• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAHARAH AL-KITABAH WA THARIQAH TA LIMIHA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MAHARAH AL-KITABAH WA THARIQAH TA LIMIHA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

59

Oleh: Helmi Kamal

Abstrak: Maharah kitaabah merupakan salah satu kemahiran(skill) dari empat kamahiran(skill) kebahasaan dan merupakan salah satu metode pembelajaran yang ada dalam pembelajaran bahasa Arab.Maharah kitabah adalah suatu kemahiran untuk mengaplikasikan apa yang dibaca dan didengar dalam bentuk tulisan yang yang baik dan benar sehingga dapat dibaca dan dipahami.

Kata Kunci:Maharah ,Kitabah,Thariqah,Ta’lim Pendahuluan

Bahasa Arab sebagai salah satu alat komunikasi dan simbol budaya semakin hari semakin menjadi penting. Dalam proses perkembangannya, bahasa Arab telah mengalami kemajuan pesat baik dari segi penyebarannya maupun penggunaannya serta penyempurnaan metodologisnya. Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa bahasa Arab dalam fase perkembangannya telah dijadikan sebagai bahasa resmi dunia internasional untuk berbagai kepentingan.

Bahasa Arab juga merupakan unsur tak terpisahkan dari agama Islam yang harus mendapat perhatian dan dipelajari oleh setiap muslim. Hal itu ditegaskan oleh Umar bin Khattab r.a., “Perhatikanlah untuk mempelajari bahasa Arab, karena ia merupakan bagian dari agamamu”. Selain itu, secara akademis bahasa Arab merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kurikulum pendidikan dan pengajaran agama Islam, baik di tingkat dasar, menengah, maupun tingkat pendidikan tinggi. (Faisal Hendra, 2006:1).

Pembelajaran bahasa Arab di Indonesia sudah berlangsung sejak lama, sejak masuknya Islam ke Indonesia, akan tetapi sepanjang sejarah pendidikan bahasa Arab di Indonesia, masih dirasa adanya kegagalan ketika belum bisa mencetak sebuah generasi atau anak didik yang mempunyai kemampuan yang bagus yang bisa diandalkan dalam penguasaan bahasa Arab, khususnya untuk penguasaan empat kemahiran berbahasa yang diharapkan (menyimak/al-istima’, berbicara/al-kalam,

*Helmi Kamal, Dosen tetap STAIN Palopo dan memperoleh gelar Magister

(2)

membaca/al-qiraah dan menulis/al-kitabah). Keempat kemahiran ini tidak bisa berdiri sendiri, akan tetapi harus saling mendukung antara satu kemahiran dengan lainnya, begitupun dalam pengajarannya harus ada keterkaitan antara kemahiran yang satu dengan kemahiran yang lain. A. Pengertian

Tulisan atau menulis (al-kitabah) merupakan salah satu sarana berkomunikasi antara seseorang dengan yang lainnya, sama halnya dengan menyimak atau mendengar (al-istima’), berbicara (al-kalam), dan membaca (al-qiraah). Ia merupakan suatu keniscayaan sosial dalam rangka mentransfer hasil pemikiran dan atau memahami pemikiran orang lain meski dengan jarak waktu dan tempat. (Rusydi Ahmad Tha’imah, 1989:186).

Secara etimologi, kata kitabah dalam bahasa Arab merupakan bentuk

masdar dari kata ةباتك – بتكي – بتك yang artinya tulis, menulis dan tulisan. (Atabik Ali, 1996:1493).

Sedangkan menurut terminologi, kitabah adalah kemampuan untuk mengetahui simbol-simbol tulisan dan pemahaman dalam merangkaikannya menjadi satu kata yang menekankan indera penglihatan.

(Mahmud Faraj Abd al-Hafizh et al, 1412 H.:101).

Al-kitabah (tulisan) dalam bahasa Arab mencakup tiga hal: khat, imla’ dan ta’bir, Hal tersebut merupakan simbol-simbol yang dipakai

untuk mengungkapkan hasil-hasil pikiran dengan tulisan.

Bila dilihat dari sisi adanya sebagai tajwid khattiy (memperbaiki tulisan) maka ia dinamakan khat, jika dilihat dari sisi adanya sebagai rasm

imla’iy (model atau bentuk huruf) maka ia dinamakan imla’, dan jika

dilihat dari sisi adanya sebagai ta’bir uslubiy yang mengungkap pikiran penulis maka ia dinamakan ta’bir. (Mahmud Ali al-Samman, 1983:224).

Adapun yang dimaksud dengan Maharah al-kitabah (kemahiran atau keterampilan menulis), adalah: Kemampuan untuk mengaplikasikan apa yang dibaca dan didengar ke dalam bentuk tulisan melalui rumus/susunan kata sehingga dapat dibaca dan dipahami.

Kemahiran atau keterampilan menulis merupakan kemahiran terakhir yang harus dikembangkan setelah kemahiran menyimak, berbicara dan membaca. Bahkan dikatakan bahwa keterampilan menulis merupakan keterampilan tertinggi dari empat keterampilan berbahasa tersebut.

(3)

B. Strategi Pembelajaran Kitabah (Menulis)

Seperti telah dipaparkan sebelumnya, bahwa menulis merupakan salah satu sarana berkomunikasi dengan bahasa antara orang dengan yang lainnya yang tidak terbatas oleh tempat dan waktu.

Pembelajaran menulis terpusat pada tiga hal, yaitu (1) Kemahiran membentuk alfabet

(2) Kemahiran mengeja

(3) Kemahiran menyatakan fikiran dan perasaan melalui tulisan, atau dengan kata lain kemahiran mengarang. (Team Penyusun Buku Pedoman Bahasa Arab Dirjen Bimas Islam, 1976:184.).

1. Kemahiran membentuk alfabet

Tingkat pertama ini dalam pembelajaran menulis bahasa Arab bertujuan untuk memperbaiki kemampuan pembelajar dalam menulis huruf dan kata bahasa Arab.

Kemahiran menulis alfabet Arab merupakan masalah bagi para pelajar Indonesia, karena sistim menulis alfabet Arab yang berlainan dengan sistim menulis huruf latin.

Ada beberapa sebab kesulitan yang timbul dari aturan penulisan bahasa Arab, di antaranya adalah:

- kesulitan menulis dari arah kanan ke kiri bagi para pembelajar yang sudah terbiasa menulis dari arah kiri ke kanan.

- perbedaan penulisan huruf-huruf Arab dengan huruf latin yang banyak digunakan dalam kebanyakan bahasa.

- perbedaan bentuk huruf Arab karena perbedaan letaknya, di awal kata, di tengah atau di akhir kata.

- perbedaan bentuk penulisan sebagian huruf karena perbedaan letak dalam kata, contoh: )ع- ـع– عـ- ـعـ \- ـه- ـهـ( خلا.

- perbedaan bentuk huruf karena perbedaan jenis khatnya, apakah dengan khat naskhi atau khat riq’iy.

- sebagian huruf terucap dan tertulis dan sebagian lain hanya terucap tapi tidak tertulis.

- terdapat ciri khas kebahasaan seperti tanwin, tadh’if, ta’ maftuhah dan ta’ marbuthah.

- pemberian titik juga harus mendapatkan perhatian dan kemampuan untuk membedakan, contoh: (ب ت ث ن ـي, ص ض ط ظ, ج ح خ, ف ق, س ش خلا. (M. Abdul Hamid, et al, 2008:51).

Selain itu, perbedaan antara huruf latin dan huruf Arab, huruf latin berupa tulisan tangan semuanya bisa disambung dengan huruf berikutnya,

(4)

sedangkan huruf Arab sebagian bisa menyambung dengan huruf berikutnya, baik dalam tulisan tangan maupun tulisan cetak, dan sebagian lagi tidak bisa menyambung dengan huruf berikutnya. Dari dua puluh delapan alfabet Arab ada enam huruf yang tidak bisa menyambung ke huruf berikutnya, yaitu ( أ- د – ذ – ر – ز – و), ( sedangkan selebihnya sebanyak dua puluh dua huruf bisa menyambung. Gerakan menulisnya berbeda dengan huruf latin, yaitu dari kanan ke kiri. Dalam huruf latin ada bentuk huruf besar antara lain yang ditulis setelah titik dalam rangkaian kalimat atau di awal paragraf, sedangkan pada huruf Arab tidak ada.

Oleh karena itu, sebelum memulai tahap kitabah perlu adanya tahap persiapan dan pengenalan terhadap karakteristik huruf dan tulisan Arab. Dimulai dengan melatih pembelajar menulis dari arah kanan ke kiri. Kemudian dilanjutkan dengan latihan menulis bentuk-bentuk dasar tulisan huruf Arab, semua itu dilakukan dengan memberi contoh dan mengamati cara kerja pembelajar.

Untuk itu perlu dijelaskan kepada pembelajar beberapa karakteristik tulisan huruf Arab, yaitu sebagai berikut:

a. Huruf-huruf Arab dari segi bentuknya dapat dikelompokkan kedalam beberapa kelompok yang bisa dikatakan sebagai rumpun keluarga masing-masing, yaitu:

- ب ت ث ف ك - ن ق ل س ش - د ذ ر ز و - ص ض ط ظ

- ا\ ـه\ م\ ي (secara terpisah-pisah)

b. Kata dalam bahasa Arab ditulis dari arah kanan ke kiri, dan dari arah atas ke bawah.

c. Setiap huruf memiliki teknik penulisan tersendiri, dimulainya dari mana dan berakhirnya di mana.

d. Semua huruf Arab dapat disambungkan dengan huruf-huruf sebelumnya, dan dapat juga disambungkan dengan huruf-huruf sesudahnya kecuali enam huruf, sebagaimana tersebut di atas. Adalah suatu kenyataan bah wa huruf-huruf Arab dalam kaitannya untuk kemahiran menulis alfabet Arab dan kemahiran membaca sampai sekarang tidak dapat digantikan dengan huruf latin meskipun beberapa huruf bisa dianalogikan dalam kaitannya dengan tata bunyi, akan tetapi itu hanya sekadar membanding untuk mengenali bunyi bahasa Arab dan bukan untuk mengganti dengan huruf latin. Hal ini berarti suatu hal yang mutlak bagi kita agar mengajarkan huruf-huruf Arab yang betul menurut

(5)

kaidah-kaidahnya dalam rangka membina kemahiran membentuk alfabet. Dengan demikian akan timbul ide atau fikiran bagaimana cara mengajarkan alfabet Arab yang baik dan cepat, sehingga dalam waktu singkat pembelajar sudah dapat menguasai.

Meskipun urutan kemahiran yang diajarkan mulai dari menyimak, berbicara, membaca dan menulis, akan tetapi pelajaran menulis alfabet Arab ini hendaknya didahulukan dan disinkronkan dengan mengajarkan kemahiran menyimak.

Cara mengajarkan alfabet Arab hendaknya tidak sekaligus, akan tetapi berangsur-angsur, (Rusydi Ahmad Tha’imah), terutama diatur kaitannya menurut derajat kesukaran (gradasi) tata bunyi. Hal ini berarti hendaknya guru memilih dulu huruf-huruf yang ada persamaannya dengan tata bunyi dalam bahasa asli si pembelajar, misalnya bahasa Indonesia atau bahasa Inggris, seperti huruf-huruf: ا, ب, ت, ج, د , ر , ز, س, ش, ف, ك, ل, م, ن , ـه, و, ي. (Team Penyusun Buku Pedoman Bahasa Arab). Sedangkan huruf-huruf: ث, ح, خ, ذ, ص, ض, ط, ظ, ع, غ, ق dibelakangkan setelah mereka mahir pada kelompok pertama. Meskipun demikian, dalam menerangkan dan memberi contoh bentuk-bentuk huruf-huruf Arab itu hendaknya diterangkan persamaan bentuk huruf-huruf tertentu yang hanya dibedakan oleh titik atau bengkokan tertentu seperti pada pengelompokan huruf di atas.

Tulisan guru di papan tulis juga merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan, karena hal tersebut merupakan contoh bagi pembelajar. Oleh karena itu guru yang benar dan baik tulisannya akan menjadi contoh yang benar dan baik pula bagi pembelajar dalam menulis alfabet Arab.

Sebagaimana telah dijelaskan terdahulu, bahwa rangkaian huruf Arab dalam satu kata dibedakan antara huruf awal, tengah akhir dan bila berdiri sendiri. Perbedaan tersebut hendaknya jelas bagi pembelajar. Oleh karena itu, pembelajar juga dilatih untuk merangkai huruf menjadi satu kata, misalnya:

ي + س + ا + ر + ك = يسارك , atau ن + ي + ـه + م = نيهم , dan seterusnya.

Bukan hanya bentuk-bentuk huruf Arab yang perlu diperhatikan secara baik, melainkan juga guru harus memperhatikan arah gerakan pembelajar ketika menulis. Karena menurut pengamatan, banyak pembelajar yang terpengaruh oleh kebiasaan menulis Latin, yaitu dari kiri ke kanan. Di samping itu, terkadang juga seorang pembelajar mengikuti kebiasaan cara menulis dalam bahasanya, yaitu memotong suku kata pada

(6)

akhir baris dan menyambungnya pada baris berikutnya, yang dalam sistim penulisan kata bahasa Arab sama sekali tidak diperbolehkan.

Di samping itu, menyalin adalah cara yang biasa dan baik untuk latihan menulis. Pertama-tama, guru hendaknya memberi contoh lalu pembelajar menirukan. Dalam tahap memperkenalkan bentuk-bentuk alfabet, hendaknya guru membuat garis di papan tulis supaya jelas huruf-huruf yang seharusnya di atas garis dan huruf-huruf-huruf-huruf yang seharusnya ditulis melewati garis ke bawah. Selanjutnya guru juga dapat meminta kepada pembelajar untuk menyalin dari buku bacaan berbahasa Arab.

Di antara teknik lain yang paling baik untuk mengajarkan kemahiran menulis bentuk huruf-huruf Arab ialah guru menyediakan buku bergaris yang ditulis dengan titik-titik atau bayang-bayang huruf Arab. Pembelajar dalam hal ini diminta untuk mengikuti jejak titik-titik atau bayang-bayang itu sehingga dapat membentuk huruf yang dikehendaki, tentu saja disertai dengan penjelasan arah gerakan menulis dari kanan ke kiri, sembari memberi tahu dari arah mana dimulai dan berakhir di mana.

Mengajar menulis alfabet Arab memang membutuhkan kesabaran dan keuletan guru, karena usaha itu harus dilakukan berulang-ulang. Bila pembelajar belajar dan mempraktekkan tulisan tangan dengan baik dan betul dari sejak semula, berarti ia telah membina kebiasaan menulis yang sangat berguna untuk tahap selanjutnya, yaitu dapat menampilkan tulisan Arab secara cepat dan tepat, tanpa susah payah lagi.

2. Kemahiran Mengeja

Kemahiran mengeja termasuk membina kemahiran menulis. Sebagaimana kita ketahui bahwa mengeja alfabet Arab ini juga sangat berlainan dengan latin, misalnya:

.خلا ، نون = ن ، نيس = س ، ميج = ج ، ءات = ت ، ءاب = ب ، فلأ = ا Perlu juga diingat bahwa tata bunyi, dalam istilah bacaan al-Qur’an

tajwid, sangat berpengaruh dalam penulisan huruf Arab. Olehnya itu, salah

dalam menyebut bunyi huruf dapat menyebabkan kesalahan dalam penulisan yang berdampak pula pada kesalahan makna, demikian pula dalam hal bunyi panjang dan pendek. Maka latihan-latihan dalam hal ini mencakup lisan dan tulisan.

Cara lain untuk melatih kemahiran ini adalah dengan latihan dikte atau imla’.

3. Kemahiran mengarang

Kemahiran menyatakan fikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan pada tingkat permulaan dapat dicapai dengan apa yang disebut “mengarang terbimbing” (Ta’bir Muwajjah/ guided composition),

(7)

kemudian berangsur-angsur menjadi “mengarang bebas” (Ta’bir Hurr/

free composition). Bentuk mengarang terbimbing yang paling sederhana

ialah menyalin, kemudian berkembang menjadi modifikasi kalimat, yaitu mengubah kalimat yang ada dengan berbagai cara, misalnya mengganti salah satu unsur dalam kalimat tersebut yang disebut tabdil atau subtitusi, menyempurnakan kalimat yang belum selesai takmilatul jumlah, mengubah kalimat dari aktif menjadi pasif, positif menjadi negatif, kalimat berita menjadi kalimat tanya, kalimat dengan fi’il madhi diubah menjadi

fi’il mudhari’ yang disebut dengan tahwil atau transformasi, dan

sebagainya. (Team penyusun Buku Pedoman Bahasa Arab).

Dari latihan-latihan sederhana berupa menyalin kalimat atau cerita pendek, mengganti salah satu unsur kalimat, mengisi yang kosong, dan mengubah kalimat, tahap berikutnya ialah menyusun atau menulis kalimat dengan cara membuat kalimat yang tepat untuk menggambarkan suatu lukisan atau peristiwa atau menceritakan serentetan gambar. Penyusunan kalimat ini dapat juga ditempuh dengan cara menerjemahkan dan membuat kalimat lengkap dari tabel subtitusi.

Dari tahap mengarang terbimbing ke tahap mengarang bebas atau dari tahap modifikasi kalimat ke tahap menulis paragraf harus menempuh jalan yang tidak pendek, di antaranya dengan melalui latihan-latihan sebagai berikut:

(i) menyingkat bacaan terpilih dengan cara menceritakan kembali dalam bentuk tulisan tetapi dengan menggunakan kata-kata sendiri; latihan semacam ini disebut precis and paraphrase;

(ii) menceritakan gambar yang dilihat atau pekerjaan yang dilakukan sehari-hari, dari sejak bangun tidur sampai saat pergi tidur kembali; latihan semacam ini disebut narration;

(iii) membuat deskripsi suatu gambar atau peristiwa sampai masalah yang sekecil-kecilnya; latihan ini disebut description;

(iv) menceritakan suatu kegiatan yang biasa dilakukan seperti mengendarai sepeda, naik kendaraan umum, aktifitas di kelas; bentuk latihan ini disebut exposition;

(v) sebagai titik akhir ialah latihan menulis bebas atau mengarang bebas dalam bentuk tulisan tentang masalah yang dikenal pembelajar.

(8)

P e n u t u p

Dari uraian yang lalu dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Kemahiran atau keterampilan menulis adalah: Kemampuan untuk

mengaplikasikan apa yang dibaca dan didengar ke dalam bentuk tulisan melalui rumus/susunan kata sehingga dapat dibaca dan dipahami.

2. Pembelajaran menulis terpusat pada tiga hal, yaitu: (1) Kemahiran membentuk alfabet

(2) kemahiran mengeja

(3) kemahiran menyatakan fikiran dan perasaan melalui tulisan, atau dengan kata lain kemahiran mengarang.

3. Tahap-tahap latihan menulis:

a) Mencontoh, yaitu agar: pembelajar belajar dan melatih diri menulis dengan tepat sesuai dengan contoh; belajar mengeja dengan benar; dan berlatih menggunakan bahasa Arab dengan benar

b) Reproduksi, yaitu menulis berdasarkan apa yang telah dipelajari secara lisan

c) Rekombinasi, yaitu latihan menggabungkan kalimat-kalimat yang mulanya berdiri sendiri menjadi satu kalimat panjang

d) Transformasi, yaitu latihan mengubah bentuk kalimat, dari kalimat aktif menjadi pasif, positif menjadi negatif, kalimat berita menjadi kalimat insya’, dst

e) Mengarang bebas. Daftar Rujukan

Ali, Atabik. Ahmad Zuhri Muhdhor, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia. Cet. I Yogyakarta: Yayasan Ali Maksum, 1996.

Ya’qubiy, Basmah. Thariqah Haditsah li Ta’allum Lugah

al-‘Arabiyah. Beirut: Dar al-Kitab al-Lubnani, 1974.

Hendra, Faisal. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab (Untuk Madrasah

Tsanawiyah), “Makalah” disampaikan pada Diklat Fasilitator Guru

Bidang Studi Bahasa Arab Madrasah Tsanawiyah se-Indonesia, Pusdiklat Tenaga Teknik Keagamaan Balitbang Agama dan Diklat Depag RI, Jakarta Juni 2006.

Hamid, M. Abdul. et al, Pembelajaran Bahasa Arab; Pendekatan, Metode,

(9)

Ali al-Samman, Mahmud. al-Taujih fi Tadris al-Lugah al-‘Arabiyah. Kairo: Dar al-Ma’arif, 1983.

Faraj Abd Hafizhm, Mahmud. et al, Muzakkirat Dirasah

al-Tarbawiyah. t.t., 1412 H.

Ismail Shini, Mahmud et al, Mursyid Mu’allim fi Tadris Lugah

‘Arabiyah li Gair Nathiqin biha. Cet. II; t.t.: Maktabah

al-Tarbiyah al-‘Arabiy li Duwal al-Khalij.

Ahmad Tha’imah, Rusydi. Ta’lim al-‘Arabiyah li Gair al-Nathiqin biha;

Manahijuhu wa Asalibuhu. Rabat: ISESCO, 1989.

Team Penyusun Buku Pedoman Bahasa Arab Dirjen Bimas Islam,

Pedoman Pengajaran Bahasa Arab Pada Perguruan Tinggi Agama Islam IAIN. Jakarta: Proyek Pengembangan Sistim Pendidikan

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahap ini biasanya akan muncul ketidakpuasan atas tindakan yang mungkin sudah dilakukan, berusaha menghindar untuk melakukan tindakan karena tidak ingin berkomitmen

Panji Gerakan Pramuka adalah Panji Gerakan Pendidikan Kepanduan Nasional Indonesia yang dianugrahkan oleh Presiden Republik Indonesia dengan Keputusan Presiden Republik

%kstraksi pelarut adalah ekstraksi cair-cair yaitu pemisahan komponen dari suatu campuran cair dengan cara pengontakkan dengan cairan lain. /ujuan dari

Bakteri membentuk agregat dalam usus dari kutu yang terinfeksi dan hasil ini di loak muntah darah tertelan, yang sekarang terinfeksi, ke situs gigitan hewan pengerat

Perusahaan menghentikan pengakuan aset keuangan, jika dan hanya jika, hak kontraktual untuk menerima arus kas yang berasal dari aset keuangan tersebut berakhir; atau

Berdasarkan data-data hasil pengujian dan perhitungan yang diperoleh, maka dapat disajikan pembahasan mengenai pengaruh putaran dan temperatur terhadap kekuatan tarik

Ketika pemerintahannya kota Ghazna bukan hanya menjadi benteng tempat mempertahankan kekuatan perang, tetapi juga menjadi kota terindah di Asia Tengah pada waktu itu dan

Kesalahan masa lalu Narapidana janganlah menjadikan masyarakat sekitar memberi cap ( stigma ) jahat kepada dirinya, karena itu mereka tidak boleh kehilangan kontak