• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanggung jawab atas jalannya perusahaan atau organisasi. Definisi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanggung jawab atas jalannya perusahaan atau organisasi. Definisi"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Manajemen Modal Kerja 2.1.1 Pengertian manajemen

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, kata manajemen berarti penggunaan sumber daya efektif untuk mencapai sasaran atau pimpinan yang bertanggung jawab atas jalannya perusahaan atau organisasi. Definisi manajemen yg dikemukakan oleh Daft (2003: 4) sebagai berikut: “Management is the attainment of organizational goals in an effective and efficient manner through planning organizing leading and controlling organizational resources”.

Pendapat tersebut kurang lebih mempunyai arti bahwa manajemen merupakan pencapaian tujuan organisasi dengan cara yang efektif dan efisien lewat perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan sumber daya organisasi. Senada dengan pernyataan tersebut, menurut. Stonner dan Freeman (2006: 5), manajemen adalah “proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha- usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang ditetapkan”.

Ada banyak versi mengenai definisi manajemen, namun pengertiannya secara umum adalah suatu proses yang terdiri dari rangkaian kegiatan, seperti perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian/ pengawasan,

(2)

yang dilakukan untuk menentukan dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya.

2.1.2 Pengertian modal kerja

Pemahaman arti modal kerja sangat erat hubungannya dengan perhitungan kebutuhan modal kerja. Pengertian modal kerja yang berbeda-beda akan menyebabkan perhitungan kebutuhan modal kerja yang juga berbeda. Menurut Sawir (2005: 129), ”modal kerja adalah keseluruhan aset lancar yang dimiliki perusahaan atau dapat pula sebagai dana yang harus tersedia untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari-hari”, seperti membayar upah buruh dan gaji pegawai, uang muka pembelian bahan baku serta beban lainnya.

Menurut Brigham dan Houston (2001: 131), “modal kerja adalah aset lancar yang digunakan dalam operasi”. Sejumlah dana yang dikeluarkan untuk membelanjai operasi perusahaan diharapkan akan kembali dalam jangka waktu pendek melalui hasil penjualan barang dagangan atau hasil produksi. Uang yang masuk tersebut akan dikeluarkan kembali guna membiayai operasi perusahaan selanjutnya. Dengan demikian, uang atau dana tersebut akan berputar secara terus menerus setiap periode sepanjang hidup perusahaan (Djarwanto, 2001: 85).

Pengertian modal kerja secara mendalam terkandung dalam konsep modal kerja yang dibagi menjadi tiga macam yaitu konsep kuantitatif, konsep kualitatif, dan konsep fungsional.

(3)

Konsep kuantitatif menyebutkan bahwa modal kerja adalah seluruh aset lancar dan lebih menekankan bagaimana membiayai operasi perusahaan jangka pendek.

2. Konsep kualitatif

Konsep kualitatif merupakan konsep yang berfokus pada kualitas modal kerja. Aset lancar yang lebih besar dari kewajiban lancar akan menimbulkan kepercayaan bagi para kreditor kepada pihak perusahaan, dan jika current ratio menunjukkan sebaliknya, maka akan mengurangi kepercayaan kreditor.

3. Konsep fungsional

Konsep fungsional berfokus pada fungsi dana yang dimiliki perusahaan dalam memperoleh laba, artinya semakin banyak dana yang digunakan sebagai modal kerja seharusnya dapat meningkatkan perolehan laba. ( Kasmir, 2008 : 250).

Ketiga konsep tersebut juga memiliki kekurangan dan kelebihannya masing- masing. Kelemahan konsep kuantitatif adalah tidak mencerminkan tingkat likuditas perusahaan dan tidak mementingkan kualitas apakah modal kerja dibiayai oleh kewajiban jangka panjang atau kewajiban jangka pendek atau pemilik modal, berbeda dengan konsep kualitatif yang mampu memperlihatkan tingkat profitabilitas perusahaan.

Selain itu modal kerja juga dapat digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu : a. modal kerja permanen (permanent working capital) yaitu modal kerja

yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya,

b. modal kerja variabel (variabel working capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan (Riyanto, 1984: 57).

Pengendalian jumlah modal kerja yang tepat akan menjamin operasi dari perusahaan secara efisien dan ekonomis. Jika modal kerja terlalu besar, maka dana yang tertanam dalam modal kerja melebihi kebutuhan, sehingga terjadi

(4)

dana menganggur, tetapi apabila jumlah modal kerja terlalu kecil atau kurang, maka perusahaan akan kurang mampu memenuhi permintaan pasar.

Modal kerja yang dibutuhkan perusahaan harus segera terpenuhi sesuai dengan kebutuhan. Kebutuhan modal kerja terkadang tidaklah selalu tersedia seperti yang diinginkan. Terpenuhi tidaknya kebutuhan modal kerja sangat tergantung pada berbagai faktor. Pihak manajemen harus sesegera mungkin memperhatikan faktor-faktor kebijakan dalam upaya pemenuhan modal kerja seperti, sifat umum atau tipe perusahaan, tingkat perputaran persediaan dan piutang, business cycle, waktu yang diperlukan untuk memproduksi atau mendapatkan barang, syarat-syarat pembelian dan penjualan, tingkat resiko, credit rating dari perusahaan dan lainnya.

Berdasarkan pengertian- pengertian yang telah dikemukakan, maka dapat disimpulkan bahwa modal kerja merupakan dana yang diinvestasikan dalam aset lancar yang digunakan oleh perusahaan dalam kegiatan operasinya untuk menghasilkan pendapatan sesuai tujuan utama didirikannya perusahaan.

2.1.3 Pengertian manajemen modal kerja

Menurut Weston & Copeland (1999: 327) manajemen modal kerja adalah “kegiatan yang mencakup semua fungsi manajemen atas aset lancar dan kewajiban jangka pendek yang terdapat dalam perusahaan agar mampu membiayai pengeluaran untuk operasi sehari-hari”. Menurut Sawir (2005: 133) ”manajemen modal kerja adalah kegiatan yang mencakup semua fungsi manajemen atas aktiva lancar dan kewajiban jangka pendek perusahaan”.

(5)

Manajemen modal kerja merupakan hal yang sangat penting karena aset lancar perusahaan manufaktur mengembangkan lebih dari separuh total asetanya, sedangkan bagi perusahaan distribusi jumlahnya bisa lebih besar lagi. Tujuan manajemen modal kerja adalah mengelola aset lancar dan utang lancar sehingga diperoleh modal kerja netto yang layak dan menjamin tingkat profitabilitas perusahaan. Oleh karena itu, seorang manager diharapkan mampu mengelola manajemen perusahaan agar pemenuhan modal kerja dapat berjalan dengan efektif dan efisien.

Manajemen modal kerja juga menjadi penting, karena berkaitan dengan beberapa aspek, yaitu sebagai berikut:

1. beberapa penelitian telah memberikan indikasi bahwa sebagian besar waktu manajer keuangan dihabiskan dalam kegiatan internal perusahaan dari hari ke hari dan ini merupakan bagian dari manajemen modal kerja, 2. jika lebih dari separuh total aktiva perusahaan merupakan aktiva lancar

sebagai bagian dari investasi yang besar dan mudah diuangkan, maka aktiva lancar memerlukan perhatian yang seksama dari manajer keuangan, 3. hubungan antara tingkat pertumbuhan penjualan dan kebutuhan akan

permodalan aktiva lancar adalah dekat dan langsung,

4. manajemen modal kerja sangat penting terutama bagi perusahaan kecil. Meskipun perusahaan kecil dapat mengurangi investasi aktiva tetapnya namun mereka tidak dapat menghindari kebutuhan akan kas, piutang dan persediaan. Karena akses ke pasar modal relatif terbatas, maka penekanan harus ditujukan pada utang dan piutang dagang dan pinjaman bank jangka pendek (Weston & Copeland 1999: 324).

Ada dua prinsip mendasar dari pendanaan operasional dalam menajemen modal kerja (Horne, 2005 : 313), yaitu : “kemampuan memperoleh laba berbanding terbalik dengan likuiditas dan kemampuan memperoleh laba searah dengan resiko”. Pengendalian jumlah modal kerja yang tepat akan menjamin kontinuitas operasi dari perusahaan secara efisien dan ekonomis. Bilamana modal kerja terlalu besar, maka dana yang tertanam dalam modal kerja melebihi

(6)

kebutuhan, sehingga mengakibatkan adanya dana menganggur (idle fund), karena dana tersebut sebenarnya dapat digunakan untuk keperluan lain dalam rangka peningkatan laba.

Sasaran yang ingin dicapai dari manajemen modal kerja adalah seperti yang diutarakan berikut ini :

1. memaksimalkan nilai perusahaan dengan mengelola aset lancar sehingga tingkat margin pengembalian investasi (return on investment) adalah sama atau lebih besar dari biaya modal yang digunakan untuk membiayai aset-aset lancar tersebut,

2. meminimalkan biaya modal yang digunakan untuk membiayai aset lancar dalam jangka panjang,

3. pengawasan terhadap arus dana dalam aset lancar dan ketersediaan dana dari sumber utang sehingga perusahaan selalu dapat memenuhi kewajiban keuangannya ketika jatuh tempo (Sawir.2005: 133).

Demi mencapai sasaran dalam memaksimalkan nilai dan laba perusahaan, maka modal kerja yang tersedia harus cukup jumlahnya, dalam arti harus mampu membiayai pengeluaran-pengeluaran atau operasi perusahaan sehari-hari.

2.1.4 Rasio perputaran modal kerja

Menurut Abdullah (2005 : 71) “manajemen penggunaan modal kerja dapat diuji dengan menggunakan rasio perputaran modal kerja (working capital turnover), yakni perbandingan antara penjualan dengan jumlah keseluruhan aset lancar yang dimiliki suatu perusahaan pada suatu periode tertentu”. Bila volume penjualan naik, investasi persediaan dan piutang meningkat, ini berarti juga meningkatkan modal kerja.

(7)

Formulasi dari working capital turnover (WCT) adalah sebagai berikut : s liabilitie current assets Current Sales Turnover Capital Working − = X 100%

Perputaran modal kerja ini menunjukkan jumlah rupiah penjualan netto yang diperoleh bagi setiap rupiah modal kerja. Dari hubungan antara penjualan netto dengan modal kerja tersebut, dapat diketahui juga apakah perusahaan bekerja dengan modal kerja yang tinggi atau bekerja dengan modal kerja yang rendah.

Rasio perputaran modal kerja ini juga berhubungan dengan likuiditas perusahaan. Jika rasio perputaran modal kerja tinggi, maka mengindikasikan likuiditas yang rendah untuk mendukung operasional, sedangkan apabila rasio ini rendah artinya likuiditas perusahaan yang tinggi. Semakin besar rasio perputaran modal kerja maka semakin baik suatu perusahaan. Hal ini juga menunjukkan seberapa efektifnya pemanfaatan modal kerja yang tersedia dalam meningkatkan profitabilitas perusahaan.

2.2. Likuiditas

2.2.1. Pengertian likuiditas

Likuiditas adalah salah satu komponen untuk menilai keuangan perusahaan. Likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat jatuh tempo ( Sawir, 2001 : 31). Jika perusahaan mampu melakukan pembayaran atas kewajiban yang jatuh tempo, maka artinya perusahaan dalam keadaan likuid, begitu pula sebaliknya jika

(8)

perusahaan tidak memiliki kemampuan untuk melakukan pembayaran, artinya perusahaan dalam keadaan ilikuid sehingga dapat menghambat aktivitas operasi perusahaan serta mengurangi efektifitasnya. Likuiditas perusahaan juga dapat ditunjukkan oleh besar kecilnya aset lancar yang mudah diubah menjadi kas seperti piutang, surat berharga dan persediaan.

Masalah likuiditas merupakan masalah penting dalam suatu perusahaan yang relatif sulit dipecahkan. Dipandang dari sisi kreditur, perusahaan yang memiliki likuiditas yang tinggi merupakan perusahaan yang baik; karena dana jangka pendek kreditur yang dipinjam perusahaan dapat dijamin oleh aktiva lancar yang jumlah relatif lebih banyak. Tetapi jika dipandang dari sisi manajemen, perusahaan yang memiliki likuiditas tinggi menunjukkan kinerja manajemen yang kurang baik karena likuiditas yang tinggi menunjukkan adanya saldo kas yang menganggur, persediaan yang relatif berlebihan, atau karena kebijakan kredit perusahaan yang tidak baik sehingga mengakibatkan tingginya piutang usaha.

2.2.2 Rasio likuiditas

Dalam menilai likuiditas perusahaan terdapat beberapa rasio yang dapat digunakan sebagai alat untuk menganalisis dan menilai posisinya. Rasio likuiditas antara lain terdiri dari current ratio dan quick ratio.

1. Current Ratio : adalah membandingkan antara total aktiva lancar dengan kewajiban lancar (current assets / current liabilities). Tersedianya sumber

(9)

kas untuk memenuhi kewajiban tersebut berasal dari kas atau konversi kas dari aktiva lancar.

2. Quick Ratio: adalah membandingkan antara aktiva lancar dikurangi persediaan dengan kewajiban lancar. Suatu perusahaan yang mempunyai rasio cepat kurang dari 1: 1 atau 100% dianggap kurang baik tingkat likuiditasnya.

Penelitian ini menggunakan rasio lancar (current ratio). Rasio lancar merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Ketepatan current ratio menurut Tunggal (2000: 155) tergantung dari banyak faktor, yaitu sebagai berikut :

a. syarat kredit yang diterima dari pemasok dibanding dengan syarat kredit yang diberikan oleh perusahaan pada para pembeli,

b. waktu yang diperlukan untuk menagih piutang, c. perputaran persediaan,

d. ciri-ciri program keuangan perusahaan, e. musim tahun yang bersangkutan, f. situasi konjungtur,

g. lamanya siklus modal kerja,

h. apakah perusahaan itu sedang diperluaskan / diperkecilkan.

Rumus untuk mencari rasio lancar atau current ratio dapat digunakan sebagai berikut :

Current Ratio = Current Asset x 100%

Current Liabilities

2.3. Profitabilitas

(10)

Profit dalam kegiatan operasional merupakan elemen penting untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan pada masa yang akan datang. Keberhasilan perusahaan dapat dilihat dari, kemampuan perusahaan menciptakan laba dari pembiayaan yang dilakukan, kemampuan perusahaan untuk dapat bersaing di pasar (survive), dan kemampuan perusahaan untuk dapat melakukan ekspansi usaha (developt).

Profitabilitas perusahaan diindikasikan oleh laba (earnings). Menurut Gitman (2003 : 599) : “profitability is the relationship between revenues and cost generated by using the firm’s assets – both current and fixed – in productive activities”. Bringham dan Houston (2001 : 89) mengatakan bahwa profitabilitas adalah “hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan”.

Kedua pendapat tersebut menyimpulkan bahwa profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menciptakan laba dengan menggunakan modal yang tersedia. Kinerja manajerial dari setiap perusahaan akan dapat dikatakan baik apabila, tingkat profitabilitas perusahaan yang dikelolanya tinggi ataupun dengan kata lain maksimal, dimana profitabilitas ini umumnya selalu diukur dengan membandingkan laba yang diperoleh perusahaan dengan sejumlah perkiraan yang menjadi tolak ukur keberhasilan perusahaan. Terdapat beberapa cara untuk mengukur tingkat profitabilitas suatu perusahaan.

a. Gross profit margin (GPM)

Pengukuran ini adalah ukuran persentase dari setiap hasil penjualan sesudah perusahaan membayar harga pokok penjualan. Semakin tinggi gross profit margin maka semakin baik.

(11)

b. Operating profit margin (OPM)

Pengukuran ini adalah ukuran persentase dari setiap hasil sisa penjualan sesudah semua biaya dan pengeluaran lain dikurangi, kecuali bunga dan pajak.

c. Net profit margin (NPM)

Pengukuran ini adalah ukuran untuk mengukur persentase keuntungan perusahaan setelah dikurangi semua biaya dari pengeluaran termasuk bunga dan pajak.

d. Return on investment (ROI)

Pengukuran ini adalah ukuran keefektifan manajemen dalam menghasilkan laba dengan aset yang tersedia.

e. Return on equity (ROE)

Pengukuran ini adalah ukuran pengembalian yang diperoleh pemilik atas invesasi di perusahaan.

2.3.2 Rasio profitabilitas

Bringham dan Daves (2004 : 1007) mengatakan bahwa “profitability ratio are a group of ratios that shows the combine effects of liquidity, assets management, and debt on operations”, yang berarti bahwa rasio profitabilitas merupakan suatu kelompok rasio yang menunjukkan aspek likuiditas, manajemen aset dan besarnya operasional perusahaan yang dibiayai dari sumber utang. Horne (2005:222), menjelaskan rasio profitabilitas adalah “ rasio keuangan yang menghubungkan laba dengan penjualan investasi pada

(12)

perusaahaan”. Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan dan juga memberikan ukuran tingkat efektifitas manajemen suatu perusahaan.

Tujuan penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan maupun bagi pihak luar perusahaan yaitu:

a. untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam suatu periode tertentu,

b. untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya disbanding dengan tahun sekarang,

c. untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu,

d. untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri,

e. untuk menilai produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan dengan modal sendiri,

f. untuk tujuan lain (Kasmir, 2008: 197).

Penelitian ini menggunakan rasio Return On Investment (ROI). Analisa Return On Investment (ROI) dalam analisa keuangan mempunyai arti yang sangat penting sebagai salah satu teknik analisa keuangan yang bersifat menyeluruh / komprehensif.

Analisa Return On Investment (ROI) ini sudah merupakan teknik analisa yang lazim digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Return On Investment (ROI) itu sendiri adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aset yang digunakan untuk operasi perusahaan guna menghasilkan keuntungan.

Return On Investment (ROI) menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari operasi perusahaan (Net Operating Income) dengan jumlah investasi atau

(13)

aktiva (Net Operating Assets) yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan operasi tersebut. Sebutan lain untuk ROI adalah “Net Operating profit Rate Of Return” atau “Operating Earning Power” (Munawir, 2004: 89). Semakin tinggi rasio ini semakin baik artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat demikian pula sebaliknya. Semakin besar nilai Return On Invesment maka akan semakin baik, karena berarti perusahaan dapat menghasilkan laba yang tinggi dengan menggunakan total aset yang dimilikinya. Formulasi Return On Investment (ROI) yaitu :

Return On Investment = Net Operating Income x 100%

Net Operating Assets

2.4 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian berkaitan dengan pengaruh variabel manajemen modal kerja dan variabel tingkat likuiditas terhadap profitabilitas sudah pernah dilakukan. Penelitian tersebut dapat diuraikan melalui tabel berikut ini :

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu

No

Nama Peneliti dan

Tahun

Judul Variabel Yang

Digunakan Hasil Penelitian 1 Juan Garcia

& Martinez (2002)

The Effect Of Working Capital Management On SME Profitability Variabel Independen : working capital Variabel Dependen: profitability on SME Spanish firms Manajemen modal kerja berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan kecil dan menengah di Spanyol.

(14)

No

Nama Peneliti dan

Tahun

Judul Variabel Yang

Digunakan Hasil Penelitian 2 Natalia

Sonata (2009)

Analisis Pengaruh Efektifivitas Modal Kerja Dan Operating Asset Terhadap Tingkat Rentabilitas Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang

Konsumsi Yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia Variabel Independen : Perputaran Modal Kerja dan Operating Asset Variabel Dependen: Rentabilitas Secara parsial, efektivitas modal kerja tidak berpengaruh terhadap tingkat rentabilitas sedangkan operating asset berpengaruh terhadap tingkat rentabilitas. Secara simultan kedua variabel tersebut berpengaruh terhadap tingkat rentabilitas 3 Nurhayati (2010) Pengaruh Perputaran Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Sektor Industri Makanan Dan

Minuman Yang terdaftar Di Bursa Efek

Indonesia Variabel Independen: Perputaran modal kerja Variabel Dependen : profitabilitas Perputaran modal kerja berpengaruh terhadap profitabilitas

Sumber : diolah penulis, 2012

1. Garcia & Martinez (2002)

Judul penelitian “The Effect Of Working Capital Management On SME Profitability”. Penelitian ini menggunakan perputaran modal kerja sebagai variabel independen dan profitabilitas sebagai variabel dependen yang diukur dengan menggunakan semua rasio profitabilitas yang ada. Penelitian ini

(15)

mengambil sampel perusahaan kecil dan menengah di negara Spanyol yang telah terdaftar pada European Journal of Economic. Hasil dari penelitian ini adalah manajemen modal kerja berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan kecil dan menengah di Spanyol. Penelitian ini juga menemukan adanya hubungan positif antara perputaran konversi kas dengan perputaran modal kerja, dimana perputaran konversi kas dipengaruhi oleh tingkat kolektibilitas atau perputaran piutang (account receivable turnover) dan tingkat perputaran persediaan (inventory turnover).

2. Natalia Sonata (2009)

Judul penelitian “Analisis Pengaruh Efektifivitas Modal Kerja Dan Operating Asset Terhadap Tingkat Rentabilitas Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Penelitian ini menggunakan perputaran modal kerja dan operating asset sebagai variabel independen dan rentabilitas sebagai variabel dependen yang diukur dengan menggunakan ROI. Peneliti menggunakan metode analisis regresi dengan melakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu. Hasil penelitian menunjukkan, secara parsial efektivitas modal kerja tidak berpengaruh terhadap tingkat rentabilitas, sedangkan operating asset berpengaruh terhadap tingkat rentabilitas. Secara simultan kedua variabel tersebut berpengaruh terhadap tingkat rentabilitas

3. Nurhayati (2010)

Judul penelitian adalah “Pengaruh Perputaran Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Sektor Industri Makanan Dan Minuman Yang terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”. Peneliti menggunakan variabel perputaran

(16)

modal kerja sebagai variabel independen dan profitabilitas sebagai variabel dependen yang diukur dengan menggunakan Retun On Investment. Penelitian ini melakukan metode analisis regresi dengan melakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perputaran modal kerja berpengaruh terhadap profitabilitas.

2.5 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 2.5.1 Kerangka konseptual

Berdasarkan uraian teori dan penelitian terdahulu yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat digambarkan kerangka konseptual sebagai berikut :

Gambar 2.1

Kerangka konseptual Sumber : diolah penulis, 2012

Berdasarkan kerangka konseptual tersebut, terlihat bahwa hubungan antara variabel independen dan variabel dependen adalah hubungan kausatif (sebab akibat). Di mana variabel independen yang telah ditentukan yaitu Manajemen Modal Kerja(X2) dan Likuiditas (X2) akan mempengaruhi variabel dependen

profitabilitas (Y). Manajemen Modal Kerja (X1) Likuiditas (X2) Profitabilitas (Y)

(17)

Modal kerja dapat terus berputar sejalan dengan aktivitas operasi perusahaan sehari-hari, oleh karena itu diperlukan adanya suatu pengendalian terhadap sumber dan penggunaan modal kerja yang dibuat dalam bentuk suatu laporan perubahan modal kerja. Pengawasan terhadap sumber dan penggunaan modal kerja merupakan hal yang penting bagi perusahaan yang ingin mempertahankan kontinuitas perusahaan.

Profitabilitas perusahaan merupakan perbandingan antara laba bersih dengan aset atau modal yang digunakan untuk menghaslkan laba tersebut. Profitabilitas perusahaan juga dipengaruhi oleh masalah likuiditas. Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang telah jatuh tempo. Semakin banyak perusahaan menahan uang kasnya maka semakin likuid perusahaan tersebut, dan semakin berkurang pula uang kas yang digunakan oleh perusahaan, adakalanya likuiditas akan dirasakan perusahaan sebagai akibat yang dapat merugikan dan mengurangi kesempatan unutk memperoleh keuntungan. Ketika perusahaan dalam keadaan illikuid, ada kemungkinan perusahaan tidak bisa memanfaatkan potongan (pembelian kredit atau tunai) yang ditawarkan oleh leveransiarnya. Akibatnya, perusahaan beroperasi pada tingkat biaya yang tinggi dan hal itu dapat mengurangi kesempatan bagi perusahaan untuk meraih laba yang lebih besar.

Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban keuangannya tepat pada waktunya berarti perusahaan tersebut dalam keadaan “likuid”, artinya perusahaan tersebut memiliki alat pembayaran ataupun aset lancar yang lebih besar daripada utang lancar. Perusahaan yang hanya mencari keuntungan tanpa

(18)

memperhatikan likuiditas pada akhirnya perusahaan tersebut akan mengalami “illukuid” apabila sewaktu-waktu ada tagihan.

Menurut Horne (2005: 224) “ jika perusahaan mengetahui dengan pasti permintaan penjualan dimasa depan, penagihan piutang dan jadwal produksinya, maka perusahaan dapat mengatur jadwal maturitas utangnya sehingga berhubungan dengan jadwal arus kas bersih di masa yang akan datang, akibatnya laba akan maksimal, dikarenakan tidak ada kebutuhan untuk menyimpan aset”

2.5.2 Hipotesis penelitian

Hipotesis adalah penyataan yang didefinisikan dengan baik mengenai karakteristik populasi. Hipotesis menurut Erlina dan Mulyani (2007: 41) adalah , “hubungan yang diduga secara logis antara dua variabel atau lebih dalam rumusan preposisi yang dapat diuji secara empiris”. Berdasarkan kerangka konseptual yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :”manajemen modal kerja (working capital turnover) dan likuiditas (liquidity) berpengaruh terhadap profitabilitas pada perusahaan industri farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini menjadi penggerak bagi organisasi untuk mengembangkan atau mengumpulkan berbagai kompetensi baru yang berhubungan dengan percetakan serta alur kerja dan

Berdasarkan beberapa langkah di atas maka dapat diketahui bahwa suatu sanad hadis dapat dinyatakan bersambung sanadnya apabila sanad para perawi hadis dengan perawi hadis

konvensional berbeda secara signifikan dalam pencapaian hasil belajar ekonomi. Penolakan hipotesis nol berimplikasi pada diterimanya hipotesis alternatif yang

Lokasi laboratorium yang strategis sehingga kegiatan pengawasan mutu dapat berlangsung secara efektif dan efisien, serta tersedianya peralatan, bahan kimia, dan

Oleh karena itu disimpulkan bahwa ada perbedaan rata-rata jumlah koloni bakteri limpa antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan, di mana nilai pada kelompok yang diberi

Hasil yang diperoleh adalah karakteristik DAS, model hirograf snyder dan SCS serta perbandingan nilai debit puncak hidrograf terukur dengan kedua model hidrograf

Kehadiran Presiden RI dalam Rapat Kerja BPK sangat penting karena: pertama , merupakan sejarah baru bagi BPK yang untuk pertama kali Presiden RI hadir dalam Raker