Modifikasi
Perilaku Remaja
dengan Pendekatan
Belajar-melalui-Pengamatan
dan Pengendalian Diri
Abdul Hadis
Abstract. Globalization era,characterized by a rapid growthin com-munication of information and transportation network all over the world, brings positive and negative effects. Those effects can be received by our adolescents or teenagers through sophisticated in-formation media, either electronical media or printed media, and sophisticated transportationnetworkas a consequence of the current growth of knowledge,technology,and arts. The adolescentshave to .be able to make their adjustments and decisions properly. To do that, they can be prepared in applying the Observational Learning Modeling and Self Control Approach.
Kata-kata kunci: perilaku remaja, era globalisasi, belajar-m elalui-pengamatan, pengendalian diri.
Dalam era globalisasi kemajuan informasi dan transportasi sangat pesat. Itu merupakan konsekuensi logis dari kemajuan dan penguasaanilmu danteknologi. Kemajuan dan penguasaan iptekmenyebabkan manusia dapat memenuhi semua kebutuhannya secara mudah dalamwaktu singkat.Kemudahan itudapatdirasakan jika manusia mampu mengantisipasi danberadaptasi dengan kemajuan tersebut secara bijaksana dan penuh pikiran rasional yang dilandasi oleh nilai-nilai religius.
Manusia yang hidup dalamalam modern bukan berartibebas dari masalah. Mereka justru lebih diselimuti oleh masalah yang tak kunjung padam dengan fenomena ketidaktentuan (Makagiansar, 1990).Fenomena ketidaktentuan tersebut Abdul Hadis adalah dosen Jurusan Pendidikan LuarBiasa FIP IKIP Ujung Pandang
66 Jurnal IlmuPendidikan,Mei1997,Jilid4,Nomor 2
dilatarbelakangi oleh tingkat dan ruanglingkup kebutuhan manusia dalam masy
a-rakat informasi yang lebih luas dan lebih tinggi daripada kebutuhan manusia pada daerah yang kurang mengalami modernisasi. Selain itu, fenomena ket
i-daktentuan juga timbul karena adanya silang budaya yang mengglobal antara
masyarakat negara yang satu dengan masyarakat negara lainnya.
Sebagai ilustrasi sederhana, tingkat danlingkup kepelikan masalah kebu -tuhan dan fenomena ketidaktentuan yang dialami oleh masyarakat kota besar jauh lebihtinggi dan luas (kompleks)daripadamasyarakat desa.Hal inilahyang menyebabkan suhu ekonomi dan persaingan hidup di kota besar meningkat. Keadaan tersebut merangsang manusia untuk melakukan segala cara untuk
memenuhi kebutuhannya tanpa mengindahkan norma dan nilaiyang berlaku di
masyarakat. Tidaklah mengherankan jika masyarakat industri dan informasi di
kota-kota besar banyak melakukan aktivitas yang tidak normal seperti menjual
harga diri, merampok disertai dengan pemerkosaan,danpembunuhanyang sadis. Dengan kata lain, kuantitas kelainan psikologis dan perilaku patologis lebih banyak diderita oleh masyarakat kota daripada masyarakat desa.
Kelainan psikologis dan perilaku patologis yang dialami oleh masyarakat kota sebagai masyarakat industri yang penuh modernitas disebabkan karena masyarakat industrimemaksakan diri memenuhi kebutuhannya akibat persaingan
hidup yang tidak sehat. Ketidakmampuan sebagian masyarakat industri untuk memenuhi tuntutan lingkungan kota yang penuh dengan modernitas perlu di
-antisipasi untuk mengarahkan mereka ke jalan yang benar dan sehat.
Salah satu pendekatan yang dapat ditempuh oleh para psikolog, mereka yang berkecimpung dalam dunia bimbingan dan konseling, dan pihak otoritas lain yang berwenang untuk memperbaiki kondisipsikologis dan perilaku m
asya-rakat industri (khususnya perilaku remajanya) yang mengalami gangguan atau kelainan psikologis dan perilaku ialah dengan mengadakan terapi psikologis
dan modifikasi perilaku dengan pendekatan modelbelajar-melalui-pengamatan
(observational learning modeling) dan pengendalian diri (self control).
PENGERTIAN MODlFIKASI PERILAKU
Secara terminologi, modifikasi perilakuberasal dari bahasa Inggris, yaitu
behavior modification. Yapsir (1993)mengemukakan bahwa modifikasi perilaku
ialah suatu metode untuk mengubahperilaku manusiadengan cara menerapkan
teknik conditioning.
Lebih lanjut Soekadji (1983:1) mengemukakan pengertian modifikasi pe-rilaku sebagai hampir segala tindakan yang bertujuan mengubah perilaku.
Abdul Hadis, Modifikasi Perilaku Remaja 67
Sebenamya definisi istilah modifikasi perilaku yang tepat ialah usaha menerapkan prinsi-prinsip proses belajar ataupun prinsip-prinsip psikologis hasil eksperimen
lain pada perilaku manusia (Bootzin dalam Soekadji, 1983). Definisi yang telah dikemukakan di atas merupakan definisi yang lebihlonggar daripada definisi
yang diberikan oleh behavioris. Mereka mendefinisikan modifikasi perilaku
sebagai penggunaan secara sistematis teknik conditioning pada manusia untuk
menghasilkan perubahan frekuensi perilaku sosial tertentu atau tindakan m
e-ngontrol lingkungan perilaku tersebut (Powers dan Osbom,. dalam Soekadji, 1983).
Dengan merujuk kepada beberapa definisi di atas, dapat dinyatakan bahwa
modifikasi perilaku adalah suatu kegiatan yang sengaja dilakukan untuk menerap -kan prinsip-prinsip proses belajar dan prosedur psikologis dengan tujuan untuk
memodifikasi perilaku individu atau klien yang tidak normal agar kembali menjadi normal seperti semula.
,
DASAR PIKIRAN MODIFlKASI PERILAKU
Modifikasi perilaku menganut anggapan bahwa sebagian perilaku 1$
adap-tif atau gejala-gejala kelainan sampai tingkat tertentu merupakan hasil proses
belajar. Tidak lagi menjadi perdebatan bahwa perilaku seseorang berasal dari
dasar (pembawaan) dan proses belajar (yang diperoleh dari lingkungan). Modi -fikasi perilaku memanfaatkan penelitian-penelitian yang cermat tentang cara-cara
lingkungan mempengaruhi perilaku manusia, terutama penelitian yang menggu -nakan prinsip-prinsip proses belajar yang telah diuji. Dengan menggunakan
prinsip-prinsip ini pula perilaku tak adaptif diusahakan diubah. Cara-cara
pengu-bahan disesuaikan dengan perilaku sasaran, situasi dan kondisi, serta interaksi
klien dengan lingkungan (Soekadji, 1983).
Pada mulanya modifikasi perilaku mendasarkan seluruh praktiknya pada
penelitian-penelitian proses belajar yang dilakukan di laboratorium. Pen
elitian-penelitian itu kebanyakan menggunakan subjek binatang, yang kemudian
bina-tang itu tidak dipakai lagi setelah dikenai perlakuan. Hasil penelitian menunj
uk-kan bahwa tanpa mengetahui asal-usulnya, perilaku subjek dapat diubah. K
esim-pulan ini kemudian diterapkan pada manusia. Sebagian besar manusia pertama
yang dikenai percobaan ialah anak-anak lemah mental dan anak-anak yang
mengalami kelainan kepribadian, misalnya anak autistik. Percobaan itu temyata
berhasil baik sehingga pendekatan simptomatis ini dipertahankan (Soekadji, 1983).
68 Jurnal Ilmu Pendidikan. Mei 1997,Jilid 4. Nomor 2
Dibandingkan dengan perlakuan berdasar psikologi dinamika, ada beberapa keunggulan yang dapat ditonjolkan oleh modifikasi perilaku. Pertama, la ngkah-langkah dalam memodifikasi perilaku dapat direncanakan terlebih dahulu. Ren-cana ini dapat dibicarakan dan dimintakan persetujuan kepada klien atau pasien agar dia kooperatif. Kedua, rincian pelaksanaan dapat diubah selama perlakuan atau terapi berlangsung, dan hal ini disesuaikan dengan kebutuhan. Ketiga, apabila dari hasilmonitoring temyata suatu teknik gagal menimbulkan perubahan, hal ini dapat dideteksi dandigantikan oleh teknik lain. Keempat, teknik-tekniknya dapat diterangkan dan diatur secara rasional. Hasil perlakuan dapat dirarnalkan dan dievaluasi secara objektif. Kelima, waktu yang dipergunakan untuk melak -sanakan perubahan lebih singkat daripada yang terjadi padainsight yang diperoleh subjek (Soekadji, 1983).
PENDEKATAN MODEL BELAJAR-DENGAN-PENGAMATAN
Menurut Yapsir (1993), pengertian observational learning ialah belajar melalui observasi. Itu terjadi apabila individu mengarnati perilaku seseorang, tetapi tidak tampak ataupun secara langsung menerima akibatnya. Orang yang melakukan sesuatu dan menjadi sasaran pengamatan biasa disebut model. Jadi observational learning mode ling dapat diartikan sebagai suatu proses belajar yang terjadi pada individu melalui kegiatan pengamatan sehingga individu dapat meniru apa yang diamati.
Dalarn kehidupan sehari-hari banyak kegiatan peniruan yang dilakukan oleh pihak remaja melalui kegiatan observasi suatu model, baik melalui tayang an-tayangan media elektronik seperti video, televisi, dan sejenisnya maupun media massa dalam bentuk media cetak, yaitu majalah, surat kabar, dan sejenisnya. Peniruan suatu model oleh kaum remaja terjadi melalui proses belajar dengan pengamatan terhadap segala yang dilihat melalui media elektronik dan media cetak.
Beberapa contoh konkret penerapan pendekatan observational learning
modeling dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat misalnya adalah: peniruan model pakaian seksi dari wanita barat oleh remaja wanita kita; remaja wanita menjadi media hiburan ditempat-tempat tertentu, di hotel, bar, restoran, diskotik, lokalisasi WTS, dan tempat lainnya; remaja meniru model pergaulan bebas muda-mudi; dan remaja meniru kebiasaan dan perilaku merokok orang tuanya. Semua contoh itu diperoleh melalui proses belajar dengan observational/earning
Abdul Hadis, Modifikasi Perilaku Remaja 69
Proses belajar remaja wanita yang menerapkan observational learning
mode ling yang bersifat negatifakanmerusaksikap,moral, dan perilaku remaja. Sebagai ilustrasi, remaja wanita yang meniru eara berpakaian seksi bahkan
paling seksi dari remaja wanita barat yang ditiru melalui tayangan di media
elektronik dan media eetak akan dapat merangsang nafsu birahi kaum remaja
pria, yang dapat melahirkan gejala remaja kumpul kebo, melahirkan di luar
nikah, dan pemerkosaan terhadap kaum remaja wanita.
Contoh seperti itu perlu diantisipasi dan diberikan tindakan modifikasi perilaku oleh orang yang berwenang. Jika hal ini tidak diantisipasi olehberbagai pihak, maka dapat berakibat lebih fatal lagi, yaitu dapat menurunkan kualitas sumber daya manusia, khususnya dilihat dari segi kualitas iman, moral, sikap, dan perilaku remaja.
Contoh lain dari penerapan pendekatan observational learning modeling
yang negatif yaitu sebagian dari remaja wanita dalam era globalisasi dewasa
ini menjadi media hiburan atau promosi untuk maksud yang tidak etis. Misalnya,
di kota-kota besar, sebagian wanita menjadi media hiburan dan promosi bagi
suatu penginapan,hotel atau pemsahaan. Hal seperti ini bukanlah masalah yang dianggap tabu lagi,bahkan mempakan bagian integral dari bisnis bagi sebagian orang dengan status sosial ekonomi kelas atas.
Sebagian remaja wanita rela menjadi media hiburan dan promosi bagi
pengusaha hotel dan pengurus perusahaan. Hal ini dilatarbelakangi oleh adanya
pengetahuan remaja wanita yang diperoleh melalui film porno tentang pola
hidup orang barat. Sebagian wanita tidak dapat memperoleh pekerjaan akibat
tingkat pendidikan yang rendah dantidak memiliki keterampilan tertentu sehingga
mereka mengambil jalan pintas untuk teriun ke dunia prostitusi baik yang
bersifat terorganisasi, misalnya dihotel dan lokalisasi, maupun ditempat yang tidak terorganisasi dengan sistem wanita panggilan dan sejenisnya.Selain menjadi
wanita panggilan dan menjadi wanita penghibur dan promosi di hotel dan
.perusahaan, akibat lain yang ditimbulkan oleh film porno adalah banyaknya gadisyang menjadi korban karenaadanya keinginan untuk meniru dengan eara mempraktikkan apa yang telah dilihatnya di film porno.
Di sisi lain, para remaja pria di kota besar yang selalu menonton film
porno memiliki keeenderungan untuk meniru dengan eara mempraktikkan ade
-gan-adegan film porno tersebut di tempat prostitusi. Yang paling parah adalah
adanya keeenderungan remaja pria merayu teman sekelasnya untuk berbuat
70 Jurnal Ilmu Pendidikan, Mei 1997.Jilid 4. Nomor 2
Sebagian besar peristiwa pemerkosaan menyebabkan harga diri gadis hilang. Efek .yang timbul ialah munculnya suatu sikap frustrasi bagi si gadis yang ditandai dengan sikap membenci kaum pria dan menganggap hidup di dunia tidak memiliki artibaginya. Kondisi psikologis seperti ini menyebabkan timbul kelainan perilaku sehingga perlu diberi kegiatan modifikasi perilakti agar para gadisyang menjadi korban dapat kembali ke jalan yang benar.
Para gadis korban perkosaanataupengkhianatan yang telah diberi kegiatan modifikasiperilaku dan memperlihatkan suatu titik kemajuan,dalam artimenya -dari akan kekhilafan dan dosayang telah diperbuat dan mulai kembali kejalan yang benar, perlu diberi penguatan positif agar perilaku positif yang telah terbentuk kembali dapat lebihpennanen. Kazdin (1980:28) mengemukakanba
h-wapositive reinforcement refers to an increase in thefrequency of a response
which is followed by a favorable event (positive reinforcer).
Contoh lain dari penerapan pendekatan observational learning modeling yang bersifat negatif ialah pergaulan remaja dewasa ini yang cenderung bebas serta kebiasaan merokok para remaja pria yang cenderung meningkat akibat proses belajar melalui pengarnatanterhadap kebiasaan merokok orang tua dan terhadap apayang ditonton di film yangmenampilkan isi cerita tentang keenakan dan "gengsi" bagi perokok di dunia barat.
Sebagian remaja melakukan pergaulan bebas karena hasil proses belajar dengan observational learning mode/ing yang ditiru melalui tayangan film dan bacaan (khususnya tayangan filmdanbacaantentang pergaulan mudamudi dari manca negara). Selain itu, sikap pennisif orang tua remaja semakin muncul sehingga memberikan anginsegar bagi muda-mudi melakukanpergaulanbebas.
Karena itu bukan hal yang aneh lagi jika dalam era globalisasi ini sering ditemukan muda-mudiyang melakukankegiatan peluk cium dan hubunganintim
di tempat-tempat terbuka, yaitudi taman-taman tempat rekreasi,kebunbinatang, taman pantai, dan tempat-tempat rekreasidanhiburan lainnya. Semua fenomena kehidupan itumerupakan hasildariproses belajar observational learning mod -eling.
Untukmemodifikasi contohfenomena perilaku remajayang salah sebagai hasil proses belajar denganobservational learning mode ling yang menyimpang,
maka usaha yang dapat ditempuh ialah dengan menanamkan kebiasaan kepada remaja untuk selalu menerapkan proses belajar dengan pendekatanobservational
learning mode ling secara positif. Remaja hams dapat melakukan pengendalian
diri (self control) terhadap suatu modelperilakuyang dipelajari melalui proses pengamatan. Pengendalian diriyang dimaksud ialah dengan cara mencegah diri
Abdul Haws, Modifikasi Perilaku Remaja 71
untuk melihat dan meniru model perilaku negatifyang ada pada mediaelektronik
dan media cetak.
Karena itu sangat diharapkan kepada semua pihak, khususnya orang tua, pendidik, konselor, dan masyarakat agar selalu menunjukkan model perilaku
yang positif kepada kaum remaja dan selalu mewaspadai tayangan media
elek-tronik dan tulisan atau gambar di media cetak yang dapat merusak sikap dan perilaku kaum remaja.Selain itu,kendalidari pihak orang tua,pendidik,konselor,
danmasyarakat sangat menentukanproses pembentukan sikap dan perilakuyang
positif pada diri remaja.
PENGENDALIAN DIRI
Yapsir (1993) memberikan pengertianpengendalian diri (self control) seba-gaisuatu teknik memodifikasi perilakuyang dapat dipakai sendiri. Dari
penger-tian ini dapat ditafsirkan bahwa self control pada prinsipnya ialah suatu cara
yang dilakukari individu untuk memodifikasi perilakunya sendiridengan berusaha untuk mengontrol diri terhadap perilaku yang hendak dimodifikasi.
Untuk memodifikasi kebiasaan merokokdi kalangan remaja,langkah
per-tamayang perlu dilakukan ialah menyadarkan pihak orang tua untuk menghen -tikan kebiasaan merokok dengan cara mengendalika diri sendiri (self control). Pengendalian diri orang tua remajaterhadapkebiasaan merokok dapat dilakukan
dengan berusaha tidak melihat benda-benda yang dapat merangsang keinginan
merokok seperti korek api, asbak, dan rokok itu sendiri (Yapsir, 1993). Jika orang tua dapat mengendalikan diri dengan tidak merokok lagi, maka langkah selanjutnya ialah memodifikasi perilaku anaknya untuk berhenti merokokseeara
bertahap.Apabila halitu tidak dihiraukan,maka orang tua memberikan hukuman
kepada anaknya untuk memodifikasikebiasaan dan perilaku merokokanakyang
dapat mengurangi timbulnya respon yang tidak dikehendaki. Goodwing dan
Coates (1976:79) mengemukakan bahwa punishment reduces the frequency of the behavior itfollows.
Untuk mengendalikan diri terhadap kebiasaan main judi dapat dilakukan
dengan eara menggunakan salahsatuteknikdari pengendalian diri, yaitu teknik kendali stimulus (Yapsir, 1993) yang dilakukan dengan cara mengendalikan stimulus yang memungkinkan timbulnya perilaku yang hendak dimodifikasi, Sebagai contoh,jika remajainginmengubahkebiasaan atau perilakuyang sering main judi, maka remaja itu hendaknya berusaha tidak lagi berteman dengan pemain judi, tidak mendatangi tempat peljudian, dan melakukan kegiatan yang konstruktif sebagai pengganti mainjudi.
72 Jurnal J1muPendidikan, Mei 1997, Jilid 4, Nomor 2
Pengendalian diri bagi siswa merupakan salah satu keterampilan yang
dapat dipelajari melalui identifikasi pengertiantujuan,penggunaan.model-model,
danpembagian tanggungjawabgurudansiswa (Goodwing dan Coates,1976:162).
Salah satu contoh pengendalian diri siswa terhadap kemalasan belajar bahasa Inggris ialah dengan berusaha mengetahui danmemaharni tujuan pembelajaran
bahasa Inggris dan menggunakan model-model belajar yang merangsanguntuk
mengetahui bahasa Inggris dengan cara mempelajari bahasa Inggris dengan
menggunakankaset dan kertaskecil yangberfungsi sebagai kamusyang dipasang di dinding.
Untuk memodifikasi perilaku remaja berupa kebiasaan suka memasuki tempat-tempat maksiat (prostitusi) dapat digunakan teknik pengendalian diri yaitu prosedurpengubahan berdasarkanimaji(imagery based procedures) (Yap-sir, 1993). Teknik ini memerlukan pembayangan sesuatu dalam pikiranindividu. Salah satu prosedur dari teknikini ialahsensitisasi tertutup(covert sensitizationy.
Teknik ini membantu klien mernbayangkan dirinya melakukan aktivitas yang
tidak dikehendaki, misalnya klien membayangkan bersetubuh dengan pelacur yangmenderita penyakit Aidsyang sangatmenjijikkanyang menyebabkanklien
membayangkan dirinya menderita penyakit yang paling mengerikan dan
men-jijikkan, yaitu penyakit Aids. Bayangan tersebut dapat menyebabkan mual dan ngeri padaklien sehingga akhimya klienmenolak aktivitas melacuryang semula sangat disukainya. Penolakan tersebut merupakan suatu indikasi bahwa klien berusaha untuk memodifikasi perilakunya yang tidak positif menjadi perilaku yang positif.
~LlKASIPENDEKATAN
Implikasiobservational learning modeling danself control dalam memodi-fikasi perilaku dapat dilihat dalamdua segi,yaitu implikasiyang bersifat positif dan negatif. Implikasi yang bersifat negatif dari model belajar-melalui-penga-matan ialahbahwaindividu meniru modelyang negatif melaluiproses observasi
terhadap tayangan-tayangan film dan sejenisnya yang negatif melalui media
elektronik dan media cetak. Sebaliknya, jika tayangan film dan sejenisnya
mengandung nilai positif, maka individu menilai hal yang positif tersebutjuga melalui proses observasi.
Jika individu dapat melakukan pengendalian diri atau self control, maka terjadi modifikasi perilaku yang negatif menjadi perilaku positif. Sebaliknya jikaindividu tidak mampu mengendalikandiri,maka sulit baginya untuk memodi-fikasi perilaku yang negatif menjadi perilaku yang positif. Tentu saja semua
Abdul Hadis, Modtfikast Perilaku Remaja 73
proses dan produk modifikasi perilaku diarahkan oleh pihak yang berwenang
atau orang yang memiliki otoritas seperti psikolog, konselor, pendidik, ulama,
dan orang tua. '
KESIMPULAN
Untuk memodifikasi perilaku rernaja yang negatif dalam era globalisasi, penerapan pendekatan belajar-melalui-pengamatan (observational learning mod-eling) dan pengendalian diri (self control) secara positif sangat diperlukan. Karena itu semua pihak yang berwenang dan pemegang otoritas diharapkan terus mewaspadai berbagai macam tayangan film atau gambar pomo dan seje nis-nya melalui media cetak dan elektronik yang dapat merusak sikap dan perilaku
remaja sebagai hasil dari proses belajar.
DAFTAR RUJUKAN
Goodwing, D.L. dan Coates, TJ. 1976. Helping Students Help Themselves.
New York: Prentice-Hall Ine.
Kazdin, A.E. 1980, Behavior Modification inApplied Setting. Homewood: The Dorsey Press.
Makagiansar, M. 1990. Dimensi dan Tantangan Pendidikan dalam Era Globali -sasi. Mimbar Pendidikan, Edisi 1990.
Soekadji, S. 1993. Modifikasi Perilaku, Penerapan Sehari-hari dan Penerapan Profesional. Yogyakarta: Liberty.
Yapsir, G.W. 1993. Materi Perkuliahan Mata Kuliah Analisis Pengubahan Perilaku PSSJ BKS. Malang: PPS IKIP MALANG.