• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYULUH SEBAGAI KOMUNIKATOR PROGRAM KELUARGA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENYULUH SEBAGAI KOMUNIKATOR PROGRAM KELUARGA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENYULUH SEBAGAI KOMUNIKATOR PROGRAM KELUARGA

BERENCANA (Studi Kasus Karakter dan Atribusi Penyuluh sebagai

Komunikator Program Keluarga Berencana di Kabupaten Sukoharjo)

Rara Ayu Sekar Langit, Prof. Dr. Widodo Muktiyo, Dra. Prahastiwi Utari, M.Si.,Ph.D.

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Abstrak

Beberapa tahun ini, Program Keluarga Berencana telah mengalami keadaan yang stagnan.

Selain mengalami keadaan yang stagnan, pencapaian aseptor baru juga mengalami penurunan.

Di dalam penyuluhan Program Keluarga Berencana, petugas penyuluh memiliki peran yang

penting di dalam menjamin keberhasilan program. Hal ini karena petugas penyuluh berperan

sebagai seorang komunikator. Penelitian ini tertarik untuk melihat bagaimana karakter dari

seorang petugas penyuluh Program Keluarga Berencana. Selain melihat karakter, penelitian ini

juga tertarik untuk melihat atribusi petugas penyuluh terhadap audiens.

Penelitian ini menggunakan metode studi kasus, yaitu dimana hasil dari penelitian tidak bisa

digenelarisasikan. Penelitian diadakan di Kecamatan Kartasura dan Kecamatan Gatak. Data

penelitian di dapatkan dengan indept interview kepada sembilan informan, yang mana

merupakan petugas penyuluh Program Keluarga Berencana. Hasil dari penelitian menunjukan

bahwa petugas penyuluh memiliki karakter karakter cerdik, greteh, grapyak, dan bersimpati. Dari

karakter tersebut ditemukan bahwa petugas penyuluh kurang memiliki motivasi dan tidak

proaktif di dalam pekerjaan mereka. Selanjutnya untuk analisis atribusi terhadap audiens, atribusi

dilakukan dengan melihat lokasi penyuluhan dan audiens itu sendiri

Keyword : Komunikator, Karakter, Atribusi, KB

I. Pendahuluan

A. Latar Belakang

Kepadatan penduduk pada saat ini telah menjadi salah satu dari masalah dari pertumbuhan sosial di Indonesia. Berdasarkan pada laporan dari Persatuan Bangsa – Bangsa (PBB) yangd ilangsir oleh kompas.com tahun 2015 sampai dengan tahun 2050, setengah dari pertumbuhan penduduk dunia akan terkonsentrasi pada sembilan negara yaitu India, Nigeria, Pakistan, Republik Kongo, Ethiopia, Tanzania, Amerika Serikat, Indonesia dan Uganda.

Berdasarkan pada data tahun 2014, Indonesia menduduki peringkat ke empat. Data dari sensus penduduk pada tahun 2010 menunjukan penduduk Indonesia sebanyak 237.641.326 jiwa. Jumlah ini meningkat dari hasil sensus penduduk yang dilakukan sebelumnya. Berdasarkan pada data sensus penduduk tahun 2010 Badan Pusat Statistik (BPS) membuat proyeksi penduduk Indonesia dari tahun 2010 hingga tahun 2035. Hasil dari proyeksi memperkirakan penduduk Indonesia pada tahun 2015 akan mencapai lebih dari dua ratus juta. Jumlah ini terus bertambah hingga mencapai tiga ratus juta penduduk pada tahun 2035.

(2)

commit to user

Sri Mulyani yang pada saat itu menjabat sebagai Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional, membacakan hasil proyeksi Penduduk Indonesia 2000 – 2025, pada tanggal 2 Agustus 2005 mengatakan :

“ Pertumbuhan penduduk yang sangat pesat selama kurun waktu 20 tahun itu diwaspadai karena berimplikasi pada strategi pembangunan Indonesia mendatang. Pertambahan penduduk mengakibatkan jumlah pengangguran dan jumlah penduduk miskin yang harus ditanggung pemerintah juga semakin tinggi.” (Irianto, 2014:35)

Kesimpuan yang bisa kita ambil dari pernyaataan tersebut adalah, bahwa pemerintah harus mengusahakan penurunan angka kelahiran. Penurunan angka kelahiran bisa diatasi melalui Program Keluarga Berencana. Program Keluarga Berencana merupakan sarana bagi bangsa Indonesia untuk menciptakan suatu kesejahteraan sosial. Presiden Joko Widodo pada pertemuan International Conference on Family Planning ( ICFP) ke 4 di Denpasar dari tanggal 25 – 26 Januari 2016, mengatakan bahwa Program Keluarga Berencana saat ini memiliki tantangan yang lebih berat. Untuk membentuk generasi yang berkualitas, kita memerlukan kualitas hidup yang baik. Kualitas hidup yang baik dimulai dari ibu yang sehat. Dalam pidatonya, Presiden Joko Widodo menekankan bahwa Program KB secara nasional wajib dijalankan. Pelaksaan dari Program KB bermanfaat di dalam membentuk generasi muda yang berkualitas. Program KB juga memberikan sumbangan besar di untuk mencapai tujuan pembangunan yaitu membentuk masyarakat yang sejahtera. (http://www.beritasatu.com)

Beberapa tahun belakangan ini Program KB mengalami keadaan stagnan. Fokus dari kegiatan dari Program KB tidak hanya menyarankan masyarakat untuk membatasi jumlah anak, namun juga bagaimana membimbing anak supaya menjadi manusia yang berkualitas dan berkarakter. Program KB membantu masyarakat merencanakan dari kelahiran sampai pada anak tumbuh dewasa. Masyarakat yang berkualitas dan berkarakter akan menjadi modal penting di dalam menghadapi bonus demografi.

Selama satu dekade terakhir ini, program KB tidak mengalami perkembangan. Keberhasilan dari pelayanan KB di Indonesia mengalami keadaan yang stagnan. Hal ini bisa dilihat pada tingginya angka putus kesertaan program Keluarga Berencana dan rendahnya tingkat pemakaian alat kontrasepsi jangka panjang . Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia pada tahun 2012 menunjukkan bahwa pengguna alat kontrasepsi sebanyak 57,9% dari total pasangan usia subur, padahal pemerintah menargetkan pada tahun mencapai 61%. Selain itu penggunaan alat kontrasepsi jangka panjang seperti spiral (IUD) dan implant turun dari 18,7% menjadi 10,6% dalam jangka waktu 10 tahun terakhir.

Penurunan pencapaian peserta KB terjadi pada BKKBN Perwakilan Jawa Tengah. Berdasarkan data sensus penduduk tahun 2010, Jawa Tengah merupakah provinsi dengan penduduk terbanyak ke tiga di Indonesia. Pada tahun 2015, BKKBN Perwakilan Jawa Tengah menetapkan target peserta KB sebesar 855.732 peserta. Jumlah tersebut turun sekitar 43.791 dari jumlah peserta di tahun 2014. Pencapaian peserta KB selama dua tahun terakhir (2014 dan 2015) di bulan Juni secara jelas telah mengalami penurunan.

Berdasarkan data pencapaian terhadap peserta KB dari masing – masing kabupaten provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Sukoharjo menduduki peringkat pencapaian terendah. Penurunan ini, mungkin disebabkan oleh tidak berhasilnya komunikasi atau penyuluhan oleh para petugas penyuluh KB. Penyuluhan adalah proses penyebaran informasi. Mardianto (1993) di dalam Ninik & Anita (1999:10), penyuluhan berasal dari kata suluh yang artinya memberi terang, jadi penyuluhan juga merupakan proses penerangan. Penyuluhan dilakukan untuk memberikan penerangan kepada masyarakat tentang sesuatu yang belum diketahui secara jelas. Penyuluhan bertujuan menyebarluaskan informasi yang terkait dengan materi, sumber informasi, maupun alur informasi.

(3)

Pada saat penyuluhan, penyuluh program Keluarga Berencana memegang peran yang penting. Berhasil atau gagal sebuah tujuan penyuluhan, dipengaruhi oleh kemampuan penyuluh program Keluarga Berencana di dalam penyampaian pesan kepada masyarakat. Ini karena penyuluh Keluarga Berencana berperan sebagai seorang komunikator.

Seorang komunikator selain berperan di dalam menyampaikan pesan juga bertugas menyusun strategi yang efektif supaya mampu mempengaruhi audiens. Komunikator harus memiliki kemampuan di dalam menyebar pesan, memanipulasi pesan, memilih media, dan menganalisis audiens. Hal tersebut diperlukan supaya pesan yang disampaikan tepat pada sasaran. Fungsi komunikator di dalam penyuluhan adalah merencanakan proses komunikasi yang sesuai dengan program yang dijalankan.

Penyuluh program Keluarga Berencana harus mampu menjalankan perannya dengan baik di dalam menyampaian pesan. Di dalam memahami bagaimana komunikasi seorang komunikator, kita perlu mengetahui bagaimana karakter dan bagaimana cara dia memproses sebuah informasi. Hal ini karena karakter dan cara seseorang memproses sebuah informasi akan berpengaruh terhadap bagaimana dia berkomunikasi dengan orang lain. Melihat permasalahan tersebut, maka peneliti tertarik untuk melihat bagaimana karakter dan cara atribusi petugas penyuluh terhadap masyarakat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah secara umum dari penelitian ini adalah bagaimana karakter dan atribusi penyuluh sebagai komunikator program Keluarga Berencana di Kabupaten Sukoharjo. Kemudian secara khusus, rumusan masalah pada penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah karakter dari penyuluh program Keluarga Berencana sebagai seorang komunikator di Kabupaten Sukorharjo ?

2. Bagaimana atribusi penyuluh terhadap audiens penyuluhan program Keluarga Berencana di Kabupaten Sukorharjo ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penyuluh sebagai komunikator di dalam penyampaian pesan program Keluarga Berencana di Kabupaten Sukoharjo. Kemudian, secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mendeskripsikan dan menganalisis tentang karakter penyuluh program Keluarga Berencana sebagai seorang komunikator di Kabupaten Sukoharjo.

2. Mendeskripsikan dan menganalisis bagaimana atribusi penyuluh terhadap audiens penyuluhan program Keluarga Berencana di Kabupaten Sukorharjo.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademik

Secara akademik penelitian ini diharapkan mampu memperluas kajian di bidang ilmu komunikasi. Penelitian diharapkan menjadi salah satu referensi di dalam ilmu komunikasi, khususnya di dalam konteks manajemen komunikasi penyuluhan. Selain itu juga menambah kajian pada komunikasi pada aspek komunikator.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam sejumlah analisis mengenai fenomena sosial dan isu-isu yang berkaitan dengan permasalahan karakter dan atribusi seorang komunikator.

(4)

commit to user

E. Landasan Teori

Fenomena mengenai sikap seorang komunikator bisa dilihat melalui Trait Theory. Sikap seseorang membedakan kualitas dan karakter setiap individu di dalam berkomunikasi. Bagaimana seseorang berkomunikasi dipengaruhi oleh sifat yang ditunjukkan oleh individu dan situasi yang dimana dia berada.

Sifat seseorang di dalam cara berkomunikasinya, dapat dilihat dengan lima faktor umum yang biasa disebut dengan five factor model. Five factor model yang dikembangkan oleh John Digman. Lima faktor tersebut (Littlejohn & Foss,2011:80-81), adalah (1) neuroticism (kecenderungan terhadap perasaan negatif, ketakutan, dan rasa gelisah); (2) extraversion (kecenderungan untuk merasa nyaman menjadi bagaian di dalam sebuah kelompok, dan berpikir positif); (3) openness (kecenderungan untuk berpikir secara mandiri, serta memberikan perhatian terhadap perasaan dari dalam); (4) agreeableness kecenderungan untuk menyukai dan memiliki rasa simpati terhadap orang lain); dan (5) conscientiousness (kecenderungan memiliki rasa disiplin, dan terorganisir).

Karakter dari penyuluh program Keluarga Berencana juga dilihat melalui faktor argumentativeness. Argumentativeness adalah kecenderungan seseorang di dalam percakapan untuk mempertahankan sudut pandangan dan menolak pendapat yang bertentangan. Sikap ini dianggap mampu meningkatkan kredibilitas kemampuan berkomunikasi seseorang. Karakter lain yang dilihat dari seorang komunikator adalah kecenderungan ketakutan di dalam berkomunikasi.

Pada saat bertemu dengan orang lain, seseorang akan mencoba untuk memahami lawan bicara mereka. Mereka mencoba mengetahui bagaimana orang lain akan berperilaku dan menyimpukan penyebab perilaku tersebut. Sebagai komunikator, petugas penyuluh harus mampu memahami perilaku audiens mereka. Hal ini penting karena berpengaruh terhadap keberhasilan dari penyuluhan yang dilakukan. Attribution theory, membantu di dalam memahami perilaku audiens. Teori ini menjelaskan bagaimana sebuah komunikasi diproses oleh seorang komunikator guna memperoleh kesimpulan tentang perilaku dari audiens mereka.

Fritz Heider, menguraikan beberapa atribusi kausal yangs sering digunakan oleh setiap individu (Littlejohn & Foss,2011:84). Beberapa jenis atribusi kasual tersebut, termasuk penyebab situasional, usaha, keinginan, sentimen, milik, kewajiban, dan izin. Melalui atribusi kita mencoba menjelaskan perilaku dengan mengamati perilaku, memutuskan apakah itu disengaja atau tidak disengaja, dan kemudian membuat keputusan tentang penyebabnya.

Atribusi biasanya digunakan untuk memprediksi karakter seseorang. Hasil dari atribusi akan membantu kita di dalam menentukan bagaimana cara kita berkomunikasi. Hal ini membantu ketika pertama kali kita bertemu dengan orang lain. Atribusi membantu proses adaptasi yang dilakukan seseorang. Dengan mengetahui karakter orang lain, kita bisa mengetahui bagaimana kita beradaptasi dengan dirinya. Pada penelitian ini, proses adaptasi diamati dengan teori Uncertainly Reduction Theory.

Teori Uncertainly Reduction Theory adalah teori mengurangi ketidakpastian yang berfokus pada bagaimana kita mencari informasi dari seseorang yang menjadi lawan bicara kita. Pada saat bertemu dengan orang lain, kita akan berusaha untuk mencari informasi mengenai mereka untuk mengurangi ketidakpastian. Selanjutnya pada penelitian melihat proses adaptasi dengan teori adapasi interaksi. Teori adaptasi interaksi membantu kita melihat bagaimana kita menyesuaikan perilaku komunikasi kita dengan orang lain. Teori ini berpendapat seiring meningkatnya intensitas komunikasi seseorang dengan orang lain, maka semakin sedikit mereka menggunakan norma – norma umum untuk mengatur perilaku komunikasi yang dilakukan.

(5)

Proses adaptasi dilakukan untuk menyesuaikan diri kita dengan orang lain. Hal ini juga bertujuan supaya orang lain bersedia menerima kita menjadi bagian dari kelompok mereka. Adaptasi yang dilakukan juga membantu kita di dalam penyesuaian desain pesan pada saat kita berkomunikasi dengan orang lain. Penyuluh program Keluarga Berencana harus mengetahui bagaimana sebaiknya mendesain pesan yang akan disampaikan kepada audiens. Perencanaan pesan merupakan proses dimana sebuah pesan dibuat. Desain pesan menentukan bagaimana pengemasan pesan yang akan dikatakan seseorang di dalam sebuah situasi tertentu. Desain pesan bisa berbeda – beda, bergantung pada situasi yang hadapi oleh seorang individu.

E. Metode penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode studi kasus. Deddy Mulyana (2003) studi kasus adalah uraian dan penjelasan komprehensif mengenai berbagai aspek seorang individu, suatu kelompok, suatu organisasi (komunitas), suatu program, atau suatu situasi sosial. Penelitian dilakukan di Kecamatan Kartasura dan Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo. Penelitian dilakukan pada Bulan Januari sampai dengan Bulan Februari 2016. Pengumpulam data dilakukan dengan teknik indepth interview. Subjek penelitiannya adalah petugas penyuluh Program Keluarga Berencana di Kecamatan Kartasura dan Kecamatan Gatak. Di dalam pemilihan informan, peneliti menggunakan tehnik purposive sampling. Selain data dari hasil wawancara, peneliti juga mengumpulkan data dari dokumen – dokumen yang berkaitan dengan kegiatan penyuluhan Program Keluarga Berencana. Peneliti memadukan proses analisis data dari Miles dan Huberman dengan Spradley dan Yin (Afrizal, 2015:185).

II. Hasil dan Pembahasan

1) Karakter petugas penyuluh Program Keluarga Berencana

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa petugas penyuluh memahami peran mereka sebagai penyuluh yang mana merupakan agen perubahan sosial. Sebagai orang yang bertanggungjawab atas keberhasilan Program Keluarga Berencana mereka juga memiliki tanggungjawab sebagai pelaksana serta perencana kegiatan – kegiatan yang terkait dengan program tersebut. Mereka juga menyadari sebagai petugas lapangan, harus mampu menjalin hubungan dengan masyakat.

Di dalam rasa tanggung jawab terhadap pekerjaan, ditemukan dua faktor yang menjadi motivasi petugas penyuluh di dalam melaksanakan tugas. Faktor yang berasal dari pekerjaan itu sendiri dan faktor diluar pekerjaan. Rasa tanggungjawab ini menjadikan petugas penyuluh memiliki karakter greteh. Pentugas penyuluh di dalam mendekati audiens tidak mudah menyerah dan terus memberikan motivasi kepada mereka. Sayangnya motivasi ini tidak dimiliki oleh semua petugas penyuluh. Beberapa penyuluh masih kurang termotivasi dan tidak proaktif di dalam mendekati audiens.

Perasaan dekat dengan audiens menunjukan karakter grapyak. Grapyak merupakan karakter dimana menikmati menjadi bagian dari suatu kelompok. Karakter ini mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berdaptasi. Petugas penyluh Program Keluarga Berencana dalam beradaptasi kepada audiens, mereka mendekati tokoh masyarakat untuk memperoleh informasi mengenai audiens dan juga lokasi penyuluhan. Selanjutnya seiring meningkatnya intensitas komunikasi antara petugas penyuluh dengan audiens, interaksi diantara keduanya menjadi lebih santai.

(6)

commit to user

penyuluh tidak boleh memiliki sifat antagonis, yang mana tidak peduli dengan masyarakat. Hal ini karena petugas penyuluh dituntut untuk menemukan permasalah di dalam masyarakat dan membantu penyelesaiannya.

Karakter juga menunjukkan bagaimana kemampuan berkomunikasi seseorang. Penelitian yang dilakukan menemukan bahwa di dalam menciptakan situasi penyuluhan yang komunikatif, petugas penyuluh akan menceritakan pengalam pribadi mereka. Berbagi pengalaman pribadi kepada audiens menunjukkan petugas penyuluh membuka diri kepada audiens untuk menjadi lebih dekat dengan mereka. Sandra Petrinio mengatakan, dengan mengungkapkan infromasi pribadi memungkinkan kita untuk memperkuat hubungan dengan orang lain.

Temuan lain dari kemampuan berkomunikasi adalah kemampuan petugas penyuluh di dalam berargumentasi. Argumentativ adalah karakter seseorang pada kecenderungan untuk mempertahan pendapat ketika berhadapan dengan argument yang menentang. Di dalam sebuah penyuluhan, sangat mungkin bagi audiens untuk beragumentasi atau menentang apa yang disampaikan oleh petugas penyuluh. Menghadapi audiens yang menentang petugas penyuluh akan mencoba mendengarkan argument dari audiens kemudian mencoba untuk memberikan penjelasan tentang kebenaran dari Program Keluarga Berencana.

2) Atribusi penyuluh terhadap audiens

Atribusi adalah bagaimana seseorang memandang nilai – nilai yang melekat pada orang lain. Pada penelitian ini adalah bagaimana seorang petugas penyuluh melihat nilai – nilai yang melekat pada audiens mereka. Atribusi membantu petugas penyuluh di dalam cara mereka beradaptasi dan juga merencanakan pola penyuluhan yang akan mereka lakukan.

Hasil temuan pada atribusi penyuluh terhadap audiens dibagi menjadi dua, yaitu atribusi terhadap lingkungan dan audiens sendiri. Penyuluh di dalam menilai lingkungan melihat letak lokasi, karakter masyarakat, serta tempat penyuluhan. Lingkungan dan karakter masyarakat adalah dua hal yang saling melekat. Lingkungan akan mempengaruhi karakter masyarakat. Atribusi membantu seseorang menjelaskan kenapa seseorang melakukan suatu perilaku. Lingkungan dan karakter masyarakat akan membantu penyuluh untuk menjelaskan hal tersebut.

Atribusi pada audiens, ditemukan bahwa petugas penyuluh akan melihat nilai – nilai seperti pendidikan, status sosial, usia, dan perilaku. Audiens dari penyuluhan, tidak selalu memilki tingkat pendidikan dan status sosial yang sama. Atribusi membantu kita memahami orang lain sehingga memudahkan kita menentukan strategi komunikasi yang sesuai dengan mereka. Tingkat pendidikan dan status sosial akan mempengaruhi bagaiamana seseorang berkomunikasi. Melihta audiens dengan nilai – nilai tersebut membantu petugas penyuluh merencanakan stategi komunikasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

III. Kesimpulan

Berdasarkan pada hasil penelitian dan analisis yang telah dirinci pada bab sebelumnya, maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Karakter dari petugas penyuluh Program Keluarga Berencana dari hasil penelitian menunjukan bahwa mereka memiliki karakter cerdk, greteh, grapyak, dan simpati.

2. Atribusi yang dilakukan oleh petugas peyuluh Program Keluarga Berencana terhadap audiensnya adalah dengan melihar lokasi penyuluhan dan audiens itu sendiri.

(7)

IV. Saran

Berdasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan, berikut adalah saran yang bisa diberikan oleh peneliti :

1. Penelitian ini hanya melihat pada aspek komunikator dan belum menyentuh pada aspek komunikasi yang lain. Peneliti berharap kedapannya nanti akan ada penelitian lain yang melihat aspek komunikasi lain dari proses penyuluhan Program Keluarga Berencana.

2. Metode penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini adalah metode studi kasus. Sehingga hasil penelitian yang tidak bisa digeneralisasikan untuk daerah – daerah lain yang terdapat fenomena serupa. Peneliti berharap pada penelitian selanjutnya terkait dengan Penyuluhan Program Keluarga Berencana, akan menggunakan metode yang bisa memperoleh hasil yang lebih menyeluruh.

V. Daftar Pustaka

Andrew B. Quagliata. (2012). Message Design Logic and Career Success. Disertasi Faculty of the Graduate School of the University at Buffalo, State University of New York

Baran, Stanley J. (2012). Pengantar Komunikasi Massa Melek Media dan Budaya. Jakarta : Penerbit Erlangga

BkkbN. (2015). Tahun 2015. Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Nasional Provinsi Jawa Review Program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga Tengah

Buletin Kesehatan dan Reproduksi. (2013). Situasi Keluarga Berencana di Indonesia. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI

Bungin, Burhan. (2009). Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta : Kencana

Cynthia Demetriou. (2011). The Attribution Theory of Learning and Advising Students on Academic Probation. NACADA Journal, Vol 31 No. 2 Hal 16 -21

Devinto, Joseph A. (2001). The Interpersonal Communication Book 9th ed. New York : Addison Wesley Longman, Inc.

Dyah Retno Pratiwi. (2012). Komunikasi Kesehatan dan Perilaku Akseptor KB Mantab. Tesis, Universitas Sebelas Maret

Fauzan, Djunaidi. (2014). Metode Penelitian Kualitatif. Jogjakarta : AR- RUZZMEDIA

Griffin, Emory A. (1994). A First Look At Communication Theory 2nd ed. New York: McGraw-Hill Companies, Inc.

Hans‐Georg Wolff dan Sowon Kim. (2012). The Relationship Between Networking Behaviors and the Big Five Personality Dimensions. Journal Career Development International, Vol. 17 No. 1 Hal.43 – 66

(8)

commit to user

InfoDATIN. (2014). Situasi dan Analisis Keluarga Berencana. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI Pusat Data dan Informasi

Irianto, Koes. (2014). Pelayanan Keluarga Berencana Dua Anak Cukup. Bandung : Alfabeta

Judy C, Pearson, dan Paul E. Nelson. (2000). An Introduction to Human Communication : Understanding and Sharing 8th ed. United State of America : The McGraw Companies.Inc

Jose Maria Balmaceda Silvia Schiaffino Daniela Godoy. (2014). How Do Personality Traits Affect Communication Among Users in Online Social Networks. Journal Online Information Review Vol. 38 No. 1 Hal. 136 – 153

Liliwei, Alo. (2011). Komunikasi Serba Ada Serba Makna. Jakarta : Kencana

Littlejohn, Stephen W. dan Karen A. Foss. (2011). Theories of Human Communication 10th ed. Long Grove: Waveland Press Inc.

Mansyuri, Zainuddin. (2008). Metodelogi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif. Bandung : PT Refika Aditama

Mardikanto, Totok dan Sri Sutarni. (1982). Pengantar Penyuluhan Pertanian dalam Teori dan Praktik. Surakarta : Penerbit Lembaga Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan (LSP3)

Miller, Katherine. (2005). Communication Theories: Perspectives, Processes, and Contexts 2nd ed. New York: McGraw-Hill Companies, Inc.

Moleong, Lexy. (2007). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT REMAJA ROSDA KARYA

Mulyana, Deddy. (2003). Metodelogi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung : PT REMAJA ROSDAKARYA

Nasir. (1988). Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia

Rahayu, Trophy Endah. (2011). Pertumbuhan dan Persebaran Penduduk Indonesia, Hasil Sensus Penduduk 2010. Jakarta : Badan Pusat Statistik

Rejeki, Ninik, dan Anita Herawati. (1999). Dasar – Dasar Komunikasi Untuk Penyuluhan. Yogyakarta : Penerbitan Universitas Atma Jaya

Riswandi. (2009). Ilmu Komunikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu

Samsudin S. (1977). Dasar – Dasar Penyuluhan dan Modernisasi Pertanian. Bandung : Binacipta

Sayoga, Budi. (1998). Laporan Penelitian Strategi Penyuluhan, Suatu Studi Literatur tentang Strategi Penyuluhan Dalam Proses Difusi Inovasi. Yogyakarta : UGM Depdikbud

Scott E, Gaier. (2012). Understanding Why Student Do What They Do: Using Attribution Theory to Help Students Succeed Academically. Journal of Research & Teaching in Developmental Education, Vol. 31 No. 2, Hal 6-19

Seiler, Willian J and Melissa L. Beall. (2011). Communications Making Connections. United States : Pearson Learning Solutions

(9)

Wiriaatmadja, Sukandar. (1993). Penyuluhan Pertanian. Jakarta : Depdikbud

Yonghoon Choi, Ying Huang, Brenda Sternquist. (2015). The Effects of The Salesperson’s Characteristics on Buyer-Seller Relationships. Journal of Business & Industrial Marketing, Vol. 30 No. 5 Hal. 616 – 625

10:47:38 7:28:25

Referensi

Dokumen terkait

Igaz, a szervezett munkások száma így sem volt több Kairóban 4600-nál (1911), a szak- szervezeteknek pedig csak némelyike bizonyult elég erősnek ahhoz, hogy a mun- kaadókat a

Perkara pengujian undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh

Dengan adanya kasus tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan oleh suami terhadap istri dalam Putusan pengadilan Bojonegoro Nomor

Penelitian yang dilakukan oleh Nurhayani dan Rosanty (2015), tentang efektivitas relaksasi napas dalam terhadap tingkat nyeri kontraksi uterus kala I aktif pada

Dengan cara seperti ini pada akhirnya terlihat bahwa Islam sama sekali tidak menempatkan perempuan pada posisi yang lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki,

warganya sehingga mengakibatkan rusaknya tatanan nilai-nilai moral, etika, akhlak mulia, dan kepribadian luhur bangsa, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

plasmid dari bakteri yang resisten dapat ditransfer ke bakteri lain yang masih. sensitif sehingga bakteri itu akan menujukan resistensi terhadap obat

Hasil yang diperoleh dari perhitungan regresi data panel menunjukkan bahwa dengan variabel dependen T obin’s q secara positif proporsi dewan komisaris wanita