• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kumpulan CERPEN KOMPAS 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kumpulan CERPEN KOMPAS 2011"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

TART DI BULAN HUJAN

TART DI BULAN HUJAN

”Ternyata harganya tiga ratus tujuh puluh lima ribu, Pak,” kata Sum kepada lakinya, Uncok.

”Ternyata harganya tiga ratus tujuh puluh lima ribu, Pak,” kata Sum kepada lakinya, Uncok.

”Barang apa yang kau bicarakan i

”Barang apa yang kau bicarakan itu, kok mahal amat?” bertanya suaminya.

tu, kok mahal amat?” bertanya suaminya.

””

LhoLho

, musim hujan tahun

, musim hujan tahun lewat dan sebelumnya juga, kan, saya bilang, Pak, roti yang diberi

lewat dan sebelumnya juga, kan, saya bilang, Pak, roti yang diberi

gula yang berbentuk bunga mawar itu harganya tiga ratus lima puluh ribu.

gula yang berbentuk bunga mawar itu harganya tiga ratus lima puluh ribu. oti itu besar,

oti itu besar,

cukup untuk satu keluarga dengan beberapa tamu.

cukup untuk satu keluarga dengan beberapa tamu. T

Tapi, sekarang naik

api, sekarang naik dua puluh

dua puluh lima ribu,”

lima ribu,”

Sum mencoba menjelaskan. !akinya tetap tak paham. "a menarik rokok sebatang dari

Sum mencoba menjelaskan. !akinya tetap tak paham. "a menarik rokok sebatang dari

bungkusnya dan mencoba menyalakan korek.

bungkusnya dan mencoba menyalakan korek.

””

Ngerokok lagiNgerokok lagi

,” tiba#tiba Sum sedikit membentak. ”$pa enggak bisa uangnya

,” tiba#tiba Sum sedikit membentak. ”$pa enggak bisa uangnya sedikit

sedikit

disimpan untuk tambahan beli roti.”

disimpan untuk tambahan beli roti.”

”Beli roti bagaimana?” Uncok gantian membentak. ”%au ini edan, ya.

”Beli roti bagaimana?” Uncok gantian membentak. ”%au ini edan, ya.

NyediainNyediain

 nasi

 nasi

ajaaja

 susah,

 susah,

kok beli roti mewah kayak gitu. "tu makanan menteri, bupati, dan wali

kok beli roti mewah kayak gitu. "tu makanan menteri, bupati, dan wali kota serta para

kota serta para

koruptor. Tahu?& %ita makan nasi

koruptor. Tahu?& %ita makan nasi

ajaaja

 sama sambal'. %amu itu

 sama sambal'. %amu itu mimpi'.” !akinya

mimpi'.” !akinya

menegaskan.

menegaskan.

 Tiba#tiba sepi.

 Tiba#tiba sepi. (i langit ada mendung

(i langit ada mendung yang memberi sas

yang memberi sasmita akan hujan.

mita akan hujan. %ilat sesekal

%ilat sesekalii

menggebyar

menggebyar. ”umah kita masih bocor,”

. ”umah kita masih bocor,” kata Uncok lagi

kata Uncok lagi sambil mendongak. ”Belum bisa beli

sambil mendongak. ”Belum bisa beli

plastik tebal penahan tiris. %ok kamu

plastik tebal penahan tiris. %ok kamu

mikirinmikirin

 roti tart yang, buat kita, harganya triliunan

 roti tart yang, buat kita, harganya triliunan

rupiah. )dan kau itu&”

rupiah. )dan kau itu&”

Sum diam. T

Sum diam. Tak mendengarkan omelan suaminya. Bayangan di

ak mendengarkan omelan suaminya. Bayangan di depan matanya sangat

depan matanya sangat jelas*

jelas*

tart dengan

tart dengan bunga#bunga mawar, dengan tulisan

bunga#bunga mawar, dengan tulisan +appy Birthday

+appy Birthday. Betapa bahagianya

. Betapa bahagianya anak

anak

yang diberi hadiah itu. Sum sendiri belum pernah mendapat hadiah seperti itu, apalagi

yang diberi hadiah itu. Sum sendiri belum pernah mendapat hadiah seperti itu, apalagi

mencicipi. T

mencicipi. Tapi, alangkah lebih

api, alangkah lebih bahagia ia

bahagia ia jika bisa memberikan sesuatu yang

jika bisa memberikan sesuatu yang dinilainya luar

dinilainya luar

biasa, betapa pun belum

biasa, betapa pun belum pernah menikmatinya.

pernah menikmatinya.

”%urang beberapa hari lagi, Pak,” kata Sum memecah kesunyian.

”%urang beberapa hari lagi, Pak,” kata Sum memecah kesunyian.

”$panya yang kurang beberapa hari lagi?”

”$panya yang kurang beberapa hari lagi?” Uncok membentak. ”%iamatnya apa

Uncok membentak. ”%iamatnya apa

gimanagimana

? %ita

? %ita

memang mau kiamat. +akim, jaksa, polisi, pengacara, menteri, anggota

memang mau kiamat. +akim, jaksa, polisi, pengacara, menteri, anggota (P' nyolong

(P' nyolong

semua. (an kau malah mau beli tart lima triliun. (uitnya

semua. (an kau malah mau beli tart lima triliun. (uitnya

sapasapa

?

?

NyolongNyolong

? Tak ada yang bisa

? Tak ada yang bisa

kita colong.

kita colong.

Ngerampok Ngerampok 

? %au punya pistol atau bedil? )nggak& %au cuma punya pisau dapur

? %au punya pistol atau bedil? )nggak& %au cuma punya pisau dapur

dan silet

dan silet untuk mengerok bulu ketiakmu'.”

untuk mengerok bulu ketiakmu'.”

Sum tak menyahut. Pikirannya masih melanglang ke toko roti. ”%ita bisa naik bus Trans ogya

Sum tak menyahut. Pikirannya masih melanglang ke toko roti. ”%ita bisa naik bus Trans ogya

Pak, aman. )nggak ada copet. Pulangnya naik becak aja. %ita

Pak, aman. )nggak ada copet. Pulangnya naik becak aja. %ita harus hati#hati bawa tart

harus hati#hati bawa tart sangat

sangat

istimewa itu, Pak

istimewa itu, Pak. $h, si bocah itu pasti

. $h, si bocah itu pasti

seneng banget seneng banget 

.' %alau dia bisa

.' %alau dia bisa

senengseneng

, alangkah

, alangkah

bahagia diriku.”

bahagia diriku.”

%edua tangannya dilekatkan pada dada dan membentuk sembah, menunduk. Tuhan, bisik

%edua tangannya dilekatkan pada dada dan membentuk sembah, menunduk. Tuhan, bisik

Sum, perkenank

Sum, perkenankan saya membeli tart untuk

an saya membeli tart untuk ulang tahun si

ulang tahun si anak miskin itu. "a l

anak miskin itu. "a lalu menutup

alu menutup

wajahnya dengan kedua tangannya. Saking kepinginnya beli tart, seakan ia hendak menangis.

wajahnya dengan kedua tangannya. Saking kepinginnya beli tart, seakan ia hendak menangis.

-atanya terasa basah.

-atanya terasa basah.

%em

%emudian hujan pun

udian hujan pun rintik#rintik. ”aaah, mau hujan,” kata lakinya. ”

rintik#rintik. ”aaah, mau hujan,” kata lakinya. ”

Pindah-pindahinPindah-pindahin

 bantal#

 bantal#

bantal. /angan biarkan di

bantal. /angan biarkan di situ, tempat tiris deras'.” Uncok memberi komando. Sum tenang

situ, tempat tiris deras'.” Uncok memberi komando. Sum tenang

saja.

saja.

”Biarkan tiris membasahi rumah,” kata Sum. ”"tu re0eki kita* air,” sahut Sum.

”Biarkan tiris membasahi rumah,” kata Sum. ”"tu re0eki kita* air,” sahut Sum.

Uncok tak tahan. ”%amu kok semakin edan,” lakinya membentak. -alam merambat larut.

Uncok tak tahan. ”%amu kok semakin edan,” lakinya membentak. -alam merambat larut.

 Tidak dik

 Tidak diketahui dengan pasti apak

etahui dengan pasti apakah malam itu jadi hujan at

ah malam itu jadi hujan atau tidak.

au tidak.

111

111

2agasan beli tart dengan bunga#bunga mawar itu sudah lama muncul di

2agasan beli tart dengan bunga#bunga mawar itu sudah lama muncul di benak Sum. (ua

benak Sum. (ua

tahun lalu. 3aktu itu Bu Somyang %apoyos, rumahnya di Surabaya,

(2)
(3)

 

 ogyakarta kar

ogyakarta karena urusan disertas

ena urusan disertasi. "a membawa putrany

i. "a membawa putranya. (an tepat sat

a. (an tepat satu hari kem

u hari kemudian, ia

udian, ia

teringat ulang tahun anaknya. 4epat#cepat ia

teringat ulang tahun anaknya. 4epat#cepat ia berganti pakaian, memanggil taksi dan

berganti pakaian, memanggil taksi dan

meluncur ke tok

meluncur ke toko roti 5berlin. "a

o roti 5berlin. "a pun membeli tart ulang tahun

pun membeli tart ulang tahun dengan tulisan +appy Birthday

dengan tulisan +appy Birthday

dengan lima l

dengan lima lilin menyala. %etika kem

ilin menyala. %etika kembali ke

bali ke

home stay home stay 

, Sum, yang sedang menyapu lantai,

, Sum, yang sedang menyapu lantai,

melihat roti

melihat roti itu. T

itu. Tergetar

ergetar. $staga,

. $staga, indahnya. !ilinnya

indahnya. !ilinnya menyala, seperti menyala

menyala, seperti menyala dalam hatinya.

dalam hatinya.

$ku harus beli tart itu, buat si bocah, saat ulang tahunnya di

$ku harus beli tart itu, buat si bocah, saat ulang tahunnya di bulan hujan nanti, gumamnya.

bulan hujan nanti, gumamnya.

”Berapa harganya, Bu?” tanya Sum.

”Berapa harganya, Bu?” tanya Sum.

”Tiga ratus lima puluh ribu,”

”Tiga ratus lima puluh ribu,” jawabnya.

jawabnya.

$staga& 2aji Sum kerja di

$staga& 2aji Sum kerja di

home stay home stay 

 hanya dua ratus lima puluh

 hanya dua ratus lima puluh ribu sebulan. %alau ada

ribu sebulan. %alau ada

tamu, ia memang sering mendapat tip,

tamu, ia memang sering mendapat tip, tetapi cuma cukup buat beli soto

tetapi cuma cukup buat beli soto Pak 2are

Pak 2areng tiga

ng tiga

ribuan. "a masih harus

ribuan. "a masih harus memikirkan seragam anaknya. Suaminya, yang sopir bus, tak selalu

memikirkan seragam anaknya. Suaminya, yang sopir bus, tak selalu

bisa bawa uang cukup. /alan makin padat. -otor jutaan memenuhi jalanan. Sering macet.

bisa bawa uang cukup. /alan makin padat. -otor jutaan memenuhi jalanan. Sering macet.

%adang harus cari jalan lain. Perjalanan makin panjang. $rtinya bensin boros, padahal bahan

%adang harus cari jalan lain. Perjalanan makin panjang. $rtinya bensin boros, padahal bahan

bakar mesti dibeli sendiri.

bakar mesti dibeli sendiri.

 T

 Tapi aku harus

api aku harus beli tart itu, gumamny

beli tart itu, gumamnya. Buat si bocah.

a. Buat si bocah. (i ulang tahunnya di bulan h

(i ulang tahunnya di bulan hujan. "a

ujan. "a

bakal senang. ”5h, enggak begitu mikirnya. Tapi gini* semoga ia senang. Tuhan, perkenankan

bakal senang. ”5h, enggak begitu mikirnya. Tapi gini* semoga ia senang. Tuhan, perkenankan

ia senang menerima

ia senang menerima persembahan roti dari

persembahan roti dari saya,” gumamnya lagi. ”T

saya,” gumamnya lagi. ”Tuhan, saya butuh

uhan, saya butuh sekali

sekali

bahagia dengan melihat si bocah bahagia.'”

bahagia dengan melihat si bocah bahagia.'”

”(i mana tokonya, Bu,” tanya Sum lagi.

”(i mana tokonya, Bu,” tanya Sum lagi.

”5, deket tok

”5, deket toko onderdil motor itu,” jawab

o onderdil motor itu,” jawab Bu Somyang, ”%amu mau beli?” tanyanya.

Bu Somyang, ”%amu mau beli?” tanyanya.

Sum mengangguk.

Sum mengangguk.

”$nakmu ulang tahun?” desak Bu Somyang.

”$nakmu ulang tahun?” desak Bu Somyang.

”Buuukan anak saya, tapi kalau dianggap anak

”Buuukan anak saya, tapi kalau dianggap anak saya, ya enggak papa,” jawab

saya, ya enggak papa,” jawab Sum.

Sum.

”5ooo, anak yatim piatu di

”5ooo, anak yatim piatu di panti asuhan yang kamu pungut?” Bu Somyang mendesak.

panti asuhan yang kamu pungut?” Bu Somyang mendesak.

”Bukan, enggak,” jawab Sum.

”Bukan, enggak,” jawab Sum.

”$h, Sum aku tak paham. Tapi, aku ingin ingatkan kalau untuk anak#anak gelandangan, ya

”$h, Sum aku tak paham. Tapi, aku ingin ingatkan kalau untuk anak#anak gelandangan, ya

enggak usah tart kayak

enggak usah tart kayak

ginigini

. 4ukup beberapa potong roti santen apa roti

. 4ukup beberapa potong roti santen apa roti bocongan atau roti

bocongan atau roti

teles yang seribuan ditambah minuman dawet. "tu pun tiap gelas cendolnya lima belas atau

teles yang seribuan ditambah minuman dawet. "tu pun tiap gelas cendolnya lima belas atau

enam belas biji

enam belas biji saja. %alau anak#anak

saja. %alau anak#anak dibiasakan makan#minum yang mewah#mewah, kurang

dibiasakan makan#minum yang mewah#mewah, kurang

baik. Bisa tuman,

baik. Bisa tuman, ketagihan.

ketagihan.””

Sum diam. /antungnya

Sum diam. /antungnya terasa tertusuk oleh kata#kata yang

terasa tertusuk oleh kata#kata yang diucapkan karena ket

diucapkan karena ketidaktahuan.

idaktahuan.

Sum menunduk. Beberapa tahun silam pernah seorang penyair diminta

Sum menunduk. Beberapa tahun silam pernah seorang penyair diminta berkhotbah di gereja.

berkhotbah di gereja.

"a berkata, malanglah dia orang yang tak tahu kalau ia tak tahu, hi

"a berkata, malanglah dia orang yang tak tahu kalau ia tak tahu, hi na dan sakit orang yang

na dan sakit orang yang

tak paham kalau ia

tak paham kalau ia tak paham. %ata#kata itu mendengung kembali di telinganya ketik

tak paham. %ata#kata itu mendengung kembali di telinganya ketika ia

a ia

menatap mulut Bu Somyang yang mengerikan.

menatap mulut Bu Somyang yang mengerikan.

”$ku harus membeli tart itu, apa

”$ku harus membeli tart itu, apa pun yang terjadi,” gumam Sum. ”$pa

pun yang terjadi,” gumam Sum. ”$pa pun komentar orang

pun komentar orang

aku tidak peduli. $ku hanya ingin si bocah bahagia pada hari ulang tahunnya. Selama

aku tidak peduli. $ku hanya ingin si bocah bahagia pada hari ulang tahunnya. Selama

bertahun#tahun aku menyaksik

bertahun#tahun aku menyaksikan perayaan ulang t

an perayaan ulang tahun si kecil, belum pernah ada yang

ahun si kecil, belum pernah ada yang

membawa tart. Padahal, kalau mau, mereka bisa beli.

membawa tart. Padahal, kalau mau, mereka bisa beli. %eba

%ebanyakan tamu yang

nyakan tamu yang datang

datang

sedikitnya naik motor, malah ada yang naik mobil. +eran& Bagaimanakah pikiran orang#orang

sedikitnya naik motor, malah ada yang naik mobil. +eran& Bagaimanakah pikiran orang#orang

itu.”

itu.”

(ua minggu setelah

(ua minggu setelah menyaksik

menyaksikan tart

an tart yang menggetarkan, Sum memutuskan menabung.

yang menggetarkan, Sum memutuskan menabung.

%etika dikonsultasikan, %etua !ingkungan menyarankan agar Sum menabung di bank. Tapi,

%etika dikonsultasikan, %etua !ingkungan menyarankan agar Sum menabung di bank. Tapi,

Pak %arta 3

Pak %arta 3edang memberi tahu

edang memberi tahu bahwa bank kadang#kadang tak bi

bahwa bank kadang#kadang tak bisa dipercaya. Uang para

sa dipercaya. Uang para

nasabah dibawa lari oleh petugas bank sendiri dan bank tidak bertanggung j

nasabah dibawa lari oleh petugas bank sendiri dan bank tidak bertanggung j awab.

awab.

”5ooo,

(4)

$khirnya, Sum memutuskan menabung di rumah

$khirnya, Sum memutuskan menabung di rumah sendiri. "a merencanakan menyisihkan

sendiri. "a merencanakan menyisihkan

uangnya lima belas ribu

uangnya lima belas ribu setiap bulan. %alau ia

setiap bulan. %alau ia sukses lebih menekan k

sukses lebih menekan kebutuhan, setahun,

ebutuhan, setahun,

kan, seratus delapan puluh ribu.

kan, seratus delapan puluh ribu. (ua tahun, kan, tiga ratus enam

(ua tahun, kan, tiga ratus enam puluh ribu. ”+oreeeee& (ua

puluh ribu. ”+oreeeee& (ua

tahun lagi, aku bisa beli

tahun lagi, aku bisa beli tart buat si

tart buat si kec

kecil. (an masih sisa

il. (an masih sisa sepuluh ribu.” +atinya bersorak#

sepuluh ribu.” +atinya bersorak#

sorai'.

sorai'.

(an pada bulan hujan tahun ini, kegiatan menabungnya hampir genap dua tahun. "a tak

(an pada bulan hujan tahun ini, kegiatan menabungnya hampir genap dua tahun. "a tak

sabar lagi. Tapi, alangkah kecewa ketika ia menengok di toko roti 5berlin, tart yang

sabar lagi. Tapi, alangkah kecewa ketika ia menengok di toko roti 5berlin, tart yang

dibayangkan sudah naik harganya. "a sedikit lemas. "a

dibayangkan sudah naik harganya. "a sedikit lemas. "a menjadi pucat. (an pandangannya

menjadi pucat. (an pandangannya

berkunang#kunang.

berkunang#kunang.

”$da apa Bu,

”$da apa Bu, sakit?” tanya pelayan toko. Sum menggeleng. "a

sakit?” tanya pelayan toko. Sum menggeleng. "a berkeringa

berkeringat dingin.

t dingin. Punggung

Punggung

terasa sedikit basah,

terasa sedikit basah, tetapi keleknya terasa basah sekali.

tetapi keleknya terasa basah sekali.

”"bu mau beli

”"bu mau beli roti?” desak pelayan toko.

roti?” desak pelayan toko.

”a,” jawab Sum sangat pelan hampir tak terdengar. $palagi lalu lintas hiruk#pikuk.

”a,” jawab Sum sangat pelan hampir tak terdengar. $palagi lalu lintas hiruk#pikuk.

”-au beli,” pelayan

”-au beli,” pelayan mendesak.

mendesak.

”"yaa,” jawab Sum. Pelan sekali.

”"yaa,” jawab Sum. Pelan sekali.

”

”ang

ang mana?”

mana?”

Sum menuding tart mahal itu.

Sum menuding tart mahal itu.

”+aaah?” Pelayan toko kaget sambil memandangi penampilan Sum.

”+aaah?” Pelayan toko kaget sambil memandangi penampilan Sum.

Sum lemas. Bagaimanapun masih

Sum lemas. Bagaimanapun masih ada kekuatan.

ada kekuatan.

”Tapi tidak sekarang,” Sum menegaskan.

”Tapi tidak sekarang,” Sum menegaskan.

”5ooo, kamu disuruh majikanmu lihat#lihat

”5ooo, kamu disuruh majikanmu lihat#lihat harganya, begitu?” Sum menggeleng.

harganya, begitu?” Sum menggeleng.

”Saya mau beli sendiri. Saya

”Saya mau beli sendiri. Saya sudah menabung. T

sudah menabung. Tart itu untuk si

art itu untuk si bocah.”

bocah.”

Pelayan tok

Pelayan toko tak paham, dan

o tak paham, dan mulai curiga. %arena itu, dengan cara

mulai curiga. %arena itu, dengan cara halus, ia menggiring Sum

halus, ia menggiring Sum

ke luar toko. Perempuan itu melangkah ke luar.

ke luar toko. Perempuan itu melangkah ke luar.

”-asih ada waktu,” gumamnya. ”$ku akan buruh

”-asih ada waktu,” gumamnya. ”$ku akan buruh

nyucinyuci

 di kos#kosannya Pak ur /entera.

 di kos#kosannya Pak ur /entera.

Pok

Pokoknya, bulan hujan tahun

oknya, bulan hujan tahun ini aku harus beli

ini aku harus beli tart untuk si kecil. $ku ingin sekali merasakan

tart untuk si kecil. $ku ingin sekali merasakan

bahagia ketika bocah itu bahagia. %alau aku sudah berhasil membeli tart

bahagia ketika bocah itu bahagia. %alau aku sudah berhasil membeli tart untuk si bocah, aku

untuk si bocah, aku

lega

lega

banget banget 

. $ku rela mati. %alau yang aku lakukan dianggap keliru oleh sidang malaikat dan

. $ku rela mati. %alau yang aku lakukan dianggap keliru oleh sidang malaikat dan

aku harus masuk neraka' ya enggak

aku harus masuk neraka' ya enggak

 papa papa

. $ku tetap bahagia di neraka. a, mati dengan

. $ku tetap bahagia di neraka. a, mati dengan

bahagia sekali karena sudah bisa mempersembahkan roti tart di bulan hujan.

bahagia sekali karena sudah bisa mempersembahkan roti tart di bulan hujan. (i minggu

(i minggu

hujan. (i malam hujan,” gumamnya.

hujan. (i malam hujan,” gumamnya.

 Tiba di rumah, ia

 Tiba di rumah, ia langsung mengambil uang

langsung mengambil uang tabungannya yang dise

tabungannya yang disembunyikan di dalam

mbunyikan di dalam

lemari, di bawah pakaian. %urang empat puluh lima

lemari, di bawah pakaian. %urang empat puluh lima ribu, gumamnya sambil menghitung uang

ribu, gumamnya sambil menghitung uang

receh. "a ingat, ia harus membeli nasi buat anaknya, si (omble. ”Tapi kalau aku

receh. "a ingat, ia harus membeli nasi buat anaknya, si (omble. ”Tapi kalau aku

berhasil

berhasil

nyucinyuci

 pakaian di kos#kosan Pak ur /entera, semua bakal beres. Slamet bilang, Pak

 pakaian di kos#kosan Pak ur /entera, semua bakal beres. Slamet bilang, Pak

 /entera baik

 /entera baik

banget banget 

 sama orang dua6a. Beda

 sama orang dua6a. Beda

banget banget 

 dengan 3ak 7ettep yang

 dengan 3ak 7ettep yang

pelit

pelit

banget banget 

 dan tukang mempermainkan orang.” Sum menunduk. ”Tuhan, biarkan saya

 dan tukang mempermainkan orang.” Sum menunduk. ”Tuhan, biarkan saya

percaya bisa membeli tart untuk si

percaya bisa membeli tart untuk si bocah.”

bocah.”

111

111

)soknya sudah mulai memasuki bulan hujan. "a

)soknya sudah mulai memasuki bulan hujan. "a pun menghitung hari. (i

pun menghitung hari. (i lingkunganny

lingkungannya,

a,

warga sudah sering

warga sudah sering kumpul#k

kumpul#kumpul menyiapkan pesta ulang

umpul menyiapkan pesta ulang tahun. (i gereja banyak

tahun. (i gereja banyak

pengumuman tentang kegiata

pengumuman tentang kegiatan menyongsong pesta itu. Sum tak

n menyongsong pesta itu. Sum tak pernah diajak. $lasan ibu#

pernah diajak. $lasan ibu#

ibu kaya, Sum, kan, sibuk bantu rumah tangga sana#sini. -ana ada waktu buat

ibu kaya, Sum, kan, sibuk bantu rumah tangga sana#sini. -ana ada waktu buat

gini-ginigini-gini

. (i

. (i

samping itu, kalau ia diajak, Sum selalu merasa tak pantas duduk sama rendah berdiri sama

samping itu, kalau ia diajak, Sum selalu merasa tak pantas duduk sama rendah berdiri sama

tinggi dengan mereka. Sum selalu merasa dirinya orang

(5)

(engan senang Pak /entera menerima Sum. Tampaknya, lelaki itu terpesona dengan cara

(engan senang Pak /entera menerima Sum. Tampaknya, lelaki itu terpesona dengan cara

kerjanya yang cekatan. %ar

kerjanya yang cekatan. %arena itu, tak

ena itu, tak ragu#ragu ia memberi Sum upah

ragu#ragu ia memberi Sum upah tambahan, bahkan

tambahan, bahkan

boleh dikatakan setiap hari. -aka, sebelum saat pembelian tart tiba,

boleh dikatakan setiap hari. -aka, sebelum saat pembelian tart tiba, di tangannya sudah ada

di tangannya sudah ada

uang cukup. Bahkan lebih. Sementara itu, Bu /entera juga l

uang cukup. Bahkan lebih. Sementara itu, Bu /entera juga luar biasa perhatiannya. Sekali ia

uar biasa perhatiannya. Sekali ia

memanggilnya ke rumah.

memanggilnya ke rumah.

”%amu mau pesta apa pada natalan nanti.”

”%amu mau pesta apa pada natalan nanti.”

”$h, enggak pesta kok, Bu, cuma mau beli tart,”

”$h, enggak pesta kok, Bu, cuma mau beli tart,” jawab Sum.

jawab Sum.

”Tart? Tart? Siapa yang ulang tahun? $nakmu?” Bu /entera kaget dan bertanya setengah

”Tart? Tart? Siapa yang ulang tahun? $nakmu?” Bu /entera kaget dan bertanya setengah

mencecar. Tapi Sum tetap tenang.

mencecar. Tapi Sum tetap tenang.

”Bukan anak saya Bu, tapi kalau dibilang anak saya, ya enggak

”Bukan anak saya Bu, tapi kalau dibilang anak saya, ya enggak

 papa papa

,” jawab Sum.

,” jawab Sum.

”5oooooooo, anak pungut? (i panti

”5oooooooo, anak pungut? (i panti asuhan dekat rumah 3ak 7ettep yang terk

asuhan dekat rumah 3ak 7ettep yang terkenal pelit itu?”

enal pelit itu?”

Bu /entera bertanya lagi.

Bu /entera bertanya lagi.

”)nggak, bukan' dia anak baik#baik, sangat baik'

”)nggak, bukan' dia anak baik#baik, sangat baik' cantik sekali, pandangan matanya

cantik sekali, pandangan matanya

menggetarkan,” jawab Sum.

menggetarkan,” jawab Sum.

”$h, aku tak paham,” kata Bu /entera.

”$h, aku tak paham,” kata Bu /entera.

Lho

Lho

, kata#kata Bu Somyang di ulang di sini, gumam Sum.

, kata#kata Bu Somyang di ulang di sini, gumam Sum.

”Tapi baiklah,” kata Bu /entera lagi, ”kalau mau beli tart, ya, yang baik sekalian,”

”Tapi baiklah,” kata Bu /entera lagi, ”kalau mau beli tart, ya, yang baik sekalian,”

sambungnya.

sambungnya.

Wuuuah

Wuuuah

, luar biasa ibu ini, kata Sum dalam hati.

, luar biasa ibu ini,

kata Sum dalam hati.

”ih, aku

”ih, aku

ngiur ngiur 

 dua ratus ribu,” kata Bu /entera sambil senyum sangat manis. a Tuhan,

 dua ratus ribu,” kata Bu /entera sambil senyum sangat manis. a Tuhan,

apakah Bu /entera ini malaikat utusanmu, kata Sum dalam

apakah Bu /entera ini malaikat utusanmu, kata Sum dalam hati. (engan gemetar Sum

hati. (engan gemetar Sum

menerima uang itu. T

menerima uang itu. Tepat pada saat

epat pada saat itu, Pak ur /entera tiba di rumah

itu, Pak ur /entera tiba di rumah dari

dari

sepeda- sepeda-an

an

 bersama persekutuannya. "a langsung duduk dan mendengarkan cerita istrinya tentang

 bersama persekutuannya. "a langsung duduk dan mendengarkan cerita istrinya tentang

rencana Sum.

rencana Sum.

”5, bagus, bagus,” kata Pak /entera. "a berdiri lalu tangan kanannya merogoh dompet di

”5, bagus, bagus,” kata Pak /entera. "a berdiri lalu tangan kanannya merogoh dompet di saku

saku

belakang.

belakang.

”-bak Sum mesti beli roti lain untuk tambahan. %an anak#anak pasti akan datang,

”-bak Sum mesti beli roti lain untuk tambahan. %an anak#anak pasti akan datang,

rame- rame-rame

rame

. ih, ada

. ih, ada tambahan tiga ratus,” katanya dengan tenang. Sum hampir

tambahan tiga ratus,” katanya dengan tenang. Sum hampir tak memercayai

tak memercayai

telinganya. a Tuhan, engkau begitu dermawan, jerit gembira hati Sum.

telinganya. a Tuhan, engkau begitu dermawan, jerit gembira hati Sum.

+atinya bersorak#sorai. "a

+atinya bersorak#sorai. "a pun lari

pun lari ke Bapak %et

ke Bapak %etua !ingkungan menceritakan rencananya.

ua !ingkungan menceritakan rencananya.

+ujan pun turun,

+ujan pun turun, menderas.

menderas.

”$pa boleh Bu Sum

”$pa boleh Bu Sum membawa tart masuk gereja, apalagi meletakkan tart itu di

membawa tart masuk gereja, apalagi meletakkan tart itu di depan patung

depan patung

%anak#%anak esus di dalam 2oa? Pak %oster pasti takut gerejanya kotor. Pastor paroki akan

%anak#%anak esus di dalam 2oa? Pak %oster pasti takut gerejanya kotor. Pastor paroki akan

tanya, perayaan atal dengan tart

tanya, perayaan atal dengan tart di depan %anak#%anak 

di depan %anak#%anak esus itu menurut ayat %itab

esus itu menurut ayat %itab Suci

Suci

yang mana, teologinya apa'.”

yang mana, teologinya apa'.”

 T

 Tanpa menggubris, Sum

anpa menggubris, Sum berangkat k

berangkat ke toko

e toko roti. Sebelum

roti. Sebelumnya mampir k

nya mampir ke rumah dulu, me

e rumah dulu, menemui

nemui

suaminya, yang kebetulan tak

suaminya, yang kebetulan tak

nyopir nyopir 

. Uncok terdiam mendengar cerita Sum tentang Bapak

. Uncok terdiam mendengar cerita Sum tentang Bapak

!ingkungan. Sepi. !ama. +ati Uncok trenyuh. !aki itu merasa harus berbela

!ingkungan. Sepi. !ama. +ati Uncok trenyuh. !aki itu merasa harus berbela rasa dengan

rasa dengan

istrinya. $palagi ia membawa uang berlebih untuk beli seragam si (omble. /uga uang buat

istrinya. $palagi ia membawa uang berlebih untuk beli seragam si (omble. /uga uang buat

rokok.' Uncok, kemudian, mendekap istrinya.

rokok.' Uncok, kemudian, mendekap istrinya.

”Selepas dari toko, pulang dulu,” kata lakinya. Sum tak

”Selepas dari toko, pulang dulu,” kata lakinya. Sum tak bisa berkata apa#apa. -ulutnya

bisa berkata apa#apa. -ulutnya

terkunci. %

terkunci. %eharuan mendesak paru#paru

eharuan mendesak paru#paru dan tenggorokannya. Suaminya berubah tiba#tiba.

dan tenggorokannya. Suaminya berubah tiba#tiba.

”Tuhaaan, hebatnya dikau. Berangkatlah,” kata suaminya, ”Pulangnya mampir ke rumah dulu

”Tuhaaan, hebatnya dikau. Berangkatlah,” kata suaminya, ”Pulangnya mampir ke rumah dulu

sebelum ke gereja.”

(6)

(i toko roti, pelayan#pelayannya memandang dengan sebelah mata. -ereka tak percaya Sum

punya uang untuk beli tart hampir empat ratus ribu.

”Tidak masuk akal,” kata Tanpoting, pemilik toko roti itu. %etika Sum akhirnya mengeluarkan

uang lebih dari harga tart, baru mereka percaya.

Pukul setengah empat sore Sum tiba di rumah. $langkah kagetnya dia melihat goa dengan

%anak#%anak esus di dalamnya sudah disiapkan lakinya di tengah rumah. Patung kecil#kecil

itu rupanya dipinjam dari asrama para suster.

”-ereka memperkenankan aku memakai ini semua,” kata suaminya. Sum tak bisa berkata#

kata apa#apa. %egembiraan meluap.

”Taruhlah tart di sini,” kata Uncok, persis di depan %anak#%anak esus terbaring. ”anti

malam, selesai -isa atal, anak#anak kita undang ke rumah ini merayakan ulang tahunnya.

 Tak perlu di gereja. -ereka akan menyanyi

 panjang umurnya, panjang umurnya, panjang

umurnya serta mulia

'. !alu anak#anak akan menyantap tart. Biarlah rumah kita kotor, tapi

ada senyum dan tawa meriah.”

Sum memeluk suaminya. $ir matanya menetes karena haru. Persis hujan turun dengan

sangat deras dan rumah sepasang merpati itu tiris di sana#sini, kecuali di atas tart. Seluruh

rumah basah, lambah#lambah. Tapi, Sum dan Uncok tertawa terbahak#bahak sambil

berpelukan. Si (omble pun ikut menari#nari sambil sesekali

nyuri

 mencolek tart yang dibalut

gula#mentega#cokelat yang le0at luar biasa. Patung %anak#%anak esus menatap mereka

dengan senyum. -enjelang pukul sembilan malam, anak#anak langsung menyerbu rumah

Sum dan Uncok selepas dari misa di gereja.

-ereka menari#nari di depan patung %anak#%anak esus dan tart. %ue#kue lainnya pun

disiapkan. $nak#anak berebut membersihkan rumah yang basah dan kotor luar biasa.

(iam#diam Sum menatap pandangan mata anak#anak yang datang. Seperti bersinar, seperti

bersinar' Sum berjongkok dan memeluk mereka satu demi satu. Sum tersedu karena haru

dan bahagia'.

DI PERSIMPANGAN PANTURA

 Tak pernah sekalipun aku tampil dengan rok mini dan paha mengundang apalagi bahu

terbuka dan dada menantang, tapi mengapa nasib tak berpihak juga?

amaku !imbuk, asal (ukuh -enjangan. +idupku isinya cuma kesedihan. %eceriaan adalah

hal yang absurd bagiku. !agipula tak ada yang aneh dengan kesedihan di negeri ini bukan?

amun aku selalu ingat kata simbok dulu, hidup ini memang sekadar mampir ngombe,

singgah untuk minum.

 Tak pernah aku mengerti arti perawan sampai suatu hari simbok bilang aku tak perawan lagi.

Padahal hanya sedikit noda darah pada celana dalam, tapi mengapa nasibku jadi berputar

seratus delapan puluh derajat? Sebelas tahun usiaku waktu itu, ketika dengan kejamnya !ik

Sol mengenalkan arti perih sesungguhnya. )go yang berbalut na6su itu biang keladinya.

”Untung kamu masih bau kencur'” "stri !ik Sol ketus memarahiku sambil panjatkan seribu

syukur. Benih suaminya tak bisa membuahiku. Bibirnya mencang#mencong tak mengerti apa

yang menarik dari tubuh kurus keringku.

(7)

Perempuan#perempuan muda penumbuk padi jadi aneh memandangiku. Tatapan mereka

seperti menelanjangi dari kepala sampai kaki. $lu besar tetap dihunjamkan ke dalam

lumpang, tapi lirikan dan bisikan mereka tak bisa mengelabuiku. Pemuda#pemuda desa

menggodaku dengan kata#kata kotor. -ata mereka isyaratkan birahi.

 Tak tahu aku ada kesepakatan apa antara simbok dengan keluarga !ik Sol, tapi sejak saat itu

tak pernah lagi aku melihat !ik Sol berkeliaran di desa. %ata orang, ia mengadu nasib di kota

dan kadang#kadang pulang tengah malam. )sok hari pagi#pagi buta, ia telah menghilang.

"strinya tak peduli asal dapurnya bisa tetap berasap.

$ku tak mau lagi pergi bermain, keluar rumah hanya untuk sekolah atau disuruh simbok ke

warung. !imbuk kecil makin terpuruk tak tahu bagaimana bersihkan lumpur yang melekat.

$ku ingat selalu mandi berlama#lama karena merasa tak pernah bisa bersih lagi. Tidur bagai

kepompong, berbalut seprai putih sambil berharap tak bangun lagi esok pagi. 2odaan untuk

bunuh diri bukan tak ada, sayang uang jajanku tak pernah cukup untuk beli obat serangga.

2antung diri jelas tak menarik minat. Pasti sakit sekali mati dengan cara seperti itu.

%etika tawaran u Silam datang, aku seperti kejatuhan bintang. "a mengajak ke kota untuk

sekadar bantu#bantu di rumahnya. $ku tahu simbok berat hati melepasku. $pa daya

bayangan uang kirimanku kelak begitu menggodanya. $palagi bapak sudah lama lari dengan

perempuan nakal. Penghasilan simbok sebagai buruh tani tentu jauh untuk dikatakan layak.

-ungkin saja simbok lega dengan kepergianku, tak ada lagi aib yang ditutupi. $ku tahu, ia

sering menangis diam#diam ketika mengelus#elus kepalaku di tengah malam. Tentu ia paham

penderitaanku, bukankah selama sembilan bulan kami pernah berada pada raga yang sama?

 Ternyata bayangan kota di benakku selama ini amat jauh dengan kenyataannya. -eski

rumah#rumah di sana lebih bagus daripada di desa, tapi tak ada gedung bertingkat dan

-onas seperti di buku pelajaran.

”"ni bukan /akarta, bodoh& "ni Patokbeusi, negeri seribu impian' ” sergah u Silam memotong

tanya ini dan ituku.

”Patokbeusi ini kota, u Silam?”

”Ssssttt' jangan pernah panggil aku dengan nama itu di sini&&” bentaknya. ”$ku ingce.”

"a melangkah pongah dengan dagu terangkat. $ku mengikuti langkah#langkah lebarnya

dengan senyum dikulum. ama yang aneh, apa nama kota memang aneh#aneh begitu?

”"ni daerah pantura, pantai utara /awa,” jelasnya tak sabar.

(8)

 u Silam mendengus.

 Ternyata yang dimaksud bantu#bantu itu mengurusi u Silam. -enyiapkan air mandi, masak,

termasuk menyediakan minuman hangat sepulang kerja. u Silam pulang kerja menjelang

pagi. Berangkatnya waktu "sya dijemput ojek langganan. $ku tak berani tanya#tanya lagi

karena matanya melotot waktu kutanya kantornya di mana.

!ama#lama aku mulai menduga#duga u Silam kerja apa. Pantas saja ia harus bergincu begitu

rupa dengan bahu terbuka. $ku tak mau ambil pusing selama ia rajin mengirimi uang kepada

simbok sebagai bayaran tenagaku. Untuk diriku, cukuplah uang jajan ala kadarnya. Toh aku

selalu makan kenyang di rumahnya. %adang#kadang u Silam pulang membawa 6uyunghai.

ama yang aneh untuk masakan telor dadar dengan isi macam#macam. )naknya luar biasa,

simbok pasti belum pernah ketemu makanan seperti ini seumur hidupnya.

(ua tahun berlalu, u Silam mengeluh tak sekuat dulu lagi. "a mulai sering masuk angin. $ku

sudah ha6al saat ia mulai sibuk mencari duit benggol untuk kerokan. %udengar ia berkata

kepada temannya kalau pelanggannya tak sebanyak dulu.

”2anti namamu, tak ada !imbuk yang sekurus tubuhmu.” 2urau u Silam.

$ku terkekeh. -ungkin waktu aku lahir, bapak berharap aku semontok !imbuk, tokoh

punakawan. Ternyata tak ada yang berubah. u Silam terus saja memanggil nama asliku.

”$pa kamu ndak mau jadi seperti aku tho, -buk?”

”4oba kamu ingat#ingat siapa yang rumahnya paling mentereng di desa kita selain Pak

!urah?”

$ku cuma termangu dan membisu. ”/angan takut, kalau kau rajin suntik tidak akan apa#apa.”

 u Silam tersenyum manis sekali.

$ku masih diam saja. Tak tahu harus bicara apa.

”Toh kamu sudah pernah disentuh laki#laki.” Tak ada nada cemooh dalam suara u Silam, tapi

hatiku serasa disilet#silet. Pedih dan perih.

(emikianlah akhirnya aku terbawa masuk lingkungan warung remang#remang itu. /adi ini

memang kantornya u Silam. Untung saja -ami di situ masih punya nurani, ataukah memang

usiaku yang masih belum cukup? -ungkin saja memang seperti itu jenjang yang harus

ditempuh untuk menjadi dongdot 89. /adi aku cuma bantu#bantu cuci piring dan bersih#bersih.

%adang#kadang juga bantu keperluan perempuan#perempuan di situ.

(9)

(i siang hari aku bisa bernapas lebih lega, sebab malam hari telingaku tersiksa mendengar

tawa mereka yang berubah seperti ringkik kuda. -akin malam makin ramai pesanan

makanan dan minuman. -usik dangdut berdentum keras. Truk besar banyak diparkir di luar.

Sopir#sopir dengan wajah berkilat oleh keringat sejenak melepas lelah, dikelilingi gelak dan

bisik undangan syahwat. Beberapa dari mereka kemudian menghilang ke kamar#kamar di

belakang. Tak tahu pasti aku, mereka sekadar melepas lelah ataukah sejenak melupakan

beban hidup?

%upikir jadi dongdot di sini bukan hanya karena terimpit kemiskinan, tapi sudah jadi gengsi.

$da yang menganggap sebutan jablay sebagai kebanggaan. %ebanyakan mereka berasal dari

daerah tak jauh dari sini. %akak beradik bisa bekerja di satu warung bahkan kabarnya ada

yang sei0in orangtua. %elihatannya hanya u Silam yang satu#satunya pendatang. Pasti ada

seseorang yang membawanya ke sini dulu.

”/angan melamun saja, nanti piringnya pecah.” -ami menepuk bahuku perlahan.

$ku tersenyum malu, ketahuan bekerja tak sepenuh hati.

”%amu mesti sabar dan tekun sampai tiba nanti saatnya senang#senang.”

Senyumku terhenti di tenggorokan.

"a melangkah keluar dapur sambil berbisik di telingaku, ”/angan mau digoda tamu, bilang

-ami kalau ada apa#apa '”

(uh 2usti, perempuan setengah baya ini dari luar tampak perhatian dan penuh kasih.

Sesungguhnya ia hanya mengincar keperawananku yang punya harga tinggi di sini.

Seandainya ia tahu kisah sedihku.

-ami memang perhatian kepada anak#anak asuhnya. Tak bosan#bosan mengingatkan mereka

kapan waktunya suntik. %adang#kadang juga menegur cara berdandan dan berpakaian. $da

yang bilang -ami juga :dosen: alias dongdot senior yang masih menerima tamu sewaktu#

waktu jika dibutuhkan. $ku tak yakin, apa benar masih ada tamu dengan selera seperti itu.

Sebab jadi primadona di sini tak bisa lama#lama, selalu saja ada yang baru datang, dan lebih

segar.

111

)mpat bulan aku di sini, u Silam jarang kerja lagi karena sakit#sakitan sampai suatu hari

berhenti sama sekali. $ku tak tahu ia sakit apa sebab banyak sekali keluhannya. "a rutin pergi

berobat entah ke mana. Tempatnya pasti jauh karena pergi pagi dan pulang malam hari,

(10)

Suatu hari -ami memberiku baju baru dan mengajari dandan. ”Besok malam, mulailah

belajar menemani tamu di meja.” "a diam sejenak sambil menggerak#gerakkan kuas kecil di

pipiku. ”/angan mau diajak ke kamar dulu ya&” suaranya tetap rendah tapi tegas.

-alam berikutnya, seperti kerbau dicocok hidung aku didorong -ami bergabung dengan

kelompok kecil di sudut ruangan. $da dua orang lelaki di sana yang menyambut dengan

senyum penuh arti. Beberapa perempuan di sana ikut juga tersenyum, ada yang tulus ada

 juga yang dengan bibir setengah terangkat. Biasa itu, anak baru diterima sebagai teman juga

sebagai pesaing.

 /arum jam seperti lambat bergerak menunggu malam usai. Satu tamu pergi datang tamu

lainnya. Tubuhku sudah lelah dan betisku pegal#pegal karena sepatu berhak tinggi. -ulutku

 juga pegal tersenyum dari tadi, meski aku lebih banyak berdiam diri.

”%amu baru ya?” lelaki di samping menyenggolku dengan sikutnya.

$ku mengangguk sambil tersenyum.

”gapain kamu di sini? -ending jadi istriku saja.” Senyumnya lebar seperti senyum keledai.

Untung -ami keburu menyelamatkanku. "a pura#pura menarikku ke meja lain. -ungkin lelaki

itu sudah terkenal buaya di sini. Paling buaya di dunia buaya.

Selama seminggu itu aku cuma menemani tamu minum#minum. -inggu depan tak mungkin

tugasku masih sama. %udengar beberapa tamu berbisik keras di telinga -ami sambil

memandangiku, ”Berapa?” /antungku berdetak sekeras musik di situ. -ami menggeleng

dengan senyum menggoda, kelihatannya ia punya rencana tersembunyi.

111

(ua orang tamu datang ke rumah. %atanya mereka dari tempat u Silam biasa berobat. Tanpa

basa#basi ajarkan bagaimana mencegah penularan penyakitnya.

”!ho, memangnya u sakit apa?”

”Pokoknya aku tinggal menunggu mati,” sergah u Silam kasar, memotong maksud tamu itu

untuk menjelaskan. Percumalah aku bertanya jenis penyakitnya, paling#paling pakai bahasa

asing yang tak kupahami.

(11)

%emudian semua anjuran dua orang tamu tempo hari kujalani sungguh#sungguh. %alaupun

aku harus tertular, itu pasti kersaning 2usti $llah ;9. u Silam kelihatan lega aku tak tanya#

tanya soal penyakitnya. Sama leganya waktu ia tahu aku mulai menemani tamu minum di

warung -ami.

 Tanpa kesepakatan, pelan#pelan kuambil alih biaya pengeluaran di rumah u Silam. Biaya

berobat masih ditanggungnya sendiri dari sisa uang tabungannya. Sisa bayaran dari -ami

masih ada sedikit untuk pegangan dan dikirim ke simbok. amun, aku harus bicara jujur pada

 u Silam.

”u, aku mau jadi buruh cuci saja.”

 u Silam terbelalak. Pisang goreng yang sedang dimakannya seperti menyangkut di

tenggorokan.

 Takut#takut aku melanjutkan, ”$ku ndak bisa u, kerja macam itu.”

”%amu mau tinggalkan aku kan?? %amu mau balik ke desa ya??” u Silam meradang.

$ku tak berani menatap matanya. Bagaimana menjelaskannya? ”Sudah kucoba. Sudah

kucoba u, tapi aku ndak bisa.” /eritku dalam hati.

”Pergilah sejauh yang kau suka. Biarkan aku membusuk di sini&&&” teriaknya parau.

%upeluk ia dengan air mata, ”Tidak u' tidak' kalaupun u harus mati akan kurawat dirimu

baik#baik.”

 Tak bisa kujelaskan dengan kalimat bahwa ia adalah malaikat penyelamatku. $ku tak bisa

kembali ke desa lagi. Biarlah simbok hidup dengan adik lelakiku. Suatu hari akan kutinggalkan

tempat ini untuk memulai hidup baru bersama u Silam. (i tempat yang benar#benar baru,

bukan di desa. $ku tak bisa kembali ke sana. Pandangan perempuan#perempuan penumbuk

padi itu tak pernah pergi dari benakku. /uga pandangan mata penuh birahi pemuda#pemuda

desa.

-ereka tak pernah menganggapku manusia lagi sejak musibah itu. Sesuatu yang terpaksa

kulakukan karena ancaman !ik Sol. Tak sanggup kuhadapi mereka nanti bila kulakukan

perbuatan atas nama kelamin yang berkesadaran. $ku tak mau jadi dongdot.

111

(12)

”-emangnya kau tak ingin uang banyak? $tau ada anak sini yang menjahatimu?” tanyanya

beruntun.

$ku menggeleng cepat#cepat, ”Saya hanya ingin bantu bersih#bersih saja di sini. /adi tukang

cuci juga saya mau.”

-ami ikut menggeleng#geleng. Tubuhnya yang tak lagi langsing bergoyang#goyang. ”Tapi

kenapa? %enapaaa??” kedua tangannya terbuka lebar.

$ku menggeleng juga sambil tersenyum. -ami kelihatan tak puas, mungkin tak rela harga

perawanku melayang terbang.

”Saya'saya' saya sudah tak perawan lagi, -i'” bisikku pelan.

Perempuan setengah baya itu terbelalak, seperti ingin bertanya sesuatu tapi tak jadi.

”Saya korban perkosaan,” lanjutku lirih. asanya malu mengakui itu tapi di hati terasa lega

luar biasa.

-ulut -ami terbuka dan bergerak#gerak tapi tak ada suara yang keluar. "a mengangguk

lemah. (engan latar belakang segelap itu, mungkin dipikirnya aku tak cukup sehat mental

untuk melayani tamu#tamu di sini.

$ku melangkah dengan pasti menuju dapur. $ku siap kembali ke tugas lama, bersih#bersih,

cuci piring, dan membuang sampah#sampah. Tapi setidaknya aku bukan sampah dan aku tak

mau jadi sampah.

Panggilan lembut -ami menghentikan langkahku. Bibir -ami bergetar, suaranya mirip seperti

erangan hewan yang terluka, ”asibmu sama seperti diriku dulu, -buk'”

Pamulang, $gustus ;<88

4atatan *

89 (ongdot = PS% 

(13)

SEHELAI KAIN KAFAN 1/

"a bergegas. Tangan kirinya menyingkap ujung sarungnya hingga beberapa inci dari mata kaki.

!ayaknya seorang penari memainkan satu komposisi. Berlenggak. Pinggulnya bergoyang ke kanan ke kiri, melangkah pasti sambil menjejaki jalan setapak perkampungan. Sementara lentik jemari tangan kanannya mengapit sisi bundelan kain agar tak tergelincir dari kepalanya.

”Tukang bendring datang'.”

Begitulah dulu. %ami. $nak#anak saat melihatnya dari jauh. Serentak kami meninggalkan permainan. -enyambutnya dengan gegap gempita sambil berharap ia akan menoleh. %adang kala, kami

membuntuti dari belakang, membayangkan sebuah baju baru. Tak jarang, ketika berpapasan, di antara kami berdesakan membisikinya, agar ia mau membujuk ibu untuk membeli baju dagangannya. Seperti biasa, ia hanya mengangguk disertai sungging senyum penuh harap. %etika itulah, kami langsung menggiringnya masuk ke halaman rumah. -eski sebenarnya, sering ibu kami menyambutnya dengan wajah cemberut. Tak terkecuali ibuku, yang selalu takut. Bahkan, untuk menyambut.

 Tukang bendring itu mendatangi kampung kami ketika pagi menjelang siang, saat bapak#bapak kami sedang berada di tegalan. (an ia, bagi kami serupa seorang istimewa, yang selalu kami tunggu

kehadirannya. Tetapi, sekali lagi, tidak bagi ibuku.

 a. Bagi ibuku, ia tak lebih dari sesosok hantu, yang selalu membuat ibuku ketakutan setiap mendengar suara sumbangnya melengking parau dari balik pintu. )ntah, setiap kali ia datang, senantiasa menjadi ancaman bagi ibuku. Barangkali, karena utang ibu belum lunas hingga membuat ibu waswas. $tau ibu khawatir keinginan untuk berutang baju baru lagi tak terkendali.

Untuk menghindari kedatangan, dan teriakannya yang sumbang itu. Banyak cara ibu lakukan. %adang, ibu segera mengunci pintu halaman dari luar hingga ia mengira, ibu sedang bepergian. %adang, ibu segera mengemasi baju#baju basah dari atas jemuran, serta sandal hingga suasana rumah terkesan sudah lama ditinggal bepergian oleh penghuninya. %adang juga, ibu menandai bayangan tubuhnya saat berjalan menuju rumah kami. Biasanya, bentuk bayangannya lebih panjang. (an yang khas, kalau bayangan itu adalah bayangan tukang bendring, adalah dari bentuk bayangan kepalanya yang lebih panjang dan lebar.

Semua itu ibu lakukan karena semata#mata ibu malu lantaran tak bisa menepati janji untuk membayar utang. Pernah juga, pada suatu ketika, saat tiba pada waktu tagihan, dan ibu tak ada cara lain untuk menghindarinya ke rumah. Pagi#pagi, ketika dari jauh terdengar lengking anak#anak meneriaki tukang bendring, tanpa ragu#ragu ibu keluar, dan aku mengira, ibu mau menghindar, namun ternyata tidak. (i depan pintu ibu berdiri dengan gelisah.

”"bu mau ke mana?” tanyaku.

”-enunggu tukang bendring,” jawabnya tegas. ”"bu punya uang?”

”Tidak.”

$neh, bisikku. Bukannya selama ini ibu selalu menghindar? (an ketika perempuan tukang bendring itu sampai di pertigaan jalan kampung, wajah ibu tiba#tiba pias dan tampak murung. -ungkin ia segera bergegas pulang. Tetapi tidak, ibu tetap berdiri di situ, dan ketika perempuan tukang bendring itu mulai mendekat, persis di pertigaan, perempuan itu berbelok ke arah kiri, seketika ibu merasa lega, sontak mengajakku masuk.

amun tak lama berselang, tiba#tiba dari luar halaman terdengar suara sumbang seseorang. Pada mulanya suara itu samar#samar, tetapi setelah beberapa saat suara itu kian lantang. (engan muka pucat dan gemetar, ibu mengintip dari sela lubang pintu. (i luar, tampak seseorang mondar#mandir. ”/u, utangmu&”

(14)

”Sialan,” umpat ibu.

Selarik cahaya tipis menyelinap masuk lewat celah#celah jendela. ”%enapa, Bu?”

”Baju lebaranmu belum lunas.” ”/u, buka pintu,” teriaknya lagi.

%etika ia sudah berteriak#teriak, biasanya ibu tak bisa mengelak. %hawatir kalau#kalau para tetangga lainnya keluar, lalu mendatangi rumah kami, dan mencibir. Untuk menghindari semua itu, dengan malu#malu ibu terpaksa membukakan pintu. (an ia, dengan galak, membentak. -elampiaskan kekecewaannya, yang barangkali sudah memuncak. Sementara ibu, hanya mengangguk.

2/

(an kini, sebagaimana dulu, tukang bendring itu terus bergegas, menapaki jalan setapak. %emudian masuk ke sebuah gang sebelum akhirnya dengan ragu memasuki pekarangan rumah seseorang. Sekilas sungging senyum terkembang.

(i halaman, orang#orang berkerumun. -ungkin sedang bergunjing. Sementara di tempat yang lain, di beranda, beberapa perempuan duduk memanjang saling menisik rambut. (an ia? Perempuan dengan bundelan sarung di kepalanya tanpa ragu#ragu segera masuk.

”Baju baru',” teriaknya, menawarkan barang dagangannya. Sontak perempuan#perempuan itu menyambutnya.

”+arga?” ”(ijamin.”

-ata perempuan yang berkerumun terbelalak saat melihat aneka ragam baju baru tergelar di

depannya. -enggoda mata untuk segera memiliki. Tak penting, alasan tak ada uang. Toh, perempuan yang kini menyajikan baju#baju baru itu dengan gayanya yang khas memberi mereka kelonggaran, bayaran bisa dicicil seminggu sekali. -eski tak pasti.

”-urah.” "ntonasi suaranya ditekan. $dalah !astri, salah satu di antara para perempuan itu, segera mengambil satu baju berwarna hijau. Sebelumnya, !astri melirik kepada para ibu, seakan minta pendapat perihal baju yang dipegangnya hingga membuat mereka heran. Bagaimana mungkin. Bukannya diam#diam belakangan !astri juga menjadi tukang bendring, pedagang baju keliling? ”!as, bukannya'.”

”"ni, Bu. +arganya?” !astri memotong. Barangkali !astri cari perbandingan harga.

”"tu baju sudah ada yang pesan.” Sepasang matanya kembali menatap catatan#catatan tagihan yang belum lunas. -engerut dan berucap sinis, !astri belum melunasi utang#utang baju sebelumnya. 5rang# orang melirik tak senang.

”Sudahlah. Sesama pedagang, berapa harga baju ini?” ketus !astri. Perempuan itu tak menjawab. "a tahu, !astri memang belakangan menjadi tukang bendring, meski tidak di kampungnya sendiri. Bahkan, tak jarang ia mendapatkan laporan bahwa diam#diam !astri tak keberatan jika ada seorang lelaki ingin membayar tubuhnya daripada baju dagangannya.

3/

”"ni hanya cerita,” bisik ibu, sambil mengintip mereka dari balik jendela. ”!astri, dan tukang bendring yang sudah renta itu. %amu masih ingat namanya, ak?” tanya "bu.

(15)

”-arkoya,” jawabku. ”a, -arkoya.”

"a, tukang bendring itu, -arkoya, namanya. Sebagaimana juga dulu, ketika kami masih asik bermain di belakang rumahnya hingga sore menjelang malam. %ami sambil menunggunya datang. Tentu, yang tak dapat kulupa sampai sekarang, sejak dua puluh dua tahun silam>aku meninggalkan kampung

halaman. Sepulang dari berkeliling sebagai pedagang baju bendring, ia suka membawakan kami oleh# oleh jajanan pasar, kemudian dibagi#bagikan secara rata, sebelum akhirnya menyuruh kami pulang, agar tidak telat pergi mengaji.

”Besok lagi mainnya. Sebentar lagi petang,” begitu katanya. $h, alangkah bijaknya perempuan itu. 111

(an kini, bersama ibu, aku hanya mengintipnya dari balik jendela. "a tampak tergesa#gesa. -elewati  jalan setapak yang teramat terik. Sesekali ia menoleh. Barangkali kesal dengan sikap !astri, yang

sudah berjanji akan melunasi utang bendring. $tau dengan ibuku?

”Tak sembarang orang sekarang boleh mengambil barang dagangannya.”

”Termasuk !astri?” %usingkap jendela, perempuan tukang bendring itu sudah mulai menjauh. ”%enapa dengan !astri, Bu?”

”Senok.” $staga, desisku tak percaya dengan ucapan ibu tentang !astri. Tidak percaya di kampungku yang sekecil ini ada seorang senok, pelacur. )ntah sejak kapan. Tiba#tiba tanpa ditanya ibu

menambahkan.

”Sudah lama ia berpisah dengan -adrihmah. !alu, ia menjadi tukang bendring, tapi tidak di sini.” ”!antaran?”

”Senok&”

”(an -arkoya itu tak mau ngasih utang kepada senok?” ”-ungkin ia takut, bajunya dipakai ngelonte.”

 a, rasanya sulit dipercaya kabar, yang baru saja kudengar dari ibuku itu. Bagaimana mungkin, dalam tempurung kampung sekecil ini hidup seorang senok, dan itu !astri, teman sepermainanku dulu.

Bukannya ia juga pedagang baju? 111

Sudah setengah hari -arkoya berkeliling. -elewati jalan setapak perkampungan, yang kondisi tanahnya kelewat gersang. !elehan keringat tak membuatnya merasa gerah, namun sebaliknya, ia umpamakan lelehan keringat itu sebagai air peneduh setelah berjam#jam berkeliling dari kampung ke kampung. Berkunjung dari rumah ke rumah.

Sebagai tukang bendring, meski kadang hasilnya tak sebanding. Tak membuatnya putus asa.

-enyerah. Bertemu banyak orang jauh lebih penting, begitu ia menjawab setiap pertanyaan orang tentang pekerjaannya.

”(agang hanya sampingan,” ujarnya sambil mengikat antara ujung kain.

+ari sudah menjelang sore. Tentu, masih banyak orang mesti ia temui. Banyak rumah mesti ia kunjungi. %e Brudin, salah satunya, yang tempo hari memesan kain ka6an. %asihan, desisnya, sambil

memelankan langkahnya. Setelah melewati perbatasan kampung. %ini, ia tiba di sebuah pekarangan rumah !astri. "a pun tak heran ketika di beranda tak terlihat seseorang. Bukannya ini hari sudah sore?

(16)

-aka, sebagaimana sering -arkoya lakukan setiap memasuki rumah seseorang, ia berucap salam, lalu tanpa menunggu jawaban ia bergegas masuk, dan menuju langgar yang terletak di ujung barat,

samping rumah utama.

-arkoya duduk bersandar pada salah satu tiang penyangga. Tak lama berselang, !astri dengan tubuh hanya dibaluti sarung hingga setinggi dada. Tampak pada lekuk#lekuk tubuhnya pasir putih masih melekat, begitu saja datang menyamperi -arkoya. (an -arkoya, dengan berat hati menyambutnya dengan senyum. Satu hal yang tak boleh dilupakan oleh seorang pedagang.

”Baju baru?” tanyanya.

”Beberapa.” !astri mengambil salah satu baju, bermoti6 batik. ”Utangmu belum lunas.” -arkoya membuka buku catatan.

”-inggu depan,” ujarnya, kemudian masuk, dan tak lama berselang !astri muncul dengan membawa secangkir kopi. ”-inum dulu.” -arkoya tersenyum simpul. ”Sudah ketemu %e Brudin?” -arkoya

menyeduh kopi hangat. ”Tadi %e Brudin pesan, kalau sampean datang suruh ke sana.” ”2uru mengaji itu?” tanya -arkoya.

”a. Beliau ingin pesan baju baru untuk dipakai hari /umat. %asihan, bajunya cuma satu.” ”%e Brudin juga pesan kain ka6an,” desisnya lirih.

”(engan apa ia akan membayar?” ”(engan doa.”

”gawur. (oa tak membuat orang kenyang.”

”Buktinya, %e Brudin sampai sekarang masih segar bugar.” Seketika -arkoya tercengang. (iam#diam ia membenarkan pernyataan !astri, meski ucapan itu terasa janggal. (alam bimbang ia terusik.

Bagaimana mungkin, bisiknya. ”%enapa?”

”%e Brudin',” desisnya.

”Sudah tua. Tak mungkin gitu#gituan.” ”-aksudmu, !as?”

”gamar,” selorohnya. ”-ulutmu.”

”!alu?”

”%ain ka6an,” suara -arkoya, serak dan serasa berat.

Sore hari di halaman. Pasir#pasir berhamburan. Pelepah nyiur dan janur seperti malas berayun. Selarik cahaya senja membentuk garis tipis masuk lewat celah#celah bilik langgar tempat ia duduk bersandar pada tiangnya, yang miring. Sesekali cahaya senja bergetar samar, sesamar gerakan kedipan matanya. (an tak lama berselang, sebuah bisikan tanpa ia jelang datang, menggiringnya pada sesosok lelaki tua renta. %e Brudin, desisnya. "a hanya menghabiskan waktunya untuk anak#anak, mengajari mengaji, ilmu dunia dan akhirat, suara -arkoya lirih. -ungkin tak lama lagi ajal juga menjemputku.

(17)

”$h, sudah lama, saya tak membawakan anak#anak oleh#oleh. -ereka belajar mengaji kepada %e Brudin.”

”Betul,” spontan !astri menyahut.

”Saya harus segera ke sana,” lekas mengikat ujung kain sarungnya. (an segera bergegas. Tapi sesaat ia kembali dan bertanya.

”Baju koko?”

”Baju koko untuk shalat,” !astri menahan tawa.

”a. Saya segera ke sana. Utangmu minggu depan.” (an !astri. )ntah, seperti mukji0at lain muncul mengusik. Selepas -arkoya, tukang bendring itu menghilang di pekarangan, tiba#tiba !astri merasakan sesuatu yang aneh, dan teringat, pernah menjanjikan %e Bruddin kain ka6an.

 Yogyakarta D!"!#$!r 2%%&'2%11

KIMPUL

$wan hitam merangkak pelan. $wan seperti itu setiap hari mengancam pada musim hujan dan merupakan isyarat tak lama lagi hujan akan mencurah deras. 4urah hujan belakangan ini memang tinggi. Banjir dan genangan air kemudian menyusul di beberapa tempat.

%impul belum bergerak dari tempat duduknya. Sejak pukul delapan pagi hingga pukul dua belas tengah hari itu belum seorang pun singgah dan meminta jasanya. Biasanya, ia baru bergerak setelah hujan rintik#rintik turun dan berlari jika rintik#rintik air itu bertambah besar. Terkadang ia terpaksa siap untuk basah kuyup karena hujan deras mendadak turun tanpa memberi kesempatan kepadanya untuk

berlindung di tempat berteduh.

 Tempat berteduh yang nyaman bagi %impul adalah Stasiun Besar di seberang jalan raya yang jaraknya kira#kira tiga puluh meter dari tempatnya bekerja. %e sanalah ia berlari dan berlindung selama hujan mencurah. Berlari dan berlindung seperti itu setiap hari harus dilakukannya selama musim hujan. /ika hujan tidak lagi berderai %impul kembali ke tempatnya semula, menunggu siapa saja yang

membutuhkan jasanya.

%impul masih menunggu dan berharap. -udah#mudahan ada orang yang singgah ke tempatnya

walaupun hanya satu orang karena selama dua hari belakangan ini tidak seorang pun menyapanya dan duduk di kursi di depannya. "a menatap toko#toko buku baru dan buku bekas yang berjejer tidak jauh di depannya, toko#toko yang menghambat pemandangan ke lapangan di belakangnya. (ulu, semua toko buku itu tidak ada dan setiap orang yang berada di Stasiun Besar, yang sedang melangkah atau

berkendaraan di jalan raya atau berdiri di tempat %impul duduk saat itu, dengan leluasa dapat melihat lapangan di belakang toko#toko buku itu.

(i keempat sisi lapangan rumput itu terdapat parit yang membatasi lapangan dengan lahan kosong yang lebarnya lima belas meter di sekeliling lapangan. Tidak sedikit orang lalu lalang di lahan kosong ini, karena di sana banyak gerobak yang menjual makanan dan minuman. Para penumpang kereta api dari luar kota yang turun di Stasiun Besar umumnya makan dan minum di lahan kosong ini.

Pada tengah hari, para penjual obat kaki lima berteriak#teriak berkampanye di lahan kosong yang teduh di bawah kerimbunan pohon#pohon besar yang telah puluhan tahun berdiri di sana. Semua penjual obat berlomba memamerkan kehebatan mereka berorasi agar pengunjung yang melingkar di sekitar mereka mau membeli obat yang mereka jajakan. (an, setiap orasi pastilah memuji

kemujaraban obat. Begitu orasi selesai biasanya ada saja pengunjung yang langsung membeli obat mereka.

-asih erat melekat dalam ingatan %impul bahwa seorang penjual obat kaki lima itu berhasil meningkatkan diri menjadi bintang lm. Semula ia hanya menjadi guran dalam lm ”!ewat /am -alam” yang disutradarai Usmar "smail. "a kelihatan beberapa detik di layar putih, karena hanya berperan sebagai orang yang harus berjalan kaki dari sebuah pintu ke pintu lain yang jaraknya hanya

(18)

tujuh meter. Tapi, setelah itu ia muncul dalam beberapa lm lain sebagai pemeran utama. +ebat si (joni, ujar %impul kepada dirinya sendiri.

Begitu cepatnya keadaan berubah, %impul membatin. (ulu, lapangan luas itu selalu digunakan untuk tempat berbagai rapat umum dan upacara peringatan hari kemerdekaan sambil mendengarkan pidato Bung %arno. ibuan murid sekolah S-P dan S-$ diwajibkan hadir di sana untuk mendengarkan pidato berapi#api Pemimpin Besar e@olusi yang gagah itu.

(i selatan lapangan rumput itu terdapat hotel megah peninggalan penjajah Belanda. %ini hotel itu tidak kelihatan lagi karena telah berganti dengan gedung milik sebuah bank dengan lapangan parkir yang luas. (i utara lapangan, di /alan umah Bola, terdapat sebuah tempat pertemuan orang#orang Belanda yang setelah kemerdekaan diberi nama Balai Prajurit. Balai itu sirna sudah karena di lokasi itu telah dibangun sebuah pusat perbelanjaan yang senantiasa rampai pengunjung.

%impul merasa perubahan terjadi begitu cepat tanpa menyadari bahwa ia telah empat puluh tahun menjual jasanya di pinggir lapangan itu sejak berusia dua puluh lima tahun. %arena kondisi yang berubah ini, nasib %impul turut berubah. %alau dulu banyak orang yang satu pro6esi dengan %impul bekerja di bawah pohon rindang di pinggir lapangan, kini hanya dia dan seorang lagi yang masih menawarkan jasa di sana. %alau dulu tanah kosong yang mengelilingi lapangan terasa teduh karena beberapa pohon rimbun berdiri kukuh di sana, kini tanah kosong itu lenyap sudah karena seluruhnya ditelan ruko#ruko yang beroperasi hingga malam hari. 4ahaya matahari langsung jatuh di toko#toko buku itu, karena sebagian pohon telah ditebang.

Sekarang, lahan kosong pun semakin sempit. (i lahan kosong yang sempit itulah %impul dan seorang temannya membuka praktik sebagai pemotong rambut yang la0im disebut tukang pangkas. (engan hanya bermodalkan sebuah kursi lipat, sebuah cermin yang diikatkan ke sebuah tiang, seperangkat alat pemotong rambut yang dibawanya di sebuah tas kecil yang kumuh dan sebotol air, ia siap melayani siapa saja. hingga menjelang magrib.

$wan hitam yang merangkak tidak lagi kelihatan. +ujan juga tidak jadi berkunjung. +ari kembali cerah hingga sore hari. %impul masih menunggu. Ternyata tidak ada orang yang ingin meminta jasanya untuk memangkas rambut. %etika magrib memperlihatkan wajahnya, %impul mengambil cermin dari tiang yang dipancangnya, mencabut tiang itu, melipat kursi yang sejak pagi didudukinya, mengambil tas kumuh yang berisi alat#alat cukur dan membuang air yang tersimpan dalam botol. Setelah itu dengan mengayuh sepeda ia pulang tanpa memperoleh uang sepeser pun seperti dua hari sebelumnya.

111

%etika %impul terangguk#angguk karena mengantuk, ia mendengar seseorang memanggil namanya. "a segera membuka mata dan berdiri. Seorang lelaki muda berusia sekitar tiga puluh lima tahun berdiri di depannya sambil tersenyum. "a menyilakan laki#laki itu duduk di kursi lipat yang sebelumnya

didudukinya. %impul menduga laki#laki itu akan memotong rambut. !aki#laki itu menolak dengan sopan dan tetap berdiri.

”Pak %impul, kan?” kata lelaki muda itu bertanya. ”Benar, saya %impul”.

”-asih kenal saya, Pak?”

%impul menatap laki#laki itu, memperhatikannya dan mencoba menggali ingatannya. "a tidak berhasil. %arena itu ia menggeleng dengan sopan.

”Saya (asuki.”

”(asuki?” %impul kembali mencoba membangunkan memorinya. Sekali lagi ia tidak berhasil.

”Tidak apa#apa, Pak, kalau tidak ingat. -aklum peristiwanya sudah lama sekali. !ima tahun. 4ukup lama memang.”

%impul semakin tidak mengerti semua yang diucapkan laki#laki itu. /angan#jangan dia salah alamat. -ungkin saja yang dicarinya memang %impul, tapi %impul yang lain. !aki#laki yang menyebut namanya (asuki itu tidak ingin melihat wajah %impul yang bengong seperti itu.

”!ima tahun lalu saya pangkas di sini. Pak %impul yang memotong rambut saya. %etika Bapak akan mencukur janggut, kumis dan cambang saya, tiba#tiba turun hujan deras. Saya menyambar sepeda

(19)

motor dan segera memacunya ke stasiun itu untuk berteduh,” katanya sambil menunjuk ke arah Stasiun Besar. %impul mendengarkan dengan serius.

”Saya melihat Pak %impul berkemas dan membawa semua peralatan Bapak ke stasiun. 4uma, karena banyak orang di sana, saya benar#benar tidak tahu di mana persisnya Pak %impul berteduh. +ingga hujan berhenti dan semua orang meninggalkan emper stasiun, saya juga tidak melihat Pak %impul. %arena saya harus segera kembali ke kantor, saya tidak kembali lagi ke tempat Bapak bekerja. Saya langsung pergi dengan janggut, kumis dan cambang yang belum dicukur. Saya buru#buru karena mempersiapkan kepindahan saya ke /akarta dua hari setelah itu.”

%impul masih dengan tekun mendengarkan penjelasan orang yang bernama (asuki itu.

”!ima tahun saya terganggu karena belum membayar ongkos pangkas rambut itu. %arena itu hari ini saya sempatkan ke sini, pada saat saya sedang bertugas ke kota ini. Saya ingin membayar utang saya itu.”

Begitu selesai mengucapkan kalimat itu ia mengambil uang dari sakunya dan menyerahkan p 8<<.<<< kepada %impul. %arena %impul masih tidak memahami cerita laki#laki itu, ia diam saja dan tidak berani menerima uang yang diulurkan kepadanya. (asuki memberikan uang itu ke tangan %impul dan

menggenggamkannya.

”Permisi, Pak %impul, saya harus pergi sekarang untuk rapat. %alau sempat saya akan datang lagi,” kata orang yang bernama (asuki itu sambil melangkah pergi.

%impul merasa uang yang tergenggam di tangannya itu bukan miliknya. "a pasti salah alamat, pikir %impul. %arena itu %impul buru#buru berjalan ke arah laki#laki itu pergi. Setelah itu ia berlari#lari kecil di keempat sisi lapangan, namun laki#laki tidak ditemukannya. "a kembali ke tempatnya bekerja dengan napas tersengal#sengal. %impul benar#benar tidak tahu apa yang akan dilakukannya dengan uang p 8<<.<<< di tangannya itu.

"a berpikir keras dan menggedor ingatannya. $khirnya ia sampai kepada kesimpulan bahwa semua yang diungkapkan laki#laki itu tidak benar dan tidak pernah terjadi. "ngatannya cukup kuat untuk

mengetahui semua itu. !alu mengapa ia memberikan p 8<<.<<< sedangkan biaya pangkas lima tahun lalu cuma p A.<<<. %impul bergumam, dari mana pula orang bernama (asuki itu tahu namaku,

padahal aku tidak pernah menyebutkan namaku kepada pelanggan karena memang tidak ada yang pernah bertanya.

111

”Bagaimana (as? %etemu dengan orang yang kamu cari?” ”Tidak,” sahut (asuki menjawab pertanyaan istrinya.

”!alu bagaimana?”

”$ku mengelilingi lapangan itu. +anya dua orang tukang pangkas yang aku temukan. ang satu masih muda dan yang seorang lagi, aku rasa berusia lebih dari enam puluh tahun. -ungkin sekitar enam puluh lima tahun. Sebelum aku menghampiri orang tua itu aku bertanya dulu kepada penjaga toko buku bekas yang kumasuki sebelumnya. (ialah yang memberikan nama %impul itu kepadaku.” (asuki menunggu reaksi istrinya. "stri (asuki menunggu kelanjutan cerita suaminya.

”!alu aku datangi orang tua itu dan kuberikan p 8<<.<<<. $ku ceritakan alasan mengapa aku

memberikan uang itu. (ia bengong dan mulanya tidak mau menerima uang itu. Tapi aku berikan uang itu kepadanya dengan menggenggamkannya. Setelah itu aku pergi dan berjanji akan datang lagi kalau aku masih punya waktu luang.”

”%amu yakin bukan itu orang yang kamu cari?”

”$ku belum lupa wajah orang yang dulu memangkas rambutku. Pipinya kempot, kepalanya botak dan tubuhnya ceking. $ku melihatnya begitu aku selesai makan gado#gado yang enak di pinggir lapangan itu. %arena kasihan aku segera menghampirinya, duduk di kursi kayunya dan memintanya memotong rambutku. Padahal sebelumnya aku berniat memotong rambut di barber shop di sebelah kantorku. +anya karena aku ingin makan gado#gado dulu makanya aku pergi ke pinggir lapangan itu, bertemu dengan orang tua itu, jatuh kasihan dan memintanya memangkas rambutku.”

Referensi

Dokumen terkait

Pada ikan yang diberi probiotik dengan konsentrasi 1x 10 9 cfu/mL (B), pertambahan berat cenderung menurun dibandingkan dengan perlakuan C (1x10 8 cfu/mL) hasil ini

Pertama-tama dibuat satuan isi cerita yang akan menjadi dasar analisis penyajian alur serta tokoh dan penokohan dalam novel Saraswati karya Kanti W.. Urutan satuan

Menggunakan registrasi yang sudah ada yaitu kohort bayi dan balita, LB3 KIA dilaporkan setiap bulan kepada Kepala UPTD Puskesmas Yosomulyo dilanjutkan ke

Pemakaian beton prategang (prestressed concrete) memungkinkan girder dibuat dengan dimensi yang lebih kecil dibanding beton biasa. Dimensi Box Girder yang digunakan

Pola konsumsi masyarakat Indonesia umumnya masih didominasi oleh padi-padian terutama beras, dan sebagai upaya untuk mengurangi ketergantungan masyarakat pada beras

Lebar spektral sumber cahaya dari masing-masing sumber cahaya berbeda-beda mulai dari laser gas He-Ne, Lampu TL, Lampu Halogen dan juga LED, kemudian untuk mengetahui

tata letak yng berorientasi pada produk disusun dikeliling produk atau kelompok produk yang sama yang memiliki volume tinggi dan variasi rendah... dua jenis tata letak

Berdasarkan hasil wawancara awal dengan jumantik di Kota Denpasar, jumantik mempunyai tugas utama yaitu melakukan pemantauan jentik dan mempunyai tugas administrasi yaitu