H
OME
Pengadaan Lahan
Ilustrasi
Kepemilikan Lahan
Ilustrasi
Pengelolaan Lahan
PENGADAAN LAHAN
¥
Dalam pembangunan kota
membutuhkan lahan yang luas,
BAGAIMANA PENGADAANNYA?
¤Pengadaan Lahan Secara Konvensional
¢
Pembebasan lahan melalui Prosedur Peraturan
¢Pembebasan lahan melalui Transaksi
¤
Pengadaan Lahan Melalui Konsolidasi Lahan
¤Land Banking
¤
Pengembangan Lahan Terarah/Guided Land
PENGADAAN LAHAN
¥
Pengadaan Lahan Secara Konvensional
¤
Pembebasan lahan melalui prosedur
peraturan
Macam-macam tanah yg akan dibebaskan
melalui prosedur peraturan :
1.
Tanah Negara, yang akan diganti adalah
orang-orang yg memiliki kontrak untuk
menggarap tanah
2.
Tanah Milik
3.
Tanah Konsensi
PENGADAAN LAHAN
¥
Pemufakatan
Dibentuk panitia 9 (panitia tanah) yg tugasnya
menetapkan :
1.
Wilayah pencabutan (wil akuisisi)
1.
Wilayah pencabutan (wil akuisisi)
2.
Besarnya pembebasan (ada hubungan
dengan pengukuran keseluruhan tiap persil)
3.
Harga ganti rugi
4.
Prosedur Peng Hak-an baru
5.
Prosedur peruntukan umum
¥
Pencabutan Hak atas Tanah dan Benda-benda yang ada
diatasnya dengan UU No. 20 tahun 1961
PENGADAAN LAHAN
¥
Contoh Pemufakatan
Wilayah yang diakuisisi
Sudah :
1. Mempertimbangkan RUTR
1. Mempertimbangkan RUTR
2. Pengukuran fisik
Dua proses diatas merupakan proses
Pemufakatan Panitia 9 dan Masyarakat
PENGADAAN LAHAN
¥ Pengadaan Lahan Secara Konvensional
¤ Pembebasan Lahan Melalui Transaksi
Melalui Pembelian yang disesuaikan dengan harga pasar. Dilakukan oleh :
1. Pemerintah, maka tanah menjadi tanah Negara dengan instansi yg mengelola mempunyai HAK PENGELOLA 2. Perorangan/Swasta, maka tanah mjd HGB sesuai UU
No. 20/1961. Perorangan/Swasta tdk boleh memiliki “HAK MILIK” > 2 Ha
Pembelian tanah menyebabkan terjadinya ‘Pergantian Fungsi’ Contoh : Tanah Pertanian Irigasi dibeli, maka seharusnya ada
PENGGANTIAN TANAH yang NILAINYA > Tanah yang dibeli
PROSES PEMBEBASAN LAHAN
¥
Status Tanah Negara
PEMDA BADAN PELAKSANA DEPARTEMEN PEMEGANG HAK PENGUASAAN Hak Pengelo-laan A
1
3
4
LAHAN
MASYARAKAT 1. Penghuni 2. Pemakai DEVELOPER BADAN PELAKSANA BADAN OTORITA laan A Hak Pengelo-laan B HGB TINDAKAN2
4a
5
6
7
PENGADAAN LAHAN
¥
Proses Pembebasan Lahan : Status Tanah Negara
1. Proses penetapan Badan Pelaksana Pembebasan lahan/Pembangunan
: (Bila diperlukan dibentuk Badan otorita Pembangunan)
2. Proses Pembentukan dan negosiasi dengan pihak ketiga/swasta :
Pembentukan Developer yang akan melaksanakan pembangunan
3. Proses negosiasi dengan Departemen yang bersangkutan sebagai 3. Proses negosiasi dengan Departemen yang bersangkutan sebagai
pihak Pemegang Hak Penguasaan atas tanah
4. Proses pengalihan hak berdasarkan perjanjian dengan Departemen
yang bersangkutan dengan Pemkot/Pemkab
4a. Pelimpahan Hak Pengelolaan Pemda kepada Badan Pelaksana/Developer
5. Developer melaksanakan tindakan Pelaksana Pembangunan/KONSTRUKSI
6. Proses Pengalihan hak antara Badan Pelaksana/Developer dengan masyarakat calon penghuni/pemakai lewat Proses Jual Beli, sewa atau bentuk lain/HIBAH
7. Proses pembuatan sertifikat bagi masyarakat Penghuni/Pemakai dalam bentuk status HGB atau HAK MILIK (baru)
PROSES PEMBEBASAN LAHAN
¥
Status Tanah Masyarakat
PEMDA MASYARAKAT PEMEGANG HAK Status Hak A
1
3b
4
3a
LAHAN
MASYARAKAT 1. Penghuni 2. Pemakai DEVELOPER BADAN PELAKSANA Hak Pengelo-laan B Hak Milik/ HGB TINDAKAN2
4a
5
6
7
PENGADAAN LAHAN
¥ Proses Pembebasan Lahan : Status Tanah Masyarakat
1. Penetapan oleh Pemda mengenai lahan yg akan dikembangkan sesuai
dengan AZAS KEPENTINGAN UMUM atau sesuai dengan PROGRAM PENATAAN RUANG yg sah.
2. Penetapan/penunjukkan developer yang akan menangani Pembangunan
3a. Inventarisasi STATUS HAK yang dipegang oleh masyarakat yang menempati lahan yang akan dikembangkan
3b. Proses NEGOSIASI, MUSYAWARAH & PENETAPAN GANTI RUGI yg layak kpd masy (Baik Secara Formal lewat Lembaga Pembebasan Lahan ataupun masy (Baik Secara Formal lewat Lembaga Pembebasan Lahan ataupun proses jual beli)
4. Proses pengalihan HAK dari masyarakat pemegang hak kepada Badan Pelaksana Proyek/Developer
4a. Bentuk pengalihan tersebut dpt berupa Hak Pengelolaan yang dipegang oleh Pemda; atau bentuk lain yang merupakan hak bersama yang dipegang oleh developer
5. Developer melaksanakan tindakan Pelaksana Pembangunan (Pematangan
Tanah/Konstruksi)
6. Proses pengalihan Hak antara Badan Pelaksana/Developer dengan
Masyarakat Calon Penghuni/Pemakai lewat proses jual beli, sewa atau bentuk lain (HIBAH)
7. Proses pembuatan Sertifikat bagi masyarakat penghuni/pemakai (baru)
dalam bentuk status hak Guna Bangunan atau bentuk hak lain (sewa, pakai, dsb)
PENGELOLAAN LAHAN
¥
Pengelolaan Lahan (Land Management) adalah
upaya penanganan berbagai hal yang berkaitan
dengan :
¤
Masalah dan potensi pembebasan
¤Pengalihan
¤
Pemanfaatan dan penggunaan
¤
Pengendalian dan pengawasan pembangunan
pertanahan sesuai dengan kebijaksanaan
pertanahan dan rencana TGL yang telah
ditetapkan.
PENGELOLAAN LAHAN
¥
Ruang Lingkup Pengelolaan Lahan :
¤
Sistem Pengelolaan Lahan :
1.
Instrumental :
2.
Teknis :
a.
Kelembagaan
a.
Teknik Pengemb Lhn
a.
Kelembagaan
a.
Teknik Pengemb Lhn
b.
Aspek Hukum
b.
Pembebasan Lhn
c.
Policy
c.
Pematangan Llhn
d.
Peraturan
d.
Pembangunan Lhn
e.
Sistem Pemilikan
e.
Pengawasan dan
f.
Rencana TGL
f.
Pengendalian Pemb Lhn
PENGELOLAAN LAHAN
¥ Proses yang diatur & dikelola dlm Manajemen Lahan meliputi proses
sbb :
1. Proses Penyesuaian dan Pencegahan
Proses ini diterapkan pada lahan perkotaan yang pemanfaatan ruangnya sudah ADA/TERJADI,
- Tidak perlu penyesuaian thd Tata Ruang yg - Tidak perlu penyesuaian thd Tata Ruang yg
direncanakan atau
- Melakukan tindakan-tindakan pengendalian yg bersifat pencegahan thd kemungkinan terjadinya
pengrusakan/pencemaran lingkungan a. Status Penguasaan & Pemilikan Hak b. Penggunaan & Pemanfaatan
c. Gangguan/Kerusakan
d. Police Power : Kewenangan Pemerintah utk mengatur, mengawasi dan mengendalikan (Ps 2 UU PA)
PENGELOLAAN LAHAN
2.
Proses Pengalihan, Pembebasan/Pencabutan
Proses ini diterapkan pada lahan perkotaan yang
pemanfaatan ruangnya TIDAK SESUAI dgn penataan
ruang, sehingga perlu,
-
Pengalihan Hak, pembebasan
-
Tidak perlu dipindahkan Masy
(Konsolidasi Tanah)
a.
Pengalihan hak, jual beli
b.
Eminent Domain : Tindakan mengambil
alih/pencabutan hak atas tanah
(UU PA Ps
18 dan
Keppres 55/1985 Tentang Pengadaan
Tanah bagi
Pelaks Pemb utk
PENGELOLAAN LAHAN
3.
Proses Perubahan dan Pengadaan
Proses ini diterapkan utk MENCARI LAHAN yg
sesuai dgn kebutuhan lahan utk menerapkan
kegiatan pembangunan perkotaan YANG SAMA
kegiatan pembangunan perkotaan YANG SAMA
SEKALI BARU/BELUM PERNAH ADA SEBELUMNYA,
Proses rumit krn didalamnya tjd proses 1&2
a.
Konsolidasi Lahan
b.
Bank Lahan
c.
Pengenaan insentif dan disinsentif
d.
Kelestarian Lingkungan
PENGELOLAAN LAHAN
4. Azas Saling Ketergantungan
Memperhatikan keterkaitan &
Ketergantungan dengan pihak-pihak
lain,
lain,
a. Kerjasama berbagai pelaku & kepentingan
(participatory Approach)
b. Keterpaduan rencana & program
c.
Kesesuaian dgn keadaan
PENGELOLAAN LAHAN
Unsur-unsur Pengelolaan Lahan
Unsur-unsur yg menjadi pertimbangan dasar dalam
sistem pengelolaan lahan adalah :
1.
Undang-undang Pertanahan/UUPA
2.
Kebijaksanaan Pertanahan/Land Policy
3.
Rencana TGL/Land Use Plan
4.
Sistem Perpajakan Lahan/PBB
5.
Ideologi Pembangunan & Perekonomian
6.
Pola Pemilikan Lahan
PENGELOLAAN LAHAN
Lembaga Pengelola Lahan
Pengelolaan lahan dapat dilakukan oleh :
1.
Lembaga Pemerintah (Nasional, Daerah)
2.
Lembaga Swasta
3.
Badan Usaha Milik Pemerintah
4.
Lembaga Semi Pemerintah
5.
Badan Koperasi
6.
Lembaga Swadaya Masyarakat
7.
Kelompok Masyarakat
PENGELOLAAN LAHAN
Masalah Lahan Perkotaan
Bagaimana Menyediakan lahan untuk dimanfaatkan bagi pemb kota
pada waktu, lokasi dan harga yan tetap.
PEMERINTAH Supply PENYEDIAAN LAHAN SULIT Investasi Sarana Prasarana
6b
7
4
6
6a
2
1
5c
Harga & Nilai Tanah/Lahan Semakin Tinggi) Masy Pemakai Tanah yg sangat membutuhkan SWASTA/ DEVELOPER Supply Terbatas & Langka SPEKULASI Kebutuhan Meningkat ‘Urbanisasi’ ‘Alamiah’ PENYEDIAAN LAHAN MAKIN SULIT MASYARAKAT PEMILIK LAHAN KOMODITI MENGUNTUNGKAN
4
5
2b
2a
2
6
3
1
3
5c
5b
4d
4b
4c
4a
PENGELOLAAN LAHAN
Aspek-aspek strategis Penataan Ruang dan manajemen Lahan Perkotaan
MANAJEMEN LAHAN
(Aspek instrumentasi & teknis dlm Penyed, Pemanf, Pengend Lhn)
SDA
PENATAAN RUANG KOTA
LINGKUNGAN STRATEGIS (Keadaan Dlm negeri, keadaan Luar negeri & Ekonomi Global)
KONDISI KOTA YANG DIINGINKAN KONDISI PADA SAAT INI SDA Keg Usaha (KU) SDM SDB (Binaan)
PENGELOLAAN LAHAN
Keterangan :
¥
SDA
¤
Tanah, air, udara, SDA lainnya, flora dan fauna.
¥
SDB
¤
Prasarana lingkungan, utilitas sosial dan fasilitas sosial.
¥
SDM
¤
Jumlah penduduk, struktur, in-out migrasi, tenaga kerja,
tingkat pendidikan dan kelembagaan.
¥
Kegiatan Usaha
¤
Pembiayaan, perdagangan & jasa, industri, pemerintahan,
STRUKTUR RUANG KOTA
¥
A
da 3 konsep yg dihasilkan scr empiris :
1.
Konsep KONSENTRIK Oleh Burgess 1925
Zona-zona dlm kota berkembang secara radial :
Perkembangan pola penggunaan lahannya berpusat pada 1
titik, kemudian berkembang ke segala arah secara radial.
Menurut dia :
[ LU ] = f [ r ]
TGL adl fungsi dari jarak
Latar belakang dari segi sosial
1 2 3 4 5
CONCENTRIC-ZONE CONCEPT
1. CBD
2. Zone of Transition
3. Zone of Workingmen’s Homes
4. Zone of Better Residences
5. Zone Commuters
STRUKTUR RUANG KOTA
2. Konsep SEKTORAL Oleh Hoyt 1939
Terjadi pemisahan-pemisahan pengguaan lahan yang sebenarnya Gradial terjadi seperti itu karena adanya kegiatan-kegiatan fungsional
Contoh : golongan menengah ke atas mencari tempat tinggal yang nyaman jauh dari CBD, sehingga menyebabkan
pergerakan yang berbentuk Gradial. pergerakan yang berbentuk Gradial.
Menurut dia : [ LU ] = f [ a ]
TGL adalah fungsi aksial/akses/sumbu-sumbu Latar belakang dari segi ekonomi
Persamaan Burgess & Hoyt : pada dasarnya keduanya berbicara tentang distribusi Income dari penduduk
STRUKTUR RUANG KOTA
Konsep SEKTORAL Oleh Hoyt 1939
SECTORAL-ZONE CONCEPT
1. CBD
2. Wholesale & Light Manufacturing
3. Low-Class Residential
4. Middle Class Residential
5. High Class Residential
2 3 3 3 3 1 4 4 3 3 3 5 2 2
5. High Class Residential
4 2
2 Sektor
Aksial
Pendapat Hoyt tentang SPATIAL PATTERN, berdasarkan :
1. SOCIAL RANK
Contoh : Tingkat sosial dari penduduk secara aksial/sektoral
2. URBANIZATION
Lebih menggambarkan pd struktur keluarga/individu (types of house hold)
3. Segregation
STRUKTUR RUANG KOTA
3. Konsep MULTIPLE NUCLEI Oleh Mc. Kenzie 1933, Harris & Ullman (1945, 1962) a. CBD tidak hanya pada 1 tempat
b. Multiple Nuclei ada, karena adanya kesempatan-kesempatan yg dimanfaatkan sektor-sektor sehingga terbentuk kumpulan-kumpulan aktivitas
c. Berkorelasi antara harga tanah dengan land use
3 3 3 4 4 5 7 5 8 2 6 9 1 3
MULTIPLE NUCLEI CONCEPT
1. CBD
2. Wholesale & Light Manufacturing 3. Low-Class Residential
4. Middle Class Residential 5. High Class Residential 6. Heavy Manufacturing 7. Outlying Business District 8. Residential Suburb
KEPEMILIKAN TANAH/LAHAN
LAND TANURE¥ Tanah merupakan karunia Tuhan yg diberikan kepada :
¤ Raja
¤ Marga/Masyarakat, yaitu Hak Ulayat (Kepala Adat yang merupakan hak perorangan atas tanah
¤ Barat (Hukum tanah Administratif Hindia Belanda (dibuat th 1870 : Agrarische Wet)
Hak ulayat : Hak ulayat :
a. Hak bersama yang dimiliki oleh Marga
b. Dalam penggunaannya ada peranan Kepala Adat
c. Kepala adat membuat peraturan thd hak perorangan atas tanah d. Hak Ulayat dari tanah adat bisa mjd hak milik jika disetujui oleh
penguasa adat setempat.
Hakekatnya : Tanah dan Hak Ulayat merupakan Tanah Negara
Setelah merdeka tdk disetujui hak atas tanah Barat, yaitu dilakukan Transformasi Hak Ulayat menjadi “Hak Bangsa” UU PA No. 5 Tahun 1960 “Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria”
KEPEMILIKAN TANAH/LAHAN
Hak Atas Tanah Subyek
Hak Atas Tanah
1. Hak Mili k 2. Hak Guna Usa-ha 3. Hak Guna Bgn 4. Hak pa-kai 5. Hak Se-wa 6. Hak Ga-dai 7. Hak Usa-ha Bagi Hasil 8. Hak Menum-pang 9. Hak Penge lo-laan 1. Lembaga/Instansi Pemerintah 2. BUMN/BUMD 3. NGO (Koperasi) 4. Bank Pemerintah 4. Bank Pemerintah 5. BUSN (Swasta) 6. Perush. Modal Asing 7. Badan Perwakilan Asing 8. Badan Hukum Asing 9. WNA 10. WNI
KEPEMILIKAN TANAH/LAHAN
1. Hak Milik
¥ Hak untuk menguasai tanah yg kepemilikannya tidak ada batas waktu, yg
dibatasi hanya luasnya. Hanya WNI yg berhak mendapatkannya. Harus dilakukan Registrasi, bisa dijadikan Agunan. Hak ini bisa diberikan kpd perush, kecuali badan-badan atau lembaga-lembaga sosial/koperasi & Bank Negara. Tanah dengan status hak milik tdk boleh untuk pertambangan
2. Hak Guna Usaha (HGU)
¥ Waktunya dibatasi 25-35 tahun. Bisa diperpanjang s/d 25 tahun (luasnya tdk
terbatas).
¥ Waktunya dibatasi 25-35 tahun. Bisa diperpanjang s/d 25 tahun (luasnya tdk
terbatas).
Diberikan untuk bentuk-bentuk usaha pertanian, peternakan & perikanan
Diberikan bisa kpd perush-perush, tdk diperbolehkan untuk WNA kecuali sesuai dengan persyaratan-persyaratan investasi
3. Hak Guna Bangunan (HGB)
¥ Waktunya dibatasi s/d 30 tahun. Bisa diperpanjang s/d 20 tahun (luasnya tdk
terbatas).
Terutama untuk kegiatan konstruksi, boleh memiliki bangunannya (untuk WNI), WNA tidak diperbolehkan kecuali menggunakan syarat PMA.
KEPEMILIKAN TANAH/LAHAN
4. Hak Pakai
¥
Hak untuk menggunakan hanya untuk 10 tahun
Boleh untuk kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan prodksi,
boleh diberikan kepada WNA. Harus diregistrasi, terutama yang
boleh diberikan kepada WNA. Harus diregistrasi, terutama yang
berasal dari tanah negara
5. Hak Sewa
¥
Dilakukan berdasarkan perjanjian (termasuk jenis
penggunannya). Perusahaan dalam negeri dan asing
diperbolehkan, tidak diregistrasi, tidak bisa dijaminkan, tidak
bisa dipindahkan.
6. Hak Gadai
¥
Mirip dengan hak sewa, melalui perjanjian, tidak diberikan
kepada WNA, tidak dilakukan pendaftaran
I
LUSTRASI
PENGALIHAN DAN PENGGANTIAN NILAI DAN HARGA LAHAN DENGAN UANG
LAHAN ASAL
PENGGANTIAN DENGAN UANG
SESUAI DENGAN HARGA YANG
DISEPAKATI
I
LUSTRASI
PENGALIHAN DAN PENGGANTIAN NILAI DAN HARGA LAHAN DENGAN UANG
DAN KAPLING BARU
LAHAN LAMA
UANG SESUAI DENGAN HARGA
YANG DISEPAKATI
KAPLING DI KAWASAN
PERMUKIMAN BARU DAN
MEMBANGUN RUMAH SENDIRI
DAN
I
LUSTRASI
PENGALIHAN DAN PENGGANTIAN NILAI DAN HARGA LAHAN DENGAN
UANG, LAHAN, RUMAH INTI
LAHAN LAMA
UANG SESUAI DENGAN HARGA
YANG DISEPAKATI
KAPLING DI KAWASAN
PERMUKIMAN BARU
DAN
I
LUSTRASI
KEUNTUNGAN LAHAN BARU
LAHAN LAMA :
1. Besar
2. Tidak Sesuai RDTR
3. Fasilitas dan Utilitas lingkungan kurang berkembang 4. Status Hunian/Status Hukum tidak pasti
LAHAN BARU :
1. Lebih kecil
2. Sesuai RDTR
3. Fasilitas dan Utilitas lingkungan lengkap 4. Status Hunian/Status Hukum dikukuhkan 5. Rumah Inti
I
LUSTRASI
PRINSIP TUKAR MENUKAR LAHAN
POTONGAN UNTUK BIAYA PERENCANAAN POTONGAN UNTUK BIAYA PEMBANGUNAN LAHAN YANG DIPEROLEH
BIAYA PERENCANAAN : Penyediaan lahan untuk penempatan fasilitas lingkungan
(untuk bangunan umum, jalan dll); dan Perencanaannya/Perancangannya.
BIAYA PEMBANGUNAN : Biaya pengadaan dan pematangan lahan, Biaya IMB, Biaya
Sertifikat, Pembangunan Jalan, Sekolah, Masjid, Balai Warga, Pasar, Puskesmas, Biaya
Operasionil awal, dll)
LAHAN ASAL DI TEMPAT LAMA
LAHAN YANG DIPEROLEH DI BLOK O
I
LUSTRASI
CONTOH PERHITUNGAN TUKAR MENUKAR LAHAN
a. Luas Lahan Milik A semula seluas 150 m
2dengan nilai bangunan Rp.
1.000.000,-b. Nilai Ganti Rugi Rp. 30.000 per m2
c. Penggantian Rugi :
- Dengan pemotongan biaya perencanaan 30%, nilai lahan dan bangunan Rp.
5.500.000,-I
LUSTRASI
CONTOH PERHITUNGAN GANTI RUGI
CARA GANTI RUGI 1
DINILAI Rp. 30.000 Per M2
GANTI RUGI LANGSUNG
UNTUK LAHAN & BANGUNAN Rp 4.500.000,- + Rp.
I
LUSTRASI
CONTOH PERHITUNGAN GANTI RUGI
CARA GANTI RUGI II
HARGA GANTI RUGI LAHAN Rp. 30.000,-/m2
NILAI GANTI RUGI DIPOTONG BIAYA PERENCANAAN 30%
Rp.
4.150.000,-HARGA LAHAN DI BLOK O
150 M2X Rp 30.000,- = Rp.
4.500.000,-HARGA PEMATANGAN LAHAN BLOK O 150 M2X Rp 12.100,- =
1.815.000,-JUMLAH BIAYA LAHAN BARU Rp. 4.500.000,- + Rp.
1.815.000,-Rp.
4.150.000,-UNTUK MEMPEROLEH LAHAN DI BLOK O YANG BERSANGKUTAN HARUS MENAMBAH UANG SEBESAR (Rp. 6.315.000,-) – (Rp. 4.150.000,-) =
Rp.
2.165.000,-Atau
YBS (DI GANTI UANG) MENERIMA TAMBAHAN UANG SEBESAR (Rp. 5.500.000,-) – (Rp. 6.315.000,-) =
Rp.
6.315.000,-I
LUSTRASI
CARA TUKAR MENUKAR DENGAN RUMAH INTI
HARGA LAHAN MATANG DI BLOK O
45 X Rp 30.000,- = Rp.
1.350.000,-BIAYA PEMBANGUNAN Rp.
3.325.000,-JUMLAH
Rp.
4.675.000,-YANG BERSANGKUTAN HARUS MENAMBAH UANG SEBESAR (Rp. 4.675.000,-) –
(Rp. 4.150.000,-) =
Rp.525.000,-Atau
YBS (YG DIGANTI UANG) MENERIMA TAMBAHAN UANG SEBESAR (Rp. 5.500.000,-) – (Rp. 4. 675.000,-) =