TART DI BULAN HUJAN
TART DI BULAN HUJAN
”Ternyata harganya tiga ratus tujuh puluh lima ribu, Pak,” kata Sum kepada lakinya, Uncok.
”Ternyata harganya tiga ratus tujuh puluh lima ribu, Pak,” kata Sum kepada lakinya, Uncok.
”Barang apa yang kau bicarakan i
”Barang apa yang kau bicarakan itu, kok mahal amat?” bertanya suaminya.
tu, kok mahal amat?” bertanya suaminya.
””
LhoLho, musim hujan tahun
, musim hujan tahun lewat dan sebelumnya juga, kan, saya bilang, Pak, roti yang diberi
lewat dan sebelumnya juga, kan, saya bilang, Pak, roti yang diberi
gula yang berbentuk bunga mawar itu harganya tiga ratus lima puluh ribu.
gula yang berbentuk bunga mawar itu harganya tiga ratus lima puluh ribu. oti itu besar,
oti itu besar,
cukup untuk satu keluarga dengan beberapa tamu.
cukup untuk satu keluarga dengan beberapa tamu. T
Tapi, sekarang naik
api, sekarang naik dua puluh
dua puluh lima ribu,”
lima ribu,”
Sum mencoba menjelaskan. !akinya tetap tak paham. "a menarik rokok sebatang dari
Sum mencoba menjelaskan. !akinya tetap tak paham. "a menarik rokok sebatang dari
bungkusnya dan mencoba menyalakan korek.
bungkusnya dan mencoba menyalakan korek.
””
Ngerokok lagiNgerokok lagi,” tiba#tiba Sum sedikit membentak. ”$pa enggak bisa uangnya
,” tiba#tiba Sum sedikit membentak. ”$pa enggak bisa uangnya sedikit
sedikit
disimpan untuk tambahan beli roti.”
disimpan untuk tambahan beli roti.”
”Beli roti bagaimana?” Uncok gantian membentak. ”%au ini edan, ya.
”Beli roti bagaimana?” Uncok gantian membentak. ”%au ini edan, ya.
NyediainNyediainnasi
nasi
ajaajasusah,
susah,
kok beli roti mewah kayak gitu. "tu makanan menteri, bupati, dan wali
kok beli roti mewah kayak gitu. "tu makanan menteri, bupati, dan wali kota serta para
kota serta para
koruptor. Tahu?& %ita makan nasi
koruptor. Tahu?& %ita makan nasi
ajaajasama sambal'. %amu itu
sama sambal'. %amu itu mimpi'.” !akinya
mimpi'.” !akinya
menegaskan.
menegaskan.
Tiba#tiba sepi.
Tiba#tiba sepi. (i langit ada mendung
(i langit ada mendung yang memberi sas
yang memberi sasmita akan hujan.
mita akan hujan. %ilat sesekal
%ilat sesekalii
menggebyar
menggebyar. ”umah kita masih bocor,”
. ”umah kita masih bocor,” kata Uncok lagi
kata Uncok lagi sambil mendongak. ”Belum bisa beli
sambil mendongak. ”Belum bisa beli
plastik tebal penahan tiris. %ok kamu
plastik tebal penahan tiris. %ok kamu
mikirinmikirinroti tart yang, buat kita, harganya triliunan
roti tart yang, buat kita, harganya triliunan
rupiah. )dan kau itu&”
rupiah. )dan kau itu&”
Sum diam. T
Sum diam. Tak mendengarkan omelan suaminya. Bayangan di
ak mendengarkan omelan suaminya. Bayangan di depan matanya sangat
depan matanya sangat jelas*
jelas*
tart dengan
tart dengan bunga#bunga mawar, dengan tulisan
bunga#bunga mawar, dengan tulisan +appy Birthday
+appy Birthday. Betapa bahagianya
. Betapa bahagianya anak
anak
yang diberi hadiah itu. Sum sendiri belum pernah mendapat hadiah seperti itu, apalagi
yang diberi hadiah itu. Sum sendiri belum pernah mendapat hadiah seperti itu, apalagi
mencicipi. T
mencicipi. Tapi, alangkah lebih
api, alangkah lebih bahagia ia
bahagia ia jika bisa memberikan sesuatu yang
jika bisa memberikan sesuatu yang dinilainya luar
dinilainya luar
biasa, betapa pun belum
biasa, betapa pun belum pernah menikmatinya.
pernah menikmatinya.
”%urang beberapa hari lagi, Pak,” kata Sum memecah kesunyian.
”%urang beberapa hari lagi, Pak,” kata Sum memecah kesunyian.
”$panya yang kurang beberapa hari lagi?”
”$panya yang kurang beberapa hari lagi?” Uncok membentak. ”%iamatnya apa
Uncok membentak. ”%iamatnya apa
gimanagimana? %ita
? %ita
memang mau kiamat. +akim, jaksa, polisi, pengacara, menteri, anggota
memang mau kiamat. +akim, jaksa, polisi, pengacara, menteri, anggota (P' nyolong
(P' nyolong
semua. (an kau malah mau beli tart lima triliun. (uitnya
semua. (an kau malah mau beli tart lima triliun. (uitnya
sapasapa?
?
NyolongNyolong? Tak ada yang bisa
? Tak ada yang bisa
kita colong.
kita colong.
Ngerampok Ngerampok? %au punya pistol atau bedil? )nggak& %au cuma punya pisau dapur
? %au punya pistol atau bedil? )nggak& %au cuma punya pisau dapur
dan silet
dan silet untuk mengerok bulu ketiakmu'.”
untuk mengerok bulu ketiakmu'.”
Sum tak menyahut. Pikirannya masih melanglang ke toko roti. ”%ita bisa naik bus Trans ogya
Sum tak menyahut. Pikirannya masih melanglang ke toko roti. ”%ita bisa naik bus Trans ogya
Pak, aman. )nggak ada copet. Pulangnya naik becak aja. %ita
Pak, aman. )nggak ada copet. Pulangnya naik becak aja. %ita harus hati#hati bawa tart
harus hati#hati bawa tart sangat
sangat
istimewa itu, Pak
istimewa itu, Pak. $h, si bocah itu pasti
. $h, si bocah itu pasti
seneng banget seneng banget.' %alau dia bisa
.' %alau dia bisa
senengseneng, alangkah
, alangkah
bahagia diriku.”
bahagia diriku.”
%edua tangannya dilekatkan pada dada dan membentuk sembah, menunduk. Tuhan, bisik
%edua tangannya dilekatkan pada dada dan membentuk sembah, menunduk. Tuhan, bisik
Sum, perkenank
Sum, perkenankan saya membeli tart untuk
an saya membeli tart untuk ulang tahun si
ulang tahun si anak miskin itu. "a l
anak miskin itu. "a lalu menutup
alu menutup
wajahnya dengan kedua tangannya. Saking kepinginnya beli tart, seakan ia hendak menangis.
wajahnya dengan kedua tangannya. Saking kepinginnya beli tart, seakan ia hendak menangis.
-atanya terasa basah.
-atanya terasa basah.
%em
%emudian hujan pun
udian hujan pun rintik#rintik. ”aaah, mau hujan,” kata lakinya. ”
rintik#rintik. ”aaah, mau hujan,” kata lakinya. ”
Pindah-pindahinPindah-pindahinbantal#
bantal#
bantal. /angan biarkan di
bantal. /angan biarkan di situ, tempat tiris deras'.” Uncok memberi komando. Sum tenang
situ, tempat tiris deras'.” Uncok memberi komando. Sum tenang
saja.
saja.
”Biarkan tiris membasahi rumah,” kata Sum. ”"tu re0eki kita* air,” sahut Sum.
”Biarkan tiris membasahi rumah,” kata Sum. ”"tu re0eki kita* air,” sahut Sum.
Uncok tak tahan. ”%amu kok semakin edan,” lakinya membentak. -alam merambat larut.
Uncok tak tahan. ”%amu kok semakin edan,” lakinya membentak. -alam merambat larut.
Tidak dik
Tidak diketahui dengan pasti apak
etahui dengan pasti apakah malam itu jadi hujan at
ah malam itu jadi hujan atau tidak.
au tidak.
111
111
2agasan beli tart dengan bunga#bunga mawar itu sudah lama muncul di
2agasan beli tart dengan bunga#bunga mawar itu sudah lama muncul di benak Sum. (ua
benak Sum. (ua
tahun lalu. 3aktu itu Bu Somyang %apoyos, rumahnya di Surabaya,
ogyakarta kar
ogyakarta karena urusan disertas
ena urusan disertasi. "a membawa putrany
i. "a membawa putranya. (an tepat sat
a. (an tepat satu hari kem
u hari kemudian, ia
udian, ia
teringat ulang tahun anaknya. 4epat#cepat ia
teringat ulang tahun anaknya. 4epat#cepat ia berganti pakaian, memanggil taksi dan
berganti pakaian, memanggil taksi dan
meluncur ke tok
meluncur ke toko roti 5berlin. "a
o roti 5berlin. "a pun membeli tart ulang tahun
pun membeli tart ulang tahun dengan tulisan +appy Birthday
dengan tulisan +appy Birthday
dengan lima l
dengan lima lilin menyala. %etika kem
ilin menyala. %etika kembali ke
bali ke
home stay home stay, Sum, yang sedang menyapu lantai,
, Sum, yang sedang menyapu lantai,
melihat roti
melihat roti itu. T
itu. Tergetar
ergetar. $staga,
. $staga, indahnya. !ilinnya
indahnya. !ilinnya menyala, seperti menyala
menyala, seperti menyala dalam hatinya.
dalam hatinya.
$ku harus beli tart itu, buat si bocah, saat ulang tahunnya di
$ku harus beli tart itu, buat si bocah, saat ulang tahunnya di bulan hujan nanti, gumamnya.
bulan hujan nanti, gumamnya.
”Berapa harganya, Bu?” tanya Sum.
”Berapa harganya, Bu?” tanya Sum.
”Tiga ratus lima puluh ribu,”
”Tiga ratus lima puluh ribu,” jawabnya.
jawabnya.
$staga& 2aji Sum kerja di
$staga& 2aji Sum kerja di
home stay home stayhanya dua ratus lima puluh
hanya dua ratus lima puluh ribu sebulan. %alau ada
ribu sebulan. %alau ada
tamu, ia memang sering mendapat tip,
tamu, ia memang sering mendapat tip, tetapi cuma cukup buat beli soto
tetapi cuma cukup buat beli soto Pak 2are
Pak 2areng tiga
ng tiga
ribuan. "a masih harus
ribuan. "a masih harus memikirkan seragam anaknya. Suaminya, yang sopir bus, tak selalu
memikirkan seragam anaknya. Suaminya, yang sopir bus, tak selalu
bisa bawa uang cukup. /alan makin padat. -otor jutaan memenuhi jalanan. Sering macet.
bisa bawa uang cukup. /alan makin padat. -otor jutaan memenuhi jalanan. Sering macet.
%adang harus cari jalan lain. Perjalanan makin panjang. $rtinya bensin boros, padahal bahan
%adang harus cari jalan lain. Perjalanan makin panjang. $rtinya bensin boros, padahal bahan
bakar mesti dibeli sendiri.
bakar mesti dibeli sendiri.
T
Tapi aku harus
api aku harus beli tart itu, gumamny
beli tart itu, gumamnya. Buat si bocah.
a. Buat si bocah. (i ulang tahunnya di bulan h
(i ulang tahunnya di bulan hujan. "a
ujan. "a
bakal senang. ”5h, enggak begitu mikirnya. Tapi gini* semoga ia senang. Tuhan, perkenankan
bakal senang. ”5h, enggak begitu mikirnya. Tapi gini* semoga ia senang. Tuhan, perkenankan
ia senang menerima
ia senang menerima persembahan roti dari
persembahan roti dari saya,” gumamnya lagi. ”T
saya,” gumamnya lagi. ”Tuhan, saya butuh
uhan, saya butuh sekali
sekali
bahagia dengan melihat si bocah bahagia.'”
bahagia dengan melihat si bocah bahagia.'”
”(i mana tokonya, Bu,” tanya Sum lagi.
”(i mana tokonya, Bu,” tanya Sum lagi.
”5, deket tok
”5, deket toko onderdil motor itu,” jawab
o onderdil motor itu,” jawab Bu Somyang, ”%amu mau beli?” tanyanya.
Bu Somyang, ”%amu mau beli?” tanyanya.
Sum mengangguk.
Sum mengangguk.
”$nakmu ulang tahun?” desak Bu Somyang.
”$nakmu ulang tahun?” desak Bu Somyang.
”Buuukan anak saya, tapi kalau dianggap anak
”Buuukan anak saya, tapi kalau dianggap anak saya, ya enggak papa,” jawab
saya, ya enggak papa,” jawab Sum.
Sum.
”5ooo, anak yatim piatu di
”5ooo, anak yatim piatu di panti asuhan yang kamu pungut?” Bu Somyang mendesak.
panti asuhan yang kamu pungut?” Bu Somyang mendesak.
”Bukan, enggak,” jawab Sum.
”Bukan, enggak,” jawab Sum.
”$h, Sum aku tak paham. Tapi, aku ingin ingatkan kalau untuk anak#anak gelandangan, ya
”$h, Sum aku tak paham. Tapi, aku ingin ingatkan kalau untuk anak#anak gelandangan, ya
enggak usah tart kayak
enggak usah tart kayak
ginigini. 4ukup beberapa potong roti santen apa roti
. 4ukup beberapa potong roti santen apa roti bocongan atau roti
bocongan atau roti
teles yang seribuan ditambah minuman dawet. "tu pun tiap gelas cendolnya lima belas atau
teles yang seribuan ditambah minuman dawet. "tu pun tiap gelas cendolnya lima belas atau
enam belas biji
enam belas biji saja. %alau anak#anak
saja. %alau anak#anak dibiasakan makan#minum yang mewah#mewah, kurang
dibiasakan makan#minum yang mewah#mewah, kurang
baik. Bisa tuman,
baik. Bisa tuman, ketagihan.
ketagihan.””
Sum diam. /antungnya
Sum diam. /antungnya terasa tertusuk oleh kata#kata yang
terasa tertusuk oleh kata#kata yang diucapkan karena ket
diucapkan karena ketidaktahuan.
idaktahuan.
Sum menunduk. Beberapa tahun silam pernah seorang penyair diminta
Sum menunduk. Beberapa tahun silam pernah seorang penyair diminta berkhotbah di gereja.
berkhotbah di gereja.
"a berkata, malanglah dia orang yang tak tahu kalau ia tak tahu, hi
"a berkata, malanglah dia orang yang tak tahu kalau ia tak tahu, hi na dan sakit orang yang
na dan sakit orang yang
tak paham kalau ia
tak paham kalau ia tak paham. %ata#kata itu mendengung kembali di telinganya ketik
tak paham. %ata#kata itu mendengung kembali di telinganya ketika ia
a ia
menatap mulut Bu Somyang yang mengerikan.
menatap mulut Bu Somyang yang mengerikan.
”$ku harus membeli tart itu, apa
”$ku harus membeli tart itu, apa pun yang terjadi,” gumam Sum. ”$pa
pun yang terjadi,” gumam Sum. ”$pa pun komentar orang
pun komentar orang
aku tidak peduli. $ku hanya ingin si bocah bahagia pada hari ulang tahunnya. Selama
aku tidak peduli. $ku hanya ingin si bocah bahagia pada hari ulang tahunnya. Selama
bertahun#tahun aku menyaksik
bertahun#tahun aku menyaksikan perayaan ulang t
an perayaan ulang tahun si kecil, belum pernah ada yang
ahun si kecil, belum pernah ada yang
membawa tart. Padahal, kalau mau, mereka bisa beli.
membawa tart. Padahal, kalau mau, mereka bisa beli. %eba
%ebanyakan tamu yang
nyakan tamu yang datang
datang
sedikitnya naik motor, malah ada yang naik mobil. +eran& Bagaimanakah pikiran orang#orang
sedikitnya naik motor, malah ada yang naik mobil. +eran& Bagaimanakah pikiran orang#orang
itu.”
itu.”
(ua minggu setelah
(ua minggu setelah menyaksik
menyaksikan tart
an tart yang menggetarkan, Sum memutuskan menabung.
yang menggetarkan, Sum memutuskan menabung.
%etika dikonsultasikan, %etua !ingkungan menyarankan agar Sum menabung di bank. Tapi,
%etika dikonsultasikan, %etua !ingkungan menyarankan agar Sum menabung di bank. Tapi,
Pak %arta 3
Pak %arta 3edang memberi tahu
edang memberi tahu bahwa bank kadang#kadang tak bi
bahwa bank kadang#kadang tak bisa dipercaya. Uang para
sa dipercaya. Uang para
nasabah dibawa lari oleh petugas bank sendiri dan bank tidak bertanggung j
nasabah dibawa lari oleh petugas bank sendiri dan bank tidak bertanggung j awab.
awab.
”5ooo,
$khirnya, Sum memutuskan menabung di rumah
$khirnya, Sum memutuskan menabung di rumah sendiri. "a merencanakan menyisihkan
sendiri. "a merencanakan menyisihkan
uangnya lima belas ribu
uangnya lima belas ribu setiap bulan. %alau ia
setiap bulan. %alau ia sukses lebih menekan k
sukses lebih menekan kebutuhan, setahun,
ebutuhan, setahun,
kan, seratus delapan puluh ribu.
kan, seratus delapan puluh ribu. (ua tahun, kan, tiga ratus enam
(ua tahun, kan, tiga ratus enam puluh ribu. ”+oreeeee& (ua
puluh ribu. ”+oreeeee& (ua
tahun lagi, aku bisa beli
tahun lagi, aku bisa beli tart buat si
tart buat si kec
kecil. (an masih sisa
il. (an masih sisa sepuluh ribu.” +atinya bersorak#
sepuluh ribu.” +atinya bersorak#
sorai'.
sorai'.
(an pada bulan hujan tahun ini, kegiatan menabungnya hampir genap dua tahun. "a tak
(an pada bulan hujan tahun ini, kegiatan menabungnya hampir genap dua tahun. "a tak
sabar lagi. Tapi, alangkah kecewa ketika ia menengok di toko roti 5berlin, tart yang
sabar lagi. Tapi, alangkah kecewa ketika ia menengok di toko roti 5berlin, tart yang
dibayangkan sudah naik harganya. "a sedikit lemas. "a
dibayangkan sudah naik harganya. "a sedikit lemas. "a menjadi pucat. (an pandangannya
menjadi pucat. (an pandangannya
berkunang#kunang.
berkunang#kunang.
”$da apa Bu,
”$da apa Bu, sakit?” tanya pelayan toko. Sum menggeleng. "a
sakit?” tanya pelayan toko. Sum menggeleng. "a berkeringa
berkeringat dingin.
t dingin. Punggung
Punggung
terasa sedikit basah,
terasa sedikit basah, tetapi keleknya terasa basah sekali.
tetapi keleknya terasa basah sekali.
”"bu mau beli
”"bu mau beli roti?” desak pelayan toko.
roti?” desak pelayan toko.
”a,” jawab Sum sangat pelan hampir tak terdengar. $palagi lalu lintas hiruk#pikuk.
”a,” jawab Sum sangat pelan hampir tak terdengar. $palagi lalu lintas hiruk#pikuk.
”-au beli,” pelayan
”-au beli,” pelayan mendesak.
mendesak.
”"yaa,” jawab Sum. Pelan sekali.
”"yaa,” jawab Sum. Pelan sekali.
”
”ang
ang mana?”
mana?”
Sum menuding tart mahal itu.
Sum menuding tart mahal itu.
”+aaah?” Pelayan toko kaget sambil memandangi penampilan Sum.
”+aaah?” Pelayan toko kaget sambil memandangi penampilan Sum.
Sum lemas. Bagaimanapun masih
Sum lemas. Bagaimanapun masih ada kekuatan.
ada kekuatan.
”Tapi tidak sekarang,” Sum menegaskan.
”Tapi tidak sekarang,” Sum menegaskan.
”5ooo, kamu disuruh majikanmu lihat#lihat
”5ooo, kamu disuruh majikanmu lihat#lihat harganya, begitu?” Sum menggeleng.
harganya, begitu?” Sum menggeleng.
”Saya mau beli sendiri. Saya
”Saya mau beli sendiri. Saya sudah menabung. T
sudah menabung. Tart itu untuk si
art itu untuk si bocah.”
bocah.”
Pelayan tok
Pelayan toko tak paham, dan
o tak paham, dan mulai curiga. %arena itu, dengan cara
mulai curiga. %arena itu, dengan cara halus, ia menggiring Sum
halus, ia menggiring Sum
ke luar toko. Perempuan itu melangkah ke luar.
ke luar toko. Perempuan itu melangkah ke luar.
”-asih ada waktu,” gumamnya. ”$ku akan buruh
”-asih ada waktu,” gumamnya. ”$ku akan buruh
nyucinyucidi kos#kosannya Pak ur /entera.
di kos#kosannya Pak ur /entera.
Pok
Pokoknya, bulan hujan tahun
oknya, bulan hujan tahun ini aku harus beli
ini aku harus beli tart untuk si kecil. $ku ingin sekali merasakan
tart untuk si kecil. $ku ingin sekali merasakan
bahagia ketika bocah itu bahagia. %alau aku sudah berhasil membeli tart
bahagia ketika bocah itu bahagia. %alau aku sudah berhasil membeli tart untuk si bocah, aku
untuk si bocah, aku
lega
lega
banget banget. $ku rela mati. %alau yang aku lakukan dianggap keliru oleh sidang malaikat dan
. $ku rela mati. %alau yang aku lakukan dianggap keliru oleh sidang malaikat dan
aku harus masuk neraka' ya enggak
aku harus masuk neraka' ya enggak
papa papa. $ku tetap bahagia di neraka. a, mati dengan
. $ku tetap bahagia di neraka. a, mati dengan
bahagia sekali karena sudah bisa mempersembahkan roti tart di bulan hujan.
bahagia sekali karena sudah bisa mempersembahkan roti tart di bulan hujan. (i minggu
(i minggu
hujan. (i malam hujan,” gumamnya.
hujan. (i malam hujan,” gumamnya.
Tiba di rumah, ia
Tiba di rumah, ia langsung mengambil uang
langsung mengambil uang tabungannya yang dise
tabungannya yang disembunyikan di dalam
mbunyikan di dalam
lemari, di bawah pakaian. %urang empat puluh lima
lemari, di bawah pakaian. %urang empat puluh lima ribu, gumamnya sambil menghitung uang
ribu, gumamnya sambil menghitung uang
receh. "a ingat, ia harus membeli nasi buat anaknya, si (omble. ”Tapi kalau aku
receh. "a ingat, ia harus membeli nasi buat anaknya, si (omble. ”Tapi kalau aku
berhasil
berhasil
nyucinyucipakaian di kos#kosan Pak ur /entera, semua bakal beres. Slamet bilang, Pak
pakaian di kos#kosan Pak ur /entera, semua bakal beres. Slamet bilang, Pak
/entera baik
/entera baik
banget bangetsama orang dua6a. Beda
sama orang dua6a. Beda
banget bangetdengan 3ak 7ettep yang
dengan 3ak 7ettep yang
pelit
pelit
banget bangetdan tukang mempermainkan orang.” Sum menunduk. ”Tuhan, biarkan saya
dan tukang mempermainkan orang.” Sum menunduk. ”Tuhan, biarkan saya
percaya bisa membeli tart untuk si
percaya bisa membeli tart untuk si bocah.”
bocah.”
111
111
)soknya sudah mulai memasuki bulan hujan. "a
)soknya sudah mulai memasuki bulan hujan. "a pun menghitung hari. (i
pun menghitung hari. (i lingkunganny
lingkungannya,
a,
warga sudah sering
warga sudah sering kumpul#k
kumpul#kumpul menyiapkan pesta ulang
umpul menyiapkan pesta ulang tahun. (i gereja banyak
tahun. (i gereja banyak
pengumuman tentang kegiata
pengumuman tentang kegiatan menyongsong pesta itu. Sum tak
n menyongsong pesta itu. Sum tak pernah diajak. $lasan ibu#
pernah diajak. $lasan ibu#
ibu kaya, Sum, kan, sibuk bantu rumah tangga sana#sini. -ana ada waktu buat
ibu kaya, Sum, kan, sibuk bantu rumah tangga sana#sini. -ana ada waktu buat
gini-ginigini-gini. (i
. (i
samping itu, kalau ia diajak, Sum selalu merasa tak pantas duduk sama rendah berdiri sama
samping itu, kalau ia diajak, Sum selalu merasa tak pantas duduk sama rendah berdiri sama
tinggi dengan mereka. Sum selalu merasa dirinya orang
(engan senang Pak /entera menerima Sum. Tampaknya, lelaki itu terpesona dengan cara
(engan senang Pak /entera menerima Sum. Tampaknya, lelaki itu terpesona dengan cara
kerjanya yang cekatan. %ar
kerjanya yang cekatan. %arena itu, tak
ena itu, tak ragu#ragu ia memberi Sum upah
ragu#ragu ia memberi Sum upah tambahan, bahkan
tambahan, bahkan
boleh dikatakan setiap hari. -aka, sebelum saat pembelian tart tiba,
boleh dikatakan setiap hari. -aka, sebelum saat pembelian tart tiba, di tangannya sudah ada
di tangannya sudah ada
uang cukup. Bahkan lebih. Sementara itu, Bu /entera juga l
uang cukup. Bahkan lebih. Sementara itu, Bu /entera juga luar biasa perhatiannya. Sekali ia
uar biasa perhatiannya. Sekali ia
memanggilnya ke rumah.
memanggilnya ke rumah.
”%amu mau pesta apa pada natalan nanti.”
”%amu mau pesta apa pada natalan nanti.”
”$h, enggak pesta kok, Bu, cuma mau beli tart,”
”$h, enggak pesta kok, Bu, cuma mau beli tart,” jawab Sum.
jawab Sum.
”Tart? Tart? Siapa yang ulang tahun? $nakmu?” Bu /entera kaget dan bertanya setengah
”Tart? Tart? Siapa yang ulang tahun? $nakmu?” Bu /entera kaget dan bertanya setengah
mencecar. Tapi Sum tetap tenang.
mencecar. Tapi Sum tetap tenang.
”Bukan anak saya Bu, tapi kalau dibilang anak saya, ya enggak
”Bukan anak saya Bu, tapi kalau dibilang anak saya, ya enggak
papa papa,” jawab Sum.
,” jawab Sum.
”5oooooooo, anak pungut? (i panti
”5oooooooo, anak pungut? (i panti asuhan dekat rumah 3ak 7ettep yang terk
asuhan dekat rumah 3ak 7ettep yang terkenal pelit itu?”
enal pelit itu?”
Bu /entera bertanya lagi.
Bu /entera bertanya lagi.
”)nggak, bukan' dia anak baik#baik, sangat baik'
”)nggak, bukan' dia anak baik#baik, sangat baik' cantik sekali, pandangan matanya
cantik sekali, pandangan matanya
menggetarkan,” jawab Sum.
menggetarkan,” jawab Sum.
”$h, aku tak paham,” kata Bu /entera.
”$h, aku tak paham,” kata Bu /entera.
LhoLho
, kata#kata Bu Somyang di ulang di sini, gumam Sum.
, kata#kata Bu Somyang di ulang di sini, gumam Sum.
”Tapi baiklah,” kata Bu /entera lagi, ”kalau mau beli tart, ya, yang baik sekalian,”
”Tapi baiklah,” kata Bu /entera lagi, ”kalau mau beli tart, ya, yang baik sekalian,”
sambungnya.
sambungnya.
WuuuahWuuuah
, luar biasa ibu ini, kata Sum dalam hati.
, luar biasa ibu ini,
kata Sum dalam hati.
”ih, aku
”ih, aku
ngiur ngiurdua ratus ribu,” kata Bu /entera sambil senyum sangat manis. a Tuhan,
dua ratus ribu,” kata Bu /entera sambil senyum sangat manis. a Tuhan,
apakah Bu /entera ini malaikat utusanmu, kata Sum dalam
apakah Bu /entera ini malaikat utusanmu, kata Sum dalam hati. (engan gemetar Sum
hati. (engan gemetar Sum
menerima uang itu. T
menerima uang itu. Tepat pada saat
epat pada saat itu, Pak ur /entera tiba di rumah
itu, Pak ur /entera tiba di rumah dari
dari
sepeda- sepeda-anan
bersama persekutuannya. "a langsung duduk dan mendengarkan cerita istrinya tentang
bersama persekutuannya. "a langsung duduk dan mendengarkan cerita istrinya tentang
rencana Sum.
rencana Sum.
”5, bagus, bagus,” kata Pak /entera. "a berdiri lalu tangan kanannya merogoh dompet di
”5, bagus, bagus,” kata Pak /entera. "a berdiri lalu tangan kanannya merogoh dompet di saku
saku
belakang.
belakang.
”-bak Sum mesti beli roti lain untuk tambahan. %an anak#anak pasti akan datang,
”-bak Sum mesti beli roti lain untuk tambahan. %an anak#anak pasti akan datang,
rame- rame-ramerame
. ih, ada
. ih, ada tambahan tiga ratus,” katanya dengan tenang. Sum hampir
tambahan tiga ratus,” katanya dengan tenang. Sum hampir tak memercayai
tak memercayai
telinganya. a Tuhan, engkau begitu dermawan, jerit gembira hati Sum.
telinganya. a Tuhan, engkau begitu dermawan, jerit gembira hati Sum.
+atinya bersorak#sorai. "a
+atinya bersorak#sorai. "a pun lari
pun lari ke Bapak %et
ke Bapak %etua !ingkungan menceritakan rencananya.
ua !ingkungan menceritakan rencananya.
+ujan pun turun,
+ujan pun turun, menderas.
menderas.
”$pa boleh Bu Sum
”$pa boleh Bu Sum membawa tart masuk gereja, apalagi meletakkan tart itu di
membawa tart masuk gereja, apalagi meletakkan tart itu di depan patung
depan patung
%anak#%anak esus di dalam 2oa? Pak %oster pasti takut gerejanya kotor. Pastor paroki akan
%anak#%anak esus di dalam 2oa? Pak %oster pasti takut gerejanya kotor. Pastor paroki akan
tanya, perayaan atal dengan tart
tanya, perayaan atal dengan tart di depan %anak#%anak
di depan %anak#%anak esus itu menurut ayat %itab
esus itu menurut ayat %itab Suci
Suci
yang mana, teologinya apa'.”
yang mana, teologinya apa'.”
T
Tanpa menggubris, Sum
anpa menggubris, Sum berangkat k
berangkat ke toko
e toko roti. Sebelum
roti. Sebelumnya mampir k
nya mampir ke rumah dulu, me
e rumah dulu, menemui
nemui
suaminya, yang kebetulan tak
suaminya, yang kebetulan tak
nyopir nyopir. Uncok terdiam mendengar cerita Sum tentang Bapak
. Uncok terdiam mendengar cerita Sum tentang Bapak
!ingkungan. Sepi. !ama. +ati Uncok trenyuh. !aki itu merasa harus berbela
!ingkungan. Sepi. !ama. +ati Uncok trenyuh. !aki itu merasa harus berbela rasa dengan
rasa dengan
istrinya. $palagi ia membawa uang berlebih untuk beli seragam si (omble. /uga uang buat
istrinya. $palagi ia membawa uang berlebih untuk beli seragam si (omble. /uga uang buat
rokok.' Uncok, kemudian, mendekap istrinya.
rokok.' Uncok, kemudian, mendekap istrinya.
”Selepas dari toko, pulang dulu,” kata lakinya. Sum tak
”Selepas dari toko, pulang dulu,” kata lakinya. Sum tak bisa berkata apa#apa. -ulutnya
bisa berkata apa#apa. -ulutnya
terkunci. %
terkunci. %eharuan mendesak paru#paru
eharuan mendesak paru#paru dan tenggorokannya. Suaminya berubah tiba#tiba.
dan tenggorokannya. Suaminya berubah tiba#tiba.
”Tuhaaan, hebatnya dikau. Berangkatlah,” kata suaminya, ”Pulangnya mampir ke rumah dulu
”Tuhaaan, hebatnya dikau. Berangkatlah,” kata suaminya, ”Pulangnya mampir ke rumah dulu
sebelum ke gereja.”
(i toko roti, pelayan#pelayannya memandang dengan sebelah mata. -ereka tak percaya Sum
punya uang untuk beli tart hampir empat ratus ribu.
”Tidak masuk akal,” kata Tanpoting, pemilik toko roti itu. %etika Sum akhirnya mengeluarkan
uang lebih dari harga tart, baru mereka percaya.
Pukul setengah empat sore Sum tiba di rumah. $langkah kagetnya dia melihat goa dengan
%anak#%anak esus di dalamnya sudah disiapkan lakinya di tengah rumah. Patung kecil#kecil
itu rupanya dipinjam dari asrama para suster.
”-ereka memperkenankan aku memakai ini semua,” kata suaminya. Sum tak bisa berkata#
kata apa#apa. %egembiraan meluap.
”Taruhlah tart di sini,” kata Uncok, persis di depan %anak#%anak esus terbaring. ”anti
malam, selesai -isa atal, anak#anak kita undang ke rumah ini merayakan ulang tahunnya.
Tak perlu di gereja. -ereka akan menyanyi
panjang umurnya, panjang umurnya, panjangumurnya serta mulia
'. !alu anak#anak akan menyantap tart. Biarlah rumah kita kotor, tapi
ada senyum dan tawa meriah.”
Sum memeluk suaminya. $ir matanya menetes karena haru. Persis hujan turun dengan
sangat deras dan rumah sepasang merpati itu tiris di sana#sini, kecuali di atas tart. Seluruh
rumah basah, lambah#lambah. Tapi, Sum dan Uncok tertawa terbahak#bahak sambil
berpelukan. Si (omble pun ikut menari#nari sambil sesekali
nyurimencolek tart yang dibalut
gula#mentega#cokelat yang le0at luar biasa. Patung %anak#%anak esus menatap mereka
dengan senyum. -enjelang pukul sembilan malam, anak#anak langsung menyerbu rumah
Sum dan Uncok selepas dari misa di gereja.
-ereka menari#nari di depan patung %anak#%anak esus dan tart. %ue#kue lainnya pun
disiapkan. $nak#anak berebut membersihkan rumah yang basah dan kotor luar biasa.
(iam#diam Sum menatap pandangan mata anak#anak yang datang. Seperti bersinar, seperti
bersinar' Sum berjongkok dan memeluk mereka satu demi satu. Sum tersedu karena haru
dan bahagia'.
DI PERSIMPANGAN PANTURA
Tak pernah sekalipun aku tampil dengan rok mini dan paha mengundang apalagi bahu
terbuka dan dada menantang, tapi mengapa nasib tak berpihak juga?
amaku !imbuk, asal (ukuh -enjangan. +idupku isinya cuma kesedihan. %eceriaan adalah
hal yang absurd bagiku. !agipula tak ada yang aneh dengan kesedihan di negeri ini bukan?
amun aku selalu ingat kata simbok dulu, hidup ini memang sekadar mampir ngombe,
singgah untuk minum.
Tak pernah aku mengerti arti perawan sampai suatu hari simbok bilang aku tak perawan lagi.
Padahal hanya sedikit noda darah pada celana dalam, tapi mengapa nasibku jadi berputar
seratus delapan puluh derajat? Sebelas tahun usiaku waktu itu, ketika dengan kejamnya !ik
Sol mengenalkan arti perih sesungguhnya. )go yang berbalut na6su itu biang keladinya.
”Untung kamu masih bau kencur'” "stri !ik Sol ketus memarahiku sambil panjatkan seribu
syukur. Benih suaminya tak bisa membuahiku. Bibirnya mencang#mencong tak mengerti apa
yang menarik dari tubuh kurus keringku.
Perempuan#perempuan muda penumbuk padi jadi aneh memandangiku. Tatapan mereka
seperti menelanjangi dari kepala sampai kaki. $lu besar tetap dihunjamkan ke dalam
lumpang, tapi lirikan dan bisikan mereka tak bisa mengelabuiku. Pemuda#pemuda desa
menggodaku dengan kata#kata kotor. -ata mereka isyaratkan birahi.
Tak tahu aku ada kesepakatan apa antara simbok dengan keluarga !ik Sol, tapi sejak saat itu
tak pernah lagi aku melihat !ik Sol berkeliaran di desa. %ata orang, ia mengadu nasib di kota
dan kadang#kadang pulang tengah malam. )sok hari pagi#pagi buta, ia telah menghilang.
"strinya tak peduli asal dapurnya bisa tetap berasap.
$ku tak mau lagi pergi bermain, keluar rumah hanya untuk sekolah atau disuruh simbok ke
warung. !imbuk kecil makin terpuruk tak tahu bagaimana bersihkan lumpur yang melekat.
$ku ingat selalu mandi berlama#lama karena merasa tak pernah bisa bersih lagi. Tidur bagai
kepompong, berbalut seprai putih sambil berharap tak bangun lagi esok pagi. 2odaan untuk
bunuh diri bukan tak ada, sayang uang jajanku tak pernah cukup untuk beli obat serangga.
2antung diri jelas tak menarik minat. Pasti sakit sekali mati dengan cara seperti itu.
%etika tawaran u Silam datang, aku seperti kejatuhan bintang. "a mengajak ke kota untuk
sekadar bantu#bantu di rumahnya. $ku tahu simbok berat hati melepasku. $pa daya
bayangan uang kirimanku kelak begitu menggodanya. $palagi bapak sudah lama lari dengan
perempuan nakal. Penghasilan simbok sebagai buruh tani tentu jauh untuk dikatakan layak.
-ungkin saja simbok lega dengan kepergianku, tak ada lagi aib yang ditutupi. $ku tahu, ia
sering menangis diam#diam ketika mengelus#elus kepalaku di tengah malam. Tentu ia paham
penderitaanku, bukankah selama sembilan bulan kami pernah berada pada raga yang sama?
Ternyata bayangan kota di benakku selama ini amat jauh dengan kenyataannya. -eski
rumah#rumah di sana lebih bagus daripada di desa, tapi tak ada gedung bertingkat dan
-onas seperti di buku pelajaran.
”"ni bukan /akarta, bodoh& "ni Patokbeusi, negeri seribu impian' ” sergah u Silam memotong
tanya ini dan ituku.
”Patokbeusi ini kota, u Silam?”
”Ssssttt' jangan pernah panggil aku dengan nama itu di sini&&” bentaknya. ”$ku ingce.”
"a melangkah pongah dengan dagu terangkat. $ku mengikuti langkah#langkah lebarnya
dengan senyum dikulum. ama yang aneh, apa nama kota memang aneh#aneh begitu?
”"ni daerah pantura, pantai utara /awa,” jelasnya tak sabar.
u Silam mendengus.
Ternyata yang dimaksud bantu#bantu itu mengurusi u Silam. -enyiapkan air mandi, masak,
termasuk menyediakan minuman hangat sepulang kerja. u Silam pulang kerja menjelang
pagi. Berangkatnya waktu "sya dijemput ojek langganan. $ku tak berani tanya#tanya lagi
karena matanya melotot waktu kutanya kantornya di mana.
!ama#lama aku mulai menduga#duga u Silam kerja apa. Pantas saja ia harus bergincu begitu
rupa dengan bahu terbuka. $ku tak mau ambil pusing selama ia rajin mengirimi uang kepada
simbok sebagai bayaran tenagaku. Untuk diriku, cukuplah uang jajan ala kadarnya. Toh aku
selalu makan kenyang di rumahnya. %adang#kadang u Silam pulang membawa 6uyunghai.
ama yang aneh untuk masakan telor dadar dengan isi macam#macam. )naknya luar biasa,
simbok pasti belum pernah ketemu makanan seperti ini seumur hidupnya.
(ua tahun berlalu, u Silam mengeluh tak sekuat dulu lagi. "a mulai sering masuk angin. $ku
sudah ha6al saat ia mulai sibuk mencari duit benggol untuk kerokan. %udengar ia berkata
kepada temannya kalau pelanggannya tak sebanyak dulu.
”2anti namamu, tak ada !imbuk yang sekurus tubuhmu.” 2urau u Silam.
$ku terkekeh. -ungkin waktu aku lahir, bapak berharap aku semontok !imbuk, tokoh
punakawan. Ternyata tak ada yang berubah. u Silam terus saja memanggil nama asliku.
”$pa kamu ndak mau jadi seperti aku tho, -buk?”
”4oba kamu ingat#ingat siapa yang rumahnya paling mentereng di desa kita selain Pak
!urah?”
$ku cuma termangu dan membisu. ”/angan takut, kalau kau rajin suntik tidak akan apa#apa.”
u Silam tersenyum manis sekali.
$ku masih diam saja. Tak tahu harus bicara apa.
”Toh kamu sudah pernah disentuh laki#laki.” Tak ada nada cemooh dalam suara u Silam, tapi
hatiku serasa disilet#silet. Pedih dan perih.
(emikianlah akhirnya aku terbawa masuk lingkungan warung remang#remang itu. /adi ini
memang kantornya u Silam. Untung saja -ami di situ masih punya nurani, ataukah memang
usiaku yang masih belum cukup? -ungkin saja memang seperti itu jenjang yang harus
ditempuh untuk menjadi dongdot 89. /adi aku cuma bantu#bantu cuci piring dan bersih#bersih.
%adang#kadang juga bantu keperluan perempuan#perempuan di situ.
(i siang hari aku bisa bernapas lebih lega, sebab malam hari telingaku tersiksa mendengar
tawa mereka yang berubah seperti ringkik kuda. -akin malam makin ramai pesanan
makanan dan minuman. -usik dangdut berdentum keras. Truk besar banyak diparkir di luar.
Sopir#sopir dengan wajah berkilat oleh keringat sejenak melepas lelah, dikelilingi gelak dan
bisik undangan syahwat. Beberapa dari mereka kemudian menghilang ke kamar#kamar di
belakang. Tak tahu pasti aku, mereka sekadar melepas lelah ataukah sejenak melupakan
beban hidup?
%upikir jadi dongdot di sini bukan hanya karena terimpit kemiskinan, tapi sudah jadi gengsi.
$da yang menganggap sebutan jablay sebagai kebanggaan. %ebanyakan mereka berasal dari
daerah tak jauh dari sini. %akak beradik bisa bekerja di satu warung bahkan kabarnya ada
yang sei0in orangtua. %elihatannya hanya u Silam yang satu#satunya pendatang. Pasti ada
seseorang yang membawanya ke sini dulu.
”/angan melamun saja, nanti piringnya pecah.” -ami menepuk bahuku perlahan.
$ku tersenyum malu, ketahuan bekerja tak sepenuh hati.
”%amu mesti sabar dan tekun sampai tiba nanti saatnya senang#senang.”
Senyumku terhenti di tenggorokan.
"a melangkah keluar dapur sambil berbisik di telingaku, ”/angan mau digoda tamu, bilang
-ami kalau ada apa#apa '”
(uh 2usti, perempuan setengah baya ini dari luar tampak perhatian dan penuh kasih.
Sesungguhnya ia hanya mengincar keperawananku yang punya harga tinggi di sini.
Seandainya ia tahu kisah sedihku.
-ami memang perhatian kepada anak#anak asuhnya. Tak bosan#bosan mengingatkan mereka
kapan waktunya suntik. %adang#kadang juga menegur cara berdandan dan berpakaian. $da
yang bilang -ami juga :dosen: alias dongdot senior yang masih menerima tamu sewaktu#
waktu jika dibutuhkan. $ku tak yakin, apa benar masih ada tamu dengan selera seperti itu.
Sebab jadi primadona di sini tak bisa lama#lama, selalu saja ada yang baru datang, dan lebih
segar.
111
)mpat bulan aku di sini, u Silam jarang kerja lagi karena sakit#sakitan sampai suatu hari
berhenti sama sekali. $ku tak tahu ia sakit apa sebab banyak sekali keluhannya. "a rutin pergi
berobat entah ke mana. Tempatnya pasti jauh karena pergi pagi dan pulang malam hari,
Suatu hari -ami memberiku baju baru dan mengajari dandan. ”Besok malam, mulailah
belajar menemani tamu di meja.” "a diam sejenak sambil menggerak#gerakkan kuas kecil di
pipiku. ”/angan mau diajak ke kamar dulu ya&” suaranya tetap rendah tapi tegas.
-alam berikutnya, seperti kerbau dicocok hidung aku didorong -ami bergabung dengan
kelompok kecil di sudut ruangan. $da dua orang lelaki di sana yang menyambut dengan
senyum penuh arti. Beberapa perempuan di sana ikut juga tersenyum, ada yang tulus ada
juga yang dengan bibir setengah terangkat. Biasa itu, anak baru diterima sebagai teman juga
sebagai pesaing.
/arum jam seperti lambat bergerak menunggu malam usai. Satu tamu pergi datang tamu
lainnya. Tubuhku sudah lelah dan betisku pegal#pegal karena sepatu berhak tinggi. -ulutku
juga pegal tersenyum dari tadi, meski aku lebih banyak berdiam diri.
”%amu baru ya?” lelaki di samping menyenggolku dengan sikutnya.
$ku mengangguk sambil tersenyum.
”gapain kamu di sini? -ending jadi istriku saja.” Senyumnya lebar seperti senyum keledai.
Untung -ami keburu menyelamatkanku. "a pura#pura menarikku ke meja lain. -ungkin lelaki
itu sudah terkenal buaya di sini. Paling buaya di dunia buaya.
Selama seminggu itu aku cuma menemani tamu minum#minum. -inggu depan tak mungkin
tugasku masih sama. %udengar beberapa tamu berbisik keras di telinga -ami sambil
memandangiku, ”Berapa?” /antungku berdetak sekeras musik di situ. -ami menggeleng
dengan senyum menggoda, kelihatannya ia punya rencana tersembunyi.
111
(ua orang tamu datang ke rumah. %atanya mereka dari tempat u Silam biasa berobat. Tanpa
basa#basi ajarkan bagaimana mencegah penularan penyakitnya.
”!ho, memangnya u sakit apa?”
”Pokoknya aku tinggal menunggu mati,” sergah u Silam kasar, memotong maksud tamu itu
untuk menjelaskan. Percumalah aku bertanya jenis penyakitnya, paling#paling pakai bahasa
asing yang tak kupahami.
%emudian semua anjuran dua orang tamu tempo hari kujalani sungguh#sungguh. %alaupun
aku harus tertular, itu pasti kersaning 2usti $llah ;9. u Silam kelihatan lega aku tak tanya#
tanya soal penyakitnya. Sama leganya waktu ia tahu aku mulai menemani tamu minum di
warung -ami.
Tanpa kesepakatan, pelan#pelan kuambil alih biaya pengeluaran di rumah u Silam. Biaya
berobat masih ditanggungnya sendiri dari sisa uang tabungannya. Sisa bayaran dari -ami
masih ada sedikit untuk pegangan dan dikirim ke simbok. amun, aku harus bicara jujur pada
u Silam.
”u, aku mau jadi buruh cuci saja.”
u Silam terbelalak. Pisang goreng yang sedang dimakannya seperti menyangkut di
tenggorokan.
Takut#takut aku melanjutkan, ”$ku ndak bisa u, kerja macam itu.”
”%amu mau tinggalkan aku kan?? %amu mau balik ke desa ya??” u Silam meradang.
$ku tak berani menatap matanya. Bagaimana menjelaskannya? ”Sudah kucoba. Sudah
kucoba u, tapi aku ndak bisa.” /eritku dalam hati.
”Pergilah sejauh yang kau suka. Biarkan aku membusuk di sini&&&” teriaknya parau.
%upeluk ia dengan air mata, ”Tidak u' tidak' kalaupun u harus mati akan kurawat dirimu
baik#baik.”
Tak bisa kujelaskan dengan kalimat bahwa ia adalah malaikat penyelamatku. $ku tak bisa
kembali ke desa lagi. Biarlah simbok hidup dengan adik lelakiku. Suatu hari akan kutinggalkan
tempat ini untuk memulai hidup baru bersama u Silam. (i tempat yang benar#benar baru,
bukan di desa. $ku tak bisa kembali ke sana. Pandangan perempuan#perempuan penumbuk
padi itu tak pernah pergi dari benakku. /uga pandangan mata penuh birahi pemuda#pemuda
desa.
-ereka tak pernah menganggapku manusia lagi sejak musibah itu. Sesuatu yang terpaksa
kulakukan karena ancaman !ik Sol. Tak sanggup kuhadapi mereka nanti bila kulakukan
perbuatan atas nama kelamin yang berkesadaran. $ku tak mau jadi dongdot.
111
”-emangnya kau tak ingin uang banyak? $tau ada anak sini yang menjahatimu?” tanyanya
beruntun.
$ku menggeleng cepat#cepat, ”Saya hanya ingin bantu bersih#bersih saja di sini. /adi tukang
cuci juga saya mau.”
-ami ikut menggeleng#geleng. Tubuhnya yang tak lagi langsing bergoyang#goyang. ”Tapi
kenapa? %enapaaa??” kedua tangannya terbuka lebar.
$ku menggeleng juga sambil tersenyum. -ami kelihatan tak puas, mungkin tak rela harga
perawanku melayang terbang.
”Saya'saya' saya sudah tak perawan lagi, -i'” bisikku pelan.
Perempuan setengah baya itu terbelalak, seperti ingin bertanya sesuatu tapi tak jadi.
”Saya korban perkosaan,” lanjutku lirih. asanya malu mengakui itu tapi di hati terasa lega
luar biasa.
-ulut -ami terbuka dan bergerak#gerak tapi tak ada suara yang keluar. "a mengangguk
lemah. (engan latar belakang segelap itu, mungkin dipikirnya aku tak cukup sehat mental
untuk melayani tamu#tamu di sini.
$ku melangkah dengan pasti menuju dapur. $ku siap kembali ke tugas lama, bersih#bersih,
cuci piring, dan membuang sampah#sampah. Tapi setidaknya aku bukan sampah dan aku tak
mau jadi sampah.
Panggilan lembut -ami menghentikan langkahku. Bibir -ami bergetar, suaranya mirip seperti
erangan hewan yang terluka, ”asibmu sama seperti diriku dulu, -buk'”
Pamulang, $gustus ;<88
4atatan *
89 (ongdot = PS%
SEHELAI KAIN KAFAN 1/
"a bergegas. Tangan kirinya menyingkap ujung sarungnya hingga beberapa inci dari mata kaki.
!ayaknya seorang penari memainkan satu komposisi. Berlenggak. Pinggulnya bergoyang ke kanan ke kiri, melangkah pasti sambil menjejaki jalan setapak perkampungan. Sementara lentik jemari tangan kanannya mengapit sisi bundelan kain agar tak tergelincir dari kepalanya.
”Tukang bendring datang'.”
Begitulah dulu. %ami. $nak#anak saat melihatnya dari jauh. Serentak kami meninggalkan permainan. -enyambutnya dengan gegap gempita sambil berharap ia akan menoleh. %adang kala, kami
membuntuti dari belakang, membayangkan sebuah baju baru. Tak jarang, ketika berpapasan, di antara kami berdesakan membisikinya, agar ia mau membujuk ibu untuk membeli baju dagangannya. Seperti biasa, ia hanya mengangguk disertai sungging senyum penuh harap. %etika itulah, kami langsung menggiringnya masuk ke halaman rumah. -eski sebenarnya, sering ibu kami menyambutnya dengan wajah cemberut. Tak terkecuali ibuku, yang selalu takut. Bahkan, untuk menyambut.
Tukang bendring itu mendatangi kampung kami ketika pagi menjelang siang, saat bapak#bapak kami sedang berada di tegalan. (an ia, bagi kami serupa seorang istimewa, yang selalu kami tunggu
kehadirannya. Tetapi, sekali lagi, tidak bagi ibuku.
a. Bagi ibuku, ia tak lebih dari sesosok hantu, yang selalu membuat ibuku ketakutan setiap mendengar suara sumbangnya melengking parau dari balik pintu. )ntah, setiap kali ia datang, senantiasa menjadi ancaman bagi ibuku. Barangkali, karena utang ibu belum lunas hingga membuat ibu waswas. $tau ibu khawatir keinginan untuk berutang baju baru lagi tak terkendali.
Untuk menghindari kedatangan, dan teriakannya yang sumbang itu. Banyak cara ibu lakukan. %adang, ibu segera mengunci pintu halaman dari luar hingga ia mengira, ibu sedang bepergian. %adang, ibu segera mengemasi baju#baju basah dari atas jemuran, serta sandal hingga suasana rumah terkesan sudah lama ditinggal bepergian oleh penghuninya. %adang juga, ibu menandai bayangan tubuhnya saat berjalan menuju rumah kami. Biasanya, bentuk bayangannya lebih panjang. (an yang khas, kalau bayangan itu adalah bayangan tukang bendring, adalah dari bentuk bayangan kepalanya yang lebih panjang dan lebar.
Semua itu ibu lakukan karena semata#mata ibu malu lantaran tak bisa menepati janji untuk membayar utang. Pernah juga, pada suatu ketika, saat tiba pada waktu tagihan, dan ibu tak ada cara lain untuk menghindarinya ke rumah. Pagi#pagi, ketika dari jauh terdengar lengking anak#anak meneriaki tukang bendring, tanpa ragu#ragu ibu keluar, dan aku mengira, ibu mau menghindar, namun ternyata tidak. (i depan pintu ibu berdiri dengan gelisah.
”"bu mau ke mana?” tanyaku.
”-enunggu tukang bendring,” jawabnya tegas. ”"bu punya uang?”
”Tidak.”
$neh, bisikku. Bukannya selama ini ibu selalu menghindar? (an ketika perempuan tukang bendring itu sampai di pertigaan jalan kampung, wajah ibu tiba#tiba pias dan tampak murung. -ungkin ia segera bergegas pulang. Tetapi tidak, ibu tetap berdiri di situ, dan ketika perempuan tukang bendring itu mulai mendekat, persis di pertigaan, perempuan itu berbelok ke arah kiri, seketika ibu merasa lega, sontak mengajakku masuk.
amun tak lama berselang, tiba#tiba dari luar halaman terdengar suara sumbang seseorang. Pada mulanya suara itu samar#samar, tetapi setelah beberapa saat suara itu kian lantang. (engan muka pucat dan gemetar, ibu mengintip dari sela lubang pintu. (i luar, tampak seseorang mondar#mandir. ”/u, utangmu&”
”Sialan,” umpat ibu.
Selarik cahaya tipis menyelinap masuk lewat celah#celah jendela. ”%enapa, Bu?”
”Baju lebaranmu belum lunas.” ”/u, buka pintu,” teriaknya lagi.
%etika ia sudah berteriak#teriak, biasanya ibu tak bisa mengelak. %hawatir kalau#kalau para tetangga lainnya keluar, lalu mendatangi rumah kami, dan mencibir. Untuk menghindari semua itu, dengan malu#malu ibu terpaksa membukakan pintu. (an ia, dengan galak, membentak. -elampiaskan kekecewaannya, yang barangkali sudah memuncak. Sementara ibu, hanya mengangguk.
2/
(an kini, sebagaimana dulu, tukang bendring itu terus bergegas, menapaki jalan setapak. %emudian masuk ke sebuah gang sebelum akhirnya dengan ragu memasuki pekarangan rumah seseorang. Sekilas sungging senyum terkembang.
(i halaman, orang#orang berkerumun. -ungkin sedang bergunjing. Sementara di tempat yang lain, di beranda, beberapa perempuan duduk memanjang saling menisik rambut. (an ia? Perempuan dengan bundelan sarung di kepalanya tanpa ragu#ragu segera masuk.
”Baju baru',” teriaknya, menawarkan barang dagangannya. Sontak perempuan#perempuan itu menyambutnya.
”+arga?” ”(ijamin.”
-ata perempuan yang berkerumun terbelalak saat melihat aneka ragam baju baru tergelar di
depannya. -enggoda mata untuk segera memiliki. Tak penting, alasan tak ada uang. Toh, perempuan yang kini menyajikan baju#baju baru itu dengan gayanya yang khas memberi mereka kelonggaran, bayaran bisa dicicil seminggu sekali. -eski tak pasti.
”-urah.” "ntonasi suaranya ditekan. $dalah !astri, salah satu di antara para perempuan itu, segera mengambil satu baju berwarna hijau. Sebelumnya, !astri melirik kepada para ibu, seakan minta pendapat perihal baju yang dipegangnya hingga membuat mereka heran. Bagaimana mungkin. Bukannya diam#diam belakangan !astri juga menjadi tukang bendring, pedagang baju keliling? ”!as, bukannya'.”
”"ni, Bu. +arganya?” !astri memotong. Barangkali !astri cari perbandingan harga.
”"tu baju sudah ada yang pesan.” Sepasang matanya kembali menatap catatan#catatan tagihan yang belum lunas. -engerut dan berucap sinis, !astri belum melunasi utang#utang baju sebelumnya. 5rang# orang melirik tak senang.
”Sudahlah. Sesama pedagang, berapa harga baju ini?” ketus !astri. Perempuan itu tak menjawab. "a tahu, !astri memang belakangan menjadi tukang bendring, meski tidak di kampungnya sendiri. Bahkan, tak jarang ia mendapatkan laporan bahwa diam#diam !astri tak keberatan jika ada seorang lelaki ingin membayar tubuhnya daripada baju dagangannya.
3/
”"ni hanya cerita,” bisik ibu, sambil mengintip mereka dari balik jendela. ”!astri, dan tukang bendring yang sudah renta itu. %amu masih ingat namanya, ak?” tanya "bu.
”-arkoya,” jawabku. ”a, -arkoya.”
"a, tukang bendring itu, -arkoya, namanya. Sebagaimana juga dulu, ketika kami masih asik bermain di belakang rumahnya hingga sore menjelang malam. %ami sambil menunggunya datang. Tentu, yang tak dapat kulupa sampai sekarang, sejak dua puluh dua tahun silam>aku meninggalkan kampung
halaman. Sepulang dari berkeliling sebagai pedagang baju bendring, ia suka membawakan kami oleh# oleh jajanan pasar, kemudian dibagi#bagikan secara rata, sebelum akhirnya menyuruh kami pulang, agar tidak telat pergi mengaji.
”Besok lagi mainnya. Sebentar lagi petang,” begitu katanya. $h, alangkah bijaknya perempuan itu. 111
(an kini, bersama ibu, aku hanya mengintipnya dari balik jendela. "a tampak tergesa#gesa. -elewati jalan setapak yang teramat terik. Sesekali ia menoleh. Barangkali kesal dengan sikap !astri, yang
sudah berjanji akan melunasi utang bendring. $tau dengan ibuku?
”Tak sembarang orang sekarang boleh mengambil barang dagangannya.”
”Termasuk !astri?” %usingkap jendela, perempuan tukang bendring itu sudah mulai menjauh. ”%enapa dengan !astri, Bu?”
”Senok.” $staga, desisku tak percaya dengan ucapan ibu tentang !astri. Tidak percaya di kampungku yang sekecil ini ada seorang senok, pelacur. )ntah sejak kapan. Tiba#tiba tanpa ditanya ibu
menambahkan.
”Sudah lama ia berpisah dengan -adrihmah. !alu, ia menjadi tukang bendring, tapi tidak di sini.” ”!antaran?”
”Senok&”
”(an -arkoya itu tak mau ngasih utang kepada senok?” ”-ungkin ia takut, bajunya dipakai ngelonte.”
a, rasanya sulit dipercaya kabar, yang baru saja kudengar dari ibuku itu. Bagaimana mungkin, dalam tempurung kampung sekecil ini hidup seorang senok, dan itu !astri, teman sepermainanku dulu.
Bukannya ia juga pedagang baju? 111
Sudah setengah hari -arkoya berkeliling. -elewati jalan setapak perkampungan, yang kondisi tanahnya kelewat gersang. !elehan keringat tak membuatnya merasa gerah, namun sebaliknya, ia umpamakan lelehan keringat itu sebagai air peneduh setelah berjam#jam berkeliling dari kampung ke kampung. Berkunjung dari rumah ke rumah.
Sebagai tukang bendring, meski kadang hasilnya tak sebanding. Tak membuatnya putus asa.
-enyerah. Bertemu banyak orang jauh lebih penting, begitu ia menjawab setiap pertanyaan orang tentang pekerjaannya.
”(agang hanya sampingan,” ujarnya sambil mengikat antara ujung kain.
+ari sudah menjelang sore. Tentu, masih banyak orang mesti ia temui. Banyak rumah mesti ia kunjungi. %e Brudin, salah satunya, yang tempo hari memesan kain ka6an. %asihan, desisnya, sambil
memelankan langkahnya. Setelah melewati perbatasan kampung. %ini, ia tiba di sebuah pekarangan rumah !astri. "a pun tak heran ketika di beranda tak terlihat seseorang. Bukannya ini hari sudah sore?
-aka, sebagaimana sering -arkoya lakukan setiap memasuki rumah seseorang, ia berucap salam, lalu tanpa menunggu jawaban ia bergegas masuk, dan menuju langgar yang terletak di ujung barat,
samping rumah utama.
-arkoya duduk bersandar pada salah satu tiang penyangga. Tak lama berselang, !astri dengan tubuh hanya dibaluti sarung hingga setinggi dada. Tampak pada lekuk#lekuk tubuhnya pasir putih masih melekat, begitu saja datang menyamperi -arkoya. (an -arkoya, dengan berat hati menyambutnya dengan senyum. Satu hal yang tak boleh dilupakan oleh seorang pedagang.
”Baju baru?” tanyanya.
”Beberapa.” !astri mengambil salah satu baju, bermoti6 batik. ”Utangmu belum lunas.” -arkoya membuka buku catatan.
”-inggu depan,” ujarnya, kemudian masuk, dan tak lama berselang !astri muncul dengan membawa secangkir kopi. ”-inum dulu.” -arkoya tersenyum simpul. ”Sudah ketemu %e Brudin?” -arkoya
menyeduh kopi hangat. ”Tadi %e Brudin pesan, kalau sampean datang suruh ke sana.” ”2uru mengaji itu?” tanya -arkoya.
”a. Beliau ingin pesan baju baru untuk dipakai hari /umat. %asihan, bajunya cuma satu.” ”%e Brudin juga pesan kain ka6an,” desisnya lirih.
”(engan apa ia akan membayar?” ”(engan doa.”
”gawur. (oa tak membuat orang kenyang.”
”Buktinya, %e Brudin sampai sekarang masih segar bugar.” Seketika -arkoya tercengang. (iam#diam ia membenarkan pernyataan !astri, meski ucapan itu terasa janggal. (alam bimbang ia terusik.
Bagaimana mungkin, bisiknya. ”%enapa?”
”%e Brudin',” desisnya.
”Sudah tua. Tak mungkin gitu#gituan.” ”-aksudmu, !as?”
”gamar,” selorohnya. ”-ulutmu.”
”!alu?”
”%ain ka6an,” suara -arkoya, serak dan serasa berat.
Sore hari di halaman. Pasir#pasir berhamburan. Pelepah nyiur dan janur seperti malas berayun. Selarik cahaya senja membentuk garis tipis masuk lewat celah#celah bilik langgar tempat ia duduk bersandar pada tiangnya, yang miring. Sesekali cahaya senja bergetar samar, sesamar gerakan kedipan matanya. (an tak lama berselang, sebuah bisikan tanpa ia jelang datang, menggiringnya pada sesosok lelaki tua renta. %e Brudin, desisnya. "a hanya menghabiskan waktunya untuk anak#anak, mengajari mengaji, ilmu dunia dan akhirat, suara -arkoya lirih. -ungkin tak lama lagi ajal juga menjemputku.
”$h, sudah lama, saya tak membawakan anak#anak oleh#oleh. -ereka belajar mengaji kepada %e Brudin.”
”Betul,” spontan !astri menyahut.
”Saya harus segera ke sana,” lekas mengikat ujung kain sarungnya. (an segera bergegas. Tapi sesaat ia kembali dan bertanya.
”Baju koko?”
”Baju koko untuk shalat,” !astri menahan tawa.
”a. Saya segera ke sana. Utangmu minggu depan.” (an !astri. )ntah, seperti mukji0at lain muncul mengusik. Selepas -arkoya, tukang bendring itu menghilang di pekarangan, tiba#tiba !astri merasakan sesuatu yang aneh, dan teringat, pernah menjanjikan %e Bruddin kain ka6an.
Yogyakarta D!"!#$!r 2%%&'2%11
KIMPUL
$wan hitam merangkak pelan. $wan seperti itu setiap hari mengancam pada musim hujan dan merupakan isyarat tak lama lagi hujan akan mencurah deras. 4urah hujan belakangan ini memang tinggi. Banjir dan genangan air kemudian menyusul di beberapa tempat.
%impul belum bergerak dari tempat duduknya. Sejak pukul delapan pagi hingga pukul dua belas tengah hari itu belum seorang pun singgah dan meminta jasanya. Biasanya, ia baru bergerak setelah hujan rintik#rintik turun dan berlari jika rintik#rintik air itu bertambah besar. Terkadang ia terpaksa siap untuk basah kuyup karena hujan deras mendadak turun tanpa memberi kesempatan kepadanya untuk
berlindung di tempat berteduh.
Tempat berteduh yang nyaman bagi %impul adalah Stasiun Besar di seberang jalan raya yang jaraknya kira#kira tiga puluh meter dari tempatnya bekerja. %e sanalah ia berlari dan berlindung selama hujan mencurah. Berlari dan berlindung seperti itu setiap hari harus dilakukannya selama musim hujan. /ika hujan tidak lagi berderai %impul kembali ke tempatnya semula, menunggu siapa saja yang
membutuhkan jasanya.
%impul masih menunggu dan berharap. -udah#mudahan ada orang yang singgah ke tempatnya
walaupun hanya satu orang karena selama dua hari belakangan ini tidak seorang pun menyapanya dan duduk di kursi di depannya. "a menatap toko#toko buku baru dan buku bekas yang berjejer tidak jauh di depannya, toko#toko yang menghambat pemandangan ke lapangan di belakangnya. (ulu, semua toko buku itu tidak ada dan setiap orang yang berada di Stasiun Besar, yang sedang melangkah atau
berkendaraan di jalan raya atau berdiri di tempat %impul duduk saat itu, dengan leluasa dapat melihat lapangan di belakang toko#toko buku itu.
(i keempat sisi lapangan rumput itu terdapat parit yang membatasi lapangan dengan lahan kosong yang lebarnya lima belas meter di sekeliling lapangan. Tidak sedikit orang lalu lalang di lahan kosong ini, karena di sana banyak gerobak yang menjual makanan dan minuman. Para penumpang kereta api dari luar kota yang turun di Stasiun Besar umumnya makan dan minum di lahan kosong ini.
Pada tengah hari, para penjual obat kaki lima berteriak#teriak berkampanye di lahan kosong yang teduh di bawah kerimbunan pohon#pohon besar yang telah puluhan tahun berdiri di sana. Semua penjual obat berlomba memamerkan kehebatan mereka berorasi agar pengunjung yang melingkar di sekitar mereka mau membeli obat yang mereka jajakan. (an, setiap orasi pastilah memuji
kemujaraban obat. Begitu orasi selesai biasanya ada saja pengunjung yang langsung membeli obat mereka.
-asih erat melekat dalam ingatan %impul bahwa seorang penjual obat kaki lima itu berhasil meningkatkan diri menjadi bintang lm. Semula ia hanya menjadi guran dalam lm ”!ewat /am -alam” yang disutradarai Usmar "smail. "a kelihatan beberapa detik di layar putih, karena hanya berperan sebagai orang yang harus berjalan kaki dari sebuah pintu ke pintu lain yang jaraknya hanya
tujuh meter. Tapi, setelah itu ia muncul dalam beberapa lm lain sebagai pemeran utama. +ebat si (joni, ujar %impul kepada dirinya sendiri.
Begitu cepatnya keadaan berubah, %impul membatin. (ulu, lapangan luas itu selalu digunakan untuk tempat berbagai rapat umum dan upacara peringatan hari kemerdekaan sambil mendengarkan pidato Bung %arno. ibuan murid sekolah S-P dan S-$ diwajibkan hadir di sana untuk mendengarkan pidato berapi#api Pemimpin Besar e@olusi yang gagah itu.
(i selatan lapangan rumput itu terdapat hotel megah peninggalan penjajah Belanda. %ini hotel itu tidak kelihatan lagi karena telah berganti dengan gedung milik sebuah bank dengan lapangan parkir yang luas. (i utara lapangan, di /alan umah Bola, terdapat sebuah tempat pertemuan orang#orang Belanda yang setelah kemerdekaan diberi nama Balai Prajurit. Balai itu sirna sudah karena di lokasi itu telah dibangun sebuah pusat perbelanjaan yang senantiasa rampai pengunjung.
%impul merasa perubahan terjadi begitu cepat tanpa menyadari bahwa ia telah empat puluh tahun menjual jasanya di pinggir lapangan itu sejak berusia dua puluh lima tahun. %arena kondisi yang berubah ini, nasib %impul turut berubah. %alau dulu banyak orang yang satu pro6esi dengan %impul bekerja di bawah pohon rindang di pinggir lapangan, kini hanya dia dan seorang lagi yang masih menawarkan jasa di sana. %alau dulu tanah kosong yang mengelilingi lapangan terasa teduh karena beberapa pohon rimbun berdiri kukuh di sana, kini tanah kosong itu lenyap sudah karena seluruhnya ditelan ruko#ruko yang beroperasi hingga malam hari. 4ahaya matahari langsung jatuh di toko#toko buku itu, karena sebagian pohon telah ditebang.
Sekarang, lahan kosong pun semakin sempit. (i lahan kosong yang sempit itulah %impul dan seorang temannya membuka praktik sebagai pemotong rambut yang la0im disebut tukang pangkas. (engan hanya bermodalkan sebuah kursi lipat, sebuah cermin yang diikatkan ke sebuah tiang, seperangkat alat pemotong rambut yang dibawanya di sebuah tas kecil yang kumuh dan sebotol air, ia siap melayani siapa saja. hingga menjelang magrib.
$wan hitam yang merangkak tidak lagi kelihatan. +ujan juga tidak jadi berkunjung. +ari kembali cerah hingga sore hari. %impul masih menunggu. Ternyata tidak ada orang yang ingin meminta jasanya untuk memangkas rambut. %etika magrib memperlihatkan wajahnya, %impul mengambil cermin dari tiang yang dipancangnya, mencabut tiang itu, melipat kursi yang sejak pagi didudukinya, mengambil tas kumuh yang berisi alat#alat cukur dan membuang air yang tersimpan dalam botol. Setelah itu dengan mengayuh sepeda ia pulang tanpa memperoleh uang sepeser pun seperti dua hari sebelumnya.
111
%etika %impul terangguk#angguk karena mengantuk, ia mendengar seseorang memanggil namanya. "a segera membuka mata dan berdiri. Seorang lelaki muda berusia sekitar tiga puluh lima tahun berdiri di depannya sambil tersenyum. "a menyilakan laki#laki itu duduk di kursi lipat yang sebelumnya
didudukinya. %impul menduga laki#laki itu akan memotong rambut. !aki#laki itu menolak dengan sopan dan tetap berdiri.
”Pak %impul, kan?” kata lelaki muda itu bertanya. ”Benar, saya %impul”.
”-asih kenal saya, Pak?”
%impul menatap laki#laki itu, memperhatikannya dan mencoba menggali ingatannya. "a tidak berhasil. %arena itu ia menggeleng dengan sopan.
”Saya (asuki.”
”(asuki?” %impul kembali mencoba membangunkan memorinya. Sekali lagi ia tidak berhasil.
”Tidak apa#apa, Pak, kalau tidak ingat. -aklum peristiwanya sudah lama sekali. !ima tahun. 4ukup lama memang.”
%impul semakin tidak mengerti semua yang diucapkan laki#laki itu. /angan#jangan dia salah alamat. -ungkin saja yang dicarinya memang %impul, tapi %impul yang lain. !aki#laki yang menyebut namanya (asuki itu tidak ingin melihat wajah %impul yang bengong seperti itu.
”!ima tahun lalu saya pangkas di sini. Pak %impul yang memotong rambut saya. %etika Bapak akan mencukur janggut, kumis dan cambang saya, tiba#tiba turun hujan deras. Saya menyambar sepeda
motor dan segera memacunya ke stasiun itu untuk berteduh,” katanya sambil menunjuk ke arah Stasiun Besar. %impul mendengarkan dengan serius.
”Saya melihat Pak %impul berkemas dan membawa semua peralatan Bapak ke stasiun. 4uma, karena banyak orang di sana, saya benar#benar tidak tahu di mana persisnya Pak %impul berteduh. +ingga hujan berhenti dan semua orang meninggalkan emper stasiun, saya juga tidak melihat Pak %impul. %arena saya harus segera kembali ke kantor, saya tidak kembali lagi ke tempat Bapak bekerja. Saya langsung pergi dengan janggut, kumis dan cambang yang belum dicukur. Saya buru#buru karena mempersiapkan kepindahan saya ke /akarta dua hari setelah itu.”
%impul masih dengan tekun mendengarkan penjelasan orang yang bernama (asuki itu.
”!ima tahun saya terganggu karena belum membayar ongkos pangkas rambut itu. %arena itu hari ini saya sempatkan ke sini, pada saat saya sedang bertugas ke kota ini. Saya ingin membayar utang saya itu.”
Begitu selesai mengucapkan kalimat itu ia mengambil uang dari sakunya dan menyerahkan p 8<<.<<< kepada %impul. %arena %impul masih tidak memahami cerita laki#laki itu, ia diam saja dan tidak berani menerima uang yang diulurkan kepadanya. (asuki memberikan uang itu ke tangan %impul dan
menggenggamkannya.
”Permisi, Pak %impul, saya harus pergi sekarang untuk rapat. %alau sempat saya akan datang lagi,” kata orang yang bernama (asuki itu sambil melangkah pergi.
%impul merasa uang yang tergenggam di tangannya itu bukan miliknya. "a pasti salah alamat, pikir %impul. %arena itu %impul buru#buru berjalan ke arah laki#laki itu pergi. Setelah itu ia berlari#lari kecil di keempat sisi lapangan, namun laki#laki tidak ditemukannya. "a kembali ke tempatnya bekerja dengan napas tersengal#sengal. %impul benar#benar tidak tahu apa yang akan dilakukannya dengan uang p 8<<.<<< di tangannya itu.
"a berpikir keras dan menggedor ingatannya. $khirnya ia sampai kepada kesimpulan bahwa semua yang diungkapkan laki#laki itu tidak benar dan tidak pernah terjadi. "ngatannya cukup kuat untuk
mengetahui semua itu. !alu mengapa ia memberikan p 8<<.<<< sedangkan biaya pangkas lima tahun lalu cuma p A.<<<. %impul bergumam, dari mana pula orang bernama (asuki itu tahu namaku,
padahal aku tidak pernah menyebutkan namaku kepada pelanggan karena memang tidak ada yang pernah bertanya.
111
”Bagaimana (as? %etemu dengan orang yang kamu cari?” ”Tidak,” sahut (asuki menjawab pertanyaan istrinya.
”!alu bagaimana?”
”$ku mengelilingi lapangan itu. +anya dua orang tukang pangkas yang aku temukan. ang satu masih muda dan yang seorang lagi, aku rasa berusia lebih dari enam puluh tahun. -ungkin sekitar enam puluh lima tahun. Sebelum aku menghampiri orang tua itu aku bertanya dulu kepada penjaga toko buku bekas yang kumasuki sebelumnya. (ialah yang memberikan nama %impul itu kepadaku.” (asuki menunggu reaksi istrinya. "stri (asuki menunggu kelanjutan cerita suaminya.
”!alu aku datangi orang tua itu dan kuberikan p 8<<.<<<. $ku ceritakan alasan mengapa aku
memberikan uang itu. (ia bengong dan mulanya tidak mau menerima uang itu. Tapi aku berikan uang itu kepadanya dengan menggenggamkannya. Setelah itu aku pergi dan berjanji akan datang lagi kalau aku masih punya waktu luang.”
”%amu yakin bukan itu orang yang kamu cari?”
”$ku belum lupa wajah orang yang dulu memangkas rambutku. Pipinya kempot, kepalanya botak dan tubuhnya ceking. $ku melihatnya begitu aku selesai makan gado#gado yang enak di pinggir lapangan itu. %arena kasihan aku segera menghampirinya, duduk di kursi kayunya dan memintanya memotong rambutku. Padahal sebelumnya aku berniat memotong rambut di barber shop di sebelah kantorku. +anya karena aku ingin makan gado#gado dulu makanya aku pergi ke pinggir lapangan itu, bertemu dengan orang tua itu, jatuh kasihan dan memintanya memangkas rambutku.”