• Tidak ada hasil yang ditemukan

Modifikasi Perilaku Remaja dengan Pendekatan Belajar-melalui-Pengamatan dan Pengendalian Diri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Modifikasi Perilaku Remaja dengan Pendekatan Belajar-melalui-Pengamatan dan Pengendalian Diri"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Modifikasi

Perilaku Remaja

dengan Pendekatan

Belajar-melalui-Pengamatan

dan Pengendalian Diri

Abdul Hadis

Abstract. Globalization era,characterized by a rapid growthin com-munication of information and transportation network all over the world, brings positive and negative effects. Those effects can be received by our adolescents or teenagers through sophisticated in-formation media, either electronical media or printed media, and sophisticated transportationnetworkas a consequence of the current growth of knowledge,technology,and arts. The adolescentshave to .be able to make their adjustments and decisions properly. To do that, they can be prepared in applying the Observational Learning Modeling and Self Control Approach.

Kata-kata kunci: perilaku remaja, era globalisasi, belajar-m elalui-pengamatan, pengendalian diri.

Dalam era globalisasi kemajuan informasi dan transportasi sangat pesat. Itu merupakan konsekuensi logis dari kemajuan dan penguasaanilmu danteknologi. Kemajuan dan penguasaan iptekmenyebabkan manusia dapat memenuhi semua kebutuhannya secara mudah dalamwaktu singkat.Kemudahan itudapatdirasakan jika manusia mampu mengantisipasi danberadaptasi dengan kemajuan tersebut secara bijaksana dan penuh pikiran rasional yang dilandasi oleh nilai-nilai religius.

Manusia yang hidup dalamalam modern bukan berartibebas dari masalah. Mereka justru lebih diselimuti oleh masalah yang tak kunjung padam dengan fenomena ketidaktentuan (Makagiansar, 1990).Fenomena ketidaktentuan tersebut Abdul Hadis adalah dosen Jurusan Pendidikan LuarBiasa FIP IKIP Ujung Pandang

(2)

66 Jurnal IlmuPendidikan,Mei1997,Jilid4,Nomor 2

dilatarbelakangi oleh tingkat dan ruanglingkup kebutuhan manusia dalam masy

a-rakat informasi yang lebih luas dan lebih tinggi daripada kebutuhan manusia pada daerah yang kurang mengalami modernisasi. Selain itu, fenomena ket

i-daktentuan juga timbul karena adanya silang budaya yang mengglobal antara

masyarakat negara yang satu dengan masyarakat negara lainnya.

Sebagai ilustrasi sederhana, tingkat danlingkup kepelikan masalah kebu -tuhan dan fenomena ketidaktentuan yang dialami oleh masyarakat kota besar jauh lebihtinggi dan luas (kompleks)daripadamasyarakat desa.Hal inilahyang menyebabkan suhu ekonomi dan persaingan hidup di kota besar meningkat. Keadaan tersebut merangsang manusia untuk melakukan segala cara untuk

memenuhi kebutuhannya tanpa mengindahkan norma dan nilaiyang berlaku di

masyarakat. Tidaklah mengherankan jika masyarakat industri dan informasi di

kota-kota besar banyak melakukan aktivitas yang tidak normal seperti menjual

harga diri, merampok disertai dengan pemerkosaan,danpembunuhanyang sadis. Dengan kata lain, kuantitas kelainan psikologis dan perilaku patologis lebih banyak diderita oleh masyarakat kota daripada masyarakat desa.

Kelainan psikologis dan perilaku patologis yang dialami oleh masyarakat kota sebagai masyarakat industri yang penuh modernitas disebabkan karena masyarakat industrimemaksakan diri memenuhi kebutuhannya akibat persaingan

hidup yang tidak sehat. Ketidakmampuan sebagian masyarakat industri untuk memenuhi tuntutan lingkungan kota yang penuh dengan modernitas perlu di

-antisipasi untuk mengarahkan mereka ke jalan yang benar dan sehat.

Salah satu pendekatan yang dapat ditempuh oleh para psikolog, mereka yang berkecimpung dalam dunia bimbingan dan konseling, dan pihak otoritas lain yang berwenang untuk memperbaiki kondisipsikologis dan perilaku m

asya-rakat industri (khususnya perilaku remajanya) yang mengalami gangguan atau kelainan psikologis dan perilaku ialah dengan mengadakan terapi psikologis

dan modifikasi perilaku dengan pendekatan modelbelajar-melalui-pengamatan

(observational learning modeling) dan pengendalian diri (self control).

PENGERTIAN MODlFIKASI PERILAKU

Secara terminologi, modifikasi perilakuberasal dari bahasa Inggris, yaitu

behavior modification. Yapsir (1993)mengemukakan bahwa modifikasi perilaku

ialah suatu metode untuk mengubahperilaku manusiadengan cara menerapkan

teknik conditioning.

Lebih lanjut Soekadji (1983:1) mengemukakan pengertian modifikasi pe-rilaku sebagai hampir segala tindakan yang bertujuan mengubah perilaku.

(3)

Abdul Hadis, Modifikasi Perilaku Remaja 67

Sebenamya definisi istilah modifikasi perilaku yang tepat ialah usaha menerapkan prinsi-prinsip proses belajar ataupun prinsip-prinsip psikologis hasil eksperimen

lain pada perilaku manusia (Bootzin dalam Soekadji, 1983). Definisi yang telah dikemukakan di atas merupakan definisi yang lebihlonggar daripada definisi

yang diberikan oleh behavioris. Mereka mendefinisikan modifikasi perilaku

sebagai penggunaan secara sistematis teknik conditioning pada manusia untuk

menghasilkan perubahan frekuensi perilaku sosial tertentu atau tindakan m

e-ngontrol lingkungan perilaku tersebut (Powers dan Osbom,. dalam Soekadji, 1983).

Dengan merujuk kepada beberapa definisi di atas, dapat dinyatakan bahwa

modifikasi perilaku adalah suatu kegiatan yang sengaja dilakukan untuk menerap -kan prinsip-prinsip proses belajar dan prosedur psikologis dengan tujuan untuk

memodifikasi perilaku individu atau klien yang tidak normal agar kembali menjadi normal seperti semula.

,

DASAR PIKIRAN MODIFlKASI PERILAKU

Modifikasi perilaku menganut anggapan bahwa sebagian perilaku 1$

adap-tif atau gejala-gejala kelainan sampai tingkat tertentu merupakan hasil proses

belajar. Tidak lagi menjadi perdebatan bahwa perilaku seseorang berasal dari

dasar (pembawaan) dan proses belajar (yang diperoleh dari lingkungan). Modi -fikasi perilaku memanfaatkan penelitian-penelitian yang cermat tentang cara-cara

lingkungan mempengaruhi perilaku manusia, terutama penelitian yang menggu -nakan prinsip-prinsip proses belajar yang telah diuji. Dengan menggunakan

prinsip-prinsip ini pula perilaku tak adaptif diusahakan diubah. Cara-cara

pengu-bahan disesuaikan dengan perilaku sasaran, situasi dan kondisi, serta interaksi

klien dengan lingkungan (Soekadji, 1983).

Pada mulanya modifikasi perilaku mendasarkan seluruh praktiknya pada

penelitian-penelitian proses belajar yang dilakukan di laboratorium. Pen

elitian-penelitian itu kebanyakan menggunakan subjek binatang, yang kemudian

bina-tang itu tidak dipakai lagi setelah dikenai perlakuan. Hasil penelitian menunj

uk-kan bahwa tanpa mengetahui asal-usulnya, perilaku subjek dapat diubah. K

esim-pulan ini kemudian diterapkan pada manusia. Sebagian besar manusia pertama

yang dikenai percobaan ialah anak-anak lemah mental dan anak-anak yang

mengalami kelainan kepribadian, misalnya anak autistik. Percobaan itu temyata

berhasil baik sehingga pendekatan simptomatis ini dipertahankan (Soekadji, 1983).

(4)

68 Jurnal Ilmu Pendidikan. Mei 1997,Jilid 4. Nomor 2

Dibandingkan dengan perlakuan berdasar psikologi dinamika, ada beberapa keunggulan yang dapat ditonjolkan oleh modifikasi perilaku. Pertama, la ngkah-langkah dalam memodifikasi perilaku dapat direncanakan terlebih dahulu. Ren-cana ini dapat dibicarakan dan dimintakan persetujuan kepada klien atau pasien agar dia kooperatif. Kedua, rincian pelaksanaan dapat diubah selama perlakuan atau terapi berlangsung, dan hal ini disesuaikan dengan kebutuhan. Ketiga, apabila dari hasilmonitoring temyata suatu teknik gagal menimbulkan perubahan, hal ini dapat dideteksi dandigantikan oleh teknik lain. Keempat, teknik-tekniknya dapat diterangkan dan diatur secara rasional. Hasil perlakuan dapat dirarnalkan dan dievaluasi secara objektif. Kelima, waktu yang dipergunakan untuk melak -sanakan perubahan lebih singkat daripada yang terjadi padainsight yang diperoleh subjek (Soekadji, 1983).

PENDEKATAN MODEL BELAJAR-DENGAN-PENGAMATAN

Menurut Yapsir (1993), pengertian observational learning ialah belajar melalui observasi. Itu terjadi apabila individu mengarnati perilaku seseorang, tetapi tidak tampak ataupun secara langsung menerima akibatnya. Orang yang melakukan sesuatu dan menjadi sasaran pengamatan biasa disebut model. Jadi observational learning mode ling dapat diartikan sebagai suatu proses belajar yang terjadi pada individu melalui kegiatan pengamatan sehingga individu dapat meniru apa yang diamati.

Dalarn kehidupan sehari-hari banyak kegiatan peniruan yang dilakukan oleh pihak remaja melalui kegiatan observasi suatu model, baik melalui tayang an-tayangan media elektronik seperti video, televisi, dan sejenisnya maupun media massa dalam bentuk media cetak, yaitu majalah, surat kabar, dan sejenisnya. Peniruan suatu model oleh kaum remaja terjadi melalui proses belajar dengan pengamatan terhadap segala yang dilihat melalui media elektronik dan media cetak.

Beberapa contoh konkret penerapan pendekatan observational learning

modeling dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat misalnya adalah: peniruan model pakaian seksi dari wanita barat oleh remaja wanita kita; remaja wanita menjadi media hiburan ditempat-tempat tertentu, di hotel, bar, restoran, diskotik, lokalisasi WTS, dan tempat lainnya; remaja meniru model pergaulan bebas muda-mudi; dan remaja meniru kebiasaan dan perilaku merokok orang tuanya. Semua contoh itu diperoleh melalui proses belajar dengan observational/earning

(5)

Abdul Hadis, Modifikasi Perilaku Remaja 69

Proses belajar remaja wanita yang menerapkan observational learning

mode ling yang bersifat negatifakanmerusaksikap,moral, dan perilaku remaja. Sebagai ilustrasi, remaja wanita yang meniru eara berpakaian seksi bahkan

paling seksi dari remaja wanita barat yang ditiru melalui tayangan di media

elektronik dan media eetak akan dapat merangsang nafsu birahi kaum remaja

pria, yang dapat melahirkan gejala remaja kumpul kebo, melahirkan di luar

nikah, dan pemerkosaan terhadap kaum remaja wanita.

Contoh seperti itu perlu diantisipasi dan diberikan tindakan modifikasi perilaku oleh orang yang berwenang. Jika hal ini tidak diantisipasi olehberbagai pihak, maka dapat berakibat lebih fatal lagi, yaitu dapat menurunkan kualitas sumber daya manusia, khususnya dilihat dari segi kualitas iman, moral, sikap, dan perilaku remaja.

Contoh lain dari penerapan pendekatan observational learning modeling

yang negatif yaitu sebagian dari remaja wanita dalam era globalisasi dewasa

ini menjadi media hiburan atau promosi untuk maksud yang tidak etis. Misalnya,

di kota-kota besar, sebagian wanita menjadi media hiburan dan promosi bagi

suatu penginapan,hotel atau pemsahaan. Hal seperti ini bukanlah masalah yang dianggap tabu lagi,bahkan mempakan bagian integral dari bisnis bagi sebagian orang dengan status sosial ekonomi kelas atas.

Sebagian remaja wanita rela menjadi media hiburan dan promosi bagi

pengusaha hotel dan pengurus perusahaan. Hal ini dilatarbelakangi oleh adanya

pengetahuan remaja wanita yang diperoleh melalui film porno tentang pola

hidup orang barat. Sebagian wanita tidak dapat memperoleh pekerjaan akibat

tingkat pendidikan yang rendah dantidak memiliki keterampilan tertentu sehingga

mereka mengambil jalan pintas untuk teriun ke dunia prostitusi baik yang

bersifat terorganisasi, misalnya dihotel dan lokalisasi, maupun ditempat yang tidak terorganisasi dengan sistem wanita panggilan dan sejenisnya.Selain menjadi

wanita panggilan dan menjadi wanita penghibur dan promosi di hotel dan

.perusahaan, akibat lain yang ditimbulkan oleh film porno adalah banyaknya gadisyang menjadi korban karenaadanya keinginan untuk meniru dengan eara mempraktikkan apa yang telah dilihatnya di film porno.

Di sisi lain, para remaja pria di kota besar yang selalu menonton film

porno memiliki keeenderungan untuk meniru dengan eara mempraktikkan ade

-gan-adegan film porno tersebut di tempat prostitusi. Yang paling parah adalah

adanya keeenderungan remaja pria merayu teman sekelasnya untuk berbuat

(6)

70 Jurnal Ilmu Pendidikan, Mei 1997.Jilid 4. Nomor 2

Sebagian besar peristiwa pemerkosaan menyebabkan harga diri gadis hilang. Efek .yang timbul ialah munculnya suatu sikap frustrasi bagi si gadis yang ditandai dengan sikap membenci kaum pria dan menganggap hidup di dunia tidak memiliki artibaginya. Kondisi psikologis seperti ini menyebabkan timbul kelainan perilaku sehingga perlu diberi kegiatan modifikasi perilakti agar para gadisyang menjadi korban dapat kembali ke jalan yang benar.

Para gadis korban perkosaanataupengkhianatan yang telah diberi kegiatan modifikasiperilaku dan memperlihatkan suatu titik kemajuan,dalam artimenya -dari akan kekhilafan dan dosayang telah diperbuat dan mulai kembali kejalan yang benar, perlu diberi penguatan positif agar perilaku positif yang telah terbentuk kembali dapat lebihpennanen. Kazdin (1980:28) mengemukakanba

h-wapositive reinforcement refers to an increase in thefrequency of a response

which is followed by a favorable event (positive reinforcer).

Contoh lain dari penerapan pendekatan observational learning modeling yang bersifat negatif ialah pergaulan remaja dewasa ini yang cenderung bebas serta kebiasaan merokok para remaja pria yang cenderung meningkat akibat proses belajar melalui pengarnatanterhadap kebiasaan merokok orang tua dan terhadap apayang ditonton di film yangmenampilkan isi cerita tentang keenakan dan "gengsi" bagi perokok di dunia barat.

Sebagian remaja melakukan pergaulan bebas karena hasil proses belajar dengan observational learning mode/ing yang ditiru melalui tayangan film dan bacaan (khususnya tayangan filmdanbacaantentang pergaulan mudamudi dari manca negara). Selain itu, sikap pennisif orang tua remaja semakin muncul sehingga memberikan anginsegar bagi muda-mudi melakukanpergaulanbebas.

Karena itu bukan hal yang aneh lagi jika dalam era globalisasi ini sering ditemukan muda-mudiyang melakukankegiatan peluk cium dan hubunganintim

di tempat-tempat terbuka, yaitudi taman-taman tempat rekreasi,kebunbinatang, taman pantai, dan tempat-tempat rekreasidanhiburan lainnya. Semua fenomena kehidupan itumerupakan hasildariproses belajar observational learning mod -eling.

Untukmemodifikasi contohfenomena perilaku remajayang salah sebagai hasil proses belajar denganobservational learning mode ling yang menyimpang,

maka usaha yang dapat ditempuh ialah dengan menanamkan kebiasaan kepada remaja untuk selalu menerapkan proses belajar dengan pendekatanobservational

learning mode ling secara positif. Remaja hams dapat melakukan pengendalian

diri (self control) terhadap suatu modelperilakuyang dipelajari melalui proses pengamatan. Pengendalian diriyang dimaksud ialah dengan cara mencegah diri

(7)

Abdul Haws, Modifikasi Perilaku Remaja 71

untuk melihat dan meniru model perilaku negatifyang ada pada mediaelektronik

dan media cetak.

Karena itu sangat diharapkan kepada semua pihak, khususnya orang tua, pendidik, konselor, dan masyarakat agar selalu menunjukkan model perilaku

yang positif kepada kaum remaja dan selalu mewaspadai tayangan media

elek-tronik dan tulisan atau gambar di media cetak yang dapat merusak sikap dan perilaku kaum remaja.Selain itu,kendalidari pihak orang tua,pendidik,konselor,

danmasyarakat sangat menentukanproses pembentukan sikap dan perilakuyang

positif pada diri remaja.

PENGENDALIAN DIRI

Yapsir (1993) memberikan pengertianpengendalian diri (self control) seba-gaisuatu teknik memodifikasi perilakuyang dapat dipakai sendiri. Dari

penger-tian ini dapat ditafsirkan bahwa self control pada prinsipnya ialah suatu cara

yang dilakukari individu untuk memodifikasi perilakunya sendiridengan berusaha untuk mengontrol diri terhadap perilaku yang hendak dimodifikasi.

Untuk memodifikasi kebiasaan merokokdi kalangan remaja,langkah

per-tamayang perlu dilakukan ialah menyadarkan pihak orang tua untuk menghen -tikan kebiasaan merokok dengan cara mengendalika diri sendiri (self control). Pengendalian diri orang tua remajaterhadapkebiasaan merokok dapat dilakukan

dengan berusaha tidak melihat benda-benda yang dapat merangsang keinginan

merokok seperti korek api, asbak, dan rokok itu sendiri (Yapsir, 1993). Jika orang tua dapat mengendalikan diri dengan tidak merokok lagi, maka langkah selanjutnya ialah memodifikasi perilaku anaknya untuk berhenti merokokseeara

bertahap.Apabila halitu tidak dihiraukan,maka orang tua memberikan hukuman

kepada anaknya untuk memodifikasikebiasaan dan perilaku merokokanakyang

dapat mengurangi timbulnya respon yang tidak dikehendaki. Goodwing dan

Coates (1976:79) mengemukakan bahwa punishment reduces the frequency of the behavior itfollows.

Untuk mengendalikan diri terhadap kebiasaan main judi dapat dilakukan

dengan eara menggunakan salahsatuteknikdari pengendalian diri, yaitu teknik kendali stimulus (Yapsir, 1993) yang dilakukan dengan cara mengendalikan stimulus yang memungkinkan timbulnya perilaku yang hendak dimodifikasi, Sebagai contoh,jika remajainginmengubahkebiasaan atau perilakuyang sering main judi, maka remaja itu hendaknya berusaha tidak lagi berteman dengan pemain judi, tidak mendatangi tempat peljudian, dan melakukan kegiatan yang konstruktif sebagai pengganti mainjudi.

(8)

72 Jurnal J1muPendidikan, Mei 1997, Jilid 4, Nomor 2

Pengendalian diri bagi siswa merupakan salah satu keterampilan yang

dapat dipelajari melalui identifikasi pengertiantujuan,penggunaan.model-model,

danpembagian tanggungjawabgurudansiswa (Goodwing dan Coates,1976:162).

Salah satu contoh pengendalian diri siswa terhadap kemalasan belajar bahasa Inggris ialah dengan berusaha mengetahui danmemaharni tujuan pembelajaran

bahasa Inggris dan menggunakan model-model belajar yang merangsanguntuk

mengetahui bahasa Inggris dengan cara mempelajari bahasa Inggris dengan

menggunakankaset dan kertaskecil yangberfungsi sebagai kamusyang dipasang di dinding.

Untuk memodifikasi perilaku remaja berupa kebiasaan suka memasuki tempat-tempat maksiat (prostitusi) dapat digunakan teknik pengendalian diri yaitu prosedurpengubahan berdasarkanimaji(imagery based procedures) (Yap-sir, 1993). Teknik ini memerlukan pembayangan sesuatu dalam pikiranindividu. Salah satu prosedur dari teknikini ialahsensitisasi tertutup(covert sensitizationy.

Teknik ini membantu klien mernbayangkan dirinya melakukan aktivitas yang

tidak dikehendaki, misalnya klien membayangkan bersetubuh dengan pelacur yangmenderita penyakit Aidsyang sangatmenjijikkanyang menyebabkanklien

membayangkan dirinya menderita penyakit yang paling mengerikan dan

men-jijikkan, yaitu penyakit Aids. Bayangan tersebut dapat menyebabkan mual dan ngeri padaklien sehingga akhimya klienmenolak aktivitas melacuryang semula sangat disukainya. Penolakan tersebut merupakan suatu indikasi bahwa klien berusaha untuk memodifikasi perilakunya yang tidak positif menjadi perilaku yang positif.

~LlKASIPENDEKATAN

Implikasiobservational learning modeling danself control dalam memodi-fikasi perilaku dapat dilihat dalamdua segi,yaitu implikasiyang bersifat positif dan negatif. Implikasi yang bersifat negatif dari model belajar-melalui-penga-matan ialahbahwaindividu meniru modelyang negatif melaluiproses observasi

terhadap tayangan-tayangan film dan sejenisnya yang negatif melalui media

elektronik dan media cetak. Sebaliknya, jika tayangan film dan sejenisnya

mengandung nilai positif, maka individu menilai hal yang positif tersebutjuga melalui proses observasi.

Jika individu dapat melakukan pengendalian diri atau self control, maka terjadi modifikasi perilaku yang negatif menjadi perilaku positif. Sebaliknya jikaindividu tidak mampu mengendalikandiri,maka sulit baginya untuk memodi-fikasi perilaku yang negatif menjadi perilaku yang positif. Tentu saja semua

(9)

Abdul Hadis, Modtfikast Perilaku Remaja 73

proses dan produk modifikasi perilaku diarahkan oleh pihak yang berwenang

atau orang yang memiliki otoritas seperti psikolog, konselor, pendidik, ulama,

dan orang tua. '

KESIMPULAN

Untuk memodifikasi perilaku rernaja yang negatif dalam era globalisasi, penerapan pendekatan belajar-melalui-pengamatan (observational learning mod-eling) dan pengendalian diri (self control) secara positif sangat diperlukan. Karena itu semua pihak yang berwenang dan pemegang otoritas diharapkan terus mewaspadai berbagai macam tayangan film atau gambar pomo dan seje nis-nya melalui media cetak dan elektronik yang dapat merusak sikap dan perilaku

remaja sebagai hasil dari proses belajar.

DAFTAR RUJUKAN

Goodwing, D.L. dan Coates, TJ. 1976. Helping Students Help Themselves.

New York: Prentice-Hall Ine.

Kazdin, A.E. 1980, Behavior Modification inApplied Setting. Homewood: The Dorsey Press.

Makagiansar, M. 1990. Dimensi dan Tantangan Pendidikan dalam Era Globali -sasi. Mimbar Pendidikan, Edisi 1990.

Soekadji, S. 1993. Modifikasi Perilaku, Penerapan Sehari-hari dan Penerapan Profesional. Yogyakarta: Liberty.

Yapsir, G.W. 1993. Materi Perkuliahan Mata Kuliah Analisis Pengubahan Perilaku PSSJ BKS. Malang: PPS IKIP MALANG.

Referensi

Dokumen terkait

1) Kandungan logam Cr tidak terdeteksi pada air permukaan di stasiun 1 yaitu di Sungai Cimanuk Desa Leuwigoong dan stasiun 2 di Sungai Ciwalen Desa Sukaregang, sedangkan

Lampiran 1 Pendapatan Angkutan Kereta Api Penumpang Lampiran 2 Pendapatan Angkutan Kereta Api Barang Lampiran 3 Pendapatan Pendukung Angkutan Kereta Api Lampiran 4

Penelitian ini tidak menggunakan tes awal ( pretest ) tetapi hanya menggunakan tes akhir ( posttest ) karena peneliti hanya ingin melihat uji perbedaan antara

Dari Uraian di atas jelas bahwa penangkapan terhadap kapal-kapal asing yang memasuki wilayah ZEEI merupakan penegakan hukum yang telah sesuai dengan undang- undang Indonesia

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fungsi, pengelolaan, dan frekuensi kehadiran siswa keperpustakaan serta apa usaha yang dilakukan oleh pengelola perpustakaan agar

Hasil simulasi menunjukkan bahwa penempatan sumber dengan kondisi kolimator tertutup sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 5 memberikan dosis gamma dipermukaan kolimator

Untuk pem anfaatan tenaga kerja untuk usahatani padi sawah di lokasi penelitian belum efisien (nilai NPMXi/ PX > 1). Ketersediaan air, lahan dan tenaga kerja di lokasi

Dari gambar di atas menunjukkan bahwa manajemen adalah Suatu keadaan terdiri dari proses yang ditunjukkan oleh garis (line) mengarah kepada