• Tidak ada hasil yang ditemukan

Cutaneus Larva Migrans (Clm)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Cutaneus Larva Migrans (Clm)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3 DISKUSI

Larva migrans adalah larva cacing nematoda hewan yang mengadakan migrasi di dalam tubuh manusia tetapi tidak berkembang menjadi bentuk dewasa. Terdapat dua jenis larva migrans, yaitu cutaneous larva migrans atau creeping eruptions dan visceral larva migrans. Pada cutaneous larva migrans, larva cacing masuk ke dalam tubuh manusia melalui kulit atau mulut dan larva mengadakan migrasi di dalam jaringan kulit saja. Pada visceral larva migrans telur cacing masuk melalui mulut penderita dan larva cacing yang menetas melakukan migrasi ke dalam organ – organ tubuh atau jaringan viseral tubuh manusia.5

Pada cutaneus larva migrans (CLM) penyakit kulit yang disebabkan penetrasi

kulit larva Ancylostoma kaninus atau kucing. Spesies utama adalah Ancylostoma

braziliense, namun Ancylostoma caninum, Uncinaria stenocephala, dan Gnathostoma

spinigerum dan anjing lainnya juga dapat menyebabkan CLM. Selama beberapa

dekade, istilah "kutaneus larva migrans" telah digunakan secara bergantian.

Pada

tahun 2004, Caumes dan Danis menyatakan bahwa CLM didefinisikan sebagai linear

atau serpiginous, sedikit menonjol, eritematosa yang bergerak maju dalam kulit

dengan pola tidak teratur.

7,8

(2)

Gambar 1. Perluasan lesi pada telapak kaki.9

Masa inkubasi CLM tidak pasti, namun biasanya berlangsung dari jam ke hari. Penelitian eksperimental menunjukkan bahwa pruritus dapat dimulai setelah beberapa jam dan migrasi larva dapat terjadi setelah 4 hari. Jelinek dkk melaporkan, gejala terjadi > 15 hari setelah kembali dari negara endemis pada 25% penderita, masa inkubasi minimal 2 minggu.1,7

Sewaktu menembus kulit, bakteri piogenik dapat terikut masuk pada saat larva menembus kulit, menimbulkan rasa gatal pada kulit (ground itch).9

Reaksi yang timbul pada kulit bukan diakibatkan oleh parasit, akan tetapi disebabkan oleh reaksi inflamasi dan alergi oleh sistem imun terhadap larva dan produknya. Pada hewan, larva ini mampu menembus dermis dan melengkapi siklus hidupnya dengan berkembang biak di organ dalam. Pada manusia, larva ini memasuki kulit melalui folikel, fisura atau menembus kulit utuh dengan menggunakan enzim protease, tapi infeksinya hanya terbatas pada epidermis oleh karena tidak memiliki enzim kolagenase yang dibutuhkan untuk penetrasi ke bagian kulit yang lebih dalam.7,8

(3)

hari. Rasa gatal dapat timbul paling cepat 30 menit setelah infeksi, meskipun pernah dilaporkan late onset dari CLM. Perkembangan selanjutnya , papul merah ini menjalar seperti benang berkelok- kelok, polisiklik, serpiginosa, menimbul dan membentuk terowongan dan bertambah panjang beberapa milimeter atau beberapa sentimeter setiap harinya, tanpa pengobatan larva dapat mati dan diabsorbsi dalam beberapa minggu sampai bulan setelah invasi.1

Umumnya penderita hanya memiliki satu atau tiga lintasan dengan panjang 2 – 5 cm. Rasa gatal biasanya lebih hebat pada malam hari, sehingga penderita sulit tidur. Rasa gatal ini juga dapat berlanjut, meskipun larva telah mati. Terowongan yang sudah lama, akan mengering dan menjadi krusta, dan bila penderita sering menggaruk, dapat menimbulkan iritasi yang rentan terhadap infeksi sekunder. Larva nematoda dapat ditemukan terperangkap dalam kanal folikular, stratum korneum atau dermis.Tempat predileksi adalah di tempat – tempat yang kontak langsung dengan tanah, baik saat beraktivitas, duduk, ataupun berbaring, seperti di tungkai, telapak kaki, tangan, anus, bokong dan paha juga di bagian tubuh di mana saja yang sering berkontak dengan tempat larva berada.1-3

Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis yakni bentuk yang khas seperti benang yang lurus atau berkelok-kelok, menonjol dan terdapat papul atau vesikel di atasnya. Pemeriksaan darah tidak diperlukan untuk menegakkan diagnosis.1

Pada kasus, seorang anak laki-laki berusia 3 tahun, mengalami rasa gatal setelah telapak kaki kiri terkena paku beberapa hari yang lalu. Diagnosis cutaneous larva migrans ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis yaitu adanya gambaran seperti benang berkelok-kelok membentuk terowongan yang makin hari bertambah panjang.

(4)

Terapi topikal dengan menggunakan tiabendazole 10%-15% terbukti berkhasiat, diberikan 2 sampai 3 kali sehari selama 5 hari. Keuntungan utama pengobatan topikal adalah tidak adanya efek samping sistemik, akan tetapi terapi topikal mempunyai kelemahan karena mempunyai efek terbatas pada beberapa lesi dan folikulitis akibat cacing tambang.1,6

Terapi sistemik yaitu dengan menggunakan thiabendazol dengan dosis 50 mg/kgBB/hari, sehari 2 kali diberikan berturut-turut selama 2 hari. Jika belum sembuh dapat diulangi setelah beberapa hari. Efek samping yang timbul seperti rasa mual, pusing dan muntah-muntah. Tiabendazole kurang ditoleransi dibandingkan albendazole dan ivermektin.6,8 Albendazole adalah generasi ketiga antihelmintes, terbukti mempunyai angka kesembuhan 100% setelah pengobatan 400 mg dosis tunggal selama 3 sampai 5 hari berturut-turut. Albendazole dapat ditoleransi dengan baik kecuali diberikan dengan dosis tinggi atau dalam jangka waktu lama.

Ivermektin merupakan turunan avermektin B, aktif terhadap volvulus Onchocerca dan nematode lainnya termasuk pencernaan cacing. Mekanisme kerja belum jelas. Dosis tunggal ivermektin 12 mg menghasilkan 100% angka kesembuhan penderita kutaneus larva migrans, dapat ditoleransi dengan baik dan tidak ada efek samping yang pernah dilaporkan.1,6,11

Pada kasus, pengobatan dilakukan dengan cryotherapy sebanyak 2 kali dalam sehari dan diberikan tiabendazol topikal selama 1 minggu dan albendazole 400mg dosis tunggal selama 5 hari berturut-turut. Setelah diberikan pengobatan, lesi pada tepalak kaki mengalami penyembuhan dan penderita tidak lagi mengeluhkan gatal pada kulitnya.

Infeksi sekunder pada daerah sekitar kulit yang terlibat (impetiginasi)

merupakan komplikasi yang jarang terjadi. Komplikasi sistemik terutama migrasi

larva ke jaringan dalam seperti paru yang dapat menyebabkan pneumonitis (

Loeffler’s Syndrome), usus (enteritis), dan otot (miositis) sangat jarang terjadi.

Meskipun patogenesis belum pasti, namun pernah dilaporkan adanya larva

Ancylostoma dalam dahak penderita.

1

Tidak dijumpai adanya komplikasi yang terjadi

pada kasus.

Penyakit CLM dapat sembuh sendiri dengan atau tanpa pengobatan setelah

beberapa minggu atau bulan, tanpa diikuti efek samping jangka panjang apapun.

Morbiditas dihubungkan dengan pruritus yang hebat dan kemungkinan infeksi

(5)

Cara yang terbaik untuk mencegah CLM adalah dengan menggunakan

pelindung alas kaki ketika berjalan di pantai karena larva cacing umumnya

menginfeksi tubuh melalui kulit kaki yang tidak terlindung. Hendaknya menghindari

kontak langsung bagian tubuh manapun dengan tanah atau pasir yang kering.

Bilamana tersedia bak pasir perlu ditutup rapat sehingga tidak memberi kesempatan

(6)

BAB 4 KESIMPULAN

Gambar

Gambar 1. Perluasan lesi pada telapak kaki.9

Referensi

Dokumen terkait

Surat keterangan camat tentang tanah tersebut merupakan alas hak yang. digunakan apabila akan diajukan upaya untuk meningkatkan status

Akan tetapi, semuannya adalah ujian atau cobaan untuk menjadi pelajaran dan peringatan, untuk menguji dan melatih, untuk dijadikan aturan sebelum di hukum dengan siksaan

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa pada variabel tingkat independensi memiliki hubungan yang tidak signifikan dan

Uji heteroskedastisitas adalah keadaan dimana terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain pada model regresi. Model regresi

sendiri; (c) Guru matematika yang bukan lulusan pendidikan matematika dapat menjadi faktor penyebab rendahnya penguasaan materi menentukan hasil operasi aljabar

Informasi Keuangan per 30 Juni 2017 dan 2016 tidak diaudit, sedangkan informasi keuangan tanggal 31 Desember 2016 telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Purwantono, Sungkoro

Pembekalan PPL merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan oleh pihak LPPMP sebagai lembaga yang menangani program PPL di Universitas Negeri Yogyakarta melalui

- paglalahad ng isang proyekto, resulta ng isang eksperimento o bunga ng isang pag-aaral.. Ito’y sinusulat sa paraang