• Tidak ada hasil yang ditemukan

Cutaneus Larva Migrans (Clm)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Cutaneus Larva Migrans (Clm)"

Copied!
1
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

1. Hochedez P, Caumes E. Hookworm-related cutaneous larva migrans. J. Travel. Med. 2007; 14(5):326-33

2. Tamming.N, Bierman WF, de Vries PJ. Cutaneous larva migrans acquired in brittany, france. Emerging Infectious Disease. 2009; 15(11):1856-57

3. Miljkovic J, Breznik V. Cutaneous larva migrans in two Slovenian travelers returning from brazil. Acta Dermatoven APA. 2008; 17(2):83-85

4. Tolan RW. Pediatic cutaneous larva migrans. Diunduh dari

Dia,akses tanggal 22 Desember 2011

5. Soedarto. Penyakit cacing. Dalam: Soedarto. Penyakit menular di Indonesia. Jakarta, Sagung seto; 2009.h. 42-6

6. Caumes E. Treatment of cutaneous larva migrans. Clin. Infect. Dis. 2000;30:811-4 7. Bouchaud O, Houze S, Schiemann R, Durand R, Ralaimazava P, Ruggeri C, dkk.

Cutaneous larva migrans in travelers: a prospective study, with assessment of therapy with ivermectin. Clin Infect Dis. 2000; 31:493-8

8. Feldmeier H, Schuster A. Mini review: hookworm-related cutaneoua larva migrans. Eur J Clin Microbiol Infect Dis. 2011

9. Soedarmo S, Garna H, Hadinegoro S, Satari HI. Ankilostomiasis (infeksi cacing tambang). Dalam: Soedarmo S, Garna H, Hadinegoro S, Satari HI. Buku ajar Infeksi & Pediatri tropis. Edisi ke-2.Jakarta.Penerbit IDAI; 2010.h.380-4

10. Heukelbach J, Gomide M, Aroujo F, Pinto NSR, SantanaRD, Brito JRM, dkk. Cutaneous larva migrans and tungiasis in international travelers exiting brazil: an airport survey. J Trav Med. 2007; 14(6):374-80

11. Margono SS. Creeping eruption. Dalam: Hadidjaja P, Margono SS. Dasar Parasitologi Klinik.Edisi ke-1. Jakarta, Badan Penerbit FK UI; 2011.h. 159-163

12. Tomich EB, Knutson T, Welsh L. Hookworm-related cutaneous larva migrans. CJEM. 2009; 12(5):446

Referensi

Dokumen terkait

Simpulan dari penelitian ini adalah pertama pemberian abate, serbuk Bt C, serbuk Bt A, serbuk Bt B, dan isolat Bt dalam NB mempengaruhi tingkat mortalitas larva Chironomus sp,

Kajian Histopatologi Toksisitas Formalin Pada Post Larva Udang Windu (Penaeus monodon Fabr) Endang Susianingsih. P 18500002

Penelitian ini menunjukkan bahwa menguras TPA (p=0.000) dan menutup TPA (p=0.000) berhubungan dengan keberadaan larva Aedes aegypti , sedangkan mengubur barang bekas yang

Dari hasil indeks larva tersebut terlihat adanya penurunan, namun secara statistik dengan uji McNemar didapatkan nilai p untuk HI sebesar 0,17 dan nilai p untuk CI sebesar 0,53

Berdasarkan penelusuran pustaka ini dapat disimpulkan bahwa, faktor risiko terjadinya cutaneous larva migrans (CLM) terdiri dari jenis kelamin, usia, pendapatan, tidak

Berdasarkan hasil penelitian mengenai efektivitas ekstrak daun serai dapur sebagai larvasida nyamuk Culex Sp dapat disimpulkan bahwa Kematian larva nyamuk terendah

Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan antara perlakuan pemberian dosis tawas terhadap kematian larva nyamuk Aedes aegypti dengan nilai sigifikansi

Lingkungan biologi yaitu keberadaan vegetasi diperoleh nilai p = 0,005 < 0,05 artinya keberadaan vegetasi berpengaruh terhadap kepadatn larva, sedangkan keberadaan predator