3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di perairan Pesisir Selatan Teluk Kupang dan Sekitarnya, yang dilaksanakan dari bulan April-Juni 2010. Stasiun pengambilan data ditetapkan di 9 (sembilan) stasiun pengamatan berdasarkan pada kriteria tutupan karang hidup berdasarkan Gomez dan Yap (1988) yaitu : kondisi sangat baik, kondisi baik, kondisi sedang dan kondisi buruk.
Gambar 2 Peta lokasi penelitian.
3.2 Alat dan Bahan Penelitian
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini secara umum dibagi menjadi dua bagian, yaitu : 1) Peralatan pengukuran parameter fisika-kimia perairan dan 2) peralatan untuk pengamatan komunitas ikan kerapu dan terumbu karang. Peralatan untuk mengukur parameter fisika-kimia seperti disajikan pada Tabel 2.
# # # Y # # # # # # # # # Tg. Karosso Tg. Karterbileh Tg. Kolowale Tg. Kopondai Tg. Kurong Tg. Kurubaja Tg. Leur Tg. Lie Tg. Lisamu Hansisi Tj. Kelapa Otan Uiasa Tj. Uikalui Bolok P. Kambing Pasir Panjang Paradiso 10 °2 0' 10 °1 5' 10 °1 0' 10 °5 ' 10 °20 ' 10 °15 ' 10 °10 ' 10 °5 ' 123°20' 123°25' 123°30' 123°35' 123°40' 123°20' 123°25' 123°30' 123°35' 123°40' # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # L AUT TIM OR TIM OR LESTE KA B. AL O R KA B. BE LU KA B. EN D E KA B. NG A DA KA B. SI KK A KO TA K UP A NG KA B. KU P AN G KA B. LE M BA TA KA B. NA G A KE O KA B. M AN GG A RA I KA B. RO T E- ND AO KA B. SU M BA B AR A T KA B. SU M BA T IM UR KA B. FL OR E S TIM O R KA B. M AN GG A RA I B A RA T KA B. TI MO R TE N GA H UT A RA KA B. TI MO R TE N GA H SE LA T AN KA B. KU P AN G Ba a So e En de Mb ay Ru ten g Ata m bu a Ma um er e Ka lab ah i Low e lab a Wa in ga pu Lar an tu ka Wa ik ab uba k Ka fem e na nu Lab ua n Ba jo Na ga Ke o L AUTSA WU SAMUDERA HINDIA LAUT FLO RES TIM O R LE ST E S ela t S u mb a Selat A lo r P. S aw u P. N d ao P. S em au P. S ol or P. R in ca P. R ai jua P. P an tar P. K o mo do P. A d ona ra P. R OTI P. A LOR P. SU MBA P. TI MOR
P. FLO RES P. LO MBI EM
ROV . USA TENG GAR A B ARAT
PROV . NUSA TENG GAR A TI MU R
10 ° 8° 10 ° 8° 120° 122° 124° 120° 122° 124° Kabupaten Jalan Sungai Dua Garis Sungai Satu Garis Ibu kota : x { NEGARA # Y PROVINSI # Stasiun Penelitian Terumbu Karang Lamun Mangrove Sumber :
- Peta Digital Indonesia, BAKOSURTANAL, 2004 - Direktorat Pulau-Pulau Kecil Ditjen KP3K - DKP - Direktorat Pesisir & Lautan Ditjen KP3K - DKP - MCRMP
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN Tahun 2010 Pusat Data dan Informasi Geografis Ditjen. Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Insert Peta :
PETA LOKASI PENELITIAN
TELUK KUPANG - P.SEMAU DAN SEKITARNYA Bujur Timur L in ta n g S e lat an
Tabel 2 Alat ukur parameter fisika-kimia perairan
No Jenis Alat Parameter Satuan
1 Secchi disc Kecerahan %
2 Thermometer Suhu o 3 C Refraktometer Salinitas o/ 4 oo
Floating drough Kecepatan Arus m/dt
5 Kompas Arah arus (0
6
)
pH meter pH -
7 Turbidimeter Kekeruhan NTU
Sementara peralatan yang digunakan dalam pengamatan ekosistem terumbu karang dan populasi ikan kerapu terdiri dari alat selam Self Contain Underwater
Breathing Aparatus (SCUBA), Global Positioning System (GPS), kapal motor,
roll meter 50 m, sabak dan pensil, kamera bawah air. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah buku identifikasi karang (Suharsono 1996) dan buku identifikasi ikan (Kuiter 1992).
3.3 Jenis Data yang Dikumpulkan
Jenis data yang dikumpulkan dapat diketegorikan menjadi dua kelompok, yaitu 1) data primer dan 2) data sekunder. Secara rinci jenis dan sumber data untuk masing-masing kategori data adalah sebagai berikut :
3.3.1 Data Primer
Jenis data primer yang dikumpulkan yaitu : persentase penutupan karang, indeks mortalitas karang, ukuran ikan kerapu, kelimpahan ikan kerapu, interaksi penduduk sekitar tempat penelitian terhadap sumberdaya (ikan kerapu dan terumbu karang) dan parameter fisika-kimia perairan.
3.3.2 Data Sekunder
Data sekunder berupa data oseanografi meliputi pola arus dan musim, produksi ikan kerapu dan data lain yang relevan dengan penelitian bersumber dari hasil penelitian sebelumnya serta literatur yang bersumber dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Nusa Tenggara Timur, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kupang dan instansi terkait lainnya di lokasi penelitian.
3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Kondisi Terumbu Karang
Untuk mendapatkan kondisi terumbu karang yang sesuai dengan kriteria Gomez & Yap (1988), maka dilakukan pemantauan awal dengan menggunakan metode Manta Tow. Setelah stasiun dipastikan, maka kondisi terumbu karang diamati dengan metode transek garis menyinggung (Line Intercept Transect
Method) mengikuti English et al. (1997). Setiap lokasi diambil titik koordinatnya
menggunakan GPS.
Pengambilan data penutupan karang hidup dengan transek garis menyinggung adalah dengan membentangkan roll meter sepanjang 50 m. Transek garis sepanjang 50 m diletakkan sejajar dengan garis pantai (English et al. 1997), dengan 3 kali ulangan dalam pengambilan data yaitu 0 – 10 m, 20 – 30 m dan 40 - 50 m. Kedalaman berkisar antara 3 sampai dengan 10 meter sesuai dengan kontur dasar (modifikasi) . Hal ini juga dikarenakan pengambilan data lebih pada pendekatan kriteria persen tutupan karang sesuai dengan Gomez dan Yap (1988). Koloni karang yang terletak di bawah tali transek diukur mengikuti pola pertumbuhan koloni karang. Koloni karang yang telah diketahui jenisnya langsung dicatat. Kondisi dasar dan kehadiran karang lunak, karang mati lepas atau masive dan biota lainnya dicatat. Data diambil oleh satu orang penyelam (Gambar 3).
Gambar 3 Ilustrasi teknik pengumpulan data kondisi terumbu karang dengan menggunakan metode LIT.
Kategori persen penutupan karang hidup, karang mati dan substrat berdasarkan skema gambaran kategori persen penutupan karang pada Gambar 4. Penggolongan komponen dasar penyusun komunitas karang berdasarkan lifeform karang seperti disajikan dalam Tabel 3.
Gambar 4 Kategori persen tutupan karang (Dahl 1981 in English et al. 1997). Kategori 1 1 – 10% Kategori 2 11 – 30% Kategori 3 31 – 50% Kategori 4 51 – 75% Kategori 5 75 – 100%
Tabel 3 Daftar penggolongan komponen substrat bentik penyusun komunitas karang lifeform karang dan kodenya (English et al. 1997).
Kategori Kode Keterangan
Dead Coral DC Baru saja mati, warna putih atau putih kotor
Dead Coral with Alga
DCA
Karang ini masih berdiri, struktur skeletal masih terlihat
Acropora Branching
ACB Paling tidak 2
o
percabangan. Memiliki axial dan radial oralit.
Encrusting
ACE Biasanya merupakan dasar dari bentuk
acropora belum dewasa
Submassive ACS Tegak dengan bentuk seperti baji
Digitate ACD Bercabang tidak lebih dari 2
Tabulate
o
ACT Bentuk seperti meja datar
Non-Acropora Branching
CB Paling tidak 2
o
percabangan. Memiliki radial oralit.
Encrusting
CE Sebagian besar terikat pada substrat (mengerak) Paling tidak 2o percabangan
Foliose
CF Karang terikat pada satu atau lebih titik, seperti daun, atau berupa piring.
Massive CM Seperti batu besar atau gundukan
Submassive CS Berbentuk tiang kecil, kenop atau baji.
Mushroom CMR Soliter, karang hidup bebas dari genera
Heliopora CHL Karang biru
Millepora CML Karang api
Tubipora CTU Bentuk seperti pipa-pipa kecil
Sof Coral SC Karang bertubuh lunak
Sponge SP Bertubuh lunak, terlihat dalam berbagai
bentuk seperti tabung, vas, pipih, membulat.
Zoanthids ZO Seperti anemone tetapi lebih kecil, biasanya
hidup sendiri/koloni seperti hewan kecil menempel pada substratum seperti platythoa
Others OT Ascidians, anemon, gorgonian, dan lain-lain
Alga Alga assemblage AA Lebih kecil dari satu spesies yang agak sulit diperuntukkan
Coralline alga CA Dinding tubuh mengandung kapur
Halimeda HA Alga dari genus Halimeda
Macroalga MA Berbagai jenis alga, alga coklat, hijau, merah
Turf alga TA Alga halus berspiral lebat
Abiotik Sand S Pasir
Rubble R Patahan karang yang ukurannya kecil
Silt SI Pasir berlumpur
Water W Air
Rock RCK Batu
3.4.2 Kondisi Ikan Kerapu
Untuk mengetahui, ukuran (kecil, sedang dan panjang), kebiasaan hidup dan kelimpahan ikan kerapu metode yang digunakan adalah metode sensus visual ikan karang (coral reef fish visual census) yang dikemukakan oleh English et al. (1997). Pemasangan garis transek ikan karang (50 m) di lokasi yang sama dengan
LIT. Tujuannya agar data ikan karang yang diperoleh dapat juga mendeskripsikan secara rinci daerah terumbu karang yang sedang diteliti. Kelimpahan ikan tiap spesies dihitung dalam batasan jarak 2,5 m ke kiri dan 2,5 meter ke kanan.
Pembatasan jarak pandang berkaitan dengan kemampuan dan keterbatasan mata dalam mengidentifikasi ikan karang. Kegiatan sensus dimulai setelah periode normal (tenang) kurang lebih 15 menit setelah transek dipasang. Pengamatan dilakukan pada rentang waktu pukul 9 pagi sampai dengan pukul 4 sore pada kedalaman 3-10 meter. Semua jenis ikan kerapu yang ada dicatat pada kertas atau lembaran data yang sudah disediakan. Selain itu, penggunaan foto bawah air juga digunakan untuk mempermudah dan menkonfirmasi identifikasi spesies.
Gambar 5 Ilustrasi teknik pengumpulan data ikan dengan metode sensus visual.
3.4.3 Interaksi Masyarakat Sekitar Lokasi Penelitian Terhadap
Sumberdaya (Ikan Kerapu dan Terumbu Karang)
Pengambilan data interaksi masyarakat sekitar lokasi penelitian dengan cara wawancara langsung dengan nelayan dan para pemangku kepentingan, dan pengambilan data sekunder dengan cara studi literatur penelitian yang berhubungan dengan pengelolaan sumberdaya ikan kerapu maupun sumberdaya terumbu karang di Pesisir Selatan Teluk Kupang dan Sekitarnya, Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
3.4.4 Parameter Lingkungan
Pengambilan data parameter lingkungan dilakukan secara insitu di lokasi penelitian. Metode/alat yang digunakan untuk mendapatkan data parameter lingkungan selengkapnya disajikan pada Tabel 4.
0 m 50 m
2.5 m 2.5 m
Tabel 4 Metode dan peralatan untuk pengambilan data parameter perairan
Parameter Unit Alat Keterangan
Kecerahan % Secchi disc in situ
Suhu oC Thermometer in situ
Salinitas Ppt Refraktometer in situ
Kecepatan Arus m/dt Floating drough in situ
Kekeruhan NTU Turbidimeter Lab
pH - pH meter Lab
3.5 Analisa Data
3.5.1 Terumbu Karang
1. Persentase Penutupan Karang
Persentase penutupan karang hidup dihitung menurut persamaan yang dikemukakan dalam English et al. (1997) :
Keterangan : P = Persentase penutupan karang hidup (%)
A = Panjang total komponen karang hidup (cm) B = Panjang total transek garis (cm)
Gomes dan Yap (1988) mengkategorikan kriteria persentase tutupan karang hidup sebagai berikut :
1. Kondisi sangat baik, persentase tutupan karang hidup : 75–100% 2. Kondisi baik, persentase tutupan karang hidup : 50–74,9 % 3. Kondisi cukup, persentase tutupan karang hidup : 25–49,9 % 4. Kondisi rusak, persentase tutupan karang hidup : 0–24,9 %.
2. Indeks Mortalitas
Penilaian suatu kondisi atau kesehatan dari ekosistem terumbu karang tidak hanya berpatokan pada persentase penutupan karang, karena bisa saja terjadi dua daerah memiliki persentase penutupan karang hidupnya sama namun mempunyai tingkat kerusakan yang berbeda. Tingkat kerusakan ini terkait dengan besarnya perubahan karang hidup menjadi karang mati. Rasio kematian karang dapat diketahui melalui indeks kematian karang melalui perhitungan (English et al. 1997): % 100 x B A P =
Nilai indeks mortalitas/indeks kematian (IM) yang mendekati nol menunjukan bahwa tidak ada perubahan yang berarti bagi karang hidup. Sedangkan nilai yang mendekati satu menunjukkan bahwa terjadi perubahan yang berarti dari karang hidup menjadi karang mati.
3.5.2 Ikan Karang dan Kerapu
1. Kelimpahan
Kelimpahan ikan hasil sensus visual dihitung dengan rumus :
2. Keanekaragaman
Indeks keanekaragaman Shannon (Shannon diversity index = H’) didasarkan pada kelimpahan proporsional dari spesies dengan asumsi individu tercacah secara acak dari sebuah komunitas yang besar tak teratas (Magurran 1988). Indeks keanekaragaman Shanon digunakan untuk mengukur keanekargaman jenis ikan kerapu di masing-masing stasiun penelitian:
Pi = ; i = 1,2,3….s Keterangan :
H’ = Indeks keanekaragaman Shannon s = Jumlah spesies ikan kerapu
Pi = proporsi kelimpahan individu dari satu individu ke-i ni = jumlah individu tiap jenis
N = jumlah total individu untuk semua spesies
hidup) karang mati (karang Penutupan % mati karang Penutupan % + = IM
3.5.3 Hubungan Ikan Kerapu terhadap Habitat Terumbu Karang
1. Analisis kelompok (Cluster Analysis)
Analisis digunakan untuk melihat kecenderungan pengelompokan stasiun pengamatan berdasarkan variabel habitat bentik dan variabel populasi ikan kerapu, serta untuk melihat ada tidaknya keterkaitan antara kondisi habitat dan kondisi populasi ikan kerapu di lokasi penelitian. Analisis dilakukan dengan menggunakan indeks Bray-Curtis untuk menentukan pola pengelompokan habitat. Data parameter biologi yang digunakan untuk pengelompokan habitat ini adalah persentase penutukan karang hidup yang diperoleh dari masing-masing stasiun pengamatan (Legendre & Legendre 1983).
Dimana : D = Indeks Bray-Curtis Yi1
Y
= nilai data parameter ke-i pada stasiun ke-1
i2
n = jumlah parameter yang dibandingkan = nilai data parameter ke-i pada stasiun ke-2
Pengolahan data untuk analisis kelompok dengan menggunakan paket program XLStat 2010.
2. Analisis korelasi
Koefisien korelasi Pearson atau koefisien korelasi contoh digunakan untuk melihat keeratan hubungan antara variabel kelimpahan ikan kerapu dengan variabel habitat (persentase tutupan karang).