• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN MATEMATIKA BAGI ANAK USIA DINI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN MATEMATIKA BAGI ANAK USIA DINI"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN MATEMATIKA BAGI ANAK USIA DINI

A. Deskripsi Umum

Banyak orang berpendapat bahwa matematika merupakan pelajaran yang tidak menyenangkan. Anak - anak sejak duduk di bangku SD sampai SMU sering menjadikan matematika sebagai hantu yang menakutkan. Padahal sebetulnya matematika adalah pelajaran yang menyenangkan dan dapat dijadikan teman bermain yang mengasyikkan jika kita bisa mengenalnya secara baik.

Matematika sebetulnya ada di mana - mana, dekat kehidupan sehari - hari kita. Ketika seorang anak memasukkan telur ke dalam lemari es, mengambil baju dari lemari pakaian, memasangkan baju dan celana, memakai sepatu, pergi ke suatu tempat, dan lain - lain sebetulnya anak sudah belajar matematika.

Kesukaan terhadap matematika harus dimunculkan sejak usia dini. Pembelajaran matematika sambil bermain akan memberikan kenikmatan bagi anak usia dini dalam mengenal matematika. Pembelajaran yang sederhana, menggunakan benda yang konkret dan sesuai dengan usia anak dapat menstimulasi anak dalam bermatematika.

Mengajarkan matematika kepada anak usia dini sangat dimungkinkan bila pendidik memiliki konsep dasar yang jelas dalam memahami dan mengimplementasikannya secara bertahap dengan pendekatan kebiasaaan yang biasa dilakukan anak dalam kehidupan kesehariannya. Pelajaran matematika harus dijadikan sesuatu yang menyenangan. Menjadikan matematika sebagai bagian dari kehidupan merupakan langkah yang tepat. Dengan mencintai matematika dapat membuat daya analisa anak kelak menjadi tajam.

Hal - hal sederhana dalam kehidupan sehari - hari terkadang tidak terlepas dari matematika itu sendiri. Disadari atau tidak, sebenarnya kita sudah terbiasa dengan berbagai angka dan perhitungan matematis, namun dengan pendekatan bahasa dan istilah yang berbeda. Seperti misalnya hubungan antara benda satu dengan benda lainnya yang mencerminkan adanya korelasi dan hubungan sebab akibat yang merupakan dasar dalam pembelajaran matematika.

Membangun stasiun matematika dimaksudkan untuk membuat sebuah terminal belajar bagi siswa dimana didalamnya terdapat berbagai benda dan atribut yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran matematika secara mudah dan menyenangkan. Keberadaan stasiun matematika memungkinkan anak dapat mengeksplorasi berbagai benda yang ada untuk dipelajari dengan metoda belajar-bermain, sehingga diharapkan matematika tidak lagi dianggap momok yang menakutkan bagi anak.

B. Capaian Pembelajaran

Peserta pelatihan mampu menguasai konsep dasar pembelajaran matematika anak usia dini dan penerapannya dalam kegiatan belajar mengajar.

Setelah mempelajari Modul Kegiatan Pembelajaran, para peserta pelatihan mampu mengaplikasikan berbagai kegiatan pengembangan matematika yang sesuai untuk anak 1. Memahami teori tentang cara belajar matematika

2. Memahami prinsip-prinsip belajar matematika 3. Memahami konsep mencocokkan (matching) 4. Memahami konsep mengurutkan (seriation)

5. Memahami konsep mengelompokkan (classification) 6. Memahami konsep geometri

(2)

7. Memahami konsep pola (patterning) 8. Memahami konsep angka (number sense)

D. Materi Kegiatan 1. Apa Itu Matematika

a. Pengertian Matematika

 Matematika dapat dipahami sebagai suatu pembelajaran tentang pola dan hubungan. Segala sesuatu yang ada dalam alam ini tidak terlepas dari pola - pola dan hubungan yang merupakan konsep matematika.

 Matematika merupakan cara berpikir. Orang yang memahami matematika akan terus berlatih untuk berpikir analisis. Jika anak mendapatkan pelajaran matematika, diharapkan kemampuan berpikir analisis di masa dewasa akan tajam dan terasah.  Matematika adalah terkait seni. Ketika anak belajar tentang bentuk - bentuk simetris

seperti (diamond, bujur sangkar), bunga - bunga dan lain - lain, anak sekaligus belajar tentang seni dan juga matematika. Karena dengan menggunakan media seni, kita jga belajar matematika. Dengan matematika, bisa menghasilkan karya seni.

 Matematika adalah bahasa. Ketika seseorang berbahasa, maka ia menggunakan matematika juga dalam konsep berbahasanya. Isi atau ungkapan dari bahasa adalah hasil pemikiran matematika baik berupa bahasa verbal, non verbal ataupun bahasa simbol.

 Matematika merupakan alat. Sebagai alat, maka matematika menolong anak untuk melakukan sesuatu dalam kehidupan sehari - hari.

Oleh karena itu matematika dapat dipahami sebagai : a. Suatu pembelajaran tentang pola dan hubungan b. Matematika merupakan cara berpikir  analisis

c. Matematika adalah seni  bentuk - bentuk simetris (diamond, bujur sangkar), bunga - bunga, dll. Dengan menggunakan media seni, kita juga bisa belajar matematika. Dengan matematika, bisa menghasilkan karya seni.

d. Matematika adalah bahasa  bahasa digunakan untuk mengekspresikan isi pikiran, baik bahasa verbal maupun bahasa simbol.

e. Matematika merupakan alat  untuk mengevaluasi sesuatu (assessment).

b. Teori Tentang Cara Belajar Matematika 1). Pendekatan Behavioristik

a). Tokoh: Pavlov, Thorndike, Skinner

b). Tingkah laku dapat terbentuk melalui reward & punishment

c). Tujuan (panjang & pendek) serta instruksi harus diberikan sejelas mungkin. Contoh : anak sudah bisa menghitung hingga 10

d). Jangan terlalu terpaku pada tujuan. Apabila anak sudah bisa melakukan hal yang tingkatnya lebih tinggi, sesuaikan tujuannya kembali. Contoh : saat anak diminta mengambil sesuatu berdasarkan warna (sesuai dengan usia tertentu), ternyata anak membuat pola tertentu. Berarti kemampuannya lebih dari apa yang diharapkan ia kuasai di usianya. Tujuannya ditingkatkan lagi. Jadi, guru harus selalu mengobservasi selalu kegiatan & perkembangan anak.

(3)

a). Tokoh : Piaget

b). Piaget membagi 4 tahap perkembangan kognisi manusia, sebagai berikut : (1) Tahap sensorimotor (0-2 tahun)

(2) Tahap pra - operasional (2-7 tahun)

(3) Tahap operasional konkret (usia 7-12 tahun) (4) Tahap operasional formal ( usia 12 tahun ke atas)

c). Faktor - faktor yang mempengaruhi seorang anak berpindah dari satu tahap ke tahap selanjutnya adalah :

(1) Kematangan

Kematangan mempengaruhi cara berfikir anak, sehingga anak akan lebih banyak melakukan eksplorasi.

(2) Pengalaman

Setiap guru perlu mengamati anak dan melihat setiap tahapan perkembangan. Dengan demikian guru akan mengetahui apa yang perlu dilakukan terhadap anak itu ketika berada pada tahap tertentu karena anak dipengaruhi oleh pengalaman dan kematangan. Guru perlu memberikan pengalaman bagi anak untuk mengamati, menggali, dan guru juga memperkaya pengalaman anak.

(3) Interaksi sosial

Anak perlu bermain bersama agar anak bisa belajar dari teman - temannya  meniru

(4) Equilibrasi (equilibration )

Adanya konflik / permasalahan akan melatih anak untuk memecahkan masalah, sehingga anak dapat memperoleh equilibration

d). Tiga macam pengetahuan yang memerlukan proses pembelajaran yang berbeda, yaitu :

(1) Pengetahuan fisik (physical knowledge)

Anak belajar sesuatu dengan cara melihat, meraba dan merasakan secara fisik. (2) Pengetahuan matematik - logika ( logico - mathematical know - ledge)

Anak mempelajari sesuatu dengan membandingkan suatu benda dengan yang lain (ada hubungan dengan yang lain)  comparation

(3) Pengetahuan sosial (social knowledge)

Anak membutuhkan orang dewasa untuk membantu meningkatkan level berpikir anak. Misalnya : Guru memberikan anak spidol besar (boardmaker). Kemudian anak itu mengambil kertas dan menggambar di atas kertas. Ia tidak mengetahui bahwa ia bisa juga menggambar di papan tulis. Guru memberitahu bahwa spidol tersebut tidak hanya bisa dipakai di kertas, tetapi juga di papan tulis.

Guru mulai menulis angka 2 di papan, sekaligus menunjukkan 2 melalui benda konkrit yang berjumlah 2.

e). Keterbatasan teori Piaget :

(1) Teori Piaget kurang melibatkan peran orang dewasa dalam proses pembelajaran, walaupun Piaget mencetuskan tentang social knowledge & social interaction. Piaget memberikan banyak pengetahuan kepada anak, tetapi kurang kepada orang dewasa, sehingga orang dewasa kurang mengetahui bagaimana cara mengajar anak. Andaikata ada pendampingan untuk orang dewasa, anak akan lebih mudah memahami pembelajaran sehingga dapat

(4)

berpindah ke tingkat kesulitan selanjutnya. Piaget lebih mementingkan anak menemukan sendiri sampai akhirnya dia mendapatkan sesuatu dari hasil usahanya. Orang dewasa hanya berperan sejauh memberikan kesempatan pada anak untuk belajar.

Dalam teori Piaget, ketika kita memberikan sesuatu, anak akan berpikir yang berbeda - beda tentang bagaimana menghubung - kannya.

Contoh : Guru memberikan anak - anak 2 buah gunting yang berbeda dan diminta untuk mengamatinya. Anak melakukan pengamatan tanpa maksud yang jelas. Apabila guru memberikan fasilitasi dengan meminta anak melihat perbedaan warna, ukuran, bentuk, tekstur, bahan, dsb maka anak lebih mudah

melihat perbedaan di antara 2 gunting tersebut. Ketika

(2) Teori Piaget kurang memberi perhatian pada interaksi sosial dan memori.

(3) Tahapannya terlalu menekankan pada struktur, egosentris, berpikir logiko - matematis

(4) Kekurangan memperhatikan beberapa kompetensi

(5) Konsep perkembangan tidak menjelaskan perbedaan yang besar pada kemampuan belajar anak, dalam kelompok, kelas & budaya

3). Pendekatan sosial budaya a). Tokoh : Vygotsky

b). Hal penting : interaksi merupakan faktor penting dalam perkembangan c). Budaya dan masyarakat

Menurut Vygotsky “pikiran anak berkembang dalam konteks sosial budaya”. Fungsi mental seperti perkembangan memori, persepsi, proses berpikir merupakan hasil dari interaksi yang konstan & langsung dengan orang dewasa serta teman - temannya

d). Area Batas Perkembangan (Zone of Proximal Development)

Vygotsky memperkenalkan istilah Zone of Proximal Development (ZPD) yang dimiliki setiap anak. Dalam ZPD tersebut terlihat peranan orang dewasa. Anak memerlukan bimbingan orang dewasa sehingga potensinya bisa dioptimalkan Orang dewasa memberikan dukungan dengan memberikan pertanyaan - pertanyaan yang akan meningkatkan pemahaman anak tentang apa yang dipelajarinya.

(1) Batas bawah : tingkat kesulitan sangat rendah sehingga anak dapat mengerjakan sendiri.

(2) Batas atas : tingkat kesulitan pada tahap sedang, namun anak membutuhkan orang dewasa untuk bisa mengerjakan dengan baik.

(3) Di atas batas atas : anak tidak mampu mengerjakan tugas meskipun dibantu oleh orang dewasa.

(4) Anak yang belajar sesuai dengan tahapnya (sesuai dengan ZPD) akan meningkatkan keberhasilan dalam pembelajaran.

e) Bahasa dan pikiran

(1) Anak harus menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dalam waktu yang cukup panjang sebelum mereka memfokuskan pada proses mental mereka. (2) Transisi ini berlangsung pada usia 3 - 7 tahun dan melibatkan ”bicara pada diri

sendiri”. Setelah beberapa waktu, anak dapat bertindak tanpa verbalisasi  bicara dalam hati

(5)

4). Jerome Bruner

a) Fokus pada cara belajar

Pembelajaran merupakan proses social yang melibatkan anak dalam dialog dengan diri mereka sendiri dan orang lain (teman & guru).

b) Tiga level pembelajaran

(1) Enactive : anak belajar sesuatu konsep secara konkret.

Misalnya : guru menunjukkan buah jeruk (benar - benar buah jeruk) (2) Iconic

Misalnya : guru menunjukkan gambar buah jeruk (3) Simbolik

Misalnya : guru menunjukkan tulisan “jeruk”

c). Percaya bahwa pembelajaran melalui penemuan memberikan keuntungan (1) mengembangkan pemecahan masalah

(2) motivasi intrinsic (dari dalam diri) (3) heuristic (anak mengingat strategi) (4) menambah informasi di memori d). Bahasa dan pikiran saling berkaitan (1) Bahasa merupakan alat berpikir

(2) Berpikir adalah bahasa yang diinternalisasikan 5). Dienes

Anak belajar jika diberikan kesempatan untuk : a). Mengamati hubungan

b). Mengenali pola

c). Membuat generalisasi dan abstraksi

Level pembelajaran matematika menurut Diene : a). Bermain bebas

b). Generalisasi c). Representasi d). Simbolisasi e). Formalisasi

c. Prinsip - prinsip Belajar Matematika

Dalam mempelajari matematika untuk anak usia dini, ada prinsip - prinsip yang perlu diperhatikan oleh pendidik, yaitu :

1). Rencanakan pengalaman yang nyata sehingga anak dapat terlibat secara aktif. 2). Observasi anak agar memahami kebutuhan dan minatnya.

3). Berikan kesempatan anak belajar sesuai dengan tahapan mereka. 4). Pendidik sebagai fasilitator, bukan sekedar pemberi pengetahuan.

5). Beberapa area pengetahuan tidak dapat diajarkan tetapi harus dialami anak agar anak bisa mempelajarinya.

6). Berikan anak permasalahan dan konflik untuk memunculkan kemampuan berpikir, akomodasi dan adaptasi.

(6)

8). Orang dewasa atau anak yang lebih pintar harus menolong anak agar dapat menjembatani kesenjangan antara sesuatu yang telah dipelajari anak dan sesuatu yang potensial yang bisa dimunculkan.

9). Membuat bermain menjadi kegiatan bermakna. Hubungkan matematika dengan pengalaman sehari - hari.

10). Bertanyalah kepada anak hal - hal yang menarik.

11). Doronglah anak untuk dapat menjelaskan pikirannya melalui kata - kata, gambar, tulisan dan symbol.

12). Dorong anak untuk berbicara, baik kepada guru maupun anak lain. 13). Pelajaran berurutan mulai dari enactive (konkrit) sampai pada simbolik.

14). Bangunlah pembelajaran matematika berdasarkan pembelajaran sebelumnya.

15). Gunakan model dan benda - benda manipulatif yang berbeda untuk membantu anak mempelajari matematika.

d. Daur Pembelajaran & Pengajaran

Yang dilakukan anak Yang dilakukan guru

Kesadaran * Pengalaman * Menciptakan lingkungan

matematika

* Memperhatikan * Memperkenalkan obyek, peristiwa,

Orang

* Mengenali gambaran umum * Menunjukkan masalah atau Pertanyaan

* Menyadari * Merespon pengalaman teman

* Menunjukkan minat dan antusiasme

Explorasi * Memfasilitasi

* Mengeksplor material * Mendukung eksplorasi * Mengumpulkan informasi * Memperluas bermain

* Menemukan * Menjelaskan apa yang

dikerjakan Anak

* Menciptakan * Bertanya dengan pertanyaan terbuka,

“Apa lagi yang bisa kamu lakukan ?”

* Menunjukkan komponen * Menghormati pemikiran anak * Membangun & merepresentasikan

pengertian sendiri

* Memperbolehkan anak bersalah

Inquiry * Investigasi * Menolong anak lebih memahami

* Mengusulkan penjelasan * Membimbing anak, memperhatikan * Membandingkan

pemikiran sendiri dengan anak lain

* Bertanya kembali dengan pertanyaan

Yang lebih fokus. “apa yang berkerja seperti ini juga ?”, “Apa yang terjadi jika …?”

* Generalisasi * Memberikan informasi jika ditanya anak

* Menghubungkan dengan pengalaman sebelumnya

* Membantu anak

menghubungkan konsep dengan kehidupan sehari- hari. * Menyesuaikan dengan

system yang ada Manfaat * Menggunakan &

merepresentasikan pembelajaran dalam banyak cara

* Menciptakan kesempatan untuk menerapkan pembelajaran dalam

(7)

* Menerapkan

pembelajaran dalam situasi baru

* Membantu anak menerapkan dalam

situasi yang baru * Merumuskan hipotesis

baru dan mengulangi siklus pembelajaran

e. Urutan Pembelajaran

Semua topik tentang matematika mengajarkan tentang urutan. Pembelajaran ini berguna untuk membantu anak menangkap konsep matematika tahap demi tahap. Dalam melewati tahapan - tahapan tersebut, pendidik perlu mengamati anak agar bisa memutuskan kapan memperkenalkan level selanjutnya dari urutan - urutan yang ada.

1). Dasar mengajarkan urutan (sequence)

Dasar untuk mengajarkan urutan pada anak usia ini adalah : a) Pengalaman

Pengalaman nyata dari anak yang menggunakan badan untuk bergerak beraktivitas, menyanyi, bermain, menggunakan benda - benda manipulatif, barang - barang limbah, barang - barang rumah tangga, dsb. Pengalaman - pengalaman yang diperoleh dari gambar juga bisa dimanfaatkan, misalnya dari buku cerita, majalah, karya seni, program computer, dan sebagainya.

b) Bahasa

Bahasa digunakan untuk mendiskusikan pengalaman dengan anak, memberi nama konsep - konsep, bertanya, dan mendorong anak untuk menggunakan bahasa dalam menceritakan pembelajaran mereka.

c) Simbol

Simbol digunakan anak untuk mengenali, memilih dan menuliskannya.

Untuk kegiatan matematika yang tidak memerlukan pengenalan symbol atau menulis symbol, urutan berikut ini dapat membantu anak memecahkan masalah berdasarkan konsep.

2). Urutan yang mungkin untuk mengajar pemahaman “posisi”

a) Cerita yang berisi kata - kata yang menunjukkan posisi dan arah (pengalaman) b) Menunjukkan secara langsung tentang posisi dan arah (pengalaman)

c) Menggambarkan posisi dan arah (bahasa)

d) Meletakkan obyek dalam suatu posisi (menyelesaikan masalah) e) Menemukan posisi dalam gambar (menyelesaikan masalah)

f. Keterampilan Dalam Pembelajaran Matematika 1). Memecahkan Masalah (Problem Solving)

a). Apa itu pemecahan masalah ?

(1) Masalah adalah persoalan apa saja yang membuat ragu - ragu, merasa tidak tentu atau kesulitan.

(2) Ada perbedaan antara problem sesungguhnya dengan latihan rutin. Berikut ini merupakan contoh latihan rutin :

* 4 + ……. = ………. ? * Warnailah 7 lilin !

(8)

Berapa jumlah ikan Dian dan Anita ?

(3) Pemecahan masalah yang sesungguhnya adalah usaha untuk mencari dan berhasil menemukan jawaban atas kesulitan - kesulitan yang ada yang :

 Dilihat dan dirasakan oleh pembelajar

 Anak memperhatikan permasalahan tersebut

 Anak merasa bahwa permasalah dapat diselesaikan

(4) Pendekatan pemecahan masalah menolong anak mengerti konsep, mengembangkan keterampilan dan memahami hubungan - hubungan matematis yang penting, sesuai dengan usia anak.

(5) Pengalaman pemecahan masalah bagi anak usia dini harus konsisten dengan tingkat perkembangan anak berdasarkan apa yang diketahui oleh guru dan bagaimana cara belajar anak.

(6) Contoh - contoh masalah yang nyata :  Lembar kerja tentang pemilahan  Permasalahan tentang bentuk  Permasalahan tentang pola

 Lembar kerja tentang pengurangan dan hitungan  Permasalahan tentang number bond.

 Soal - soal tentang penjumlahan

(7) Sebagai guru, perlu melatih diri kita untuk merencanakan masalah -masalah yang baik untuk dipecahkan anak.

(8) Menolong anak untuk mengetahui bahwa jawaban permasalahan tidak selalu dapat dengan cepat diperoleh.

b). Cara untuk menciptakan suasana posisif dalam pemecahan masalah. (1) Antusias

(2) Tersedia waktu

(3) Memperkuat kemauan untuk mengambil resiko (4) Memberikan ganjaran atas ketekunan anak (5) Menggunakan pengalaman anak

(6) Menerima solusi - solusi baru

(7) Menekankan pada proses selain juga hasil.

2). Komunikasi dan Beralasan dalam Matematika (Communication and Reasoning in Mathematics)

a). Pentingnya komunikasi

(1) Menolong anak memahami hubungan informal, tanda - tanda intuitif ke dalam bahasa dan simbol matematika.

(2) Menolong anak memiliki hubungan yang penting antara representasi fisik, gambar, grafik, simbolik, verbal dan mental dari ide - ide matematis. Misalnya : 3 + 6 = 9 dalam kehidupan sehari - hari dapat dijumpai dalam berbagai situasi. Ibuku memiliki 3 anak laki - laki dan 6 anak perempuan. Keluarga kami mempunyai 9 anak.

(3) Membantu anak memahami fleksibilitas dalam matematika ketika mereka menyadari bahwa beberapa cara lebih bermanfaat dalam merepresentasikan matematika.

(9)

 Waktu inkubasi

 Berpikir melalui masalah dan apa yang mereka inginkan dalam berkomunikasi.  Mengeksplorasi sendiri material - material baru sampai anak siap berpindah dari

material nyata ke konsep pembelajaran matematika  Keterbukaan dalam brainstorming

 Meneruskan ide - ide dengan asosiasi bebas, dihubungkan dengan masalah atau situasi

 Brainstorming memberikan kesempatan pada anak untuk menggambarkan pengalaman di dalam maupun di luar sekolah.

 Ketika anak melihat bahwa ide - ide mereka dihargai dan diperhatikan dengan sungguh - sungguh, mereka termotivasi untuk mencoba berpikir lebih keras lagi.  Peluang dalam menanggapi pertanyaan dan masalah

 Anak secara alami memiliki rasa ingin tahu yang tinggi tentang diri mereka sendiri, orang lain dan lingkungannya. Ketika mereka mendapatkan kesempatan untuk bertanya, mereka termotivasi menemukan jawaban mereka sendiri. Misalnya :

“Berapa anak yang membawa botol air minum atau berapa jumlah botol air minum ?”

“ Berapa anak yang memiliki kucing di rumah ?”

 Pertanyaan dan masalah dapat diambil dari buku - buku teks, buku cerita, minat anak dan pertanyaan yang dibawa anak ke dalam kelas.

 Bicara untuk belajar – diskusi

 Selama diskusi, anak menyelidiki situasi untuk memberikan alasan atau bukti untuk memperkuat jawaban mereka.

 Melalui diskusi, anak dapat :

 Berbicara dengan cara yang mereka pahami

 Menjelaskan pemikiran mereka ketika sedang berbicara  Berbagi ide dengan teman

 Membangun pengetahuan atau mengambil ide teman, merasa yakin bahwa hal tersebut tidak bermasalah.

 Guru perlu memandu diskusi kelas untuk mempertinggi keterlibatan anak di dalam mengembangan kekuatan matematis.

 Cara - cara untuk menciptakan situasi positif dalam diskusi :  Menanyakan hal - hal yang jawabannya tidak benar.

 Menata tempat duduk dalam bentuk lingkaran sehingga setiap anak dapat melihat teman - temannya dengan mudah.

 Membiarkan anak berdiskusi berpasangan sebelum dengan kelompok lebih besar.

 Memberikan waktu berpikir tentang masalah. c). Macam - macam komunikasi

(1) Berbicara untuk belajar.

Ketika anak bercakap - cakap tentang matematika, mereka memiliki kesempatan untuk :

 Berpikir keras

(10)

 Membandingkan dan merundingkan ide - ide  Menjelaskan pemikiran mereka

(2) Menggambar

 Membuat diagram / gambar merupakan alat yang bermanfaat khususnya bagi anak usia dini karena :

 Anak menggunakan diagram secara alami.

 Membantu anak memahami masalah dan memecahkannya.  Menjembatani antara ide intuitif dan matematika formal.  Mencatat dengan ide - ide dan informasi.

 Mengorganisasi dan menginterpretasikan informasi yang dikumpulkan.  Meringkas informasi untuk menerangkan suatu pemecahan masalah.  Diagram yang dibuat anak termasuk sketsa, gambar kartun, grafik dan

gambar.

 Biasanya anak menggambar sesuai dengan pengalamannya dalam bermain. Ini merupakan proses dimana mereka dapat mentransfer pengalaman real mereka ke dalam tahap gambar.

(3) Menulis

 Anak dipaksa memperlambat proses berpikir mereka selama menulis.  Menulis memungkinkan anak menjelaskan pemikiran mereka.

 Mengintegrasikan pengetahuan baru dengan konsep - konsep yang ada.  Merefleksikan hal - hal yang dikerjakan anak.

 Memiliki kesempatan untuk merumuskan atau memikirkan kembali ide - ide mereka.

 Mendapatkan pemahaman lebih dalam tentang apa yang sesungguhnya mereka ketahui tentang suatu topik daripada sekedar merespon dalam suatu lembar kerja.

d). Peranan guru

Guru dapat mengangkat matematika sebagai komunikasi dan beralasan melalui : (1) Membentuk pertanyaan-pertanyaan dengan mengarahkan anak sampai anak

dapat memberikan alasan dalam menjelaskan pemikirannya. Contoh pertanyaan sebagai berikut :

 Apa ……… ?

 Mengapa kamu berpikir demikian ?  Berapa ……….. ?

 Berapa cara yang dapat kamu ………. ?  Dapatkah kamu berpikir dengan cara lain ?

 Apakah kamu melihat ada polanya ?  Apa yang terjadi jika …… ?

 Dapatkah kamu perkirakan ……… ?

(2) Mendengarkan dengan maksud menemukan bagaimana dan di mana anak membuat hubungan tertentu dan melihat pemahaman atau ketidakpahaman mereka.

(3) Menekankan berbagai cara dalam memecahkan masalah untuk mengembangkan kemampuan berpikir divergen.

(11)

(4) Mengendalikan kelas dan memberi waktu dan tempat pada anak untuk merefleksi dan berbicara.

2. Konsep Dasar Matematika

Pemahaman terhadap matematika meliputi beberapa konsep dasar yang saling berkaitan. Konsep-konsep dasar ini merupakan kerangka penting untuk membangun pemahaman terhadap matematika secara lebih mendalam. Bagi anak usia dini konsep-konsep matematika harus dijelaskan dengan cara yang konkrit dan adanya keterlibatan secara langsung. Konsep-konsep dasar yang dapat diajarkan pada anak usia dini meliputi: a. Mencocokkan (Matching)

1). Mencocokkan diartikan sebagai seperangkat (a set) benda-benda yang memiliki konsep yang menyatu.

2). Dua kemungkinan untuk mendefiniskan seperangkat adalah : a). Memberi nama benda itu sesuai dengan perangkatnya

b). Menyebutkan satu atau lebih benda-benda dari kumpulannya yang memungkinkan kita untuk menentukan apakah benda tersebut menjadi anggota atau tidak dari perangkat itu. Apakah ada hubungan antara benda itu dengan benda lainnya.

3). Hampir semua benda dapat dikatakan seperangkat. Misalnya : sepasang sepatu, seperangkat tas, sejumlah anak perempuan, dsb.

4). Istilah-istilah yang digunakan untuk seperangkat (a set): a). Set umum

b). Anggota c). Set kosong d). Subset

e). Set pelengkap f). Set irisan

5). Mencocokkan adalah pemahaman bahwa satu perangkat memiliki jumlah yang sama dengan perangkat lainnya.

6). Set melibatkan hubungan 1 – 1.

Misalnya : 1 anak, 1 roti; 2 kaki, 2 sepatu 7). Merupakan komponen dasar dari angka.

8). Mencocokkan biasanya berhubungan dengan perbandingan seperti : lebih dari, kurang dari atau sama dengan.

9). Di dalam proses Mencocokkan, anak memilih pengalaman- pengalaman yang memiliki ciri yang sama atau tidak.

10). Ada 5 karakteristik dari atribut mencocokkan : a). Karakteristik persepsi

b). Jumlah objek yang akan dipasangkan c). Nyata

d). Secara fisik bergabung atau tidak bergabung.

e). Ada kelompok dari jumlah yang sama atau tidak sama. 11). Bagaimana menilai kemampuan anak dalam mencocokkan

a). Mengamati kegiatan yang dilakukan anak. Ct: bagaimana anak menggunakan waktu untuk membariskan mainan dan meletakkannya bersama dalam bentuk

(12)

pasangan. Apakah anak melaporkan bahwa dia memerlukan beberapa mainan lagi ?

b). Menginterview/ bertanya tentang kegiatannya. Ct: Mintalah anak bercerita tentang benda-benda yang berpasangan itu. Bertanya “Bagaimana kamu tahu bahwa piringnya tidak cukup untuk beruang-beruang itu?”, “Apa yang dapat kamu lakukan untuk meyakinkan beruang bahwa piringnya cukup?”

12). Kegiatan memasangkan

a). Beberapa property yang sama

(1) Memasangkan properti yang sama

(2) Memasangkan perangkat yang ekuivalen

Anak diberi bahan-bahan yang memiliki beberapa bentuk & warna. Anak diminta untuk mengambil warna merah & biru dalam jumlah yang sama

b). Beberapa properti yang berbeda

(1) Memasangkan benda-benda yang cocok

Anak diminta untuk mencocokkan antara gambar binatang dengan gambar makanannya

(2) Mencocokkan benda-benda yang melengkapi (3) Mencocokkan bagian ke keseluruhan

(13)

Puzzle ini dibuat dari gambar kalender yang dilaminating. Yang kecil menjadi contoh dan yang besar dipotong-potong

(4) Memasangkan benda yang tidak equivalen c). Memasangkan gambar yang sama

d). Memasangkan pola

Susunan pola yang di sebelah kiri merupakan contoh pola. Kantong di bawahnya adalah tempat penyimpanan lembar-lembar pola. Di sebelah kanan berupa kotak-kotak (4x4), yang bisa ditempelkan pola-pola yang cocok dengan pola-pola di sebelah kiri.

e). Memasangkan benda setengah

ct : Menggunakan 2 batang stik es krim dan digambar menyatu.

(14)

g). Mencocokkan benda dengan simbol.

Yang diperlukan adalah bentuk segiempat, segitiga, lingkaran (spt kotak kiri), warna biru, merah, kuning (kotak tengah), gambar orang kecil, besar (kotak paling kanan). Dari ke-3 simbol itu, anak harus menyimpulkan bentuk apa yang direfleksikan

h).Memasangkan arah

b. Perbandingan dan Seriasi /Urutan (Comparison and Seriation/ Ordering) 1). Perbandingan

a). Definisi perbandingan adalah aksi mental membedakan dan menyamakan satu obyek dengan obyek lain.

b). Untuk membandingkan berarti harus menemukan hubungan antara 2 benda atau 2 kelompok, bagaimana mereka sama atau berbeda.

c). Dari sudut pandang perbandingan, kata “besar” dan “kecil” adalah kata-kata yang mempunyai makna relatif.

d). Perbandingan adalah alat dasar berpikir dan mengerjakan matematika. Pemahaman tentang bilangan sangat berkaitan dengan kemampuan anak dalam mengelompokkan dan meletakkan sesuatu secara berurutan.

e). Ketika anak membandingkan 2 benda, mereka membandingkan ciri-ciri yang berbeda dari benda itu. Misalnya : besar vs kecil, tebal vs tipis, dsb. Karena itu, membandingkan 2 benda sesungguhnya membuat pengukuran informal.

f). Membandingkan 2 kelompok benda melibatkan pengertian lebih banyak atau lebih sedikit. Misalnya : lebih banyak teddy bear merah daripada teddy bear biru. 2). Ordering

(15)

a). Ketika 2 benda atau 2 kelompok benda dibandingkan, proses itu disebut ordering/urutan atau seriasi.

b). Ada 4 tipe ordering/seriasi, yaitu :

(1) Urutan melalui ukuran, bunyi, posisi, dsb. (2) Bilangan ordinal seperti ke-1, ke-2, ke-3, dsb.

(3) Meletakkan sejumlah benda yang berbeda mulai dari yang paling sedikit sampai yang paling banyak (membuat tangga bilangan).

(4) Pasangan 1 – 1 antara 2 set benda-benda yang berhubungan (dobel seriasi). 3) Bagaimana mengajarkan anak usia dini tentang perbandingan dan seriasi ?

a). Mulailah dengan membandingkan 2 benda yang berbeda. Diskusikan tentang perbedaan ciri.

b). Untuk anak yang lebih tua, dorong mereka untuk membandingkan persamaannya juga.

c). Guru perlu memberikan kosa kata, baik label maupun konsep dari ciri-ciri yang dimiliki benda itu. Fasilitasi anak untuk menggunakan kata-kata konsep agar mencapai pemikiran yang lebih tinggi yang akan membawa mereka untuk mengklasifikasi dan berpikir secara divergen. Ini dapat dilakukan melalui percakapan bermain, dan aktivitas sehari-hari.

d). Keterampilan-keterampilan lain yang terlibat dalam membandingkan adalah: (1) Diskriminasi visual (mengamati hal yang khusus)

(2) Mencari secara sistematis (3) Proses menghilangkan

e). Anak juga bisa membandingkan 2 kelompok benda-benda yang dimulai dengan : (1) Lebih banyak atau lebih sedikit (membandingkan jumlah hanya dengan melihat

saja tanpa menghitung).

(2) Lebih banyak atau lebih sedikit (membandingkan menggunakan hubungan 1-1) (3) Berapa lagi agar jumlahnya sama ?

(4) Lebih banyak atau lebih sedikit (memutuskan berapa banyak lagi atau berapa kurangnya)

(5) Grafik 2 strip sederhana

f). Untuk ordering atau seriasi, mulailah dengan seriasi ukuran, kemudian tinggi, volume, berat, dsb.

KONSEP LABEL

Ukuran Besar x kecil

Panjang Panjang x pendek

Tinggi Tinggi x rendah

Jumlah Berat x ringan

Ketebalan Lebih banyak x lebih sedikit

Kecepatan Cepat x lambat

Temperatur Panas x dingin

(16)

g). Untuk melakukan seriasi ukuran dari yang terbesar ke paling kecil maka : (1) Siapkan 2 simpai.

(2) Tempatkan semua benda dalam 1 simpai dan bertanyalah kepada anak, ”Ambil benda yang paling besar!”

(3) Bimbing anak untuk meletakkan benda terbesar ke dalam simpai selanjutnya. (4) Bertanyalah kembali kepada anak, “Ambil benda yang terbesar selanjutnya dan

letakkan di simpai berikutnya!”

(5) Bimbing anak untuk meletakkan benda terbesar selanjutnya ke dalam simpai berikutnya.

(6) Ulangi pertanyaan itu sampai semua benda diletakkan di simpai selanjutnya dari yang paling besar sampai paling kecil.

h). Biarkanlah anak-anak mendapatkan konsep seriasi lebih dulu sebelum mengenalkan kata seperti besar, lebih besar, dan paling besar

i). Tipe-tipe seriasi yang lain adalah : (1) Dobel seriasi (2) Bilangan ordinal (3) Urutan bilangan (4) Grafik j). Kegiatan membandingkan (1) Urutan

(2) Serupa tapi tak sama

c. Klasifikasi (Classification)

1). Klasifikasi adalah kegiatan meletakkan benda-benda ke dalam sebuah kelompok/kelompok dengan cara memilah (sorting) benda-benda yang memiliki satu atau lebih ciri yang sama atau menyerupai.

(17)

2). Memilah adalah kegiatan yang dilakukan anak pada saat melakukan pengelompokkan.

3). Memilah melibatkan pemecahan set (perangkat) ke dalam set-set baru yang cocok dengan anak (penggabungan dan pengelompokkan)

4). Metode klasifikasi / pemilahan konvensional adalah dengan membagi set umum ke dalam 2 kelompok – pertama : semua anggota benda yang digolongkan ke dalam properties yang dipilih – kedua : semua anggota benda yang tidak tergolong property yang dipilih.

5). Ketrampilan memasangkan adalah awal dari pemilahan. Memilah bukan hanya hubungan 1 – 1 , tetapi melibatkan beberapa benda ke dalam 1 kelompok.

Misalnya ;

Pekerjaan : pemadam kebakaran

Benda terkait : helm, selang, mobil pemadam kebakaran, jas, tabung, dan lain-lain. 6). Memilah adalah ketrampilan dasar dari pola (patterning), grafik (graphing), bangun

(geometry) dan pengukuran (measurement).

7). Benda-benda bisa dipilah atau dikelompokkan bersama berdasarkan pada atribut – atribut berikut :

a). Warna b). Bentuk

c). Ukuran (besar/kecil, tebal/tipis, dsb) d). Bahan (kayu, plastic, kertas, dsb) e). Tekstur (halus/kasar, dsb)

f). Pola (bergaris, bulat-bulat, dsb) g). Fungsi (alat tulis, pertukangan, dsb)

h). Asosiasi (memasangkan tongkat/lilin, susu/gelas, dsb) i). Kelompok kelas (mamalia, buah-buahan, dsb)

j). Ciri umum ( memiliki handle, pegangan, dsb) 8). Contoh pemilahan sehari-hari :

a). Memanggil nama seseorang b). Mengambil mangkok dari lemari c). Mengambil uang logam dari dompet d). Memberikan seseorang obeng 9). Ketrampilan klasifikasi :

a). Mengamati persamaan dan perbedaan

b). Membuat order (urutan) dan hubungan pada benda-benda /peristiwa-peristiwa yang tidak berkaitan.

c). Berpikir analitis d). Berpikir kreatif

e). Mengekspresikan pikiran

10). Strategi pembelajaran dan kegiatan memilah : a). Ambil properti yang dapat diamati

b). Perlu memandu anak dalam mendeskripsikan properti ketika awal kegiatan memilah diperkenalkan.

Tanyalah pertanyaan-pertanyaan seperti berikut : (1) “Dapatkah kamu menceritakan tentang benda ini ?”

(18)

(2) “Apa kesamaan dari benda-benda ini?” (3) “Apa perbedaan dari 2 kelompok benda ini ?” (4) “Apakah ada cara lain untuk memilahnya?”

c). Atur anak dalam kelompok kecil sesuai kemampuan bahasa mereka. Misalnya : anak yang kemampuan berbahasanya tinggi dalam satu kelompok. Bagaimanapun ketika anak lebih nyaman dalam menyampaikan pikirannya mereka dapat belajar dari temannya dalam kelompok kecil itu.

d). Ijinkan anak untuk berinisiatif dalam memberikan kriteria pemilahan.

e). Mencari kemungkinan dari satu material daripada memilah bahan-bahan yang berbeda dengan satu cara. Keuntungannya adalah :

(1) Anak didorong untuk berpikir kreatif

(2) Kesempatan anak untuk mengalami banyak kemungkinan yang benar. 11). Sasaran kegiatan pengelompokkan :

a). Kesadaran terhadap mengorganisasi benda-benda dengan cara yang berbeda. b). Memungkinkan anak mengamati, mengidentifikasi dan mendeskripsikan.

c). Property dari benda-benda atau properti umum dari semua benda di dalam satu set.

d).Mampu memilih suatu properti dan menggunakannya secara konsisten untuk mengelompokkan semua benda dalam 1 set.

e).Mengembangkan fleksibilitas pemikiran dengan mendorong mengelompokkan kembali dari benda-benda yang sama, setiap saat sesuai dengan properti yang berbeda.

f). Anak dapat menjelaskan pengelompokkan mereka secara verbal. 12). Kegiatan bermain klasifikasi :

Keterampilan mencocokkan merupakan ketrampilan awal yang diperlukan agar anak dapat memilah sesuatu yang lebih dari hubungan 1-1 karena banyak yang diklasifikaiskan menjadi 1 kelompok. Ketika anak diperkenalkan dengan kancing beraneka bentuk, warna, dan corak, anak tahu bagaimana memilah benda yang beragam. Anak perlu belajar memilah dari benda yang sederhana kemudian ke kompleks. Anak yang bisa melakukan pemilahan dengan baik akan lebih mudah dalam berpikir. Dalam memilah dibutuhkan ketrampilan berfikir dan analisis serta fleksibilitas dalam berpikir.Ketika anak menghadapi masalah maka ia akan memiliki kelenturan/fleksibel sehingga lebih mudah menghadapi segala sesuatu.

a). Level Pemilahan (1) Usia 3-4 tahun

Level 1 : pemilahan sederhana ke dalam 2 kelompok atau lebih.  Warna

(19)

 Bentuk  Ukuran  Tipe/jenis

Level 2 : pemilahan berdasarkan pemberian label pada 2 kelompok atau lebih.  Besar/kecil

 Kasar/halus  Keras/lunak  Tinggi/rendah

Level 3 : pemilahan benda-benda yang tidak menjadi milik satu kelompok. (2) Usia 4-6 tahun

Level 1 : memilah benda-benda lebih dari 2 kelompok  Memilah melalui atribut fisik

 Memilah berdasarkan pengetahuan misalnya nama kelompok, bahan-bahan, asosiasi, fungsi, dsb.

Level 2 : memilah ke dalam 2 kelompok menggunakan kategori yang berbeda. Level 3 : memilah set yang tumpang tindih dan membuat matrik.

d. Geometri : Bentuk (Shape) dan Ruang (Space)

Geometri merupakan pembelajaran tentang bentuk-bentuk dan hubungan spasial. Ini memberikan kepada anak satu kesempatan yang terbaik untuk menghubungan matematika dengan dunia nyata.

1). Spasial sense

Spasial sense merupakan perasaan intuitif terhadap sekeliling anak dan benda-benda yang ada di dalamnya.

a). Pengetahuan fisik yang pertama anak tentang ruang (1) Menggapai mainan gantungan

(2) Memasukkan bola-bola ke dalam suatu wadah sampai tidak ada bola lagi yang dapat masuk ke dalamnya.

(3) Memandang ibunya dari sudut yang berbeda, dari depan, samping, dan sebagainya.

b). Spasial sense merupakan alat yang utama untuk pemikiran matematis. Untuk mengembangkan spasial sense, anak harus memiliki banyak pengalaman yang berfokus pada hubungan-hubungan geometri; arah, orientasi, sudut pandang benda dalam ruang, bentuk-bentuk dan ukuran relative suatu benda dan bagaimana perubahan dalam bentuk berhubungan dengan perubahan dalam ukuran.

c). Spasial sense berguna dalam : (1) Menulis angka dan huruf

(2) Membaca table tentang suatu informasi (3) Mengikuti instruksi

(4) Membuat diagram (5) Membaca peta

(20)

2). Pengalaman spasial

Untuk mengembangkan kemampuan spasial, anak perlu mengetahui 4 konsep topologi :

a). Proximitas : posisi, arah, jarak

b). Separasi : sebagian dan seluruhnya, batas c). Order : yang pertama sampai yang terakhir d). Enclosure : di dalam/di luar, figure/dasar, batas 3). Bentuk

Bentuk merupakan pembelajaran tentang figure yang sudah tetap, property dan hubungannya dengan yang lain. Suatu bentuk merupakan kelengkapan luar dari suatu obyek yang membedakan antara sesuatu yang di dalam obyek dan di luar yang bukan menjadi milik obyek itu.

Perubahan geometri terjadi dalam : a). Topologi (lembar geometri karet)

Berkaitan dengan mengendur dan menyusut. Misalnya : balon, roti yang mengembang. b). Proyeksi (geomteri bayangan)

Berkaitan dengan perubahan bentuk dan ukuran melalui perubahan dalam sudut pandang.

Misalnya : sudut pandang yang berbeda terhadap kotak cereal. c). Euclidean ( luncuran geometri, terbalik dan berputar)

Berkaitan dengan perubahan orientasi dan lokasi ketika sesuatu terbalik atau berputar.

Misalnya : dari 4 stick es krim, bisa dibentuk beberapa bentuk berbeda 4). Pengalaman geometri

a). Galilah obyek-obyek 3 dimensi melalui identifikasi, memasangkan, dan memilah. b). Menghubungkan obyek-obyek 3 dimensi ke dalam bentuk-bentuk 2 dimensi.

c). Menggali, mengidentifikasi, menciptakan dan menggambar bentuk-bentuk (memfokuskan pada bentuk-bentuk yang berbeda dari bentuk-bentuk yang sama/different forms of the same shapes)

d). Mengidentifikasi, menciptakan dan menarik garis/paths (1) Garis lurus

(2) Garis lengkung (3) Garis bersudut

(4) Garis lengkung terbuka (5) Garis bersudut terbuka (6) Garis lengkung tertutup (7) Garis bersudut tertutup

e). Menggabungkan bentuk (tessellation) dengan menggunakan tanggram f). Sub-pembagian bentuk (sebagian/seutuhnya, pecahan)

g). Mengubah bentuk h). Papan geometri i). Gerakan geometri

j). Simetri  Simetri lipat & simetri putar k). Bentuk 2 dimensi menuju ke 3 dimensi.

(21)

5). Permainan dan aktivitas a). Geometri tali

b). Tangram

c). Permainan bentuk dengan bilangan kesukaan.

Anak menyebutkan bilangan kesukaan, kemudian membentuk suatu bangunan khusus dengan jumlah bilangan tersebut.

Misalnya :

(1) A menyebutkan nomor kesukaannya 7, maka ia dapat mengambil benda (misalnya kubus tipis) dan membentuknya beraneka bentuk yang penting setiap bentuk jumlahnya 7.

(2) B menyebutkan nomor kesukaan 5, maka dapat membentuk aneka formasi dengan batang korek api. Setiap formasi jumlahnya 5.

(3) Demikian seterusnya dengan C, D, dst dengan benda-benda yang dipakai untuk membangun lebih beragam misalnya: stick es krim, tangram, binatang-binatang kecil, dsb

Setelah itu setiap peserta harus memilih 1 design yang paling disukai, dan ditata di kelas.

Dari desain-desain yang ada, anak telah belajar tentang pola dan grafik. Guru bisa bertanya misalnya :

 Design angka berapa yang paling banyak penggemarnya ?  Design angka berapa yang paling sedikit penggemarnya ?  Design angka berapa yang ada 5 ?

 Perhatikan design angka 4 dan 5 ! Design angka 5 lebih banyak berapa buah dibandingkan jumlah design angka 4 ?

(22)

 Guru menunjukkan suatu design yang berjumlah 7 terdiri dari 3 kubus kuning dan 4 kubus merah, dengan posisi ada yang mendatar dan tegak, guru bisa bertanya :

 Lihatlah desain ini!

Desain ini terdiri dari berapa warna ? Warna kuning berjumlah berapa ? Warna merah berjumlah berapa ?

Bisakah kamu menyebutkan bahwa 7 merupakan penjumlahan dari bilangan berapa ?

Berapa jumlah kubus yang posisinya tegak ?

Berapa jumlah kubus yang posisinya melintang/mendatar ? Dsb

Contoh kegiatan pengembangan konsep geometri :

Tarian geometri dengan tali elastic

Tangram Tusuk gigi

e. Pola (Patterning)

Matematika digambarkan sebagai pembelajaran tentang pola. Ini menyentuh semua topik-topik matematika. Belajar tentang pola akan mendukung anak dalam hal melihat hubungan, menemukan koneksi, membuat generalisasi dan meramalkan.

1). Media pola

Banyak media yang dapat digunakan untuk menciptakan dan menggali pola : a). Pola fisik – tubuh anak

Misalnya : (1) Pola aksi (2) Pola posisi

(23)

(3) Kata-kata lucu (4) Langkah menari (5) Lagu-lagu (6) Sajak (rhyme)

b), Pola-pola obyek – dibeli atau dari barang bekas

Barang-barang berpola dapat menggunakan barang tak terpakai (limbah) ataupun membeli. Barang limbah :  Etiket roti  Tusuk gigi  Kulit spageti  Kerang  Kunci bekas Barang-barang umum :

 Sendok, garpu, pisau plastik  Sepatu  Alat-alat musik  Pensil/krayon/spidol/penghapus c). Pola-pola bergambar  Kertas kado  Perangko  Pola-pola kalender d). Pola-pola simbolik

 Nomor/bilangan, misalnya kartu angka 1-100, dsb.  Abjat, mis : pola-pola nama TINA TINA TINA  Tanda-tanda, misalnya *0*0*0*

2). Pola di lingkungan

Banyak dijumpai di sekitar anak dalam kehidupan sehari-hari.

Misalnya : lampu merah – kuning – hijau, bunga-bunga, pola bergaris, dsb. 3). Pola di alam

Musim (kemarau dan penghujan), siang dan malam, daur hidup binatang dan manusia, sayuran dan buah-buahan merupakan pola yang ada di alam yang perlu dikenali anak.

4). Tipe-tipe pola

Pola ada bermacam-macam, yaitu : a). Pola berulang

Mulai dengan pola AB, kemudian dilanjutkan ke pola AAB atau ABB, ABC, dsb. b). Pola bertumbuh

Misalnya AB, ABB, ABBB, ABBBB, dsb. c). Pola berhubungan

Misalnya : Satu anak 2 mata, dua anak 4 mata, tiga anak 6 mata, dsb. 1) Pola simetris

2) Pola sekeliling

5). Bagaimana mengajar anak usia dini tentang pola ?

Berikut ini beberapa langkah untuk membantu anak usia dini memahami pola :

Barang yang dibeli :

 Balok berpola

 Plastik teddy bear

 Ubin warna

 Kubus satu ukuran

 Multi-links

(24)

a. Mengenali dan mengalami pola. Mulailah dengan pola sederhana AB. Misalnya : buku, kuku, duku, suku.

b. Mengenali dan mengalami pola menggunakan media lain.

c. Mengajak anak melukiskan dan berbicara tentang pola. Terangkan mengenai observasi yang baik.

d. Memperluas dan menghasilkan kembali pola. e. Misalnya : menggunakan kartu berpola.

f. Menciptakan pola dengan variasi yang berbeda dari berbagai media. g. Misalnya : pola gambar atau obyek atau fisik.

h. Menterjemahkan pola dari satu media ke media lain.

i. Misalnya : fruit kebab (dari stereoform) ke gambar fruit kebab j. Mengisi pola yang hilang dari suatu rangkaian.

k. Anak harus mulai dengan pola dari tubuh mereka yang lebih konkrit dan kemudian berpindah ke pola obyek yang diikuti oleh pola gambar dan simbolik.

l. Fokus pada anak usia 4-5 tahun – mengulang peristiwa dan desain.

m. Anak usia 4-6 tahun dapat mengalami pola perluasan berikut sesuai dengan usia mereka.

 Menghitung (4-6 tahun)

 Bilangan genap dan bilangan ganjil ( 6 tahun)  Pengelompokkan / perkalian (5 & 6 tahun)  Pola bertumbuh (5 & 6 tahun)

 Pola dalam simetri (5 & 6 tahun)  Pola sekeliling (6 tahun)

 Pola di alam (6 tahun) 6). Pertanyaan untuk anak.

Beberapa contoh pertanyaan yang dapat digunakan adalah : a). Apa yang kamu lihat ?

b). Apa selanjutnya ?

c). Apakah ada yang melihat / tahu cara lain ?

d). Berapa cara yang dapat kamu gunakan untuk menciptakan pola AB menggunakan tusuk roti hijau dan biru ?

e). Ceritakan tentang pola yang kamu buat! f). Seperti apa pola itu ?

g). Bagaimana pola-pola ini berbeda ?

f. Urutan baku (Number Sense)

Number sense mencakup suatu pemahaman yang kaya tentang hubungan bilangan. Meskipun menghitung adalah alat yang lebih dulu digunakan untuk memahami bilangan, namun tidak boleh hanya menekankan itu saja.

Anak perlu diberikan kesempatan untuk memahami bilangan dalam 7 hubungan :  Lebih atau kurang (more or less)

 Menghitung/kardinalitas (counting/cardinality)  Lebih, lebih 2, kurang 1, kurang 2

 Spasial

(25)

 Bilangan relatif (relative sense)  Part-part whole/ number bond 1). Sifat bilangan

Di dalam proses menghitung, anak sering melakukan beberapa kesalahan seperti : a). Lompat urutan (skip sequence)  1,2,3,5,7,10

b). Lompat hitungan (skip counting)  o o o o o 1 2 3 4 c). Menghitung dobel (double counting)  0 0 0 0 0

1 2 3 4 5 6 7

Menurut Piaget, bilangan merupakan sintesis 2 jenis hubungan yang diciptakan anak antara benda-benda (melalui abstraksi reflektif).

a). Order : kemampuan mengurutkan benda secara mental sehingga setiap benda dihitung tanpa pengaturan spasial.

b). Inklusi hirarki (hierarchical inclusion) : kemampuan memasukkan semua benda secara mental ke dalam suatu hubungan seperti saat benda dihitung maka benda itu tergolong benda yang telah dihitung. Misalnya : satu di dalam dua, dua di dalam tiga, tiga di dalam empat, dsb.

Untuk menghitung dengan benar, anak perlu memperhatikan 3 aturan berikut: a). Stable order rule : menghitung kata-kata untuk diingat dalam order tertentu. b). One – to – one rule : anak dapat menghitung satu kata untuk satu benda c). Abtsraction rule : kumpulan benda apa saja dapat dihitung

Perkembangan dari konsep bilangan dimulai ketika anak mengamati : a. Aturan kardinalitas (cardinality rule)

b. Bilangan yang dihitung terakhir menunjukkan jumlah bilangan. c. Aturan urutan tidak berhubungan (order irrelevance rule)

d. Kemampuan menghitung sejumlah benda dalam urutan apapun dan mendapatkan hasil yang sama.

2). Proses membangun number sense

Menurut Piaget ada 2 cara mengajarkan berhitung pada anak. a). Count in sequence :

1 2 3 4 5 6 b). Count in sets of number

Cara ke 2 lebih mudah dipahami anak, karena dua adalah 1 lebih 1. Tiga adalah 2 lebih 1. Empat artinya 3 lebih 1. Lima artinya 4 lebih 1, dan seterusnya.

Jadi pada awalnya ajarkan anak menghitung secara berurutan, misalnya diri kiri ke kanan, atau dari atas ke bawah. Setelah itu baru diajarkan dengan cara acak, yang memiliki kesulitan lebih tinggi. Anak perlu menguasai arah (direction) dengan baik.

(26)

Mana yang lebih banyak ? Anak akan cenderung menyebutkan bahwa benda yang diletakkan berjauhan lebih banyak, sedangkan benda yang diletakkan berdekatan akan dikatakan lebih sedikit.

Dalam membangun bilangan baku, maka melewati proses : a). Lebih atau kurang (more or less)

b). Menghitung / cardinalitas (1) Menghafal hitungan (2) Hubungan 1 – 1

(3) Menghitung secara berurutan (4) Menghitung dalam sejumlah benda (5) Urutan bilangan

(6) Perkiraan (estimasi) c). Pengaturan spasial

d). Lebih 1, lebih 2, kurang 1, kurang 2 e). Benchmark 5 dan 10

f). Ukuran relative

g). Part-part whole (number bonds)

3). Implikasi mengajar number sense secara bermakna

Dalam mengerjakan tugas-tugas, anak akan belajar tentang :

a). Macam-macam pengalaman sensorial seperti meraba, melihat, mendengarkan, bergerak, dll.

b). Anak belajar mengulang-ulang berbagai pengalaman

c). Pembelajaran mulai paling sederhana sampai ke yang lebih rumit.

d). Pembelajaran dimulai dari yang konkret sampai ke abstrak yang melalui tahap-tahap :

(1) Konsep (concept)

(2) Menghubungkan (connecting) (3) Simbolik (symbolic)

(27)

4). Bagaimana mengajar penulisan bilangan ?

a). Pra-syarat : anak perlu mengenali symbol lebih dulu.

b). Proses : pengenalan symbol – penulisan symbol – operasi symbol c). Mengajarkan pola dan bentuk dari bilangan-bilangan

d). Jangan mengajarkan konsep matematika (misalnya : menghitung, hubungan 1-1) sementara mengajarkan menulis karena belajar menulis bukan termasuk ketrampilan matematika.

e). Anak dapat berlatih menulis dengan : (1) Menulis di udara

(2) Menulis di telapak tangan (3) Menulis di punggung teman (4) Menulis di kertas/papan

(5) Menyambung titik titik (dot to dot) (6) Number templates

5). Media bermain :

a). Bilangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 ditulis dengan 2 warna, misalnya ungu dan hijau. Setiap anak ketika menuliskan angka tersebut di udara sambil mengatakan ungu, hijau (berdasarkan tarikan gerakan menulis)

Anak sering menuliskan bilangan terbalik-balik. Ini disebabkan anak masih

kebingungan tentang arah. Karena itu perlu bantuan pengenalan bilangan menggunakan dua macam warna.

b). Dengan menggunakan Work Math, bisa diletakkan angka 5. Anak diminta meletakkan benda-benda kecil yang berjumlah dan berwarna tertentu berdasarkan pengelompokkan warna.

c). Estimasi

Anak perlu berpikir tentang jumlah. Tidak semua anak yang bisa menghitung bisa mengetahui sejumlah benda, bisa mengucapkannya, tetapi mereka tidak mengetahui makna dari kata-kata tersebut sebagai suatu jumlah.

Karena itu perlu diajarkan menghitung dengan cara berikut :

Tanyakan pada anak : Lihat 4. Mana adiknya ?

(28)

Lihat 3.

Mana adiknya ? Mana kakaknya ?

Anak akan belajar suatu jumlah yang lebih tinggi dan lebih rendah. d) Estimasi jumlah

e) Konsep : more or less Level 1.

Ada dadu yang bertuliskan more dan less.

Sejumlah kubus plastik tipis dibagikan kepada 2 anak.

Mereka secara bergantian meletakkannya di kotak barisan 2 lajur. Untuk pertama kali masing-masing meletakkan jumlah kubus terserah.

Ketika dadu dilemparkan, jika yang muncul tulisan ”less”, maka kubus yang lebih sedikit mendapatkan semua kubus dari pasangan mainnya.

Level 2 :

Dadu bertuliskan ”1 more”, ”2 more”, ”1 less”

Anak melemparkan dadu, jika mendapatkan “2 more”, maka ia berhak menambah dengan 2 dadu lagi. Jika mendapatkan “1 less”, maka dadunya harus diambil 1.

g. Penjumlahan dan Pengurangan

Secara alami anak senang untuk menambah dan menjumlahkan paling banyak ketika anak berusia 6 tahun. Pendekatan perkembangan untuk penjumlahan dan pengurangan akan memberikan kesempatan kepada anak untuk menjumlah dan mengurangi bilangan-bilangan sesuai logika mereka melalui pemecahan masalah dan games. Ketika anak mengingat hasil dari perhitungan mereka, akhirnya mereka dapat memahami, membaca dan menulis persamaan .

1). Jenis-jenis penjumlahan dan pengurangan

a) Menggabungkan unsur-unsur dijumlahkan jadi satu (1) Titin mempunyai 5 roti.. Adi mempunyai 1 roti.

(29)

(2) Nona mempunyai 4 boneka. Berapa jumlah boneka yang diperlukan supaya boneka Nona menjadi 6 ? 4 + …… = 6

(3) Dimas mempunyai beberapa kelereng. Bima memberinya 4.

Sekarang kelereng Dimas jadi 7. Berapa jumlah kelereng Dimas mula-mula ? ….. + 4 = 7

b) Memisahkan – unsur-unsur dihilangkan

(1) Dinda mempunyai 5 permen. Dia memberikan ke Nia 2. Tinggal berapa permen Dinda ? 5 – 2 = ………

(2) Bagas mempunyai 6 mobil-mobilan. Diberikan kepada adiknya 2. Tinggal berapa mobil-mobilan Bagas ? 6 – 2 = …..

(3) Dewa mempunyai sejumlah kue. Diberikan Iwan 4, sekarang kue Dewa tinggal 1. Berapa jumlah kue Dewa mula-mula ? ….. – 4 = 1

c) Part-part whole – hubungan antara set dan subset

(1) Ninit mempunyai 4 apel merah dan 2 apel hijau. Berapa jumlah apel Ninit semuanya ?

(2) Devi mempunyai 8 pita. 5 pita berwarna biru dan sisanya kuning. Berapa jumlah pita kuning Devi? 5 + ….. = 8

d) Membandingkan – membandingkan antara 2 set yang terpisah (1) Evi mempunyai 2 es krim. Arya mempunyai 5 es krim.

Berapakah es krim lagi agar jumlahnya sama dengan es krim Arya ? 5 – 2 = ……

(2) Tom mempunyai 4 buku cerita. Tim mempunyai 2 buku cerita lebih banyak daripada Tom. Berapa jumlah buku cerita Tim ?

(30)

Referensi

Dokumen terkait

Seperti yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 bahwa sengketa pajak adalah sengketa yang timbul dalam bidang perpajakan antara wajib pajak atau penanggung

Puji syukur kepada Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang telah membimbing, menyertai, dan memberikan hikmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul:

Berdasarkan hasil analisis, total keuntungan optimum dari pemanfaatan stok udang di Laut Arafura adalah sekitar US$ 168,4 juta per tahun yang dihasilkan dengan upaya

Penelitian dilakukan dengan wawancara mendalam dan pengisian kuesioner untuk menilai kompetensi dan wewenang bidan oleh Bidan Praktik Mandiri (BPM), atasan dan rekan kerja

Mangga dapat tumbuh dengan baik didataran rendah ataupun dataran tinggi,. daerah panasatau dingin, daerah yang sedikit hujan atau

Walaupun katagori respon petani terhadap Varietas Inpari 30 termasuk pada katagori tinggi, namun apabila dilihat per komponen padi , tidak semua petani menyatakan komponen

Maksud pekerjaan ini adalah penyusunan dokumen Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) bidang Cipta Karya di Kota Padangsidimpuan dengan mengacu

Pemanfaatan tumbuhan pada zona konservasi yang telah dikelola oleh masyarakat dalam perlindungan perhutani merupakan kerja petani yang terdapat di Desa Gubugklakah