswa seringkali menganggap bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit sehingga keterlibatan kecerdasan emosi siswa dalam pembelajaran matematika siswa kurang. Hal ini dapat mempengaruhi peranan kecerdasan emosi terhadap kemampuan komunikasi matematik siswa. Sebagaimana menurut Armiati (2009) dibutuhkan kepiawaian memasukkan emosi dalam kegiatan intelektual untuk menganalisa atau memahami, mengurutkan prioritas berpikir, mampu mengarahkan memori, membuat penilaian dan keputusan akhir.67 Dari semua ini terlihat bahwa kemampuan komunikasi matematik akan dapat berkembang dengan baik jika dalam waktu yang bersamaan kecerdasan emosional juga berkembang.

D. SIMPULAN

Pengaruh kecerdasan emosional terhadap kemampuan komunikasi matematik siswa kelas VII SMP Negeri di Sokaraja Kabupaten Banyumas menunjukan bahwa Analisis koefisien determinasi diperoleh koefisien determinasi sebesar 0,027, yang mengandung pengertian bahwa pengaruh kecerdasan emosional terhadap kemampuan komunikasi matematik siswa kelas VII SMP Negeri di Sokaraja Kabupaten Banyumas adalah sebesar 2,7 % sedangkan 97,3 % dipengaruhi oleh variabel lain. Diperoleh tingkat signifikan / probabilitas 0,007≤ 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti ada pengaruh yang nyata (signifikan) kecerdasan emosional terhadap variabel kemampuan komunikasi matematik siswa kelas VII SMP Negeri di Sokaraja Kabupaten Banyumas.

DAFTAR PUSTAKA

Ansari, Bansu I. 2018. Komunikasi matematik Strategi Berfikir dan Manajemen Belajar: Konsep dan Aplikasi. Banda Aceh: Yayasan PeNA.

Armiati. 2009. Komunikasi Matematis dan Kecerdasan Emosional. Prosiding Seminar Nasional matematika dan Pendidikan Matematika, ISBN:978979-16353-3-2 Aripin, Muhammad. 2017. Pengaruh Kemampuan Awal, Kecerdasan Emosi, dan

Motivasi Belajar Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematik. Prosiding Diskusi Panel Pendidikan Menjadi Guru Pembelajar Keluarga Alumni Universitas Indraprasta PGRI, Vol. 1. No 1, April.

Endriani, Yulli dkk. 2017. Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dengan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa. Jurnal Pendidikan Khatulistiwa, Vol. 6 No.11, 2017

(7)

PROSIDING ISBN: 978-623-94501-0-6

Efendi, A. 2005. Revolusi Kecerdasan EI, SQ, AQ, dan succesful Intel-ligence atas IQ. Bandung: Alfabeta.

Eka, Karunia dan Yudhanegara, Ridhwan, M. 2017. Penelitian Pendidikan Matematika Panduan Praktis Menyusun Skripsi, Tesis dan Karya Ilmiah dengan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi Disertai dengan Model Pembelajaran dan Kemampuan Matematis. Bandung: Refika Aditama. Fachrurazi. 2011. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Universitas Pendidikan Indonesia, Edisi Khusus No. 1, Agustus Goleman, Daniel. 1999. Working with Emotional Intelligence. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama

Goleman, Daniel. 2009. Emotional Intelligence. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Maurus, J. 2019. Make Your Emotion Work For You: Mengembangkan Emosi Positif, Yogyakarta: Bright Publisher.

Suherman, Firman dkk. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontenporer. Bandung: JICA- Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).

Sukmadinata, Nana. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Gambar

Tabel 1 Uji Analisis Regresi
Tabel 3 Anova

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Array berdimensi dua (two- dimensional array) mewakili bentuk dari suatu matriks atau table.. Array berdimensi tiga (three-dimensional array) mewakili bentuk

Puji syukur saya ucapkan kepada ALLAH SWT, karena dengan rahmat dan karunianya Penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) yang telah

menggunakan model STAD ( Student Teams Achievement Division ) lebih. baik dari pada menggunakan

penelitian menunjukkan bahwa OHIS dengan kategori baik mempunyai rerata DMFT. 1,67 ± 1,40 sedangkan OHIS dengan kategori buruk mempunyai rerata

Menurut jumhur ulama rukun pernikahan sendiri ada lima yaitu adanya calon suami dan istri yang akan melakukan pernikahan, adanya wali dari pihak wanita, adanya dua orang saksi,

Anda boleh mengulang sesering yang anda perlukan, berilah penilaian terhadap masing-masing sampel : Sangat Anda Tidak Sukai (=1), Tidak Anda Sukai (=2), Anda Sukai (=3), Sangat

Pemanfaatan tepung pisang cukup luas dalam industri pangan, sebagai bahan baku makanan (bubur) balita juga sebagai bahan baku produk kue, sebagai bahan baku