Tugas 1
ANGEN PENYAKIT
(Fasciolopsis buski)
OLEHST. YULIAH ASRUM
J1A2 12 010
KELAS B
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HALUOLEO
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fasciolopsis buski, cacing yang menyebabkan penyakit pada usus manusia, termasuk
golongan fasciola, kelas trematoda terbesar yang menyebabkan parasit pada manusia. Siklus hidup cacing ini melalui air dan berkembang biak terutama di daerah beriklim tropis. Cacing ini mengambil zat-zat makanan di dalam usus host. Sekresi dan telurnya menjadi infektif bila berada di dalam air.
Nama genus parasit ini Fasciolopsis dan merupakan anggota dari kelas trematoda. Ada dua anggota dari genus Fasciolopsis, tetapi hanya satu patogen.
Pada tahap pertama kehidupan, siput berfungsi sebagai host untuk parasit. Pada tahap kedua, manusia atau babi berperan sebagai tuan rumah ketika mereka mengkonsumsi tanaman air yang metaserkaria tersebut encysted.
Telur Unembryonated diletakkan di usus manusia atau babi. Telur yang lulus dalam tinja dan berembrio dalam air. Telur menetas menjadi miracidiae. The miracidae menginfeksi siput, di mana mereka berkembang menjadi serkaria. Serkaria keluar siput dan menjadi bebas berenang, ketika mereka menginfeksi encyst sebagai metaserkaria pada tanaman air. Host mamalia terinfeksi ketika menelan terkena tanaman air.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah : 1. Apa nama parasit?
2. Apa nama penyakit yang diakibatkan oleh F.buski ? 3. Apa hopesnya-nya ?
4. Apa morfologi-nya? 5. Bagaimana life cyclenya? 6. Bagaiman epidemiologinya ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui nama parasit?
2. Untuk mengetahui nama penyakit yang diakibatkan oleh F.buski? 3. Untuk mengetahui apa hopesnya?
4. Untuk mengetahui apa morfologinya? 5. Untuk mengetahui bagaimana life cyclenya? 6. Untuk mengetahui bagaimana epidemiologinya?
7. Untuk mengetahui bagaimana pencegahan dan pemberantasannya?
1.4 Manfaat
1. Agar kita dapat mengetahui nama parasit
2. Agar kita dapat mengetahui nama penyakit yang diakibatkan oleh F.buski 3. Agar kita dapat mengetahui apa hopesnya.
4. Agar kita dapat mengetahui apa morfologinya
5. . Agar kita dapat mengetahui bagaimana life cyclenya 6. Agar kita dapat mengetahui bagaimana epidemiologinya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 pengenalan parasit Trematoda usus (fasciolopsis buski)
Parasit : Fasciolopsis buski
Cacing ini pertama ditemukan di Kalkuta India pada seorang tukang kayu suku cina pada tahun 1875. Infeksi lain ditemukan di Hong-Kong dan Jepang. Dewasa ini diketahui bahwa “chinese liver fluke” tersebar secara luas di Jepang, Korea, Cina, Taiwan dan Vietnam. Diperkirakan sekitar 19 juta orang terinfeksi cacing di Asia Timur tahun 1947, yang mungkin akan menjadi lebih banyak lagi dewasa ini. Cacing berukuran panjang 8-25 mm dan lebar 1,5-5 mm dan cacing ini di namakan Fasciolopsis buski.
Berikut ini adalah gambaran dari klasifikasi dari Fasciolopsis buski ini sendiri :
Scientific classification Kingdom: Animalia Phylum: Platyhelminthes Class: Trematoda Subclass: Digenea Order: Echinostomida Suborder: Echinostomata Family: Fasciolidae Genus: Fasciolopsis Looss, 1899 Species: F. buski Binomial name Fasciolopsis buski
Cacing trematoda Fasciolopisis buski adalah suatu trematoda yang didapatkan pada manusia atau hewan. Trematoda tersebut memiliki ukuran terbesar diantara trematoda lain yang ditemukan pada manusia. Cacing ini pertama kali ditemukan oleh Busk (1843) pada autopsi seorang pelaut yang meninggal di London.
Di London, George Busk pertama kali dijelaskan Fasciolopsis buski pada 1843 setelah menemukan di usus duabelas jari seorang pelaut. Setelah bertahun-tahun studi yang cermat dan eksperimen sendiri, pada tahun 1925, Claude Heman Barlow ditentukan siklus hidupnya pada manusia.
Fasciolopsis Buski berdasarkan literature hanya ada hidup di kawasan Asia Setalan yakni perairan rawa sebarannya wilayah Banglades, Kamboja, China Tengah dan China Selatan, Vietnam, Malaysia, Thailand, Pakistan, dan Vietnam disamping Indonesia. Cacing ini bukan saja bisa menyerang manusia, juga bisa menyerang babi, anjing, dan kelinci. Cacing buski dewasa bisa sepanjang 75 mm, atau 3 inci dan lebar 20 mm atau 1 inci.
Berdasarkan literartur tersebut, cacing buski tidak hidup di hati, melainkan biasanya hidup diarea teratas usus kecil, dalam jumlah sangat banyak, dan dapat pula hidup di area bawah usus dan di dalam perut, tetapi tak pernah ditemukan di bagian tubuh lain. Dalam tubuh individu yang terserang cacing buski setiap cacing buski dewasa dapat memproduksi sedikitnya 25 ribu telur per hari, dan terus berkembang biak.
2.2 nama penyakit dari Trematoda usus (fasciolopsis buski)
Penyakit : Fasciolopsiasis
Fasciolosiasis merupakan penyakit parasiter yang disebabkan oleh cacing pipih (trematoda) dan umumnya menyerang manusia dan ternak seperti sapi, kerbau dan domba.
Penyakit yang disebabkan oleh Fasciolopsis buski dimana manusia mendapatkan infeksi dengan konsumsi baku tanaman air tawar terkontaminasi dengan stadium metaserkaria parasit. Ada yang melaporkan kasus yang tidak biasa, di mana seorang anak 11 tahun memuntahkan 4 cacing dewasa yang masih hidup. Pasien memiliki keluhan gejala gastrointestinal sesekali. Cacing diidentifikasi sebagai F. buski berdasarkan morfologi kotoran dan pemeriksaan
histopatologinya . Pemeriksaan sampel tinja juga mengungkapkan adanya telur F. buski. Pasien berhasil diobati dengan nitazoxanide. Menemukan cacing dewasa hidup dalam muntahan
seorang anak di daerah non-endemik yang sangat langka dan meningkatkan kemungkinan kasus teridentifikasi di wilayah itu.
Patologi dan Gejala Klinis pada Cacing dewasa Fasciolopsis buski , melekat dengan perantaraaan batil isap perutnya pada mukosa dinding halus seperti duodenum dan yeyunum. Cacing ini memakan isi usus, maupun permukaan mukosa usus. Pada tempat pelekatan cacing tersebut, terdapat peradangan, tukak (ulkus), maupun abses. Apabila terjadi erosi kapiler pada tempat tersebut, maka tinbul pendarahan. Cacing dalam jumlah besar dapat menyebabkan sumbatan yang menimbulkan gejala ileus akut. Pada infeksi berat, gejala intoksikasi dan sensitisasi oleh karena metabolit cacing lebih menonjol, seperti edema pada muka, dinding perut dan tungkai bawah. Kematiaan dapat terjadi karena keadaan merana (exhaustion) atauintoksikasi.
Gejala klinis yang dini pada akhir inkubasi, adalah diare dan nyeri ulu hati (epigastrium). Diare yang mulanya diselingi konstipasi, kemudian menjadi persisten. Warna tinja menjadi hijau kuning, berbau busuk dan berisi makanan yang tidak dicerna. Pada beberapa pasien, napsu makan cukup baik atau berlebihan, walaupun ada yang mengalami mual, muntah, atau tidak mempunyai selera; semua ini tergantung berat ringannya penyakit.
Sering gejala klinis seperti diatas bila didapatkan disuatu daerah endemi, cukup untuk menunjukan adanya penderita fasiolopsiasis; namun diagnosis pasti adalah dengan menemukan telur dalam tinja.
Morfologi telur Fascialopsis buski hendaknya dapat dibedakan dari telur cacing Fasciola hepatica, Gastrodiscoides hominis atau Echinochasmus perfiolatus.
Penyakit fasiolopsiasis yang berat mungkin menyebabkan kematian, akan tetapi bila dilakukan pengobatan sedini mungkin, masih dapat memberi harapan untuk sembuh. Masalah yang penting adalah reinfeksi, yang sering terjadi pada penderita.
Contoh kasus penyakit :
Warga Kalimantan Selatan tepatnya di Kabupaten Hulu Sungai Utara di desa Kalumpang Dalam, terserang penyakit cacing buski, dan jumlah tersebut relatif menurun dibanding tahun 1999. Penyakit cacing buski memiliki kemiripan seperti penyakit cacing perut lainnya, tetapi lebih ganas .Selain penderita akan mengalami kurang gizi akibat parasit cacing buski, perut penderita juga membesar dan rambut kepala rontok akhirnya penderita plontos. Belum diketahui penyebab penyakit tersebut endemis di beberapa desa kawasan berawa-rawa HSU, padahal serangan penyakit itu hampir jarang ditemukan di dunia, dan di Indonesia juga .
Para penderita penyakit tersebut umumnya adalah anak-anak, dan belum pernah ditemukan kasus serangan terhadap orang dewasa. Karena anak-anak biasanya suka bermain di
air rawa-rawa kawasan desa tersebut kemudian memakan apa saja yang ada di rawa seperti buah teratai, umbi-umbian, dan buah tanaman rawa lainnya tanpa di masak lebih dahulu. Seperti yang terjadi di Desa-desa endemis Kecamatan Sungai Pandan, Kecamatan Babirik, dan Kecamatan Danau Panggang Kabupaten HSU yang ketiga wilayah itu merupakan kawasan yang sebagian besar adalah rawa monotan.
Kasus serangan cacing buski juga pernah diderita seorang anak kecil Kecamatan Babirik desa Kalumpang Dalam, anak itu menderita perut membesar tetapi kurus kering, kemudian dimulut keluar binatang aneh seperti lintah darat, bewarna merah dan jumlahnya ribuan ekor, selain dimulut juga keluar binatang itu saat buang air besar, sehingga warga setempat tadinya mengira anak tersebut terkena guna-guna.
Penyakit itu dianggap aneh, karena biasanya kalau diserang penyakit cacing paling dikenal hanya cacing gelang atau cacing kremi belum pernah ada cacing seperti itu, yakni pendek hanya sekitar ibu jari.
2.3 hopes dari Trematoda usus (fasciolopsis buski)
Hospes definitif : Manusia, babi, anjing, kucing
Hospes perantara pertama : Keong air tawar (Segmentina, Hippeutis)
Hospes perantara kedua : Tumbuh-tumbuhan air (Morning glory, Elichoris Eichornia grassipes,
Fasciolopsis buski adalah salah satu jenis parasit. Dia menggunakan siput sebagai hospes perantara untuk menjalani pengembangan (ini fatal bagi siput). Parasit ini mencapai usia dewasa dan menghasilkan telur dalam mamalia host, biasanya bukan saja pada manusia dan babi, tetapi juga equines, bovines, caprines, dan ovines. Fasciolopsis buski dapat membuat host yang sangat sakit, dan sangat bermasalah di negara berkembang.
Di dalam keong, mirasidium berubah bentuk menjadi sporokista, redia, dan terakhir serkaria. Serkaria akan mengadakan enkistasi pada tumbuhan air, tahan dengan kondisi temperatur air yang dingin (10-2 0ºC) namun tidak tahan terhadap kekeringan
F. buski hidup dan berkembang biak di dalam usus manusia atau hewan (kerbau, sapi,
kambing, kucing, anjing, dan babi hutan), berbentuk pipih seperti lintah (pacat) dan berwarna putih.
Untuk host mamalia (manusia dan babi) menjadi terinfeksi ketika mereka menelan tanaman yang mengandung metaserkaria dari parasit F. buski ini. Karena setelah dicerna, yang excyst metaserkaria dalam duodenum dan melekat pada dinding usus. Setelah 3 bulan, parasit berkembang menjadi dewasa dan mulai menproduksi telur.
Banyak juga spesies ikan yang menjadi hospes intermedier ke 2 dari F. buskis ini terutama yang termasuk dalam famili Cyprinidae. Metacercaria juga dapat menginfeksi jenis krustacea (udang) seperti: Carindina, Macrobrachium dan Palaemonetes. Hospes definitif (orang) akan terinfeksi oleh cacing ini bila makan ikan/udang secara mentah-mentah/dimasak kurang matang.
Selain manusia dan babi yang menjadi hospes definitive cacing tersebut, hewan lain seperti kucing, anjing dan kelinsi juga dapat dihinggapi.
Spesies yang di gunakan F. buski sebagai Host:
a. Siput, Gastropoda
b. Babi, Sus
c. Manusia, Homo sapiens
d. Equines, Equus e. Bovines, Bovinae
f. Caprines dan ovines,Caprinae
g. Segmentina hemisphaerula
h. Segmentina trochoideus
i. Hippeutis umbilicalis
2.4 Morfologi dari Trematoda usus (fasciolopsis buski)
• Cacing dewasa :
- Bentuk ovoid berwarna kemerahan - Ukuran (20 – 75) x ( 8 – 20) x (1 – 3) mm
- Mempunyai dua batil isap
- Batil isap mulut < batil isap perut - Testes bercabang-cabang, atas bawah
- Ovarium bercabang-cabang di atas testis
- Kelenjar vitalaria di bagian lateral
- Sekum tidak bercabang - Uterus berkelok kelok - Anus tidak ada
• Telur : - Bentuk lonjong
- Mempunyai operkulum - Dinding transparant
- Ukuran (130 – 140) x (80 – 85) µm - Isi sel telur (unembryonated)
Cacing dewasa yang ditemukan pada manusia mempunyai ukuran panjang 2-7,5 cm dan lebar 0,8-2,0 cm. Bentuknya agak lonjong dan tebal. Biasanya kutikulum ditutupi duri-duri kecil yang letaknya melintang. Duri-duri tersebut sering rusak karena cairan usus. Batil isap kepala berukuran kira-kira seperempat ukuran batil isap perut. Saluran pencernaan terdiri dari perifaring yang pendek,faring yang menggelembung, esofagus yang pendek, serta sepasang sekum yang tidak bercabang dengan dua identasi yang khas. Dua buah testis yang
bercabang-cabang letaknya agak tandem di bagian poterior cacing. Vitelaria letaknya lebih lateral dari sekum, meliputi badan cacing setinggi batil isap perut sampai keujung badan. Ovarium bentuknya agak bulat. Uterus berpangkal pada ootip, berkelok-kelok ke arah anterior badan cacing, untuk bermuara pada atrium genital, pada sisi anterior batil isap perut. Telur berbentuk agak lonjong, berdinding tipis transparan, dengan sebuah operkulum yang nyaris terlihat pada sebuah kutubnya, berukuran panjang 130-140 mikron dan lebar 80-85 mikron. Setiap ekor cacing dapat mengeluarkan 15000-48000 butir telur sehari. Telur-telur tersebut dalam air bersuhu 27°-32°C, menetas setelah 3 sampai 7 minggu. Mirasidium yang bersilia keluar dari telur yang menetas, berenang bebas dalam air untuk masuk ke dalam tubh hospes perantara I yang sesuai. Biasanya hospes perantara I tersebut adalah keong air tawar, seperti genus segmentia,Hippeutis, dan Gyraulus. Dalam keong, mirasidium tumbuh menjadi sporokista yang kemudian berpindah ke daerah jantung dan hati keong. Bila sporokista matang, menjadi koyak dan melepaskan banyak redia induk. Dalam redia induk dibentuk banyak redia anak, yang pada gilirannya membentuk serkaria.
Serkaria, seperti mirasidium, dapat berenag bebas dalam air, berbentuk seperti kecebong, ekornya lurus dan meruncing pada ujungnya, berukuran kira-kira 500 mikron dengan badan agak bulat berukuran 195 mikron X 145 mikron. Badan serkaria ini mirip cacing dewasa yaitu mempunyai batil isap kepala dan batil isap perut. Mirasidium atau serkaria yang dalam batas waktu tertentu belum menemukan hospes, akan punah sendiri. Serkaria dapa berenang dengan ekornya, atau merayap dengan menggunakan batil isap. Serkaria tidak memiliki kecenderungan untuk memilih tumbuh-tumbuhan tertentu untuk tumbuh menjadi metaserkaria yang berbentuk kista. Tumbuh-tumbuhan yang banyak dihinggapi metaserkaria adalah Trapa, Eliocharis, Eichornia dan Zizania. Tumbuh-tumbuhan seperti Nymphoea lotus dan Ipomeea juga dihinggapi metaserkaria. Bila seorang memakan tumbuhan air yang mengandung metaserkaria tanpa dimasak sampai matang, maka dalam waktu 25-30 hari metaserkaria tumbuh menjadi cacing dewasa dan dalam waktu 3 bulan ditemukan telurnya dalam tinja.
2.5 life cycle dari Trematoda usus (fasciolopsis buski)
Life cycle : HP I : keong air Segmentina, Hipeutis,Gyraulus, HP II: Tumbuhan air Trapa, Eliocharis, Eichornia dan Telur keluar dg tinja matang di air mirasidium keong air (HP I) serkaria HP II metaserkaria dimakan HD.
Keteranga :
. Telur belum matang dibuang ke dalam usus dan tinja Telur berembrio berada dalam air ,
Telur berubah menjadi Miracidia,
Yang menyerang siput hospes perantara yang cocok. Dalam siput parasit mengalami beberapa tahapan perkembangan (sporocysts , Rediae , Dan serkaria )
Serkaria tersebut dilepaskan dari siput dan encyst sebagai metaserkaria pada tanaman air.
Host mamalia terinfeksi oleh menelan metaserkaria pada tanaman air. Setelah konsumsi, yang excyst metaserkaria dalam duodenum
dan melekat pada dinding usus. Di sana mereka berkembang menjadi cacing dewasa (20 sampai 75 mm dengan 8 sampai 20 mm) pada sekitar 3 bulan, melekat pada dinding usus
dari host mamalia (manusia dan babi). Orang dewasa memiliki masa hidup sekitar satu tahun.
Tahap awal kehidupan cacing buski dimulai dalam bentuk telur tidak berembrio yang keluar dari usus melalui tinja dan berada di air. Embrionisasi akan terjadi selama 3- 7 minggu tergantung suhu air yang ideal antara 18- 35ºC (Faust et al., 1970; Miyazaki, 1991; Garcia et al., 1996). Setelah fase ini dilalui, telur akan menetas d an berubah menjadi mirasidium yang mencari keong/siput air untuk melalui suatu fase perubahan bentuk menjadi sporokista, redia dan serkaria. Selanjutnya serkaria akan mencari tanaman air untuk mengadakan enkistasi pada batang/umbi/daun yang bersentuhan den gan air. Di dalam tanaman air ini serkaria akan berubah menjadi metaserkaria.
Pada manusia berada di dalam usus halus ( duodenum atau jejenum ) metaserkaria mengadakan enkistasi dan selanjutnya akan berkembang menjadi cacing dewasa setelah 3 bulan dengan masa hidup tidak melebihi dari 6 bulan (Garcia et al., 1996). Siklus hidup parasit cacing dari golongan trematoda usus cukup kompleks karena memerlukan berbagai tahap kehidupan, memerluka n hospes perantara yang spesifik yaitu keong/siput air tawar untuk perkembangannya dan adanya media baik berbentuk tanaman air/ikan/keong sebagai tempat enkistasi.
Pada cacing buski, tanaman air merupakan tempat enkistasi yang potensial untuk menimbulkan infeksi bagi manusia yang mengkonsumsinya secara mentah. Jika dalam satu tahap (fase) kehidupan kondisi fisik lingkungan yang tidak memungkinkan atau tidak adanya kondisi biologis yang mendukung (tersedianya hospes perantara), maka otomatis siklus akan terputus.
2.6 epidemiologi dari parasit
Epidemiologi : Infeksi pada manusia tergantung kebiasaan makan tumbuhan air mentah. Budidaya tanaman air di daerah tercemar kotoran manusia memperluas penyebaran penyakit.
Infeksi pada manusia tergantung dari kebiasaan makan tumbuh-tumbuhan air yang mentah dan tidak dimasak sampai matang. Membudidayakan tumbu-tumbuhan air di daerah tercemar dengan kotoran manusia maupun babi, dapat menyebarluaskan penyakit tersebut. Kebiasaan defekasi, pembuangan kotoran ternak dan cara membudidiayakan tumbuh-tumbuhan air untuk dikonsumsi harus diubah atau diperbaiki, untuk mencegah meluasnya penyakitb fasiolopsiasis.
Fasiolopsiasis endemik di desa Sei Papuyu, Kalimantan Selatan. Prevalensinya 27,0%. Prevalensi tertinggi terdapat pada kelompok umur 5-14 tahun, yaitu 56,8%,sedangkan pravelensi pada anak sekolah 79,1%. Survei 12 bulan setelah pengobatan menunjukan prevalensi yang tidak banyak berbeda karena kemungkinan terjadinya reinfeksi.
2.7 pencegahan parasit
Pencegahan : Pencegahan tergantung pada sanitasi pembuangan tinja dan melindungi kulit dari tanah yang terkontaminasi antara lain memakai alas kaki. Penerangan kepada masyarakat mengenai cara penularan dan cara pembuatan serta pemakaian jamban juga penting untuk pencegahan penyakit cacing ini.
Untuk pengobatan Obat yang efektif untuk cacing ini, adalah diklorofren, niklosamid, dan prazikuantel.
Upaya pencegahan penularan penyakit fasciolosis pada manusia dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan mengubah kebiasaan pola makan pada masyarakat, seperti tidak mengkonsumsi hati mentah maupun sayuran mentah, serta selalu minum air yang telah direbus terlebih dulu. CILLA et al. (2001) mengemukakan, bahwa ada penurunan kasus
fasciolosis di Spanyol karena masyarakatnya mengubah kebiasaan makan. Kalaupun tetap harus mengkonsumsi sayuran mentah, sebaiknya sayuran tersebut dicuci dahulu dengan larutan cuka atau larutan potassium permanganat sebelum dikonsumsi (ELSAYAD et al., 1997).
Bila upaya pencegahan sudah dilakukan namun tetap terinfeksi fasciolosis, maka kasus ini dapat diobati dengan beberapa macam anthelmintik, seperti Bithionol, Hexachloro-para-xylol, Niclofolan, Metronidazole dan Triclabendazole (ESTEBAN et al., 1998). Namun dari semua obat cacing tersebut di atas, hanya Triclabendazole yang paling efektif untuk menyembuhkan fasciolosis pada manusia, dengan dosis 10 mg/kgBB yang diberikan 2 kali per oral dengan interval.
Sedangkan fasciolopsiasis di Kalimantan Selatan adalah endemis. Data potensi kekayaan pengetahuan tanaman obat cacing dan obat tradisional di Kabupaten Hulu Sungai Utara untuk kesehatan masih sangat terbatas dan belum banyak dilakukan.
Sehubungan dengan itu akan dilakukan penelitian inventarisasi tanaman obat fasciolopsiasis untuk penggobatan terhadap kecacingan salah satunya fasciolopsis buski dalam upaya pencegahan dan penanggulan secara tepat.
Pengobatan yang dapat dilakukan juga ialah Heksilresorsinol, tetrakloroetilen, parazikuantel
2.8 Pemberantasan dari Trematoda usus (fasciolopsis buski)
Pemberantasan : menginfokan tentang Trematoda usus (fasciolopsis buski)
Peningkatan pengetahuan mengenai kejadian Fasciolopsiasis pada anak sekolah melalui penyuluhan kepada masyarakat setempat untuk merebus air hingga mendidih untuk konsumsi air minum dan memasak tumbuhan air rawa yang akan dikonsumsi agar telur ataupun larva
Fasciolopsiasis buski mati. Selain itu, perlu juga dilakukan pemutusan rantai siklus hidup parasit
dengan memberantas siput yang menjadi hospes perantara serta hospes hospes lain yang terjangkit sehingga tidak sampai pada manusia.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Fasciolopsis buski merupakan salah satu parasit trematoda terbesar yang dapat menginfeksi
manusia. Infestasi
Fasciolopsis buski ke dalam tubuh manusia terjadi karena minum air mentah dan
mengkonsumsi tumbuhan air yang
mentah seperti supan-supan, pakat, teratai, dan genjer. Hospes definitif : manusia & binatang
Penyakit : fasciolopsiasis
Penyebaran : RRC, Taiwan, Vietnam, Thailand, India, Indonesia Habitat : mukosa usus muda (yeyunum & ileum)
Morfologi :
cacing dewasa : 2-7,5 cm X 0,8 – 2 cm, bentuk lonjong & tebal menyerupai daun, telur : 140 X 85 µ, agak lonjong, dinding tipis transparan , isi sel telur . Ditemukan dalam tinja
Siklus hidup :
- HP I : keong air Segmentina, Hipeutis,Gyraulus - HP II: Tumbuhan air Trapa, Eliocharis, Eichornia
Telur keluar dg tinja matang di air mirasidium keong air (HP I) serkaria HP II metaserkaria dimakan HD
Gejala Klinis : cacing dewasa melekat pada duodenum & yeyunum peradangan, ulkus, abses, perdaraahan,ileus akut (sumbatan)
Infeksi berat : intoksikasi & sensitasi krn metabolit cacing dewasa dapat menyebabkan kematian
Epidemiologi :
o Infeksi pd manusia tergantung kebiasaan makan tumbuhan air mentah. o Budidaya tanaman air di daerah tercemar kotoran manusia memperluas
penyebaran penyakit
o Fasciolopsiasis endemik di Desa Sei papuyu Kalimantan Selatan
3.2
Saran
Penerapan perilaku hidup bersih dan sehat : a. Menghindari makan - makanan mentah
b. Mencuci bahan makanan dan memasaknya sampai matang
c. Mencuci tangan sebelum makan dan sesudah melakukan aktivitas d. Memakai alas kaki
e. Mandi minimal 2 x sehari untuk menghindari infeksi cacing f. Pemeriksaan cacing secara rutin 6 bulan sekali dan pengobatan
DAFTAR PUSTAKA
1. Laporan Departemen Kesehatan RI, Badan Penelitian dan Pengembangan Kalimantan Selatan, 2008
2. Situs resmi pemerintah kabupaten Hulu Sungai Utara. 3. Laporan Puskesmas Babirik, 2008
4. http://perpus.yarsi.ic.id 5. www.kapanlagi.com 6. http://beequinn.wordpress.com/nursing/mikrobiologi-dan-parasitologi/trematoda/ 7. http://parasite.org.au/pugh-collection/JpegsStamped/Fasciola%20hepatica%20%28epidemiology%29%203 %2003.jpg