• Tidak ada hasil yang ditemukan

Infeksi Toxocara sp Pada Hewan Peliharaan Di Kelurahaan PadangBulan Tahun 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Infeksi Toxocara sp Pada Hewan Peliharaan Di Kelurahaan PadangBulan Tahun 2012"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

2.1. Pengetahuan

Notoatmidjo (2005), mengatakan bahwa pengetahuan adalah hasil tahu seseorang terhadap obyek melalui indera yang dimilikinya dan dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap obyek. Pengetahuan merupakan hal yang sangat berpengaruh dalam membentuk tindakan dan sikap seseorang. Pengetahuan dapat diukur dengan melakukan wawancara atau pemberian angket kuesioner yang menanyakan tentang isi materi yang ingin dikukur dari subjek penelitian atau responden.

2.2. Higiene

Kata ‘higiene’ berasal dari bahasa yunani yang berati perawatan dan pemeliharaan kesehatan.Bahan makanan yang diolah tanpa prinsip higiene dapat mengakibatkan penyakit(Widker P,2006).

Pengertian higiene menurut Depkes adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan individu subyeknya.

2.3. Perilaku

Perilaku adalah semua kegiatan atau aktifitas.Perilaku merupakan bentuk respons atau reaksi terhadap stimulus atau ransangan dari luar.

Menurut Notoatmojo,Perilaku Kesehatan adalah suatu respons sesorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit,sistem pelayanan kesehatan,makanan dan minuman, serta lingkungan.

2.4. Epidemiologi

Toxocara canis dan Toxocara cati pada anjing dan kucing tersebar luas di seluruh dunia,dan kasus manusia dengan infeksi larva yang tidak diketahui mungkin tersebar lebih luas daripada yang telah dilaporkan dari Amerika Serikat, Inggris,Eropa, dan Asia (Harold,1979).

(2)

tercemar tinja kucing atau anjing yang mengandung telur cacing Toxocara .Anak-anak anjing atau kucing penderita toxocarisis yang berumur antara 3 minggu dan 3 bulan merupakan sumber utama infeksi,dan banyak mengeluarkan telur cacing melalui tinjanya yang mencemari tanah pekarangan,pasir tempat bermain anak,dan taman bermain dikota.Tanah yang sudah tercemar telur Toxocara dapat tetap infektif sampai beberapa tahun lamanya.Kebiasaan makan makanan yang kurang bersih atau kurang menjaga kebersihan sesudah bermain,meningkatkan terjadinya risiko penularan (Soedarto,2007)

Cacing tersebar secara kosmopolit;juga ditemukan di Indonesia.Di Jakarta prevalensi pada anjing 38,3 % dan pada kucing 26 % (Taniawati et al,2008).

Anjing dan kucing yang terinfeksi melepaskan telur Toxocara dalam kotoran mereka dan mencemari lingkungan. Manusia atau hewan lain dapat terinfeksi oleh sengaja menelan telur Toxocara. Sebagai contoh, manusia dapat terjangkit jika mereka bekerja dengan kotoran dan sengaja menelan kotoran yang mengandung telur Toxocara.Karena anjing dan kucing sering ditemukan dimana orang hidup, mungkin ada sejumlah besar telur yang terinfeksi di lingkungan (CDC,2010).

2.5. Morfologi

Toxocara dewasa yang hidup didalam usus halus anjing atau kucing umurnya dapat mencapai 4 bulan.Cacing jantan mempunyai ekor yang melengkung sedangkan cacing betina mempunyai ekor runcing.Disekeliling mulut cacing dewasa terdapat 3 buah bibir yang bebrbentuk khas,sedang didaerah leher terdapat cervical alae yang lebar.Larva infektif cacing berukuran lebih kurang 400u x 20u.Telur Toxocara berbentuk oval dengan permukaan yang bergerigi kecil,berwarna cokelat muda dan berdinding tebal.Telur cacing mempunyai ukuran sekitar 85u x 75u pada Toxocara canis dan berukuran 65ux70u pada Toxocara cati (Soedarto,2007).

(3)

cervicalis dan alae caudalis.Toxocara cati parasit di dalam usus halus kucing.Cacing jantan panjangnya 3-6 cm mempunyai perianal papilae spesifik.Cacing betina panjangnya 4-10 cm dan mempunyai alae cervicalis sangat lebar.Telur berukuran 65-75 mikron (Bariah,2007).

Toxocara canis jantan mempunyai ukuran panjang 3,6-8,5 cm sedangkan yang betina 5,7-10 cm, Toxocara cati jantan 2,5-7,8 cm,yang betina 2,5-14 cm.Bentuknya menyerupai Ascaris Lumbricoides muda.Pada Toxocara canis terdapat sayap servikal yang berbentuk seperti lanset,sedangkan pada Toxocara cati bentuk sayap lebih lebar,sehingga kepalanya menyerupai kepala ular kobra.Bentuk ekor kedua spesies hampir sama;yang jantan ekornya berbentuk seperti tangan dengan jari yang sedang menunjuk (digitiform),sedangkan yang betina ekornya bulat meruncing (Taniawati et al,2008)

Gambar 2.1 Morfologi Toxocara (CDC,2010) 2.6. Siklus Hidup

(4)

Telur yang dihasilkan oleh cacing dewasa keluar bersama tinja,bila lingkungan cocok setelah 10-15 hari mengalami embrional berkembang menjadi telur infektif.Jika telur ini berkembang oleh anak anjing parasit dapat berkembang sempurna menjadi cacing dewasa.Pada kucing siklus hidupnya sama,namun cara penularannya melalui kolustrum dan telur infektif.Infeksi pada manusia terjadi karena tertelannya telur infektif,manusia buka hospes definitif maka dalam perkemabangannya tidak akan menjadi cacing dewasa.Larva didalam organ akan menyebabkan reaksi inflamasi dan terbentuknya granuloma yang selanjutnya mengalami kapsulasi oleh reaksi hospes dan kejadian inilah dikenal dengan viseral larva migrans (VLM) dan pada mata dikenal dengan ocular larva migrans (OLM)(Bariah,2007).

Penularan larva pada anak anjing atau kucing dapat terjadi secara transplasental dari induk anjing yang terinfeksi atau melaui air susu dari induk kucing yang terinfeksi(Taniawati et al,2008).

Toxocara canis dan Toxocara cati adalah bangsa Ascaris yang hidup pada anjing dan kucing serta mempunyai siklus hidup seperti Ascarislumbricoides pada manusia.Apabila Toxocara ini kebetulan termakan oleh manusia sebagai hospes aberant maka akan menyebabkan inflamasi dan meransang granulomata eosinofil(Kus irianto,2009).

(5)

Gambar 2.2 Siklus Hidup Toxocara (CDC,2010)

2.7. Gejala Klinis dan Patologi

Kelainan yang khas sering terdapat di hepar dan terdiri atas bagian yang berbatas,agak menimbul,berwarna kelabu dengan diameter kurang lebih 4 mm.Pada anak-anak penyakit sering berlansung tanpa gejala disertai gambaran eosinofil ialah eosinofili 20-80%,yang menetap dan hepatosplenomegali.Rasa sakit yang sering timbul ,dermatitis,dan gangguan saraf dapat ditemukan pada keadaan yang lebih berat,dan anemi yang nyata disertai jumlah leukosit yang meninggi (Harold,1979).

(6)

Telah dilaporkan bahwa sejumlah 200 larva T.canis pada seorang anak kecil dapat menimbulkan eosinofilia perifer 20% sampai 40% selama lebih satu tahun tanpa gejala-gejala yang di deteksi.Pada kasus biasanya dengan eosinofilia sebesar50%,pasien sudah menunjukkan gejala-gejala,seperti demam,hepatomegali,hiperglobulinemia,batuk-batuk,dan gangguan neurologik. (Lynne,1996).

VLM dan OLM terutama penyakit anak-anak muda 5-10 tahun.Hal ini menyajikan dengan demam, pembesaran dan nekrosis hati,pembesaran limpa,gejala pernapasan bagian bawah (terutama bronkospasme, menyerupai asma); eosinofilia terkadang mendekati 70% dan hypergammaglobulinemia imunoglobulin M (IgM), IgG,dan IgE.Dalam kasus terakhir ini, gejala yang lebih jelas, dengan peningkatan kadar IgE/anti-IgE kompleks imun,Miokarditis,nefritis,dan keterlibatan SSP telah dijelaskan.SSP keterlibatan dapat menyebabkan kejang,gejala neuropsikiatri, atau ensefalopati. Ada apresiasi meningkat bahwa manifestasi klinis yang lebih halus juga mungkin timbul sebagai akibat dari paparan jangka panjang terhadap remaja bermigrasi. Dalam paru-paru, migrasi larva dapat menyebabkan asma. T. canis telah diusulkan sebagai faktor risiko lingkungan untuk asma antara beberapa populasi dalam kota. Demikian pula, di otak, T. canis telah terlibat sebagai salah satu penyebab dari apa yang disebut gangguan kejang idiopatik, serta penyebab gangguan usus fungsional.Pada OLM konsekuensi yang paling serius dari infeksi adalah invasi retina,menyebabkan pembentukan granuloma,yang terjadi biasanya perifer atau dikutub posterior.

(7)

sedikitnya lesi yang disertai reaksi alergi.Gejala klinis antara lain:demam,pembesaran hati,anemia,dan gejala mirip asma (Bariah,2007).

Pada manusia larva cacing tidak menjadi dewasa dan menggembara di alat-alat dalam.Kelainan yang timbul karena migrasi larva dapat dapat berupa peendarahan,nekrosis,dan peradangan yang didominasi oleh eosinofil.Kematian larva menstimulasi respons imun immediate-type hypersenstivitas yang menimbulkan penyakit viseral larva migran,dengan gejala demam,pembesaran hati dan limpa,bronkospasme.Kelainan karena migrasi larva pada retina mata disebut ocular larva migran biasanya unilateral dapat berupa penurunan penglihatan yang dapat disertai starbismus pada anak serta kebutaan (Taniawati et al,2008).

Luka yang mengandung larva Toxocara telah ditemukan didalam hati,otak,mata,dan paru-paru.Pneumonitis sering terjadi dan inflitrasi paru –paru pada rontgenogram.Hati dan limpa membesar.Kulit pecah-pecah pada anggota bawah dapat terjadi (Koes Irianto,2009).

Pada beberapa orang yang terinfeksi dengan tingginya jumlah larva Toxocara atau telah mengulangi infeksi, larva dapat melakukan perjalanan melalui bagian tubuh seperti hati, paru-paru atau sistem saraf pusat dan menimbulkan gejala seperti demam, batuk, pembesaran hati atau pneumonia. Bentuk Toxocariasis disebut Toxocariasis visceral atau VLM. Jarang, larva dapat melakukan perjalanan ke mata dan menyebabkan Toxocariasis okular atau OLM. Toxocariasis pada mata terjadi bila larva Toxocara mikroskopis memasuki mata dan menyebabkan peradangan dan jaringan parut pada retina. Tanda-tanda VLM termasuk demam, batuk, mengi, nyeri perut, dan hepatomegali. Eosinofilia sering hadir. Toxocariasis Visceral telah diusulkan sebagai penyebab asma, namun mungkin ada penyebab multifaktorial asma dan studi lebih lanjut diperlukan untuk membangun hubungan penyebab antara Toxocariasis dan asma (CDC,2010).

(8)

Diagnosis infeksi larva Toxocara biasaranya dibuat diklinik berdasarkan suatu trias : eosinofili yang nyata ,hepatomegali dan hiperglobulinemi.Pada infeksi yang berat diagnosis dapat dipastikan berdasarkan biopsi hati,gambaran kelainan granuloma eosinofilik yang khas serta ada larvanya (Harold,1979)

Reaksi kulit dan serologi dengan menggunakan berbagai antigen yang dibuat dari berbagai macam Nematoda,telah memeberikan hasil yang mempunyai harapan baik walaupun kadang-kadang meragukan.Titer tinggi untuk anti-A dan anti-B telah dilaporkan (Harold,1979).

Karena bahan biopsi biasanya tidak dianjurkan,tes serologik merupakan pemeriksaan yang dapat diterima secara luas.Pada pasien yang diperkirakan mengidap toksokariasis mata,titer yang tinggi dari zat anti lebih banyak dijumpai di dalam “humor aqueous” dari pada di dalam serum, hal ini menunjukkan dibentuknya zat anti secara lokal (Felberg dkk,1981).

Antigen rekombinan telah dihasilkan dari larva tahap kedua dari T. canis yang menjanjikan untuk menambah spesifisitas yang lebih besar untuk tes yang sudah dipercaya (sekitar 92%) menggunakan ELISA.ELISA memiliki tingkat sensitivitas cukup tinggi, serta (sekitar 78%), dengan titer lebih besar dari 1:32. Indikator lain dari infeksi termasuk hypergammaglobulinemia dan titer isohemagglutinin tinggi. Dengan demikian, konstelasi penyakit klinis yang dijelaskan di atas, riwayat kontak dengan hewan, eosinofilia, dan serologi positif, kuat mengarah ke diagnosis.

Pada pemeriksaan darah tepi penderita,tampak gambaran hipereosinofilia antara 15-80% serta leukositosis yang tinggi antara 15.000 dan 80.000.Juga ditemukan kenaikan titer imunoglobulin,yaitu IgG,IgM, dan IgE yang memperkuat larva migran viseral (Soedarto,2007).

OLM didiagnosis terutama berdasarkan kriteria klinis selama pemeriksaan ophthalmologic.Tes immunodiagnostic yang digunakan untuk VLM yang tidak dapat diandalkan untuk OLM. Dalam sebuah penelitian, hanya 45% pasien dengan Olm klinis didiagnosis memiliki titer lebih tinggi dari 1:32 (Dickson,2003)

(9)

peningkatan total IgE (>500 IU/ml) dapat membantu menegakkan diagnosis.Teknik pencitraan seperti USG,CT Scan dan MRI dapat digunakan untuk mendeteksi lesi granulomatosa yang berisi larva Toxocara (Taniawati et al,2008).

Diagnosis dikuatkan dengan biopsi hati dan demosntrasi dari luka granulomata eosinofil yang khas dengan adanya larva (Koes Irianto,2009).

Test serologi sangat berguna untuk diagnosis Toxocariasis.Tesnya termasuk tes fluoresent antibodi dan ELISA menggunakan exo-antigen dari larva.

Diagnosis baik Toxocariasis visceral atau Toxocariasis mata didasarkan pada adanya tanda-tanda VLM atau Olm dan sejarah paparan potensi sumber telur Toxocara menular. Diagnosis Toxocariasis visceral didasarkan pada penyakit yang kompatibel dan sejarah paparan dengan hasil positif dengan tes serologis. Tes saat ini dianjurkan adalah enzyme-linked immunosorbent (ELISA) dengan antigen tahap larva, biasanya ekskretoris/sekretori antigen yang dilepaskan ketika larva infektif Toxocara yang dibudidayakan. Kekhasan dari pengujian ini adalah baik meskipun reaktivitas silang dengan antibodi terhadap cacing gelang manusia, Ascaris lumbricoides, adalah mungkin, namun, tes menggunakan ekskretoris Toxocara/antigen sekretori meminimalkan masalah ini. Hasil serologi positif harus diinterpretasikan dengan pertimbangan status klinis pasien. Antibodi terdeteksi mungkin merupakan akibat dari infeksi di masa lalu. Juga, seropositif dapat hadir pada infeksi Toxocara tanpa gejala. Sampel serum berpasangan menunjukkan kenaikan yang signifikan dalam kadar antibodi dari waktu ke waktu mungkin berguna untuk mengkonfirmasi infeksi aktif (CDC,2010).

2.9. Pengobatan

Binatang yang dibawah umur 6 bulan harus diobati untuk mengeluarkan cacingnya dengan piperazin sekali tiap bulan, dan bila lebih umurnya sekali dua bulan (Harold,1979)

Albendazole adalah pengobatan pilihan bagi

Untuk mengobati Toxocariasis pada hewan,berbagai obat cacing dapat digunakan (Soedarto,2006).

(10)

Hewan yang terinfeksi diobati dengan mebendazol atau ivermectin.Anak anjing atau kucing rutin diobati mulai usia 2-3 minggu,setiap dua minggu hingga berusia 1 tahun.Anjing atau kucing dewasa diobati setiap 6 bulan (Taniawati et al,2008)

Hetrazan efektif terhadap infeksi yang disebabkan oleh cacing (Koes,2009)

Pengobatan dengan Albendazole atau mebendazole diindikasikan untuk Toxocariasis visceral, meskipun durasi yang optimal pengobatan tidak terdefinisi. Kedua obat dimetabolisme di hati, penggunaan jangka panjang Albendazole (minggu ke bulan) telah menyebabkan perkembangan pansitopenia pada beberapa pasien dengan fungsi hati dikompromikan. Pasien pada pengobatan jangka panjang harus dimonitor oleh jumlah sel darah serial. Namun, Albendazole telah digunakan untuk mengobati jutaan pasien di seluruh dunia dan dalam kampanye obat administrasi massa, dan itu dianggap sebagai obat yang aman dengan catatan toksisitas rendah. Selain terapi antiparasit, terapi simptomatik termasuk pengobatan steroid untuk mengendalikan peradangan dapat diindikasikan. -Albendazole 400 mg per oral dua kali sehari selama lima hari -Mebendazole 100-200 mg per oral dua kali sehari selama lima hari (baik orang dewasa dan dosis pediatrik) (CDC,2010)

2.10. Pencegahan

Tinja anjing dan kucing ditempat main anak-anak haruss ditimbun dengan tanah (Harold,1979).

Usaha pencegahan antara lain yaitu membrantas cacing secara periodik pada anjing dan kucing agar bebas dari infeksi.Juga dianjurkan untuk memperhatikan lokasi sewaktu akan defekasi di jalan (Lynne,1996).

(11)

melihat sejumlah besar anjing dan kucing yang dibawa kepada mereka oleh pemilik hewan peliharaan. Merekomendasikan pemeriksaan tinja rutin dan sering menggunakan agen kemoterapi seperti mebendazole telah terbukti efektif dalam mengendalikan infeksi (Dickson,2003).

Karena anjing dan kucing merupakan sumber penularan utama,maka hewan-hewan yang menderita Toxocariasis harus segera diobati obat cacing secara sempurna (Sedarto,2006).

Pemberian antilhelmentik secara teratur dan terus-menerus pada anak anjing dan kucing (Bariah,2007).

Pengendalian infeksi dilakukan dengan mencegah pembuangan tinja anjing atau kucing peliharaan secara sembarang terutama di tempat bermain anak-anak dan kebun sayuran (Taniawati et al,2008).

Pengendalian infeksi Toxocara pada anjing dan kucing akan mengurangi jumlah telur menular di lingkungan dan mengurangi risiko bagi manusia. Ada beberapa hal yang dapat di lakukan di sekitar rumah untuk membuat hewan peliharaan:

a.Bersihkan daerah hewan peliharaa tinggal setidaknya sekali seminggu.

b. Tinja hewan harus baik dikubur atau dikantongi dan dibuang di tempat sampah (CDC,2010).

BAB 3

Gambar

Gambar 2.1 Morfologi Toxocara (CDC,2010)
Gambar 2.2 Siklus Hidup Toxocara (CDC,2010)

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan untuk rnengetahui tingkat kejadian infeksi cacing jantung pada anjing peliharaan I beberapa wilayah Pulau Jawa dan Bali, serta faktor-

Secara klinis bentuk peradangan berdarah disertai nekrosis pada usus halus banyak ditemukan pada anak anjing yang terinfeksi virus parvo di Kota Denpasar.. UCAPAN

18 Dalam pemeriksaan filariasis di Kabupaten KOBAR dideteksi bahwa satu ekor monyet, satu ekor anjing dan tiga ekor kucing yang ditangkap dan positif terinfestasi

Pada pemeriksaan feses di Instalasi Hewan Coba tidak ditemukan adanya parasit usus baik cacing maupun protozoa dan pada pemeriksaan fisik mencit ditemukan 5 ekor

Infeksi pada manusia dapat terjadi melalui penetrasi kulit oleh larva filariorm yang ada di tanah. Cacing betina mempunyai panjang sekitar 1 cm, cacing jantan kira-kira 0,8

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat deteksi parvovirus anjing pada infeksi lapangan dari organ jantung dan usus halus yang dinilai berdasarkan pita

Daur hidup Ascaris lumbricoides dimulai sejak dikeluarkannya telur oleh cacing betina di usus halus kemudian dikeluarkan bersama tinja, dengan kondisi yang menguntungkan

Semua sampel asal Lembang (30 ekor betina dan 31 ekor jantan) yang telah dianalisis mempunyai genotip homozigot dominan yang normal; sedangkan dua dari 20 sampel sapi FH betina