• Tidak ada hasil yang ditemukan

Infeksi Toxocara sp Pada Hewan Peliharaan Di Kelurahaan PadangBulan Tahun 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Infeksi Toxocara sp Pada Hewan Peliharaan Di Kelurahaan PadangBulan Tahun 2012"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

HASIL PENELITIAN

Infeksi Toxocara sp. Pada Hewan Peliharaan di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2012

Oleh :

RINA STEFANY MANURUNG 090100326

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Infeksi Toxocara sp Pada Hewan Peliharaan Di Kelurahaan PadangBulan Tahun 2012

Nama : Rina Stefany Manurung NIM : 090100326

Pembimbing Penguji I

(Dr.Lambok Siahaan MKT) (Dr.Juliandi Harahap)

NIP: 197110052001121001 NIP: 197007021998021001 Penguji II

(Dr.Erjan Fikri,Sp.B Sp.BA) NIP:196301271989111001 Medan,9 Januari 2013

Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(3)

ABSTRAK

Toxocariasis pada manusia adalah salah satu infeksi yang paling umum parasit manusia didunia, terutama yang mempengaruhi masyarakat termiskin dari negara berkembang. Hal ini disebabkan oleh infeksi zoonosis dengan tahap larva dari (Toxocara canis) cacing gelang usus anjing, dan mungkin oleh cacing gelang kucing (Toxocara cati). Toxocara cati dan Toxocara canis juga tersebar di Jakarta, pada anjing 38,3% dan pada kucing 26%.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui infeksi Toxocara sp. pada hewan peliharaan di Kelurahan Padang Bulan serta mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi infeksi Toxocara cani tersebut. Penelitian bersifat cross sectional dan deskriptif. Sampel adalah 90 hewan peliharaan di Kelurahan Padang Bulan. Data infeksi diambil dengan menggunakan feses dan tanah dan faktor yang mempengaruhi infeksi Toxocara cani diambil dengan checklist.

Anjing yang terinfeksi Toxocara sp adalah 10 anjing (11,1%) dan yang terinfeksi non Toxocara sp adalah 80 anjing (88,9%). Dari penelitian dijumpai tingkat pengetahuan pemelihara sedang, higiene hewan sedang, perilaku hewan sedang, secara berurut, 68,9%, 48,9%, dan 74,4%.

(4)

ABSTRACT

Toxocariasis in humans is one of the most common parasitic infection in the world, especially those who live in developing countries.It is caused by Toxocara canis and Toxocara cati.In Jakarta, these parasites are found in 38.3% in dogs and 26% cats in one study.

This study was designed to know factors that influence Toxocara cani infection especially in dogs.The study is cross-sectional and descriptif. The sample was 90 pet Padang Bulan. Infection data taken using feces and soil, and the factors that influence infection with Toxocara cani taken checklist.

Dogs infected with Toxocara sp is 10 dogs (11.1%) and non-infected Toxocara sp is 80 dogs (88.9%). From the study found moderate levels of

knowledge keepers, animal hygiene being, animal behavior were, in order, 68.9%, 48.9%, and 74.4%.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan kasih sayang-Nya sehingga saya mendapatkan kekuatan dalam penyelesaian penelitian yang berjudul Infeksi Toxocara sp. Pada Hewan

Peliharaan di Kelurahaan Padang Bulan tahun 2012. Tujuan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana

Kedokteran di Fakultas Kedokteran Sumatera Utara.

Penelitian ini terlaksana berkat bimbingan dan arahan dari berbagai pihak terutama dosen pembimbing dan Departerment Ilmu Kedokteran Komunitas (IKK) Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberi saran.

Banyak pihak yang telah membantu sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan.Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya saya tujukan kepada: 1.Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara,Prof.dr.Gontar Alamsyah Siregar,Sp.PD-KGEH

2.Dosen Pembimbing dr.Lambok Siahaan MKT yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini. 3.Yang tercinta Bapak saya S.Manurung SH dan mama saya R.Panjaitan beserta kakak dan abang abang saya yang saya kasihi.Terima kasih yang sedalam-dalamnya untuk setiap dukungan dan kasih sayang disetiap langkah yang telah dipilih.

(6)

5.Pegawai Laboratorium Parasitoloi Fk USU yang telah membantu memeriksa dan menyediakan tempat untuk pemeriksaan sampel saya.

6.Sahabat saya Elsa Olivia,Patrcia Ameta,Kharisma Sari dan Bernadetta May dan Nande Patricia yang telah membantu menyiapkan karya tulis ilmiah ini serta memberikan semangat untuk terus berjuang.

7.Sahabat saya di kampus Debora,Irene,Yohana,Vinanda,Elisabeth,Jeremy Thompson, dan Patrice yang telah membantu dan memberikan semangat untuk tekun dan tidak putus asa mengerjakan karya tulis ilmiah ini

Penulis menyadari karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna.Untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan karya tulis ini.

Demikianlah kata pengantar ini penulis sampaikan.Tidak akan pernah ada ilmu pengetahuan baru yang diperoleh jika kita berhenti bertanya dan mencari jawabnya.Akhir kata, saya berharap penelitian ini memberi manfaat kepada semua pihak.

Medan,7 Desember 2012 Penulis

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN... i

ABSTRAK... ii

ABSTRACT... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR... viii

DAFTAR LAMPIRAN... ix

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Rumusan Masalah... 3

1.3. Tujuan Penelitian... 3

3.1.Tujuan Umum... 3

3.2.Tujuan Khusus... 3

1.4. Manfaat Penelitian... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan... 4

2.2. Higiene... 4

2.3. Perilaku... 4

2.4. Epidemiologi... 4

2.5. Morfologi... 5

2.6. Siklus Hidup... 6

2.7. Gejala Klinis dan Patologi... 7

2.8. Diagnosis... 11

2.9. Pengobatan... 12

(8)

3.1. Kerangka Konsep Penelitian... 15

3.2.Definisi operasional... 15

3.2.1. Tingkat Pengetahuan... 15

3.2.2. Higiene... 15

3.2.3. Perilaku... 16

3.2.4. Infeksi Toxocara... 16

3.2.5. Sanitasi... ... 17

3.3.Hipotesa... 17

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Metode Penelitian... 18

4.2. Lokasi dan waktu penelitian... 18

4.2.1.Lokasi... ... 18

4.2.2. Waktu... ... 18

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian... ... 18

4.3.1. Populasi... ... 18

4.3.2. Sampel... ... 18

4.4. Metode Pengumpulan Data... ... 19

4.5. Teknik Analisis Data... ... 20

BAB 5 PEMBAHASAN DAN HASIL 5.1.Hasil Penelitian... ... 22

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian... ... 22

5.1.2. Deskripsi Sampel Penelitian... ... 22

5.2.Pembahasan... 27

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan... 30

6.2. Saran... 30

DAFTAR PUSTAKA... 31

(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 5.1. Distribusi Tingkat Pengetahuan 22 Tabel 5.2. Distribusi Higiene Hewan Peliharaan 23 Tabel 5.3. Distribusi Perilaku Hewan Peliharaan 23

Tabel 5.4. Distribusi Sanitasi 24

(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Morfologi Toxocara 6

Gambar 2.2 Siklus Hidup Toxocara 8

Gambar 3.1 Kerangka Konsep 15

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian Lampiran 2. Lembar Informed Consent

(12)

ABSTRAK

Toxocariasis pada manusia adalah salah satu infeksi yang paling umum parasit manusia didunia, terutama yang mempengaruhi masyarakat termiskin dari negara berkembang. Hal ini disebabkan oleh infeksi zoonosis dengan tahap larva dari (Toxocara canis) cacing gelang usus anjing, dan mungkin oleh cacing gelang kucing (Toxocara cati). Toxocara cati dan Toxocara canis juga tersebar di Jakarta, pada anjing 38,3% dan pada kucing 26%.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui infeksi Toxocara sp. pada hewan peliharaan di Kelurahan Padang Bulan serta mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi infeksi Toxocara cani tersebut. Penelitian bersifat cross sectional dan deskriptif. Sampel adalah 90 hewan peliharaan di Kelurahan Padang Bulan. Data infeksi diambil dengan menggunakan feses dan tanah dan faktor yang mempengaruhi infeksi Toxocara cani diambil dengan checklist.

Anjing yang terinfeksi Toxocara sp adalah 10 anjing (11,1%) dan yang terinfeksi non Toxocara sp adalah 80 anjing (88,9%). Dari penelitian dijumpai tingkat pengetahuan pemelihara sedang, higiene hewan sedang, perilaku hewan sedang, secara berurut, 68,9%, 48,9%, dan 74,4%.

(13)

ABSTRACT

Toxocariasis in humans is one of the most common parasitic infection in the world, especially those who live in developing countries.It is caused by Toxocara canis and Toxocara cati.In Jakarta, these parasites are found in 38.3% in dogs and 26% cats in one study.

This study was designed to know factors that influence Toxocara cani infection especially in dogs.The study is cross-sectional and descriptif. The sample was 90 pet Padang Bulan. Infection data taken using feces and soil, and the factors that influence infection with Toxocara cani taken checklist.

Dogs infected with Toxocara sp is 10 dogs (11.1%) and non-infected Toxocara sp is 80 dogs (88.9%). From the study found moderate levels of

knowledge keepers, animal hygiene being, animal behavior were, in order, 68.9%, 48.9%, and 74.4%.

(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Toxocariasis adalah penyakit parasiter yang disebabkan oleh infeksi cacing nematoda.Terdapat tiga spesies Toxocara yang sangat penting yaitu Toxocara canis menyerang anak anjing dan anjing dewasa,Toxocara cati menyerang anak kucing dan kucing dewasa, dan Toxocara vitulorium menyerang anak sapi dan anak kerbau beserta induknya (Sariego et al).

Toxocariasis pada manusia adalah salah satu infeksi yang paling umum parasit manusia di dunia, terutama yang mempengaruhi masyarakat termiskin dari negara berkembang. Hal ini disebabkan oleh infeksi zoonosis dengan tahap larva dari (Toxocara canis)cacing gelang usus anjing, dan mungkin oleh cacing gelang kucing (Toxocara cati).Meskipun penyakit ini dapat menjadi signifikan dan melemahkan, kejadian manifestasi klinis yang parah tidak diketahui, dan diagnosis sulit. Hal ini menyebabkan persepsi yang salah bahwa beban dan dampak kesehatan masyarakat adalah hasil yang rendah dan akibatnya dalam klasifikasi zoonis diabaikan.

Prevalensi menurut WHO tentang infeksi parasit pada Askariasis adalah 55,83%, Toxocariasis 16,67%, Giardiasis 12,5%, Strongyloidiasis 5,83% dan Enterobiasis 3,33.Lingkup epidemiologi dan klinis penyakit parasit terus berkembang terutama disebabkan oleh perubahan perilaku manusia dan lingkungan kita (WHO)

Tingkat kejadian infeksi Toxocara canis berdasarkan survei di Eropa pada tahun 2000 antara 3,5%-17% dan untuk Toxocara cati antara 8%-76%.Di amerika kejadian infeksi Toxocara canis dan Toxocara cati masing masing adalah 2%-79% dan 10%-85% (Al jabar et al 1997;Franc et al,1997).

(15)

Schantz,1981).Penyakit ini,seringkali terlihat pada anak-anak yang masih muda,biasanya tidak menimbulkan masalah berat,walaupun dapat menetap berbulan-bulan sampai setahun atau lebih.Anak-anak dan remaja di bawah usia 20 lebih mungkin untuk dites positif untuk infeksi Toxocara. Ini mungkin karena anak lebih mungkin untuk makan kotoran dan bermain di lingkungan outdoor, seperti kotak pasir, di mana anjing dan kucing tinja dapat ditemukan (Lyne et al,1996).

Sebuah penelitian di AS pada tahun 1996 menunjukkan bahwa 30% anjing yang usianya dibawah 6 bulan menyimpan telur Toxocara dalam kotoran mereka, penelitian lain menunjukkan bahwa hampir semua anak anjing lahir sudah terinfeksi Toxocara canis dan 25% dari semua kucing terinfeksi Toxocara cati. Tingkat infeksi lebih tinggi untuk anjing dan kucing yang dibiarkan di luar lebih lama dan diperbolehkan untuk makan hewan lain. Lokasi geografis berperan juga, karena Toxocara yang lebih menonjol di tempat yang panas, lembab daerah di mana telur layak disimpan dalam tanah (CDC,2010).

Pada manusia, telah ditemukan bahwa hampir 14% dari populasi Amerika Serikat telah terinfeksi Toxocara. Secara global, Toxocariasis ditemukan di banyak negara, dan tingkat prevalensi dapat mencapai setinggi 40% atau lebih di bagian dunia. Ada beberapa faktor yang telah dikaitkan dengan tingkat lebih tinggi infeksi Toxocara. Orang lebih mungkin terinfeksi dengan Toxocara jika mereka memiliki anjing.Infeksi ini lebih sering terjadi pada orang yang hidup dalam kemiskinan (CDC,2010).

Toxocara cati dan Toxocara canis juga tersebar secara kosmopolit, ditemukan di Indonesia.Di Jakarta prevalensi pada anjing 38,3% dan pada kucing 26%.(Taniawati dkk,2008). Sedangkan angka kejadian Toxocariasis pada kucing liar di Surabaya adalah sebesar 60,9% dan kejadiannya lebih tinggi pada jantan dibandingkan betina (Kusnoto 2005).

(16)

anjing.Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai infeksi Toxocara sp. di Medan tepatnya di Kelurahan PadangBulan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah: “Infeksi Toxocara sp. pada hewan peliharaan di daerah Padang Bulan”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum Penelitian

Penelitian dilakukan untuk mengetahui infeksi Toxocara pada hewan peliharaan di daerah Padang Bulan

1.3.2. Tujuan Khusus Penelitian

a. Untuk mengetahui infeksi Toxocara berdasarkan kebersihan pemelihara hewan

b. Untuk mengetahui infeksi Toxocara berdasarkan perilaku hewan c. Untuk megetahui infeksi Toxocara berdasarkan makanan hewan d. Untuk mengetahui infeksi Toxocara berdasarkan sanitasi

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: a. Untuk memberikan informasi kepada masyarakat mengenai

prevalensi infeksi Toxocara pada hewan peliharaan b. Untuk meningkatkan wawasan peneliti dalam melakukan

penelitian dan meningkatkan pengetahuan peneliti mengenai prevalensi infeksi Toxocara pada hewan peliharaan

c. Sebagai masukan bagi pihak lain yang akan melanjutkan penelitian ini ataupun penelitian yang ada kaitannya dengan penelitian ini.

BAB 2

(17)

2.1. Pengetahuan

Notoatmidjo (2005), mengatakan bahwa pengetahuan adalah hasil tahu seseorang terhadap obyek melalui indera yang dimilikinya dan dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap obyek. Pengetahuan merupakan hal yang sangat berpengaruh dalam membentuk tindakan dan sikap seseorang. Pengetahuan dapat diukur dengan melakukan wawancara atau pemberian angket kuesioner yang menanyakan tentang isi materi yang ingin dikukur dari subjek penelitian atau responden.

2.2. Higiene

Kata ‘higiene’ berasal dari bahasa yunani yang berati perawatan dan pemeliharaan kesehatan.Bahan makanan yang diolah tanpa prinsip higiene dapat mengakibatkan penyakit(Widker P,2006).

Pengertian higiene menurut Depkes adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan individu subyeknya.

2.3. Perilaku

Perilaku adalah semua kegiatan atau aktifitas.Perilaku merupakan bentuk respons atau reaksi terhadap stimulus atau ransangan dari luar.

Menurut Notoatmojo,Perilaku Kesehatan adalah suatu respons sesorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit,sistem pelayanan kesehatan,makanan dan minuman, serta lingkungan.

2.4. Epidemiologi

Toxocara canis dan Toxocara cati pada anjing dan kucing tersebar luas di seluruh dunia,dan kasus manusia dengan infeksi larva yang tidak diketahui mungkin tersebar lebih luas daripada yang telah dilaporkan dari Amerika Serikat, Inggris,Eropa, dan Asia (Harold,1979).

(18)

tercemar tinja kucing atau anjing yang mengandung telur cacing Toxocara .Anak-anak anjing atau kucing penderita toxocarisis yang berumur antara 3 minggu dan 3 bulan merupakan sumber utama infeksi,dan banyak mengeluarkan telur cacing melalui tinjanya yang mencemari tanah pekarangan,pasir tempat bermain anak,dan taman bermain dikota.Tanah yang sudah tercemar telur Toxocara dapat tetap infektif sampai beberapa tahun lamanya.Kebiasaan makan makanan yang kurang bersih atau kurang menjaga kebersihan sesudah bermain,meningkatkan terjadinya risiko penularan (Soedarto,2007)

Cacing tersebar secara kosmopolit;juga ditemukan di Indonesia.Di Jakarta prevalensi pada anjing 38,3 % dan pada kucing 26 % (Taniawati et al,2008).

Anjing dan kucing yang terinfeksi melepaskan telur Toxocara dalam kotoran mereka dan mencemari lingkungan. Manusia atau hewan lain dapat terinfeksi oleh sengaja menelan telur Toxocara. Sebagai contoh, manusia dapat terjangkit jika mereka bekerja dengan kotoran dan sengaja menelan kotoran yang mengandung telur Toxocara.Karena anjing dan kucing sering ditemukan dimana orang hidup, mungkin ada sejumlah besar telur yang terinfeksi di lingkungan (CDC,2010).

2.5. Morfologi

Toxocara dewasa yang hidup didalam usus halus anjing atau kucing umurnya dapat mencapai 4 bulan.Cacing jantan mempunyai ekor yang melengkung sedangkan cacing betina mempunyai ekor runcing.Disekeliling mulut cacing dewasa terdapat 3 buah bibir yang bebrbentuk khas,sedang didaerah leher terdapat cervical alae yang lebar.Larva infektif cacing berukuran lebih kurang 400u x 20u.Telur Toxocara berbentuk oval dengan permukaan yang bergerigi kecil,berwarna cokelat muda dan berdinding tebal.Telur cacing mempunyai ukuran sekitar 85u x 75u pada Toxocara canis dan berukuran 65ux70u pada Toxocara cati (Soedarto,2007).

(19)

cervicalis dan alae caudalis.Toxocara cati parasit di dalam usus halus kucing.Cacing jantan panjangnya 3-6 cm mempunyai perianal papilae spesifik.Cacing betina panjangnya 4-10 cm dan mempunyai alae cervicalis sangat lebar.Telur berukuran 65-75 mikron (Bariah,2007).

Toxocara canis jantan mempunyai ukuran panjang 3,6-8,5 cm sedangkan yang betina 5,7-10 cm, Toxocara cati jantan 2,5-7,8 cm,yang betina 2,5-14 cm.Bentuknya menyerupai Ascaris Lumbricoides muda.Pada Toxocara canis terdapat sayap servikal yang berbentuk seperti lanset,sedangkan pada Toxocara cati bentuk sayap lebih lebar,sehingga kepalanya menyerupai kepala ular kobra.Bentuk ekor kedua spesies hampir sama;yang jantan ekornya berbentuk seperti tangan dengan jari yang sedang menunjuk (digitiform),sedangkan yang betina ekornya bulat meruncing (Taniawati et al,2008)

Gambar 2.1 Morfologi Toxocara (CDC,2010) 2.6. Siklus Hidup

(20)

Telur yang dihasilkan oleh cacing dewasa keluar bersama tinja,bila lingkungan cocok setelah 10-15 hari mengalami embrional berkembang menjadi telur infektif.Jika telur ini berkembang oleh anak anjing parasit dapat berkembang sempurna menjadi cacing dewasa.Pada kucing siklus hidupnya sama,namun cara penularannya melalui kolustrum dan telur infektif.Infeksi pada manusia terjadi karena tertelannya telur infektif,manusia buka hospes definitif maka dalam perkemabangannya tidak akan menjadi cacing dewasa.Larva didalam organ akan menyebabkan reaksi inflamasi dan terbentuknya granuloma yang selanjutnya mengalami kapsulasi oleh reaksi hospes dan kejadian inilah dikenal dengan viseral larva migrans (VLM) dan pada mata dikenal dengan ocular larva migrans (OLM)(Bariah,2007).

Penularan larva pada anak anjing atau kucing dapat terjadi secara transplasental dari induk anjing yang terinfeksi atau melaui air susu dari induk kucing yang terinfeksi(Taniawati et al,2008).

Toxocara canis dan Toxocara cati adalah bangsa Ascaris yang hidup pada anjing dan kucing serta mempunyai siklus hidup seperti Ascarislumbricoides pada manusia.Apabila Toxocara ini kebetulan termakan oleh manusia sebagai hospes aberant maka akan menyebabkan inflamasi dan meransang granulomata eosinofil(Kus irianto,2009).

(21)

Gambar 2.2 Siklus Hidup Toxocara (CDC,2010)

2.7. Gejala Klinis dan Patologi

Kelainan yang khas sering terdapat di hepar dan terdiri atas bagian yang berbatas,agak menimbul,berwarna kelabu dengan diameter kurang lebih 4 mm.Pada anak-anak penyakit sering berlansung tanpa gejala disertai gambaran eosinofil ialah eosinofili 20-80%,yang menetap dan hepatosplenomegali.Rasa sakit yang sering timbul ,dermatitis,dan gangguan saraf dapat ditemukan pada keadaan yang lebih berat,dan anemi yang nyata disertai jumlah leukosit yang meninggi (Harold,1979).

(22)

Telah dilaporkan bahwa sejumlah 200 larva T.canis pada seorang anak kecil dapat menimbulkan eosinofilia perifer 20% sampai 40% selama lebih satu tahun tanpa gejala-gejala yang di deteksi.Pada kasus biasanya dengan eosinofilia sebesar50%,pasien sudah menunjukkan gejala-gejala,seperti demam,hepatomegali,hiperglobulinemia,batuk-batuk,dan gangguan neurologik. (Lynne,1996).

VLM dan OLM terutama penyakit anak-anak muda 5-10 tahun.Hal ini menyajikan dengan demam, pembesaran dan nekrosis hati,pembesaran limpa,gejala pernapasan bagian bawah (terutama bronkospasme, menyerupai asma); eosinofilia terkadang mendekati 70% dan hypergammaglobulinemia imunoglobulin M (IgM), IgG,dan IgE.Dalam kasus terakhir ini, gejala yang lebih jelas, dengan peningkatan kadar IgE/anti-IgE kompleks imun,Miokarditis,nefritis,dan keterlibatan SSP telah dijelaskan.SSP keterlibatan dapat menyebabkan kejang,gejala neuropsikiatri, atau ensefalopati. Ada apresiasi meningkat bahwa manifestasi klinis yang lebih halus juga mungkin timbul sebagai akibat dari paparan jangka panjang terhadap remaja bermigrasi. Dalam paru-paru, migrasi larva dapat menyebabkan asma. T. canis telah diusulkan sebagai faktor risiko lingkungan untuk asma antara beberapa populasi dalam kota. Demikian pula, di otak, T. canis telah terlibat sebagai salah satu penyebab dari apa yang disebut gangguan kejang idiopatik, serta penyebab gangguan usus fungsional.Pada OLM konsekuensi yang paling serius dari infeksi adalah invasi retina,menyebabkan pembentukan granuloma,yang terjadi biasanya perifer atau dikutub posterior.

(23)

sedikitnya lesi yang disertai reaksi alergi.Gejala klinis antara lain:demam,pembesaran hati,anemia,dan gejala mirip asma (Bariah,2007).

Pada manusia larva cacing tidak menjadi dewasa dan menggembara di alat-alat dalam.Kelainan yang timbul karena migrasi larva dapat dapat berupa peendarahan,nekrosis,dan peradangan yang didominasi oleh eosinofil.Kematian larva menstimulasi respons imun immediate-type hypersenstivitas yang menimbulkan penyakit viseral larva migran,dengan gejala demam,pembesaran hati dan limpa,bronkospasme.Kelainan karena migrasi larva pada retina mata disebut ocular larva migran biasanya unilateral dapat berupa penurunan penglihatan yang dapat disertai starbismus pada anak serta kebutaan (Taniawati et al,2008).

Luka yang mengandung larva Toxocara telah ditemukan didalam hati,otak,mata,dan paru-paru.Pneumonitis sering terjadi dan inflitrasi paru –paru pada rontgenogram.Hati dan limpa membesar.Kulit pecah-pecah pada anggota bawah dapat terjadi (Koes Irianto,2009).

Pada beberapa orang yang terinfeksi dengan tingginya jumlah larva Toxocara atau telah mengulangi infeksi, larva dapat melakukan perjalanan melalui bagian tubuh seperti hati, paru-paru atau sistem saraf pusat dan menimbulkan gejala seperti demam, batuk, pembesaran hati atau pneumonia. Bentuk Toxocariasis disebut Toxocariasis visceral atau VLM. Jarang, larva dapat melakukan perjalanan ke mata dan menyebabkan Toxocariasis okular atau OLM. Toxocariasis pada mata terjadi bila larva Toxocara mikroskopis memasuki mata dan menyebabkan peradangan dan jaringan parut pada retina. Tanda-tanda VLM termasuk demam, batuk, mengi, nyeri perut, dan hepatomegali. Eosinofilia sering hadir. Toxocariasis Visceral telah diusulkan sebagai penyebab asma, namun mungkin ada penyebab multifaktorial asma dan studi lebih lanjut diperlukan untuk membangun hubungan penyebab antara Toxocariasis dan asma (CDC,2010).

(24)

Diagnosis infeksi larva Toxocara biasaranya dibuat diklinik berdasarkan suatu trias : eosinofili yang nyata ,hepatomegali dan hiperglobulinemi.Pada infeksi yang berat diagnosis dapat dipastikan berdasarkan biopsi hati,gambaran kelainan granuloma eosinofilik yang khas serta ada larvanya (Harold,1979)

Reaksi kulit dan serologi dengan menggunakan berbagai antigen yang dibuat dari berbagai macam Nematoda,telah memeberikan hasil yang mempunyai harapan baik walaupun kadang-kadang meragukan.Titer tinggi untuk anti-A dan anti-B telah dilaporkan (Harold,1979).

Karena bahan biopsi biasanya tidak dianjurkan,tes serologik merupakan pemeriksaan yang dapat diterima secara luas.Pada pasien yang diperkirakan mengidap toksokariasis mata,titer yang tinggi dari zat anti lebih banyak dijumpai di dalam “humor aqueous” dari pada di dalam serum, hal ini menunjukkan dibentuknya zat anti secara lokal (Felberg dkk,1981).

Antigen rekombinan telah dihasilkan dari larva tahap kedua dari T. canis yang menjanjikan untuk menambah spesifisitas yang lebih besar untuk tes yang sudah dipercaya (sekitar 92%) menggunakan ELISA.ELISA memiliki tingkat sensitivitas cukup tinggi, serta (sekitar 78%), dengan titer lebih besar dari 1:32. Indikator lain dari infeksi termasuk hypergammaglobulinemia dan titer isohemagglutinin tinggi. Dengan demikian, konstelasi penyakit klinis yang dijelaskan di atas, riwayat kontak dengan hewan, eosinofilia, dan serologi positif, kuat mengarah ke diagnosis.

Pada pemeriksaan darah tepi penderita,tampak gambaran hipereosinofilia antara 15-80% serta leukositosis yang tinggi antara 15.000 dan 80.000.Juga ditemukan kenaikan titer imunoglobulin,yaitu IgG,IgM, dan IgE yang memperkuat larva migran viseral (Soedarto,2007).

OLM didiagnosis terutama berdasarkan kriteria klinis selama pemeriksaan ophthalmologic.Tes immunodiagnostic yang digunakan untuk VLM yang tidak dapat diandalkan untuk OLM. Dalam sebuah penelitian, hanya 45% pasien dengan Olm klinis didiagnosis memiliki titer lebih tinggi dari 1:32 (Dickson,2003)

(25)

peningkatan total IgE (>500 IU/ml) dapat membantu menegakkan diagnosis.Teknik pencitraan seperti USG,CT Scan dan MRI dapat digunakan untuk mendeteksi lesi granulomatosa yang berisi larva Toxocara (Taniawati et al,2008).

Diagnosis dikuatkan dengan biopsi hati dan demosntrasi dari luka granulomata eosinofil yang khas dengan adanya larva (Koes Irianto,2009).

Test serologi sangat berguna untuk diagnosis Toxocariasis.Tesnya termasuk tes fluoresent antibodi dan ELISA menggunakan exo-antigen dari larva.

Diagnosis baik Toxocariasis visceral atau Toxocariasis mata didasarkan pada adanya tanda-tanda VLM atau Olm dan sejarah paparan potensi sumber telur Toxocara menular. Diagnosis Toxocariasis visceral didasarkan pada penyakit yang kompatibel dan sejarah paparan dengan hasil positif dengan tes serologis. Tes saat ini dianjurkan adalah enzyme-linked immunosorbent (ELISA) dengan antigen tahap larva, biasanya ekskretoris/sekretori antigen yang dilepaskan ketika larva infektif Toxocara yang dibudidayakan. Kekhasan dari pengujian ini adalah baik meskipun reaktivitas silang dengan antibodi terhadap cacing gelang manusia, Ascaris lumbricoides, adalah mungkin, namun, tes menggunakan ekskretoris Toxocara/antigen sekretori meminimalkan masalah ini. Hasil serologi positif harus diinterpretasikan dengan pertimbangan status klinis pasien. Antibodi terdeteksi mungkin merupakan akibat dari infeksi di masa lalu. Juga, seropositif dapat hadir pada infeksi Toxocara tanpa gejala. Sampel serum berpasangan menunjukkan kenaikan yang signifikan dalam kadar antibodi dari waktu ke waktu mungkin berguna untuk mengkonfirmasi infeksi aktif (CDC,2010).

2.9. Pengobatan

Binatang yang dibawah umur 6 bulan harus diobati untuk mengeluarkan cacingnya dengan piperazin sekali tiap bulan, dan bila lebih umurnya sekali dua bulan (Harold,1979)

Albendazole adalah pengobatan pilihan bagi

Untuk mengobati Toxocariasis pada hewan,berbagai obat cacing dapat digunakan (Soedarto,2006).

(26)

Hewan yang terinfeksi diobati dengan mebendazol atau ivermectin.Anak anjing atau kucing rutin diobati mulai usia 2-3 minggu,setiap dua minggu hingga berusia 1 tahun.Anjing atau kucing dewasa diobati setiap 6 bulan (Taniawati et al,2008)

Hetrazan efektif terhadap infeksi yang disebabkan oleh cacing (Koes,2009)

Pengobatan dengan Albendazole atau mebendazole diindikasikan untuk Toxocariasis visceral, meskipun durasi yang optimal pengobatan tidak terdefinisi. Kedua obat dimetabolisme di hati, penggunaan jangka panjang Albendazole (minggu ke bulan) telah menyebabkan perkembangan pansitopenia pada beberapa pasien dengan fungsi hati dikompromikan. Pasien pada pengobatan jangka panjang harus dimonitor oleh jumlah sel darah serial. Namun, Albendazole telah digunakan untuk mengobati jutaan pasien di seluruh dunia dan dalam kampanye obat administrasi massa, dan itu dianggap sebagai obat yang aman dengan catatan toksisitas rendah. Selain terapi antiparasit, terapi simptomatik termasuk pengobatan steroid untuk mengendalikan peradangan dapat diindikasikan. -Albendazole 400 mg per oral dua kali sehari selama lima hari -Mebendazole 100-200 mg per oral dua kali sehari selama lima hari (baik orang dewasa dan dosis pediatrik) (CDC,2010)

2.10. Pencegahan

Tinja anjing dan kucing ditempat main anak-anak haruss ditimbun dengan tanah (Harold,1979).

Usaha pencegahan antara lain yaitu membrantas cacing secara periodik pada anjing dan kucing agar bebas dari infeksi.Juga dianjurkan untuk memperhatikan lokasi sewaktu akan defekasi di jalan (Lynne,1996).

(27)

melihat sejumlah besar anjing dan kucing yang dibawa kepada mereka oleh pemilik hewan peliharaan. Merekomendasikan pemeriksaan tinja rutin dan sering menggunakan agen kemoterapi seperti mebendazole telah terbukti efektif dalam mengendalikan infeksi (Dickson,2003).

Karena anjing dan kucing merupakan sumber penularan utama,maka hewan-hewan yang menderita Toxocariasis harus segera diobati obat cacing secara sempurna (Sedarto,2006).

Pemberian antilhelmentik secara teratur dan terus-menerus pada anak anjing dan kucing (Bariah,2007).

Pengendalian infeksi dilakukan dengan mencegah pembuangan tinja anjing atau kucing peliharaan secara sembarang terutama di tempat bermain anak-anak dan kebun sayuran (Taniawati et al,2008).

Pengendalian infeksi Toxocara pada anjing dan kucing akan mengurangi jumlah telur menular di lingkungan dan mengurangi risiko bagi manusia. Ada beberapa hal yang dapat di lakukan di sekitar rumah untuk membuat hewan peliharaan:

a.Bersihkan daerah hewan peliharaa tinggal setidaknya sekali seminggu.

b. Tinja hewan harus baik dikubur atau dikantongi dan dibuang di tempat sampah (CDC,2010).

BAB 3

(28)

3.1. Kerangka Konsep

Gambar 3.1 Kerangka Konsep 3.2. Definisi operasional

1. Tingkat pengetahuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah derajat pengetahuan pemelihara hewan terhadap infeksi Toxocara.Hal ini dilakukan dengan wawancara dimana masing-masing pemelihara hewan akan diberikan 10 pertanyaan.Jawaban yang benar diberi nilai 1, sedangkan yang salah diberi nilai 0.

Cara ukur : wawancara Alat ukur : kuesioner

Hasil ukur : Baik,bila skor atau nilai >75% Cukup, bila skor atau nilai 40-75% Kurang,bila skor atau nilai <40% Skala ukur : Ordinal

2. Higiene yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bagaimana kebersihan dari hewan.Hal ini dilakukan dengan wawancara dimana masing-masing pemelihara hewan akan diberikan 10 pertanyaan.

Jawaban yang benar diberi nilai 1,sedangkan jawaban yang salah

Infeksi Toxocara pada hewan Tingkat pengetahuan pemelihara

(29)

diberi nilai 0.

Cara ukur : wawancara Alat ukur : kuesioner

Hasil ukur : Baik,bila skor atau nilai >75% Cukup, bila skor atau nilai 40-75% Kurang,bila skor atau nilai <40% Skala ukur : Ordinal

3. a.Makanan adalah segala sesuatu yang dimakan hewan peliharaan yang diberikan pemilik.

b.Perilaku yaitu makanan yang diberi,bermain diluar,kontak dengan hewan lain,tempat peliharaan.

Cara ukur : wawancara Alat ukur : kuesioner

Hasil ukur : Baik,bila skor atau nilai >75% Cukup, bila skor atau nilai 40-75% Kurang,bila skor atau nilai <40% Skala ukur : Ordinal

4. Anjing dikandang adalah anjing yang betul-betul dikandang dan tidak di kasi

keluar sama sekali oleh pemiliknya. Cara ukur : wawancara Alat ukur : kuesioner

Hasil ukur : Baik,bila skor atau nilai >75% Cukup, bila skor atau nilai 40-75% Kurang,bila skor atau nilai <40% Skala ukur : Ordinal

5. Anjing yang diberi obat cacing adalah anjing yang mendapat obat cacing dari

Pemiliknya.

(30)

Hasil ukur : Baik,bila skor atau nilai >75% Cukup, bila skor atau nilai 40-75% Kurang,bila skor atau nilai <40% Skala ukur : Ordinal

6. Infeksi Toxocara adalah ditemukan telur cacing Toxocara canis pada kotoran segar hewan peliharaan,telur Toxocara berbentuk oval dengan permukaan yang bergerigi kecil,berwarna cokelat muda dan berdinding tebal.Cacing jantan mempunyai ekor yang melengkung sedangkan cacing betina mempunyai ekor runcing.Disekeliling mulut cacing dewasa terdapat 3 buah bibir yang berbentuk khas,sedangkan didaerah leher terdapat cervical alae yang lebar.Dengan metode kato.

Cara ukur: Observasi Alat ukur: Mikroskop

Hasil ukur: Positif, apabila dijumpai Toxocara

Negatif, apabila tidak dijumpai Toxocara. Skala ukur: Nominal

7. Sanitasi yang dimaksud adalah tingkat kebersihan halaman pekarangan di sekitar rumah pemelihara.Tanah yang tercemar ditemukannya telur

Toxocara dihalaman pekarangan.Dengan metode suzuki. Cara ukur : Observasi

Alat ukur: Mikroskop

Hasil ukur: Positif apabila dijumpai telur Toxocara Negatif apabila tidak dijumpai telur Toxocara Skala ukur: Nominal

3.3. Hipotesa

(31)

higiene dengan kejadian infeksi Toxocara

Ha: Ada hubungan antara perilaku dan makanan sanitasi lingkungan dengan kejadian infeksi Toxocara

BAB 4

(32)

4.1. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah studi deskriptif. Pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study dimana pengambilan data dilakukan hanya sekali saja pada tiap hewan peliharaan.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Kelurahan Padang Bulan.Lokasi ini dipilih karena didaerah ini banyak pelihara anjing.

4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-November 2012. 4.3. Populasi dan Sampel

4.3.1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah hewan pelihaaraan di daerah Kelurahan Padang Bulan dari bulan Oktober 2012.

4.3.2. Sampel

Sampel penelitian ini adalah hewan peliharaan di daerah Padang Bulan dari bulan Oktober 2012 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

Kriteria inklusi :

- Hewan peliharaan di daerah Kelurahan Padang Bulan - Pemilik bersedia hewan peliharaan di teliti

Rumus yang digunakan untuk pengambilan sampel adalah : n= Za2

d PQ

Diketahui bahwa perkiraan proporsi populasinya adalah 26% berdasarkan data dari Taniawati et al,2008.

2

Perhitungan :

(33)

Confidence level = 96% Absolute precision= 5% Besar alpha = 1,96 = Za q = 1-p

n= 1,962 0,10

x0,38x0,62

n= 90,5 sampel=90 sampel 2

4.4. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data diperoleh dengan mengambil data primer dari feses hewan peliharaan di daerah kelurahan Padang Bulan.

Cara pemeriksaan:

Alat : pot plastik,Lidi,mikroskop,objeck glass,pipet tetes,handskun,deckglass,dan masker Bahan : Feses, lugol,eosin,dan lembar cellophane Cara kerja :

1. Siapkan alat dan bahan

2. Ambil sampel dengan menggunakan lidi, kemudian homogenkan sampel 3. Setelah di homogenkan tutup preparat dengan lembar cellophane,lalu

tekan dengan tutup botol untuk meratakan tinja. 4. Lalu sediaan secara terbalik di atas kertas saring.

5. Kemudian letakkan preparat pada mikroskop dan amati dengan menggunakan pembesaran obejektif 10X atau 40X

5. Catat hasil pengamatan. Cara Pemeriksaan sampel tanah :

Alat : Tabung sentrifuse,cover glasss, dan object glass. Bahan : tanah pekarangan, air, dan mangnesium sulfat Cara kerja:

(34)

Di laboratorium, sampel di simpan di lemari es sampai pada saat pemeriksaan bila tidak sempat lansung.

Cara pemeriksaan :

1. Sampel 2 gram dilarutkan dengan 10 ml air kran.

2. Sentrifuse selama 2 menut dengan kecepatan 2000 RPM

3. Supernatan dibuang dengan hati-hati,pada sedimen tambahkan 10 ml larutan magnesium sulfat BJ .260.Kocok dengan baik sampai larut betul.

4. Sentrifuse 2500 RPM selama 5 menit

5. Tambahkam larutan Magnesium Sulfat dengan hati-hati sampai penuh/ concave tanpa melimpah

6. Tutup secara vertikal dengan cover glass 7. Tunggu 15-20 menit

8. Cover glasss di angkat secara vertikal dan di letakkan pada object glass dan segera diperiksa

(35)

4.5. Teknik Analisa Data

Data yang dikumpulkan, diolah, dan disajikan dengan analisa analitik menggunaan program Statistical Product And Service Solution (SPSS)

Meminta izin kepada warga yang mempunyai hewan peliharaan di daerah Kelurahaan Padang Bulan

Melakukan wawancara tentang responden dan meminta responden untuk mengisi kuisoner

Memberikan alat-alat pengumpulan tinja dan tanah kepada responden: -Pot sebanyak 2 pot

-Label -Spatula

-Kantung plastik

Pengumpulan tinja,tanah dan kuisoner

Melakukan pemeriksaan parasitologi tinja dan tanah di laboratorium parasitologi FK USU dengan metode kato dan suzuki

[image:35.595.107.523.195.638.2]

Melihat dibawah mikroskop ada atau tidak gambaran telur Toxocara cani pada tinja dan tanah pekarangan

(36)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah di Kelurahan Padang Bulan.Adapun batas batasnya sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Merdeka/Darat b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Ttiti Rantai c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Padang Bulan Selayang 1

d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Polonia

Pengambilan sampel dilakukan dari setiap rumah yang memiliki anjing. 5.1.2. Deskripsi Sampel Penelitian

Jumlah responden pada saat dilaksanakan penelitian ini adalah 21 orang sedangkan untuk jumlah sampel adalah 90 feses anjing yang diambil di kawasan kelurahan Padang Bulan.

(37)

Tabel 5.1. Distribusi Tingkat Pengetahuan Pemilik Hewan Peliharaan

Tingkat

Pengetahuan Frekuensi %

Kurang 3 14.3

Sedang 10 47.6

Baik 8 38.1

Total 21 100.0

Dilihat dari segi higiene anjing, kelompok anjing yang memiliki tingkat perilaku higiene yang baik adalah 14 anjing (15,6%),sedangkan sebagian besar perilaku higiene yang sedang 44 anjing (48,9%) dan sisanya 32 anjing (35,6%) yang memiliki higiene yang kurang.Hal ini dapat dilihat pada Tabel dibawah ini.

Tabel 5.2. Distribusi Higiene Hewan Peliharaan

Sikap Higiene Frekuensi %

Kurang 32 35.6

Sedang 44 48.9

Baik 14 15.6

Total 90 100.0

(38)

Tabel 5.3. Distribusi Perilaku Hewan Peliharaan

Perilaku Frekuensi %

Kurang 17 18.9

Sedang 67 74.4

Baik 6 6.7

Total 90 100.0

Sanitasi yang dimaksud adalah tanah pekarangan tempat anjing bermain.Dari hasil penelitian,semua sampel tanah yang diperiksa semua hasilnya negatif telur Toxocara cani ada 21 tanah (100%) sedangkan yang positif ada 0 (0%).Hal ini dapat dilihat pada Tabel dibawah ini.

Tabel 5.4. Distribusi Sanitasi Tanah Pekarangan

Sanitasi Frekuensi %

Positif 0 0

Negatif 21 100

Total 21 100.0

(39)

Tabel 5.5. Distribusi Infeksi Toxocara sp.

Infeksi Toxocara Frekuensi %

Infeksi Toxocara 10 11.1

Infeksi non

Toxocara 80 88.9

Total 90 100.0

Dari sampel 90 feses anjing yang diperiksa, 11 anjing (12,2%) positif infeksi Hookwoorm, 10 anjing (11,1%) infeksi Toxocara, dan 69 anjing (76,7%) bebas dari infeksi.Hasil tersebut dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.

Tabel 5.6. Distribusi Infeksi Parasit Lain

Infeksi Parasit Frekuensi %

Infeksi

Hookwoorm 11 12.2

Infeksi Toxocara 10 11.1

Negatif 69 76.7

Total 90 100.0

(40)

Tabel 5.7. Distribusi Anjing Dikandang

Kandang Frekuensi %

Ya 60 66.7

Tidak 30 33.3

Total 90 100.0

Dilihat dari anjing yang mendapatkan obat cacing, 24 anjing (26,7%) diberi obat cacing dari pemilik dan 66 anjing (73,3,%) tidak mendapat obat cacing dari pemilik.Hasil tersebut dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel 5.8. Distribusi Anjing Diberi Obat Cacing

Obat cacing Frekuensi %

Diberi 24 26.7

Tidak diberi 66 73.3

Total 90 100.0

5.2. Pembahasan

5.2.1.Tingkat Pengetahuan Pemilik Hewan

(41)

penyakit berbahaya.Seluruh subjek penelitian kurang begitu mengetahui istilah Toxocara sp. dikarenakan infeksi Toxocara sp. sangat jarang di Indonesia.

Tingkat pengetahuan individu biasanya cenderung mempengaruhi tindakan seseorang.Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya higiene,tindakan dan sanitasi seseorang.Individu yang memiliki pengetahuan yang baik maka individu tersebut akan menjaga higine,tindakan,dan sanitasi dari hewannya sehingga memperkecil kejadian infeksi Toxocara sp. pada hewan peliharannya.

5.2.2.Higiene Hewan

Setelah dilakukan pengisian kuisoner terhadap pemilik rumah mengenai higiene si anjing rata-rata anjing memiliki higiene yang sedang.Higiene merupakan salah satu faktor resiko infeksi Toxocara sp.(Elvira,2010).Hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil yang dikemukakan dalam tersebut, dimana apabila higiene yang dilakukan hanya memiliki tingkat kurang atau sedang memang tidak memastikan anjing terbebas dari infeksi Toxocara sp.Akan tetapi apabila higiene dilakukan secara menyeluruh anjing bisa terhindar dari infeksi Toxocara sp.Hal ini diakibatkan kawasan disekitar rumah sering dibersihkan dari feses anjing yang mampu memperkecil kemungkinan infeksi Toxocara sp.

5.2.3.Perilaku Hewan

Setelah dilakukan pengisian kuisoner oleh responden tentang perilaku si anjing maka rata-rata anjing memiliki tingkat perilaku sedang. Salah satu bagian dari perilaku adalah anjing diberi obat cacing dan tidak diberi obat cacing.Dari 90 anjing yang di data ada sebanyak 60 anjing yang dikandangi oleh pemiliknya.Dilihat dari anjing yang diberi obat cacing hanya 24 anjing yang diberi obat cacing oleh pemiliknya.

(42)

apabila anjing memiliki perilaku yang baik maka anjing akan terbebas dari infeksi Toxocara sp.Hal ini mungkin hewan peliharaan yang berperilaku baik sesekali dilepas dari kandang oleh pemiliknya sehingga dapat menyebabkan infeksi Toxocara sp dari lingkungan sekitar.

5.2.4.Pembahasan Hubungan Sanitasi

(43)

BAB 6

6.1.Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Tingkat pengetahuan dengan kategori sedang memiliki presentase yang paling besar yaitu 47,6%,

2. Higiene dengan kategori sedang memiliki presentase yang paling besar yaitu 48,9%,

3. Perilaku dengan kategori sedang memiliki presentase yang paling besar yaitu 74,4%

6.2.Saran

1. Memberi edukasi kepada masyarakat Padang Bulan mengenai infeksi Toxocara sp. sehingga bisa meminimalkan infeksi pada hewan peliharaan. 2. Melakukan pemeriksaan tinja rutin oleh dokter hewan pada hewan

peliharaan sehingga mampu mengendalikan infeksi Toxocara.

(44)

DAFTAR PUSTAKA

Arrasyd,N.K., 1999.Kontaminasi Tanah oleh Soil Transmitted Helminth di Ambarita Pagururan pulau Samosir.Laporan Penelitian.Fakultas Kedokteran USU

Brown,H. 1979.Dasar Parasitologi Klinis.Edisi 3. Jakarta: Gramedia,253-25 CDC.DPDx-Parasitology.htttp:/www.dpdp.cdc.gov/dpdx/HTML/Hookworm.html Choi,D et al., 2012.Transmission of Toxocara canis via Ingestio of Raw Cow Liver

A Cross-Sectional study in Healthy Adults.Available from :

(accesed 20 april 2012)

Demirici,et al., 2010.Seroepidemiological Investigation of Toxocariasis in the Isparta Region of Turky. Available from :

(accessed 20 april 2012)

Dent,J.H., Robert,N.L.,Beaver,C.P,Carrera,G.M,Staggers,R.J.2003., Viseral Larva Migrans.Available from:

(accessed 20 april 2012)

(45)

Ecology, and Molecular Aspects.Available from:

(accessed 21 april 2012)

Elvira,et al., 2010.Environmental Monitoring and Analysis of Faecal

Contamination in an Urban Setting in the City of Bari (Apulia Region, Italy): Health and Hygiene Implications.Available from:

(accessed 1 Desember 2012)

Garcia,S.L., Bruckner,A.D., 1996.Diagnostik Parasitologi Kedokteran.Jakarta: EGC,167-170

Ideham,B. ,Pusarawati,S., 2007.Helmintologi Kedokteran.Surabaya:Airlangga University press,29-33

Irianto,K.2009., Parasitologi Berbagai Penyakit yang Mempengaruhi Kesehatan Manusia.Bandung: Yrama Widya,89-90

Magnaval,J.F.,Glickman,L.T.,Dorchies,P.,Morassin,B.,2001.Highlights of Human Toxocariasis.Available from:

(accessed 21 april 2012)

Notoatdmojo,soekidjo., 2007.Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan.Jakarta: Rineka Cipta,139-141

Sariego, et al .2012.Toxocariasis in Cuba: A literature Review.Available from:

(accessed 21 april 2012)

(46)

Denmark.Availbale from:

(accessed 21 april 2012)

Supali,T. ,Margono,S.S. ,Alisah,S.N. ,Abidin.2008.Parasitologi Kedokteran.Edisi 4.Jakata: Fakulras Kedokteran Universitas Indonesia,9-11

Widker, P.2006.Pangan, Papan dan Kebun Berguna.Kanasius:44.Available from:

(accessed 8 mei 2012)

World Health Organization.2010.Prevelance Toxocariasis.World Health Organization.

Zaman,V. ,Mary, N.M.L.2008.Atlas of Medical Parasitology.4th Edition.Singapore: Elsevier,128-130

(47)

DATA KUISONER NO.

URUT Jumlah Anjing NAMA

PENGETAHUAN HIGIENE TINDAKAN

SANITASI INFEKSI TOXOCARA

Lain -lain

ANGKA SKOR ANGKA SKOR ANGKA SKOR HOOKWORMS TRICHURIS

1 A 9 BAIK 7 CUKUP 6 CUKUP NEGATIF NEGATIF

2 NEGATIF

3 B 5 CUKUP 9 BAIK 6 CUKUP NEGATIF NEGATIF POSITIF

4 NEGATIF POSITIF

5 NEGATIF

6 NEGATIF

7 C 8 BAIK 4 KURANG 6 CUKUP NEGATIF NEGATIF

8 NEGATIF

9 NEGATIF

10 NEGATIF

11 D 7 CUKUP 4 KURANG 5 CUKUP NEGATIF NEGATIF

12 NEGATIF

13 NEGATIF

14 NEGATIF

15 NEGATIF

16 E 6 CUKUP 5 CUKUP 3 KURANG NEGATIF NEGATIF

17 NEGATIF

18 NEGATIF

19 NEGATIF

20 F 8 BAIK 7 CUKUP 7 CUKUP NEGATIF NEGATIF

(48)

22 G 7 CUKUP 9 BAIK 8 BAIK NEGATIF NEGATIF

23 NEGATIF POSITIF

24 NEGATIF

25 NEGATIF

26 H 6 CUKUP 4 KURANG 6 CUKUP NEGATIF NEGATIF POSITIF

27 NEGATIF POSITIF

28 NEGATIF

29 I 5 CUKUP 5 CUKUP 5 CUKUP NEGATIF POSITIF

30 NEGATIF

31 NEGATIF

32 NEGATIF

33 NEGATIF

34 POSITIF

35 J 8 BAIK 4 KURANG 6 CUKUP NEGATIF NEGATIF

36 POSITIF

37 NEGATIF

38 NEGATIF

39 NEGATIF

40 K 9 BAIK 5 CUKUP 7 CUKUP NEGATIF POSITIF

41 NEGATIF

42 NEGATIF

43 NEGATIF

44 L 8 BAIK 6 CUKUP 4 KURANG NEGATIF POSITIF

(49)

46 NEGATIF

47 M 7 CUKUP 5 CUKUP 4 KURANG NEGATIF NEGATIF POSITIF

48 NEGATIF POSITIF

49 NEGATIF

50 NEGATIF

51 NEGATIF

52 N 7 CUKUP 8 BAIK 5 CUKUP NEGATIF NEGATIF POSITIF

53 NEGATIF POSITIF

54 NEGATIF POSITIF

55 NEGATIF POSITIF

56 O 4 KURANG 4 KURANG 7 CUKUP NEGATIF NEGATIF

57 NEGATIF

58 NEGATIF

59 NEGATIF

60 NEGATIF

61 P 5 CUKUP 6 CUKUP 7 CUKUP NEGATIF NEGATIF

62 POSITIF

63 POSITIF

64 POSITIF

65 POSITIF

66 NEGATIF

67 Q 7 CUKUP 8 BAIK 8 BAIK NEGATIF NEGATIF

68 NEGATIF

69 R 3 KURANG 7 CUKUP 6 CUKUP NEGATIF POSITIF

(50)

71 NEGATIF

72 NEGATIF

73 S 3 KURANG 4 KURANG 5 CUKUP NEGATIF NEGATIF

74 NEGATIF

75 NEGATIF

76 NEGATIF

77 NEGATIF

78 NEGATIF

79 NEGATIF

80 NEGATIF

81 NEGATIF

82 NEGATIF

83 T 8 BAIK 6 CUKUP 4 KURANG NEGATIF NEGATIF

84 NEGATIF

85 NEGATIF

86 NEGATIF

87 NEGATIF

88 U 8 BAIK 7 CUKUP 7 CUKUP NEGATIF NEGATIF

89 NEGATIF

(51)

Lampiran 1.Lembar Penjelasan kepada Calon Subjek Penelitian Salam Sejahtera

Dengan hormat,

Nama saya Rina Stefany Manurung, sedang menjalani pendidikan Kedokteran di Program S1 Ilmu Kedokteran FK USU. Saya sedang melakukan penelitian yang berjudul

“Infeksi Toxocara Pada Hewan Peliharaan Di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2012Saya mengikutsertakan saudara/i dalam penelitian ini yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh

higiene, sanitasi dan tingkat pengetahuan terhadap munculnya infeksi toxocara pada hewan peliharaan.

Partisipasi saudara/i dalam penelitian ini bersifat sukarela. Pada penelitian ini identitas

saudara/i akan disamarkan. Kerahasiaan data saudara/i akan dijamin sepenuhnya. Bila data saudara/i dipublikasikan dalam hasil penelitian, kerahasiaan data saudara/i akan tetap dijaga.

Jika selama menjalankan penelitian ini terjadi keluhan pada saudara/i silakan menghu-bungi saya Rina Stefany Manurung (085296187383)

Demikan informasi ini saya sampaikan. Atas bantuan, partisipasi dan kesediaan waktu saudara/i sekalian, saya ucapkan terima kasih.

Peneliti,

(52)

Lampiran 2. Informed Consent

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (LPSP) (INF ORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Usia :

Jenis Kelamin : Alamat :

Setelah mendapatkan penjelasan dari peneliti tentang Penelitian “Infeksi Toxocara Canis sp.Pada Hewan Peliharaan di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2012.” dan saya

memahaminya, maka dengan ini saya secara suka rela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia ikut serta dalam penelitian:

Judul :Infeksi Toxocara sp.Pada Hewan Peliharaan di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2012

Nama Peneliti : Rina Stefany Manurung

Jenis Penelitian : Analitik dengan desain belah lintang (cross sectional)

Lokasi : Kelurahan Padang Bulan

Institusi : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

maka dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan saya menandatangani dan menyatakan bersedia berpartisipasi pada penelitian ini. Segala kerahasiaan yang saya ketahui akan

menjadi tanggung jawab penuh peneliti.

Demikianlah surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Medan, ……….. 2012

Mahasiswa peneliti, Peserta penelitian,

Rina Stefany Manurung ( )

(53)

Lampiran 3. Kuesioner Penelitian Nama :

Umur : Alamat :

Pengetahuan

1. Pernah melihat cacing pada tubuh/feses/urin hewan peliharaan? a.ya

b.tidak

2. Apakah anda tahu bahwa hewan peliharaan (anjing) dapat terinfeksi cacing? a.ya

b.tidak

3. Menurut anda dari mana hewan peliharaan (anjing) bisa terinfeksi cacing? a.Makanan kaleng yang kadaluarsa

b.Makanan yang tidak higienis (tempat sampah,tanah pekarangan,dll)

c.Makanan khusus anjing

4. Menurut anda,infeksi cacing pada induk anjing dewasa dapat ditularkan pada anak anjing tersebut?

(54)

5. Menurut anda penularannya dari induk anjing ke anak ajing dapat melalui apa? a.menyusui

b.kontak kulit c.air liur

6. Apakah infeksi cacing pada hewan peliharaan (anjing) dapat menular ke manusia?

a.ya b.tidak

7. Bagaimana cara penularaan infeksi cacing dari hewan peliharaan (anjing) ke manusia?

a.Tidak bersih mencuci tangan setelah membersihkan kandang b.air liur hewan peliharaan

c.urin hewan peliharaan

8. Menurut anda bagaimana pencegahan penularan infeksi cacing pada hewan peliharaan (anjing)?

a.membuang feses hewan peliharaan pada tempat sampah b.imunisasi

c.memberi makanan yang bergizi pada anjing

9. Menurut anda bagaimana pencegahan penularan infeksi cacing pada manusia dari hewan peliharaan (anjing) yang terinfeksi?

a.Sering berolahraga

(55)

c.mandi 3x sehari

10. Apakah anjing yang terinfeksi harus dibawa ke dokter hewan? a.ya

b.tidak

Higiene

No Pertanyaan Ya Tidak

1 Apakah anda sering membersihkan kawasan disekitar rumah? 2 Apakah anda menyediakan tempat pembuangan air besar hewan? 3. Apakah hewan mempunyai kandang?

4 Apakah kandang hewan sering dibersihkan? 5 Pernahkah anda membersihkan hewan peliharaan? 6 Dalam seminggu apakah anda ada membersihkan hewan

peliharaan?

7 Apakah kebersihan hewan terjaga baik? 8 Apakah hewan ada diberi perawatan lain?

9 Apakah hewan sebelum masuk kandang dibersihkan dahulu? 10 Apakah hewan ada control periksa ke dokter hewan?

Perilaku

No Pertanyaan Ya Tidak

1 Apakah makanan hewan berasal dari pemilik rumah? 2 Apakah hewan bermain diluar?

3 Apakah hewan ada kontak dengan hewan lain? 4 Apakah hewan mempunyai kandang?

5 Apakah makanan yang diberikan ke hewan merupakan khusus makanan hewan?

6 Apakah hewan diberi makan setiap hari? 7 Apakah hewan sering bermain diluar?

8 Pernahkah hewan dikasi makanan yang bukan makanan khusus hewan?

(56)

Lampiran 4

DATA RIWAYAT HIDUP

Nama : Rina Stefany Manurung Tempat/tanggal lahir : Medan/ 06 Juli 1991 Pekerjaan : Mahasiswa

Agama : Kristen

Alamat : Jl.Sei Ular Baru no.42 Medan Nomor Telepon : 085296187383

Orang Tua : - Ayah : Saurman Manurung SH - Ibu : Regia br.Panjaitan Riwayat Pendidikan : TK Fajar 1996-1997

SD St.Antonius IV 1997-2003 SMP St.Thomas 1 2003-2006 SMA Negeri 1 Medan 2006-2009

Fak. Kedokteran USU Medan 2009- sekarang Riwayat Organisasi : 1.Ketua Humas Ps.SolaGratia SMAN 1 Medan

2.Bendahara Umum Ps.SolaGratia SMAN 1 Medan pada Asian Choir Games di Jakarta

3.Kepanitiaan seksi karoke PORSENI FK USU

4.Kepanitiaan seksi publikasi dan dokumentasi PMB FK USU

5.Koordinator Konsumsi Natal FK USU

6.Kepanitiaan dekorasi simposium NSW FK USU

(57)

Lampiran spss

pengetahuan baru

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid kurang 3 14.3 21.1 21.1

sedang 10 47.6 47.8 68.9

baik 8 38.1 31.1 100.0

Total 21 100.0 100.0

higiene baru

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid kurang 32 35.6 35.6 35.6

sedang 44 48.9 48.9 84.4

baik 14 15.6 15.6 100.0

Total 90 100.0 100.0

Perilaku baru

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid kurang 17 18.9 18.9 18.9

sedang 67 74.4 74.4 93.3

baik 6 6.7 6.7 100.0

Total 90 100.0 100.0

(58)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid negatif 21 100.0 100.0 100.0

Infeksi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid infeksi toxocara 10 11.1 11.1 11.1

infeksi non toxocara 80 88.9 88.9 100.0

Total 90 100.0 100.0

parasitlain

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid hookworm 11 12.2 12.2 12.2

negatif 69 76.7 76.7 88.9

toxocara 10 11.1 11.1 100.0

(59)

diberiobatcacing

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid diberi 24 26.7 26.7 26.7

tidak diberi 66 73.3 73.3 100.0

Total 90 100.0 100.0

anjingdikandang

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ya 60 66.7 66.7 66.7

tidak 30 33.3 33.3 100.0

Gambar

Gambar 2.1 Morfologi Toxocara (CDC,2010)
Gambar 2.2 Siklus Hidup Toxocara (CDC,2010)
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
Gambar 4.4 Kerangka Kerja Peneliti

Referensi

Dokumen terkait

Penyakit menular seperti diare, disentri, polio, kholera, hepatitis A dan lainnya merupakan penyakit yang disebabkan oleh tidak tersedianya sarana jamban atau sarana jamban yang

Hambatan dalam pengembangan peternakan, khususnya peternakan sapi yang disebabkan oleh cacing parasit perlu mendapat perhatian yang cukup besar, namun sampai saat

Pemeriksaan yang umumnya dilakukan dalam mendiagnosis infeksi nematoda usus berupa mendeteksi telur cacing atau larva pada feses manusia (Suali, 2009; Maguire, 2010; WHO,

Analisis untuk mengetahui hubungan antara kelompok usia, tingkat pendidikan dan jenis kegiatan harian dengan sikap dan perilaku pencegahan infeksi cacing usus dilakukan dengan